• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penilaian Angka Kredit Dosen UNJA 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Penilaian Angka Kredit Dosen UNJA 2017"

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN OPERASIONAL

PENILAIAN ANGKA KREDIT DAN

KENAIKAN JABATAN AKADEMIK DOSEN

UNIVERSITAS JAMBI

Disusun Oleh: PROF. DR. IR. ZULKARNAIN, M.HORT.SC.

Asisten Ahli

Lektor

Lektor Kepala

Profesor

(2)

KATA PENGANTAR

Kenaikan Jabatan Akademik ke jenjang yang lebih tinggi merupakan salah satu bentuk pembinaan karir dosen di perguruan tinggi. Agar kenaikan itu dapat direalisasikan, maka seorang dosen harus dapat mengumpulkan sejumlah angka kredit tertentu sesuai persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Angka kredit merupakan penghargaan (credit) yang diberikan atas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang dosen, baik yang tergolong sebagai kegiatan utama Tridarma Perguruan Tinggi, maupun kegiatan penunjangnya.

Dalam perjalanannya, peraturan mengenai Penilaian Jabatan Akademik Dosen telah mengalami berbagai penyesuaian guna memenuhi tuntutan kualitas Pendidikan Tinggi yang lebih baik. Perubahan terkini adalah terbitnya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan & RB) Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya, yang kemudian dirubah melalui Keputusan Menpan & RB Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Keputusan Menpan & RB Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Pelaksanaan Peraturan Menteri tersebut diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 4/VIII/PB/2014 dan Nomor 24 Tahun 2014. Secara teknis, Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen.

Selain itu, dengan diterapkannya mekanisme penilaian angka kredit secara online sejak bulan Juli 2015 menuntut banyak penyesuaian dalam teknis pelaksanaan penilaian angka kredit, terutama untuk kenaikan jabatan ke Lektor Kepala dan Guru Besar/ Profesor. Oleh karenanya, Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi yang diterbitkan pada tahun 2014 perlu direvisi dan diselaraskan dengan Pedoman Operasional terbaru yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Sumberdaya Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti.

Dengan adanya berbagai perubahan dalam ketentuan Penilaian Jabatan Akademik Dosen dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen, maka dibutuhkan upaya yang komprehensif untuk menyamakan persepsi di kalangan dosen agar didapatkan pemahaman yang seragam. Oleh karena itu, Buku Pedoman ini disusun untuk menjamin kebakuan prosedur pengusulan kenaikan Jabatan Akademik Dosen serta tatacara Penilaian Angka Kreditnya. Diharapkan dengan adanya Buku Pedoman ini dapat memperlancar prosedur pengusulan kenaikan Jabatan Akademik, serta proses Penilaian Angka Kredit tidak memerlukan waktu yang lama. Kelancaran dalam prosedur dan tatacara penilaian ini akan lebih terjamin apabila setiap dosen pengusul mematuhi ketentuan-ketentuan dalam Buku Pedoman ini.

Sebagai produk pemikiran manusia Buku Pedoman ini tentunya tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu saran-saran konstruktif bagi penyempurnaan Buku Pedoman ini sangat kami harapkan.

(3)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 ii

DAFTAR ISI

Halaman BAB I 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Beberapa Pengertian ... 2

1.3 Landasan Hukum ... 9

1.4 Prinsip-Prinsip Penilaian ... 11

1.5 Mekanisme Penilaian ... 12

BAB II ... 13

JABATAN, PANGKAT DAN ANGKA KREDIT ... 13

2.1 Jenjang Jabatan dan Angka Kreditnya ... 13

2.2 Pengangkatan dan Kenaikan Jabatan ... 15

2.2.1 Pengangkatan Pertama dalam Jabatan Akademik ... 15

2.2.2 Kenaikan Jabatan Akademik ... 15

2.2.3 Loncat Jabatan Akademik ... 17

2.2.4 Alih Jabatan ke dalam Jabatan Akademik ... 18

2.3 Kelebihan Angka Kredit ... 19

2.4 Batas Usia Pengajuan Kenaikan Jabatan ke Guru Besar ... 19

2.5 Penjaminan Mutu Keilmuan ... 19

BAB III ... 22

UNSUR-UNSUR ANGKA KREDIT DOSEN ... 22

3.1 Unsur Utama Pendidikan ... 22

3.2 Unsur Utama Tridarma Perguruan Tinggi ... 23

3.2.1 Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran ... 23

3.2.2 Melaksanakan Penelitian dan Penyebarluasan Ipteks ... 27

3.2.3 Melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat ... 31

3.2.4 Melaksanakan Kegiatan Penunjang Tugas Dosen... 32

3.3 Penjelasan Membuat Rancangan dan Karya Seni/Seni Pertunjukan yang Tidak Mendapatkan HaKI ... 34

BAB IV ... 37

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DOSEN ... 37

4.1 Wewenang dan Tanggung Jawab Asisten Ahli ... 38

4.2 Wewenang dan Tanggung Jawab Lektor ... 38

4.3 Wewenang dan Tanggung Jawab Lektor Kepala ... 38

4.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Guru Besar ... 39

4.5 Wewenang dan Tanggung Jawab Dosen dalam Penelitian ... 39

BAB V ... 42

TIM PENILAI JABATAN AKADEMIK DOSEN ... 42

5.1 Pejabat yang Menetapkan Angka Kredit ... 42

5.2 Pejabat yang Mengusulkan Penetapan Angka Kredit ... 43

(4)

Halaman

5.3.1 Tugas dan Fungsi TPJA UNJA ... 43

5.3.2 Organisasi TPJA UNJA ... 44

5.3.3 Uraianan Tugas TPJA UNJA ... 44

5.3.4 Tata Kerja Penilaian di TPJA ... 45

5.4 Validator dan Reviewer Karya Ilmiah ... 45

5.5 Keputusan ... 46

BAB VI ... 47

SKEMA PENILAIAN KARYA ILMIAH ... 47

6.1 Penilaian Karya Ilmiah Dosen ... 47

6.2 Penilaian Angka Kredit Dosen untuk Kenaikan Jabatan Akademik ke Lektor ... 49

6.3 Penilaian Angka Kredit Dosen untuk Kenaikan Jabatan Akademik ke Lektor Kepala dan Guru Besar ... 51

6.4 Kewajiban Unggah Karya Ilmiah ... 54

BAB VII ... 56

PENUTUP ... 56 LAMPIRAN

1. Contoh Daftar Usul Penilaian Angka Kredit (DUPAK).

2. Contoh Pernyataan Melaksanakan Kegiatan Pendidikan dan Pengajaran 3. Contoh Daftar Kegiatan Penelitian.

4. Contoh Pernyataan Melaksanakan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat. 5. Contoh Pernyataan Melaksanakan Kegiatan Penunjang.

6. Contoh Resume Penetapan Angka Kredit. 7. Contoh Blanko Penilaian Karya Ilmiah. 8. Contoh Blanko Validasi Karya Ilmiah.

9. Contoh Blanko Pemeriksaan Persyaratan Administrasi.

10. Permenpan RB Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

11. Permenpan RB No 46 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Permenpan RB Nomor 17 Tahun 2013.

12. Peraturan Bersama Mendikbud dan Kepala BKN Nomor 4/VIII/PB/2014 dan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Permenpan RB Nomor 17 Tahun 2013 Sebagaimana Telah Diubah dengan Permenpan RB Nomor 46 Tahun 2013.

13. Permendikbud Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Dosen

14. Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

(5)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar, tata cara, dan prosedur penilaian angka kredit dosen untuk kenaikan jabatan fungsional dosen yang berlaku pada saat ini merupakan akumulasi hasil dari rangkaian proses panjang sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menko-wasbangpan) Nomor 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999, tanggal 24 Agustus 1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Keputusan ini ditindaklanjuti oleh Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 61409/MPK/KP/99 dan Nomor 181 Tahun 1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Selanjutnya pada tanggal 4 Mei 2001 Menteri Pendidikan Nasional telah pula mengeluarkan Keputusan Nomor 36/D/O/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksana-an Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen. Sementara itu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara juga mengeluarkan Peraturan Nomor PER/60/M.PAN/6/2005, tanggal 1 Juni 2005, tentang Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Perubahan Atas Ketentuan Lampiran I dan/atau Lampiran II Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Keputusan dan Peraturan Menteri tersebut, telah dilengkapi dengan berbagai Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang berisi penjelasan lebih rinci tentang berbagai aturan yang berkenaan dengan standar, tata cara, atau prosedur penilaian angka kredit dosen dan pengusulan jabatan fungsional dosen.

Sejalan dengan tuntutan kualitas yang makin meningkat, baik kualitas layanan kenaikan pangkat maupun atas kualitas kinerja dosen yang dinilai angka kreditnya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya pada tanggal 15 Maret 2013, yang selanjutnya dirubah melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi Nomor 46 Tahun 2013 pada tanggal 27 Desember 2013. Kedua peraturan tersebut berisikan sejumlah perubahan yang cukup signifikan dari peraturan-peraturan yang telah ada sebelumnya. Keberadaan Permenpan Nomor 17 maupun Permenpan Nomor 46 menjadi landasan pokok dalam menghitung angka kredit dosen dalam rangka kenaikan jabatan fungsionalnya, yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 4/VIII/PB/2014 dan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Penilaian angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsional Dosen secara teknis diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen.

(6)

Berubahnya unit pengelola ini juga dibarengi dengan berubahnya mekanisme pengadministrasian dan penilaian usulan kenaikan Jabatan Akademik Dosen yang sebelumnya menganut sistem offline menjadi online (paperless). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan layanan penilaian angka kredit dosen untuk kenaikan jabatan fungsional yang terintegrasi dengan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti). Sebagai konsekuensinya adalah seluruh dokumen karya ilmiah (artikel yang diterbitkan di jurnal, makalah dalam prosiding, laporan penelitian dan lain-lain yang sejenis, harus dapat ditelusuri secara online dan dinilai oleh Tim Penilai Jabatan Akademik dosen menggunakan format yang disediakan melalui laman pak.dikti.go.id.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dan guna memberikan kemudahan bagi dosen Universitas Jambi dalam memahami berbagai peraturan terkait kenaikan jabatan

fungsional, maka disusunlah buku pedoman ini sebagai rujukan. Buku pedoman ini berisi penjelasan rinci tentang berbagai aturan yang berkenaan dengan standar, tata cara, atau prosedur penilaian angka kredit dosen dan pengusulan jabatan fungsional dosen. Diharapkan dengan terbitnya buku pedoman ini akan timbul penafsiran dan pemahaman yang seragam di kalangan dosen dalam hal kenaikan jabatan fungsional.

1.2 Beberapa Pengertian

1. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang diberikan/ditetapkan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang dosen dan yang dipergunakan sebagai salah satu syarat dalam rangka pembinaan karier dalam jabatan fungsional dan/atau kepangkatan.

2. Tim Penilai Angka Kredit adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat berwenang, yang bertugas untuk menilai prestasi kerja dosen dalam rangka penetapan angka kredit.

3. Dosen adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditugaskan di Universitas Jambi dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 1 UU No. 14 tahun 2005).

4. Guru Besar atau Profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang ma-sih aktif di lingkungan satuan pendidikan tinggi (UU No. 14 tahun 2005 Pasal 1:3). 5. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU No. 14 tahun 2005 Pasal 1:4)

6. Kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi secara melembaga adalah kegiatan yang mendapatkan izin atau penugasan dari Rektor atau Dekan Fakultas dengan suatu Surat Keputusan atau Surat Tugas.

7. Batas kepatutan adalah rata-rata banyaknya hasil atau besarnya sks (satuan kredit semester) maksimal selama periode penilaian yang mungkin dicapai apabila pelaksanaan suatu kegiatan atau sub unsur kegiatan dilakukan dalam batas-batas kepatutan.

(7)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 3 9. Pendidikan adalah pengembangan kemampuan dan jatidiri peserta didik sebagai

wujud kepribadian yang utuh, melalui program pengajaran yang diarahkan melalui kurikulum program studi.

10. Pengajaran adalah pengembangan penalaran peserta didik untuk mendalami kaidah-kaidah keilmuan sebagai pelaksanaan tugas fungsional dosen yang terdiri dari pemilihan dan pengorganisasian materi, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran sesuai dengan sasaran kurikulum yang telah ditentukan.

11. Penelitian adalah kegiatan telaah taat kaidah dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.

12. Pengabdian kepada masyarakat adalah pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dilakukan oleh dosen secara melembaga, yang hasilnya bermanfaat bagi usaha mencerdaskan atau mensejahterakan kehidupan bangsa.

13. Peneliti adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan pengkajian data yang dilakukan secata sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan/permasalahan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

14. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh secara sistematis melalui penelitian maupun penalaran yang memberikan pemahaman dan informasi tentang gejala-gejala alam dan sosial.

15. Teknologi adalah kumpulan pengetahuan hasil penelitian yang memberikan pemahaman dan informasi tentang bagaimana ilmu pengetahuan dipergunakan untuk tujuan praktis.

16. Karya ilmiah adalah hasil penelitian atau pemikiran yang dipublikasikan dan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan. Hal ini berarti, bahwa selain kualitas jurnal yang menjadi media publikasi, kualitas dan teknik penulisan artikel ilmiah/gaya selingkung merupakan parameter penting yang diperhatikan dalam penulisan.

17. Informasi ilmiah adalah segala produk ilmiah yang disampaikan, baik secara lisan maupun tertulis melalui media/forum ilmiah.

18. Pertemuan ilmiah adalah pertemuan yang membahas perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat dilaksanakan pada tingkat lokal/daerah, regional, nasional maupun internasional.

19. Karya ilmiah dalam bentuk Buku yang diakui sebagai komponen penelitian untuk kenaikan jabatan akademik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Isi buku sesuai dengan bidang keilmuan penulis.

b. Merupakan hasil penelitian atau pemikiran yang original. Kriteria ini yang membedakan antara Buku Referensi/Monograf dengan Buku Ajar.

c. Memiliki International Standard of Book Numbering System (ISBN).

d. Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak (menurut format UNESCO). e. Ukuran adalah 15,5 x 23 cm.

f. Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi.

g. Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 20. Buku Ajar adalah buku pegangan untuk suatu matakuliah yang ditulis dan disusun

oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebar luaskan secara nasional.

(8)

22. Modul adalah bagian dari bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis oleh pengajar matakuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebar luaskan kepada peserta kuliah.

23. Petunjuk Praktikum adalah pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata cara persiapan, pelaksanaan, analisis data dan pelaporan. Pedoman tersebut disusun dan ditulis oleh kelompok dosen yang menangani praktikum tersebut dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah.

24. Model adalah alat peraga atau simulasi komputer yang digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terkandung dalam penyajian suatu matakuliah untuk meningkatkan pemahaman peserta kuliah.

25. Alat Bantu adalah perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk membantu pelaksanaan perkuliahan dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik tentang suatu fenomena.

26. Audio Visual adalah alat bantu perkuliahan yang menggunakan kombinasi antara gambar dan suara, digunakan dalam kuliah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang suatu fenomena.

27. Naskah Tutorial adalah bahan rujukan untuk kegiatan rujukan tutorial suatu mata kuliah yang disusun dan ditulis oleh pengajar matakuliah atau oleh pelaksana kegiatan tutorial tersebut, dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah.

28. Buku Referensi adalah suatu tulisan dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya pada satu bidang ilmu kompetensi penulis. Isi tulisan harus memenuhi syarat-syarat sebuah karya ilmiah yang utuh, yaitu adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan (novelty), metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutahir yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka. Tulisan harus diterbitkan dan memenuhi syarat-syarat penerbitan buku yang baik. (Catatan: Buku Referensi yang diambil dari disertasi atau tesis tidak dapat dinilai untuk usul kenaikan jabatan akademik/pangkat).

29. Monograf adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu hal saja dalam suatu bidang ilmu kompetensi penulis. Isi tulisan harus memenuhi syarat-syarat sebuah karya ilmiah yang utuh, yaitu adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan (novelty), metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka. Tulisan harus diterbitkan dan memenuhi syarat-syarat penerbitan buku yang baik. (Catatan: Monograf yang diambil dari disertasi atau tesis tidak dapat dinilai untuk usul kenaikan jabatan akademik/pangkat).

30. Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dipublikasikan adalah hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dimuat dalam bentuk buku yang memiliki ISBN, atau majalah ilmiah yang memiliki ISSN (internasional, nasional terakreditasi, nasional tidak terakreditasi), atau prosiding seminar (memiliki ISBN atau ISSN) atau majalah populer atau koran.

31. Jurnal atau Berkala Ilmiah atau Majalah Ilmiah adalah bentuk terbitan yang berfungsi meregistrasi kegiatan kecendekiaan, mensertifikasi hasil kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum, mendiseminasikannya secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan dan pandit yang dimuatnya. Jurnal dibedakan menjadi:

a. Jurnal nasional,

b. Jurnal nasional terakreditasi, c. Jurnal internasional,

(9)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 5 32.Jurnal Nasional adalah majalah ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Karya ilmiah ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan. b. Memiliki ISSN.

c. Memiliki terbitan versi online.

d. Bertujuan menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan atau konsep ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu.

e. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang mempunyai disiplin keilmuan yang relevan.

f. Diterbitkan oleh Penerbit/Badan Ilmiah/Organisasi Profesi/Organisasi Keilmuan/ Perguruan Tinggi dengan unit-unitnya.

g. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan abstrak dalam Bahasa Indonesia.

h. Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari minimal 2 (dua) institusi yang berbeda.

i. Mempunyai dewan redaksi/editor yang terdiri dari para ahli dalam bidangnya dan berasal dari minimal 2 (dua) institusi yang berbeda.

j. Jurnal nasional yang memenuhi kriteria pada huruf a sampai huruf i dan terindeks oleh DOAJ diberi nilai yang lebih tinggi daripada jurnal nasional yang tidak terindeks oleh DOAJ.

33. Jurnal Nasional Terakreditasi adalah majalah ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai jurnal nasional dan mendapat status terakreditasi dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti, dengan masa berlaku hasil akreditasi yang sesuai.

34. Jurnal Internasional adalah jurnal yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan.

b. Memiliki ISSN.

c. Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok).

d. Memiliki terbitan versi online.

e. Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya, dan paling sedikit berasal dari 4 (empat) negara.

f. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) nomor terbitan paling sedikit penulisnya berasal dari 2 (dua) negara.

g. Terindeks oleh database internasional: Web of Science, Scopus, Microsoft Academic Search, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti.

35. Jurnal Internasional Bereputasi adalah jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional sebagaimana butir 34 huruf a sampai g, dengan kriteria tambahan telah terindeks pada Web of Science dan/atau Scopus, dan telah mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) sampai dengan tahun 2013, serta memiliki faktor dampak di atas 0,10 setelah tahun 2013, dinilai paling tinggi 40 kum.

36. Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 34 huruf a sampai g, dan telah terindeks oleh database internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) kurang dari 0,10 setelah tahun 2013, dinilai paling tinggi 30 kum.

(10)

atau Microsoft Academic Search) namun telah terindeks pada database internasional seperti DOAJ, CABI, Copernicus, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti, dinilai paling tinggi 20 kum.

38. Publikasi pada jurnal internasional edisi khusus atau jurnal ilmiah nasional terakreditasi edisi khusus yang memuat artikel yang disajikan dalam sebuah seminar/simposium/lokakarya dapat dinilai sama dengan jurnal edisi normal (bukan edisi khusus) namun tidak dapat digunakan untuk memenuhi syarat khusus publikasi ilmiah untuk kenaikan jabatan akademik. Perlu ditekankan, edisi khusus ini harus diproses seperti pada penerbitan normal dan memenuhi syarat-syarat karya ilmiah. 39. Penulis karya ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah nasional, nasional

terakreditasi, internasional, dan internasional bereputasi terdiri atas:

a. Penulis Pertama adalah penulis pada urutan pertama dalam setiap karya ilmiah; b. Penulis Pendamping adalah penulis pada urutan ke-2 (dua) dan seterusnya dalam

setiap karya ilmiah;

c. Penulis Korespondensi adalah penulis pertama atau penulis pendamping yang bertanggung jawab untuk korespondensi;

d. Penulis Utama adalah penulis pertama dan/atau penulis korespondensi.

40. Karya ilmiah pada prosiding internasional yang terindeks database internasional (Web of Science, Scopus) dinilai sama dengan jurnal internasional namun tidak dapat digunakan untuk memenuhi syarat khusus publikasi ilmiah kenaikan jabatan akademik.

41. Setiap karya ilmiah dan karya penelitian/karya tulis/karya teknologi/HKI dinilai dengan distribusi penilaian sebagai berikut:

a. Penulis pertama mendapatkan porsi nilai sebesar 60% dari nilai yang diberikan. b. Penulis selain penulis pertama mendapatkan porsi nilai sebesar 40% dari nilai

yang diberikan dan dibagi rata dengan jumlah penulis.

42. Ketentuan tentang Karya Ilmiah yang belum dijelaskan dinilai sebagai berikut: a. Kriteria penilaian terhadap artikel yang terbit pada jurnal yang hanya mempunyai

edisi elektronik disamakan dengan kriteria penilaian artikel yang terbit pada jurnal yang berlaku (tidak dibedakan).

b. Artikel yang terbit pada jurnal yang tidak memenuhi kriteria sebagai jurnal nasional tidak terakreditasi disetarakan dengan makalah yang tidak diseminarkan namun dipublikasikan pada prosiding seminar.

c. Artikel yang terbit pada jurnal yang ditulis dalam Bahasa Resmi PBB namun tidak memenuhi syarat sebagai jurnal ilmiah internasional disetarakan dengan jurnal ilmiah nasional tidak terakreditasi.

43. Karya ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi, jurnal internasional dan jurnal internasional bereputasi dapat digunakan untuk kenaikan jabatan berikutnya apabla artikel tersebut terbit paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal terbitnya (tmt) SK Jabatan Akademik dan/atau PAK terakhir, dan belum pernah dinilai/digunakan untuk kenaikan jabatan sebelumnya.

44. Kriteria untuk seminar/simposium/lokakarya internasional adalah sebagai berikut: a. Diselenggarakan oleh asosiasi profesi atau perguruan tinggi atau lembaga ilmiah

yang bereputasi.

b. Steering Committee (Panitia Pengarah) terdiri dari para pakar yang berasal dari berbagai negara.

c. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok).

(11)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 7 45. Kriteria untuk seminar/simposium/lokakarya nasional adalah sebagai berikut:

a. Diselenggarakan oleh asosiasi profesi atau perguruan tinggi atau lembaga ilmiah yang bereputasi.

b. Steering Committee ( Panitia Pengarah) yang terdiri dari para pakar. c. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.

d. Pemakalah dan peserta berasal dari paling sedikit 4 (empat) institusi lingkup nasional.

46. Prosiding seminar nasional adalah buku atau softcopy yang selain memiliki ISBN atau ISSN juga memenuhi kriteria:

a. Memuat makalah lengkap. b. Ditulis dalam Bahasa Indonesia.

c. Penulis paling sedikit berasal dari 4 (empat) institusi.

d. Ada Tim Editor yang terdiri dari satu atau lebih pakar dalam bidang ilmu yang sesuai.

e. Diselenggarakan dan diterbitkan oleh organisasi profesi, perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan diedarkan secara nasional.

47. Prosiding seminar internasional adalah buku atau soft copy yang selain memiliki ISBN atau ISSN juga memenuhi kriteria:

a. Memuat makalah lengkap.

b. Ditulis dalam bahasa resmi PBB (Inggris, Perancis, Rusia, Arab, Tiongkok). c. Penulis berasal dari minimal 4 (empat) negara

d. Ada Tim Editor yang terdiri dari pakar dari berbagai negara yang sesuai bidang ilmunya.

e. Diselenggarakan dan diterbitkan oleh organisasi profesi, perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan diedarkan secara internasional.

48. Koran/majalah populer/majalah umum adalah koran/majalah populer/majalah umum yang memenuhi syarat-syarat penerbitan untuk setiap kategori media penerbitan tersebut, diterbitkan secara reguler dan diedarkan setidak-tidaknya pada wilayah kabupaten/kota.

49. Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang tidak dipublikasikan adalah hasil penelitian atau hasil pemikiran dalam bentuk buku yang tidak diterbitkan, atau makalah yang disajikan dalam suatu forum ilmiah tetapi tidak diterbitkan, namun terdokumentasikan di perpustakaan perguruan tinggi, setelah mendapatkan rekomendasi dari seorang Guru Besar atau pakar di bidangnya.

50. Terjemahan adalah karya ilmiah yang dialihbahasakan (diterjemahkan) dari bahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia atau sebaliknya yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional dalam bentuk buku.

51. Suntingan buku ilmiah adalah hasil suntingan (editing) terhadap isi buku ilmiah orang lain untuk memudahkan pemahaman bagi pembaca, dan diterbitkan serta diedarkan secara nasional dalam bentuk buku.

52. Saduran adalah ringkasan atau penyederhanaan ataupun pengembangan secara bebas dari suatu karya ilmiah tanpa mengubah intisari tulisan asal, dan diterbitkan serta diedarkan secara nasional dalam bentuk buku.

53. Rancangan dan karya teknologi yang dipatenkan adalah rancangan sekaligus karya nyata di bidang teknologi, dan mendapat hak paten (HKI) dari badan atau instansi yang berwenang, yang dikategorikan dalam dua tingkat berikut:

a. Internasional adalah mendapat sertifikasi hak kekayaan intelektual (hak cipta/hak paten) dari badan atau instansi yang berwenang untuk tingkat internasional. b. Nasional adalah mendapat sertifikasi hak kekayaan intelektual (hak cipta/hak

(12)

54. Rancangan dan karya teknologi yang tidak dipatenkan adalah rancangan sekaligus karya nyata di bidang teknologi tanpa mendapat hak paten (HKI), tetapi mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas sebagai karya yang bermutu, canggih dan mutakhir, yang dikategorikan dalam tiga tingkat berikut:

a. Internasional adalah mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas untuk tingkat internasional.

b. Nasional adalah mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas untuk tingkat nasional.

c. Lokal adalah mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas untuk tingkat daerah.

55. Rancangan dan karya seni monumental/seni pertunjukan adalah rancangan sekaligus karya nyata di bidang seni monumental/seni pertunjukan berikut ini:

a. Rancangan dan karya seni monumental adalah rancangan dan karya seni yang mempunyai nilai abadi/berlaku, tidak saja pada aspek monumentalnya tetapi juga pada elemen estetikanya, seperti patung, candi, dan lain-lain. Karya seni rupa, seni kriya, seni pertunjukan dan karya desain sepanjang memiliki nilai monumental, tergolong ke dalam karya seni monumental.

b. Rancangan dan karya seni rupa adalah rancangan dan karya seni murni yang mempunyai nilai estetika tinggi, seperti seni patung, seni lukis, seni pahat, seni keramik, seni fotografi, dan sejenisnya.

c. Rancangan dan karya seni kriya adalah rancangan dan karya seni yang mempunyai nilai keterampilan sebagaimana seni kerajinan tangan, seperti membuat keranjang, kukusan, mainan anak-anak, dan sejenisnya.

d. Rancangan dan karya seni pertunjukan adalah rancangan dan karya seni yang dalam penikmatannya melalui pedalangan, teater, dan sejenisnya.

e. Karya desain adalah bagian dari karya seni rupa yang diaplikasikan kepada benda-benda kebutuhan sehari-hari yang mempunyai nilai guna, seperti desain komunikasi visual/desain grafis, desain produk, desain interior, desain industri tekstil, dan sejenisnya.

56. Karya sastra adalah karya ilmiah atau karya seni yang memenuhi kaidah pengembangan sastra dan mendapat pengakuan dan penilaian oleh pakar sastra ataupun seniman serta mempunyai nilai originalitas yang tinggi.

57. Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak untuk memperoleh perlindungan secara hukum atas kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang HKI (UU Hak Cipta, Paten, Desain Industri, Rahasia Dagang, Varitas Tanaman, Sirkuit Terpadu dan Merek).

58. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.19 Tahun 2002 Pasal 1:1).

59. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses (UU No.14 Tahun 2001 Pasal 1:2).

60. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor (penemu) atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (UU 14 Tahun 2001).

(13)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 9 a. Menyusun desain penelitian sehubungan dengan tujuan/hipotesis penelitian.

b. Menyusun desain pengumpulan dan pengolahan data. c. Menarik kesimpulan.

62. Bidang pokok adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang merupakan tugas pokok dosen bersangkutan.

63. Berkaitan dengan bidang pokok adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bukan merupakan tugas pokok dosen bersangkutan tetapi masih berkaitan dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang merupakan tugas pokok dosen bersangkutan.

64. Luar bidang pokok adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sama sekali tidak ada kaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang merupakan tugas pokok dosen bersangkutan.

65. Detasering adalah penugasan dosen senior (Lektor Kepala atau Guru Besar) yang memenuhi syarat dari suatu perguruan tinggi ke perguruan tinggi lain untuk jangka waktu tertentu dalam rangka pembinaan Tridarma Perguruan Tinggi.

66. Pencangkokan dosen adalah suatu kegiatan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dosen muda (Asisten Ahli dan Lektor) dari suatu perguruan tinggi ke perguruan tinggi lain dalam waktu tertentu untuk melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi.

67. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, kedudukannya bertingkat-tingkat dalam eselonisasi dari yang terendah (Eselon IVb) hingga tertinggi (Eselon Ia).

68. Tugas Tambahan adalah tugas yang diberikan kepada seorang dosen untuk memimpin perguruan tinggi sebagai Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Ketua Lembaga, Sekretaris Lembaga, Ketua Jurusan/Program Studi/Bagian, Sekretaris Jurusan/Program Studi/Bagian, Kepala Unit Pelaksana Teknis, dan Kepala Laboratorium/Studio/Bengkel.

1.3 Landasan Hukum a. Undang-Undang

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

b. Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 1999 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 1999 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.

c. Peraturan Menteri

(14)

2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Depdiknas. 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 67 tahun 2009 tentang Akreditasi

Berkala Ilmiah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 68 tahun 2009 tentang Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah.

5. Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 Tahun 2014 tentang Alih Jabatan/Tugas Pegawai Negeri Sipil Non Dosen Menjadi Negeri Sipil Dosen. 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Universitas Jambi.

10. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 4/VIII/PB/2014 dan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen. d. Keputusan Menteri

1. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 61409/MPK/KP/1999 dan Nomor 181 Tahun 1999 tentangPetunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. 2. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 074/U/2000 tentang Tata Kerja

Tim Penilai dan Tata Cara Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen Perguruan Tinggi.

e. Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

1. Surat Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 3800/D/C/2000 tanggal 24 Oktober 2000 tentang Persyaratan Jurnal Ilmiah Terakreditasi bagi Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan Akademik Lektor Madya ke bawah.

2. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 3931/D/T/2001 tanggal 26 Desember 2001 tentang Persyaratan Menulis Artikel di Jurnal Ilmiah Terakreditasi untuk Kenaikan Jabatan Dosen.

3. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 080/D/C/2002 tanggal 18 Januari 2002 tentang Penjelasan Penilaian Angka Kredit.

4. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 1596/DI.3/C/2002 tanggal 6 Mei 2002 tentang Penjelasan Jabatan Dosen.

5. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 859/D/T/2002 tanggal 6 Mei 2002 tentang Penjelasan Persyaratan Kenaikan Jabatan Dosen.

(15)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 11 7. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 1785/D/C/2006 tanggal 29 Mei

2006 tentang Pengangkatan dalam Jabatan Guru Besar.

8. Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 4565/D1.3/C/2009 tanggal 24 Desember 2009 tentang Pedoman Operasional Penilaian angka Kredit Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen ke Lektor Kepala dan Guru Besar.

9. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 82/DIKTI/Kep/2009 tentang Pedoman Penilaian Ijazah Lulusan Perguruan Tinggi Luar Negeri.

10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 696/E.E3/MI/2014 tanggal 11 Agustus 2014 tentang Linieritas Bidang Ilmu Dosen.

11. Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 887/E.E3/MI/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Penjelasan tentang Linieritas Ilmu.

12. Surat Edaran Direktur Jenderal Sumberdaya Iptek dan Dikti Nomor 1864/E4/2015 tanggal 1 Oktober 2015 tentang Edaran Penilaian Angka Kredit Dosen.

f. Surat Direktur

1. Surat Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Nomor: 1122/D4.4/2002 tanggal 17 Mei 2002 tentang Usulan Jabatan Fungsional Dosen.

2. Surat Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Nomor: 1281/D4.4/2002 tanggal 5 Juni 2002 tentang Acuan Penilaian Angka Kredit Dosen.

3. Surat Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Nomor: 1516/D4.4/2002 tanggal 28 Juni 2002 tentang Persyaratan Menjadi Guru Besar.

4. Surat Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Nomor: 2771/D4/2003 tanggal 4 September 2003 tentang Kenaikan Jumlah Angka Kredit Dosen Non PNS dalam Jabatan Fungsional Dosen yang Sama.

5. Surat Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Nomor: 3166/D4/2003 tanggal 15 Oktober 2003 tentang Penjelasan Tentang Penilaian Angka Kredit Dosen.

6. Surat Direktur Jenderal Sumberdaya Iptek dan Dikti Nomor 1142/D2/KP/2016 tanggal 9 Mei 2016 tentang Usul Kenaikan Jabatan Akademik Dosen ke Guru Besar/ Profesor.

1.4 Prinsip-Prinsip Penilaian

Dalam pelaksanaan penilaian angka kredit dosen dianut empat prinsip penilaian, yaitu:

a. Adil, artinya setiap usulan diperlakukan sama dan dinilai dengan kriteria penilaian yang sama.

b Obyektif, artinya penilaian dilakukan terhadap bukti-bukti yang diusulkan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta dinilai dengan kriteria penilaian yang jelas.

c. Akuntabel, artinya hasil penilaian dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan pertimbangan dan alasannya.

(16)

pembelajaran bersama, untuk mendapatkan proses yang lebih efektif dan lebih efisien dengan hasil yang lebih benar dan lebih baik.

e. Otonom dan Jaminan Mutu

Proses penilaian juga dilakukan dengan memberlakukan otonomi perguruan tinggi. Namun demikian pelaksanaan otonomi harus diiringi dengan proses penjaminan mutu. Oleh karena itu, dalam proses penilaian terhadap dokumen usul, perguruan tinggi diberi kewenangan menilai secara penuh untuk melakukan penilaian dan penetapan angka kredit jabatan akademik Asisten Ahli dan Lektor. Sedangkan usulan kenaikan jabatan akademik ke Lektor Kepala dan Profesor dan kenaikan pangkat di jabatan akademik Lektor Kepala dan Profesor, perguruan tinggi diberi kewenangan untuk menilai komponen Pendidikan, Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan unsur penunjang. Dalam rangka melaksanakan proses penjaminan mutu, khusus untuk komponen penelitian dan karya ilmiah sains/teknologi/seni proses penilaian kenaikan jabatan akademik Lektor Kepala dan Profesor dan kenaikan pangkat di jabatan Lektor Kepala dan Profesor juga dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti.

1.5 Mekanisme Penilaian

(17)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 13

BAB

II

JABATAN,

PANGKAT

DAN

ANGKA

KREDIT

2.1 Jenjang Jabatan dan Angka Kreditnya

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Beberapa jabatan fungsional misalnya: auditor, guru, dosen, dokter, perawat, bidan, apoteker, peneliti, perencana, pranata komputer, statistisi, pranata laboratorium pendidikan, dan penguji kendaraan bermotor.

Jabatan fungsional keahlian maupun jabatan fungsional keterampilan ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Mempunyai metodologi, teknik analisis, teknik dan prosedur kerja yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan dan/atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi, 2) Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi,

3) Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan: a. Tingkat keahlian, bagi jabatan fungsional keahlian,

b. Tingkat keterampilan, bagi jabatan fungsional keterampilan. 4) Pelaksanaan tugas bersifat mandiri, dan

5) Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.

Di lingkungan perguruan tinggi, Jabatan Fungsional Dosen atau dikenal pula sebagai Jabatan Akademik Dosen atau Jabatan Dosen adalah jabatan seorang Dosen dalam melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat). Untuk dapat diangkat ke dalam jabatan fungsional atau diangkat ke jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi (kenaikan jabatan), seorang Dosen harus mengumpulkan sejumlah angka kredit yang diperlukan untuk jabatan tersebut. Nama jabatan, jumlah angka kredit yang dibutuhkan untuk naik ke jabatan yang lebih tinggi, dan angka kredit kumulatif minimal yang harus dipunyai seorang Dosen untuk dapat diangkat pada jabatan tersebut disajikan pada Tabel 2.1.

(18)

Tabel 2.1. Nama jabatan fungsional dosen, pangkat dan golongan, dan kebutuhan angka kredit untuk jabatan fungsional terkait.

Jabatan fungsional Pangkat Golongan Angka kredit

Asisten Ahli Penata Muda Tingkat I III/b 150

Lektor Penata III/c 200

Penata Tingkat I III/d 300

Lektor Kepala Pembina IV/a 400

Pembina Tingkat I IV/b 550 Pembina Utama Muda IV/c 700 Guru Besar Pembina Utama Madya IV/d 850 Pembina Utama IV/e 1.050

Tabel 2.2. Jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan akademik dan kenaikan pangkat dosen dengan kualifikasi pendidikan S2 (Master atau Magister) dan Sp.I.

Unsur yang Dinilai Persentase

Jenjang Jabatan/Golongan Ruang dan Angka Kredit Jabatan Akademik Dosen

Asisten

Ahli Lektor Lektor Kepala

III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c Unsur Utama:

A. Pendidikan (S2 / Sp.I) - 150 150 150 150 150 150

B. Pelaksanaan Pendidikan C. Pelaksanaan Penelitian D. Pelaksanaan PPM

≥ 90% - 45 135 225 360 495

Unsur Penunjang:

E. Penunjang kegiatan

Akademik Dosen ≤ 10% - 5 15 25 40 55

Jumlah 100 150 200 300 400 550 700

Tabel 2.3. Jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan akademik dan kenaikan pangkat dosen dengan kualifikasi pendidikan S3 (Doktor) dan Sp.II.

Unsur yang Dinilai Persentase

Jenjang Jabatan/Golongan Ruang dan Angka Kredit Jabatan Akademik Dosen

Lektor Lektor Kepala Guru Besar

III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e Unsur Utama:

A. Pendidikan (S3 / Sp.II) - 200 200 200 200 200 200 200

B. Pelaksanaan Pendidikan C. Pelaksanaan Penelitian D. Pelaksanaan PPM

≥ 90% - 90 180 315 450 585 765

Unsur Penunjang:

E. Penunjang kegiatan

(19)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 15 Tabel 2.4. Jumlah (persentase) angka kredit kumulatif minimal dari tugas pokok dan

penunjang kegiatan akademik Dosen.

Jenjang Jabatan Akademik Dosen

Kualifikasi Pendidikan

Tugas Pokok

Pendidikan Penelitian PPM Penunjang

Asisten Ahli S2 / Sp.I ≥ 55% ≥ 25% ≤ 10% ≤ 10% Lektor S2 / Sp.I ≥ 45% ≥ 35% ≤ 10% ≤ 10% Lektor Kepala S3 / Sp.II ≥ 40% ≥ 40% ≤ 10% ≤ 10% Guru Besar S3 / Sp.II ≥ 35% ≥ 45% ≤ 10% ≤ 10%

2.2 Pengangkatan dan Kenaikan Jabatan

Pengangkatan seorang dosen dalam jabatan akademik Asisten Ahli dan Lektor ditetapkan oleh Rektor, sedangkan pengangkatan ke dalam jabatan akademik Lektor Kepala dan Guru Besar ditetapkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki. Oleh karena itu, jenjang jabatan dan pangkat dapat tidak sesuai dengan jenjang jabatan dan pangkat sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1.

2.2.1 Pengangkatan Pertama dalam Jabatan Akademik

Sesuai ketentuan Permenpan dan RB Nomor 46 Tahun 2013, seorang Calon Dosen yang diangkat untuk pertama kali dalam Jabatan Akademik Dosen di Universitas Jambi harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Berijazah serendah-rendahnya Master atau Magister (S2) atau Spesialis I (Sp.I) dari institusi pendidikan tinggi yang terakreditasi,

2) Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b,

3) Telah telah memenuhi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) angka kredit di luar angka kredit ijazah, yang dihitung sejak yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai Calon Dosen (Calon Dosen PNS maupun Calon Dosen Non PNS),

4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Penilaian Prestasi Kerja Pegawai (PPKP) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir, dan

5) Memenuhi syarat lain sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Karya Ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional, prosiding terindeks database internasional bereputasi dan/atau jurnal internasional bereputasi selama menempuh pendidikan S2 dan S3 dapat dipergunakan untuk pengangkatan pertama dalam jabatan Asisten Ahli dan Lektor.

Pengangkatan pertama kali sebagaimana disebutkan di atas merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi dosen, baik Dosen Tetap PNS maupun Dosen Tetap Non PNS.

2.2.2 Kenaikan Jabatan Akademik

Seorang dosen dapat dinaikkan jabatan akademiknya setingkat lebih tinggi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Telah memiliki jumlah angka kredit minimal yang disyaratkan (Tabel 2.1), 2) Telah berada dalam jabatan akademik terakhir setidak-tidaknya 2 (dua) tahun,

(20)

4) Memiliki integritas dalam menjalankan tugas berdasarkan penilaian Senat Fakultas (untuk kenaikan ke Lektor) atau Senat Universitas (untuk kenaikan ke Lektor Kepala dan Guru Besar).

Selain itu, kenaikan jabatan akademik untuk menjadi Lektor wajib memiliki karya ilmiah yang diterbitkan pada jurnal ilmiah, setidak-tidaknya jurnal ilmiah nasional yang memiliki ISSN (akan lebih baik pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi atau jurnal internasional bereputasi). Sedangkan kenaikan jabatan akademik untuk menjadi Lektor Kepala mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1) Bagi dosen yang berkualifikasi Doktor (S3) atau Sp.II wajib memiliki karya ilmiah (artikel ilmiah) yang dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi, dan

2) Bagi dosen yang berkualifikasi Master atau Magister (S2) atau Sp.I wajib memiliki karya ilmiah (artikel ilmiah) yang dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi. Sementara itu untuk dapat diusulkan kenaikan jabatan akademiknya menjadi Guru Besar, seorang dosen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Berkualifikasi Doktor (S3) atau Spesialis II (Sp.II),

2) Paling cepat dapat diusulkan setelah 3 (tiga) tahun memperoleh ijazah Doktor (S3) atau Sp.II. Namun bagi dosen yang mempunyai karya ilmiah sebagai Penulis Utama yang dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi setelah memperoleh gelar Doktor, dapat diusulkan kenaikan jabatan akademiknya dalam waktu kurang dari 3 (tiga) tahun setelah memperoleh ijazah Doktor,

3) Memiliki karya ilmiah (sebagai Penulis Utama artikel ilmiah) yang dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi, dan

4) Memiliki pengalaman kerja sebagai dosen setidak-tidaknya selama 10 (sepuluh) tahun. Kenaikan pangkat dalam lingkup jabatan yang sama (misalnya dari Lektor 200 ke Lektor 300 atau dari Lektor Kepala 400 ke Lektor Kepala 550 atau Lektor Kepala 700) dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut tanpa melihat jenjang pendidikan (Permendikbud No. 92 Tahun 2014 Pasal 12 ayat (2)):

1) Telah memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan baik secara kumulatif maupun setiap unsur kegiatan pada lingkup jabatan tersebut,

2) Memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional untuk jabatan Lektor dan Lektor Kepala sebagai Penulis Utama, dan 3) Memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional terakreditasi

dan/atau internasional bereputasi untuk jabatan Profesor sebagai Penulis Utama. Dosen yang memperoleh kenaikan jabatan akademik setingkat lebih tinggi, namun pangkatnya masih dalam lingkup jabatan sebelumnya, maka untuk kenaikan pangkat berikutnya tidak lagi disyaratkan angka kredit sampai pada pangkat maksimum dalam lingkup jabatan tersebut, misalnya:

• Dari Lektor (200 kum) dengan pangkat Penata (III/c) naik menjadi Lektor Kepala (400 kum), maka pangkatnya dapat dinaikkan menjadi Penata Tingkat I (III/d) hingga Pembina (IV/a) setiap 2 (dua) tahun tanpa harus mengumpulkan angka kredit.

• Dari Lektor (200 kum) dengan pangkat Penata (III/c) naik menjadi Lektor Kepala (700 kum), maka pangkatnya dapat dinaikkan menjadi Penata Tingkat I (III/d) hingga Pembina Utama Muda (IV/c) setiap 2 (dua) tahun tanpa harus mengumpulkan angka kredit.

(21)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 17 Bagi dosen yang sedang mengikuti studi lanjut (tugas belajar), kenaikan jabatan

akademik maupun pangkatnya dapat diproses apabila jumlah angka kredit dan persyaratan lainnya telah dipenuhi sebelum dosen tersebut melaksanakan tugas belajar, walaupun masa kerja dalam jabatan akademik ataupun pangkat terakhir baru terpenuhi pada saat yang bersangkutan sedang dalam masa tugas belajar (Pasal 13 Permendikbud Nomor 92 Tahun 2014).

Selain kenaikan pangkat secara reguler, dosen yang sedang mengikuti tugas belajar dapat menempuh Kenaikan Pangkat Pilihan, yaitu dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa persyaratan angka kredit apabila sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir dan memenuhi persyaratan administratif sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 1999 tentang Kenaikan Pangkat PNS yang diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2002. Namun demikian, untuk kenaikan pangkat berikutnya, dosen yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan angka kredit minimal untuk jenjang pangkat yang akan diduduki.

2.2.3 Loncat Jabatan Akademik

Dosen yang berprestasi luar biasa dan memenuhi persyaratan lainnya dapat diangkat ke jenjang jabatan akademik dua tingkat lebih tinggi atau loncat jabatan. Artinya, jika jabatan sekarang adalah Asisten Ahli, maka jabatan maksimal yang diperoleh adalah Lektor Kepala (tanpa menduduki Lektor), dan jika jabatan sekarang adalah Lektor, maka dapat dinaikkan ke Guru Besar (tanpa menduduki Lektor Kepala). Adapun ketentuan Loncat Jabatan Akademik adalah:

1) Telah memiliki jumlah angka kredit minimal yang disyaratkan (Tabel 2.1),

2) Telah menduduki jabatan Asisten Ahli atau Lektor setidak-tidaknya selama 1 (satu) tahun,

3) Memiliki ijazah Doktor (S3) atau Spesialis II (Sp.II),

4) Menjadi Penulis Utama pada sekurang-kurangnya 4 (empat) artikel ilmiah dalam jurnal internasional bereputasi untuk loncat jabatan dari Lektor ke Guru Besar/ Profesor, atau 2 (dua) artikel ilmiah dalam jurnal jurnal internasional bereputasi untuk loncat jabatan dari Asisten Ahli ke Lektor Kepala. Karya ilmiah tersebut berupa hasil penelitian dalam bidang ilmu yang sama dengan bidang penugasan Lektor Kepala atau Guru Besarnya,

5) Memiliki pengalaman kerja sebagai dosen setidak-tidaknya selama 10 (sepuluh) tahun untuk loncat jabatan dari Lektor ke Guru Besar,

6) Prestasi kerjanya (PPKP) setidak-tidaknya dinilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir, 7) Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan tata krama

dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan Berita Acara Rapat Pemberian Pertimbangan Senat Universitas, dan

8) Syarat-syarat administratif lainnya.

Bagi dosen yang telah memperoleh kenaikan jabatan 2 (dua) tingkat lebih tinggi melalui loncat jabatan, maka kenaikan pangkat berikutnya sampai pada pangkat maksimum dalam lingkup jabatan 1 (satu) tingkat lebih tinggi dari jabatan semula tidak lagi disyaratkan angka kredit. Sedangkan untuk kenaikan pangkat berikutnya, sampai pada pangkat maksimum dalam lingkup jabatan yang diperoleh melalui loncat jabatan tersebut, diharuskan mengumpulkan angka kredit minimal 30% dari angka kredit yang disyaratkan untuk setiap kenaikan pangkat, misalnya:

(22)

mengumpulkan angka kredit. Akan tetapi untuk naik ke Pembina (IV/a) harus mengumpulkan angka kredit sebesar 30% × 100 kum = 30 kum, sebesar 30% × 150 kum = 45 kum untuk naik ke Pembina Tingkat I (IV/b), dan sebesar 30% × 150 kum = 45 kum untuk naik ke Pembina Utama Muda (IV/c).

• Dari Lektor (200 kum) dengan pangkat Penata (III/c) naik menjadi Guru Besar (1.050 kum), maka pangkatnya dapat dinaikkan menjadi Penata Tingkat I (III/d) hingga Pembina Utama Muda (IV/c) setiap 2 (dua) tahun tanpa harus mengumpulkan angka kredit. Akan tetapi untuk naik ke Pembina Utama Madya (IV/d) harus mengumpulkan angka kredit sebesar 30% × 150 kum = 30 kum, dan sebesar 30% × 200 kum = 60 kum untuk naik ke Pembina Utama (IV/e).

2.2.4 Alih Jabatan ke dalam Jabatan Akademik

Pengangkatan PNS Non Dosen menjadi PNS Dosen (alih jabatan atau alih tugas) dimungkinkan sepanjang syarat-syaratnya dipenuhi. Alih jabatan atau alih tugas dari PNS Non Dosen menjadi PNS Dosen harus memperhatikan ketentuan berikut (Permendikbud Nomor 8 Tahun 2014):

1) Berijazah serendah-rendahnya Master atau Magister (S2) atau Spesialis I (Sp.I) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00 (tiga koma nol) yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi di mana program studi yang bersangkutan terakreditasi minimal B, 2) Latar belakang bidang ilmu yang dimiliki sesuai dengan bidang penugasan (sesuai

dengan bidang ilmu yang akan diampu),

3) memiliki pengalaman mengajar (magang) pada pendidikan tinggi paling sedikit 1 (satu) tahun,

4) Usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I atau eselon II dengan ketentuan:

a) apabila memiliki ijazah S3 atau Sp.II, diberikan Jabatan Akademik Lektor dengan angka kredit 200 (dua ratus) setelah melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi sebagai dosen tidak tetap dan mengumpulkan paling sedikit 10 (sepuluh) kum. b) apabila memiliki ijazah S2 atau Sp.I, diberikan Jabatan Akademik Asisten Ahli

dengan angka kredit 150 (seratus lima puluh) setelah melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi sebagai dosen tidak tetap dan mengumpulkan paling sedikit 10 (sepuluh) kum.

6) Usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon III ke bawah atau tidak menduduki jabatan struktural.

7) Pangkat yang ditetapkan bagi PNS alih jabatan atau alih tugas menjadi dosen adalah sama dengan pangkat yang dimilikinya, dan kenaikan pangkat berikutnya mengikuti peraturan kenaikan pangkat bagi dosen.

8) PNS Guru tidak diperkenankan alih jabatan/tugas menjadi PNS Dosen kecuali mendapat persetujuan dari Menteri untuk kepentingan nasional (ketentuan pasal 6 Permendikbud No. 8 Tahun 2014).

(23)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 19 2.3 Kelebihan Angka Kredit

Dosen yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit minimal yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi, maka kelebihan angka kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan jabatan berikutnya (sebagai tabungan), dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Kelebihan angka kredit yang diperoleh pada kenaikan jabatan dan/atau kenaikan pangkat terakhir yang dapat dipergunakan untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat berikutnya hanya dari unsur penelitian.

2) Kelebihan angka kredit pada unsur penelitian yang diperoleh pada kenaikan jabatan dan/atau kenaikan pangkat terakhir dapat dipergunakan untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat berikutnya jika kebutuhan minimal angka kredit unsur penelitian pada saat diusulkan sudah terpenuhi.

3) Kelebihan angka kredit pada unsur penelitian sebagaimana dimaksud di atas dapat dipergunakan paling banyak 80% (delapan puluh persen) dari kebutuhan minimal unsur penelitian untuk kenaikan jabatan akademik/pangkat berikutnya.

4) Kelebihan angka kredit tidak berlaku untuk pengangkatan pertama dalam jabatan akademik dosen.

5) Kelebihan angka kredit dari satu unsur tidak dapat dialihkan dan diperhitungkan sebagai angka kredit pada unsur lainnya, misalnya kelebihan kredit pada unsur Penelitian tidak dapat dialihkan sebagai angka kredit untuk Penelitian atau Pengabdian pada Masyarakat, demikian pula sebaliknya.

Oleh karenanya perlu diingat, bahwa kelebihan angka kredit fungsinya hanya sebagai cadangan untuk mencukupi kekurangan kredit pada unsur Penelitian yang mungkin terjadi pada usul kenaikan jabatan berikutnya. Oleh karena itu, pada setiap pengusulan kenaikan jabatan hendaknya tetap mengusulkan jumlah angka kredit yang dibutuhkan di luar kelebihan yang sudah ada dari kenaikan jabatan sebelumnya.

2.4 Batas Usia Pengajuan Kenaikan Jabatan ke Guru Besar

Ketentuan dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1979 tentang pemberhentian Pegawai Negeri Sipil menyatakan, bahwa pemberitahuan mengenai pemberhentian dengan hormat sebagai PNS karena mencapai batas usia pensiun disampaikan kepada PNS yang bersangkutan 1 (satu) tahun sebelum memasuki batas usia pensiun. Selanjutnya, pasal 67 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan, bahwa batas usia pensiun dosen adalah 65 (enam puluh lima) tahun. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebagaimana bunyi Surat Edaran Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Nomor 1142/D2/KP/2016 tanggal 9 Mei 2016, usul kenaikan jabatan dosen ke Guru Besar/Profesor di lingkungan Universitas Jambi diajukan ke Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sebelum dosen yang bersangkutan mencapai batas usia pensiun atau pada saat yang bersangkutan memasuki usia 63 (enam puluh tiga) tahun. Hal ini perlu dilakukan mengingat proses penilaian angka kredit untuk Guru Besar seringkali membutuhkan waktu yang lebih lama dikarenakan adanya kekurangan angka kredit maupun persyaratan lainnya.

2.5 Penjaminan Mutu Keilmuan

(24)

akademik merupakan hak setiap dosen yang telah menunjukkan kemampuan, prestasi, dan kinerja dalam melaksanakan tugas jabatan akademik yang disandangnya. Secara umum proses kenaikan jabatan akademik dosen mempertimbangkan angka kredit yang diperoleh, pemenuhan persyaratan publikasi karya ilmiah, integritas, etika, tata karma, dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

Untuk semua jenis kenaikan jabatan akademik (reguler ataupun loncat jabatan) ke jenjang Guru Besar seorang dosen harus mempunyai pengalaman kerja sebagai dosen tetap minimal 10 tahun. Hal ini didasari pada prinsip bahwa seorang dosen pada kedudukan jabatan akademik tertinggi harus memiliki empat kompetensi, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional, selama proses pembinaan dan pengembangan karirnya. Untuk mencapai keempat kompetensi tersebut diperlukan waktu yang memadai. Oleh karena itu, diperlukan waktu yang rasional sehingga seorang dosen dapat mencapai jenjang jabatan akademik Guru Besar atau Profesor (sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi).

Dalam rangka penjaminan mutu keilmuan, penilaian kenaikan jabatan akademik menjadi Guru Besar selain berdasarkan pada kecukupan angka kredit dan pemenuhan syarat publikasi karya ilmiah, juga mempertimbangkan keterkaitan antara bidang ilmu penugasan Guru Besar yang diusulkan dengan kualifikasi akademik Doktor, serta karya ilmiah yang diperoleh sebelum dan setelah mendapatkan gelar Doktor. Dengan demikian Universitas Jambi mempunyai kewajiban menjamin kesesuaian antara pendidikan S3, karya ilmiah, dan bidang ilmu penugasan sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kesesuaian antara Pendidikan S3, Karya Ilmiah dan Bidang Ilmu Penugasan.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, keterkaitan antara bidang ilmu dalam penulisan karya ilmiah dengan bidang ilmu penugasan dapat disimpulkan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.5.

Keterkaitan bidang ilmu karya ilmiah dengan bidang ilmu penugasan juga dipertimbangkan bagi usulan kenaikan jabatan akademik dari Asisten Ahli ke Lektor, dan dari Lektor ke Lektor Kepala.

GURU BESAR

(25)

Pedoman Penilaian Angka Kredit dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Universitas Jambi 2017 21 Tabel 2.5. Matriks Keterkaitan Bidang Ilmu S3, Bidang Ilmu Karya Ilmiah dengan

Bidang Ilmu Penugasan Guru Besar. Bidang sebelum S3 dan pendidikan S3 sesuai dengan karya ilmiah dan bidang ilmu penugasan

Dapat disetujui untuk menjadi Guru Besar sesuai dengan bidang ilmunya

A* A A* A* Bidang ilmu karya ilmiah sebelum S3, karya ilmiah, dan bidang ilmu penugasan serum-pun dengan pendidikan S3

Dapat disetujui untuk menjadi Guru Besar sesuai bidang ilmu penugasan *)

A A B A Bidang ilmu karya ilmiah se-belum S3, pendidikan S3, dan bidang ilmu penugasan sesuai, tetapi karya ilmiah tidak sesuai dengan rumpun ilmu

Ditolak untuk men-jadi Guru Besar

A A B B Bidang ilmu karya ilmiah sebelum S3 dan pendidikan S3 sesuai, tetapi tidak sesuai dengan karya ilmiah dan bidang ilmu penugasan

Ditolak untuk men-jadi Guru Besar

A B B B Bidang ilmu karya ilmiah sebelum S3 tidak sesuai dengan pendidikan S3, tetapi pendidikan S3, karya ilmiah dan bidang ilmu penugasan sesuai

Dapat disetujui untuk menjadi Guru Besar sesuai bidang ilmu-nya dengan syarat harus menambah ang-ka kredit bidang penelitian sesuai de-ngan angka kredit yang tercantum dalam SK jabatan terakhir.

A B A A Bidang ilmu karya ilmiah sebelum S3, karya ilmiah dan bidang ilmu penugasan tidak sesuai dengan pendidikan S3

Ditolak untuk men-jadi Guru Besar

A B C A atau B atau C

Bidang ilmu karya ilmiah se-belum S3, tidak sesuai dengan pendidikan S3, karya ilmiah, juga tidak sesuai bidang ilmu penugasan usulan Guru Besar

Ditolak untuk men-jadi Guru Besar

*) apabila dapat menunjukkan publikasi internasional bereputasi yang serumpun dengan pendidikan akhir yang ditempuhnya dengan merujuk pada ketentuan yang berlaku.

(26)

BAB III

UNSUR-UNSUR ANGKA KREDIT DOSEN

Standar penilaian angka kredit jabatan fungsional dosen adalah berdasarkan Rincian Kegiatan dan Unsur yang Dinilai dalam Pemberian Angka Kredit yang tertera pada Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya berikut perubahannya dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Sedangkan tata cara penilaiannya diatur dalam:

1. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 4/VIII/PB/2014 dan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya, dan

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen.

Penilaian Angka Kredit Dosen dititikberatkan pada 3 unsur yang masing-masing terdiri atas berbagai kegiatan dan sub kegiatan. Ketiga unsur tersebut adalah Unsur Utama Pendidikan, Unsur Utama Tridarma Perguruan Tinggi dan Unsur Penunjang.

3.1 Unsur Utama Pendidikan

Unsur Utama Pendidikan terdiri atas kegiatan mengikuti pendidikan dan pelatihan dosen dalam rangka peningkatan kemampuan, baik dalam kaitannya dengan materi pembelajaran maupun kemampuan didaktik-metodik. Termasuk dalam unsur ini adalah: 1) Kegiatan mengikuti program pendidikan Pascasarjana dan memperoleh Gelar atau

Sebutan atau Ijazah, dan

2) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan Golongan III.

Besarnya angka kredit mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh Gelar atau Sebutan atau Ijazah, apabila bidang ilmu untuk Gelar Akademik yang diperoleh sama dengan bidang penugasan jabatan fungsional dosennya adalah sebagai berikut (Lampiran I Permenpan dan RB No.17 Tahun 2013):

a. Doktor (S3)/Sp.II = 200 kum. b. Magister (S2)/Sp.I = 150 kum.

Bilamana angka kredit untuk Gelar atau Sebutan atau Ijazah tertentu telah dihitung dalam pengusulan jabatan terakhir sebelumnya, maka penghitungan besarnya angka kredit merupakan selisih antara angka kredit gelar yang diperoleh terakhir dengan angka kredit gelar yang telah dihitung pada pengusulan jabatan terakhir sebelumnya. Contoh:

Gambar

Tabel 2.1. Nama jabatan fungsional dosen, pangkat dan golongan, dan kebutuhan angka kredit untuk jabatan fungsional terkait
Tabel 2.4. Jumlah (persentase) angka kredit kumulatif minimal dari tugas pokok dan penunjang kegiatan akademik Dosen
Gambar 2.1. Kesesuaian antara Pendidikan S3, Karya Ilmiah dan Bidang Ilmu Penugasan.
Tabel 2.5. Matriks Keterkaitan Bidang Ilmu S3, Bidang Ilmu Karya Ilmiah dengan Bidang Ilmu Penugasan Guru Besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

As shown in Table 1, a-galactosidase synthesis was induced remarkably well by the addition of soybean carbohydrate in the submerged culture method.. Addition of

Detoksifikasi Umbi Gadung (Dioscorea hispida denst) Dengan Pemanasan dan Pengasaman pada Pembuatan Tepung Gadung.. Universitas

Responden yang dalam kesehariannya menggunakan kursi dengan ergonomis buruk beresiko 4 kali lipat lebih besar mengalami postur tubuh yang buruk atau miss

[r]

[r]

Indonesia memiliki hutan tropis yang banyak menyimpan kekayaan alam kayu terbesar di dunia. Kayu-kayu yang dihasilkan pun banyak macamnya. Diantaranya adalah kayu jati, kayu

Ia juga boleh berupa budaya atau amalan keagamaan yang tidak ditinggalkan kerana telah sebati dengan amalan dan kepercayaan sejak turun temurun, meskipun manusia yang mengamalkannya

Antigen ini diharapkan dapat menghasilkan kandidat vaksin rekombinan hepatitis B yang sesuai dengan genetik virus tersebut di Indonesia, karena gen penyandi antigen