BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah individu
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan ini
terjadi melalui kemampuan pancaindera manusia yakni penglihatan, perciuman,
pendengaran, rasa dan raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Sebelum orang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang itu terjadi proses yang berurutan yakni:
a.) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.) Interest, yaitu subjek merasa rasa tertarik kepda stimulus atau objek .Disini
sikap subjek sudah mulai muncul.
c.) Evaluation, di sini subjek akan menimbang-nimbang baik atau tidaknya
stimulus terhadap dirinya. Hal ini bererti sikap responden sudah jauh lebih
baik lagi.
d.) Trial, subjek sudah mencoba melakukan sesuatu sesuai stimulus. Di sini
subjek sudah mulai mencoba perilaku yang baru.
e.) Adoption, di sini subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Rogers,1974).
Namun demikian, perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap
tersebut. Apabila penerimaan atau perilaku baru atau adopsi perilaku melalaui
proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka
2.1.1. Tingkat Penegetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke pengetahuan tahap ini adalah mengingat kembali
(recall) suatu yang spesifik dari bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat penhetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tersebut tahu tentang apa
yang diperlajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami apa yang diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tesebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelasakan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramal
terhadap bahan yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunkan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini juga dapat
diartikan sebagai aplikasi dalam penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu
objek ke dalam komponen- knomponen , tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitnya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mennggambarkan
(membuat bagan) , membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formula baru dari formualasi –formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap teori atau
rumusan-rumusan yang sudah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah
ada. Misalnya, dapat membandingkan anak yang cukup gizi dan
anak-anak kekurangan gizi, dapat mentafsirkan penyebab ibu-ibu tidak mau ikut KB
(Keluarga Berencana).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).
2.2. Prebiotik
2.2.1. Mengenai Prebiotik
Prebiotik pertama kali ditemukan dan dinamai oleh Marcel Roberfroid
pada tahun 1995. Prebiotik ialah bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang
menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri di dalam sistem pencernaan yang
bermanfaat pada kesehatan manusia. Prebiotik merupakan bahan yang tidak dapat
dicerna yang digunakan sebagai sumber tanaga bagi beberapa jenis bakteri yang
secara semula jadi tinggal usus kecil (Roberfroid, 2007).
Mengkonsumsi makanan yang mengandungi prebiotik sudah diamalkan
oleh nenek moyang kita baberapa ratus tahun yang lalu. (Agus, 2010). Bukti yang
terkuat adalah dijumpainya sisa makanan yang mengandungi inulin-oligofructose,
sotol, bawang merah dan bawang putih telah djumpai di dalam gua di Amerika
Utara. Selain itu, dijumpai berbagai perkakas memasak yang digunakan pada
masa itu. Selain itu bahan yang sama juga dumpai di Australia sehingga ke Eropa
mengandungi prebiotik seperti bawang, daun ubi dan berbagai sayuran telah
digunakan setiap hari dalam masakan sehari-hari. Oleh karena itu, ini bukanlah
merupakan suatu hal yang baru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
(Angelo, 2002).
Satu hal yang masih menimbulkan perdebatan berbagai pihak adalah
mengenai kandungan prebiotik dalam ASI. Ada pihak yang mengatakan bahwa
galaktosakarida dalam ASI adalah prebiotik. Selain itu, ASI mengandung
probiotik (bakteri yang membawa manfaat kepada kesehatan dan bakteri tersebut
biasanya ialah Bifidobacterium), dengan demikian ASI sudah pasti mengandung
prebiotik (makanan untuk bakteri-bakteri tersebut). Bayi memperoleh prebiotik
yang pertama dari ASI (Munjal, 2009).
2.2.2. Perbedaan antara Prebiotik dan Probiotik
Prebiotik adalah serat yang merangsang pertumbuhan bakteri yang
memberi manfaat pada flora normal di usus kecil. Namun demikian, probiotik
merupakan mikroorganisme hidup yang diperoleh dari makanan yang kita makan
sehari-hari. Prebiotik ini akan melalui sistem pencernaan, masuk ke usus kecil dan
usus besar. Probiotik pada saat itu juga masuk ke usus kecil dan usus besar. Secara
normal (fisiologi), bakteri ini tidak merangsang aktivitas metabolik, namun
memberikan manfaat yang lain kepada tubuh (Shereen, 2010). Manfaat-manfaat
lain adalah meningkatkan sistem imun. Prebiotik dan probiotik secara simbiosis
bekerja sama untuk memberikan manfaat kesehatan kepada tubuh manusia. Selain
itu, akibat sinergisme (Depdikbud, 1994) yang diperolehi akibat penggabungan
prebiotik dan probiotik maka banyak makanan tambahan serta suplemen yang
telah diproduksi (Adriano, 2010).
2.2.3. Sumber Prebiotik
Secara dasarnya prebiotik merupakan karbohidrat (seperti oligosakarida),
tetapi bisa terdiri dari bahan bukan karbohidrat. Secara lazim, prebiotik
diklasifikasikan sebagai serat yang larut, yang mempunyai sifat khas yang tidak
Prebiotik ialah bahan yang secara selektif menghasilkan perubahan
spesifik dari segi komposisi dan aktivitas mikrofloora gastraointestinal, yang
mempunyai manfaat terhadap kesehatan manusia. Terdapat 2 jenis
fruktooligosakarida (FOS) yang cocok dengan definisi tersebut iaitu oligofruktosa
dan inulin. Pihak lain juga mengklasifikasikan galaktooligosakarida (GOS)
sebagai prebiotik (Stephanie, 2010)
Para peneliti kini lebih fokus terhadap perbedaan prebiotik rantai pendek,
prebiotik rantai panjang, dan full spectrum prebiotic (prebiotik spektrum penuh).
Prebiotik rantai pendek, seperti oligofruktosa yang mengandungi 2-8 rantai per
molekul, lazimnya dihasilkan lebih cepat di sebelah kanan kolon, yang akan
memberikan nutrisi kepada bakteri di tersebut. Prebiotik rantai-panjang, seperti
inulin yang mengandungi 9-64 rantai per molekul dan dihasilkan dengan lebih
perlahan, menjadi sumber nutrisi terhadap bahagian kolon sbelah kiri. (Coxam,
2007). Prebiotik spektrum penuh dihasilkan dari rantai prebiotik yang penuh
(lebih kurang 2-62 rantai per molekul), dan menjadi sumber makanan kepada
bakteri ke hampir seluruh bagian kolon, contohnya ialah Oligofructose-Enriched
Inulin (OEI). Mayoritas dari penelitian yang dilakukan terhadap prebiotik
biasanya menggunakan OEI sebagai bahan penelitian (Hunges, 2001).
Prebiotik dijumpai dalam berbagai sumber makanan. Makanan yang
mengandung prebiotik antara lain kacang kedelai, keladi liar atau berbagai akar
sayuran seperti ubi kayu dan kacang-kacangan. Inulin pula bersumber dari oat
mentah, barley, dan gandum (Almatsier, 2004). Selain itu makanan sehari-hari
kita seperti bawang merah, bawang putih, timun, salad dan berbagai buah-buahan
mengandungi prebiotik. Buah-buahan seperti seperti pisang, nenas, rambutan dan
semangka juga kaya akan prebiotik (Koon, 2010). Disini harus diingat bahwa
setiap makanan yang mengandungi prebiotik dalam jumlah tertentu (Penington,
2.2.4. Manfaat yang Diperoleh dari Prebiotik
Terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari konsumsi prebiotik.
Manfaat utamanya adalah untuk mencegah konstipasi. Manfaat ini telah
dibuktikan dengan beberapa penelitian. Banyak prebiotik adalah karbohidrat, yang
dihasilkan di usus besar, melalui proses fermentasi. Dengan pross fermentasi ini,
gas yang akan dihasilkan akan meningkatkan volume dan mengurangi masa transit
hasil pencernaan di dalam usus. Konstipasi ialah efek dari jangka waktu yang
diambil oleh hasil pencernaan yang lama di usus (masa transit yang panjang).
Oleh itu, dengan mengurangi jangka waktu ini, konstipasi dapat teratasi. Selain
itu, karbohidrat juga meningkatkan kandungan air di dalam usus dan asam yang
dihasilkan dari proses fermentasi bisa meningkatkan peristaltik usus. Kedua efek
ini juga akan mengurangi waktu transit makanan di usus (Angelo, 2002).
Prebiotik juga mengurangi pH usus. Efek ini terjadi akibat adanya
perubahan dari metabolisme fermentasi protein (menghasikan amoniak dan pH
yang tinggi) menjadi fermentasi karbohidrat (menghasilkan asam). Beberapa
penyakit seperti Crohn disease dan Irritable Bowel Syndrome (IBS) mempunyai
karekteristik pH yang tinggi. Prebiotik dapat menurunkan pH sehingga
mengurangkan gejala penyakit tersebut. Selain itu, pH usus yang rendah juga
meningkatkan pergerakkan usus dan melindungi dari serangan dari bakteri
patogenik (Munjal, 2009).
Prebiotik dapat mengembalikan keseimbangan flora di usus selepas
berlaku perubahan akibat penggunaan antibiotik, diare, stres dan pnggunaan obat
lain selain antibiotik. Hal ini terjadi akibat adanya mekanisme yang secara selektif
menstimulasi pertumbuhan bakteri dari kumpulan tertentu. Hal ini seterunya akan
memperbaiki keadaan keseimbangan flora pada bahagian usus (Lomax, 2010).
Prebiotik sendiri tidak membawa manfaat kepada sistem imun, tetapi
dengan mengobah flora usus, sistem imun tubuh bisa berpengaruh. Stimulasi ini
bisa berfaedah karena meningkatkan sistem imun terhadap patogen. Terdapat
banyak penelitian yang telah dijalankan terhdap efek prebiotik terhadap sistem
imun. Walaupun begitu tidak dikatakan jenis secera spesifik prebiotik yang
membawa manfaat kepada sistem imun tubuh (Lomax, 2010).
Mikroflora untuk anak-anak kurang dari 5 tahun sangat tidak stabil. Banyak patogen oral yang bisa menggangu keseimbangan mikroflora tersebut (Saavedra, 2002). Oleh yang demikian substansi yang bisa memperbaiki keadaan
ini ialah prebiotik. Terdapat beberapa studi yang mengatakan bahawa
oligosakarida yang komersil mempunyai efek untuk menstabilkan keseimbangan
mikroflora tersebut dan menyediakan pH yang sesuai untuk aktivias pencernaan
(Cruz, 2010).
2.2.5. Suplemen Prebiotik
Oleh karena banyak manfaat yang diperoleh dari prebiotik, maka berbagai
jenis suplemen prebiotik telah dipasarkan. Konsumsi suplemen prebiotik dapat
memenuhi jumlah prebiotik yang diperlukan agar fungsi tubuh dapat berjalan