• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Kesalahan Materil Akta Notaris dan Akibat Hukumnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.635 Pdt.G 2013 PN.Mdn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Kesalahan Materil Akta Notaris dan Akibat Hukumnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.635 Pdt.G 2013 PN.Mdn)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip negara hukum adalah menjamin kepastian, ketertiban dan

perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Agar

kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Namun dalam

pelaksanaannya, hukum dapat berjalan secara normal, tertib dan efektif, tetapi

dapat juga terjadi pelanggaran hukum.1

Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari

kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat

bukti baginya mengenai hubungan hukum keperdataan yang ada dan atau

terjadi di antara mereka. Suatu lembaga dengan para pengabdinya yang

ditugaskan oleh kekuasaan umum untuk di mana dan apabila Undang-Undang

mengharuskan sedemikian atau dikehendaki oleh masyarakat, membuat alat

bukti tertulis yang mempunyai kekuatan otentik.

Dalam hal terjadi pelanggaran hukum, maka harus dilakukan upaya

penegakan oleh aparatur yang berwenang, dan melalui penegakan hukum

inilah hukum ini menjadi kenyataan.Dalam kaitannya dengan pembuktian

kepastian hak dan kewajiban hukum seseorang dalam kehidupan masyarakat,

salah satunya dilakukan dengan peranan notaris.

2

1

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, (Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju, 2011), hal.5

2

(2)

Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

menyebutkan:Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat

akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya.

Pasal 1868 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu akta otentik ialah

suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang oleh

atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu

dibuat.

Dari ketentuan yang dinyatakan dalam Pasal 1 UUJN dan Pasal 1868

KUHPerdata dapat disimpulkan bahwa notaris adalah pejabat umum yang

diberi kewenangan oleh negara untuk membuat suatu akta otentik, kecuali

yang dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.

Pentingnya peranan notaris dalam membantu menciptakan kepastian

dan perlindungan hukum bagi masyarakat, lebih bersifat preventif, atau

bersifat pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara penerbitan akta

otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum, hak dan

kewajiban seseorang dalam hukum, dan lain sebagainya yang berfungsi

sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan dalam hal terjadi

sengketa hak dan kewajiban yang terkait.

Sebagai alat bukti tertulis, apa yang dinyatakan dalam akta notaris

harus diterima, kecuali pihak yang berkepentingan dapat membuktikan hal

(3)

Oleh karena notaris diberi kewenangan membuat akta otentik, maka

notaris yang bersangkutan berkewajiban untuk memenuhi segala persyaratan

yang telah ditentukan, khususnya dalam pembuatannya agar akta yang dibuat

itu memenuhi syarat. Sebagai pejabat umum yang diberi kewenangan untuk

membuat akta otentik, notaris harus bertanggung jawab apabila terjadi

penyimpangan dan atau pelanggaran persyaratan pembuatan akta yang

dilakukannya, yang akan membawa akibat terhadap tidak sahnya akta yang

dibuat notaris tersebut.

Pembuatan akta otentik tertentu ada yang diharuskan oleh peraturan

perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan

perlindungan hukum. Pembuatan akta demikian tidak saja karena diharuskan

oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh

pihak yang berkepentingan, dengan demikian para pihak dapat menentukan

dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta notaris yang

akan ditandatanganinya.Notaris tidak menjamin bahwa apa yang dinyatakan

oleh penghadap tersebut adalah benar atau suatu kebenaran, ini dikarenakan

notaris tidak sebagai investigator dari data dan informasi yang telah diberikan

oleh para pihak.3

Seorang notaris dalam membuat aktanya juga tidak boleh memihak

pada salah satu penghadap yang datang kepadanya. Untuk membuat akta

sehingga akta ini tidak menjadi berat sebelah yang hanya menguntungkan

3

(4)

salah satu pihak saja seperti yang dinyatakan dalam Pasal 17 Undang-Undang

Jabatan Notaris.

Secara prinsip, notaris bersifat pasif melayani para pihak yang

menghadap kepadanya. Notaris hanya bertugas mencatat atau menuliskan

dalam akta apa-apa saja yang diterangkan para pihak, tidak berhak mengubah,

mengurangi atau menambah apa yang diterangkan para penghadap. Sifat pasif

ditinjau dari segi rasio tidak mutlak tetapi dilenturkan secara relatif dengan

acuan penerapan bahwa pada prinsipnya notaris tidak berwenang menyelidiki

kebenaran keterangan yang dikemukakan para pihak. Perihal keterangan yang

disampaikan para pihak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,

ketertiban umum dan kesusilaan, maka notaris menolak membuat akta yang

diminta.4

4

R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), hal.27

Dalam kontruksi hukum kenotariatan, bahwa salah satu tugas jabatan

notaris yaitu “memformulasikan keinginan/tindakan penghadap/para

penghadap kedalam bentuk akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum

yang berlaku”, hal ini sebagaimana tersebut dalam Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor: 702 K/Sip/1973, 5 September 1973, yaitu

“Notaris fungsinya hanya mencatatkan/menuliskan apa-apa yang dikehendaki

dan dikemukakan oleh para pihak yang menghadap notaris tersebut. Tidak ada

kewajiban bagi notaris untuk menyelidiki secara materil apa-apa (hal-hal)

(5)

Berdasarkan substansi atau makna Putusan Mahkamah Agung tersebut,

jika akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris bermasalah oleh para pihak

sendiri, maka hal tersebut menjadi urusan para pihak sendiri, notaris tidak

perlu dilibatkan dan notaris bukan pihak dalam akta.

Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf I UUJN, notaris wajib

membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit

dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap,

saksi-saksi dan notaris. Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling

mengetahui ini dari akta tersebut sebab isi dari akta itu merupakan kehendak

para pihak. Pembacaan akta ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak

merasa dirugikan apabila terdapat keterangan atau redaksi akta yang

memberatkan atau merugikan terhadap pihak lain.

Dalam prakteknya sering terjadi notaris dilibatkan jika terjadi perkara

antara para pihak, padahal sengketa yang terjadi bukanlah antara para pihak

dengan notaris mengingat notaris bukan pihak dalam akta yang dibuatnya,

namun notaris sering harus keluar masuk gedung pengadilan untuk

mempertanggungjawabkan aktanya.

Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung

sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan

kesalahan notaris atau kesalahan para pihak yang tidak memberikan dokumen

yang sebenarnya dan para pihak memberikan keterangan yang tidak benar

ataukah adanya kesepakatan yang dibuat antara notaris dengan salah satu

(6)

Kesalahan yang dilakukan oleh salah satu pihak/penghadap yang

melakukan perbuatan melawan hukum dengan memberikan dokumen atau

keterangan yang tidak benar dalam pembuatan akta yang membuat salah satu

pihak merasa dirugikan termasuk unsur kesalahan materil. Inti dari suatu

perbuatan melawan hukum, yaitu tidak ada hubungan kontraktual antara satu

pihak dengan pihak lainnya.5

Mengenai bentuk-bentuk penyebab kesalahan materil yang bukan

kesalahan Notaris yang awalnya benar berkata menjadi tidak benar

berkataseperti adanya identitas asli tapi palsu, seperti Kartu Tanda Penduduk,

Kartu Keluarga, Paspor, Surat Keterangan Waris, Sertifikat, Perjanjian, Jual

Beli, Surat Keputusan, Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor, Surat Nikah,

Akta Kelahiran dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut pada

umumnya selalu berhubungan dengan jabatan notaris dan dokumen-dokumen

menjadi acuan notaris dalam melaksanakan pelayanannya sebagai pejabat

umum yang ditugasi mewakili negara membuat akta otentik.6

Hal ini sangat merugikan banyak pihak termasuk profesi jabatan

notaris. Semakin mudah dokumen dipalsukan berarti semakin besar

kemungkinan notaris terseret kasus hukum, karena notaris hanya mendasarkan

pembuatan akta pada kebenaran dokumen saja atau kebenaran formal yaitu

pembuatan akta notaris hanya mengkonstatir apa yang dilihat, didengar atau

apa yang dialami sendiri atau sesuai dengan apa yang diberitahukan atau

disampaikan oleh para pihak kepada notaris, baik berupa

5

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hal. 17

6

(7)

keterangan maupun dokumen-dokumen hukum lainnya sebagai dasar

pembuatan akta.

Kebenaran yang berada pada para pihak dan produk hukum yang

dibawa menghadap kepada notaris disebut kebenaran materil yaitu mencari

dan menemukan fakta hukum bahwa apa yang diberitahukan atau disampaikan

oleh para pihak kepada notaris baik berupa keterangan-keterangan maupun

dokumen hukum adalah benar-benar dan sesuai dengan fakta hukum yang ada,

hal ini diluar kewenangan dari notaris melainkan kewajiban dari para pihak

untuk menyampaikan keterangan dan dokumen yang sebenarnya.7

7Ibid

Apabila keterangan yang disampaikan kepada notaris palsu atau

dokumen yang diberikan kepada notaris palsu, maka akta dan pengikatan yang

dibuat dihadapan notaris tidak berarti palsu. Apa yang disampaikan kepada

notaris itu mengandung kebenaran, sedangkan fakta kebohongan yang

disampaikan oleh penghadap bukan kewenangan dan bukan tanggung jawab

notaris, notaris tidak bertanggung jawab atas kelalaian dan kesalahan materil

isi akta yang dibuat di hadapannya, melainkan notaris hanya bertanggung

jawab oleh Undang-Undang, karena akta notaris tidak menjamin bahwa

pihak-pihak benar berkata seperti yang termuat di dalam akta perjanjian mereka.

Sehingga apabila terjadi masalah dalam aspek materialnya seharusnya

dilakukan penyidikan terlebih dahulu terhadap para penghadap atau para pihak

yang secara sengaja memberikan dokumen palsu kepada notaris, dan bukan

(8)

Dalam pembuatan akta notaris, harus diperhatikan ketentuan akta

otentik yang disyaratkan oleh Undang-Undang, yaitu hendaknya

memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu:8

a. Aspek Lahiriah (uitwendige bewijskracht)

Yaitu kemampuan lahiriah akta notaris, yang merupakan kemampuan

akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta otentik (acta

publica bprobant seseipsa). Suatu akta apabila dilihat dari luar (lahirnya),

maka bentuk akta tersebut sebagai akta otentik serta sesuai dengan aturan

hukum yang sudah ditentukan mengenai syarat akta otentik, maka akta

tersebut berlaku sebagai akta otentik, sampai terbukti sebaliknya, artinya

sampai ada yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta otentik secara

lahiriah. Kemampuan lahiriah akta notaris ditentukan dalam pasal 38, 42, dan

43 UUJN.

b. Aspek Formal (formele bewijskracht)

Bahwa akta notaris harus memberikan kepastian bahwa sesuatu

kejadian dan fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau

diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap pada saat yang tercantum

dalam akta sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam pembuatan

akta notaris.

Secara formal untuk membuktikan kebenaran dan kepastian tentang

hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap, dan para pihak yang

menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak yang menghadap, saksi dan

8

(9)

notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengar oleh notaris,

dan mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihak yang menghadap,

sebagaimana kewenangan notaris berdasarkan pasal 15 ayat (1) UUJN.

c. Aspek Materil (materiele bewijskracht)

Bahwa suatu akta otentik harus memberikan kepastian tentang materi

suatu akta, apa yang tersebut dalam akta merupakan pembuktian yang sah

terhadap pihak-pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan

berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya (legenbewijs).

Keterangan atau pernyataan yang dituangkan atau dimuat dalam akta

atau keterangan para pihak yang diberikan atau disampaikan di hadapan

notaris dari para pihak harus dinilai benar terhadap apa yang dikatakan yang

kemudian dituangkan atau dimuat dalam akta berlaku sebagai yang benar atau

setiap orang yang datang menghadap notaris yang kemudian keterangannya

dituangkan atau dimuat dalam akta harus dinilai telah benar berkata. Jika

ternyata pernyataan atau keterangan para penghadap tersebut tidak benar,

maka hal tersebut merupakan tanggung jawab para pihak sendiri. Dalam hal

ini notaris terlepas dari tanggung jawab materil akta.9

Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang

bersangkutan harus dapat membuktikan, bahwa notaris tidak menerangkan

atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta, atau para pihak yang telah

benar berkata di hadapan notaris menjadi tidak benar bekata, dan harus

(10)

dilakukan pembuktian terbalik untuk menyangkal aspek materil dari akta

notaris.10

10Ibid

Dari penjelasan aspek materil diatas, dapat ditarik kesimpulan bila

nanti ditemukannya ada unsur kesalahan materil yaitu kesalahan atau

pelanggaran yang terjadi karena pihak penghadap yang melakukan perbuatan

melawan hukum yang awalnya benar berkata menjadi tidak benar berkata

maka sepanjang notaris melaksanakan kewenangannya sesuai peraturan,

notaris yang bersangkutan tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.

Karena notaris hanya mencatat apa yang disampaikan oleh para pihak untuk

dituangkan ke dalam akta.

Ketiga aspek tersebut di atas merupakan kesempurnaan akta Notaris

sebagai akta otentik. Jika dapat dibuktikan dalam suatu persidangan di

pengadilan, bahwa ada salah satu aspek tersebut tidak benar, seperti

terrdapatnya kesalahan materil dalam akta notaris, maka akta yang

bersangkutan dapat menjadi batal demi hukum atau akta tersebut

didegradasikan kekuatan pembuktiannya sebagai akta yang mempunyai

kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan.

Dalam praktik banyak ditemukan, jika ada akta notaris

dipermasalahkan oleh para pihak ketiga lainnya, maka sering pula notaris

ditarik sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan

suatu perbuatan melawan hukum, yaitu membuat atau memberikan keterangan

(11)

Tidak sedikit notaris yang mengalami masalah sehubungan dengan

akta yang telah dibuatnya dinyatakan menjadi akta dibawah tangan atau

menjadi batal demi hukum oleh putusan pengadilan sebagai akibat ditemukan

cacat hukum dalam pembuatannya misalnya ternyata keterangan yang

diberikan salah satu pihak tidak benar. Sebagai contoh seperti apa yang

dialami oleh notaris Elly Rozalia, yang terkait kasus perdata dalam putusan

pengadilan Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn, dimana notaris Elly

Rozalia, membuat akta Pengikatan Jual Beli No.13 tanggal 21 Februari 2012

antara Beby Balwir Kaur (pembeli) dengan Boy Zulherman (penjual) yang

ternyata objek jual beli tersebut sebelumnya telah dialihkan penjual kepada

pembeli yang lain (Ridwan) berdasarkan Pengikatan Jual Beli No. 92/X/2011

tanggal 1 Oktober 2011 yang dibuat oleh/dihadapan Notaris Rudi Tua

Panjaitan. Maka Ridwan menggugat Boy Zulherman dan menyeret notaris Ely

Rozalia sebagai tergugat.

Berdasarkan uraian diatas maka diangkatlah permasalahan mengenai

kesalahan materil akta notaris yang menyebabkan Notaris terlibat dalam

perkara di Pengadilan dengan suatu bentuk penelitian berjudul : “Analisis

Yuridis Kesalahan Materil Akta Notaris Dan Akibat Hukumnya (Studi

Putusan Pengadilan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi

(12)

1. Bagaimanakah kriteria akta notaris dan akibat hukumnya terhadap akta

otentik yang memiliki kesalahan materil?

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban notaris dan perlindungan hukum

terhadap notaris apabila terdapat kesalahan materil dalam akta yang

dibuatnya?

3. Bagaimanakah pertimbangan pengadilan Negeri Medan dan akibat hukum

kesalahan materil akta notaris dalam Putusan

No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dikualifikasikan atas tujuan yang bersifat

umum dan tujuan yang bersifat khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kriteria akta notaris dan akibat hukumnya terhadap akta

otentik yang memiliki kesalahan materil.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban notaris dan perlindungan hukum

terhadap notaris bila terdapat kesalahan materil dalam akta yang

dibuatnya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisa pertimbangan pengadilan Negeri

Medan dan akibat hukum kesalahan materil akta notaris dalam Putusan

No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis, yaitu:

(13)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberi

masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan di bidang hukum

kenotariatan khususnya mengenai kesalahan materil akta notaris dalam

putusan pengadilan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta

pertimbangan dalam ilmu pengetahuan bagi kalangan praktisi hukum

dalam menangani masalah kesalahan materil akta notaris dalam putusan

pengadilan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan sebelumnya pada

perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas

Sumatera Utara di Medan, penelitian tentang “Analisis Yuridis Kesalahan

Materil Akta Notaris Dan Akibat Hukumnya (Studi Putusan Pengadilan

Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn”) merupakan hal yang baru,

belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian

penelitian ini adalah asli, dan secara akademis penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya dan kalaupun ada lokasinya berbeda

maka keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

Dan juga terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun

sehubungan dengan topik dan permasalahan dalam penelitian ini.

Namun penelitian yang berkaitan tentang akta notaris memang sudah

(14)

permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian

yang berkaitan dengan akta notaris yang pernah dilakukan sekaligus

menjadikan literatur tersebut sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini,

adalah:

1. Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Hakim dalam Membatalkan Akta

Notaris/PPAT sebagai Alat Bukti dalam Proses Pemeriksaan Perkara di

Persidangan, oleh: Darma Indo Damanik (NIM. 002111004)

a. Akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan

mengikat. Bagaimanakah kekuatan pembuktian akta Notaris yang

dijadikan alat bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan?

b. Sampai dimanakah kewenangan Hakim dalam menilai dan

membatalkan suatu akta Notaris yang diajukan kepadanya sebagai alat

bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan?

c. Faktor-faktor pertimbangan apakah yang dijadikan dasar oleh Hakim

dalam memutuskan untuk membatalkan suatu akta Notaris yang

dijadikan alat bukti dalam proses pemeriksaan perkara di persidangan?

2. Analisa Yuridis Degradasi Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, oleh:

Felix Christian Adriano (NIM. 127011174)

a. Bagaimanakah kedudukan hukum atas batasan turunnya kekuatan

pembuktian akta Notaris berdasarkan UUJN No 2 Tahun 2014?

b. Bagaimanakah mekanisme penerapan sanksi terhadap notaris atas

(15)

c. Bagaimanakah pertanggung jawaban Notaris atas turunnya kekuatan

pembuktian akta Notaris?

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai

landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai

hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling

dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang

dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.11

Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap

kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.12 Konsep teori menurut M. Solly Lubis

ialah: “ Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus

ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan

perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak

disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti. ”13

Fred N. Kerlinger dalam bukunya Foundation of Behavioral Research

menjelaskan teori: “Suatu teori adalah seperangkat konsep, batasan dan

proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena

dengan merinci hubungan antarvariabel dengan tujuan menjelaskan dan

memprediksi gejala tersebut.”14

11

W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal.2

12

Soerjono Soekanto, Ringkasan Meteodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: IND-HILL-CO, 1990), hal.67

13

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal.80

14

(16)

Fungsi teori dalam penelitian adalah untuk mensistemastikan

penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar

penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab

pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang

berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta

empiris untuk dapat dinyatakan benar.15

Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian hukum

dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai

preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.16

Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu

hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi

sosial sangat ditentukan oleh teori.”

Berkenaan dengan kerangka teori ini, dikemukakan teori-teori yang

diperkuat dengan kekuatan-kekuatan hukum positif sebagai acuan dan

landasan pemikiran yang digunakan dalam menganalisa putusan Pengadilan

Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn.

17

Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai

identitas, yaitu sebagai berikut:

Teori inilah yang dipergunakan sebagai

landasan konseptual dalam pola berpikir untuk meneliti lebih jauh mengenai

kesalahan materil akta Notaris.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hal.35

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal.6

18

(17)

a. Asas Kepastian Hukum (rechtmatigheid). Asas ini meninjau dari sudut yuridis.

b. Asas Keadilan Hukum (gerectigheit). Asas ini meninjau dari sudut

filosofis, dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan pengadilan.

c. Asas Kemanfaatan Hukum (zwechmatigheid atau doelmatigheid atau

utility).

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa

kemanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan

adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja

yang boleh dilakukan oleh negara terhadap individu.19

Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang

hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari

aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk

mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk

kepastian.20

19

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal.23

20

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2002), hal.82-83

Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam

undang-undang yang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara

putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang

serupa yang telah diputuskan. Teori kepastian hukum menegaskan bahwa

tugas hukum itu menjamin kepastian hukum dalam hubungan-hubungan

(18)

Apabila kepastian hukum dikaitkan dengan keadilan, maka akan kerap

tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini di karenakan di suatu sisi tidak

jarang keadilan mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum. Kemudian

apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan

keadilan, maka keadilan yang harus diutamakan. Alasannya adalah bahwa

keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangankan

kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit.

Dengan menggunakan teori kepastian hukum tersebut akan

memberikan suatu kontribusi dalam ilmu hukum, karena putusan hakim dalam

Pengadilan Negeri Medan No. 635/Pdt.G/2013/PN.Mdn akan mengikat

kepada kedua belah pihak yang bersengketa dan memiliki kekuatan hukum

yang tetap dengan melihat pada hukum berdasarkan fakta. Fungsi utama

seorang hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan

kepadanya, dimana hakim memeriksa dan memutus perkara didasarkan oleh

suatu hak atau peristiwa yang dianggap telah terbukti, disamping adanya

alat-alat bukti menurut Undang-Undang juga ditentukan keyakinan hakim yang

dilandasi dengan integritas moral yang baik. Jadi putusan hakim bukanlah

semata-mata didasarkan pada ketentuan yuridis saja, melainkan juga

didasarkan pada hati nurani.

Dalam keterkaitannya dengan permasalahan penelitian ini, teori

kepastian hukum diharapkan dapat memberikan suatu kepastian hukum bagi

kedua belah pihak dalam putusan Pengadilan Negeri Medan

(19)

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep

adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya

hanya baru ada dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk

menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.21

Dengan demikian konsepsi dapat diartikan pula sebagai sarana untuk

mengetahui gambaran umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum

memulai penelitian masalah yang akan diteliti. Konsep diartikan pula sebagai

kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus

yang disebut definisi operasional.22

a. Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk

membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, penetapan

yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang

berkepentingan di kehendaki atau di nyatakan dalam suatu akta otentik,

menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan

grosse (salinan sah), salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang

pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau

di kecualikan kepada pejabat atau orang lain.

Dalam penelitian ini, ada beberapa konsep dasar dalam rangka

menyamakan persepsi untuk dapat menjawab permasalahan penelitian, antara

lain:

23

21

Masri Singaribun dkk, Metode Penelitian Sutvey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hal.34

22

Sumadi Surya Brata, Meteodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal.28

23

(20)

b. Akta otentik diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu suatu akta yang

dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang, dibuat oleh atau

dihadapan pejabat umum yang berkuasa untuk itu, ditempat dimana akta

tersebut dibuat.24

c. Kesalahan materil akta notaris adalah kesalahan yang dilakukan oleh salah

satu pihak/penghadap yang telah benar berkata dihadapan notaris menjadi

tidak benar berkata dengan melakukan perbuatan melawan hukum seperti

memberikan dokumen atau keterangan yang tidak benar dalam pembuatan

akta yang membuat salah satu pihak merasa dirugikan.25

d. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam

sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau

lepas dari segala tuntutan hukum sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1

angka 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).26

e. Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan

hukum yang dilakukan subjek hukum terhadap objek hukum ataupun

akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian tertentu yang oleh

hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai

akibat hukum. Akibat hukum inilah yang kemudian menjadi sumber

lahirnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum yang bersangkutan.27

24

Pasal 1868 KUHPerdata

25

Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang bersangkutan harus dapat membuktikan bahwa para pihak yang telah benar berkata di hadapan notaris menjadi tidak benar

berkata.

26

Pasal 1 angka 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

27

(21)

G. Metode Penelitian

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan

Penelitian merupakan suatu pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan

untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan

konsisten melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan kontruksi

terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.28

Sesuai dengan pokok masalah, jenis penelitian ini termasuk kategori

yuridis normatif atau penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis

dalam buku maupun hukum yang diputuskan oleh Hakim melalui proses

pengadilan.29

Penelitian ini termasuk kategori yang bersifat deskriptif analitis.

Deskriptif artinya mampu memberi gambaran secara jelas dan sistematis

tentang masalah yang akan diteliti.Analisis artinya menganalisis secara teliti

permasalahan berdasarkan gambaran dan fakta sehingga mampu menjawab

permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. 30

2. Sumber Data

Pendekatannya

menggunakan pendekatan studi kasus.

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data yang

diperoleh atau di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari

28

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.1

29

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif Dan Perbandingan Hukum, Makalah Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003, hal.1

30

(22)

sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder ini dilakukan dengan

menggunakan 3 (tiga) sumber data, yaitu:

a. Bahan hukum primer, berupa perundang-undangan yang bersumber dari

Putusan Pengadilan Negeri Medan No.635/Pdt.G/2013/PN.Mdn, peraturan

perundang-undangan seperti KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014.

b. Bahan hukum sekunder, baik yang bersumber dari buku-buku,

dokumen-dokumen, hasil tulisan berupa tesis dan bahan-bahan yang terkait

mengenai kesalahan materil akta Notaris yang dapat digunakan sebagai

acuan dan membantu dalam penelitian.

c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan

yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer,sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah serta

bahan-bahan di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk

melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data-data dari penelitian ini diperoleh dari

Library Research yaitu penelitian yang dilaksanakan melalui tinjauan

kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer untuk

memperoleh informasi dan data yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam

penelitian dan analisa terhadap masalah yang akan dibahas di penelitian ini

(23)

dengan mempergunakan teknik penelitian wawancara dengan informan Ikatan

Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Daerah.

Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan,

dokumen-dokumen pemerintah termasuk peraturan perundang-undangan,

karya ilmiah lainnya maupun bahan hukum tersier yaitu berupa kamus,

majalah, surat kabar, jurnal-jurnal ilmiahdan artikel-artikel baik yang diambil

dari media cetak maupun media elektronik.

4. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan cara studi dokumen dan

pedoman wawancara. Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap

penelitian hukum (baik normatif maupun sosiologis), karena penelitian hukum

selalu bertolak dari premis normatif.

Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan

hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas

dan reliabilitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian.31

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif yang pada hakikatnya

menekankan pada metode deduktif sebagai pegangan utama yaitu penelitian

dilakukan dengan menganalisis terhadap data-data dan studi kasus. Sebelum

31

(24)

dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi

terhadap semua data yang dikumpulkan.Metode kualitatif merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan

dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari suatu penelitian yang

dilakukan dengan cara menjelaskan dengan kalimat sendiri dari data yang ada

baik primer, sekunder maupun tertier, sehingga menghasilkan klasifikasi yang

sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, untuk

memperoleh jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian.

Selanjutnya, ditarik kesimpulan dengan metode deduktif, yakni berfikir dari

hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan

menggunakan perangkat normatif sebagai jawaban yang benar dalam

Referensi

Dokumen terkait

This is to certify that this graduating paper entitled “ An Analysis On Jokes Translation In Spongebob Squarepants TV Series (Translation Strategies And

Uji variabilitas merupakan alat analistik deskriptif yang berfungsi mendiskripsikan hasil pengukuran terhadap suatu sample, variabilitas merupakan karakteristik yang

melalui penerapan metode pengeringan menggunakan bambu, mengembangkan diversifikasi produk olahan serta memanfaatkan limbah rumput laut sebagai pupuk organik cair

Jika ditinjau dari pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap penyaluran kredit UMKM tampak bahwa variabel dana pihak ketiga, tingkat suku bunga, dan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah yang berjudul “ Penerapan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik,

Selain melaksanakan tugas diatas camat mndptkn pelimpahan sbgn kewenangan BUP/WALKOT utk melaksanakan sbgn urusan pemerintahan yg mnjd kewenangan daerah

Untuk itu strategi yang berpotensi dapat diambil dan dikembangkan dengan memperhatikan isu-isu strategis tersebut, yaitu: strategi SO dimana strategi yang