• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Terhadap Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Terhadap Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Chapter III V"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlangsung dalam latar yang wajar dengan menggunakan paradigma fenomenologis karena bertujuan memahami fenomena-fenomena yang terjadi dalam subjek penelitian. Pendekatan kualitatif menurut Kriek dan Miller dalam Moleong merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya yang berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001:3) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Hasil penelitian akan dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata dengan memberikan gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat terhadap objek yang akan diteliti.

(2)

bagaimana proses pemberian izin mendirikan bangunan tersebut serta hambatan-hambatan yang mempengaruhi proses pemberian izin tersebut.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sunggal dan khusunya pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP), Badan Lingkungan Hidup, dan Kantor Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada Tahun 2016, dengan perincian pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Bulan Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Jun Jul Agus

Seminar

Penelitian

Konsultasi

Seminar hasil

(3)

3.4. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, istilah yang digunakan untuk subjek penelitian adalah Informant dan Key Informant. Hal ini mengacu pada apa yang dituliskan oleh Idrus (2009) tentang karakteristik penelitian kualitatif. Idrus menjelaskan pada penelitian kualitatif sasaran penelitian berlaku disebut sebagai Subjek penelitian. Di mana istilah yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah informant dan key informant. Dalam menentukan informant, Asumsi yang di kedepankan adalah bahwa seorang informant adalah seseorang yang dianggap paling tahu tentang dirinya dan tentang objek penelitian yang akan diteliti oleh si peneliti. Sehingga peneliti dapat menggali objek yang diteliti pada informannya (Idrus, 2009).

Oleh karenanya, pada penelitian ini, Informant dan key informan yang diwawancarai akan diambil secara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2010), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

(4)

a. Camat Sunggal di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang (selaku pelimpahan sebagian kewenangan Bupati Deli Serdang kepada Camat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang).

b. Kepala Bagian Tata Usaha di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten Deli Serdang (mewakili tim kordinasi pelaksana pekerjaan Umum, Perumahan dan Pengawasan Bangunan di Kabupaten Deli serdang).

c. Kepala Bidang Program di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Deli Serdang (mewakili penanggung jawab Analisis Dampak Lingkungan Daerah di Kabupaten Deli Serdang).

2. Informan Tambahan, merupakan kelompok informan yang sekedar mengetahui permasalahan yang diteliti penelitian ini, namun tidak terlibat secara langsung dalam pelaksana izin mendirikan dalam bangunan (IMB). Pada penelitian ini yang menjadi kelompok informan tambahan adalah anggota masyarakat yang terkena reruntuhan bangunan ruko.

3.5. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data primer dan data sekunder.

(5)

Lingkungan Hidup Kabupaten Deli Sedang dan Kantor Camat Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

b. Data sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung yang dapat memperkuat atau mendukung data primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur atau berita (artikel) dari media cetak ataupun media elektronik.

2. Sumber Data

a. Data primer diperoleh langsung dari informan selama penelitian yang kemudian dikuatkan dengan adanya penjelasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan fenomena penelitian dan dianggap dapat lebih menjelaskan hasil penilaian responden penelitian diperoleh dari key informan melalui hasil wawancara dengan staf di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Sunggal dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Deli Sedang.

b. Data sekunder diperoleh dengan menggunakan studi pustaka, penelusuran situs internet, peraturan perundang-undangan dari berbagai sumber, makalah, yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

(6)

1. Observasi

Observasi dalam penelitian kualitatif merupakan teknik pengumpulan data yang paling lazim dipakai, observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang perilaku manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran dan keterangannya lebih jelas dan banyak tentang masalah obyek penelitian. Observasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis, artinya observasi serta pencatatannya dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain, selain itu hasil observasi harus memberi kemungkinan untuk menafsirkannya secara ilmiah (Nasution, 2002:107).

2. Wawancara

(7)

wawancara tak berstruktur/terbuka, menurut Mulyana (2002:181) bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.

b. Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran kepustakaan, membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini serta browsing situs-situs di internet untuk mencari data-data yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.7. Teknik Analisa Data

Menurut Merriam, Marshall dan Roman, serta Cresswell, dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dan analisis data dilakukan dalam suatu proses yang simultan. Untuk itu menurut Schaltzman dan Straus, analisis data kualitatif dilakukan dengan jalan membuat klasifikasi terhadap benda-benda, orang-orang atau kejadian-kejadian, kepemilikan yang menjadi karakter.

Berdasarkan hal itu maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh untuk kemudian dikaitkan satu dan lainnya sehingga diperoleh suatu rangkaian analisis yang rinci dan sistematis. Teknik analisis data dilakukan dengan demikian baik dari sisi induksi ke deduksi dan sebaliknya.Induksi di sini berarti analisis dilakukan berangkat dari informasi yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik menarik kesimpulan secara umum.Sedangkan deduktif, analisis dilakukan dari hal-hal yang bersifat umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

(8)
(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945, Kecamatan Sunggal merupakan Daerah Kedatukan yang benama Kedatukan Serbanyaman yang dikepalai oteh seorang Datuk yang tunduk kepada Kesultanan Deli. Sejak berdirinya Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan Datuk Serbanyaman berubah menjadi Asisten Wedana yang tunduk kepada Wedana Deli Hilir yang berkedudukan di Labuhan Deli. Sebelum perluasan Kota Madya Medan tahun 1972, Kecamatan Sunggal terdiri dari 30 Desa dengan luas ±171 km2 dan selanjutnya berubah menjadi 19 Desa dengan luas ± 92,52 km2

Tabel 4.1. Daftar Keselurahan Desa di Kecamatan Sunggal

. Pada tahun 1986, wilayah Kecamatan Sunggal terkena perluasan Kota Madya Binjai dan hingga saat ini Kecamatan Sunggal terdiri dari 17 (tujuh belas) Desa, 162 Dusun, 284 RW, dan 584 RT yang masing-masing dapat dirinci sebagai berikut.:

No Desa Jlh Dusun Jlh RW Jlh RT

1 Sei Semayang 18 25 67

2 Paya Geli 7 14 30

3 Helvetia 8 23 46

4 Tanjung SeLarnat 6 22 44

5 S.M. Diski 7 16 32

6 Suka Maju 7 9 19

7 Medan Krio 13 17 36

8 Lalang 6 21 34

(10)

No Desa Jlh Dusun Jlh RW Jlh RT

10 Mulio Rejo 23 45 90

11 Telaga Sari 6 7 8

12 Sunggal Kanan 5 7 15

13 SeiMencirim 15 22 44

14 Sei Beras Sekata 5 3 11

15 Tanjung Gusta 10 17 63

16 Purwodadi 13 17 35

17 Serba Jadi 5 5 12

Jumlah 162 284 548

4.1.2 Kondisi Geografis

Secara Geografis Kecamatan Sunggal berada di Kabupaten Deli Serdang Terletak pada dan batas administratif wilayah Kecamatan Sunggal berbatasan dengan beberapa kecamatan yang ada di Kota Medan dan berbatasan juga dengan Kota Binjai. Kecamatan Sunggal merupakan salah satu daerah penyangga terhadap kebutuhan ekonomi Kota Medan dan Kota Binjai, dan juga merupakan wilayah hinterland yang berbatasan langsung dengan Kota Medan dan Kota Binjai. Adapun mengenai batas administrasi Kecamatan Sunggal adalah sebagai berikut :

a.

b.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli.

c.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Kutalimbaru.

(11)

d.

Luas wilayah Kecamatan Sunggal adalah 92,52 Km

Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Binjai dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

2

yang terdiri dari 17 desa dan 162 dusun dengan ibukota kecamatan adalah Desa Sei Semayang. Desa yang memiliki luas wilayah administratif terbesar adalah Desa Muliorejo memiliki luas 12,40 km2 atau 13,41% terhadap luas Kecamatan Sunggal, sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Desa Lalang yang memiliki luas 1,54 km2

Tabel 4.2. Luas Desa dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan Sunggal Tahun 2016

atau 1,67% dari luas Kecamatan Sunggal. Untuk lebih jelasnya batas administrasi Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan luas administrasi desa di Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.2.

(12)

Topografi lahan baik lahan sawah maupun darat rata-rata datar dengan kemiringan kurang dari 5 % dan berjenis tanah alluvial, kondisi tanah di Kecamatan Sunggal memiliki bentuk wilayah yang landai (dataran rendah) dengan ketinggian 20 - 40 meter diatas permukaan taut. Secara teknis kondisi lahan tersebut dapat memberikan kemudahan bagi sektor Perdagangan dan Jasa perindustrian maupun pemukiman.

4.1.4 Kondisi Iklim dan Cuaca

Kondisi iklim yang terdapat di Kecamatan Sunggal adalah iklim tropis dan memiliki musim hujan dan musim kemarau, cuaca suhu udara kecamatan Sunggal pada umumnya panas dan sedang. Sedangkan untuk curah hujan 2330 mm/thn dengan bulan kering kurang dari 3 bulan dan digolongkan Tipe D1 Oldeman, dan mengenai suhu udara adalah 27 °C hingga 33°C dan kelembaban udara 75 % - 80%.

4.1.5 Kondisi Hidrologi

Ditinjau dari hidrologinya di Kecamatan Sunggal terdapat 2 aliran sunggai yang berasat dari lereng bukit barisan dan bermuara ke Setat Malaka yaitu Sungai Tuntungan dan Sungai Belawan.

4.1.6 Kondisi Demografi

4.1.6.1 Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk

(13)

penduduk tertinggi berada di Desa Helvetia yaitu 9.578 (Jiwa/Km2) sedangkan jumlah kepadatan terendah berada di Desa Serba Jadi yaitu 549 (Jiwa/Km2

Tabel 4.3

Distribusi dan Kepadatan Penduduk Per Desa Tahun 2014

). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1.

No Desa Luas (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/Km2)

1. Telaga Sari 2,63 3.667 1394,30

2. Sei Mencirim 9,78 18.183 1859,20

3. Suka Maju 6,31 9.207 1459,11

4. Sei Beras Sekata 4,7 6.458 1374,04

5. Tanjung Setarnat 4,68 10.013 2139,53

6. Sunggal Kanan 4,12 12.333 2993,45

7. Medan Krio 8,52 16.555 1943,08

8. Paya Geli 3,4 21.763 6400,88

9. Puji Mulyo 3,96 12.283 3101,77

10, Sei Semayang 12,35 29.293 2371,90

11. S. M. Diski 2,8 12.881 4600,36

12. Serba Jadi 6,44 3.834 595,34

13. Muliorejo 12,4 36.386 2934,35

14. Lalang 1,54 9.371 6085,06

15. Purwodadi 2,16 19.225 8900,46

16. Tanjung Gusta 4,62 33.188 7183,55

17. Helvetia 2,11 21.623 10247,87

(14)

Gambar 4.1. Grafik Distribusi dan Kepadatan Penduduk per Desa Tahun 2014

4.1.6.2 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Sunggal diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki Kecamatan Sunggal yaitu 129.404 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan yaitu 127.666 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.4. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Desa Tahun 2015

No Desa Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1 Telaga Sari 1.840 1.827 3.667

2 Sei Mencirim 9.240 8.943 18.183

3 Suka Maju 4.609 4.598 9.207

4 Sei Beras Sekata 3.187 3.271 6.458

5 Tanjung Selamat 5.162 4.851 10.013

(15)

Tabel 4.4 (Lanjutan)

No Desa Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

7 Medan Krio 8.344 8.211 16.555

8 Paya Geli 10.875 10.888 21.763

9 Puji Mulio 6.006 6.277 12.283

10 Sei Semayang 14.557 14.736 29,293

11 Sumber Melati Diski 6.482 6.399 12.881

12 Serba Jadi 1.872 1.962 3.834

13 Muliorejo 18.187 18.199 36.386

14 Lalang 4.585 4.786 9.371

15 Purwodadi 9.637 9.588 19.225

16 Tanjung Gusta 17.770 15.418 33.188

17 Helvetia 10.445 11.178 21.623

JUMLAH 139,098 137.165 276.263

Gambar 4.2

(16)

No Tingkat Keluarga Prasejahtera Jumlah KK % 1. Prasejahtera Alasan Ekonomi 306

2. Prasejahtera Bukan Alasan Ekonomi 0 3. Sejahtera I Alasan Ekonomi 4.130 4. Sejahtera I Bukan Alasan Ekonomi 0

5. Sejahtera II 29.605

6. Sejahtera III 19.047

7. Sejahtera III Plus 7.479

Jumlah 60.567

4.1.6.3 Struktur Penduduk Menurut Agama

Struktur penduduk di Kecamatan Sunggal menganut berbagai macam agama, diantaranya terdapat pemeluk Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu/Budha. Kecamatan Sunggal memiliki penduduk dengan mayoritas pemeluk Agama Islam dengan jumlah 257.070 jiwa, untuk lebih rinci jumlah pemeluk agama yang terdapat di tiap desa dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.6

(17)

Tabel 4.6 (Lanjutan)

(18)

A. Kondisi Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan bentuk pelayanan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Adapun fasilitas umum yang terdapat di Kecamatan Sunggal antara lain, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana ibadah. 1. Sarana Pendidikan

Untuk menunjang kualitas sumber daya manusia, maka keberadaan fasilitas pendidikan merupakan salah sate faktor terpenting dalam usaha pengembangan pendidikannya. Selain itu, ketersediaan informasi penyebaran fasilitas pendidikan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai sejauh mana tingkat kemajuan suatu daerah. Pendidikan merupakan sarana dalam usaha mencerdaskan bangsa dan negara, menciptakan generasi muds dan sumber daya manusia, yang siap pakai dalam pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Berhasilnya suatu pembangunan tidak terlepas dari tingkat pendidikan, dimana semakin maju tingkat pendidikan berarti akan membawa dampak yang positif bagi masa depan dalam berbagai ilmu kehidupan.

(19)

Tabel 4.7

Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Tingkat Pendidikan Jumlah (Unit)

2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan diperlukan untuk menunjang derajat kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Sunggal. Penyebaran sarana dan juga tenaga medic kesehatan bagi kebutuhan penduduk jumlahnya memadai, dimana sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Sunggal antara lain puskesmas pemerintah, pratek bidan swasta, poliklinik, puskesmas pembantu, batai pengobatan dan klinik swadaya. Lebih jelasnya mengenai jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9.

Tabel 4.8

Jumlah Sarana Kesehatan dan Ketersediaan Tenaga Medis Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

Rumah Sakit 8

Potiklinik 32

Puskesmas 3

Puskesmas Pembantu 8

(20)

Ketersediaan Tenaga Medis Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Tenaga Medis Jumlah

(Org)

Dokter 62

Bidan 111

Bidan Desa 19

Dukun Bayi 18

3. Sarana lbadah

Pembangunan dibidang keagamaan di Kecamatan Sunggal setatu mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun swasta.Jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Sunggal dipengaruhi oleh jumlah penganut masing-masing agama.Lebih jelasnya mengenai jumlah Sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Jumlah Sarana ibadah di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Sarana lbadah Jumlah (Unit)

Masjid 110

Mushollah 127

Gereja 83

Kuil / Pura 2

Vihara 3

B. Kondisi Utilitas

1. Kondisi Panjang Sarana Jalan

(21)

modal dalam memperlancar kegiatan perhubungan, ekonomi dan transportasi. Kecamatan Sunggal memiliki jenis jaringan jalan yang dilalui oleh jaringan jalan provinsi, jaringan jalan kabupaten, jalan dusun (lingkungan) dan jalan setapak (gang). Lebih jelasnya mengenai kondisi panjang jalan yang ada di Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Kondisi Panjang Jalan Berdasarkan Jenisnya di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Jenis Jaringan Jalan

Panjang (Km)

Provinsi 11

Kabupaten 367,50

Desa 111,23

Gang 74,68

2. Kondisi Sarana Jembatan

(22)

Sarana Jembatan Penghubung berdasarkan Jenisnya Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Jenis Jembatan Jumlah (Unit)

Beton 28

Besi 32

Kayu/ Bambu -

4.1.8 Kegiatan Perekonomian

Faktor utama yang dapat mendukung penduduk dan memberdayakan masing-masing individu untuk dapat bertempat tinggal di suatu wilayah adalah dari kegiatan perekonomiannya. Dengan perkataan lain, keberadaan penduduk di suatu wilayah baik perkotaan maupun pedesaan dimungkinkan dengan adanya pekerjaan dan tenaga kerja di wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara tingkat perekonomian dengan tingkat populasi di suatu wilayah.

Kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamatan Sunggal antara lain terdapat kegiatan pertanian, industri, jasa dan perdagangan, perkoperasian, peternakan dan perikanan. Selanjutnya akan dibahas mengenai kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. A. Kegiatan Pertanian

(23)

Sunggal terdiri atas persawahan dan daratan kering. Lebih jelasnya mengenai luas lahan persawahan dan daratan kering dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13

Luas Lahan Persawahan dan Daratan Kering di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Persawahan (Ha) Sawah 1/2 teknis 1.538

Tadah Hujan 863

Irigasi non PU 15

Irigasi Teknis -

Jumlah (a) 2.416

Daratan Kering (Ha)

Kebun /Tegalan 677

Perkebunan 1.540

Pekarangan Et Lain-lain

4.363

Jumlah (b) 6.580

Total (a+b) 8.996

(24)

Luas Lahan Sawah Menurut Pemanfaatan Air Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Desa

(25)

Tabel 4.15

Luas Lahan Keying Menurut Pemanfaatannya di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Desa

No. Tegal/Kebun

(Ha) (Ha)

Perkebunan Pekarangan & Lainnya (Ha)

(26)

Komoditi Hasil Pertanian dan Perkebunan yang Diperoleh Dari Hasil Panen Petani di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Jenis Komoditi Banyaknya (Ton)

Padi Sawah 352.140

Jagung 134.723

Ubi Kayu 29

Ubi Rambat 17

Kacang- Kacangan 93

Sayur – Sayuran 85

Buah - buahan/ Jambu BijiMerah

518

B. Kegiatan Perindustrian

Kecamatan Sunggal terdapat sektor industri yang turut juga mendukung perekonomian Kecamatan Sunggal, adapun sektor industri yang terdapat di Kecamatan Sunggal terdiri dari industri besar, industri sedang dan industri kecil dan kerajinan Rumah Tangga. Kegiatan industri yang dominan terdapat di Kecamatan Sunggal adalah kerajinan rumah tangga dengan jumlah 246 industri kerajinan Rumah Tangga. Untuk jumlah banyaknya industri besar dan sedang dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Banyaknya Industri Berdasarkan Jenisnya Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

Jenis Industri Jumlah

Industri Besar 97

Industri Sedang 105

Industri Kecil 129

(27)

C. Kegiatan Usaha di Bidang Jasa

Kegiatan perekonomian jasa dan perdagangan sangat berperan dalam ketersediaan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran. Kegiatan jasa yang terdapat di Kecamatan Sunggal terdiri jasa reparasi mobil, sepeda motor, elektronik dan tukang jahit. Untuk kegiatan jasa didominasi kegiatan usaha jasa reparasi sepeda motor dengan jumlah usaha 264. Mengenai jumlah banyaknya kegiatan usaha jasa selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Banyaknya Jenis Usaha Jasa Reparasi Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

No. Desa

Reparasi Mobil Sepeda

Motor Elektronik

Tukang

(28)

Banyaknya Koperasi

Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

No NAMA KOPERASI ALAMAT

1. KPRI

SMP. DISKI (SLTP NEG. 1) DISKI

MENCIRIM INDAH (SMP N. 3) SEI MENCIRIM

2. KOPKAR

PT. ABC TAMA DESA PAPA GELI

PT. MASTINDO UTAMA JL. MEDAN BINJAI

SUMATERA PLASTIK DESA PURWODADI

3. KOPEM

MUJUR SEJAHTERA DESA SUNGGAL KANAN

4. KSP

SEPAKAT JAYA KR. REDO SEI SEMAYANG

SURYA ABADI MANDIRI JL. SEI MENCIRIM

5. KSU

SEPAKAT DESA MEDAN KRIO

AL MUHAJIRIN KM. 12 PURWODADI

SEMAYANG BERSAMA JL. MEDAN BINJAI

FITRI KARMA JL. BARU

KHARISMA JL. P. KEMERDEKAAN

MEGA TANI DUSUN I NO2 SUKAMAJU

AKBAR JL. SERAYU

SINAR SURYA LESTARI JL. BESAR TANJUNG SEUMAT

6. SYARIAH/BMT

(29)

Tabel 4.20

Banyaknya Jasa Perbankan dan Sejenisnya di rinci Per Desa Di Kecamatan Sunggal Tahun 2015

No

D. Kegiatan Peternakan

(30)

Banyaknya Ternak Besar/Kecil dan Unggas Di Kecamatan Sunggal Tahun 2014

No Desa Kambing Babi Ayam Buras Ayam

Potong Kerbau

(31)

4.1.9 Peraturan Yang berhubungan dengan Kabupaten Deli Serdang

Otonomi daerah telah memberikan perubahan yang mendasar bagi perkembangan ketatanegaraan Indonesia, khususnya pada Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah telah meletakkan kewenangan yang luas, nyata dan bartanggung jawab kepada daerah secara proposional yang diwujudkan dalam pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Otonomi yang benar dalam hal ini terutama adalah mengakomodasikan aspirasi yang secara rill ada di masyarakat dalam tindakan dan atau kebijaksanaan secara nyata.

Prajudi (1978) memaparkan di dalam kerangka otonomi daerah tersebut, berdasarkan perspektif hukum (positif) harus diarahkan pada satu kata kunci yaitu konsistensi. Konsistensi utama dan pertama-tama ditujukan terhadap asas hukum baik yang dituangkan di dalam peraturan perundang-undangan dalam perspektif Asas Umum Pemerintahan yang baik.Asas hukum yang

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2012 mengatakan bahwa kewenangan daerah mencakup dalam bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik, luar negeri, pertahanan kemanan, peradilan dan moneter dan fiskal serta kewenangan lain.

bersifat tersurat dan memang memerlukan penafsiran lebih lanjut akan tetapi jika didasarkan pada persamaan persepsi terhadap pemaknaan konsep yang utuh, tidak akan menimbulkan permasalahan.

(32)

1. Kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro;

2. Kebijakan dana perimbangan keuangan;

3. Kebijakan sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara;

4. Kebijakan pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang bersifat strategis;

5. Kebijakan konservasi;

6. kebijakan standarisasi nasional.

Disamping itu kewenangan daerah Kabupaten dan daerah Kota dibatasi pula oleh kewenangan daerah propinsi sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 beserta penjelasannya, yaitu kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota dan Kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya.

Menurut Penjelasan Pasal 9 undang-undag Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang termasuk kewenangan bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota antara lain:

a. b.

Kewenangan di bidang Pekerjaan Umum;

c.

Kewenangan di bidang Perkebunan;

d.

Kewenangan di bidang kehutanan;

Sedangkan yang dimaksud dengan kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya adalah :

(33)

a.

b. Pelatihan bidang tertentu alokasi sumber daya manusia potensial dan penelitian yang mencakup wilayah propinsi;

Perencanaan dan pengendalian pembangunan secara makro;

c. d.

Pengelolaan pelabuhan regional;

e.

Pengendalian lingkungan hidup;

f.

Promosi daging dan budaya pariwisata;

g.

Penanganan penyakit menular dan hama tanaman; Perencanaan tata ruang propinsi.

Dengan demikian, apabila semua daerah Kabupaten dan Kota sudah dapat melaksanakan semua kewenangannya, maka kewenangan yang tinggal pada daerah propinsi hanyalah kewenangan bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta kewenangan bidang tertentu lainnya sebagaimana telah dikemukakan diatas, disamping kewenangan sebagai wilayah administrasi yag dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil Pemerintahan Pusat di daerah.

(34)

dan legislatif daerah menetapkan perda-perda. Bagian ini mencoba untuk menginventarisasikan berbagai perda-perda yang mengatur tentang kewenangan pemerintah daerah khususnya Kabupaten Deli Serdang yang ada di dalam konteks menjalankan, mempertahankan dan meningkatkan aspek tentang memperoleh IMB dalam hubungannya dengan sertifikasi Amdal di Kabupaten Deli Serdang.

Perda-perda ini dimaksudkan agar pelaksanaan pembangunan di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dapat memperhatikan ramah lingkungan yang merupakan bagian dari esensi pelaksanaan AMDAL, dimana dalam rangka menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan bagi rencana usaha yang tidak ada dampak pentingnya atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya maka diwajibkan membuat UKL dan UPL Baik AMDAL maupun UKL dan UPL adalah syarat untuk mendapatkan izin melakukan usaha.

1. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Izin Tempat Usaha. Perda ini diterbitkan dalam rangka usaha-usaha Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan penataan dan sekaligus pembinaan terhadap para pengusaha, oleh karena itu perlu diberikan Izin Tempat Usaha kepada para pengusaha yang melaksanakan kegiatan usaha di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

(35)

Pada perda ini dijelaskan subjek hukum yang wajib dikenakan retribusi yaitu orang pribadi atau badan hukum, badan hukum yaitu sekumpulan orang dan/atau modal yang. merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama di dalam bentuk apapun, Firma, Koperasi, ana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Sosial Politik atau organisasi yang sejenis, Lembaga Bentuk Usaha Tetap dan bentuk badan lainnya. Mengenai perizinan mempunyai jangka waktu 3 (tiga) tahun dan selanjutnya setiap tahun divalidasi sekaligus pembayaran retribusi dan pada Perda ini juga dilakukan pengawasan berupa pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas yang telah diberi wewenang untuk itu terhadap izin tempat usaha yang dilakukan setiap tahunnya untuk memeriksa letak, ukuran luas, jenis usaha berubah dan atau kegiatan usaha dialihkan dan atau dipindahkan kepada pihak lain tanpa izin dari Kepala Daerah.

Pada perda ini mengatur sanksi administrasi terhadap wajib Retribusi yang tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa Benda sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.

(36)

2. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Izin Gangguan.

Perda ini terdiri dari VII Bab dan 30 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan umum, Nama, Objek, Subjek Retribusi dan Persyaratan dalam Memperoleh Izin, Jangka Waktu Berlakunya Izin Tempat Usaha, Golongan Retribusi, Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip Penetapan dan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi, Wilayah Pemungutan, Tatacara Pemungutan dan Penetapan Retribusi, Sanksi Administrasi, Tatacara Pembayaran, Tatacara Penagihan, Pengawasan, Ketentuan Pidana, Penyidikan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.

Perda ini diterbitkan untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah yang terkait atas pemakaian kekayaan perlu disesuaikan.

Perda ini bertujuan untuk melakukan pengaturan guna melindungi kepentingan umum dan lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan. Perda ini mengatur tentang subjek hukum yang wajib memiliki izin gangguan/ tempat usaha dalam hal mendirikan atau memperluas tempat usahanya dilokasi tertentu yang ang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh pemerintah pusat atau daerah (Pasal 8 ayat (1).

(37)

pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi adminstrasi sebesar 2 % (Perda No 8 tentang retribusi perizinan tertentu Pasal 53), sedangkan sanksi pidana dikenakan bagi pelaku yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuandalam peraturan daerah ini dan ancaman pidananya kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 4 (empat) bulan kali retribusi terhalang (Pasal 25).

Perda ini juga mengatur mengenai Penyidikan yaitu Pasal 27 ayat (1) yang memberikan wewenang kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidangretribusi daerah.

Perda ini terdiri dari VII Bab dan 30 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan umum, Subjek, Objek Retribusi, Golongan Retribusi, Retribusi Izin Gangguan, Jangka Waktu Berlakunya Izin Gangguan (HO), Ketentuan Retribusi, Tatacara Pemungutan, Wilayah Pungutan, Sanksi Administrasi, Tatacara Pembayaran, Tatacara Penagihan, Tatacara Perhitungan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi, Kadaluarsa, Tatacara Penghapusan Piutang Retribusi yang Kadaluarsa, Ketentuan Pidana, Penyidikan, Ketentuan Penutup.

(38)

guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Pada Perda ini mengatur bahwa setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan harus memperoleh izin dari Kepala Negara dan juga harus melengkapi adanya Dokumen Amdal yang disetujui Tim Komisi Tingkat II untuk usaha industri/pabrik, perumahan/real estate, pusat perbelanjaan dan usaha-usaha yang mempunyai dampak lingkungan lainnya. Pemegang izin mendirikan bangunan memilki kewajiabn yang harus, dipenuhinya agar permohonan bangunan tidak ditolak atau dibongkar. Jika permintaan izin tidak dipenuhi maka permohonan akan ditolak dan akan terjadinya pembongkaran bangunan dengan izin kepala daerah untuk memberikan kesempatan kepada pemilik bangunan/pelaksana bangunan untuk membongkar bangunannya, dan apabila tidak dilakukan pembongkaran selambat-lambatnya 7 (tujuh hari) sesudah perintah pembongkaran maka kepala daerah atau pejabat yang dihunjuk dapat membonkar seluruh atau sebagian bangunan tersebut atas biaya dan resiko pemilik/pelaksana bangunan Pasal 54 point (3).

(39)

Keberatan, Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi, Kadaluarsa Penagihan, Penyidikan, Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup.

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.Keputusan ini diterbitkan sebagai pelaksana dari Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

(40)

Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 6 Tahun 2011 Bagian Ketiga Belas Pasal 25 Tentang Penetapan Kelas Jalan, Daerah Milik Jalan (DAMIJA) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) untuk Izin Mendirikan Bangunan dalam Kabupaten Deli Serdang.Keputusan ini diterbitkan bertujuan untuk kelancaran pelaksanaan dalam menentukan Retribusi terutang terhadap suatu bangunan perlu ditetapkan Kelas Jalan Daerah Milik Jalan (DAMIJA) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dalam Kabupaten Deli Serdang.

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini juga didukung dengan adanya Ketetapan Tarif Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam Perda Kabupaten Deli Serdang Pasal 27 Bagian Kelima Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi.

6. Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor : 420 Tahun 2010 Tentang Penetapan Harga Dasar Bangunan dalam Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Keputusan ini menetapkan tentang kelas jalan, Daerah Milik Jalan (DAMIJA) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) untuk Izin mendirikan bangunan dalam Kabupaten Deli Serdang. Keputusan ini terdiri dari 3 Pasal yang mengatur ketetapan keputusan ini.

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo. 8.

9.

Peraturan Daerah Nomor 1675 tahun 2014 tentang Izin Lingkungan.

(41)

Pengendalian Pencemaran Udara, dan Pemeriksaan Limbah Cair Industri merupakan ketentuan daerah yang baru jika dibandingkan dengan Peraturan Daerah sebelum adanya Otonomi Daerah, Karena dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom membawa implikasi perkembangan bagi pengelolaan lingkungan hidup yakni diberikannya wewenang dan tanggung jawab penuh pada Pemerintah Daerah untuk pengelolaan lingkungan hidup.

Di dalam Pasal 3 ayat (5) angka 16 Peraturan Pemerintah tersebut, telah menetapkan Kewenangan Propinsi di dalam bidang lingkungan hidup, yakni:

a. Pengendalian lingkungan hidup lintas Kabupaten/Kota. b.

c.

Pengaturan pengelolan lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya laut 4 (empat) rail sampai dengan 12 (dua belas) mil.

d. Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) bagi kegiatan-kegiatan yang potensial berdampak negatif pada masyarakat luas yang lokasinya meliputi lebih dari satu Kabupaten/Kota;

Pengaturan tentang pengamanan dan pelestarian sumber daya air lintas Kabupaten/Kota.

e. Pengawasan pelaksanaan konservasi lintas Kabupaten/Kota.

f. Penetapan baku mutu lingkungan hidup berdasarkan baku mutu lingkungan hidup nasional.

(42)

Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berbunyi, bahwa dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan dalam ayat (3) sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Atas dasar itu Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah menetapkan Peraturan Daerah seperti yang telah dikemukakan tersebut. Secara substansinya Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2011, dalam Pasal 12 menetapkan, bahwa retribusi upaya pengendalian Pencemaran udara dibebankan kepada penanggung jawab dengan biaya retribusi dari Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah). Demikian juga dengan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2011, menetapkan retribusi pemeriksaan kualitas limbah cair terhadap jenis industri : soda kostik,pelapisan logam, kulit, minyak sawit, karet, gula, tapioka, tekstil, pupuk, ethanol, bir, baterai, foam, farmasi, pestisida, pakan ternak, dengan biaya retribusi sebesar Rp. 200.00,- (dua ratus ribu rupia) sampai dengan Rp. 750.000,- (tujuh ratus ribu rupiah).

(43)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Berikut dijelaskan berbagai hasil pengumpulan data dan informasi penelitian yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara menggunakan pedoman wawancara yang telah diputuskan sebelumnya. Adapun hasil wawancara tersebut telah dikelompokkan berdasarkan fokus yang berkaitan dengan Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

4.2.1 Proses Pemberian dan Persyaratan-Persyaratan untuk Memperoleh lzin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Penelitian yang membahas tentang Dampak Pemberian Izin mendirikan bangunan terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan sunggal Kabupaten Deli Serdang dilakukan untuk dapat mengetahui kajian pembangunan dari karakteristik sumber daya yang ada dilokasi penelitian dan yang ada kaitannya dengan Pemberian IMB dalam hubungannya terhadap Lingkungan Hidup.

Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk menggali, menimbun, meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan, pekerjaan memperbaiki/ renovasi, menambah, membongkar dan menggunakan bangunan.

(44)

untuk Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan ketentuan yang mengatur secara khusus untuk melindungi lingkungan hidup, hal tersebut disebabkan karena efek dari mendirikan bangunan dapat menjadi beban yang berkepanjangan bagi lingkungan hidup apabila bangunan tersebut tidak memperhatikan ketentuan dari syarat dan prosedur mendirikan bangunan tersebut...”

(wawancara, Desember 2016)

Untuk daerah Kabupaten Deli Serdang telah mengeluarkan peraturan yang mengatur mengenai ketentuan tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembinaan, pengamatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestrarian lingkungan di Kabupaten Deli Serdang.

Retribusi izin mendirikan bangunan mencakup kepada pemberian izin bagi orang pribadi atau badan, termasuk dalam kegiatan peninjauan disain dan, dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesual, dengan rencana teknis bangunan, rencana tata ruang teknis bangunan,

Adapun Proses Pemberian dan Persyaratan-Persyaratan untuk Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang diatur pada Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 806 Tahun 2014 Tentang Pendelegasian sebagian kewenangan penyelenggaraan dan penandatanganan perizinan kepada kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

(45)

Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten Deli Serdang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Deli serdang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang lzin Mendirikan Bangunan yang mengatur mengenai persyaratan untuk memperoleh izin untuk mendirikan bangunan :

1. Setiap orang pribadi atau badan hukum yang mendirikan bangunan harus memperoleh izin dari kepala daerah dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan melampirkan :

a.

b.

Tanda bukti pemilik dan penguasaan tanah yang dilegalisir oleh Camat setempat.

c. Surat keterangan situasi bangunan;

Surat keterangan tidak ada silang sengketa terhadap tanah yang akan didirikan bangunan dari Camat setempat;

d. Fotocopy tanda pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

e. Dokumen Amdal (Analisis mengenai dampak lingkungan) yang disetujui Tim Komisi tingkat dua untuk usaha industri/ pabrik/ perumahan/ Real estate, pusat perbelanjaan dan usaha-usaha, yang mempunyai dampak lingkungan lainnya.

f. Hal-hal lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

1. Izin mendirikan bangunan yang diberikan terhadap kawasan- kawasan yang peruntukan tanahnya telah ditetapkan sesuai dengan rencana tata ruang kota.

2. Bangunan yang didirikan, diperbaiki, ditambah, dirubah maupun dibongkar harus sesuai dengan izin yang diberikan.

(46)

Proses Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Proses Pelayanan di Tempat

Adapun syarat-syarat untuk memperoleh izin mendirikan bangunan sebagai berikut:

1. Permohonan izin mendirikan bangunan diajukan kepada Bupati c/q. Kepala Dinas dengan mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dan

BPTSP

1. Penelitian Keabsahan Berkas 2. Peninjauan Lapangan

3. Koordinasi dengan Dinas terkait 4. Penghitungan, Penetapan,

Pemungutan Retribusi

5. Pembuatan Surat Izin & Tanda Tangan BAP

6. Paraf Draft Surat Izin oleh Kabid Perizinan

(47)

melampirkan syarat-syarat sebagai berikut : a. Persyaratan Administrasi,berupa :

1) Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon yang masih berlaku 2) Photo copy pelunasan pajak bumi dan bangunan (PBB) tahun terakhir

dikecualikan yang berdiri di atas tanah milik pemerintah maupun pemerintah daerah

3) Asli Surat kuasa,akte perusahaan,surat keputusan instansi, bagi pemohon Izin mendirikan bangunan yang dimiliki oleh badan/lembaga

4) Surat-surat tanah,berupa :

a) Photo copy sertifikat tanah yang dilegalisir oleh kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau notaris

b) Photo copy akte jual beli, dengan ketentuan akte yang dikeluarkan oleh notaris dilegalisir oleh notaris, akte yang dikeluarkan oleh camat dilegalisir oleh camat pada tempat lokasi tanah, untuk photo copy surat keterangan tanah (SKT) yang dibuat oleh lurah dilegalisir oleh lurah pada tempat lokasi tanah

c) Asli surat perjanjian atau persetujuan pemanfaatan atau pemakaian tanah khusus untuk pembangunan antara pemohon izin mendirikan bangunan dengan pemilik tanah bukan milik pemohon izin mendirikan bangunan

d) Asli rekomendasi dari Bank untuk tanah yang sedang diagunkan (1) Asli surat tidak silang sengketa yng dikeluarkan oleh

(48)

(2) Rekomendasi dari camat yang bersangkutan berkaitan dengan kondisi lapangan/ exciting

(3) Rekomendasi dari instansi terkait untuk bangunan-bangunan dengan fungsi keagamaan,sosial budaya serta bangunan-bangunan dimana pada lokasinya terdapat prasarana dan sarana pelayanan kepentingan umum

(4) Surat Pernyataan Kesanggupan menanggung resiko konstruksi

(5) Photo copy izin peruntukan penggunaan tanah

(6) Melampirkan dokumen AMDAL atau UKL/UPL sesuai dengan ketentuan yang mewajibkan untuk itu

(7) Khusus bangunan industri, gudang dan bangunan usaha peternakan melampirkan persetujuan terulis dari tetangga atau masyarakat yang berdekatan dan berada disekitar lokasi diketahui/ dilegalisasi oleh lurah/Kepala Desa setempat. b. Persyaratan teknis,berupa :

1) Rencana teknis ,yang meliputi :

a) Gambar denah / site plan, termasuk rencana fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk pembangunan berskala kawasan

b) Gambar Arsitektur c) Gambar Sistem Struktur

d) Gambar sistem utilitas (mekanikal dan elektrikal)

(49)

g) Gambar sistem drainase

h) Perhitungan struktur untuk 3(tiga) lantai atau lebih dan/ atau bentang struktur lebih dari 6 (enam) meter, yang digunakan bukan kepentingan umum, dibuat oleh pemohon dan disetujui oleh pejabat yang berwewenag

i) Perhitungan struktur untuk bangunan 2 (dua) lantai atau lebih dan / atau bentang struktur lebih dari 6 (enam) meter, yang digunakan untuk kepentingan umum dan disertai dengan hasil penyelidikan tanah yang dibuat oleh konsultan perencana dan disetujui oleh pejabat yang berwenang

2) Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan-bangunan menara, tangki dan gapura / tugu dan bangunan-bangunan lainnya yang tidak dapat dihitung luasnya yang harus disetujui oleh pejabat yang berwenang

3) Permohonan Izin Mendirikan Bangunan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dapat diterima dan kepada pemohon diberikan tanda buku penerimaan permohonan

(50)

5) Dokumen administrasi dan /atau dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan lelengkapan, dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi / diperbailki

6) Hasil proses pemeriksaan dan penelitian / pengkajian yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan diberikan persetujuan dokumen rencana teknis dari Kepala Dinas

7) Izin Mendirikan Bangunan diterbitkan dalam jangka waktu paling lambat 25 hari kerja sejak diberikannya persetujuan dokumen rencana teknis dari Kepala Dinas.

Setelah prosedur dan syarat-syarat diatas telah dipenuhi oleh orang pribadi atau badan hukum maka izin tersebut berlaku 6 (enam) bulan sejak izin diterbitkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah (Pasal 20 Perda No 6 Tahun 2011 Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten Deli Serdang Nomor 503.570-645/SK/BPPTSP/2016 Tentang Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP).

Dari ketentuan peraturan di atas jelas bahwa pembangunan lingkungan merupakan pembangunan yang berorientasikan lingkungan hidup. Ketentuan dari Perda di atas merupakan peraturan hukum yang berorientasikan kepada izin untuk mendirikan bangungan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya permasalahan lingkungan yang membahayakan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

(51)

pentingnya izin mendirikan bangunan tersebut bagi kelestarian lingkungan dan masyarakat banyak.

Hal tersebut diatas terkait dengan pernyataan Bapak Muhammad Salim, SP, M.Si selaku Kabag Tata Usaha Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten Deli Serdang

menyatakan sebagai berikut :

Pembangunan gedung-gedung yang akan didirikan di Kecamatan Sunggal merupakan salah satu program pembangunan Kabupaten Deli Serdang untuk menciptakan Deli Serdang yang semakin baik perkembangan kotanya...”(Wawancara, Desember 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Salim, SP, M.Si selaku Kabag Tata Usaha Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP)

“Kegunaan Memiliki IMB antara lain Memiliki kepastian hukum terhadap bangunan yang dimiliki, dapat memudahkan dalam pengurusan : Kredit Bank, Izin Usaha dan dapat meyakinkan pihak-pihak yang memerlukan dalam transaksi jual beli, sewa-menyewa, dan lain-lain Serta menunjang kelangsungan pembangunan daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)...”

Kabupaten Deli serdang menyatakan bahwa :

(52)

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten Deli Serdang

No Jenis Perizinan Jangka Waktu

Penyelesaian

Besaran Retribusi

Dasar Hukum Perizinan

1 Izin Mendirikan Bangunan

a.

b.

Rumah Tempat Tinggal (RTT)

Rumah Tempat Tinggal Usaha

c.

(RTTU/RUKO)

d.

IMB Pagar Perbatasan IMB Reklame (Baliho,Billboard, Papan Merk Toko/ Usaha yang

Luas Bangunan X Rp.6.850,-

Luas Bangunan X Rp.35.700,-

Panjang Pagar X Rp.3.000,- RAB X Luas Reklame X 3,5% Keterangan :

1. RAB Baliho = Rp.1.500.000 2. RAB Billboard = RP.3.000.000 3. RAB Bando = RP.3.000.000 4. RAB Papan Merk Toko/ Usaha Yang melekat di bangunan = Rp.1.500.000

5.RAB Papan Merk Toko / Usaha Yang Konstruksi Sendiri =

1.Perda No.6 Tahun 2011 Tentang Deli Serdang No 688 Tahun 2012 Tentang

Del Serdang No 8016 Tahun 2014 Tentang

2 Izin Gangguan Tempat Usaha

a.

Perusahaan Industri

Industri

Ho Industri Skala Kecil

Ho Industri Skala Menengah

b.

Ho Industri Skala Besar

Non Industri

Ho Non Industri Skala Kecil

Ho Non Industri Skala

menengah Ho Non Industri Skala Besar

Ditetapkan dalam tabel Retribusi Izin Gangguan Industri dan Non Industri

3 a.

Izin Usaha Perdagangan SIUP Skala Kecil b. SIUP Skala Menengah c. SIUP Skala Besar

Tanda Daftar Perusahaan TDP Skala Kecil b. TDP Skala Menengah

a. Papan Merk Toko/Usaha,

Spanduk,Umbul-umbul (Tdk

Permanen)

10 Hari Non Retribusi

6 Izin Usaha Jasa Konstruksi

b.

Izin Laboratorium Kesehatan 8 Hari

Izin Unit Tranfusi Daarah

Non Retribusi

10 Izin Usaha Toko Modern (IUTM) 8 Hari Non Retribusi

(53)

4.2.2 Hambatan-hambatan yang Timbul dalam Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan baik bagi Masyarakat maupun Pemerintah Kecamatan Sunggal

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Surya Rusfantri Nst, ST. MPd Selaku Kasubbag Program Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Deli Serdang menyatakan sebagai berikut :

Kegiatan pembangunan adalah mengolah sumber alam dan mengubah lingkungan hidup. Perubahan lingkungan ini dapat memutuskan mata rantai dalam berbagai siklus, yang hidup dalam ekosistem, sehingga mengganggu keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan. Karena itu sangatlah penting agar proses pembangunan dilaksanakan dengan memelihara keutuhan berfungsinya berbagai siklus yang hidup dalam ekosistem.

“Hambatan utamanya adalah belum diundangkannya Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Deli Serdang dan turunannya seperti Perda tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan, sehingga bagi beberapa ketentuan banguan seperti perusahaan, hotel, rumah sakit, komplek perumahan, dan bangunan besar lainnya harus mengurus/memperoleh izin peruntukan dari Bupati Deli Serdang terlebih dahulu baru kemudian, pengusaha/pelaku usaha membuat Dokumen Lingkungan Hidup, selanjutnya mengurus IMB...”

Dokumen Lingkungan Hidup ada 3 jenis

1. AMDAL (berdasarkan Permen LH Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Dokumen AMDAL)

2. UKL-UPL (Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 1536 Tahun 2014 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dokumen Lingkungan Hidup)

3. SPPLH (Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 1536 Tahun 2014 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dokumen Lingkungan Hidup) (Wawancara, Desember 2016).

(54)

lingkungan hidup dapat ditekan sekecil mungkin.

Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Bapak Surya Rusfantri Nst, ST. MPd Selaku Kasubbag Program Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Deli Serdang yang menyatakan :

Kebijaksanaan yang diambil dalam kaitannya dengan sumber daya alam dan lingkungan hidup terhadap pelaksanaan akan selalu berubah dan disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri.

“Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijaksana akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan akan mengganggu keberlanjutan usaha pembangunan dan bahkan mengancam ekosistem dan peradaban manusia. Untuk itu pandangan jangka pendek yang berorientasi ekonomi harus diubah menjadi pandangan atau paradigma keberlanjutan yang bertumpu pada pemikiran perlunya keadilan antar generasi...”(Wawancara , Desember 2016).

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus disesuaikan dengan aktifitas dari kegiatan sebuah perusahaan oleh karena itu harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang telah ditetapi oleh peraturan perundang-undangan, baik berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah yang diterbitkan oleh Pemerintah yang terkait.

Seperti yang telah diketahui bahwa untuk mendapatkan IMB maka diperlukan sertifikasi Amdal yang telah disetujui oleh instansi yang bertanggung jawab untuk menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil penilaian analisis dampak lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup.

(55)

dengan masalah lingkungan Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 beserta Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2012 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) ada mengatur tentang Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhdap lingkungan hidup, hal ini sesuai dengan keputusan Peraturan Bupati Deli Serdang No. 1536 Tahun 2014 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau kegiatan yang wajib memenuhi persyaratan AMDAL bagi kegiatan-kegiatan yang tidak memenuhi kriteria tersebut harus menyusul UKL dan UPL.

Bapak Surya Rusfantri Nst, ST. MPd Selaku Kasubbag Program Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Deli Serdang yang menyatakan bahwa :

“Permasalahan lingkungan hidup bersifat lintas sektoral, translokal dan lokal. Dengan demikian penanganannya harus melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu program yang terintegrasi baik horizontal maupun vertikal...”(Wawancara, Desember 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan izin mendirikan bangunan baik bagi perusahaan maupun pemerintah Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang adalah bahwa secara

Adapun hambatan-hambatan yang dijumpai dalam pemberian Izin mendirikan bangunan di Kecamatan Sunggal adalah:

prinsipil tidak ada kendala yang diihadapi namun secara operasionil aparat yang menjalankan tugasnya untuk memeriksa dan melakukan pengawasan dilapangan dijumpai beberapa hambatan.

1. Kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya IMB bagi kepentingannya sendiri, masyarakat dan demi kelestarian lingkungan.

(56)

fungsi ekosistem dalam mendukung pembangunan.

Akibat kurang sadarnya, masyarakat akan pentingnya IMB bagi pembangunan dapat menimbulkan risiko-risiko kerusakan pada kemampuan dan fungsi sumber alam dan lingkungan hidup. Adapun risiko-risiko yangakan timbul dari kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya IMB tersebut adalah:

Kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya IMB tersebut membawa dampak negatif kepada usaha untuk mencegah dan melindungi lingkungan hidup sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kawasan yang tentunya dapat mengurangi jumlah bangunan yang telah memenuhi syarat dan prosedur dari proses pembangunan.

a. Rusaknya berbagai sistem pendukung peri kehidupan yang vital bagi manusia, baik sistem biofisik maupun sosial;

b. Munculnya bahaya-bahaya baru akibat ciptaan manusia, seperti bahan berbahaya dan beracun dan hasil-hasil bioteknologi;

c. Pengalihan beban dan risiko kepada generasi berikutnya atau kepada sektor atau kepada daerah lain;

d. Kurang berfungsinya sistem organisasi sosial dalam masyarakat;

e. Kurangnya Dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pihak perusahaan untuk menerbitkan IMB.

2. Birokrasi dan Prosedur yang tidak dimengerti oleh masyarakat untuk mendapatkan Izin mendirikan bangunan (IMB)

(57)

tindakan untuk melindungi lingkungan dari segala usaha dan/atau kegiatan yang akan membawa dampak negatif terhadap daya dukung lingkungan hidup.

Prosedur dan persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan bangunan telah diatur dan ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan Yang telah dikeluarkan oleh setiap daerah masing-masing.

Banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kelayakan untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan menyebabkan terjadinya Birokrasi dan prosedur yang berbelit-belit dan tidak dimengerti oleh masyarakat sehingga menyulitkan untuk mengurus mendapatkan izin mendirikan bangunan.

Hal ini bertambah parah dengan lemahnya SDM dari aparat yang bertanggung jawab untuk mengurus mendapatkan izin mendirikan bangunan. Hal ini disebabkan karena adanya kerancuan secara kelembagaan lingkungan hidup dan otonomi daerah karena masih belum terpolanya pengertian manajemen lingkungan hidup yang baik.

(58)

Oleh karena itu untuk menunjang adanya saling keterkaitan antara masyarakat dengan kelembagaan untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan maka perlu disusun suatu system administrasi yang baik sehingga dapat menentukan peran dan wewenang dalam pelaksanaan penerbitan izin mendirikan bangunan dengan hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.

3. Kurangnya Kebijakan dan Sosialisasi dari Instansi yang berwenang mengenai pentingnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Sistem administrasi yang baik tentunya mempunyai peran yang sangat penting untuk dijadikan pedoman dari setiap aparatur pemerintah dan secara kelembagaan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk melayani masyarakat. Hal ini dipandang dari aspek ekonomi, sosial politik dan lingkungan dari setiap kelembagaan sehingga tercipta hubungan yang baik dengan masyarakat.

Permasalahan mengenai kurangnya kebijakan dan sosialisasi dari instansi yang berwenang mengenai pentingnya izin mendirikan bangunan bagi masyarakat dan pihak perusahaan adalah merupakan permasalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Hal ini disebabkan karena pemerintah dengan diwakilkan oleh instansi yang berwenang untuk itu telah memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi dan melakukan pengawasan yang baik kepada segala jenis usaha dan/atau kegiatan yang terjadi di lingkungan masyarakat.

(59)

bertanggung jawab, tetapi harus dilengkapi dengan langkah-langkah usaha pengembangan konsumsi dan pola hidup yang wajar sesuai dengan kemampuan daya dukung alam menopangnya sambung-sinambung untuk jangka panjang.

4. Keterbatasan Biaya

Berdasarkan hasil penelitian bahwa masyarakat Kecamatan Sunggal masih dalam relatif rendah untuk mengetahui fungsi dan manfaat dari adanya izin mendirikan bangunan dan kelengkapan dokumen AMDAL untuk mendirikan bangunan. Keadaan ini cukup mengkwatirkan disebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang masih dalam taraf pendidikan yang rendah.

Masalah biaya mendapatkan izin mendirikan bangunan merupakan permasalahan klasik yang saat ini sedang dialami oleh masyarakat. Banyaknya prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi menyebabkan terjadinya pengeluaran biaya (cost) yang cukup besar ditambah lagi dengan banyaknya pungutan liar yang sering terjadi dilapangan yang dilakukan oleh oknum aparat yang tidak bertanggung jawab awab yang mengatas namakan instansi tertentu yang berhubungan dengan proses pembuatan izin mendirikan bangunan.

(60)

Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan akan semakin meluas akibat dari banyaknya bangunan-bangunan, usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan dan tidak melengkapi pembuatan dokumen AMDAL. Oleh karena itu pemerintah Kecamatan Sunggal harus segera mengantisipasi dengan melakukan social control bagi segala usaha dan/atau kegiatan yang tidak peduli terhadap Pengelolaan lingkungan hidup.

5. Penegakan Ketentuan Hukum Yang Tidak Konsisten

Secara konseptual, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilaitahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan .mempertahankan kedamaian perhaulan hidup di dalam masyarakat.

Penegakan hukum dapat dilakukan melalui penyuluhan hukum sebagai tindakan preventif, pengawasan dan penindakan sebagai tindakan represif. Oleh karena itu, hukum yang ingin ditegakkan harus baik dan tidak bertentangan satu sama lain, baik secara vertical maupun horizontal. Selain itu juga harus didukung oleh aparat hukum dan sarana yang memadai.

Suatu peraturan perundang-undangan atau hukum dapat dianggap baik dari sudut berlakunya apabila hukum tersebut dapat berlaku secara yuridis, sosiologis, dan filosofis.

(61)

Tujuan utama pada penegakan hukum lingkungan itu sendiri pada hakekatnya adalah untuk mempertahankan dan menciptakan kestabilan terhadap perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Berbagai peraturan perundang-undangan beserta peraturan pelaksanaannya tentang izin mendirikan bangunan telah diterbitkan untuk maksud dan tujuan tersebut serta untuk menjaring para pelanggar hukumnya yang tidak bertanggung jawab.

Penegakan hukum yang tidak konsisten adalah merupakan tindakan pelangaran yang dilakukan oleh masyarakat yang memerlukan izin mendirikan bangunan untuk mendirikan bangunan dan oknum aparat yang mempunyai wewenang terhadap ketentuan dan ketidak konsisten terhadap pelaksanaan ketentuan peraturan yang mengatur ketentuan untuk memperoleh izin mendirikan bangunan dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Pelanggaran terhadap penegakan hukum merupakan sesuatu yang harus segera ditindak dan ditertibkan oleh setiap penegak hukum. Oleh karena itu diperlukan sanksi yang cukup keras untuk mengatur mengenai pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur tentang pelaksanaan untuk memperoleh izin mendirikan bangunan.

(62)

penegakan hukum dan disertai dengan dorongan peran aktif masyarakat (LSM) untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam setiap ekonomi dan sosial.

Pada pelanggaran lingkungan yang merupakan tindak pidana lingkungan harus segera ditangani dalam upaya penegakan hukum lingkungan. Oleh karena itu penanggulangannya pun beraneka ragam, mulai dari penerangan atau penyuluhan hukum sampai pada penjatuhan sanksi apabila terjadi pelanggaran. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melalui berbagai instrumen hukum, yaitu Administrasi (Tata Usaha Negara), Pidana ataupun Perdata.

4.2.3 Hubungan antara Izin Mendirikan Bangunan dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal

Pengaturan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara nasional baru dilakukan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini Sebagai langkah pertama, Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara (PAN) telah mengadakan rapat Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pencegahan Pencemaran pada tahun 2016.

(63)

Hal tersebut diatas terkait dengan pernyataan Bapak Drs. Hendra Wijaya selaku Camat Sunggal Kabupaten Deli Serdang menyatakan sebagai berikut :

“Suatu kaitan penting dari dasar penentuan kebijaksanaan pemanfaatan serta pengamanan lingkungan hidup adalah dengan adanya program pernbangunan berwawasan lingkungan...”(Wawancara, November 2016).

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah sistem analisis terhadap sejauh mana dampak atau pengaruh-pengaruh yang timbul terhadap suatu kegiatan yang akan direncanakan.

Dampak besar dan penting terhadap kegiatan usaha dan/atau kegiatan biasanya timbul akibat kegiatan dari segala aspek dan komponen lingkungan yang akan terkena rencana usaha dan/atau kegiatan yang membawa dampak berdimensi luas dan kompleks.

Kegiatan pembangunan dan industri pada pertumbuhannya merupakan kegiatan yang berdampak potensial terhadap lingkungan fisik, biologis, kimiawi, baik yang bersifat biotik dan abiotik, seperti penurunan kualitas air, udara, tanah dan seterusnya. Potensi dampaknya tentunya akan sangat berarti dan sering terkait pula dengan aspek lingkungan sosial seperti yang telah sering diberitakan.

(64)

Sehubungan dengan besarnya dampak dari pembangunan dan kegiatan industri diperlukan suatu analisis yang dapat mencegah dan menanggulangi dari dampak negatif dari suatu usaha dan/atau kegiatan dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Prinsip demikian didasarkan kepada sistem Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk kegiatan yang sudah dan atau sedang berjalan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan dalam melakukan usaha dan/atau kegiatan. Hal itu merupakan konsekuensi dari kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Konsekuensinya adalah bahwa syarat akan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup harus dicantumkan sebagai ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

Senada dengan hal itu berikut kutipan wawancara dengan Bapak Rahmat Azahar Siregar, S.STP selaku Sekretaris Camat Sunggal Kabupaten Deli Serdang menyatakan bahwa:

“Hubungan Izin mendirikan bangunan dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup dalam menghadapi sifat pembangunan yang semakin kompleks sangatlah penting sekali terutama dalam hal memiliki (ruimte) yang dari sudut sosial, ekonomi dan budaya yang menciptakan syarat-syarat yang paling mengntungkan bagi pengembangan hidup masyarakat di wilayah Kecamatan Sunggal...”

(Wawancara, November 2016).

(65)

udara, pertahanan, rekreasi, perlindungan alam, pertanian, industri dan lain-lain harus diatur secara serasi dan seimbang dengan pengelolaan lingkungan hidup dimana koordinali yang dilakukan oleh pemerintah setempat bersifat horizontal dan vertikal.

Hal ini tidaklah hanya meliputi perencanaan dari sudut ilmiah (dengan studi telebih dahulu) dan dari sudut pemerintahan (setelah diadakan penyerasian berbagai kepentingan) struktur ruang akan tetapi juga mengenai pelaksanaan tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Gagasan ini bukanlah suatu keharmonisan yang tetap dan statisakan tetapi merupakan suatu kedinamisan. Perubahan terhadap eksploitasi sumber dayaalam, pembangunan investasi, penerapan teknologi modern, perubahan kelembagaan seperti pelaksanaan otonomi daerah, kesemuanya itu haruslah konsisten dengan kebutuhan pada saat ini dan dimasa mendatang.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi sebagai berikut : “Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemunginan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.”

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan pentingnya suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

(66)

beraneka ragam menurut bentuknya, ukuran, tujuannya, sasarannya dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan akan berbeda menurut letak geografi, keanekaan fakor lingkungan, pengaruh manusia dan sebagainya. Oleh karena itu, tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervariasi pula. Dengan demikian, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan yang berbeda-beda pula.

Penerbitan Dokumen AMDAL sangat diperlukan untuk memberikan arahan tentang komponen kegiatan mana yang harus diberikan izin setelah terlebih dahulu kelayakan AMDAL mendirikan bangunan tersebut telah diteliti dan diperiksa komponen-komponen yang berhubungan dengan sertifikasi Amdal di Kecamatan Sunggal.

Kaitan Amdal dengan IMB diatur pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Pada peraturan ini mengatur mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup. Apabila skala /besaran suatu jenis rencana usaha dan/atau kegiatan lebih kecil dari pada Skala/besaran atas dasar pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung daya tampung lingkungan serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting terhadap lingkungan hidup.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1. Daftar Keselurahan Desa di Kecamatan Sunggal
Tabel 4.1. (Lanjutan)
Tabel 4.2.  Luas Desa dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan Sunggal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi

Suatu bangunan yang didirikan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai wujud bahwa penyelenggaraan proyek konstruksi bangunan telah dijalankan sesuai

Sosialisasi yang dilaksanakan dapat memaksimalkan pengetahuan masyarakat terhadap arti pentingnya izin mendirikan bangunan (IMB) dan mengetahui bahwa dengan adanya

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Izin mendirikan Bangunan

dengan ini mengajukan permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang dikeluarkan oleh daerah yang bertanggung jawab untuk memungkinkan pemilik bangunan gedung melaksanakan izin baru,

Berikut ini adalah salah satu kasus tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang ada Di Kabupaten Deli Serdang, izin yang telah diberikan oleh Bupati Deli Serdang dan kemudian

Dengan adanya latar belakang tersebut pada akhirnya efektivitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khususnya sektor industri pariwisata harus lebih dikaji lebih dalam, baik