• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intensitas Naungan Terhadap Pertumbuhan Propagul Rhizophora apiculata Blume Di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intensitas Naungan Terhadap Pertumbuhan Propagul Rhizophora apiculata Blume Di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.

Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi

mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Bersifat

dinamis karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta

mengalam suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. Dikatakan

labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali seperti sediakala

(Kusmana dkk., 2005).

Ekosistem mangrove menggambarkan sebuah kekayaan dan

keanekaragaman sumberdaya alam. Hutan mangrove kini telah diakui sebagai

pelindung utama bagi lingkungan pesisir/pantai dan merupakan sumberdaya

ekonomi nasional yang bernilai tinggi. Sekarang ini kesadaran tentang komunitas

pesisir sangat penting untuk kegiatan konservasi hutan mangrove yang terus

menerus berkurang. Luasan hutan mangrove Indonesia telah berkurang

karenaaktivitas manusia. Dengan demikian diperlukan pengembangan tekhnologi

yang tepat untuk melakukan rehabilitasi mangrove (Kitamura et al., 1997).

Mengingat pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk kesejahteraan

masyarakat pesisir, maka perlu dilakukan upaya pelestarian, salah satu upaya yang

telah dilakukan adalah dilaksanakannya rehabilitasi mangrove. Akan tetapi,

kegiatan rehabilitasi mangrove masih sering berakhir dengan kegagalan. Beberapa

faktor penyebab yang umum dijumpai antara lain adalah rendahnya kualitas

bibit, tidak sesuainya lokasi penanaman, kesalahan teknologi benih, serta

pelaksanaan yang kurang berpengalaman. Ditambah lagi karena kurangnya

(2)

pengalaman dan pengetahuan mengenai rehabilitasi hutan mangrove. Disamping

itu, minimnya pengalaman, terutama bagi para perencana dan pelaksana kegiatan

di lapangan, juga diyakini berdampak terhadap rendahnya keberhasilan

rehabilitasi mangrove. Pada persemaian mangrove tingkat kematian atau

kelayakan tanaman mangrove khususnya pada tanaman bakau umumnya

memilikiperan penting, hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat tentang

benih yang bagus dan siap disemaikan (Supriharyono, 2000).

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu

menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Apabila bibit yang digunakan

berkualitas tinggi dan siap tanam, maka peluang keberhasilan tumbuh di lapangan

juga akan tinggi. Banyak spesies memerlukan naungan pada awal

pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi

secara bertahap. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan

semai-semai yang berkualitas. Sebaliknya, penggunaan bibit berkualitas rendah hanya

akan menyebabkan kegagalan kegiatan rehabilitasi. Benih yang bagus sebaiknya

dipanen dari pohon yang cukup umur, pertumbuhannya bagus, batang lurus,

memiliki bentuk tajuk simetris, dan tidak terserang hama/penyakit. Jenis tanaman

pantai dan mangrove mempunyai musim berbuah yang berlainan. Jenis mangrove

mempunyai musim berbuah yang serentak yaitu pada pertengahan sampai akhir

tahun. Sedangkan untuk jenis tanaman pantai, musim berbuahnya tidak serentak

(Wibisono, 2006).

(3)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan

propagul Rhizophora apiculata yang baik pada berbagai intensitas naungan.

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemberian intensitas naungan terhadap pertumbuhan propagul

R. apiculata pada berbagai intensitas naungan.

2. Pemberian intensitas naungan 50% menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik

terhadap pertumbuhan propagul R. apiculata.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan intensitas

naungan yang lebih baik untuk pertumbuhan propagul R. apiculata sehingga dapat

menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan kegiatan

rehabilitasi agar kegiatan rehabilitasi dapat berhasil dengan baik.

Kerangka Pemikiran

Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan mangrove

yang telah terdegradasi adalah dengan cara melakukan pembibitan propagul

R. apiculatayang nantinya diperoleh bibit yang pertumbuhannya baik. Dengan

adanya bibit yang pertumbuhannya baik, maka diperoleh hasil yang maksimal dari

kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang telah terdegradasi. Namun kegiatan

pembibitan tersebut terkadang tidak bisa langsung ditanam ke media setelah

pengunduhan dari pohon bisa disebabkan masalah waktu, tenaga terbatas atau

jumlah propagul yang banyak, sementara propagul memerlukan waktu yang cepat

untuk ditanam sehingga perlu penanganan propagul sebelum ditanam dilapangan.

(4)

Salah satu usahanya adalah dilakukan pembibitan R. apiculatadengan perlakuan

pengaruh intensitas naungan untuk mendapatkan bibit dengan pertumbuhan

terbaik sebelum dilakukan penanaman ke lapangan dengan harapan bibit yang

ditanam kelak cepat tumbuh dan berkualitas. Sehingga nantinya ketersediaan bibit

dapat diperoleh pada waktu yang ditetapkan, dengan ini diharapkan hutan

mangrove dapat berfungsi kembali dengan baik sebagai penahan gelombang arus

laut dan juga sebagai habitat satwa agar tidak punah.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Hutan Mangrove

Konversi Lahan

Industri Pertanian dan Pemukiman Tambak

Rehabilitasi

Pembibitan Mangrove

Naungan

Bibit yang Berkualitas Degradasi Lahan

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini didukung oleh penelitian Rahayu (2006) dengan judul Pola Asuh dan Status Gizi Anak Balita Keluarga Penerima dan Keluarga Bukan Penerima Jaminan

Dalam penjelasan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelanggaran ham adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat

Sehubungan dengan Kegiatan Pengadaan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Outsourcing Cleaning Service Kantor OJK Tasikmalaya Tahun Anggaran 2017, panitia pengadaan

Jumlah nilai pokok kredit yang dibeli sebesar Rp1.040.141 telah berkurang sebesar Rp333.308 yang merupakan pembayaran angsuran kredit oleh debitur dari tanggal 31 Oktober 2000

 Temporal reference systems modelled after ISO 19108 now need to inherit correctly from ISO 19111 classes (as per ISO 19111:2007)  Support is required for abstract

Kami sampaikan dengan hormat bahwa Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) Ditjen Pendidikan Tinggi memberi kesempatan kepada dosen tetap Perguruan Tinggi

A distance or time impedance factor in combination with the population demand for health care services and the supply of healthcare providers within the

Summary of change:  A change into a multipart standards was proposed in the ISO standardization process, but had been rejected for that version due to the significant delay