• Tidak ada hasil yang ditemukan

Impor Beras yang Memiskinkan pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Impor Beras yang Memiskinkan pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Im por Beras yang Mem iskinkan

Mulai bulan Oktober sam pai dengan Novem ber 20 0 6, pem erin tah m elakukan im por beras bertahap seban yak 210 .0 0 0 ton . Im por yang dilakukan dari Thailand dan Vietnam bertujuan m encukupi stok beras nasional sehingga harga beras bisa stabil.

Kebijakan im por beras ditentan g banyak pihak. Paling keras bersuara adalah para petani karena dengan im por tersebut bisa dipastikan m ereka tidak akan bisa m enikm ati ken aikan harga gabah dan beras. Alih-alih m engalam i kenaikan, harga gabah dan beras produksi m ereka justru m eram bat turun .

Penurunan harga gabah dan beras m em bawa akibat penurunan pen ghasilan dan daya beli petani bersangkutan . Lebih jauh, petani m engalam i penurunan stan dar kehidupan . Beberapa diantaranya, yang sebelum nya telah berada sedikit di atas am ban g garis kem iskin an, dengan sedikit penurunan penghasilan akan terjerem bab dalam kubangan kem iskinan.

Im por beras m em iliki pengaruh signifikan terhadap terciptanya kem iskinan petani. Sign ifikansi pen garuh tersebut akan dijelaskan dalam m akalah ini. Sistem atika yang dipergunakan adalah m enyajikan selintas m en genai kem iskin an serta teori-teori kem iskin an; kem udian dijelaskan tentang petani serta karakteristiknya; dilanjutkan pem bahasan hubungan im por beras dengan kem iskinan petani; terakhir ditutup den gan kesim pulan serta saran kebijakan pertanian yang sebaiknya dilakukan untuk m en gentaskan petani dari jerat kem iskinan .

Ke m is kin a n

Mendefinisikan kem iskinan sangat dipengaruhi oleh dim ensi yang kita pergunakan. Nam un apapaun dim en si yang dipakai, pada dasarnya kem iskinan dapat dipilah dalam dua jenis berikut. Pertam a, kem iskinan dalam arti absolut. Yaitu kondisi riil m anusia tidak m am pu m em enuhi kebutuhan hidup m inim um n ya. Kem iskinan absolut m erupakan kem iskinan yan g diukur dengan (m enggun akan param eter) garis kem iskin an , yaitu suatu batas/ besaran nilai (diukur dengan uan g atau pangan – beserta kandungann ya-) yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup.

Merujuk pada kriteria kem iskin an yang diajukan oleh United Nation s Developm ent Program (UNDP), US $ 1 per hari per kepala adalah batas antara m iskin dan tidak m iskin.1 Artinya, jika seseorang berpen ghasilan dibawah US$ 1 per hari m aka

dia akan digolongkan ke dalam kriteria m iskin.

Berbeda dengan kriteria yang disusun UNDP, m eskipun sebenarnya pertim ban gan yan g m endasarinya sam a, Badan Pusat Statistik Indonesia m enyodorkan kriteria kem iskinan dengan satuan rum ah tangga sebagai basis pengukuran . Kriteria rum ah tan gga m iskin yang dirum uskan BPS adalah sebagai berikut:2

1 www.undp.org/ m dg/ basics.shtm l

2 ---, “Orang Miskin Bertam bah” dalam Kom pas, 2 Septem ber 20 0 6.

(2)

1. Luas lantai ban gun an tem pat tin ggal kurang dari 8 m2,

2. lantai tem pat tinggal terbuat dari tanah/ bam bu/ kayu m urahan,

3. jenis dinding tem pat tinggal terbuat dari bam bu/ rum bia/ kayu berkualitas rendah/ tem bok tanpa diplester,

4. tidak m em iliki fasilitas buang air besar/ bersam a-sam a dengan rum ah tangga lain,

5. penerangan rum ah tan gga tidak m enggunakan listrik,

6. sum ber air m inum berasal dari sum ur/ m ata air tidak terlindung/ sun gai/ air hujan,

7. bahan bakar untuk m em asak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ m inyak

tanah,

8 . hanya m engonsum si daging/ susu/ ayam satu kali dalam sem inggu, 9. hanya m em beli satu setel pakaian baru dalam setahun,

10 . hanya san ggup m akan seban yak satu/ dua kali dalam sehari,

11. tidak sanggup m em bayar biaya pengobatan di puskesm as/ poliklinik,

12. sum ber pen ghasilan kepala rum ah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0 ,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh ban gun an, buruh perkebun an, atau pekerjaan lainnya den gan pendapatan di bawah Rp 60 0 .0 0 0 per bulan,

13. pendidikan tertin ggi kepala rum ah tangga: tidak sekolah/ tidak tam at SD/ hanya SD,

14. tidak m em iliki tabungan/ barang yang m udah dijual dengan nilai m inim al Rp 50 0 .0 0 0 , seperti sepeda m otor (kredit/ non kredit), em as, ternak, kapal m otor, atau barang m odal lain n ya.

Kriteria kem iskinan di atas, yang dipergunakan untuk m elakukan Survei Sosial Ekonom i Nasional (Susenas) Maret 20 0 6, m en unjukkan jum lah penduduk m iskin di Indonesia sebesar 39,0 5 juta penduduk dari 222 juta total penduduk Indonesia. Atau dalam prosentase, 17,75% penduduk In don esia adalah m iskin. J um lah penduduk m iskin tahun 20 0 6 m engalam i peningkatan signifikan dibanding jum lah penduduk m iskin 20 0 5. Hasil Susen as Februari 20 0 5 m enunjukkan jum lah penduduk m iskin 35,10 juta 220 juta total penduduk Indonesia, atau sebesar 15,97%.3

Konsep kem iskinan yan g kedua adalah kem iskin an dalam arti relatif. Kem iskinan relatif adalah kondisi m iskin yan g disandan g seseoran g jika dibandin gkan terhadap orang lain. Oran g yan g m en galam i kem iskin an relatif belum tentu tidak bisa hidup jika berada dalam kondisi ini.

Sem entara terjadinya kem iskinan disebabkan oleh salah satu atau kom binasi dari ketiga hal, yaitu; penyebab alam iah yang m eliputi kondisi bawaan m anusia dan kondisi

dengan kem elaratan sebagai serba kekurangan dari sudut m aterial atau kebendaan akibat peram pasan dan kekurangan.” Konsep kem iskinan budaya adalah kondisi dianggap m iskin karena tidak m engkonsum si m akanan olahan yang dihasilkan dan diedarkan oleh jaringan agribisnis dunia (barang-barang yang dihasilkan untuk dan diedarkan m elalui pasar). Selengkapnya m engenai kondep ini bisa dilihat dalam Vandana Shiva, 1997, Bebas Dari Pem bangunan: Perem puan, Ekologi, dan Perjuangan H idup di In dia, J akarta, Yayasan Obor Indonesia, hal. 13-18.

(3)

alam ; kebudayaan m asyarakat atau individu bersangkutan ; serta kem iskin an struktural.

Penyebab alam iah antara lain berupa kon disi lingkun gan tem pat tinggal. Seseorang yang tinggal di daerah tandus, relatif besar peluangn ya untuk m enjadi m iskin karena ketidakm am puan daya dukung lingkungan dalam m em enuhi kebutuhan hidup m inim al oran g bersangkutan .

Faktor penyebab kem iskinan yang kedua adalah kebudayaan. Edward Burnett Tylor m endefinisikan kebudayaan sebagai kom pleks keseluruhan yang m eliputi pengetahuan, kepercayaan , kesenian, hukum , m oral, kebiasaan, dan lain -lain

kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh m an usia sebagai anggota m asyarakat.4

Sem entara m en urut Koentjaranin grat terdapat tujuh un sur budaya universal yang dapat ditem ukan pada berbagai bangsa di dunia. Ketujuh unsur tersebut terdiri dari bahasa, sistem pengetahuan, organ isasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem m ata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.5

Mengapa kebudayaan bisa m em iskinkan? Hal ini tidak terlepas dari kedudukan kebudayaan sebagai w ay of life m anusia yang selalu diwariskan turun tem urun. Sehingga kebudayaan yang tidak m em iliki sem angat m encapai kem akm uran akan terus m en gekan g m an usia ke dalam ketidakm akm uran. Contoh riil bisa dilihat pada kondisi m asyarakat suku An ak Dalam di Tam an Nasion al Bukit Dua Belas dan Tam an Nasional Bukit Tiga Belas, J am bi, yan g terasing dan m engasingkan (baca: m en utup diri) dari pergaulan dengan dunia luar.

Kem am puan berhitun g (sistem pengetahuan) m asyarakat suku anak dalam sangat buruk. Bahkan bisa dibilan g m ereka tidak m em iliki kem am puan berhitung, sehingga sering (bahkan ham pir selalu) ditipu jika m enjual dam ar hutan kepada m asyarakat desa sekitar.6

Kebudayaan suku Anak Dalam tidak m ewariskan sistem pengetahuan yang cukup sehingga kualitas kehidupan sehari-hari suku an ak dalam tidak bisa lepas dari kem iskin an . Tidak adanya sistem pengetahuan yang bisa diwariskan diperparah den gan perilaku m ereka yang serba m en utup diri dari dunia luar.

Den gan m enelaah contoh di atas, bisa kita tarik kesim pulan dari perspektif kebudayaan , m em erangi kem iskin an (m elakukan social m ov em en t) adalah sebuah proses budaya. Wujud kebudayaan yang tidak m endukun g pencapaian kem akm uran harus bertransform asi m enuju wujud yan g lebih m en dukung kem akm uran.

Penyebab kem iskin an yang ketiga adalah struktur m asyarakat. Kem iskinan yan g ditim bulkan atau dibentuk oleh struktur m asyarakat disebut sebagai kem iskinan struktural. Struktur disini diartikan sebagai ter-stratifikasi-nya m asyarakat baik secara vertikal m aupun horizontal. Kelas-kelas (sebagai bagian stratifikasi) dalam m asyarakat m em iliki fungsi m asing-m asing, sehingga stratifikasi tersebut berusaha dilanggen gkan

4 William A. Haviland, tanpa tahun, Antropologi, J ilid 1 Edisi Keem pat, Erlangga, hal. 332-333. 5 Koentjaraningrat, 1990 , Pengantar Ilm u An tropologi, J akarta, PT Rineka Cipta, hal. 20 3-20 4.

6 Lihat Butet Manurung dalam Sejarah Pengem bangan Pendidikan Alternatif “Sokolah” Orang Rim ba di

(4)

den gan berbagai cara. Salah satun ya den gan diciptakan n ya regulasi/ pengaturan oleh pihak yang m em iliki kekuasaan dalam m asyarakat.

Revrisond Baswir m em berikan definisi kem iskin an struktural sebagai kem iskinan yang dibuat m anusia seperti distribusi aset produktif yan g tidak m erata, kebijakan ekonom i tidak adil, korupsi dan kolusi, serta tatan an perekonom ian dunia yan g cenderung m en guntun gkan kelom pok m asyarakat tertentu.

Contoh kem iskinan struktural ialah kondisi petani yang selalu tidak bisa m enjual gabah dan berasnya den gan harga m ahal. Karena pasar (dengan intervensi pem erintah) m engkondisikan harga jual gabah dan beras selalu dalam tataran relatif m urah. Disini petani m em ang dikondisikan un tuk m enjadi warga negara pelengkap, yang sem ata-m eta bertugas m enyediakan pangan sebagai sarana kem akm uran an ggota m asyarakat lain, sem entara dirinya sendiri harus puas den gan kon disi yang serba kekurangan.

Artinya, kem iskinan petani adalah produk/ ciptaan/ hasil (dalam derajat yang lebih ren dah adalah im bas7) dari sebuah tindakan/ narasi besar negara. Den gan asum si

ini, m aka bagi oran g-oran g tertentu (yang m iskin), kem iskin an adalah suatu pengkon disian yan g ditim pakan kepadan ya baik dia (petani tersebut) sadari atau tidak. Keterlibatan negara dalam upaya m engkondisikan kem iskinan petani inilah yang akan dipaparkan lebih jauh dalam m akalah.

S ia p a ka h P e ta n i?

Perspektif sosiologi m enyebut petani kecil den gan istilah peasan t. Dalam kon sep ini, peasan t bukanlah seoran g petani den gan lahan kecil, nam un seorang petani yan g berjiwa subsisten. J iwa subsisten seorang petani m endoron gnya hanya untuk m elakukan usaha pertanian sekedar m en cukupi kebutuhan m inim al hidupnya. Sem entara petani yan g m em iliki jiwa wirausaha dan cenderun g m en gejar keun tungan dalam setiap usaha pertanian nya, dia tidak bisa disebut sebagai peasan t, m elain kan

agricultural en trepren eur ‘petani m odern ’.8

Raym ond Firth (1956) seperti dikutip Raharjo, m em berikan definisi peasan t

dalam konteks keekonom ian. Menurut Firth, ekonom i peasan t adalah sistem berskala kecil, dengan teknologi dan peralatan yan g sederhana, seringkali hanya m em produksi untuk m ereka sen diri yang hidupnya subsisten. Usaha pokok untuk hidup dengan m en golah tanah.9

Definisi Belshaw (1965) lebih lugas; m enyebut m asyarakat peasan t sebagai m asyarakat yang w ay of life-nya berorientasi pada tradision alitas; terpisah dari pusat

7 Mengandung m akna bahwa ada kesadaran tindakan (diketahui dengan pasti bahwa ada beberapa

tindakan yang ternyata bisa m engakibatkan kem iskinan terhadap orang lain) untuk m encitakan kem iskinan. Terlepas dari apakah pihak pem buat (penyebab) kem iskinan tersebut m elakukan tindakannya dengan sengaja atau tidak dengan sengaja.

8 Bandingkan dengan dwi fungsi petani yang dikem ukakan oleh J .F. Warouw bahwa petani berproduksi

untuk m em enuhi kebutuhan sendiri (used v alue) dan berproduksi untuk m em enuhi kebutuhan orang lain (exchanged v alue). J .F. Warouw, 20 0 6, Diktat kuliah Teori Sosial Pem bangunan, J akarta, Magister Adm inistrasi dan Kebijakan Publik, FISIP UI.

9 Raharjo, 20 0 4, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta, Gadjah Mada University

(5)

perkotaan tetapi m em iliki keterkaitan dengann ya; m en gkom bin asikan kegiatan pasar den gan produksi subsisten .10

Lalu apa yang dim aksud dengan subsistensi? Secara sederhana subsisten si diartikan sebagai cara hidup yang cenderung m inim alis. Clifton R. Wharton (1963) m engklasifikasikan subsistensi dalam dua jenis, yaitu subsistensi produksi dan subsistensi hidup. Subsistensi produksi berken aan dengan derajat kom ersialisasi dan m onetisasi yang rendah. Sem entara subsistensi hidup berken aan dengan pem enuhan kebutuhan m inim al sekedar un tuk bertahan hidup.11

Wharton m engem ukakan bahwa pertanian subsisten m urni m erupakan pertanian yang berdiri sendiri dan m en cukupi diri sendiri. Sem ua produksi dikon sum si sendiri tanpa ada yang dijual. Selain hal itu, tidak ada pengaruh luar, seperti produsen barang atau jasa pelayan an berkait pertanian, yang m asuk atau m em pen garuhi pertanian.

Ko n d is i S o s ia l-Eko n o m i P e ta n i

Rata-rata, kondisi petani di In donesia jauh dari gam baran kem akm uran . Pertanian di Indon esia sebenarn ya adalah sektor m en entukan bagi kehidupan m asyarakat, nam un sayangnya selalu diposisikan m arginal, sekedar pelengkap derita.

Beras adalah m akanan pokok yang selalu dibutuhkan (dikonsum si) m ayoritas m asyarakat Indon esia. Den gan dem ikian , sudah m enjadi hukum alam jika petani m en jadi pihak yan g m em egan g m onopoli. Kondisi pasar m onopolis seharusnya m em bawa petani kepada kesejahteraan yang lebih baik. Tetapi kondisi tersebut tidak terjadi karena adanya interven si negara m elalui “politik pangan m urah”. Secara garis besar politik pangan m urah m enekan biaya produksi pertanian sehin gga harga jual m en jadi lebih m urah.12

Menjadi pertanyaan besar m engapa petani nyaris selalu m iskin padahal m ereka berperan sebagai produsen yang m enghasilkan barang kebutuhan pokok m asyarakat. Beberapa faktor pen yebabn ya antara lain sebagai berikut:

P e rta m a, petani tidak m em iliki cukup lahan untuk m en ghasilkan beras sam pai tingkat surplus. Sehingga m ayoritas petani di n egara ini adalah peasan t atau petani yang m em produksi beras hanya sekedar m em enuhi kebutuhan hidup. Dalam kelom pok ini beras belum m enjadi kom oditi.

Tidak tercapainya surplus produksi antara lain disebabkan lahan yan g dikuasai petani san gatlah sem pit. Luas lahan pertanian dari tahun ke tahun tidak m engalam i peningkatan , sem entara jum laha anggota keluarga petani terus bertam bah. Konsekuensi pertam bahan jum lah anggota keluarga petani adalah dipecahnya lahan pertanian yang sem pit tersebut untuk diwariskan kepada anak-anak petani. Den gan dem ikian lahan pertanian sem akin terpecah-pecah lebih kecil. Belum lagi m araknya

10Ibid., hal. 70. 11Ibid., hal. 70 -71.

12 Kebijakan beras m urah m erupakan kebijakan yang diam bil pem erintah (bahkan sebenarnya sudah

diterapkan pula oleh pem erintah kolonial) sejak awal kem erdekaan Indonesia. Tahun 1949-1959 pem erintah m enerapkan “politik pangan m urah” dengan cara m enekan serendah m ungkin biaya produksi beras. Tahun 1959-1966 diterapkan “politik upah natura” yang m engganti sebagian upah pegawai negeri dalam wujud beras. Tentang politik pertanian (politik pangan/ beras) dapat dilihat dalam Mubyarto, 1994,

(6)

konversi (pengalihan fungsi) lahan pertanian. Surplus m acam apa yang bisa diharapkan dari lahan pertanian yan g sem akin m en gecil?

Sensus Pertanian tahun 20 0 3 m en unjukkan selam a periode 1993-20 0 3, rata-rata luas pen guasaan lahan pertanian turun dari 0 ,8 0 ha m enjadi 0 ,72 ha. Kondisi lebih parah terjadi di J awa yang rata-rata luas lahan pertanian turun dari 0 ,47 ha m enjadi 0 ,38 ha. Kondisi ini m eningkatkan jum lah petan i gurem , yan g m enguasai lahan kuran g dari 0 ,5 ha, m eningkat 2,17% per tahun. Petani gurem di In donesia m encapai jum lah 13,3 juta rum ah tangga pada tahun 20 0 3 atau sebesar 55% dari total petani Indonesia.13

Ke d u a, petani-petani yang m em iliki cukup lahan untuk m encapai tahap surplus produksi pada kenyataannya tetap tidak bisa m en guasai/ m en en tukan harga pasar karena m ereka (petani-petani tersebut) tidak terorganisir. Tanpa diorganisir, petani beras akan kesulitan m elakukan m onopoli, dalam arti m en gatur di tingkat harga berapa m ereka boleh m elepas beras ke pasar. Sehingga kecenderungannya m asing-m asing petani justru asing-m en entukan harga asing-m ereka sendiri-sendiri yang acapkali lebih m urah dari harga sesam a petani.

Ke tiga, intervensi pem erintah m elalui kebijakan im por beras. Dalam pem bahasan di m uka telah disinggung ten tang politik pangan. J ika pada m asa kolonialism e Belanda dan dekade awal 60 -an dan 70 -an politik pangan dilakukan den gan m enekan biaya produksi, kecenderungan yang dilakukan pem erintah saat ini adalah m elakukan im por beras. Im por beras m enjadi pilihan karen a lebih m udah dilakukan daripada harus m en ekan biaya produksi beras.

Im p o r B e ra s

Pem erintah (sebagai represen tasi negara) m em iliki kewajiban m en jam in pem enuhan kebutuhan pangan m asyarakat, baik dari segi jum lah beras m aupun keterjangkauan harga beras. Den gan kata lain pem erin tah harus m enjam in bahwa jum lah beras di pasar cukup m em enuhi kebutuhan sem ua m asyarakat den gan harga terjan gkau.

Pem enuhan kebutuhan beras, dari segi jum lah, bisa dilakukan m elalui dua cara, yaitu m enaikkan produksi pertanian dalam negeri, atau cara kedua dengan m elakukan im por beras. Dalam hal ini pem erintah cenderun g m em ilih m elakukan im por daripada harus m en ingkatkan produksi dalam n egeri. Menaikkan produksi pertanian m erupakan kegiatan yang relatif sulit serta m em butuhkan waktu lam a. Sulit karena m eliputi berbagai kegiatan seperti penyediaan pupuk m urah, penin gkatan teknologi pertanian, sarana penyim panan yan g m em adai, saluran distribusi, dan banyak hal lain.

Kom pleksitas m asalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi pertanian m enjadikan peningkatan produksi sebagai proyek jangka panjang serta berbiaya tinggi. Peningkatan produksi pangan tidak bisa dicapai dengan cepat, m elainkan secara bertahap. Apalagi sebagai sebuah proyek jangka panjang, peningkatan produksi pertanian m em erlukan ketersam bungan (kontinuitas) kebijakan pem erintahan.

13 Kecuk Suhariyanto, “Kem iskinan dan Konversi Lahan” dalam Kom pas, 16 Oktober 20 0 6. Sebagai

(7)

Artinya, pem erin tah yang akan datan g harus rela dan m em iliki kom itm en untuk m en eruskan kebijakan pem erintah sebelum nya (yan g m en can angkan proyek peningkatan produksi pertanian).14

Sedangkan jika m em ilih jalan im por, perm asalahan yang dihadapi pem erin tah lebih sederhana. Im por adalah cara instan karen a begitu pem erintah m engeluarkan uan g, sejum lah beras akan diterim a pem erintah. Lebih gam pan g lagi, im por tidak m em erlukan perencanaan lintas sektoral (apalagi lintas gen erasi) serum it diban dingkan proyek peningkatan hasil produksi.

Dalam kon disi norm al, di pasar berlaku hukum pen awaran dan perm intaan . Kelangkaan beras serta m erta m enaikkan harga beras. Untuk m engontrol harga beras pada level yang diingin kan, pem erintah m elakukan intervensi pasar. Saat harga beras di pasaran m ulai m eram bat naik pem erintah m elakukan operasi pasar, yaitu m enjual dalam jum lah besar beras-beras persediaan pem erintah. Setelah harga berangsur turun, pem erintah m enghen tikan operasi pasar. Dengan dem ikian harga beras akan selalu stabil pada level yang diinginkan pem erin tah.

Di sini dapat dilihat bahwa ketersediaan (stok) beras pem erintah sangat m en en tukan kem am puan interven si terhadap pasar. Untuk m enjam in ketersediaan stok beras, pem erintah m elakukan im por beras dari Thailan d dan Vietn am sebanyak 210 .0 0 0 ton dengan harga pada kisaran Rp 3.0 0 0 .15 Beras im por direncanakan m asuk

Indon esia dalam bulan Oktober dan Novem ber.

Rencana im por beras lan gsung disam but m erosotnya harga dasar gabah di pasaran dalam negeri Indonesia, dari Rp 2.20 0 m enjadi Rp 1.70 0 per-kg.16 Harga

gabah m erosot karen a pasar dalam n egeri m em iliki kelebihan stok gabah. Produksi gabah petan i m en capai 54 juta ton gabah kering giling (GKG). J ika dijadikan beras akan m encapai jum lah 35 juta ton beras. Sem en tara kebutuhan kon sum si hanya 33 juta ton. Kelebihan stok sebanyak 2 juta ton yang harusnya dicarikan solusi pem asaran , justru diperparah pem erintah dengan m em asukkan 210 .0 0 0 ton beras im por.

Alasan pem erintah m engim por beras sebagai antisipasi kebutuhan konsum si m em an g bijaksan a. Tetapi sebenarnya Bulog, sebagai kepanjangan tan gan pem erintah

14 Kontinuitas program -program atau kebijakan-kebijakan pem erintahan benar-benar sesuatu yang sulit

diharapkan terjadi di Indonesia. Kecenderungan yang terjadi, m asing-m asing rezim pem erintahan m em iliki daftar kebijakan m asing-m asing dan terlalu som bong untuk m engakui bahwa beberapa program / kebijakan pem erintahan terdahulu adalah baik, sehingga tidak m au m eneruskannya. Maka salah satu kunci m em benahi sektor pem erintahan adalah m engupayakan good w ill pem erintah berkuasa untuk m enjadi m artir (contoh) dalam adopsi kebijakan pem erintahan sebelum nya. Dengan m em utus tradisi “gengsi”, bisa diharapkan pem erintahan generasi berikutnya m engekor dengan m em buang gengsi ketika m ereka berhadapan dengan program bagus peninggalan pem erintahan terdahulu.

Menyinggung m asalah kontinuitas dan diskontinuitas kebijakan, kita tentu bertanya-tanya m engapa Indonesia yang pada tahun 198 4 berhasil m elakukan swasem bada beras, sekarang justru m enjadi pengim por beras?

15 Padahal beras yang sam a di negara asalnya (Thailand dan Vietnam ) dijual seharga Rp. 5.0 0 0 . ---,

“Beras Im por Mulai Masuk 1 Oktober” dalam M edia Indonesia Online, Kam is 7 Septem ber 20 0 6, dan ---, “Siswono: Im por Beras Rugikan Petani” dalam M edia Indonesia Online, Selasa 5 Septem ber 20 0 6. Hal ini m enunjukkan bahwa pem erintah Thailand dan Vietnam m elakukan politik harga yang berlawanan dengan politik pem erintah Indonesia. Pem erintah Thailand dan Vietnam m enyubsidi produksi beras untuk im por, sem entara pada saat yang sam a m em biarkan harga dalam negeri relatif tinggi agar petani cukup m endapat untung. Sem entara yang dilakukan pem erintah Indonesia justru sebaliknya; m enekan harga jual beras dalam negeri tanpa m em berikan subsidi.

(8)

dalam pen yediaan beras, tidak harus m engim por dari luar negeri. Lebih bijak jika Bulog m em beli surplus beras petani pada waktu panen . Kon gkretnya dengan m em beli stok beras petani yan g disebut di m uka sebanyak 2 juta ton .

Surplus beras petani biasan ya dijual m urah kepada tengkulak/ pedagang karen a petani tidak m em iliki saran a pen yim panan yang m em adai. Dengan dibelin ya beras oleh Bulog, petani akan m en dapat harga yan g wajar serta Bulog sen diri akan m em iliki stok yang cukup untuk operasi pasar jika terjadi peningkatan harga beras (yan g acapkali disebabkan perm ainan harga oleh tengkulak).

Setelah pen guasaan lahan yang sem akin m enyem pit, kebijakan im por beras adalah pukulan m em atikan yang kedua. Tidak berlebihan jika petani-petani (terutam a terkait kem iskinan petani) tersebut sering diilustrasikan sebagai oran g-orang yan g berdiri terendam air sebatas lehernya, sehingga sekecil apapun riak m en galun telah cukup m enenggelam kan m ereka.

Penyem pitan lahan pertanian telah m en enggelam kan para petani sam pai batas leher m ereka, sem entara im por adalah riak kecil yang akan seutuhnya m en en ggelam kan petani. Secara sederhan a im por dan kem iskinan petani akan berkelindan dalam lingkaran setan sebagai berikut:

Asum si pem erin tah bahwa akan terjadi kekuran gan pangan m en jadi dasar kebijakan m elakukan im por beras. Im por yang dilakukan berhasil m enurunkan harga beras di pasaran . Tetapi turunnya harga beras (yang tidak diim bangi subsidi bagi petani) m em buat petani rugi. Kerugian (dalam arti harga jual lebih rendah dari biaya produksi yang dikeluarkan) m em buat pertanian bangkrut.

Akhirnya (sebagian) petani m em utuskan beralih profesi dan/ atau m en gkonversi lahan m ereka ke bidan g lain yang dianggap lebih m enguntun gkan secara finan sial. Pada m usim tanam berikutnya, berkurangnya petani serta terjadinya konversi lahan m enim bulkan kekuran gan pan gan . Dem i m enutup kekurangan pan gan, pem erintah kem bali m elakukan im por beras. Tentun ya jum lah beras yang diim por m enjadi lebih besar dari sebelum nya.

(9)

petani gurem . Mengapa dem ikian? Dari logika ekonom i, sem akin besar skala keluasan pertanian, biaya produksi yang dikeluarkan secara rata-rata justru sem akin rendah. Nam un sem akin kecil skala produksi, biaya produksi yang dikeluarkan justru sem akin tinggi.17

Den gan dem ikian petani gurem m en jadi pihak yang paling rentan terhadap kebijakan im por beras. Menurut data Sen sus Pertanian 20 0 3, sekitar 70 % penduduk

m iskin di pedesaan ada di sektor pertanian.18 Tentu dapat dibayangkan apa yang

terjadi jika kebijakan im por beras terus dilan jutkan.

S o lu s i: Me n gga n ti Im p o r d e n ga n S u b s id i

Menurunkan harga beras untuk m enjam in kebutuhan m asyarakat luas tidak bisa dilakukan dengan m enekan kesejahteraan petani. Petani adalah juga rakyat yang m em iliki hak sam a untuk sejahtera dan m en dapat untung dari usaha yang m ereka lakukan . Artinya, harga beras yan g relatif tinggi (terdapat selisih positif antara biaya produksi dengan harga pasaran) dan m engun tungkan petan i seharusnya tidak dilihat sebagai faktor yang m erugikan kepentingan m asyarakat lain.

Pem erintah harus bersikap adil, di satu sisi m elindungi ketersediaan dan keterjangkauan beras bagi m asyarakat luas, sem en tara di sisi lain juga harus m enjaga kesejahteraan (tingkat keun tun gan jual beli) petani. Maka yang harus dilakukan adalah m em berikan subsidi kepada petani lokal. Subsidi yan g diberikan, akan m en guntun gkan dan m engurangi biaya produksi yan g harus dikeluarkan petani. Serta, di sisi lain akan m em buat harga beras di pasaran relatif ren dah. Dengan dem ikian m asyarakat luas dapat m enikm ati beras den gan harga terjangkau tanpa harus m en gorban kan petani. Bukankah tujuan negara m em ang m en capai bon um publicum?

Kebijakan im por harus segera dihentikan dan diganti den gan kebijakan jangka panjang pen ingkatan hasil pertanian . Peralihan dari kebijakan im por m enuju kebijakan peningkatan hasil produksi tidak sem udah m em balik telapak tangan. Perubahan ini hanya bisa dilakukan secara bertahap. Un tuk sem entara, sebelum ben ar-benar ditem ukan form at pem bangunan pertanian yang tepat, subsidi harus diberikan kepada petani. Subsidi ditujukan un tuk m engurangi biaya produksi yang m eliputi pen yediaan bibit padi, pupuk, serta peralatan pendukung lainnya.

Masih dalam Sensus Pertanian 20 0 3, sejum lah 25% dari petani m en gaku kesulitan m en dapat saran a produksi, seperti pupuk dan pestisida. Sensus juga m en un jukkan bahwa kesulitan tersebut diakibatkan m ahalnya harga (59%), lokasi terpencil (17%), sarana produksi tidak tersedia (13%), dan sisanya karena alasan lain-lain.

Den gan adanya subsidi saran a produksi (yan g didukun g penghentian im por beras) petani (gurem ) akan m en dapat keuntun gan dari hasil pertaniannya. Meskipun keuntungan nya relatif kecil, dengan pen gelolaan yang tepat akan bisa dipergun akan

17 Variabel biaya produksi terdiri dari biaya tetap ditam bah biaya m arginal. Berapapun barang diproduksi,

biaya tetap adalah sam a. Nam un biaya m arginal berbeda-beda; sem akin banyak barang diproduksi, akan sem akin rendah rata-rata biaya m arginalnya. Sehingga secara alam iah keuntungan petani berlahan luas akan relatif lebih tinggi dibanding keuntungan yang diperoleh petani berlahan sem pit.

(10)

untuk m em atahkan siklus kem iskinan petani. Pem atahan siklus kem iskinan petani dilakukan dengan m en garahkan penggun aan keuntungan tersebut ke dalam sektor yang paling strategis, yaitu (pem biayaan) pendidikan.

Sebagai ilustrasi tentang intervensi pendidikan dalam m em atahkan kem iskinan dan m eningkatkan kesejahteraan keluarga petani, bisa disim ak bagan berikut:

Kita am bil contoh keluarga petani berlahan o,5 ha yang m em iliki tiga orang anak. Kewajiban petani (sebagai orang tua) adalah m ewariskan sawah seluas 0 ,5 ha dengan adil kepada ketiga anaknya. J ika dilakukan , pewarisan ini akan m engakibatkan luas lahan yang dikuasai m asing-m asin g anak han ya 0 ,166 ha. Penguasaan yang sem akin m enyem pit, m engakibatkan m ereka sem akin terpuruk dalam kem iskin an karen a tidak m en cukupin ya pen ghasilan pertanian un tuk bertahan hidup.

Dengan cam pur tangan pem erintah dalam subsidi pertanian (apalagi jika diim bangi dengan subsidi pendidikan), keluarga petani tersebut dapat m en girim kan anak kedua dan anak ketiga ke sekolah. Dengan asum si bahwa sekolah m am pu m enin gkatkan ketram pilan m urid-m uridn ya, m aka kedua anak petan i akan m am pu bersaing di luar sektor pertanian. Mereka akan m endapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan tentu saja m engalam i pen ingkatan penghasilan.

Di sisi lain, karena anak kedua dan anak ketiga bekerja di sektor non -pertanian , m aka lahan pertanian keluarga seluas 0 ,5 ha dikelola sepen uhnya oleh anak pertam a saja. Den gan dem ikian pem ecahan lahan pertanian tidak terjadi. Meskipun luas lahan yang sam a tidak m em buat an ak pertam a m enjadi lebih sejahtera, nam un setidakn ya dia tidak terpuruk m enjadi lebih m iskin.

Sem entara pada an ak kedua dan ketiga yan g bekerja di sektor non -pertanian , ten tu m em iliki penghasilan yan g (relatif) lebih besar. Pen ghasilan ini bisa diarahkan sebagai investasi pertanian di lahan keluarga m ereka. Investasi yang dilakukan terutam a dalam bidang peningkatan teknologi pertanian .

Den gan teknologi yang bagus, bisa diperoleh peningkatan hasil produksi padi dari lahan seluas 0 ,5 ha. Peningkatan produksi padi dari lahan 0 ,5 ha bisa berarti dua hal:

(11)

Ke d u a, bagi keluarga petani itu sendiri, peningkatan produksi m em berikan keuntungan finansial. Keuntungan ini bisa diinvestasikan kem bali kepada sektor pendidikan. Den gan dem ikian siklus penin gkatan kualitas pendidikan dan ketersediaan pangan akan terus berulan g dengan derajat hasil yang sem akin m em besar.

Sebagai penutup m akalah ini perlu ditegaskan; sem ua kajian yan g berupaya m en em ukan cara m em utus lingkaran kem iskinan petani tidak ada artinya tanpa keinginan serius dari pem erintah untuk m enjalankan. Yang paling dibutuhkan dari pem erintah adalah keberpihakan ideologis kepada petani. Pem erintah harus m em iliki

good w ill untuk m elepaskan petani dari jeratan kem iskinan struktural, bukannya justru m engabaikan m ereka dem i m em enuhi sopan-san tun hubungan perdagan gan internasional.19

Dalam Piram ida Kurban M an usia, Peter L. Berger m engatakan , “Biaya-biaya m an usiawi yang paling m en ekan adalah yan g berkenaan dengan kekurangan dan penderitaan fisik. Tun tunan m oral yang paling m en desak dalam pengam bilan kebijaksan aan politik adalah suatu perhitun gan kesen gsaraan.”20

D a fta r P u s ta ka

B u ku :

---, 20 0 6, Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonom i In don esia, Edisi J uli 20 0 6, J akarta, Direktorat Disem inasi Statistik-Badan Pusat Statistik.

J .F. Warouw, 20 0 6, Diktat kuliah Teori Sosial Pem ban gun an, J akarta, Magister Adm inistrasi dan Kebijakan Publik, FISIP UI.

Koentjaraningrat, 1990 , Pengantar Ilm u Antropologi, J akarta, PT Rin eka Cipta.

Mubyarto, 1994, Politik Pertan ian dan Pem ban gun an Pedesaan, J akarta, Sinar Harapan.

Peter L. Berger, 20 0 5, Piram ida Kurban Man usia: Etika Politik dan Perubahan Sosial, J akarta, LP3ES.

Raharjo, 20 0 4, Pen gan tar Sosiologi Pedesaan dan Pertan ian, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Vandana Shiva, 1997, Bebas Dari Pem ban gun an : Perem puan , Ekologi, dan

Perjuan gan H idup di In dia, J akarta, Yayasan Obor Indon esia.

William A. Haviland, tanpa tahun, Antropologi, J ilid 1 Edisi Keem pat, Erlangga.

S u ra t ka b a r d a n in te rn e t:

Kecuk Suhariyanto, “Kem iskinan dan Konversi Lahan ” dalam Kom pas, 16 Oktober

20 0 6.

19 Menteri Pertanian Anton Apriyantono, terkait m asalah im por beras, m em berikan pernyataan kepada

Kom pas bahwa "Selam a ini Indonesia pun tidak pernah swasem bada beras 10 0 persen. Kalau im pornya hanya 1 persen dari total kebutuhan, seperti rencana sekarang, tidak m asalah. Kalau kita sam a sekali tidak m elakukan im por, kita bisa disalahkan Organisasi Perdagangan Dunia. J adi, pengertian swasem bada itu harus diredefinisi kem bali.” ---, “Daerah Menolak Beras Im por” dalam Kom pas, Senin 4 Septem ber 20 0 6. Dalam pernyataan tersebut, kita m elihat sebenarnya salah satu faktor im por beras adalah dem i m em enuhi kewajiban yang dicanangkan WTO bagi negara-negara anggotanya.

Betapa kesejahteraan warga negara sendiri tidak lebih penting dari kewajiban m elakukan basa-basi politik internasional. Basa-basi yang m elenceng dari tujuan sem ula diciptakannya negara – m elindungi (to respect), m enghorm ati (to protect), dan m em enuhi (to fulfill) hak-hak dasar dem i kesejahteraan hidup.

20 Peter L. Berger, 20 0 5, Piram ida Kurban M anusia: Etika Politik dan Perubahan Sosial, J akarta, LP3ES,

(12)

---, “Butet Manurung dalam Sejarah Pengem bangan Pendidikan Altern atif ‘Sokolah’ Orang Rim ba di Tam an Nasional Bukit Dua Belas dan Bukit Tiga Puluh, J am bi” dalam On/ Off N ew sletter, Edisi Khusus 19/ II/ 20 0 3, Yogyakarta, Sindikat Kerja Oran g Biasa.

---, “Beras Im por Mulai Masuk 1 Oktober” dalam M edia In don esia On lin e, Kam is 7 Septem ber 20 0 6.

---, “Siswono: Im por Beras Rugikan Petani” dalam M edia Indon esia Online, Selasa 5 Septem ber 20 0 6.

---, “Daerah Menolak Beras Im por” dalam Kom pas, Senin 4 Septem ber 20 0 6. ---, “Orang Miskin Bertam bah” dalam Kom pas, 2 Septem ber 20 0 6.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi anda para pecinta judi Sabung Ayam Online yang memiliki masalah pada saat tayangan langsung tersebut dan tidak tau bagaimana cara mengatasi nya, untuk artikel

Kadar abu ini bertujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya pengelolaan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, penentuan parameter nilai gizi suatu makanan dan

[r]

Hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa Retribusi Daerah dan Pajak Daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Soppeng hanya sebesar 0,127 atau

GGE biplot had some graphical visual- ization function such as visualization of genotypes performance in a specific environment, visual- ization of relative adaptability

Dari hasil penelitian, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa (1) Secara umum pemerintah desa di wilayah Kecamatan Winong Kabupaten Pati telah memahami tugas-tugasnya

[r]

Mekanisme peningkatan tekanan darah oleh fruktosa ini melalui peningkatan kadar asam urat plasma, yang dapat menyebabkan inflamasi di ginjal yang akhirnya akan meningkatkan tekanan