• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Tahapan Berpikir Siswa SMP Kelas VIII C dengan Kemampuan Matematika Sedang pada Materi Bangun Datar Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Tahapan Berpikir Siswa SMP Kelas VIII C dengan Kemampuan Matematika Sedang pada Materi Bangun Datar Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele T1 Full text"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI TAHAPAN BERPIKIR SISWA SMP KELAS VIII C DENGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA SEDANG PADA MATERI BANGUN DATAR

BERDASARKAN TAHAPAN BERPIKIR VAN HIELE

JURNAL

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

Oleh : Bayu Aji Istanto

202013099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DESKRIPSI TAHAPAN BERPIKIR SISWA SMP KELAS VIII C DENGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA SEDANG PADA MATERI BANGUN DATAR

BERDASARKAN TAHAPAN BERPIKIR VAN HIELE

Bayu Aji Istanto1, Tri Nova Hasti Yunianta2

202013099@student.uksw.edu; trinova.yunianta@staff.uksw.edu Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berpikir geometri siswa kelas VIII yang berkemampuan matematika sedang menurut tingkatan Van Hiele. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Tuntang dengan kemampuan matematika sedang yang kemudian diambil 3 siswa dari 21 siswa. Proses penelitian mengikuti tahap-tahap: (a) merumuskan indikator level berpikir geometri menurut teori Van Hiele berdasarkan teori dan penelitian yang relevan, (b) merumuskan instrumen pendukung (tes geometri Van Hiele dan pedoman wawancara) yang valid dan reliabel, (c) melakukan pengambilan subjek penelitian berdasarkan hasil tes semester ganjil, (d) melakukan pengambilan data untuk mengungkap level berpikir geometri siswa, (e) melakukan analisis data level berpikir siswa menurut teori Van Hiele berdasarkan kemampuan geometri dan kemampuan matematika sedang, (f) melakukan pembahasan hasil analisis, (g) melakukan penarikan kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian Tes VGHT sebagai berikut: (a) subjek S1 berada pada level 0 (Pengenalan), subjek hanya memahami mengenai sifat-sifat dari suatu bangun, (b) subjek S2 berada pada level 0 (Pengenalan), subjek dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun, akan tetapi masih kurang maksimal, (c) subjek S3 berada pada level 0 (Pengenalan), subjek mampu memahami dan menentukan sifat-sifat dari suatu bangun.

Kata kunci : Level Berpikir Van Hiele, Kemampuan Geometri, Kemampuan Matematika Sedang

PENDAHULUAN

Menurut Permendikbud Nomor 22 (2006:345), matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Salah satu bidang ilmu yang menggunakan kemampuan berpikir yang cukup tinggi adalah matematika dan bidang ilmu ini dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Suherman (2003:55) menyatakan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA atau SMK). Matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika yaitu memilki objek kejadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.

(7)

psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Geometri tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa tetapi juga membantu dalam pembentukan memori yaitu objek konkret menjadi abstrak. Berdasarkan pendapat tersebut maka geometri merupakan materi penting dalam pembelajaran matematika. Meskipun geometri sudah diajarkan, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa materi geometri kurang dikuasai oleh sebagian besar siswa. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, salah satunya pada tingkatan SMP.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam geometri (Budiarto, 2004). Kesulitan dan kesalahan konsep pada materi geometri tidak hanya dialami oleh siswa, tetapi juga oleh mahasiswa bahkan guru. Berdasarkan hasil penelitian Pradika dan Murwaningtyas (2012), dalam pembelajaran geometri siswa SMP menghafal rumus tetapi tidak mengetahui bagiamana penggunaannya dalam penyelesaian soal.

Permasalahan tersebut terjadi karena siswa tidak memahami konsep dan prinsip. Dalam kenyataannya seperti miskonsepsi mengenai jarak dua garis sejajar dan jarak dua bidang yang sejajar, tidak bisa menghubungkan komponen dari geometri yang diketahui pada soal menjadi satu kesatuan, dan kesalahan konsep dalam memahami pengertian dan letak sudut surut serta perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus (Hidayat, 2013). Permasalahan pembelajaran dalam geometri dapat diselesaikan dengan memahami konsep atau sifat-sifat dari geometri sehingga mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahan. Konsep-konsep geometri dapat dipahami siswa secara benar maka dapat dimanfaatkan hasil penelitian Van Hiele (seorang guru bangsa Belanda) yaitu mengenai tahap-tahap pemahaman siswa dalam geometri.

(8)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Deskripsi Tahapan Berpikir Siswa SMP Kelas VIII C dengan Kemampuan Matematika Sedang pada Materi Bangun Datar Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele”.

Teori Van Hiele

Teori belajar Van Hiele menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak didik dalam bidang geometri. Menurut Van Hiele, ada tiga (3) unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga hal tadi ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada tingkatan berpikir lebih tinggi. Van Hiele juga menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar anak didik dalam belajar geometri, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Pengenalan

Pada tahap ini siswa dapat mempelajari nama dari suatu bangun dan mengenali suatu bentuk secara keseluruhan. Pada tahap ini siswa sudah mulai belajar mengenali suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Pada tahap pengenalan ini siswa hanya diharapkan dapat menyebutkan benda- banda geometri tersebut tanpa mengetahui sifat-sifat dari bangun-bangun tersebut.

2. Tahap Analisis

Pada tahap ini anak didik sudah mulai mengenal sifat sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati.Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal dan memahami sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamatinya. Namun dalam tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya.

3. Tahap Pengurutan

Pada tahap ini siswa sudah mengenal bentuk geometri dan memahami sifat-sifatnya, namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Satu hal yang perlu diketahui adalah, dalam tahap ini siswa sudah mulai mampu mengurutkan bentuk-bentuk geometri. Siswa mengetahui ciri dari persegi dan dapat menyadari bahwa sifat tersebut juga merupakan sifat persegipanjang, sehingga dapat dikatakan bahwa persegi adalah persegipanjang yang keempat sisinya sama panjang.

4. Tahap Deduksi

(9)

khusus. Pada tahap ini berpikir deduktif siswa sudah mulai tumbuh tetapi belum berkembang dengan baik.

5. Tahap Keakuratan (Akurasi)

Dalam tahap ini siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap akurasi merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks.

Indikator level berpikir van Hiele

Penelitian yang dilakukan oleh Burger dan Shaugnessy (1986) menghasilkan data yang cukup untuk menyusun suatu indikator :

Tahap Van Hiele Indikator

Tahap pengenalan 1. Siswa menggunakan sifat-sifat yang tidak tepat untuk membedakan, mengidentifikasi, mengkarakterisasikan dan memulih bangun-bangun geometri.

2. Siswa bergantung pada contoh-contoh visual dalam menentukan bangun-bangun geometri.

3. Siswa mengikutsertakan sifat-sifat yang tidak relevan dalam mengidentifikasi dan menjelaskan bangun-bangun geometri.

4. Siswa tidak dapat membayangkan bahwa banyaknya suatu jenis bangun yang dapat digambar tak hingga.

5. Siswa melakukan pemilihan bangun yang tidak tepat dan memilih bangun yang tidak sesuai dengan sifat-sifat yang dia sebut sendiri. 6. Siswa tidak dapat menentukan nama suatu bangun berdasarkan

sifat-sifat yang diketahui dan bergantung pada gambar.

Tahap analisis 1. Siswa membedakan bermacam-macam bangun geometri menurut sifat-sifat komponennya

2. Siswa mengabaikan himpunan bagian diantara bangun-bangun geometri

3. Siswa memilih bangun-bangun geometri berdasarkan satu kesamaan sifat tertentu dan mengabaikan sifat lain

4. Siswa menyatakan suatu bangun dengan menyebutkan sifat-sifatnya 5. Siswa memperlakukan geometri seperti pada fisika, yaitu dengan

percobaan-percobaan atau dengan membuat gambar-gambar. 6. Siswa belum memahami langkah-langkah pembuktian matematika 7. Siswa mengenal sifat-sifat geometri dari objek-objek fisik

Tahap pengurutan 1. Siswa dapat mendefinisikan bangun geometri secara lengkap 2. Siswa mampu mendefinisikan dengan bahasa sendiri, 3. Secara eksplisit bergantung pada definisi-definisi

4. Siswa mampu memahami bentuk kesebangunan dari suatu definisi 5. Siswa memahami susunan bangun-bangun secara logis, termasuk

himpunan bagian

6. Siswa memilih bangun-bangun geometri menurut ifat-sifat yang benar secara matematika

(10)

8. Siswa memahami bahwa banyaknya suatu jenis bangun adalah tak hingga banyak

Tahap deduksi 1. Siswa berusaha untuk merumuskan pernyataan-pernyataan atau soal-soal itu kedalam bahasa yang lebih eksak.

2. Siswa sering membuat dugaan dan berusaha membuktikannya secara deduktif

3. Siswa bergantung kepada bukti-bukti untuk merumuskan nilai kebenaran suatu pernyataan matematika

4. Siswa secara emplisist menerima postulat-postulat geometri Euclide

Bangun Datar

Negoro (2010: 18-19) mengatakan bahwa bangun datar ialah bangun yang dibuat atau dilukis pada permukaan datar, contohnya bangun berisi empat disebut dengan bangun datar karena seluruh bangun terletak dalam bidang yang datar. Ditinjau dari segi sisinya bangun datar dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Menurut Roji (1997) Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar namun tidak mempunyai tinggi atau tebal. Bangun datar memiliki unsur-unsur sebagai berikut, a) Sisi merupakan garis yang membentuk saling terhubung dan membentuk sebuah bangun ruang. Sisi ini membatasi luas daerah dari bangun tersebut ; b) Sudut merupakan daerah yang dibentuk oleh dua buah garis yang bertemu kedua pangkalnya; c) Diagonal merupakan garis yang menghubungkan suatu sudut dengan sudut lainnya yang saling berhadapan di dalam bangun datar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini analisis yang akan disampaikan adalah mengenai deskripsi dari sesuatu hal, yaitu level berpikir geometri siswa menurut teori van Hiele. Menurut Sugiyono (2012:13) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alalmiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci.

Subjek penelitian ini adalah 3 siswa kelas VIII C SMP N 1 Tuntang dengan kemampuan matematika sedang, yang diambil menggunakan teknik purposive sampling

(11)

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan mengadopsi Van Hiele Geometry Test

(VHGT) yang di modifikasi dengan menambahkan alasan atas jawaban yang dipilih , VGHT dikembangkan oleh Usiskin (1982) pada CDASSG Project yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Instrumen berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 butir yang dibagi dalam 5 subtest. Masing-masing subtes mewakili satu tahap Van Hiele. Setiap subtes terdiri dari lima butir soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Data hasil tes diubah dalam bahasa numerik. Setiap nomor benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Siswa dianggap telah lulus suatu tahap jika memenuhi kriteria yakni minimal mengerjakan benar 3 dari 5 butir.

Tahap penelitian secara umum terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Sedangkan teknik keabsahan data dalam penelitian ini dilakuakan dengan menggunakan triangulasi teknik yaitu observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam

(in depth interview), dan dokumentasi (Sugiyono, 2013: 309).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tuntang pada kelas VIII C. Peneliti mengambil subjek kelas VIII C terdiri dari 3 siswa dengan kemampuan matematika sedang. Dari 3 subjek nantinya akan diberikan lembar tes untuk memperoleh data berupa hasil jawaban subjek. Setelah dilakukan tes selanjutnya akan dilakukan wawancara terhadap subjek untuk mengetahui alasan subjek dalam menjawab soal tes tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan berpikir siswa SMP mengenai materi geometri berdasarkan tahapan berpikir Van Hiele. Instrumen soal yang digunakan merupakan soal yang dibuat oleh Prof. Usiskin dimana terdapat 25 soal, dalam 25 soal tersebut dibagi dalam 5 level berpikir yaitu pada soal nomor 1 sampai 5 merupakan soal level 0 (Pengenalan), soal nomor 6 sampai 10 merupakan soal level 1(Analisis), untuk soal nomor 11 sampai 15 adalah soal pada level 2 (Pengurutan), pada soal nomor 16 sampai 20 merupakan soal level 3(Deduksi) dan soal nomor 21 sampai 25 merupakan soal pada level 4(Akurasi). Subjek dapat dikatakan lolos pada setiap level apabila subjek dapat menjawab dengan benar 3 dari 5 soal yang ada dalam setiap level, misalkan subjek A menjawab 20 soal secara benar dari 25 soal yang ada dan subjek salah dalam menjawab soal nomor 13, 14, 15, 17 dan 20 maka subjek A dinyatakan hanya mencapai level 1.

Adapun data kategori subjek yang digunakan adalah sebagi berikut: Tabel 1

(12)

Nama Kategori Jumlah

S1 Sedang 1

S2 Sedang 1

S3 Sedang 1

(13)

21 A Salah

Level 4 (Akurasi) X

22 E Salah

23 C Salah

24 E Salah

25 D Salah

Deskripsi pekerjaan subjek S1 Level 0 (Pengenalan)

Pada soal nomor 1 subjek S1 dapat menjawab soal dengan tepat, alasan yang diberikan subjek adalah karena sifat persegi adalah semua sisinya sama. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman subjek S1 mengenai bangun persegi sudah baik. Berikut ini gambar jawaban subjek S1:

Gambar pekerjaan subjek S1 nomor 1

Pada soal nomor 2 subjek S1 sudah dapat memahami mengenai bangun segitiga dengan dapat menyebutkan bahwa bangun segitiga hanya mempunyai tiga sudut bukan empat sudut. Berikut ini transkrip wawancara terhadap subjek S1:

Berdasarkan jawaban dan wawancara terhadap subjek dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai bangun segitiga dan segiempat sudah baik.

(14)

mempunyai diagonal yang sama panjang dan sisi berhadapan mempunyai panjang yang sama. Penelitipun menanyakan untuk gambar yang bukan merupakan persegi panjang adalah

gambar bangun apa, subjek dapat menyebutkan bahwa gambar itu merupakan bangun trapesium.

Subjek S1 pada soal nomor 4 dapat menjawab dengan tepat dengan alasan yang diberikan adalah karena sifat persegi itu mempunyai 4 sisi yang sama, subjekpun dapat menjelaskan bahwa gambar F merupakan persegi panjang, gambar H merupakan jajargenjang dan gambar I adalah belah ketupat. Berdasarkan alasan tersebut dapat disimpulkan bawa subjek S1 sudah mempunyai pemahaman yang baik mengenai bangun peresgi.

Pada soal nomor 5 subjek S1 tidak dapat menjawab soal dengan tepat, alasan yang diberikan subjek adalah karena bangun J dan M memiliki sifat jajargenjang dan subjek dapat menjelaskan sifat-sifat dari bangun jajargenjang yaitu memiliki 4 sudut dan sisi yang

berhadapan sama panjang. Berdasarkan alasan yang diberikan subjek pada saat wawancara dapat disimpulkan bahwa pemahaman subjek S1 terhadap bangun jajargenjang sudah baik akan tetapi jawaban subjek tidak tepat.

(15)

6 D Salah

Level 1 (Analisis) X

7 A Salah

8 E Salah

9 C Benar

10 C Salah

11 B Salah

Level 2 (Pengurutan) X

12 E Salah

13 E Salah

14 C Salah

15 C Salah

16 A Salah

Level 3 (Deduksi) X

17 B Salah

18 C Salah

19 A Salah

20 A Salah

21 A Salah

Level 4 (Akurasi) X

22 E Salah

23 C Salah

24 C Salah

25 D Salah

Deskripsi Pekerjaan subjek S2 Level 0 (Pengenalan)

Pada soal nomor 1 subjek S2 dapat menjawab soal dengan tepat, subjek dapat

mengetahui manakah yang merupakan bangun persegi dengan dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun persegi. Berikut ini transkrip wawancara terhadap subjek S2:

(16)

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman subjek S2 terhadap bangun persegi sudah baik, terbukti dengan subjek mengetahui sifat-sifat dari bangun persegi.

Sedangkan pada soal nomor 2, subjek S2 dapat menjawab dengan tepat dan alasan yang disebutkan subjek mengenai bangun segitiga yaitu dengsn dapat menyebutkan sifat dari bangun segitiga tersebut diantaranya memiliki 3 sisi dan 3 sudut sedangkan gambar yang lain bukan merupakan bangun segitiga. Pemahaman subjek S2 terhadap bangun segitiga sudah baik, berikut ini transkrip wawancara terhada subjek S2 untuk soal nomor 2 :

Transkrip Wawancara subjek S2 no 2

Pada soal nomor 3, subjek S2 dapat memahami mengenai bangun persegi panjang dan jawaban subjek pada soalpun sudah tepat terbukti dengan dapat menyebutkan manakah yang merupakan persegi panjang dan mana yang merupakan trapesium. Berikut ini gambar

pekerjaan subjek S2 dan transkrip wawancaranya :

(17)

Transkrip Wawancara subjek S2 no 3

Pada soal nomor 4 subjek S2 menjawab soal dengan tidak tepat, alasan yang diberikan oleh subjek S2 ialah karena bangun G dan I memiliki sisi-sisi yang sama panjang yaitu memiliki 4 buah sudut siku-siku dan panjang sisi-sisinya sama. Berdasarkan jawaban dari subjek S2 dapat dinyatakan bahwa pemahaman subjek terhadap bangun persegi panjang sudah baik, akan tetapi jawaban subjek tidak tepat.

Sedangkan jawaban subjek S2 pada soal nomor 5 adalah tidak tepat dan ketika subjek ditanya mengenai alasan menjawab jawaban tersebut ialah karena hanya pada gambar J yang memiliki sifat-sifat jajargenjang, namun disaat subjek di tanya mengenai sifat-sifat

jajargenjang ia menjawab lupa. Berdasarkan jawaban tersebut subjek S2 belum memiliki pemahaman yang baik terhadap bangun jajargenjang.

Berdasarkan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa subjek S2 hanya lolos pada level 0 (Pengenalan). Subjek hanya dapat menjawab dengan benar pada soal nomor 1 sampai 3, sehingga sudah memenuhi syarat lolos pada level tersebut. Sedangkan untuk level 1 subjek hanya dapat menjawab 1 soal dengan benar yaitu soal nomor 9 dan untuk level 2, 3 dan 4 subjek tidak dapat menjawab satupun jawaban dengan benar sehingga subjek S2 dinyatakan hanya mencapai level 0.

Deskripsi Tahapan Berpikir subjek S3

Tabel Jawaban Soal Tes Subjek S3

No Jawaban Keterangan Jawaban

Tahapan Berpikir Van Hiele

Keterangan

1 B Benar

Level 0 (Pengenalan)

2 D Benar

(18)

4 B Benar

Pada soal nomor 1 subjek S3 dapat menjawab soal dengan tepat, alasan yang diberikan oleh subjek ialah karena bangun K adalah segitiga siku-siku dan bangun M adalah persegi panjang. Berdasarkan jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek S3 mempunyai pemahaman konsep tentang bangun persegi, segitiga dan persegi panjang.

(19)

Gambar pekerjaan subjek S3 no 2

Transkrip wawancara subjek S3 no 2

Pada soal nomor 3 subjek S3 memiliki pemahaman mengenai bangun persegi panjang dengan baik, dapat dilihat dari jawaban soal yang tepat dan juga alasan yang diberikan oleh subjek S3 pun sangat mendukung jawaban soal tersebut yaitu karena hanya bangun U yang bukan merupakan persegi panjang melainkan bangun trapesium.

Pada soal nomor 4 subjek S3 dapat menjawab soal dengan jawaban yang tepat,

(20)

Gambar Pekerjaan subjek S3 no 4

Transkrip wawancara subjek S3 no 4

Pada soal nomor 5 subjek S3 memiliki pemahaman yang baik mengenai bangun jajargenjang yaitu dengan dapaat menyebutkan sifat bangun jajargenjang salah satunya adalah kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus. Berikut ini gambar pekerjaan subjek S3 dan transkrip wawancara untuk soal nomor 5:

(21)

Transkrip wawancara subjek S3 no 5

Berdasarkan jawaban dan wawancara terhadap subjek S3 maka dapat disimpulkan bahwa subjek S3 hanya mencapai level 0 (Pengenalan), terbukti dengan subjek dapat menjawab soal nomor 1 sampai 5 dengan benar dimana itu sudah memenuhi syarat untuk lolos pada level tersebut yaitu minimal menjawab 3 soal dengan benar dari 5 soal yang ada dalam setiap level. Sedangkan pada level 1 subjek S3 belum mencapainya karena subjek hanya menjawab satu soal dengan benar yaitu pada nomor 9, untuk level 2 subjek S3 juga belum mencapainya karena subjek menjawab soal nomor 11 sampai 15 dengan jawaban yang salah dan pada level 3 subjek juga belum bisa mencapainya karena subjek hanya dapat

menjawab satu soal dengan benar yaitu soal nomor 20 dan yang terakhir adalah level 4 subjek juga belum mencapainya dikarenakan jawaban pada soal nomor 21 sampai 25 adalah salah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ketiga subjek dengan kemampuan matematika sedang dapat disimpulkan bahwa ketiga subjek tersebut hanya mencapai level 0 (Pengenalan), tidak ada dari ketiga subjek yang mencapai level 4 ataupun level 5.

Melihat hasil penelitian bahwa siswa berada pada tahap 0 perlu menjadi perhatian. Selain perlunya pembelajaran yang sesuai dengan tahap berpikir siswa, maka pembelajaran yang terjadi seharusnya juga dapat meningkatkan tahap berpikir siswa ke tahap selanjutnya. Hal ini diperlukan, karena sebelum memasuki SMA minimal siswa telah berada pada tahap 3 agar bisa mengikuti pembelajaran geometri di SMA dengan baik. Pembelajaran yang

memberikan kesempatan siswa menelusuri, berdiskusi dan berinteraksi dengan materi pada tahapan selanjutnya sambil meningkatkan pengalaman mereka pada tahap saat ini memiliki kesempatan terbaik dalam mengembangkan tahap pemikiran bagi siswa (van de Walle, 2006).

SIMPULAN

(22)

salah dalam menjawab soal nomor 13, 14, 15, 17 dan 20 maka subjek A dinyatakan hanya mencapai level 1.

Pada level 0 (Pengenalan), subjek S1 dapat mencapai l dapat mencapai level tersebut karena subjek dapat menjawab 4 soal yaitu nomor 1 sampai 4 dengan benar dan alasan yang diberikan memperlihatkan bahwa subjek sudah memahami setiap soal pada level 0 (Pengenalan). Sedangkan untuk subjek S2 juga mencapai level 0 (Pengenalan) karena subjek dapat menjawab 3 soal dengan benar yaitu pada soal nomor 1 sampai 3 dan alasan yang diberikan subjek pun memperlihatkan bahwa subjek S2 memahami mengenai soal nomor 1 sampai 3. Untuk subjek S3 juga mencapai level 0 (Pengenalan) karena subjek S3 dapat menjawab kelima soal pada level 0 dengan benar.

Pada level 1 (Analisis), subjek S1 belum mencapai level ini dikarenakan jawaban subjek hanya benar pada satu nomor saja yaitu nomor 9 begitu juga subjek S2 dan S3. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pemahaman subjek pada level ini sangat kurang.

Pada level 2 (Pengurutan), subjek S1, S2 dan S3 belum mencapai level ini terlihat dari jawaban setiap subjek yang masih salah sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman ketiga subjek masih kurang.

Pada level 3 (Deduksi), ketiga subjek juga belum mencapai level ini karena jawaban dari ketiga subjek masih salah hanya subjek S3 yang berhasil menjawab satu nomor dengan benar pada level ini yaitu pada nomor 20. Sedangkan pada level 4 (Akurasi), ketiga subjek belum mencapai level ini dikarenakan semua jawaban subjek pada level 4 ini masih salah.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Chairani, Zahra. 2013. 20-29 “IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI “. LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 8.No.1

El-Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

Elniati, Sri dkk. 2012. PENINGKATAN LEVEL BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1,Part 2 : Hal. 60-67

Khoiri, Miftahul. 2014. Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 262 “Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele”

Naimah, Amiatun. 2013. MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERDASARKAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MODEL PEMBELAJARAN

Shodiqin, Muhammad. 2014. DESKRIPSI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI DATAR SISWA SD KELAS V BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

Abdussakir. 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele, El Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol. VII, No. 2, Januari 2010, ISSN 1693 – 1499. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.

Aisyah, N., dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:Deriktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan Nasional.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagakerjaan.

Usiskin, Z. 1982. Van Hiele Levels and Achievment In Secondary School Geometry. CDASSG Project.

Gambar

Tabel Jawaban Soal Tes
Gambar pekerjaan subjek S1 nomor 1
Tabel Jawaban Soal Tes
Gambar Pekerjaan Subjek S2 no 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap capaian hasil belajar ditinjau dari motif berprestasi

Sesuatu yang Bisa Diakadkan Sepakat Melakukan Syarikah dalam Urusan Tertentu Sepakat Melakukan Syarikah Sepakat Memberikan Modal Hukum Syarikah dalam Islam Barang Jasa

Ekonomi membahas individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang , dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan

 Sinyal penerimaan pada pesawat penerima radio AM/FM yang berupa sinyal audio dapat dimanfaatkan sebagai sinyal input untuk menyambung dan memutuskan catu daya

Bagi sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan masukan dan pertimbangan sebagai salah satu bahan alternatif dalam kemajuan semua mata

Berdasarkan paparan data tes dan wawancara penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa subjek KDS dapat mencapai indikator berpikir kreatif pada tingkat fasih dan

Dapat di simpulkan bahwa penilaian prestasi tenaga kerja ialah proses untuk mengukur prestasi kerja kariyawan berdasarkan berdasarkan peraturan yang telah