BAB 3
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Oleh karena itu, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Otitis Media
Akut
• usia
• jenis kelamin • gejala klinis • stadium oma
• jumlah sisi telinga yang terkena oma
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain
penelitian cross sectional dimana penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data
berdasarkan rekam medis dari RSUP H. AdamMalik Medan.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) H. Adam Malik Medan. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan
karena tersedianya data yang dibutuhkan juga merupakan rumah sakit pendidikan
dan pusat rujukan di Provinsi Sumatera Utara.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2016.
4.3 Populasi dan Subjek Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien OMA yang berobat di
RSUP H. Adam Malik yaitu sebanyak 191 kasus dari 1 januari sampai 31
desember 2014 dan 2015.
4.3.2 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh data pasien yang telah didiagnosis menderita OMA sesuai data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan pada
tahun 2014 dan 2015. Besar sampel menggunakan total sampling. Cara
sebagai sampel. Pengambilan sampel sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
yaitu:
1. Kriteria inklusi
Semua data rekam medis penderita OMA yang berobat dari 1 januari sampai
31 Desember tahun 2014 dan 2015.
2. Kriteria eksklusi
Data rekam medis yang tidak lengkap.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder pasien OMA,
yaitu rekam medis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 dan 2015 sesuai
dengan status penelitian dimana hal-hal yang diperlukan dalam mendapatkan
karakteristik penderita OMA akan dicatat dan diuraikan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
4.5 Definisi Operasional 4.5.1 Otitis Media Akut
OMA adalah penyakit infeksi mukosa telinga yang berlangsung lebih dari 3 bulan yang dapat didiagnosis dengan adanya tanda efusi dan adanya
tanda/gejalaperadangan telinga tengah.
1. Usia
Definisi : Usia adalah lamanya hidup penderita OMA yang dihitung
berdasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita
OMA menjadi pasien di RSUP HAM.
Cara ukur : Mengambil catatan usia pasien di rekam medis.
e. 41 - 50 tahun
f. 51 - 60 tahun
g. > 60 tahun
2. Jenis Kelamin
Definisi : Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita OMA sesuai yang
tercatat pada rekam medis.
Cara ukur : Mencatat jenis kelamin yang dinyatakan pada rekam medis.
Alat ukur : Rekam medis
Cara ukur : Mencatat gejala klinis yang dialami oleh penderita OMA.
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil ukur :
a. Nyeri telinga
b. Keluar cairan dari telinga
c. Rasa penuh pada telinga
d. Demam
e. Pendengaran menurun
f. Gelisah atau sukar tidur
4. Stadium OMA
Definisi : Stadium OMA adalah keterangan yang menunjukkan tingkat
keparahan OMA sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis,
Cara ukur : Mencatat stadium penyakit OMA berdasarkan rekam medis
Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur :
b. Stadium Hiperemis atau Pre-supurasi
c. Stadium Supurasi
d. Stadium Perforasi
e. Stadium Resolusi
5. Sisi telinga yang terkena OMA
Definisi : Sisi telinga yang terkena OMA .
Cara ukur : Mencatat sisi telinga yang terkena OMA.
Alat ukur : Rekam medis
Definisi : Terapi OMA adalah pengobatan yang dilakukan atas penderita
OMA.
Cara ukur : Mencatat terapi yang diberikan kepada penderita OMA.
Alat ukur : Rekam medis.
RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan 2015.
4.5.3 Alat Ukur
Rekam medis penderita OMA yang berobat di RSUP H. Adam Malik
4.5.4 Skala Pengukuran
Skala kategorikal yaitu skala nominal ( jenis kelamin, gejala klinis, stadium
OMA, sisi telinga yang terkena OMA, terapi) dan skala interval (usia).
4.6 Metode Pengelolahan dan Analisis Data 4.6.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program
komputer melalui proses proses berikut:
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan dan kesesuain
data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan serta kelengkapannya
kemudian diberikan kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
computer.
3. Entry
Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer SPSS(Statical Package For Social Science).
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Menyimpan data untuk dianalisis. data yang terkumpul dan disimpan akan
diolah lebih lanjut dengan analisis statistik.
4.6.2 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dan telah dikelompokkan selanjutnya diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer berupa program SPSS
(Statistical Product and Service Solution). Selanjutnya disajikan dalam bentuk
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Medan,
Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera
Utara.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 191 orang yaitu seluruh pasien OMA
yang berobat di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 dan 2015. Dari
keseluruhan subjek yang ada, diperoleh gambaran mengenai perbandingan
karakteristik penderita OMA yaitu usia, jenis kelamin, gejala klinis, stadium
OMA, sisi telinga yang terkena OMA dan terapi yang dilakukan ke atas pasien
OMA.
5.1.3. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Usia Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan usia di RSUP H.
Tabel 5.1. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Usia di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015
Tahun 2014
Usia(bln/tahun) Frekuensi (n) Persen(%)
1-12 bln 6 4.2
Usia(bln/tahun) Frekuensi (n) Persen (%)
1-12 bln 9 18.4
Pada tahun 2014, diketahui bahwa dari 142 pasien OMA, proporsi yang tertinggi
terdapat pada usia 51-60 tahun (16.9%) sedangkan proporsi terendah terdapat
pada usia 21-30 tahun (10.6%). Hal ini berbeda jika dibandingkan pada tahun
2015, yaitu dari 49 pasien OMA, proporsi yang tertinggi terdapat pada usia 1-10
tahun (32.7%) sedangkan proporsi terendah terdapat pada usia 41-50 tahun (2%).
5.1.4. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan jenis kelamin
di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel
Tabel 5.2. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015
Tahun 2014
Jenis kelamin Frekuensi(n) Persen(%)
Laki laki 62 43.7
perempuan 80 56.3
Jumlah 142 100
Tahun 2015
Jenis kelamin Frekuensi(n) Persen(%)
Laki laki 23 46.9
perempuan 26 53.1
Jumlah 49 100
Pada tahun 2014, diperoleh proporsi lebih besar pada jenis kelamin perempuan
(56.3%), sedangkan proporsi lebih kecil terdapat pada laki-laki (43.7%). Hal ini
sama dengan tahun 2015 yaitu proporsi lebih besar pada jenis kelamin perempuan
(53.1%), sedangkan proporsi lebih kecil terdapat pada laki-laki (46.9%).
5.1.5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Gejala Klinis Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan gejala klinis di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah.
Tabel 5.3 Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Gejala Klinis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015
Tahun 2014
Gejala klinis Frekuensi (n) Persen (%)
Nyeri telinga 67 47.2
Keluar cairan pada telinga 90 63.4
Rasa penuh dalam telinga 25 17.6
Demam 17 12.0
Pendengaran menurun 18 12.7
Gelisah atau susah tidur 1 7
Tahun 2015
Gejala klinis Frekuensi (n) Persen (%)
Nyeri telinga 26 53.1
Keluar cairan pada telinga 48 98.0
Rasa penuh dalam telinga 26 53.1
Demam 2 4.1
Pendengaran menurun 21 42.9
Pada tahun 2014, diketahui bahwa gejala klinis yang paling banyak diderita pasien
OMA adalah keluar cairan dari telinga (63.4%). Keluhan yang paling sedikit
diderita pasien OMA adalah gelisah dan sukar tidur (7%). Hal ini sama pada tahun
2015, yaitu bahwa gejala klinis yang paling banyak diderita pasien OMA adalah
keluar cairan dari telinga (98%). Keluhan yang paling sedikit diderita pasien
OMA adalah gelisah dan sukar tidur (2%).
5.1.6. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Stadium OMA
Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan stadium
OMA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada
tabel 5.4 dibawah.
Tabel 5.4. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Stadium OMA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015
Pada tabel 2014, diketahui proporsi tertinggi pasien OMA berdasarkan stadium
OMA adalah stadium perforasi (53.5%) dan yang terendah adalah stadium oklusi
tuba (7%). Hal ini sama dengan tahun 2015, diketahui proporsi tertinggi pasien
OMA berdasarkan stadium OMA adalah stadium perforasi (87.8%) dan yang
5.1.7. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena OMA
Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan sisi telinga
yang terkena OMA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat
dilihat pada tabel 5.5 dibawah..
Tabel 5.5. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Sisi Telinga yang terkena OMA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015.
Tahun 2014
Sisi yang Terkena Frekuensi (n) Persen (%)
Kanan 40 28.2
Kiri 58 40.8
Bilateral 44 31.0
Jumlah 142 100
Tahun 2015
Sisi yang Terkena Frekuensi (n) Persen (%)
Kanan 19 38.8
Kiri 25 51.0
Bilateral 5 10.2
Jumlah 49 100
Pada tahun 2014, diperoleh proporsi sisi telinga yang terkena OMA lebih tinggi
pada unilateral (kiri) (40.8%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada
unilateral (kanan) (28.2%). Hal ini sama dengan tahun 2015 yaitu diperoleh
proporsi sisi telinga yang terkena OMA lebih tinggi pada unilateral (kiri) (51%),
sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada bilateral (38.8%).
5.1.8.Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Terapi Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan terapi di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel 5.6
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Terapi di RSUP
Pada tahun 2014, diperoleh terapi OMA yang paling tinggi adalah pemberian
antibiotik (88%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada timpanosintesis
(0%). Hal ini sama dengan tahun 2015 yaitu paling tinggi adalah pemberian
antibiotik (83.7%) dan yang paling rendah adalah timpanosintesis (0%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Usia Dari hasil penelitian yang ditemukan, diketahui bahwa dari 191 pasien
OMA, proporsi yang tertinggi terdapat pada usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 25
orang (16.9%) pada tahun 2014 dan pada usia 1-10 tahun sebanyak 16 orang
(32.7%) pada tahun 2015. Proporsi terendah terdapat pada usia 21-30 tahun yaitu
sebanyak 15 orang (10.6%) pada tahun 2014 dan pada usia 41-50 tahun sebanyak
1 orang (2%) pada tahun 2015. Menurut penelitian yang dilakukan di poliklinik
THT-KL BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado dari tahun 2012-2013
menyatakan bahwa bayi dan anak anak lebih sering terkena OMA berbanding
dewasa.6 Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Osazuwa pada tahun
2011 yang juga mengatakan bahawa OMA sering terjadi pada anak anak
Anak-anak lebih sering menderita OMA kerana tuba Eustachiusnya lebih
pendek, lebar dan letaknya lebih horizontal. Menurut Worral 2007, OMA
merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dan mulai hilang setelah
usia 5 tahun. Demam yang merupakan tanda inflamasi dan infeksi sering tidak
muncul pada neonatus dan bayi, sehingga bayi tersebut sering dianggap tidak
menderita OMA. Pada anak yang lebih tua, keluhan tambahan lain yang dialami
seorang anak juga dilaporkan muncul, seperti sakit kepala, hipoaktif, batuk,
rhinitis, gangguan pencernaan dan kongesti sinus, sehingga tanda dan gejala klinis
ini tidak spesifik untuk OMA, bahkan sering disalah artikan sebagai tanda dan
gejala penyakit lain.19
5.2.2. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian, diperoleh proporsi lebih besar pada jenis kelamin
perempuan sebanyak 80 orang (56.3%) pada tahun 2014 dan 26 orang (53.1%) pada
tahun 2015, sedangkan proporsi lebih kecil terdapat pada laki-laki sebanyak 62
orang (43.7%) pada tahun 2014 dan 23 orang (46.9%) pada tahun 2015. Pada
penelitian yang dilakukan di poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado dari tahun 2012 hingga 2013 menyatakan bahwa pasien perempuan lebih
banyak menderita OMA berbanding laki-laki.6
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa gejala klinis yang paling banyak
diderita pasien OMA pada tahun 2014 adalah keluar cairan dari telinga sebanyak
90 orang (63.4%), diikuti nyeri telinga 67 orang (47.2%), rasa penuh pada telinga
25 orang (17.6%), pendengaran menurun 18 orang (12.7%) dan demam sebanyak
17 orang (12%). Pada tahun 2015 adalah keluar cairan dari telinga sebanyak 48 Dari 20 subjek penelitian tersebut,
terdapat 11 pasien perempuan (55%) dan 9 pasien laki laki (45%). Dari beberapa
penelitian yang dilakukan sebelum ini, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin
dan insiden terjadinya OMA.
orang (98%), diikuti nyeri telinga 26 orang (53.1%), rasa penuh pada telinga 26
orang (53.1%), pendengaran menurun 21 orang (42.9%) dan demam sebanyak 2
orang (4.1%). Menurut Djaafar 2015, kebanyakan pasien OMA yang hanya
mengalami gejala nyeri telinga lebih memilih untuk berobat ke klinik terdekat
atau membeli obat sendiri di apotek. Ketika pasien mengalami gejala lain berupa
keluarnya cairan yang berulang dari telinga, pasien merasa cemas dan datang ke
rumah sakit. Hal ini menyebabkan proporsi keluhan keluarnya cairan dari telinga
lebih tinggi daripada gejala yang lain. Adanya cairan keluar dari telinga
disebabkan oleh rupturnya membran timpani sehingga sekret berupa nanah
mengalir ke liang telinga luar.18
5.2.4. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Stadium OMA
Dari hasil penelitian, diketahui proporsi tertinggi pasien OMA berdasarkan
stadium OMA pada tahun 2014 adalah stadium perforasi sebanyak 76 orang
(53.5%) dan yang terendah adalah stadium oklusi sebanyak 1 orang (7%)
manakala pada tahun 2015 stadium perforasi sebanyak 43 orang (87.8%) dan yang
terendah adalah stadium supuratif sebanyak 2 orang (4.1%). Stadium perforasi
ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang
jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Untuk
stadium oklusi tuba, gejala klinis yang timbul berupa retraksi membran timpani
tetapi membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan atau
hanya berwarna keruh pucat. Selain itu, pada stadium ini belum timbul gejala
klinis berupa demam. Menurut penelitian yang dilakukan di instalasi rawat jalan
poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2009
menyatakan bahwa stadium perforasi adalah paling tinggi yaitu 66.3%. Tingginya
proporsi pasien OMA pada stadium perforasi dibandingkan dengan stadium
lainnya disebabkan pada stadium tersebut pasien merasa cemas dan datang ke
rumah sakit karena mengalami gejala keluarnya cairan yang berulang dari
5.2.5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Sisi Telinga yang terkena OMA
Pada penelitian ini, menunjukkan proporsi sisi telinga yang terkena OMA
lebih tinggi pada unilateral (kiri) yaitu 58 orang (40.8%), sedangkan diperoleh
proporsi lebih rendah pada unilateral (kanan) yaitu 40 orang (28.2%) pada tahun
2014. Proporsi sisi telinga yang terkena OMA pada tahun 2015 lebih tinggi pada
unilateral (kiri) yaitu 25 orang (51.0%), sedangkan diperoleh proporsi lebih
rendah pada bilateral yaitu 5 orang (10.2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Titisari (2005) di Departemen THT FKUI RSCM & poli THT RSAB
Harapan Kita bahwa proporsi tertinggi adalah unilateral sebesar 79,1%,
sedangkan pada bilateral hanya (10)%. Namun dari penelitian terdahulu tidak
disebutkan penyebab proporsi unilateral lebih tinggi daripada bilateral.
1. Stadium Oklusi : diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%, dan
pemberian antibiotik.
26
5.2.6. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Terapi OMA
Pada penelitian ini menunjukkan semua pasien yang mengalami OMA
diterapi dengan menggunakan antibiotik. Pengobatan OMA biasanya tergantung
pada stadium penyakitnya. Pada penelitian ini terapi yang paling tinggi digunakan
adalah terapi antibiotik yaitu sebanyak 125 orang (88%) pada tahun 2014 dan 41
orang (83.7%) pada tahun 2015. Terapi yang paling sedikit digunakan dalam
penelitian ini adalah terapi adenoidektomi yaitu 6 orang (4.2%) pada tahun 2014
dan 3 orang (6.1%) pada tahun 2015. Menurut Djaafar 2015, penatalaksanaan
OMA tergantung pada stadium penyakit yaitu:
2. Stadium Presupurasi : analgetika, antibiotika (biasanya golongan ampicillin
atau penisilin) dan obat tetes hidung.
3. Stadium Supurasi : diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat
juga dilakukan miringotomi bila membran timpani menonjol dan masih utuh
4. Stadium Perforasi : Diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan diberikan
antibiotika yang adekuat.
Pemberian obat merupakan pendekatan pertama dalam terapi OMA, terapi
pembedahan perlu dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media
efusi (OME), atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis.
Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA termasuk
timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi. Miringotomi adalah tindakan
insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drenase sekret dari telinga
tengah ke liang telinga luar.timapanosintesis berarti pungsi pada membran timpani
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, kesimpulan berdasarkan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah pasien Otitis Media Akut (OMA) di RSUP H. Adam Malik Medan
pada tahun 2014 dan 2015 berjumlah 191 orang.
2. Pasien OMA berdasarkan usia yang tertinggi adalah 51 – 60 tahun yaitu 25
orang (17,6%) pada tahun 2014 tetapi 1-10 tahun yaitu 25 orang (51%) pada
tahun 2015.
3. Pasien OMA berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah perempuan yaitu 80
orang (56,3%) pada tahun 2014 tetapi 26 orang (53.1%) pada tahun 2015.
4. Pasien OMA berdasarkan gejala klinis yang tertinggi adalah keluar cairan dari
telinga yaitu 90 orang (63,4%) pada tahun 2014 tetapi 48 orang (98%) pada
tahun 2015.
5. Pasien OMA berdasarkan stadium OMA yang tertinggi adalah stadium
perforasi yaitu 76 orang (53,5%) pada tahun 2014 tetapi 43 orang (87.8%)
pada tahun 2015.
6. Pasien OMA berdasarkan sisi telinga yang terkena OMA yang tertinggi adalah
unilateral (kiri) yaitu 58 orang (40.8%) pada tahun 2014 tetapi 25 orang
(51.0%) pada tahun 2015.
7. Pasien OMA berdasarkan terapi OMA yang tertinggi adalah terapi antibiotik
yaitu 125 orang (88% ) pada tahun 2014 tetapi 41 orang (83.7%) pada tahun
6.2. Saran
1. Sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat supaya anak anak diperhatikan
kerana OMA sering terjadi pada anak anak.
2. Sebagai bahan penyuluhan kepada pihak rumah sakit kerana angka terjadinya
OMA pada anak anak meningkat.
3. Sebagai penyuluhan kepada peneliti lain agar meneliti secara mendalam