• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Asset Growth Dan LiquidityTerhadap Leverage Growth Di Tinjau Dari Wholesale Funding Yang Dimiliki Sektor Perbankan(Studi Empiris Perbankan Go Public Periode 2004-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Asset Growth Dan LiquidityTerhadap Leverage Growth Di Tinjau Dari Wholesale Funding Yang Dimiliki Sektor Perbankan(Studi Empiris Perbankan Go Public Periode 2004-2014)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan global pada tahun 2008 merupakan krisis keuangan yang ditandai dengan menurunnya tingkat likuiditas di pasar keuangaan, karena kelangkaan likuiditas menyebabkan menurunnya kepercayaan di sektor korporasi dan rumah tangga terhadap kondisi perekonomian. Krisis keuangan global mendorong pimpinan negara yang bergabung dalam G-20 untuk mendeklarasikan upaya internasional yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan regulasi sektor keuangan melalui penguatan kuantitas dan kualitas sistem permodalan di sektor perbankan.

(2)

2 bank sehingga bank dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak-pihak yang ingin menarik atau mencairkan simpanan dananya sewaktu-waktu.

Meningkatnya resiko likuiditas disebabkan oleh kewajiban (liabilitas) dan aset. Resiko likuiditas yang disebabkan oleh liabilitas terjadi ketika nasabah melakukan penarikan tunai secara tiba-tiba oleh karena itu bank akan rentang terhadap guncangan likuiditas. Dalam memenuhi kebetuhan pencairan dana nasabah maka bank akan mencari dana tambahan atau menjual aset yang dimiliki. Resiko likuiditas yang disebabkan oleh aset seperti kampuan dalam menyediakan kecukupan dana dalam menyalurkan pinjaman.

Satu cara untuk menjaga tingkat likuiditas bank akan meningkatnya leverage yang dimiliki melalui dana pihak ketiga, tetapi Leverage perbankan yang

berlebihan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan global yang mendalam baik dilihat dari neraca maupun yang tercatat di rekening administratif. Meskipun bank memiliki rasio modal yang cukup kuat, leverage juga bisa menimbulkan kerugian pada bank dan perekonomian secara keseluruhan sebagai dampak proses deleveraging yang semakin besar akan menurunkan harga aset di sistem keuangan (Basel III, 2014).

(3)

3 akan berpengaruh turunnya kemampuan bank dalam menopang pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya resiko kredit secara keseluruhan.

Menurut “Basel III” (2014) dalam mengurangi pembentukan leverage yang berlebihan di sektor perbankan, Basel Committe on Banking Supervision (BCBS) memperkenalkan leverage ratio sebagai non-risk based approach yang merupakan pelengkap dari rasio permodalan. Pengenalan leverage ratio bertujuan sebagai backstop dari rasio permodalan untuk mencegah terjadinya proses deleveraging yang dapat merusak sistem keuangan dan perekonomian.

Kerangka basel III yang diterapkan pada bulan Januari 2013 dan akan di implementasikan pada bulan Januari 2019. Indonesia merupakan salah satu anggota Basel Committe on Banking Supervision (BCBS) akan segera mengadopsi kerangka basel III yang mengatur masalah leverage ratio. Sebagai bentuk bahwa Indonesia akan menerapkan Basel III, Bank Indonesia telah menerbitkan Consultative PaperLeverage Ratio yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada

bulan Juni 2012. Selain itu BCBS telah mengeluarkan revisi perhitungan leverage ratio dalam dokumen “Basel III Leverage Ratio Framework and Disclosure

Requirements” pada bulan Januari 2014. Consultative Paper Leverage Ratio

diterbitkan Bank Indonesian untuk memperoleh masukan dari berbagai pihak mengenai kerangka Leverage Ratio yang telah dipublikasikan oleh anggota BCBS tersebut.

(4)

4 akhirnya Basel III akan di implementasikan dalam peraturan-peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan. Pada saat ini OJK sedang melakukan langkah-langkah untuk mempersiapkan implementasi kerangka leverage ratio sehingga dapat berkontribusi secara positif untuk perkembangan

industri perbankan di Indonesia kedepannya.

Tobias dan Hyuan (2010) mengatakan bahwa perubahan leverage memiliki hubungan positif yang sangat kuat terhadap perubahan neraca perbankan karena manajemen akan melakukan penyesuaian terhadap pergerakan harga aset yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut leverage yang tinggi terjadi pada saat kondisi ekonomi booming dan leverage yang rendah terjadi pada saat ekonomi krisis. Dengan kata lain leverage itu bersifat procyclical. Hal ini dikarenakan total kekayaan bersih (ekuitas) perbankan sangat sensitif terhadap harga aset. Manajemen bank yang memiliki strategi yang aktif akan menambah jumlah leverage jika harga aset naik untuk meminimalisasi tingkat leverage yang

dimilikinya. Sebaliknya jika manajemen bank bersifat pasif, maka kenaikan harga aset tidak diikuti dengan penambahan leverage yang dimilikinya. Oleh sebab itu perubahan harga aset memiliki hubungan negatif dengan perubahan tingkat leverage perbankan.

Leverage yang bersifat procycliclicality karena pertumbuhan aset dan

(5)

5 menyesuaikan kewajiban, maka leverage ratio akan menurun dan nilai aset akan meningkat. Sebaliknya jika manajemen bank dalam mengelola neraca secara aktif dan meningkatkan kewajiban non-ekuitas maka leverage ratio akan kembali ke level sebelumnya (Dewally dan Shao :2013).

Leverage yang memiliki sifat procyclical dapat dilihat sebagai konsekuensi

dari manajemen bank yang aktif dalam menanggapi perubahan harga dan resiko atas aset. Perubahan harga aset akan mempengaruhi manajemen bank untuk mencari sumber dana dalam meningkatkan leverage yang dimilikinya, biasanya salah satunya dengan menggunakan wholesale funding. Bank yang menggunakan wholesale funding adalah bank yang mempunyai reputasi yang tinggi serta dapat

menyesuaikan leverage dengan cepat. Dewally dan Shao (2013), bank yang menggunakan wholesale funding akan menunjukkan leverage yang procyclical. Selain itu tidak ditemukan pengaruh procyclical terhadap bank-bank komersial yang tidak menggunakan wholesale funding.

Menurut Damar, dkk (2013)bank yang menggunakan wholesale funding akan lebih cepat untuk mendapatkan dana dan lebih cepat menyesuaikan leverage ratio, sedangkan bank yang menggunakan retail deposits akan lebih lama untuk

(6)

6 menyebabkan likuiditas tidak efisien ketika bank tidak menerima tentang kebijakan wholesale funding yang telah dibuat.

Menurut Blum (2008), apabila suatu bank memiliki resiko leverage ratio yang tinggi maka akan berdampak pada resiko tingkat suku bunga bank, semakin baik pengawasan manajemen bank maka semakin baik leverage ratio yang dihasilkan dan sebaliknya semakin rendah pengawasan manajemen bank maka akan melemahnya leverage ratio tersebut. Pembatasan leverage ratio sama dengan membutuhkan modal yang minimum. Semakin besar resiko yang dihadapi suatu bank semakin besar jumlah modal yang dibutuhkan untuk menjaga likuiditas bank serta stabilitas. Bank yang memiliki manajemen yang baik juga harus menjaga stabilitas modalnya meskipun bank tersebut tanpa menambah modal masih bisa menjaga stabilitas manjemen bank tersebut.

Pengelolaan leverage berkaitan erat dengan upaya bank untuk menargetkan tingkat kreditnya. Kredit yang bersifat pasif harus berfluktuasi dengan siklus keuangan bank. Tingkat kredit yang konstan melalui siklus keuangan menunjukkan bahwa bank mengelola neraca keuangan secara aktif. Likuiditas agregat juga dapat meningkatkan pertumbuhan neraca keuangan, ketika aset meningkat maka manajemen keuangan akan menjadi lebih kuat tanpa penyesuaian kepemilikannya (Tobias dan Hyuan : 2010).

(7)

7 funding. Apabila leverage meningkat akan di ikuti peningkatan aset pada bank

tersebut, dan kesenjangan tingkat procyclicality dan wholesale funding akan berkembang. Leverage yang bersifat procyclicality juga mempunyai dampak postif terhadap perekonomian suatu negara kerena dapat memberikan dana untuk perkembangan investasi. Penelitian yang dilakukan oleh Michael Dawally dan Yingying Shao (2013) mempunyai hasil yang sama tetapi penelitian ini dilakukan pada lembaga keuangan dari 49 negara.

Dalam penelitian mereka perubahan total aset berpengaruh positif terhadap leverage growth dan leverage bersifat procyclicality karena berkolerasi positif

dengan variabel asset growth dan leverage growth. Di dalam penelitian mereka menggunakan variabel liquidity sebagai variabel kontrol. Liquidity yang tinggi akan mempengaruhi procyclicality yang tinggi, ketika manajemen bank tidak likuid maka wholesale funding perbankan akan kehilangan arah untuk menyesuaikan leverage dan menyebabkan leverage bersifat procyclicality yang lemah dan sebaliknya apabila manajemen bank menjadi likuid maka wholesalefunding bank akan meningkat dan lebih cepat untuk menyesuaikan

leverage dan leverage bersifat procyclicality yang tinggi.

Dalam penelitian Damar, dkk (2013) menggunakan variabel wholesale funding yang di bedakan menjadi tiga yaitu: wholesale funding tinggi; wholesale

funding rendah; dan tidak ada wholesale funding di lembaga keuangan Canada,

(8)

8 di bandingkan bank yang mungunakan wholesale funding rendah dan tidak menggunkan wholesale funding, Sedangkan dalam penelitian Dewally dan Shao (2013) penggunaan variabel wholesale funding tidak dibedakan kedalam wholesale funding tinggi, rendah, dan tidak ada penggunaan wholesale funding

dalam lembaga keuangan internasional.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan replikasi penelitaian yang dilakukan oleh Damar, dkk (2013). Tetapi dalam penelitian ini, peneliti tidak mengikutsertakan variabel ACM limit (Assets to Capital Multiple) karena di Indonesia belum di tetapkan batas ACM limit yang merupakan logaritma dari leverage ratio maksimum, serta variabel merger yang merupakan variabel dummy dikarenakan tidak semua lembaga keuangan di Indonesia melakukan merger. Maka penulis menyusun penelitian yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Assets Growth Dan Liquidity Terhadap Leverage Growth

Di Tinjau Dari Wholesale Funding Yang Dimiliki Sektor Perbankan Periode

(9)

9 1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya leverage growth di sektor perbankan Indonesia, maka permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah assets growth berpengaruh secara signifikan terhadap leverage growth ?

2. Apakah liquidity berpengaruh secara signifikan terhadap leverage growth ? 3. Apakah leverage growth periode sebelumnya berpengaruh secara signifikan

terhadap leverage growth ?

4. Apakah wholesale funding berpengaruh secara signifikan terhadap leverage growth ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah di atas :

1. Untuk mengetahui pengaruh asset growth terhadap leverage growth. 2. Untuk mengetahui pengaruh liquidity terhadap leverage growth.

3. Untuk mengetahui pengaruh leverage growth periode sebelumnya terhadap leverage growth.

(10)

10 1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi bank, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan pertimbangan bank untuk penerapan leverage ratio di sektor perbankan. 2. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

memilih bank sebagai tempat berinvestasi dengan kualitas manajemen bank yang baik.

3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat serta menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah leverage.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Persentase Pelaksanaan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat Pada Pencegahan Dini Dalam Menangkal Ancaman Dari Dalam Dan Luar.

Capaian Program Jumlah Partai Politik Yang Mendapatkan Pembinaan Peningkatan Kapasitas.

An algorithm for 3D reconstruction of the buildings based on LiDAR point cloud and aerial imagery is proposed which uses the advantage of both data sources,

Jari-jari atom dalam satu perioda dari kiri ke kanan makin kecil,,sedangkan sifat yang lain makin besar Prosedur Menalar sifat-sifat keperiodikan unsur Metakognitif

Menimbang : bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 6 Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014, perlu

Jumlah alokasi waktu pada prosem diisi sesuai dengan jam pelajaran efektif yang ada

(1) Terhadap Pejabat Struktural baik Eselon II, III dan IV serta Pejabat Fungsional yang telah diangkat dan dilantik dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional

Mengidentifikasi berbagai dampak negatif dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.. Dampak negatif dari penggunaan teknologi