• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Layanan Konseling Perorangan dan Pe (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arah Layanan Konseling Perorangan dan Pe (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah Oleh : Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons. (Dosen BK FIP UNP)

email: yarmissyukur@yahoo.co.id)

Abstract

This paper discuss the direction of individual counseling services seen from a general purpose guidance and counseling is to help individuals develop themselves optimally in accordance with the stage of development and its predisposition such basic abilities and talents, there is a variety of backgrounds such as family background, education and socioeconomic, and in accordance with the demands of the environment positively. In particular, guidance and counseling intended to help individuals (clients) to overcome the problems they experienced with the optimal effort from guidance and counseling teacher or counselor. In this case, professional service is a service to clients who implemented seriously by science and appropriate technology.

Keywords: direction services, individual counseling

Pendahuluan

Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami setelah mengikuti layanan

konseling adalah ekspektasi setiap klien yang datang ke Guru BK atau Konselor,

baik yang datang karena dipanggil maupun yang datang karena di referal oleh orang lain, apalagi yang datang atas kemauan sendiri. Merasa terbebas dari permasalahan

yang dialami merupakan salah satu ciri keberhasilan konseling selain diperolehnya

pengetahuan baru atau wawasan baru oleh klien setelah mengikuti layanan dan

jelasnya tindakan yang akan dilakukan klien untuk membantu keluar dari

permasalahan setelah layanan diikuti. Untuk mewujudkan kondisi yang demikian,

Guru BK atau Konselor dipercaya telah memiliki pengetahuan dan pemahaman serta

sikap dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan keprofesionalannya.

Pengkajian tentang tuntutan terhadap profesi konseling harus terus dilakukan

(2)

dalam jalur persekolahan. Apalagi, keberadaan pelayanan Bimbingan dan Konseling

(BK) di sekolah di samping pelayanan pendidikan lainnya sebagai bagian yang

terintegrasi dalam pelayanan pendidikan dalam rangka mewujudkan optimalisasi

perkembangan peserta didik.yang semakin dipertegas dalam Kurikulum 2013.

Pelayanan BK melipti empat bidang pengembangan, yaitu bidang pengembangan

pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan belajar, dan bidang

pengembangan karir. Keempat bidang pengembangan tersebut diselenggarakan

dengan sepuluh layanan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan

penempatan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan,

layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi,

layanan mediasi, dan layanan advokasi. Layanan konseling perorangan sebagai salah

satu layanan dalam Bimbingan dan Konseling terselenggara dengan aturan dan tata

cara yang mempermudah klien untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari

layanan tersebut. Oleh karena itu kemampuan menyelenggarakan konseling

perorangan guru-guru BK di sekolah harus terus ditingkatkan. Melalui tulisan singkat

ini penulis ingin berbagi pendapat dengan pembaca tentang arah layanan konseling

perorangan dan penerapannya di sekolah. Tulisan ini diangkat dari kajian literatur

yang dilengkapi dengan hasil riset terhadap Guru BK di sekolah menengah.

Kondisi Umum Sekolah

Sekolah adalah lembaga formal yang menyediakan pelayanan pendidikan

yang dapat membantu peserta didik mencapai tugas pendidikan dan

tugas-tugas perkembangan. Pencapaian tugas-tugas-tugas-tugas pendidikan sebagian besar dibantu

(3)

Sedangkan pencapaian tugas-tugas perkembangan dibantu Guru BK atau Konselor

melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Menyangkut tugas-tugas

pendidikan dengan mempelajari sejumlah mata pelajaran dimaksudkan untuk

memperluas pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan keterampilan peserta

didik dalam usaha menjadi insan yang berkualitas. Sebagaimana terdapat dalam UU

Sisdiknas No 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 dimana pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlah mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Keberadaan Guru BK atau Konselor di sekolah belum sepenuhnya

menggambarkan perhatian yang besar terhadap pencitraan profesi konseling. Masih

banyak ditemukan guru-guru non BK yang bertugas dalam bidang ke BK-an di

sekolah. Guru-guru non BK tersebut disertifikasi pendidik profesional dalam bidang

BK. Di samping itu ada Pengawas BK dari tenaga non BK, bahkan guru-guru IT

yang jam pelajarannya di sekolah tidak ditemukan lagi dalam Kurikulum 2013 santer

disebut akan ditugaskan pula menjadi Guru BK.

Kondisi di atas semakin tidak membuat profesi konseling semakin tegak

sebagaimana yang diidam-idamkan. Di sisi lain kalau keberadaan guru-guru dengan

disiplin non BK tersebut mampu diberdayakan dengan cara-cara yang tepat tentu

akan memberikan manfaat kepada pelayanan BK secara keseluruhan. Dalam hal ini

tentu saja pengertian dari berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk pengertian dari

(4)

Layanan Konseling Perorangan sebagai salah satu Layanan BK di Sekolah Layanan konseling perorangan merupakan salah satu jenis layanan dalam

Bimbingan dan Konseling yang penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh

dari seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara layanan dan klien

sebagai orang yang memerlukan layanan (bantuan). Dalam hal ini, Guru BK atau

Konselor dan klien sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam layanan

konseling perorangan. Tanggung jawab Guru BK atau Konselor adalah mendorong

klien untuk mengembangkan potensi, kekuatan, otonomi, dan kemampuan mengatur/

mengarahkan dirinya sendiri guna mewujudkan tujuan layanan konseling

perorangan. Sedangkan tanggung jawab klien ditunjukkan sejak awal kedatangannya

menemui Guru BK atau Konselor, pada waktu penyelenggaraan layanan sampai hasil

pembahasan layanan betul-betul dilaksanakan setelah layanan tersebut

diselenggarakan. Gunanya supaya sasaran dasar konseling sebagaimana

dikemukakan Anthony Yeo (1994; 149), yaitu membantu klien mewujudkan satu

perubahan dalam cara pandangnya dan mendapatkan kemampuan untuk menguasai

situasi-situasi problematis dalam hidupnya dapat tercapai.

Kesadaran akan besarnya tanggung jawab Guru BK atau Konselor dalam

layanan konseling perorangan diiringi dengan tanggung jawab penuh dari klien, akan

mempermudah layanan tersebut dari segi proses dan hasil yang ingin dicapai. Bagi

Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara utama layanan konseling perorangan

sudah jelas menitikberatkan layanannya kepada individu atau klien secara

perorangan. Guru BK atau Konselor diharapkan bisa melihat klien sebagai individu

(5)

individu yang memiliki pribadi yang dinamis serta memiliki tata cara yang

membedakannya dengan individu yang lain (Yarmis Syukur; 2012).

Di sekolah menengah atas, tugas perkembangan peserta didik yang harus

mendapat perhatian Guru BK atau Konselor dalam memberikan layanan

sebagaimana dikemukakan Kemendikbud (2014;12), yaitu; (a) mencapai kematangan

dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) mencapai kematangan

dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria atau

wanita, (c) mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat, (d) mengembangkan

penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan

karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat

yang lebih luas, (e) mencapai kematangan dalam pilihan karir, (f)Mencapai kematangan

gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan

ekonomi, (i) mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (h) mengembangkan kemampuan komunikasi

sosial dan intelektual, serta apresiasi seni, (i) mencapai kematangan dalam sistem etika

dan nilai.

Memperhatikan pendapat di atas maka peserta didik merupakan individu yang

menjadi sasaran utama dalam layanan dengan mengedepankan aspek perkembangan. Hal

ini sejalan dengan orientasi Bimbingan dan Konseling yang lebih menitikberatkan

peserta layanan secara individual sesuai dengan perkembangan dan permasalahan yang

mereka alami (Prayitno & Erman Amti: 1994).

Tujuan Layanan Konseling Perorangan

Ekspektasi dan tujuan klien menghadiri konseling hendaklah dipahami

(6)

diorientasikan untuk mencapai tujuan dan ekspektasi klien tersebut. Menurut

Syofyan S.Willis (2009;20) tujuan konseling haruslah mencapai; (1) effective daily living; artinya setelah selesai proses konseling klien harus dapat menjalani kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna untuk diri, keluarga, masyarakat,

bangsa, dan Tuhannya, (2) relationship with other; artinya setelah selesai proses konseling klien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain di

keluarga, sekolah, kantor, masyarakat, dan sebagainya. Hal yang senada

dikemukakan pula oleh Prayitno (2009), bahwa konseling hendaknya dapat; (a)

mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien, (b) pengentasan

kehidupan efektif sehari-hari klien yang terganggu (KES-T), (c) aktivasi energi

belajar, (d) mewujudkan tujuan pendidikan, dan (e) kesatuan dunia akhirat.

Mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien, yaitu kehidupan

yang sesuai dengan keberadaan klien sebagai pribadi dan bagian dari sistem dengan

memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pengentasan kehidupan efektif sehari-hari

klien yang terganggu (KES-T); yaitu mengupayakan pengentasan segala yang

mengganggu atau merintangi klien mewujudkan kehidupan efektif sehari-hari

sebagai pribadi atau bagian dari system. Aktivasi energi belajar; yaitu

mendayagunakan potensi klien untuk terkuasainya segala sesuatu yang dapat

membantu terwujudnya kehidupan efektif sehari-hari. Mewujudkan tujuan

pendidikan diupayakan melalui penyelenggaraan layanan berorientasi fokus layanan

dan pelibatan secara aktif seluruh personil sekolah. Kesatuan dunia akhirat

diupayakan dengan peningkatan ketaqwaan klien kepada Allah, tanggung jawab

klien terhadap diri sendiri dan orang lain serta kepatuhannya pada peraturan dan

(7)

Dengan demikian, arah dan fokus layanan konseling perorangan adalah

mampu mengatasi dan mengentaskan persoalan-persoalan klien sesuai dengan

permasalahan yang mereka alami. Sebaliknya, layanan konseling perorangan dengan

arah yang kurang jelas membuat klien bisa tambah bermasalah.

Arah Layanan Konseling Perorangan

Arah layanan konseling perorangan merupakan salah satu focus layanan

konseling perorang (Prayitno: 2010). Arah layanan dapat berarti kemana layanan

yang diselenggarakan akan diarahkan. Apakah sekedar mendalami pribadi klien, atau

mendalami kondisi terkini dari seorang klien. Untuk memperoleh layanan yang

bermanfaat, setiap Guru BK atau Konselor hendaklah mengarahkan layanannya

kepada upaya pencapaian tujuan layanan. Dengan arah yang jelas akan

mempermudah klien keluar dari masalah yang dialami dalam rangka mencapai

tujuan layanan yang hendak dicapai. Leong (2008), berpendapat, fokus perhatian

Guru BK atau Konselor dalam membantu peserta didik hendaklah kepada berbagai

persoalan termasuk persoalan stres yang normatif, kesulitan dalam penyesuaian diri

dan transisi dalam kehidupan. Sejalan dengan itu, Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan

(2009; 196) juga mengemukakan bahwa masalah peserta didik/klien yang harus

menjadi perhatian konselor adalah; (1) masalah perkembangan individu, (2) masalah

perbedaan individu, (3) masalah kebutuhan individu, (4) masalah penyesuaian diri

dan kesehatan mental, dan (5) masalah belajar.

Memperhatikan kedua pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

layanan konseling yang diselenggarakan mestinya diarahkan kepada upaya

(8)

pencapaian tujuan sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan konseling secara umum

dan khususnya layanan konseling perorangan, beberapa hal berikut ini menjadi arah

Guru BK atau Konselor dalam menyelenggarakan konseling perorangan, yaitu; (1)

pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien, (2) pengembangan

kehidupan efektif sehari-hari (KES) klien perlu diupayakan melalui konseling

perorangan, (3) pengentasan kehidupan efektif sehari-hari klien yang terganggu

(KES-T) , (4) pengentasan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu klien perlu

diupayakan melalui konseling perorangan, (5) kemampuan untuk menyesuaikan

perlakuan dengan perbedaan individual klien perlu diupayakan Guru BK atau

Konselor, (6) klien perlu dibantu untuk memperoleh hal-hal baru yang berguna untuk

pengembangan dirinya, (7) Guru BK atau Konselor perlu mengasah dan memperkaya

energi kependidikan untuk mengaktifkan energi klien mencapai hasil konseling

perorangan, (8) Guru BK atau Konselor perlu membantu peserta didik/klien

mewujudkan tujuan pendidikan, (9) pencapaian tujuan pendidikan mesti diupayakan

oleh seluruh komponen pendidikan di sekolah, (10) pencapaian tujuan pendidikan

perlu diusahakan melalui penyelenggaraan konseling perorangan yang sesuai Standar

Prosedur Operasional layanan, (11) konseling perorangan dapat meningkatkan

ketaqwaan klien kepada Allah SWT, (12) konseling perorangan dapat meningkatkan

tanggung jawab klien terhadap diri dan perbuatannya, (13) konseling perorangan

dapat membantu klien mematuhi peraturan/hukum yang berlaku (Yarmis Syukur;

2013).

Penerapan Arah Layanan Konseling Perorangan

Bagaimanakah penerapan arah layanan konseling perorangan (ALKP) oleh

(9)

tentang penerapan ALKP oleh Guru BK atau Konselor Sekolah Menengah Atas kota

Padang yang datanya diadministrasikan tahun 2011 dengan angket dan diolah

menggunakan teknik persentase. Data tersebut diperkaya dengan gambaran

pemahaman Guru BK atau Konselor tentang arah layanan konseling perorangan dan

pembahasan terkait dengan temuan di lapangan. Selengkapnya dalam grafik berikut.

Grafik 1: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Laki-laki

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor

laki-laki lebih tinggi daripada penerapan tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi,

(10)

Grafik 2: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Perempuan

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor

perempuan lebih tinggi daripada penerapan tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi,

terendah dan skor rata-rata.

(11)

Grafik tersebut menunjukkan bahwa penerapan Guru BK atau Konselor

perempuan lebih tinggi daripada Guru BK atau Konselor laki-laki dilihat dari skor

tertinggi dalam ALKP. Dilihat dari skor rata-rata, penerapan Guru BK atau Konselor

laki-laki sedikit lebih lebih baik dibandingkan penerapan Guru BK atau Konselor

perempuan dalam ALKP.

Grafik 4: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan Pendidikan BK

(12)

Grafik 5: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan Pendidikan Non BK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan “non BK” lebih tinggi daripada penerapan dilihat dari skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.

(13)

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih tinggi daripada penerapannya dilihat dari skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.

Grafik 7: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan Pendidikan BK, Non BK, dan PPK

Grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan Guru BK atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih tinggi dari Guru BK pendidikan BK dan non BK dilihat dari skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.

Pembahasan

Kualitas pemahaman arah layanan yang lebih baik tentu saja dapat membantu

Guru BK atau Konselor dalam mempersiapkan layanan yang tepat kepada peserta

didik/klien yang memerlukan. Guru BK atau Konselor yang demikian akan

mengiringi pelayanannya dengan perlakuan yang sesuai dengan kebermartabatan

peserta didik sebagai individu yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan.

Selanjutnya dengan pemahaman yang baik tentang arah layanan, Guru BK atau

(14)

bagaimana pelayanan tersebut diselenggarakan dan apa output yang diperoleh setelah layanan benar-benar terselenggara.

Sebaliknya, Guru BK atau Konselor dengan pemahaman arah layanan yang

masih rendah atau kurang dapat mempengaruhi layanan yang mereka selenggarakan.

Peserta didik (klien) bisa merasa belum diperlakukan sebagaimana layaknya. Guru

BK atau Konselor yang seperti ini bisa membuat peserta didik tidak betah

berlama-lama dalam layanan. Peserta didik bisa tidak kerasan bersama Guru BK atau

Konselor, dan layanan yang terselenggara bisa kurang jelas arahnya. Peserta didik

(klien) bisa juga tidak merasa mendapat apa-apa dari layanan yang mereka ikuti.

Dampak perubahan yang diharapkan kepada peserta didik (klien) setelah

mendapatkan layanan semakin sulit untuk diwujudkan. Kondisi seperti ini

kadang-kadang menjadi rujukan bagi pihak sekolah yang tidak melihat perubahan

tingkahlaku peserta didik bermasalah menjadi tingkahlaku yang lebih baik. Mereka

berpendapat bahwa layanan konseling belum menghasilkan sesuatu yang berguna

bagi peserta didik. Sehingga bisa saja menimbulkan pertanyaan.

Guru BK atau Konselor yang bagaimanakah yang dituntut memiliki

pemahaman dan penerapan yang baik tentang arah layanan konseling perorangan?

Jawabannya, tentu semua Guru BK atau Konselor dituntut untuk memiliki

pemahaman yang baik dan penerapan yang baik pula tentang arah layanan konseling

perorangan. Sebab kepada Guru BK atau Konselor telah diamanahkan tugas dan

tanggung jawab yang menjurus kepada pembinaan emosional kejiwaan peserta didik

melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Harapan yang demikian tentu saja

(15)

BK dengan program PPK baik guru BK atau konselor laki-laki maupun Guru BK

atau Konselor perempuan.

Guru BK atau Konselor dengan pemahaman yang rendah tentang arah

layanan konseling perorangan mestinya didorong untuk meningkatkan kualitas

pemahamannya secara umum tentang layanan konseling perorangan dan

penyelenggaraannya di sekolah. Dalam hal ini Guru BK atau Konselor bisa

menggunakan wadah Musyawarah Guru BK (MGBK) dan dapat pula dalam bentuk

seminar atau pertemuan ilmiah guna menambah pengetahuan dan mempermahir

keterampilan dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan. Di samping

itu peluang menambah pendidikan lanjut melalui pendidikan akademik (Strata 2

Pascasarjana) dan prpgram PPK (Pendidikan Profesi Konselor) juga merupakan

alternatif yang tepat untuk dimanfaatkan Guru BK atau Konselor sekolah.

Kesimpulan

Layanan konseling perorangan merupakan salah satu jenis layanan dalam

Bimbingan dan Konseling yang penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh

dari seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara layanan dan klien

sebagai orang yang memerlukan layanan (bantuan). Tujuannya untuk membantu

peserta didik (klien) mencapai; (1) effective daily living, dan (2) relationship with other. Untuk itu layanan konseling mesti diarahkan kepada upaya membantu klien dalam berbagai persoalan yang mereka hadapi, dengan arah layanan yang lebih

mudah mencapai tujuan layanan. Hal yang demikian hendaknya diupayakan oleh

seluruh Guru BK atau Konselor yang bekerja dengan peserta didik di sekolah.

(16)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013. Modul 2. Diklat Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru BK/Konselor SMP/MTs

Kellin dan Anthony, Yeo. 1989. Counseling : a Problem Solving. Singapore : Armour Publishing Pte Ltd.

Leong, Frederick T. L. 2008. Encyclopedia of Counseling : Thousand Oaks; London, New Delhi, Singapore; Sage Publication.

Prayitno & Erman Amti.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.

Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Universitas Negeri Padang.

Prayitno. 2010. Pendekatan Perorangan dan Kelompok dalam Konseling (Makalah). Universitas Negeri Padang.

Syofyan S. Willis. 2009. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yarmis Syukur. 2012. Wawasan dan Sikap Konselor terhadap Klien (Makalah) disampaikan pada Seminar Internasional Konseling Malindo 2 di Padang dengan tema “Pelayanan Konseling untuk Semua Keberagaman”.

Yarmis Syukur. 2013. Pemahaman dan Penerapan, Permasalahan dan Arah Pengembangan Fokus Layanan Konseling Perorangan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor (Studi di SMA Negeri Kota Padang). Disertasi. Universitas Negeri Padang Program Pascasarjana. Padang.

Gambar

Grafik 1: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Laki-laki
Grafik 2: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Perempuan
Grafik 4: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan
Grafik 5: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor dengan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa guru mata pelajaran menjadi guru BK (non BK), ini akan berdampak kurang baik dalam pemberian bimbingan dan konseling, karena non BK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Giving Question and Getting Answer dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Motivasi

Berdasarkan batasan permasalahan tersebut, tujuan dalam penulisan ini adalah mendiskripsikan pendapat dan istinbath hukum yang digunakan Imam Syaf‟i dan Imam Hanafi

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh konselor atau guru BK dalam rangka membantu

Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan dapat mengurangi intensitas nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase laten.. Oleh karena

meningkatnya minat belajar siswa setelah penggunaan media cergam pembelajaran matematika pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya Untuk itu peneliti, ingin

[r]

-Ketetapan MPR, yaitu putusan MPR yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke luar dan ke dalam, artinya ketetapan ini berlaku mengikat bagi lembaga MPR, anggota MPR