• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor risiko mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosa anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor risiko mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosa anak"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis tuberkulosa merupakan penyakit inflamasi non supuratif dari meninges duramater dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh basil tuberkel.5

2.2 Epidemiologi

(2)

Ada tiga faktor pemberat yang menjadi alasan mengapa anak-anak lebih mudah menderita penyakit ini: pertama karena anak lebih mudah terjadi TB ekstrapulmoner yang berat seperti meningitis; kedua, lebih cenderung untuk terjadinya TB paru yang berat dengan obstruksi bronkial; ketiga, pada anak lebih mudah untuk munculnya penyakit setelah anak terinfeksi.23

2.3 Patogenesis

Tuberkulosis pada susunan saraf pusat merupakan penyebaran tuberkulosis setelah infeksi primer, biasanya di paru. Saat primer, atau saat terjadinya reaktivasi kembali selama hidup, basil tuberkel dapat menyebar ke ruang subarachnoid dari lesi kaseosa subependymal. Perbanyakan organisme merangsang meningitis basiler namun juga dapat menyebabkan infeksi parenkim fokal (tuberkuloma). Eksudat inflamasi dari ruang sub arakhnoid yang mempengaruhi pembuluh darah serebral dan saraf kranial menyebabkan iskemia dan kelumpuhan saraf kranial.4 Meningitis TB terjadi tiga sampai enam bulan setelah infeksi primer. Kejadian yang terbanyak adalah pada lima tahun pertama kehidupan dan 75% terjadi enam bulan setelah infeksi primer.24

2.4 Gejala dan tanda

(3)

sering ditemukan. Pada anak yang lebih besar, demam yang tidak terlalu tinggi, mual, muntah, sakit kepala, sakit yang menyerupai flu sering muncul, sehingga riwayat kontak serumah dengan penderita TB aktif dan persistensi dari keluhan merupakan petunjuk yang sangat penting.2,4,21 Kaku kuduk bukan merupakan gejala yang paling menonjol. Pada stadium II, gangguan saraf unilateral atau bilateral terjadi akibat meningitis basiler. Perubahan neuro-optalmologis, termasuk neuritis retrobulbar, gangguan pandangan, dan lesi dari korioretina sering ditemukan. Saat penyakit berkembang ke stadium III, pada pasien terjadi penurunan kesadaran, kejang, papiledema, dan defisit neurologis yang luas. Tuberkulosis berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang secara langsung, melalui penekanan dari abses vertebra, dan produksi dari arachnoiditis. Banyak pasien dengan gejala hiponatremia, Syndrome Inappropriate Anti Diuretic Hormone (SIADH), dan yang jarang adalah dengan cerebral salt-wasting syndrome (CSW).4,25

(4)

Tabel 1. Gambaran klinis meningitis TB pada anak 21

Gejala Tanda

batuk, demam, muntah (tanpa diare), malaise, penurunan berat badan

apatis dan irritabilitas yang berkembang menjadi meningismus, penurunan kesadaran, tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial

(bulging fontanella anterior,

kelumpuhan saraf abdusens), tanda neurologis fokal (paling sering hemiplegia)

2.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis meningitis tuberkulosa cukup sulit karena gejala dan tanda awal dari meningitis TB yang tidak spesifik. Faktor lain yang membuat sulitnya diagnosis adalah karena jumlah basil yang sedikit di CSS akan mengurangi sensitivitas dari pemeriksaan bakteriologis yang konvensional, sehingga cara lain untuk dapat menegakkan diagnosis dini adalah dengan respon klinis yang baik terhadap obat anti tuberkulosis.26

2.5.1 Laboratorium

(5)

Pada sebuah penelitian di Italia tahun 2015 didapatkan hasil kultur yang positif hanya 13 persen dari seluruh pasien yang didiagnosa dengan meningitis TB.7,11 Cara penegakan diagnosis yang lain seperti Nucleid Acid Amplification (NAA), Polymerase Chain Reaction (PCR), deteksi antibodi dan antigen, Adenosin Deaminase (ADA) dan pengukuran Tuberculostearic Acid.7 Cairan serebrospinal dalam jumlah besar (10 mL, jika mungkin) harus dikumpulkan untuk pemeriksaan Acid Fast Bacilli (AFB). Kultur dan deteksi genom M. tuberculosis dapat menyebabkan tertundanya diagnosis, namun pada umumnya, semua tes memberikan hasil negatif. Pemeriksaan ulang CSS dapat membantu penegakan diagnosa.20

2.5.2 Hasil analisa cairan serebrospinal

(6)

Tabel 2. Analisa CSS pada infeksi SSP4

Parameter Organisme

Virus Bakteri Mycobacterium Jamur Jumlah sel

Kadar protein:n<50mg/dL; :50-100mg/dL; :100-500mg/dL; : > 500mg/dL Kadar glukosa (rasio CSS/serum): n:>0,6; :<0,4; :0

2.5.3 Pencitraan

Lebih dari 50% kasus TB anak adalah asimtomatik dan sebagian besar tidak terdiagnosa di negara berkembang karena tidak adanya fasilitas radiografi. Radiografi berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis meningitis TB melalui Computed Tomography (CT) scan dan Magneto Resonance Imaging (MRI), serta foto dada yang memberikan gambaran TB mendukung diagnosis meningitis TB pada anak.23

(7)

akan hilang seiring dengan pemberian obat anti tuberkulosis dan kortikosteroid. Kontras dengan pseudoabses TB yang tidak respon dengan terapi standar. Tindakan drainase dan eksisi harus dilakukan, namun lokasi lesi pada sisterna basal dan fasilitas bedah saraf yang tidak memadai menyebabkan tindakan pembedahan tidak dapat dilakukan. Sebuah penelitian di Afrika Selatan tahun 2015 melaporkan bahwa pseudoabses TB respon dengan pemberian thalidomide, inhibitor tumor necrosis factor (TNF)- α yang poten.18,27

Pencitraan sangat penting dalam mendiagnosis keterlibatan sumsum tulang. CT atau MRI tulang belakang diindikasikan pada anak dengan sangkaan tuberkulosis dan gejala neurologis yang melibatkan sumsum tulang. Tiga puluh persen anak pada stadium awal meningitis TB akan menunjukkan gambaran CT scan yang normal.21 Foto toraks umumnya abnormal, dengan limfadenopati dan infiltrat namun dapat juga normal.4

(8)

Gambar 1. CT scan yang menunjukkan gambaran tuberkuloma (A) dan gambaran hidrosefalus, basal meningeal enhancement dan infark (B)2,28

Penelitian di Afrika Selatan tahun 2014 dilaporkan bahwa penggunaan Transcranial Doppler Imaging (TCDI) dapat digunakan sebagai perangkat untuk melihat peningkatan tekanan intrakranial dan vaskulopati serebral. Pemeriksaan ini aman, portable, non-invasif, tidak mahal dan dapat digunakan sebagai monitoring serial.18

2.6 Tatalaksana

Adanya resistensi terhadap obat anti tuberkulosis menyebabkan berbagai masalah diseluruh dunia. Isoniazid (INH), rifampisin (RMP), ethambutol, pirazinamid (PZA), dan streptomisin merupakan obat pilihan untuk meningitis TB. Fluoroquinolones juga sangat aktif dalam melawan tuberkulosis. Meskipun perannya dalam pengobatan meningitis tuberkulosa belum cukup jelas, namun dapat menjadi pilihan antibiotik untuk kasus yang

(9)

sulit untuk diterapi. Terapi inisial dimulai dengan empat obat selama dua bulan (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan ethambutol atau streptomisin). Setelah dua bulan, terapi diturunkan menjadi dua jenis obat. Dengan rifampisin dan isoniazid sebagai obat pilihan pertama. Piridoksin direkomendasikan pada anak malnutrisi untuk mencegah neuropati perifer. Respon terhadap pengobatan antituberkulosis biasanya terjadi dalam waktu dua minggu. Terapi harus dilanjutkan selama 9 sampai 12 bulan. Dan pada pasien dengan respon yang lambat, penyakit yang berat, atau resistensi organisme membutuhkan membutuhkan terapi lini kedua, selama 18 sampai 24 bulan. Pengobatan tuberkulosis paru pada anak menurunkan insiden infeksi SSP.20

Pemberian obat antituberkulosis pada 2 bulan pertama diberikan bersama-sama dengan terapi glukokortikoid selama satu bulan pertama yang kemudian di tappering off. Pemberian mannitol, antikonvulsan dan terapi bedah dilakukan jika diperlukan.7

(10)

Tabel 3. Rekomendasi WHO untuk pengobatan lini pertama meningitis TB ditatalaksana dengan ventriculoperitoneal (VP) shunting, sementara hidrosefalus komunikan ditatalaksana dengan menggunakan obat-obatan, asetazolamid 50 mg/kg/hari dan furosemid 1 mg/kg/hari. Obat-obat ini bekerja menurunkan tekanan intrakranial dengan mengurangi produksi CSS di pleksus koroid. Anak dengan gejala herniasi dilakukan pemasangan VP

shunt emergensi, tindakan lumbal pungsi merupakan suatu

(11)

2.7 Prognosis dan komplikasi

Saat ini dengan meningkatnya resistensi terhadap M. tuberculosis, keterlambatan dalam pemberian obat anti TB dan meningkatnya jumlah pasien dengan HIV, morbiditas dan mortalitas pasien-pasien dengan tuberkulosis juga meningkat.5,30,31

Angka kematian pada meningitis tuberkulosa adalah 10-20 persen. Gejala sisa terutama muncul dan paling sering terjadi pada stadium tiga. Gangguan visual dan pendengaran sering terjadi, demikian juga hemiparesis, retardasi mental dan kejang. Keterlibatan hipotalamus dan sisterna basal menyebabkan endokrinopati, seperti diabetes insipidus, gangguan pertumbuhan, seksual prekoks dan obesitas.4 Gejala sisa jangka panjang yang dapat terjadi berupa epilepsi, gangguan belajar dan gangguan tingkah laku.32 Sekitar sepertiga dari semua anak dengan meningitis TB yang berat akan mengalami stroke. Sebagian besar stroke ini terjadi karena lokasi infark di wilayah middle cerebral artery (MCA), yang sering disebut dengan “zona TB” yang meliputi kaudatus, talamus anterior,

dan anterior kapsula interna.33

2.8 Faktor risiko mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosa 2.8.1 Status imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG)

(12)

hematogen bukan mencegah penyebaran secara perkontinuitatum dan limfogen. Imunitas yang terbentuk tidaklah mutlak mencegah infeksi Mycobacterium tuberculosis, namun infeksi yang terjadi tidak progresif dan tidak menimbulkan komplikasi yang berat dan berakibat fatal terutama pada anak, seperti TB milier, kavitas paru, TB tulang dan sendi serta meningitis TB.24

Efektivitas imunisasi BCG untuk mencegah TB primer bervariasi antara 0-80%. Penelitian di Jakarta tahun 1982 melaporkan, efektivitas BCG untuk mencegah semua bentuk infeksi TB adalah 34 %, sementara penelitian sebelumnya di Medan tahun 2000, dijumpai empat dari 16 pasien dengan meningitis TB tidak mendapatkan vaksinasi BCG sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita meningitis TB tidak mendapat imunisasi BCG.6,24 Penelitian lainnya di Italia tahun 2015 melaporkan bahwa dijumpai insidensi yang relatif rendah pada pasien dengan stadium III, tujuh orang dari 45 orang penderita meningitis TB dengan BCG yang positif, menunjukkan bahwa vaksinasi BCG berperan protektif terhadap terjadinya meningitis TB yang berat.7

2.8.2 Usia

(13)

Penelitian di Afrika Selatan tahun 2009 melaporkan bahwa sebagian besar pasien yang menderita meningitis TB berusia di bawah lima tahun. Hal ini berhubungan dengan gejala yang tidak spesifik yang mungkin dapat dijumpai pada penderita sehingga sulit untuk mendiagnosis penyakit ini sejak dini. Pada penelitian ini juga dilaporkan bahwa usia anak di bawah dua tahun berhungan dengan luaran yang buruk.10

2.8.3 Status nutrisi

Menurut laporan WHO tahun 2016, sekitar 45 persen penyebab mortalitas anak usia kurang dari lima tahun berhubungan dengan keadaan malnutrisi, dimana anak-anak menjadi lebih rentan untuk menderita penyakit yang berat.35

Berat badan yang menurun merupakan petunjuk yang penting dalam mendiagnosis meningitis TB anak pada daerah endemis tuberkulosis. Pada sebuah penelitian di Afrika Selatan menunjukkan bahwa 90% pasien dengan riwayat penurunan berat badan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan sebelum terdiagnosa.10

(14)

2.8.4 Gejala dan tanda klinis

Gejala dan tanda klinis berhubungan dengan luaran pada pasien-pasien meningitis TB. Gejala dan tanda berupa demam, sakit kepala, penurunan berat badan, batuk, penurunan kesadaran, irritabilitas, papiledema, defisit motorik, gerakan involunter, kelumpuhan saraf kranial, rangsang meningeal dan kejang.10,36

Penelitian di Taiwan tahun 2002 melaporkan bahwa ditemukannya basil tuberkel di CSS berhubungan dengan prognosis yang buruk dengan penjelasan bahwa peningkatan jumlah kuman di CSS berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan kesadaran.37

Penelitian di Taiwan tahun 1999 melaporkan bahwa sakit kepala dan demam berhubungan dengan luaran yang buruk.36 Penelitian di India tahun 1998 juga melaporkan bahwa kelumpuhan saraf kranial dan defisit neurologis fokal berpengaruh terhadap luaran.38 Penelitian di Equador tahun 2013 melaporkan bahwa dari 57 pasien yang meninggal, 55 orang mengalami penurunan kesadaran, 22 orang dengan papiledema, 41 orang defisit motorik, 25 orang mengalami kelumpuhan saraf kranial dan 55 orang dengan rangsang meningeal yang positif berhubungan dengan luaran yang buruk.39

(15)

Penelitian di India tahun 2013 melaporkan bahwa GCS merupakan prediktor luaran yang terpenting. Dimana nilai GCS yang rendah memprediksikan terjadinya kematian dan kecacatan dalam enam bulan pemantauan.19

2.8.5 Hasil analisa CSS

Penelitian di India tahun 2013 melaporkan bahwa limfositosis pada CSS dijumpai pada semua pasien dengan dugaan meningitis tuberkulosa. Kadar glukosa CSS yang rendah dan peningkatan nilai protein merupakan karakteristik abnormal lainnya dari meningitis tuberkulosa.39

Penelitian di Turki tahun 2013 melaporkan bahwa leukositosis, kadar protein yang tinggi serta rasio glukosa CSS dan darah yang rendah merupakan prediktor mortalitas, dari 27 orang yang meninggal, 16 orang diantaranya dengan kadar protein pada CSS ≥ 150 mg/dL serta rasio glukosa

CSS dan darah kurang dari 0.3 dijumpai pada 16 orang pasien, sehingga pada keadaan ini berisiko empat sampai sembilan kali lebih besar untuk terjadinya mortalitas.15

(16)

leukosit berkisar antara 33 sampai 647 sel/µL, protein 0.5 sampai 3.3 gr/L dan glukosa 0 sampai 0.3 gr/L.10,34

2.8.6 Stadium

Stadium meningitis TB ditetapkan berdasarkan rekomendasi British Medical Research Council yang membagi meningitis TB berdasarkan derajat keparahan. Stadium I merupakan fase prodromal tanpa adanya gejala neurologis yang nyata. Stadium II ditandai dengan adanya rangsang meningeal dengan sedikit penurunan kesadaran dan kelumpuhan saraf kranial yang ringan. Stadium III dengan penurunan kesadaran yang berat, kejang, adanya defisit neurologi fokal dan gerakan involunter.13,17,39

Luaran yang buruk berhubungan dengan stadium dari meningis TB. Pada sebagian besar studi yang dilakukan, tiga per empat dari pasien saat didiagnosis berada pada stadium II dan III,keterlambatan pengobatan karena keterlambatan diagnosis akan menyebabkan progresivitas penyakit ke stadium II dan III yang akhirnya menghasilkan luaran yang buruk.7,10 Penelitian di China tahun 2015 melaporkan bahwa 42.4% pasien stadium III meninggal dalam waktu 12 bulan setelah pengobatan.5

2.8.7 Gambaran radiologis

(17)

Italia tahun 2015 melaporkan bahwa 52% pasien meningitis TB tidak menunjukkan adanya gambaran abnormalitas dari foto dada. Dijumpai infiltrasi parenkim pada 24.9% pasien, limfadenopati 19.5%, milier 13.5%, efusi pleura 1.1% dan atelektasis 1.1%. limfadenopati sering tumpang tindih dengan gambaran infiltrasi parenkim. CT scan dada dilaporkan lebih sensitif dalam melihat gambaran limfadenopati.7

Hidrosefalus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada meningitis tuberkulosa, dijumpai pada 57% sampai 99% pasien. Hidrosefalus yang tidak menjadi terkompensasi setelah satu bulan terapi dengan obat-obatan maka ditatalaksana dengan Ventriculoperitoneal Shunt (VPS). Luaran klinis pada pasien yang segera dilakukan shunt dan pasien yang mendapat terapi obat-obatan terlebih dahulu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.9 Pada sebuah penelitian di China tahun 2009 dilaporkan hidrosefalus merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya luaran yang buruk pada pasien meningitis TB karena berhubungan dengan obstruksi dari CSS dan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial, pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa pemberian steroid dosis tinggi ≥ 60 mg/hari meningkatkan prognosis pada pasien-pasien dengan hidrosefalus, sementara penggunaan mannitol dan prosedur pembedahan kurang berpengaruh terhadap prognosis dari meningitis TB.5

(18)
(19)

2.9 Kerangka Konseptual

Gambar 2. Kerangka Konseptual : yang diamati dalam penelitian

IMUNITAS LUARAN

MENINGITIS TB - Status imunisasi BCG

- Usia

- Status nutrisi - Gejala klinis - Hasil analisa CSS - Stadium

- Gambaran radiologis

Gambar

Tabel 1. Gambaran klinis meningitis TB pada anak 21
Tabel 2. Analisa CSS pada infeksi SSP4
Gambar 1. CT scan yang menunjukkan gambaran tuberkuloma (A) dan 2,28
Tabel 3. Rekomendasi WHO untuk pengobatan lini pertama meningitis TB
+2

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm.. Ho = tidak terdapat pengaruh antara menonton tayangan drama India Balveer terhadap perilaku siswa SD

Berdasarkan hal tersebut di atas diperoleh hasil bahwa pada tanah jenis lempung berdebu memiliki zat organik yang lebih rendah dari tanah berliat dan juga karena

Di dalama suatu keluarga setiap anak perempuan mempunyai jumlah saudara laki laki yang sama dengan jumlah saudara perempuan dan setiap anak laki laki mempunyai dua kali lebih

psikologi dengan umur dalam kalangan warga emas yang tinggal di rumah perlindungan..

In this section, outline of the recursive O(n) forward dynamics algorithm implemented in Recursive Dynamics Simulator (ReDySim) solver and used for the simulation of chains

1) Pengaruh temperatur pemanasan terhadap laju ali- ran pada metode eksperimen : Eksperimen dilakukan dengan melakukan variasi temperatur terlebih dahulu. Hal ini dikare-

Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi dapat ditinjau dalam sebuah model, antara lain, model Howard-Sheth (Swastha dan Irawan, 2005 : 123). Sebenarnya banyak model

Pengencekan stok barang Memebuat pesanan barang Mengecek barang datang Penjualan Membuat laporan Pemilik Apotek Konsumen supplier Bagian outlet/ pembelian Bagian detail