• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelatihan Dasar Pendampingan Sosial"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan, akhirnya Modul Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga dapat diselesaikan. Modul ini sangat kontekstual dengan kebutuhan seorang pendamping sosial dalam setting apapun. Peran dan etiket pendampingan sangat dibutuhkan yang akan mewarnai proses membangun dan menguatkan sistem dukungan sosial terhadap pelayanan Penerima Manfaat (PM).

Modul ini termasuk muatan modul inti yang tidak terlepas dari muatan modul lainnya. Secara umum muatan modul terbagi 3 besaran yaitu Materi Dasar; Materi Inti; dan Materi Penunjang. Setiap muatan modul saling berkaitan dan bertujuan mendukung penguatan kompetensi para pendamping sosial. Kami berharap penerapan modul ini prosesntasenya lebih besar pada peningkatan keterampilan peserta. Sehingga peserta mampu mempraktekkan bagaimana membuat, menguatkan bahkan mengembangkan sistem dukungan sosial keluarga dan masyarakat yang sudah ada.

Dengan bahasa yang sederhana dan ringkas modul ini diharapkan bisa digunakan atau dimanfaatkan pula sebagai referensi untuk pengembangan dan penguatan kapasaitas pendamping sosial. Bahkan harapannya bisa diadaptasi dalam setting pelayanan lainnya. Bukan hanya layanan yang diberikan pendamping sosial tetapi layanan yang diberikan oleh profesi lainnya yang bersinggungan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Demikian semoga modul ini bermanfaat bagi semua kalangan, baik para praktisi, akademisi maupun penggiat pemberdayaan sosial masyarakat. Terima kasih atas kerjasamanya kepada tim penyusun modul pendampingan sosial. Salam sejahtera.

Jakarta, September 2020

Kepala Pusdiklat Kesejahteraan Sosial,

(3)

Mulia Jonnie.

DAFTAR ISI

DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT DAN KELUARGA

Hal

KATA PENGANTAR ………..

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR BAGAN ………..

1. Bagan 1 Skema Pembelajaran ……… 2. Bagan 2 Membangun Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga .. 3. Bagan 3 Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga ……… DAFTAR (LEMBAR KERJA (LK)

1. LK. 1 Peran dan etiket pendampingan sosial……….. 2. LK. 2 Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan

Keluarga ……….

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ….………

BAB I. PENDAHULUAN ….………

A. Deskripsi Singkat Modul ….………

B. Relevansi ….………

C. Tujuan Pembelajaran ….………

1. Hasil Belajar ….………

2. Indikator Hasil Belajar ….……… D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok

Bahasan ….……… E. Media Pembelajaran ….……… F. Metode Pembelajaran ….……… G. Skema Pembelajaran ….……… H. Proses Pembelajaran ….………

BAB II. Konsepsi Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

A. Deskripsi singkat pokok bahasan Konsepsi Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga ………..….…………

(4)

C. Rangkuman ….………

D. Lembar Kerja/ Latihan ….………

E. Evaluasi Pokok Bahasan ….………

BAB III. Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

A. Deskripsi Singkat pokok bahasan Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga ….………..

B. Uraian materi ….………

C. Rangkuman ….………

D. Lembar Kerja/ Latihan ….………

E. Evaluasi Pokok Bahasan ….………

BAB IV. Penutup ….………

REFERENSI ….………

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, Bahasan, Bahan,

Metode, Skema dan Langkah Pembelajaran

# 4 Jamlat (180 Menit)

A.

Deskripsi Singkat Modul

Pelaksanaan pendampingan sosial yang baik harus melibatkan semua pihak termasuk peran serta masyarakat dan keluarga untuk memberikan dukungan sosial kepada Kelompok Penerima Manfaat (PM). Kedudukan pendamping sangat strategis untuk menjembatani kepentingan masyarakat dan keluarga didalam memberi dukungan sosial terhadap PM yang akan menerima pelayanan kesejahteraan sosial.

Untuk itu dibutuhkan kompetensi pendamping sosial yang mampu menerapkan berbagai strategi membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga melalui pengoptimalan peran dan fungsi pendampingan sosial. Pembahasan peran dan fungsi pendampingan dibahas secara khusus di Modul 1 Dasar-dasar Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Untuk memenuhi harapan tersebut, secara umum ada dua besaran muatan yang akan diberikan pada para pendamping. Pertama memberikan pemahaman tentang konsepsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga; dan Kedua memberikan keterampilan membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga.

Penyampaian materi ini ditujukan agar peserta mampu menjelaskan konsepsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga dengan benar; serta mampu menerapkan langkah-langkah membangun dan menguatkan dukungan sosial

(6)

masyarakat dan keluarga terhadap PM dengan baik. Materi disampaikan dengan menggunakan pendekatan ceramah, tanya jawab, brainstorming, diskusi kelompok, role playing, ecomap, windows showing, studi kasus dan demonstrasi.

B. Relevansi

Proses pendampingan sosial harus dilihat dari perspektif sistem sosial yang melibat semua unsur. Layanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh pendamping sosial secara umum terbagi dua yaitu pertama, pelayanan berbasis Residential/ kelembagaan, dimana pelayanan kesejahteraan sosial dilakukan didalam Balai dan diberikan langsung kepada PM. Kedua, pelayanan kesejahteraan sosial berbasis masyarakat/ keluarga. Kedudukan masyarakat dan keluarga pada pendekatan ini adalah sebagai subjek dari proses perubahan itu sendiri. Karenanya seorang pendamping harus memfasilitasi, mediasi dan memberi advokasi agar proses pendampingan sosial mendapatkan dukungan sosial dari masyarakat dan keluarga. Karena secara tidak langsung, dukungan sosial tersebut akan berpengaruh positif terhadap PM didalam proses refungsionalisasinya didalam kehidupan sosial masyarakat.

Pendamping sosial harus melihat keberadaan Penerima Manfaat (PM) sebagai bagian anggota masyarakat dan keluarga. Selain itu masyarakat dan keluarga PM juga harus dilihat sebagai bagian dari sistem pelayanan sosial kesejahteraan sosial. Maka kehadiran pendamping sosial berfungsi sebagai fasilitator yang berperan menjembatani kepentingan program layanan dengan kebutuhan PM akan pelayanan kesejahteraan sosial yang menjadi hak dari PM.

(7)

Sebagai fasilitator/ mediator, maka seorang pendamping perlu dibekali berbagai pemahaman. Baik pemahaman yang bersifat dasar, inti dan penunjang. Untuk peningkatan pemahaman bersifat dasar seorang pendamping sosial akan memperoleh materi dasar, meliputi: Dasar-Dasar Pelayanan Kesejahteraan Sosial; Pengetahuan tentang PPKS dan PSKS; Kebutuhan Dasar Manusia dan Perilaku manusia dan lingkungan Sosial. Materi inti, meliputi: Tahapan pertolongan; Komunikasi, Relasi Sosial dan Kerjasama Tim (Team Work); Teknis fasilitasi; Advokasi sosial; Kolaborasi, Koordinasi dan Jejaring Kerja; Dukungan social masyarakat dan keluarga, pencatatan dan pelaporan; Sedangkan yang termasuk materi penunjang adalah kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Materi-materi diatas, tidak berdiri sendiri. Masing-masing materi saling berkaitan dan saling melengkapi. Dengan porsi peningkatan keterampilan mendapat porsi yang lebih besar yaitu tujuh puluh persen (70 %) sisanya muatan materi bersifat pemberian pengetahuan dan peningkatan sikap.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Pembelajaran

Setelah selesai membaca modul ini diharapkan fasilitator pusat maupun fasilitator daerah (fasilitator di Balai Besar Pelatihan Kesejahteraan Sosial di 6 Regional di Indonesia) mampu menerapkan dan memodifikasi berbagai strategi membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga sesuai dengan kebutuhan lokal masing-masing wilayah. Sehingga proses penerapan dan modifikasi tersebut diharapkan memberi dampak positif kepada peningkatan kapasitas para pendamping sosial sebagai peserta

(8)

pelatihan yang mampu menjalankan peran dan fungsinya menguatkan sistem dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap Penerima Manfaat (PM)

2. Indikator Keberhasilan pembelajaran

Setelah membaca modul dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap PM, diharapkan fasilitator pusat dan daerah dapat,

i. menjelaskan konsep dasar dukungan sosial masyarakat dan keluarga dengan benar. Selanjutnya diharapkan dapat mengadaptasi konsep dasar tersebut sesuai dengan setting layanannya. Seperti setting layanan pada Pendampingan Anak; Pendampingan Disabilitas Berat; Pendampingan Eks Napi; Pendampingan Eks WTS; Pendampingan HIV/AIDS; Pendampingan KAT; Pendampingan KAT Profesional; Pendampingan Korban Perdagangan Orang; Pendampingan KUBE; Pendampingan Lanjut Usia; Pendampingan Napza; Pendampingan PKH; Pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan Pendampingan UEP.

ii. menerapkan langkah-langkah membangun dan penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap PM, baik dalam bentuk mendemonstrasikan penerapan strategi membangun dan menguatan dukungan sosial maupun mensimulasikan pelaksanaan langkah-langkah pembentukan dan penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap PM pada Pendampingan Anak; Pendampingan Disabilitas Berat; Pendampingan Eks Napi; Pendampingan Eks WTS; Pendampingan HIV/AIDS; Pendampingan KAT; Pendampingan KAT Profesional; Pendampingan Korban Perdagangan Orang; Pendampingan KUBE; Pendampingan Lanjut Usia; Pendampingan Napza; Pendampingan PKH;

(9)

Pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan Pendampingan UEP.

D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

1. Konsepsi Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga untuk Penerima Manfaat

a. Batasan

b. Tujuan

c. Alasan atau perlunya dukungan sosial

d. Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial

e. Faktor penghambat Dukungan Sosial

f. Dampak Dukungan Sosial

g. Fungsi Dukungan Sosial

h. Prinsip-prinsip Pendamping Sosial Dalam memberikan dukungan sosial.

i. Bentuk Dukungan Sosial

2. Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga untukPenerima Manfaat

a. Strategi Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial

(10)

E. Media Pembelajaran

Media belajar yang dipergunakan adalah :

1. Satu Unit Laptop

2. Jaringan internet/ LMS

3. LCD, projector

4. Kertas flipchart, spidol,

5. Bahan presentasi 6. Sticky notes 7. Modul 8. Video 9. Kertas plano 10. Lembar Kerja

F. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan adalah

1. Ceramah dan Tanya Jawab

Penyampaian materi disampaikan, diawali dengan penjelasan materi secara utuh dan menjelaskan pokok bahasan serta sub-sub pokok bahasannya.

(11)

2. Curah pendapat

Disela penjelasan atau kadang diakhir penjelasan fasilitator memberikan ruang dan waktu untuk bercurah pendapat sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan. Diakhir materi juga diberikan waktu bercurah pendapat tentang muatan materi secara komprehensif.

3. Diskusi Kelompok dan windows showing

Peserta juga diberikan kesempatan berdiskusi dalam kelompok. Ini dilakukan untuk mengasahkan kemampuan peserta memecahkan masalah lewat diskusi kelompok memecahkan masalah dukungan sosial. Selain itu peserta juga diberikan kesempatan untuk memotret hasil kerja kelompok lain dan membandingkan hasil kelompok satu dengan kelompok lainnya.

4. Pembahasan kasus

Kasus diberikan sebagai bahan untuk menganalis, memecahkan masalah, dan bagaimana bertindak mengatasi permasalahan penguatan dukungan sosial.

5. Role Playing; yaitu permainan peran.

Metode permainan peran penting untuk menguatkan peningkatkan kemampuan melakukan dukungan sosial. Jadi penyampaian materi bukan sekedar penyampaian konsepsi tapi bagaimana menerapkan kemampuan berperan.

6. Pemutaran Video/Film.

Pemutaran video dilakukan untuk memberikan variasi penyampaian metode pembelajaran yang memberikan inspirasi untuk memecahkan kasus.

G. Skema Pembelajaran

Penyampaian materi menggunakan metode yang variatif dan interaktif. Proses pembelajaran diawali dengan menggunakan metode presentasi. Fasilitator

(12)

menjelaskan deskripsi singkat materi dukungan sosial masyarakat dan keluarga, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan menjelaskan pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan. Tujuannya untuk memberi gambaran utuh tentang konsepsi dan pentingnya pendampingan sosial untuk membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga serta keterkaitan materi dukungan sosial masyarakat dan keluarga dengan materi lainnya.

Setelah memahami konsepsi dasar dukungan social masyarakat dan keluarga, fasilitator harus mampu melakukan transfer of skill untuk mengimplementasikan konsepsi dasar agar peserta mampu meningkatkan keterampilan menerapkan langkah-langkah membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga. Metode yang digunakan dengan diskusi kelompok, permainan peran (role play), windows showing, review dan ditutup dengan refleksi tentang “Pengalaman berharga apa yang didapat dari materi ini?”. Modul ini di sampaikan dalam 4 jam pelatihan atau 180 menit.

Skema pembelajaran penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga untukpemberdayaan PM dapat dilihat pada Bagan 1 dbawah ini.

Bagan 1 Skema Pembelajaran

(13)

H. Proses Pembelajaran

Langkah 1 : Perkenalan (5 menit)

1. Mengucapkan salam

2. Mengenalkan diri

3. Menanyakan jati diri peserta pelatihan.

Langkah 2 : Pengantar (10 menit)

1. menjelaskan judul modul/ materi yang akan disampaikan, deskripsi modul dan relevansinya dengan modul-modul lainnya dalam pelatihan pendampingan sosial. (ppt. 1-4)

2. Menjelaskan tujuan pembelajaran, pokok bahasan, skema pembelajaran. (ppt. 5-7)

3. Menjelaskan bahan dan media pembelajaran. (ppt.8)

(14)

keluarga (75 menit)

1. Menjelaskan tentang batasan dari dukungan sosial masyarakat dan keluarga (ppt. 9-11)

2. Menjelaskan tujuan dukungan social masyarakat dan keluarga (ppt. 12-14)

3. Brainstorming: Membuka pertanyaan, tambahan dan tanggapan dari para

peserta

4. Mempresentasikan konsepsi tentang Alasan atau perlunya dukungan sosial Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial; Faktor penghambat Dukungan Sosial; Dampak Dukungan Sosial; Fungsi Dukungan Sosial; Prinsip-prinsip Pendamping Sosial Dalam memberikan dukungan sosial; Bentuk Dukungan Sosial dan kaitkan dengan peran dan etiket pendampingan. (ppt. 15-22)

5. Beri tugas LK. 1 (ppt. 23) 6. Diskusi kelompok LK. 1

7. Menginventarisir hasil diskusi kelompok dan direview.

8. Brainstorming: Membuka pertanyaan, tambahan dan tanggapan dari para

peserta

Langkah 4 : Pokok bahasan kedua penguatan dukungan sosial (80 menit)

1. Menjelaskan bahasan kedua membangun dan penguatan dukungan sosial. Sub yang di jelaskan adalah strategi dan langkah membangun dan penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga. (ppt. 24-27)

(15)

3. Membagi tugas kelompok dengan LK.2 (ppt. 28)

4. Tiap kelompok melakukan windows showing ke kelompok lain.

5. Ekspos hasil windows showing.

(16)

Langkah 5 : Refleksi dan evaluasi (10 menit)

1. Fasilitator mereview keseluruhan modul

2. Tanya jawab

3. Refleksi peserta

4. Evaluasi proses pembelajaran.

(17)

BAB II

Konsepsi D ukungan Sosial Masyara kat dan

keluarga Terhadap Kelompok Penerima

Manfaat

A. Deskripsi

Singkat

Konsepsi

Dukungan

Sosial

Masyarakat dan Keluarga

Sesi ini membahas beberapa point penting tentang Batasan konsepsi dasar dukungan sosial masyarakat dan keluarga; Tujuan dukungan sosial; Alasan atau perlunya dukungan sosial; Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial; Faktor penghambat Dukungan Sosial dan Penguatan dukungan sosial; Dampak Dukungan Sosial dan penguatan dukungan sosial; Fungsi Dukungan Sosial dan Penguatan Dukungan Sosial; Prinsip-prinsip Pendamping Sosial Dalam memberikan dukungan sosial dan Penguatan Dukungan Sosial; serta Bentuk Dukungan Sosial dan penguatan dukungan sosial

Penyampaian materi tersebut, seyogyanya tidak terlepas dan harus dikaitkan dengan transfer knowledge agar pendamping sosial mampu memahami peran dan fungsinya dalam membangun dukungan sosial sesuai dengan setting layanannya masing-masing. Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah proses pendampingan juga harus memperhatikan etiket pelayanan kesejahteraan sosial terutama dalam membangun relasi praktek pekerjaan sosial. Karena setiap masyarakat mempunyai nilai, norma dan budaya masing-masing.

Tantangannya adalah fasilitator harus mampu mengadaptasi dan mengembangkan konsepsi dasar membangun dukungan sosial ini dengan

(18)

berbagai setting layanan, yaitu setting pada pendampingan anak; pendampingan disabilitas berat; pendampingan eks napi; pendampingan eks WTS; pendampingan HIV/AIDS; pendampingan KAT; pendampingan KAT profesional; pendampingan korban perdagangan orang; pendampingan KUBE; pendampingan lanjut usia; pendampingan napza; pendampingan PKH; pendampingan RTLH/ Rutilahu; dan pendampingan UEP.

B. Uraian Materi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 5 ayat 1 menjelaskan bahwa sasaran pendampingan sosial ditujukan kepada perseorangan; keluarga; kelompok; dan/ atau masyarakat. Sasaran pendampingan sosial menurut ayat 2 diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial kemiskinan; ketelantaran; kecacatan; keterpencilan; ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; korban bencana; dan/ atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

PM sebagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) menurut pasal 12 ayat 3 harus diberdayakan melalui proses pendampingan sosial. Salah satu tugas pendampingan sosial adalah memfasilitasi dampingan agar mampu memanfaatkan sistem sumber. Sistem sumber pertama dan utama untuk memberdayakan Penerima Manfaat (PM) adalah masyarakat sekitarnya dan keluarga.

Dalam proses dampingan sosial, seorang pendamping harus melihat PM sebagai manusia yang mempunyai jiwa disamping raganya. Raga dan jiwa

(19)

manusia pasti mempunyai kebutuhan dan masalah. Saat mereka tidak mampu atau mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan raganya, maka mereka akan mengalami keterbatasan. Selama proses pendampingan, seorang pendamping harus mampu membangun kesadaran, motivasi dan daya juang PM untuk berubah, dengan dukungan sosial masyarakat dan keluarga.

1. Batasan

a. Batasan dukungan sosial masyarakat

Masyarakat punya pengaruh besar didalam membentuk kepribadian dan pola

perilaku setiap anggotanya. Sebagai bagian dari masyarakat PM juga membutuhkan peran serta masyarakat untuk ikut aktif memulihkan,

mengembangkan dan terlibat dalam proses pengembangan diri PM. Penerimaan masyarakat, merupakan langkah awal yang baik untuk meningkatkan langkah dukungan sosial selanjutnya. Penerimaan terhadap keberadaan PM akan memberi energi positif bagi PM untuk lebih nyaman membangun kehidupan sosial secara normal. Namun rendahnya dukungan masyarakat juga perlu disikapi dengan positif. Rendahnya dukungan mungkin dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pemahamannya yang kurang tentang dampak sikap dan perilaku mereka terhadap PM sebagai bagian masyarakat. Seperti memberikan stigma terhadap penyandang

(20)

disabilitas akan berdampak memperparah kondisi psikis, dan psikososial PM.

Dalam kasus klinis. Seperti kasus pemasungan, Penyandang Disabilitas Mental (PDM), depresi, maupun Ketergantungan Napza. Seorang pendamping sosial harus mampu membangun kesadaran masyarakat untuk tidak menambah parah kondisi klinis PM. Untuk mengurangi kondisi klinis, hal yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah memberikan perhatian, tidak memberikan stigma, mengakui keberadaan PM sebagai bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan. Dalam kasus PDM (Penyandang Disabilitas Mental) berdasarkan hasil penelitian (Husmiati, 2017), rendah sekali dukungan masyarakat terhadap penyembuhan PDM karena beberapa tokoh masyarakat mengatakan mereka lebih senang penyandang disabilitas dipasung, daripada dilepas menurut mereka lebih baik dibawa saja oleh pemerintah, karena jika PDM dilepas ketakutan masyarakat adalah PDM mengamuk, dan masyarakat tidak mau tidak bertanggung jawab. Rendahnya dukungan masyarakat ini disebabkan karena mereka belum memahami cara pendekatan dan pemulihan atau rehabilitasi sosial yang harus dilakukan masyarakat.

Selain dukungan social yang bersifat khas seperti dijelaskan diatas, dukungan social juga harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Seperti kebutuhan fisik, ekonomi,

(21)

social dll. Namun ada hal yang sangat esensial yaitu PM, keluarganya dan masyarakat membutuhkan peningkatan pemberdayaan secara sosial dan ekonomi.

Dari penjelasan diatas maka dukungan sosial masyarakat adalah bantuan atau sokongan yang diberikan masyarakat baik secara klinis/ psikis, fisik, sosial, kesehatan, pendidikan maupun pemberdayaan secara ekonomi. Dengan pemberian dukungan sosial masyarakat tersebut diharapkan berpengaruh positif terhadap PM. PM akan semakin meningkat rasa percaya dirinya dalam berkehidupan sosial, mempunyai konsep kualitas diri, bahkan merasa diperhatikan.

b. Batasan Keluarga Pemberi Dukungan Sosial

Manusia adalah mahluk sosial, yang tumbuh dan dibentuk karakteknya dalam keluarga. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama mensosialisasikan nilai dan norma pengembangan diri dan pengembangan dalam kehidupan bersosial terhadap seluruh anggotanya. Keluarga memberikan ruang dan waktu mendidik anggotanya. Permasalahannya apakah sebuah keluarga mempunyai strategi pengasuhan/ pendidikan anggota keluarganya. Ada keluarga yang mempunyai strategi mendidik keluarga namun ada yang sama sekali tidak mempunyai strategi pendidikan terhadap anggota-anggota keluarganya.

Saat sebuah keluarga kurang atau bahkan tidak mempunyai strategi melakukan sosialisasi terhadap anggota-anggota keluarganya, maka keluarga bersangkutan akan menghasilkan produk manusa dengan berbagai keterbatasan. Dengan alasan seperti itu maka ada faktor antara

(22)

untuk memberdayakan keluarga yaitu perlunya memberdayakan keluarga. Agar keluarga mampu mengoptimalkan peran dan kedudukannya untuk membantu memberdayakan PM maka dibutuhkan proses fasilitasi dan penggerak dari seorang pendamping sosial agar keluarga mempunyai daya untuk mendukung proses pemberdayaan sosial terhadap PM.

Sebelum lebih jauh, terlebih dahulu dijelaskan konsep keluarga menurut Wikipedia, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Berdasarkan

Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).

Dilihat dari jenisnya ada beberapa jenis keluarga yaitu

1) Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak

2) Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.

(23)

3) Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

Dari gambaran diatas, maka yang dimaksud dengan keluarga pemberi dukungan sosial adalah mereka yang termasuk keluarga inti, keluarga konjugal, keluarga besar atau sistem kekerabatan yang mampu menjalankan fungsi dan perannya. Diantaranya fungsi pengasuhan dan perawatan; fungsi pengenalan nilai dan norma; pemberi kasih sayang dan pengaturan perilaku sosial yang baik.

Bila merujuk pandangan Francis dan Satiadarma (dalam Husmiati, dkk, 2017) dukungan sosial keluarga merupakan bantuan/ sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi kehidupan. Pandangan Friedman (1998) tentang dukungan sosial keluarga lebih mendetail lagi dimana ia mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Hal tersebut akan terjadi bilamana sebuah keluarga mempunyai unity (kesatuan) dimana sebuah keluarga harus mempunyai kesadaran sebagai sebuah kesatuan dengan ikatan sosiologis, psikologis dan budaya yang kuat.

(24)

2. Tujuan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

Cara pandang seorang pendamping sosial dalam membangun sistem dukungan sosial seyogyanya harus komprehensif dan tersistem. Memadukan dan mensinergikan antara dukungan

sosial masyarakat sekitar dengan dukungan keluarga PM. Ada hubungan kerja yang harmonis antara dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dan dukungan pemerintahan yang difasilitasi oleh seorang pendamping. Pendamping harus

paham terhadap posisi dan kedudukannya sebagai seorang pendamping sosial, paham juga mengenai peran dan fungsinya sebagai seorang pendamping sosial dengan segala dinamikanya.

Perlu dipikirkan sistem dukungan sosial tersebut haruslah dibangun sedini mungkin. Ini penting untuk memberikan sokongan bahwa kita ada untuk berempati, berpartisipasi dan turut ambil bagian dalam mengintegrasikan sistem dukungan sosial. Namun yang lebih penting lagi adalah bukan hanya sekedar membangun namun menguatkan dukungan social yang sudah ada. Untuk itu penting bagi seorang pendamping untuk merumuskan tujuan membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat maupun keluaga, yaitu sebagai berikut:

a. memberi motivasi dan suportif untuk membangun kondisi yang lebih baik dibandingkan tanpa dukungan sekelilingnya.

(25)

b. mengurangi efek/ dampak/ pengaruh respon dari sekelilingnya .

c. Membantu meningkatkan kesehatan mental PM, termasuk keluarganya secara langsung.

d. Dukungan yang dilakukan keluarga, keluarga besar, teman, dan tetangga turut membantu meningkatkan rasa nyaman, merasa dihargai dan bisa ambil bagian sebagai subjek pemberdayaan sosial.

3. Alasan atau Perlunya Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

Bila dilihat dari perspektif pendampingan sosial maka esensi pendampingan sosial adalah memberi dukungan terhadap pemberdayaan PM bak dukungan layanan yang berbasis residential/ kelembagaan, dukungan berbasis komunitas maupun dukungan berbasis keluarga. Pendamping sosial menjadi fasilitator, mediator, penggerak, advocator agar program pemerintah bisa berjalan dengan baik demi kepentingan pemberdayaan PM. Selain itu pendamping sosial juga harus mampu memfasilitasi atau memanfaatkan sistem sumber kesejahteraan sosial sebagai pendukung pemberdayaan sosial PM.

Masyarakat sekitar dan Keluarga sebagai sistem sumber merupakan faktor pertama dan utama turut memfasilitasi, memotivasi dan mengarahkan PM agar mampu memberdayakan diri. Menurut Wangmuba (dalam Syarif, 2017), sumber dukungan sosial yang natural atau alamiah adalah yang berasal dari keluarga; sahabat/ teman; masyarakat; dan kepercayaan penerima

dukungan sosial. Masyarakat dan keluarga memberikan kekuatan tersendiri

bagi para PM untuk berdaya. Dengan kekuatannya keluarga diharapkan mampu memberikan semangat, ide, gagasan maupun dukungan penuh bagi

(26)

PKM untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Diadaptasi dari pandangan Subardhini, (2017) beberapa alasan mengapa dukungan sosial masyarakat dan keluarga itu dibutuhkan yaitu sebagai berikut:

a. Amanat Undang Undang untuk memenuhi dan melindungi hak-hak PM.

PM sebagai makhluk sosial mempunyai hak-hak yang harus dilindungi. Untuk itu setiap orang musti memahami hak-hak PM termasuk masyarakat dan keluarga. Sehingga ketika keluarga atau masyarakat sekitar memahami hak-hak PM maka dengan pemahamannya tersebut diharapkan masyarakat dan keluarga akan memberi dukungan sosial yang lebih kuat.

Hak-hak itu adalah hak hidup; hak bebas dari stigma; hak privasi; hak keadilan dan perlindungan hukum; hak memperoleh pendidikan; hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi; hak kesehatan; hak politik; hak keagamaan; hak keolahragaan; hak kebudyaan dan kepariwisataan; hak kesejahteraan sosial; hak aksebilitas;hak pelayanan publik; hak perlindungan dari bencana; hak habilitasi dan rehabilitasi; hak konsesi; hak pendataan; hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat; hak berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi; hak berpindah tempat dan kewarganegaraan; sera hak bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi

b. Keluarga adalah lingkungan yang utama dan paling dekat dengan PM. Kenapa keluarga adalah lingkungan utama?, karena keluarga adalah tempat berinteraksi paling intim, saling mendengar, memberi pandangan,

(27)

memberikan dukungan bahkan memberi kritikan yang membangun. Kondisi tersebut telah membangun kedekatan psikologis diantara anggota keluarga yang memungkinkan PM sebagai individu akan menjadi pribadi berkaraktek, bermental baja dan mempunyai cara pandang positif baik terhadap diri PM, keluarga dan lingkungannya.

c. Idealnya keluarga mengajarkan kepada setiap anggotanya untuk hidup saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain. Apalagi saat anggota yang lainnya menghadapi kesulitan. Dukungan sosial keluarga diberikan baik dalam bentuk apapun sesuai kebutuhan PM. Proses pendampingan sosial juga seyogyanya diarahkan untuk membangun nilai-nilai saling membantu.

d. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang perlu dilaksanakan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.

Alasan lain perlunya pelibatan masyarakat dan keluarga adalah untuk mengurangi berbagai reaksi dan mengantisipasi berbagai reaksi yang timbul dari pihak lain terutama reaksi dari keluarga/ lingkungan sekitarnya. Dalam kasus Penyandang disabilitas, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial telah merumuskan berbagai reaksi yang berbeda ketika orang tua, pihak keluarga dan atau masyarakat mengetahui ada anggota keluarga mengalami gangguan kejiwaan atau menghadapi masalah kejiwaan. Seperti malu, menolak, bingung, kecewa, marah dan merasa bersalah sehingga sering muncul penolakan dan reaksi-reaksi lain seperti berikut ini :

a. Isolasi Keluarga

Keluarga cenderung menyembunyikan anggota keluarganya yang penyandang disabilitas dan menghindarkan dari pergaulan. Dengan

(28)

demikian penyandang disabilitas menjadi terkungkung, tidak bisa berkomunikasi secara baik dengan lingkungannya.

b. Stigma Keluarga

Stigma atau stempel kerap kali diterima oleh penyandang disabilitas bahkan keluarganya. Stigma membuat penyandang disabilitas dan keluarganya semakin kesulitan memulihkan kondisi penyandang disabilitas. Keberadaan penyandang disabilitas juga kerapkali dikaitkan dengan perasaan berdosa, rasa tidak layak, kekecewaan dan kemarahan. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kecacatan juga menambah kebingungan dan perasaan tidak berdaya.

c. Gangguan Komunikasi Dalam Keluarga Keberadaan penyandang disabilitas dapat menimbulkan beban mental bagi keluarga. Hal ini dapat menimbulkan gangguan komunikasi dalam keluarga, seperti cepat saling menyalahkan, sulit mendengar, penyimpangan makna, maupun Irrasional. d. Keterlantaran Emosi

Orang tua gagal menyikapi (merespon)

kebutuhan perkembangan emosi penyandang disabilitas.

Peran dan kedudukan keluarga maupun masyarakat sekitar sangatlah penting terhadap keberdayaan PM. Masyarakat dan keluarga turut membentuk sikap, pola pikir maupun perilaku PM. Kadang sikap dan perilaku masyarakat dan keluarga sekitar akan memperburuk kondisi PM. Peran pendamping sosial sangatlah penting untuk membangun keberfungsian peran masyarakat dan keluarga sekitarnya, karena sesungguhnya keluarga adalah

(29)

lingkungan pertama dan alami bagi pertumbuhan PM, dimulai sejak anak-anak sampai dewasa, mengembangkan ikatan kasih sayang yang sehat dan kuat. Selanjutnya keluarga juga merupakan sekolah pertama bagi PM dengan model utamanya adalah ayah dan ibu atau keluarga besar/ kerabat maupun masyarakat sekitarnya.

Keluarga terdekat dan masyarakat sekitar adalah sumber dukungan utama dan mustinya senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika PM membutuhkan. Dukungan keluarga seperti membangkitkan perasaan memiliki terhadap sesama anggota keluarga; memastikan hubungan kekeluargan yang berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi PM .

Menurut Argyle, ikatan keluarga yang kuat dapat menimbulkan efek buffering (penangkal) terhadap dampak stresor (pengalaman atau situasi yang penuh tekanan). Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu PM ketika dibutuhkan.

Lingkungan terdekat PM adalah sahabat atau teman sepermainan, kelompok usaha/ bisnis (perdagangan). kelompok keagamaan, kelompok aktivitas sosial, aktivitas budaya bahkan aktivitas politik ditingkat lokal/ regional maupun nasional. Dalam kasus sahabat atau sepermainan terdapat studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham yang menjelaskan hipotesis bahwa sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial dengan beberapa proses.

Proses yang pertama adalah membantu PM akan kebutuhan material atau instrumental. Penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial,membantu kebutuhan sehari-hari, menyediakan transportasi, mengantar berobat ke Rumah Sakit, menjaga dan merawat

(30)

keseharian maupun membantu memecahkan masalah. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara mengatasi masalah. Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.

Dukungan juga perlu dibangun oleh masyarakat sekitar. Dalam istilah pekerjaan sosial biasa kita kenal dengan istilah community organization atau community develoPMent. Seorang pendamping harus mampu membuat strategi menguatkan potensi community untuk membantu keberdayaan PM. Dimulai dengan memfasilitasi merancang rencana keberdayaan masyarakat untuk membantu keberdayaan PM sampai membantu merumuskan rencana tindak lanjut pemberdayaan masyarakat dan PM sebagai ujung tombak atau subjek dan objek pemberdayaan sosial.

Selain dukungan dari sahabat/ teman sepermainan atau masyarakat sekitar, dukungan juga bisa berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap pemberdayaan sosial PM dan dilakukan secara profesional sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dukungan sosial menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan pendekatan keagamaan, pendekatan kerja, teraphis, medis, atau kombinasi.

(31)

4. Faktor terbentuknya dukungan Sosial

Myers (dalam seputarpengetahuan, 2012) menyatakan terdapat empat faktor yang menyebabkan terbentuknya dukungan sosial, antara lain:

a. Empati, seorang pendamping harus mampu membangun rasa empati

terhadap PM. Karena kemampuan dan kecenderungan berempati kepada orang lain adalah motif utama dalam membangun dukungan. Rasa empati membuat seseorang ikut dalam merasakan emosi yang dialami orang lain. Dengan berempati seseorang bisa memberikan motivasi kepada orang lain untuk mengurangi masalah yang dihadapinya.

b. Norma. Keluarga atau masyarakat pasti mempunyai norma/

aturan-aturan. Pendamping sosial harus menggali norma yang dimiliki oleh masyarakat dan keluarga. Saat mengetahui dan dapat memetakan norma-norma apa yang dimiliki oleh sebuah keluarga atau masyarakat, maka akan lebih mudah bagi seorang pendamping sosial bersangkutan menjadikan norma-norma tersebutsebagai langkah awal menentukan jenis dukungan sosial apa yang bisa diberikan oleh sebuah keluarga atau masyarakat. Sehingga pendamping sosial akan membantumasyarakat dan keluarga memberikan arah untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dalam kehidupan sosial dan membangun kepedulian untuk memberikan pertolongan pada PM.

c. Pertukaran Sosial. Menurut konsepsi pertukaran sosial, maka dukungan

sosial masyarakat dan keluarga akan terbentuk bila ada reward dan ganti rugi yang akan diterima oleh masyarakat dan keluarga. Untuk itu pendekatan seorang pendamping sosial sangat dibutuhkan. Berilah

(32)

kekuatan agar masyarakat dan keluarga merasa dibutuhkan, merasa nyaman dan menjadi bagian dalam proses pembangunan dukungan sosial.

d. Ikatan darah. Seorang pendamping sosial harus memahami bahwa

tingkah laku dukungan sosial dianggap lebih menguntungkan apabila dilakukan pada individu yang mempunyai keterkaitan darah sehingga keturunannya tetap survive dibanding menolong indivu lain yang dapat menghabiskan waktu dan juga tenaga. Contoh, orang tua/ kerabat mempunyai hubungan batin yang kuat dengan anggotanya keluarga/ kerabatnya. Hubungan yang kuat menimbulkan kekuatan lain untuk menolong, saling membantu, saling menguatkan dan bekerjasama memberdayakan anggotanya.

5. Faktor yang menghambat dukungan sosial

Saat seorang pendamping social akan membangun dan menguatkan dukungan social masyarakat dan keluarga maka harus diperhatikan beberapa tantangan yang akan dihadapi baik oleh beberapa pihak didalam masyarakat maupun internal keluarga, seperti

a. Penarikan dukungan sosial.

Kenapa bisa terjadi penarikan dukungan sosial? Hal itu terjadi karena masyarakat dan keluarga enggan berhadapan dengan masalah. Mereka sendiri merasa sudah banyak masalah; ketakutan akan dikritik, tidak siap menghadapi dampak dari pemberian dukungan itu sendiri. Dilain pihak pendamping social juga menghadapi kekuatiran jika orang lain/ masyarakat dan keluarga tidak akan menolong seperti menghindar,

(33)

mengutuk diri, diam, maupun menjauh.

b. Adanya perlawan dari keluarga maupun masyarakat.

Seorang pendamping harus menghadapi berbagai dinamika respon sikap dan perilaku terhadap aktivitas pendamping didalam upaya membangun dukungan social. Seperti sikap curiga, tidak sensitif, timbal balik dan agresif.

c. Ada tindakan sosial masyarakat dan keluarga yang tidak pantas.

Banyak hal yang dijumpai dalam proses membangun dukungan. Dalam konteks ini seorang pendamping harus mengembangkan kemampuan membangun etiket perilaku. Sehingga tidak memperkeruh proses tindakan masayarakat dan keluarga. Misalnya membicarakan dirinya sendiri dengan terus menerus, menggangu orang lain, menggunakan pakaian yang tidak pantas dan tidak pernah merasa puas. Menghadapi situasi tersebut apa yang harus dilakukan oleh seorang pendamping? Etiketnya adalah tidak menyalahkan, sopan didalam mengoreksi tindakan keluarga dll.

Hambatan juga akan ditemui saat dukungan social sudah terbangun. Seorang pendamping social akan semakin sulit menguatkan system dukungan social masyarakat dan keluarga. Ini adalah awal yang kurang baik untuk menguatkan system dukungan social lebih berkembang lagi. Menurut Susilawati saat pelaksaanaan uji coba (2020) ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah

a. Adanya relasi social yang kurang kondisif.

(34)

sudah terbangun. Seperti sikap dan perilaku semakin tidak bersahabat; kecurigiaan akan muncul dan akan berkembang; muncul beberapa sifat asli beberapa personal (keangkuhan); dan yang lebih parah adakan sikap menutup diri terhadap upaya pelayanan kesejahteraan social.

b. Stigma

Pendamping social harus siap bila muncul stigma baru terhadap personal dirinya. Seperti “wah pendampingnya gak sabaran”. Atau bahkan pendamping social yang akan memberikan stigma atau lebel tertentu kepada pihak tertentu.

c. Konflik

Untuk menghadapi kondisi tersebut hindari potensi konflik apalagi malah menjadi konflik. Maka seorang pendamping harus mampu menempatkan dirinya sesuai dengan peran dan kedudukannya sebagai seorang pendamping social. Seperti memberikan advokasi; memotivasi; memberi inspirasi dll.

6. Dampak Dukungan Sosial dan Penguatan Dukungan Sosial

Seorang pendamping sosial harus bisa merumuskan kira-kira dampak apa yang diharapkan dari proses membangun dukungan sosial. Bebepa hal dampak yang diharapkan adalah sebagai berikut:

e. Dengan pelibatan masyarakat dan keluarga sekitarnya diharapkan berdampak pada peningkatan tanggung jawab masyarakat dan keluarga terhadap keberdayaan PM. Dilain pihak PM juga akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh masyarakat dan keluarga

(35)

sekitarnya. Sehingga ketika hubungan tersebut terjalin ikatan batin psikologis akan semakin menguat.

f. Penguatan dukungan sosial juga diharapkan berdampak pada menciptaan kenyaman sosial dan psikologis PM. Masyarakat dan keluarga bisa membantu mengakses dan memberikan informasi pemberdayaan sosial bagi PM khususnya.

g. Penguatan dukungan sosial juga akan membantu PM meningkatkan rasa percaya diri, menurunkan kecemasan, terutama saat berinteraksi dengan orang lain dan membantu mengembangkan ide, gagasan dan semangat berubah dan berkembang.

7. Fungsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga

Pembentukkan dan penguatan dukungan social sangat dibutuhkan. Fungsi dukungan social dan penguatannya harus dilihat dari perspektif pemberdayaan PM. Beberapa fungsi dibentuknya dukungan social dan penguatannya adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pengasuhan dan perawatan

Fungsi pengasuhan dan perawatan yang pertama dan utama akan terbentuk didalam keluarga baru kemudian tetangga dan masyarakat sekitar. Seorang pendamping sosial bertugas membangun kesadaran bahwa masyarakat dan keluarga bertanggung jawab memberikan pengasuhan dan perawatan terhadap setiap anggotanya. Tumbuh dan

kembangnya setiap anggota/ PM tergantung

kepada sejauhmana peran keluarga/

masyarakat menjalankan fungsinya.

(36)

mampu menjalankan perannya tersebut maka PM akan berada dalam kondisi yang penuh stressor. Karenanya Pengasuhan masyarakat dan keluarga erat kaitannya dengan kemampuan keluarga/ masyarakat didalam memberikan perhatian, waktu, memberikan perlindungan dan membantu tumbuh kembang setiap anggotanya.

Ada sistem yang tidak/ kurang optimal berjalan yang menyebabkan PM semakin jauh memperoleh system pelayanan dalam keluarga. Contohnya anak akan mencari perhatian lain bila fungsi pengasuhan dan perawatan keluarga tidak/ kurang berjalan sebagaimana mestinya. Anak akan sering berkumpul dan curhat dengan teman sebaya, bila salah pergaulan maka anak akan berteman dengan lingkungan yang salah yaitu lingkungan narkoba.

b. Pengenalan nilai dan norma

Masyarakat dan keluarga juga perlu dibangun kekuatannya agar mampu membuat nilai-nilai positif yang memberikan pengaruh terhadap keberdayaan sebuah masyarakat dan keluarga. Landasan nilai yang kuat akan memberikan norma atau aturan masyarakat dan keluarga yang perlu disepakati bersama. Nilai dan norma yang dimiliki oleh setiap masyarakat dan keluarga akan berdampak menjaga keteraturan masyarakat dan keluarga yang sehat saling menghormati dan menghargai.

Perubahan masyarakat berdampak sangat luas. Transformasi masyarakat yang begitu kuat berdampak pada kehidupan individualistik. Mulai menggerus nilai-nilai gotong royong, saling membantu dan saling menguatkan. Tegur sapapun sudah mulai redup, apalagi didaerah

(37)

perkotaan. Kondisi ini memperlemah nilai empati dan simpati untuk saling membantu. Akan pendamping sosial mampu membangkitkan kembali nilai-nilai dan norma masyarakat untuk menggerus nilai individualistik?

c. Kasih sayang

Saat masyarakat dan keluarga tahu dan paham terhadap posisi atau kedudukannya dilain pihak masyarakat dan keluarga dibangun oleh nilai dan norma yang dipahami dan disepakati bersama maka baik langsung atau tidak langsung kondisi tersebut akan menumbuhkan hubungan kasih sayang.

Rasa saling memberi kasih sayang akan muncul bilamana masing-masing pihak baik keluarga maupun masyarakat menjalankan perannya. Permasalahan sosial akan muncul karena pasti ada sesuatu yang salah. Faktor penyebab munculnya masalah sosial bisa diakibatkan karena berkurangnya rasa kasih sayang. Sikap masa bodoh adalah salah satu contoh perilaku berkurangnya rasa kasih sayang.

d. Pengaturan Perilaku sosial

Langkah awal untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu menguatkan system dukungan social masyarakat dan keluarga adalah membangun budaya masyarakat dan keluarga untuk saling menghargai dan salih kasih sayang. Pada tataran tertentu diharapkan akan terbangun aturan perilaku social yang membudaya. Terhabituasi.

Beberapa contoh pengaturan perilaku sosial yang terhabituasi yaitu terbentukya yayasan kematian, dimana masyarakat tiap tahunan

(38)

dikenakan iuran. Bila ada kematian lingkungan bergotong royong, saling membantu meringankan beban keluarga duka. Contoh lain ada iuran warga untuk bantuan sosial yang diperuntuhkkan bagi warga yang mengalami kesusahan.

Tantangan yang berat adalah menjaga, memelihara dan menguatkan system pengasuhan dan perawatan; mensosialisasikan pengenalan nilai dan norma; menjaga hubungan bermasyarakat dan berkeluarga dengan penuh kasih saying; dan terakhir menjaga pengaturan perilaku social tetap berjalan. Akan sulit menguatkan dukungan social bila tidak upaya tertentu dari seorang pendamping social. Bahkan lebih fatal dukungan social semakin hilang bukan menguat seperti yang diinginkan.

8. Prinsip-prinsip pendamping sosial Dalam memberikan Dukungan Sosial Masyarakat dan Keluarga

Bila merujuk dari pandangan Fahrudin (2012:96-97), maka esensi penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga adalah memberdayakan. Ada upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat dan keluarga agar mampu memberikan dukungan sosial. Hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Enabling. Dalam konteks ini seorang pendamping harus mampu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan daya dukung pemberdayaan sosial terhadap PM. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, keluarga maupun setiap masyarakat setempat khususnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

(39)

Dukungan sosial, esensinya adalah pemberdayaan dengan cara mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

b. Empowering. Agar penguatan daya dukung sosial berjalan sesuai rencana maka seorang pendamping harus meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dan keluarga. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata seperti penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang dapat membuat keluarga masyarakat menjadi makin berdaya.

c. Protecting. Pendamping sosial harus mampu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem perlindungan bagi PM itu sendiri, masyarakat dan keluarga yang menjadi subjek pemberdayaan dan pengembangan sosial. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

9. Bentuk Dukungan Sosial

Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial yang akan diberikan, seorang pendamping sosial musti melakukan pemetaan, melalui pemetaan akan teridentifikasi bentuk-bentuk dukungan yang dibutuhan

(40)

oleh PM, keluarga maupun masyarakat. Dalam kontek pemberdayaan PM, ada beberapa bentuk dukungan sosial yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang pendamping sosial menurut Friedma (dalam Husmiati, 2017) adalah sebagai berikut:

a. Dukungan Emosional

Orang-orang yang masuk katagori PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) mempunyai kondisi emosional yang tidak stabil. PM sebagai PPKS umumnya mempunyai perasaan menderita, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Dukungan emosional terhadap PM memberikan dampak positif terhadap PM, diantaranya akan menumbuhkan perasaan nyaman, maupun merasa dicintai saat mengalami depresi. Untuk itu dukungan emosional yang bisa diberikan oleh masyarakat dan keluarga adalah dalam bentuk memberi semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga PM merasa berharga, nyaman dan percaya diri menghadapi kehidupan sosialnya.

b. Dukungan Instrumental

Beberapa contoh dukungan sosial dalam bentuk instrumental, seperti penyediaan dukungan jasmaniah. Bentuk-bentuk dukungan jasmaniah dapat diberikan masyarakat dan keluarga agar PM merasa terbantu memperoleh pelayanan, memperoleh bantuan finansial dan material. Bantuan atau dukungan instumental juga bisa diberikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

menyediakan transportasi, mengantar berobat ke Rumah Sakit, menjaga dan merawat keseharian, maupun membantu memecahkan masalah.

(41)

Dilihat dari kedekatan fisik dan sosial, keluarga merupakan sistem sumber pertolongan praktis dan konkrit untuk membantu memenuhi kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya PM dari kambuh kembali dari penyakitnya khususnya dalam kasus pendampingan klinis. Menurut Jacobson dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Demikian juga apa yang diinyatakan oleh Wills bahwa dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya memberikan uang, membantu PM dalam aktivitas sehari-hari, maupun membantu menyediakan obat bagi PM klinis.

c. Dukungan Informasi

PM khususnya, maupun umumnya masyarakat dan keluarga sekitar PM sangat membutuhkan berbagai informasi seputar pemberdayaan PM. Kebutuhan akan informasi tersebut musti direspon dan difasilitasi agar kebutuhan akan informasi bisa dipenuhi. Untuk menjawab itu, seorang pendamping mengusahakan ketersediaan bank data dan informasi agar kebutuhan PM terpenuhi.

Upaya membangun jaringan komunikasi, membentuk forum-forum pendampingan maupun mengakses berbagai referensi adalah upaya yang sangat strategis untuk membangun sistem bank data dan informasi. Dengan punyanya sistem data dan informasi maka seorang pendamping sosial akan lebih mudah memberikan solusi terhadap suatu masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh PM.

Satu hal lain yang penting adalah bank data dan informasi harus di transfer kepada keluarga maupun masyarakat sekitar PM agar masyarakat

(42)

dan keluarga sekitar dapat menyediakan informasi dan pengetahuan tentang pemberdayaan, pelayanan publik, maupun terapi yang baik dan tindakan spesifik bagi penyandang masalah klinis untuk melawan stresor. d. Dukungan Penghargaan

Respon positif dari masyarakat dan keluarga terhadap PM sangatlah penting. PM akan merasa mempunyai seseorang yang bisa diajak bicara tentang masalah mereka. Dampaknya adalah tumbuhnya ekspresi pengharapan yang besar dari PM, menjadi penyemangat, memberi persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan PM dan memberikan perbandingan positif PM dengan orang lain.Misalnya masih banyak orang yang kurang mampu daripada yang bersangkutan.

Baik langsung atau tidak dukungan masyarakat dan keluarga semacam itu dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif. Menurut Cohent & Wils (Husmiati, 2017), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima. Contonya dengan memberikan pujian, menunjukkan rasa puas terhadap apa yang telah dilakukan oleh penyandang disabilitas. Sebagai penyemangat penyandang disabilitas sehingga merasa diterima didalam keluarganya.

Setelah terbangunnya dukungan social masyarakat dan keluarga yang difasilitasi oleh seorang pendamping social. Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah menguatkan bentuk-bentuk dukungan social yang selama ini sudah berjalan dengan baik.

Bentuk penguatannya adalah mensosialisasikan secara terus menerus sehingga menjadi perilaku yang melembaga dan mejadi kebiasaan saling

(43)

memberi dukungan emosional, instrumental, informasi maupun memberi penghargaan.

C.

Rangkuman

1. Untuk melangkah pada bab selanjutnya peserta pelatihan harus memahami konsepsi dasar dari dukungan sosial masyarakat dan keluarga. Yaitu konsepsi tentang Batasan; Tujuan; Alasan atau perlunya dukungan sosial; Faktor Terbentuknya Dukungan Sosial; Faktor penghambat Dukungan Sosial; Dampak Dukungan Sosial; Fungsi Dukungan Sosial; Prinsip-prinsip Pendamping Sosial Dalam memberikan dukungan sosial; serta Bentuk Dukungan Sosial.

2. Memahami konsepsi dukungan sosial masyarakat dan keluarga harus dikaitkan dengan peran pendamping social. Seorang pendamping dalam proses pendampingan dituntut untuk mampu menempatkan dirinya pada posisi sebagai apa?. Selain itu seorang pendamping harus mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan etiket dalam kehidupan social. Karena sesungguhnya setiap pribadi, kelompok bahkan masyarakat mempunyai etiket yang berbeda. Pendamping social harus bisa menempatkan diri.

D.

Lembar Kerja 1 (LK.1) Peran dan Etiket

1. Membagi peserta dengan 6 kelompok.

2. Tiga kelompok mendapat tugas untuk menginventarisir peran-peran apa yang dibutuhkan melakukan pendampingan social dan kaitkan dengan setting pendampingan social jenis apa?. Role Playing atau demonstrasikankan salah

(44)

satu jenis peran?

3. Tiga kelompok mendapat tugas untuk menginventarisir jenis etiket apa yang akan ditemui dalam proses pendampingan social dan kaitkan dengan setting pendampingan social jenis apa?. Role playing atau demonstrasikankan salah satu jenis etiket yang pernah ditemui.

4. Review hasil latihannya.

E. Evaluasi Pokok Bahasan

Setiap pokok bahasan yang telah disampaikan perlu dievaluasi. Apakah pokok bahasan yang telah disampaikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi diberikan bisa dalam bentuk permintaan ke peserta untuk mengulas kembali apa yang telah disampaikan fasilitator; fasilitator memberikan pertanyaan; mengeksplor berbagai pandangan peserta atau meminta kepada peserta lain untuk saling menanggapi, membandingkan dan meminta peserta lain untuk saling melengkapi.

(45)

BAB III

Membangun dan Menguatkan Dukungan Sosial

Masyarakat dan keluarga

A. Deskripsi Singkat Pokok Bahasan Membangun dan

Menguatkan Dukungan Sosial Masyarakat dan keluarga

Bab ini akan membahas dua sub bahasan. Pertama Strategi Membangun Dukungan Sosial dan Penguatan Dukungan Sosial; Kedua, praktek membangun dukungan sosial dan Penguatan Dukungan Sosial. Tujuan akhir dari penyampaian pada sub bahasan ini adalah peserta dapat mempraktekkan cara atau strategi baik membangun dukungan sosial maupun penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap keberdayaan PM.

Untuk itu metode yang digunakan adalah presentasi sebagai cara untuk memahamkan para peserta tentang cara membangun dan mempraktekkan penguatan dukungan sosial. Kemudian ada pembagian kelompok penugasan dan setiap kelompok mempraktekkan cara penguatan dukungan sosial masyarakat dan keluarga baik dalam bentuk role playing maupun simulasi. Kemudian setelah itu kelompok lain menanggapi kelompok penampil. Diakhir sesi fasilitator mereview tugas dari masing-masing kelompok.

(46)

B.

Uraian Materi

Sebelum benar-benar menerapkan langkah-langkah membangun dukungan social dan melakukan penguatan dukungan social, pastikan peserta

memahami konsepsi dukungan social dan penguatan dukungan social terutama harus memetakan bentuk-bentuk dukungan sosial yang akan dirancang. Setelah itu akan lebih mudah menerapkan strategi apa yang akan digunakan dan bagaimana cara melibatkan PM sebagai subjek pemberdayaan PM.

1. Strategi

Strategi membangun dan menguatkan dukungan sosial masyarakat dan keluarga terhadap PM terbagi menjadi dua. Pertama, strategi yang bersifat umum dan strategi bersifat khusus. Secara umum semua PM mendapatkan perlakukan yang sama untuk memperoleh dukungan social masyarakat dan keluarga. Saat pendamping social membangun dukungan social baik dari masyarakat maupun keluarga, ada beberapa strategi yang harus dilakukan. Diantaranya adalah,

a. Pendekatan Keluarga Sejahtera

Strategi ini menggunakan Pendekatan Keluarga Sejahtera. Keluarga sejahtera berpengaruh positif untuk menciptakan keluarga yang harmonis. Dua peneliti Stinnet dan John DeFrain (dalam Tjahyorini, 2018) dalam bukunya yang berjudul The National Study on Family Strength membuat rumusan keluarga yang bahagia dan sehat (happy and healthy family) sebagai berikut :

1) Kehidupan beragama dalam keluarga.

(47)

3) Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga 4) Saling harga menghargai sesama anggota keluarga.

5) Keluarga sebagai ikatan kelompok mempunyai rasa saling memiliki (sense of belonging).

6) Kemampuan menyelesaikan masalah.

Melalui rumusan diatas, maka seorang pendamping sosial harus pandai dan kreatif menerjemahkan dan mengaktualisasikan rumusan-rumusan diatas untuk kepentingan peningkatan daya dukung sosial keluarga terhadap PM.

b. Strategi Penguatan/ Pengembangan Masyarakat

Bila merujuk kepada pandangan Gleg (dalam Adi, 2001), maka penggunaan pendekatan pengembangan masyarakat sangatlah cocok untuk menguatkan sistem dukungan sosial masyarakat kepada PM. Ada tiga unsur ciri pedekatan ini yaitu

1) Tujuan pendekatan ini adalah memampukan masyarakat untuk mendefinisikan dan memenuhi kebutuhan mereka.

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengembangkan kemandirian dan memantapkan

rasa kebersamaan sebagai sebuah komunitas berdasarkan basis ketetanggaan. Masyarakat mempunyai jiwa percaya diri dan mampu memberi dukungan sosial kepada PM. Sehingga tumbuh rasa kebersamaan dan gotong royong untuk saling

(48)

membantu.

Masyarakat, diharapkan mampu mendefenisikan apa masalah yang dihadapi anggotanya terutama PM. Melalui beberapa diskusi atau pendekatan, komunitas diharapkan masyarakat dan melakukan tindakan untuk membantu memenuhi kebutuhan PM. 2) Proses pelaksanaan pengembangan masyarakat

Pada pendekatan kedua ini, Glen menekankan pada pentingnya kerjasama dan kreativitas. Masyarakat pada dasarnya mempunyai potensi kreativitas dan jiwa kerjasama. Dengan kreatitvitas dan spirit kerjasama, masyarakat melahirkan nilai-nilai, norma, etika dan sanksi terhadap anggotanya.

Atas dasar itu, seorang pendamping. harus mampu mendorong dan memfasilitasi agar proses pelalksanaan pengembangan atau penguatan dukungan sosial masyarakat terhadap PM meningkat. Merujuk hasil perumusan tujuan, pendamping harus mampu membantu dan mengarahkan proses penguatan dukungan sosial masyarakat.

c. Pendekatan direktif dan non direktif 1) Pendekatan Direktif

Pendekatan ini berasumsi bahwa pendamping sosial lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh seorang PM. Sehingga peran seorang pendamping sangat dominan. Pendamping memberi informasi dan cara bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan PM. Masyarakat hanya sebagai eksekutor berdasarkan prinsip-prinsip dan strategi yang dirumuskan oleh seorang pendamping.

(49)

cara-cara yang diperlukan untuk memberdayakan PM dan menyediakan/ memfasilitasi apa yang dibutuhkan selama proses pemberdayaan PM.

2) Pendekatan Non Direktif

Pada pendekatan ini ada beberapa peran yang diemban oleh seorang pendamping.yaitu sebagai enabler, encourager, dan sebagai educator. Gleg memandang pendekatan Non direktif lebih efektif dari pada menggunakan pendekatan direktif. Karena pendekatan ini lebih mengutamakan peran masyarakat untuk merancang sistem dukungan sosial apa yang dibutuhkan oleh PM. Namun demikian tindakan masyarakat tidaklah bersifat multak, terutama saat masyarakat membutuhkan arahan dan bimbingan. Saat itu pendamping sosial dapat membantu dan mengarahkan apa yang dibutuhkan oleh PM.

Peran enabler sangat dibutuhkan saat masyarakat membutuhkan fasiltasi seorang pendamping, dimana seorang pendamping sosial mampu mempercepat perubahan kearah yang lebih baik. Selain itu saat yang lain seorang pendamping harus mampu membangkitkan spirit membangun kreativitas masyarakat dan memberikan pendidikan pemberdayaan kepada para PM.

d. Strategi Pencegahan di Lingkungan Pertemanan

Sebagai bagian dari masyarakat, PM pasti membangun komunikasi dan relasinya serta tumbuh dalam lingkungan pertemanan. Dalam komunitasnya atau biasa kita kenal dengan teman kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan

(50)

berbagai masalah negaitf. Disisi lain, lingkungan pertemanan juga bisa menjadi positif. Dimana pergaulan pertemanan yang sehat dan saling memotivasi antar anggota kelompok akan memperkecil stressing/ depresi atau konflik emosi yang lebih luas.

Selain pemulihan melalui jalur pertemanan (peer group), peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan. Karenanya penguatan masyarakat juga sangat dibutuhkan melalui berbagai penyuluhan dari pemerintah dan tenaga profesional (dokter/ psikiater/ pekerja sosial) agar di dalam mencari pertolongan pengobatan (terapi) tidak sampai jatuh ke pihak-pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

e. Strategi Pencegahan Melalui Pendekatan Agama

Agama adalah sesuatu yang penting dan mendasar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Agama bisa dijadikan sumber solusi terhadap setiap masalah yang dihadapi. Melalui landasan keagamaan diharapkan akan terjadi proses penyerahan diri terhadap suatu kekuasaan maha tinggi (Tuhan). Sikap pasrah ini akan memberi sikap positif pada PM, sehingga muncul perasaan rasa ikhlas terhadap ketentuan hidup, bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman, yang dilakukan dapat mengarahkan pada kesabaran, kelembutan (grace), ibadah, meditasi, harapan, memaafkan, dan persahabatan. Dengan demikian, pengalaman spiritual-keagamaan yang tepat, dapat membantu mengatasi berbagai masalah kehidupan. seperti menghadapi penderitaan, menemukan makna, dan harapan untuk

(51)

kesembuhan dari penyakitnya. Sebaliknya, pemahaman dan pengamalan agama yang keliru dapat menyebabkan konflik dan kecemasan pada diri seseorang. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Clinebell (1981) yang berjudul “Basic Spiritual Needs”:The Role of Religion In the Prevention and Treatment of Addictions the Growth and Counseling Prespectives, menyatakan bahwa Agama memberikan ketentraman dan kenyamanan dalam hidup.

Dari kajian yang telah dilakukan oleh para ahli kesehatan jiwa yang disampaikan oleh H. Clinebell, diperoleh inventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia. Kebutuhan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan akan makna hidup dan tujuan hidup (meaning), komitmen peribadatan dan hubungannya dalam hidup, kebutuhan akan pengisian keimanan, kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa, kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self-estem), kebutuhan rasa aman, selamat dan harapan masa depan, kebutuhan sebagai pribadi yang utuh (integrated personality), kebutuhan interaksi dengan alam dan sesama manusia, kebutuhan bermasyarakat dengan nilai-nilai religiusitas.

Spiritualitas-keagamaan selain berdampak positif terhadap kesehatan mental, juga berdampak positif terhadap kesehatan fisik bahkan berdampak positif terhadap aspek psikososial. Barbara Kirk Jackson menyebutkan salah satu dalam kesimpulannya, menyampaikan bahwa religious koping seperti keyakinan beragama, keimanan, ibadah, dan meditasi membantu dalam mengatur sterss untuk mencegah penyakit kronis.

(52)

ekstra, dibutuhkan strategi/ keahlian khusus dari para pendamping social. Dan yang lebih penting adalah kemampuan pendamping social men-tranfers keterampilan social kepada masyarakat dan keluarga sehingga masyarakat dan keluarga mempunyai keahlian untuk membantu memulihkan PM yang menghadapi masalah klinis berat. Untuk memenuhi harapan tersebut dibutuhkan pendamping social untuk bekerja sama/ berjejaring dengan profesi lain. Strategi/ keahlian tersebut diantaranya adalah

a. Strategi koping masyarakat dan keluarga

Strategi koping diperlukan dalam merawat anggota keluarga dan anggota masyarakat. Strategi koping merupakan upaya positif yang dilakukan oleh masyarakat dan keluarga untuk mengatasi atau mencegah terjadinya kekambuhan pada penyandang masalah klinis Strategi koping ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua tipe yaitu: 1) pertama, tipe strategi koping keluarga internal dapat dilakukan melalui tujuh cara, yaitu mengandalkan kelompok keluarga, menggunakan humor, pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara ikatan), mengontrol arti atau makna masalah, pemecahan masalah bersama-sama, fleksibilitas peran dan normalisasi; 2) tipe strategi koping eksternal yaitu dimasyarakat, dilakukan dengan mencari informasi, memelihara hubungan aktif dengan komunitas, mencari dukungan sosial dan mencari dukungan spiritual.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi strategi koping keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Seperti karena keterbatasan keuangan (status ekonomi), rendahnya dukungan sosial, rendahnya keyakinan (spiritual), kurangnya pengetahuan keluarga, kurang berjalannya pola-pola komunikasi keluarga yang sehat. Strategi koping

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Pendampingan Pendampingan adalah proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diberikan Guru Inti, kepala sekolah,

ƒƒ Pemasaran Pemasaran = proses sosial dan manajerial = proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan

Hal ini senada dengan pernyataan Wicaksana (2008) menyatakan bahwa bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok,

Bagaimanapun, pekerjaan sosial klinis sering didefinisikan sebagai praktek pekerjaan sosial dengan individu, keluarga dan kelompok kecil yang mempunyai masalah psikologis,

At-ta’lim yaitu, pendidikan dalam konteks Islam merupakan proses pemberian pengetahuan,pemahaman,pengertian,tanggung jawab,dan penanaman amanah sehingga

Akomodasi : Proses penyesuaian sosial antara individu dan kelompok manusia untuk meredakan pertikaian.. Bertika i Individu (Kelompok A) Individu (Kelompok

Mampu melakukan intervensi psikologi non-klinis untuk perubahan perilaku individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat dengan menggunakan konseling, psikoedukasi,

Implikasi psikologi dalam parktek pendidikan berupa landasan psikologis pendidikan yaitu konsep-konsep psikologis tentang individu yang menjadi dasar pelaksanaan