• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TIM PENYUSUN

Pengarah

Helmiati

Penyusun

Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi

Pusat Data Dan Informasi

Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2016

(4)

i

KATA PENGANTAR

Pembangunan kawasan perdesaan dengan desa-desa yang menjadi wilayah pengembangannya bertujuan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa, pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk itu pada tahun 2015 telah ditetapkan sebanyak 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 kabupaten dengan diantaranya adalah Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi.

Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi terletak di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, meliputi 12 Nagari yaitu Taratak, Surantih, Amping Parak, Amping Parak Timur, Koto Taratak, Lansano Taratak, Aur Duri Surantih, Rawang Gunung Malelo Surantih, Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Koto Nan Tigo Utara Surantih, Ganting Mudiak Selatan Surantih, dan Ganting Mudiak Utara Surantih. Buku ini berisi tentang profil, kebijakan daerah dalam arahan pembangunan dan pengembangan yang beririsan dengan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kecamatan Sutera. Dalam penyajian informasi kawasan perdesaan ini, pendekatannya melalui data-data per kecamatan dan desa sesuai dengan yang tersedia di lintas sektor.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi maupun dalam proses penulisan buku ini. Harapan kami semoga sajian informasi Kawasan Perdesaan Budidaya di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan dapat bermanfaat dalam menunjang perencanaan dan pengambilan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan.

Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat

Data dan Informasi

(5)
(6)

iii

DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 3

II. PROFIL KABUPATEN PESISIR SELATAN ……… 7

2.1. Letak Geografis, Wilayah administrasi, dan Aksesibilitas. 7 2.2. Iklim dan Hidrologi ………. 7

2.3. Penggunaan Lahan ………. 8

2.4. Kependudukan ……….. 9

2.5. Pendidikan ……… 10

2.6. Kesehatan ……… 11

2.7. Agama ………. 12

2.8. Transportasi dan Komunikasi ……….. 12

2.9. Perekonomian ……… 12

2.10. Pertanian ……… 16

2.11. Indeks Pembangunan Desa ……….. 29

III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PESISIR SELATAN …… 31

3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Pesisir Selatan ……… 31

3.2. Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan ………. 38

IV. KAWASAN PERDESAAN BUDIDAYA SAPI ………. 45

4.1. Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kecamatan Sutera 45 4.2. Indeks Pembangunan Desa ……….. 46

4.3. Kependudukan ……….. 48

4.4. Pendidikan ……… 50

4.5. Kesehatan ………. 50

(7)

iv 4.7. Lembaga Ekonomi ……… 52 4.8. Pertanian ……… 52 4.9. Peternakan ……… 53 4.10. Arahan Pengembangan ……….. 54 V. PENUTUP ………. 57 LAMPIRAN ……….. 59

(8)

v

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1.1 Struktur data aktifitas ……… 4 Tabel 1.2 Struktur Tabel LQ ………. 4 Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Tanah di Kabupaten Pesisir Selatan

Tahun 2015 ... 9 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut

Kecamatan Tahun 2015 ……… 9 Tabel 2.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di

Kabupaten Pesisir Selatan ……….. 10 Tabel 2.4 Banyaknya MI, MTs, dan MA serta Murid di Kabupaten

Pesisir Selatan ………..

11 Tabel 2.5 Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Pesisir Selatan … 11 Tabel 2.6 Nilai PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 dan

2015 ……… 13

Tabel 2.7 Kontribusi (%) Nilai PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 dan 2015 Menurut Lapangan Usaha ………… 15 Tabel 2.8 Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ………..… 17 Tabel 2.9 Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ……….. 20 Tabel 2.10 Luas Panen 7 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ……… 22 Tabel 2.11 Luas Pengusahaan 8 Tanaman Perkebunan di

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ……… 24 Tabel 2.12 Populasi Ternak di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2015 ……….. 26 Tabel 2.13 Produksi Perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2015 ... 28 Tabel 2.14 Luas dan Hasil hutan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2015 ...

28 Tabel 4.1 Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Sutera……….. 46 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Sutera di Kawasan

Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesir Selatan tahun 2015 ……….. 48

(9)

vi

Tabel 4.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Sutera dan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi ………... 50 Tabel 4.4 Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kecamatan Sutera dan

di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ……….. 51 Tabel 4.5 Ketersediaan Tenaga Medis di Kecamatan Sutera dan

di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 ……… 51 Tabel 4.6 Luas Lahan dan Penggunaannya di Kawasan Perdesaan

Budidaya Sapi ……… 53 Tabel 4.7 Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di

Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 2.1 Luas Panen (Ha) Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2015 .……… 19 Gambar 2.2 Luas Panen (Pohon) Jeruk Menurut Kecamatan di

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ..……… 21 Gambar 2.3 Luas Panen (Ha) Cabe Menurut Kecamatan di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2015 ……….. 23 Gambar 2.4 Luas Panen (Ha) Perkebunan Gambir Menurut Kecamatan

di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ……… 25 Gambar 2.5 JumlahPopulasi (Ekor) Ternak Sapi Menurut Kecamatan di

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………. 27 Gambar 2.6 Dimensi IPD ……… 29 Gambar 2.7 IPD 2014 Kabupaten Pesisir Selatan ………. 30 Gambar 3.1 Peta Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di

Kabupaten Pesisir Selatan ……….………..

37 Gambar 4.1 IPD Desa-Desa di Kecamatan Sutera …………..……….. 46 Gambar 4.2 Status Perkembangan Desa (IPD 2014) di Desa Wilayah

Pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ………….. 47 Gambar 4.3 Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa

pada Sektor Pertanian di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ……... 49

(11)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. Lampiran 1 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas

Tanaman Pangan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ……… 60 Lampiran 2 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas

Tanaman Holtikultura Semusim di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ……….. 60 Lampiran 3 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas

Petrenakan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ……….. 60 Lampiran 4 Luas Panen (Ha) Padi Per kecamatan Di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2015 ………. 61 Lampiran 5 Jumlah Pohon Jeruk Per kecamatan Di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2015 ………. 62 Lampiran 6 Luas Panen (Ha) Cabe Per kecamatan Di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2015 ………. 63 Lampiran 7 Luas Panen (Ha) Gambir Per kecamatan Di Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2015 ………. 64 Lampiran 8 Populasi Sapi Per kecamatan Di Kabupaten Pesisir

(12)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota (Pasal 83 Ayat (1)). Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pihak ketiga yang terkait dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa (Pasal 84 Ayat (1)).

Dalam RPJMN 2015-2019 arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah (1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografisnya, (2) Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa, (3) Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa, (4) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan (5) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

Untuk melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan, pada tahun 2015 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen PKP)1 telah menetapkan 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72

Kabupaten dan diharapkan akan menjadi lokus dalam pembangunan kawasan perdesaan di tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaan pembangunan di kawasan perdesaan yang telah ditetapkan tersebut

(13)

2

tentunya harus searah dengan kebijakan dan arahan dalam penataan ruang yang ditetapkan di wilayah tersebut.

Salah satu kawasan perdesaan yang ditetapkan pada tahun 2015 tersebut adalah Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi tersebut mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 12 Nagari/desa yaitu: Taratak, Surantih, Amping Parak, Amping Parak Timur, Koto Taratak, Lansano Taratak, Aur Duri Surantih, Rawang Gunung Malelo Surantih, Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Koto Nan Tigo Utara Surantih, Ganting Mudiak Selatan Surantih, dan Ganting Mudiak Utara Surantih. Potensi unggulan yang akan dikembangkan di Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi adalah peternakan sapi. Sebagai bahan informasi ke masyarakat, maka kegiatan penyusunan data dan informasi tentang kawasan perdesaan menjadi penting untuk dilakukan.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk menyajikan data dan informasi mengenai Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penyajian informasi Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, ruang lingkup pembahasannya meliputi :

a. Profil Kabupaten Pesisir Selatan yang meliputi letak wilayah administrasi, letak geografis, dan aksesibilitas, kondisi fisik daerah, dan aspek sosial diantaranya kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, perekonomian (PDRB dan pertumbuhan ekonomi), komoditas yang cukup potensial dikembangkan di daerah tersebut diantaranya pertanian, perkebunan, dan peternakan.

(14)

3 b. Kebijakan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan.

1.4. Metode Penulisan

a. Metode Pengumpulan dan Jenis Data yang Dikumpulkan.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat untuk mendapatkan data dan informasi di BPS kabupaten Pesisir Selatan, Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD atau RTRWP/RTRWK) di Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan, serta data dan informasi pendukung dari SKPD terkait, Kecamatan Sutera, dan desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari unit-unit kerja di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta didapatkan dari sumber-sumber lain, misalnya dari internet.

b. Metode pengolahan data. b.1. Location Quotient

Data yang diperoleh berupa data sekunder, selanjutnya diolah dengan membuat tabulasi data untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis. Untuk mengetahui pemusatan/basis (aktifitas) digunakan metode analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient/LQ Analysis). Location Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-j terhadap persentase aktifitas total wilayah yang diamati.

Analisis LQ dilakukan terhadap pengusahaan tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura di Kecamatan Sutera dibandingkan dengan Kabupaten Pesisir Selatan. Struktur data aktifitas tertera pada Tabel 1, sedangkan struktur tabel LQ tertera pada Tabel 2. Asumsi yang

(15)

4

digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama.

Persamaan dari LQ adalah:

X X X X LQ I J IJ IJ .. . . / /  Di mana:

Xij : derajat aktifitas ke-i di sub wilayah ke-j

X.j : total aktifitas di sub wilayah ke-j

Xi. : total aktifitas ke-i di wilayah

X.. : derajat aktifitas total di wilayah

Tabel 1.1 Struktur data aktifitas

Sektor Kecamatan Lokasi (j) Jumlah Xi. (Kabupaten) i Nama Komoditas 1 X1j X1. 2 X2j X2. … ... ... ... n Xnj Xn. Jumlah X.j X..

Tabel 1.2 Struktur tabel LQ Sektor LQ Kecamatan (j) i Nama Komoditas 1 LQ1j 2 LQ2j … … ... n LQnj

Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut:

1) Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi

suatu aktifitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j.

(16)

5 2) Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa

aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten.

3) Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa

relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh kabupaten.

b.2. Shift-Share Analysis

Shift-share Analysis (SSA) digunakan melengkapi Location Quotient Analysis. Shift-share analysis merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu (Panuju dan Rustiadi, 2005)2. Pemahaman

struktur aktifitas dari hasil SSAjuga menjelaskan kemampuan berkom-petisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil SSA menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam total wilayah.

Shift-share Analysis mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu: sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah), dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Dari hasil SSA inidiperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu:

1) Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2) Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu

2Panuju DR dan Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan

(17)

6

secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah.

3) Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ ketidakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain.

Persamaan SSA adalah sebagai berikut :

a b c dimana:

a : komponen share

b : komponen proportional shift c : komponen differential shift, dan X.. : Nilai total aktifitas dalam total wilayah

Xi. : Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah

Xij : Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu

t1 : titik tahun akhir

t0 : titik tahun awal

Dari hasil analisis LQ dan SSA diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai lapangan usaha yang tumbuh dan memiliki keunggulan di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas lapangan usaha dalam wilayah. c. Metode Pembahasan.

Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah secara deskriptif hasil dari pengolahan data dan informasi yang diperoleh baik di daerah survey maupun dari lembaga terkait.

                             

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

SSA

t i t i t ij t ij t t t i t i t t ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

..

..

1

(18)

7

BAB II

PROFIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

2.1. Letak Geografis, Wilayah Administrasi, dan Aksesibilitas

Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera. Secara asrtronimis terletak pada 0O 59’ – 2O 28,6’ Lintang

Selatan dan 100O 19’ – 101O 18’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai

berikut:

 Sebelah Utara : Kota Padang.

 Sebelah Timur : Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, dan Provinsi Jambi.

 Sebelah Selatan : Provinsi Bengkulu.

 Sebelah Barat : Samudera Indonesia.

Kabupaten Pesisir Selatan dengan luas wilayah adalah 5.749,89 km2

ibukotanya berkedudukan di Kota painan dengan wilayah administrasi meliputi 15 kecamatan dengan 182 Nagari, Selain daratan kabupaten ini mempunyai 47 pulai kecil yang menyebar disisi pantai kabupaten pesisir Selatan (BPS Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Aksesibilitas dalam Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilalui dengan transportasi darat tentunya dengan kondisi jalan yang tidak dalam satu kelas mengingat kondisi topografi dari dataran sampai perbukitan dipinggir pesisir pantai.

2.2. Iklim dan Hidrologi

Iklim merupakan bagian yang diperlukan untuk pengembangan wilayah jika dikaitkan dengan pengembangan pertanian khususnya untuk penentuan pola tanam dan komoditi pertanian yang akan dikembangkan. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi wilayah berbukit dengan ketinggian berkisar 0-1000 m dari permukaan laut, memiliki 47 buah pulau serta dialiri sebanyak 19 sungai. Kondisi permukaan lahan Kabupaten Pesisir Selatan dewasa ini adalah sebagian besar lahan hutan yaitu 70,54 persen hutan lebat dan 13,37 persen hutan belukar, lahan sawah 6,07 persen, perkebunan 2,30 persen dan sisanya adalah

(19)

8

perkampungan, kebun campuran dan kebun rakyat lainnya (Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016).

Kondisi topografi wilayah memiliki keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-40 persen dan > 40 persen. Klasifikasi Kemiringan lereng meliputi (1) Kemiringan 0–8 persen yang merupakan kemiringan datar dengan luas 198.091 Ha (32,80 persen); (2) Kemiringan 8–15 persen yang merupakan kemiringan agak landai dengan luas 10.405 Ha (1,72 persen); (3) Kemiringan 15–25 persen yang merupakan kemiringan landai dengan luas 160.221 Ha (26,53 persen); (4) Kemiringan 25–40 persen yang merupakan kemiringan agak curam dengan luas 153.008 Ha (25,33 persen); (5) Kemiringan > 40 persen yang merupakan kemiringan curam dengan luas 82.252 Ha (13,62 persen).

Fisiografi wilayah terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan ke arah barat dan proses aluvial marine. Dari sisi geologis daerah ini termasuk pinggir dari patahan semangko yang membujur dari utara ke selatan. Lahan dengan kemiringan yang terjal dan lahan rawa disepanjang pantai mendominasi daerah ini. Oleh karena itu luas daratan yang dapat dibudidayakan relatif sempit.

2.3. Penggunaan Lahan

Berdasarkan data Pesisir Selatan Dalam Angka tahun 2016, penggunaan lahan tahun 2015 di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan untuk permukiman, sawah, tegal/kebun/ladang/huma, perkebunan, kebun campuran, hutan lebat, hutan belukar, hutan sejenis, semak/alang-alang hutan rawa, dan lainnya adalah sebesar 5.749.88 km2.

Penggunaan lahan yang dominan adalah untuk hutan lebat yaitu seluas 3.558,25 km2 atau 61,88%. Luas penggunaan lahan lain yang

dominan adalah hutan belukar (10,60%) dan perkebunan (6,29%). Jenis penggunaan tanah secara rinci di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2015 tertera pada Tabel 2.1.

(20)

9 Tabel 2.1. Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015

Jenis Penggunaan Tanah Penggunaan Lahan Luas (Km2) % 1. Permukiman 180,01 3,13 2. Sawah 256,95 4,47 3. Tegal/Kebun/ladang/Huma 69,30 1,21 4. Perkebunan 361,54 6,29 5. Kebun Campuran 250,48 4,36 6. Hutan lebat 3.558,25 61,88 7. Hutan belukar 609,68 10,60 8. Hutan Sejenis 20,86 0,36 9. Semak/alang-alang 99,58 1,73 10. Hutan Rawa 192,97 3,36 11. Lain-lain 150,26 2,61 Jumlah 5.749,88 100,00

Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

2.4. Kependudukan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Pesisir Selatan jumlah penduduk 450.186 yang terdiri dari penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang yang ditunjukkan dengan nilai sex ratio hampir mendekati 100. Pada tahun 2015 untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Penyebaran penduduk di Pesisir Selatan sangat tidak merata, ditunjukkan dari kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Bayang (476,71 jiwa/km2) dan kepadatan penduduk terendah

di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara (29,17 jiwa/km2).

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kecamatan Tahun 2015

Kecamatan Luas Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk Km2 persen Jumlah persen Jiwa/Km2

Silaut 365,50 6,36 14.131 3,14 38,66 Lunang 564,00 9,81 20.548 4,56 36,43 Basa Ampek Balai Tapan 365,28 6,35 13.476 2,99 36,89 Ranah Ampek Hulu Tapan 312,22 5,43 14.539 3,23 46,57

(21)

10

Kecamatan Luas Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk Km2 persen Jumlah persen Jiwa/Km2

Pancung Soal 426,10 7,41 25.451 5,65 59,73 Airpura 314,00 5,46 15.405 3,42 49,06 Linggo Sari Baganti 315,41 5,49 44.464 9,88 140,97 Ranah Pesisir 564,39 9,82 30.397 6,75 53,86 Lengayang 590,60 10,27 52.548 11,67 88,97 Sutera 445,65 7,75 49.270 10,94 110,56 Batang Kapas 359,07 6,24 31.430 6,98 87,53 IV Jurai 373,80 6,50 45.678 10,15 122,20 Bayang 77,50 1,35 36.945 8,21 476,71 IV Nagari Bayang Utara 250,72 4,36 7.314 1,62 29,17 Koto XI Tarusan 425,63 7,40 48.590 10,79 114,16 Pesisir Selatan 5749,89 100,00 450.186 100,00 78,29 Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

2.5. Pendidikan

Berdasarkan data Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016), jumlah murid SD sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU/SMK) adalah 101.260 orang siswa yang belajar di 499 sekolah (Negeri dan Swasta). Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah umum di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan

Jenis Sekolah Sekolah Jumlah Murid

Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah

1. SD 385 2 387 59.513 141 59.654

2. SMP 72 1 73 20.103 26 20.129

3. SMU 23 - 23 15.573 - 15.573

4. SMK 8 8 16 4.211 1.693 5.904

Jumlah 488 11 499 99.400 1.860 101.260

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Selain sekolah umum, terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah dengan proporsi sekolah yang relatif besar. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) jika

(22)

11 dibandingkan dengan jumlah SD mencapai 5,16% bahkan untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) jumlahnya jika dibandingkan dengan SMP mencapai 39,7%. Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah MI, MTs, dan MA di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Banyaknya MI, MTs, dan MA serta Murid di

Kabupaten Pesisir Selatan

Jenis Sekolah Jumlah

Sekolah Murid 1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) 20 2.495 2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) 29 8.759

3. Madrasah Aliyah (MA) 16 2.380

Jumlah 65 13.634

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

2.6. Kesehatan

Berdasarkan data Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016), jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Pesisir Selatan meliputi Rumah Sakit (RS) 3 unit, Puskesmas 109 unit yaitu puskesmas umum 18 unit dan puskesmas pembantu 91 unit. Rumah Sakit Umum dan Puskesmas terdapat rawat inap dengan kapasitas tempat tidur untuk RS Umum Pemerintah (270 unit), Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Pesisir Selatan

Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah

Kapasitas Tempat Tidur Untuk Rawat

Inap

1. Rumah Sakit Umum 3 180

2. Puskesmas 18 90

3. Puskesmas Pembantu 91 -

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Jumlah fasilitas kesehatan untuk tiap jenisnya tersebut didukung oleh tenaga medis sebanyak 24 dokter umum, 18 dokter gigi, bidan 437 orang, dan perawat 190 orang.

(23)

12

2.7. Agama

Berdasarkan data dari Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016) bahwa penduduk Kabupaten Pesisir Selatan memeluk beberapa agama yang diindikasikan oleh jenis rumah ibadah yang ada, namun demikian pemeluk muslim yang terbesar. Hal tersebut juga diindikasikan dari jumlah fasilitas ibadah yaitu Masjid (504 unit), Musholla (769 unit).

2.8. Transportasi dan Komunikasi

Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan secara umum terhubung oleh transportasi darat walaupun kondisi jalan untuk masing-masing wilayah tentunya tergantung dari kelas jalannya. Berdasarkan data dari Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016), pada tahun 2015 panjang jalan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 2.624,58 KM, yang terbagi atas jalan Negara (223,50 km), jalan provinsi (67,90 km), dan jalan kabupaten (2.333,18 km). Untuk panjang jalan desa tidak tersedia datanya.

Untuk permukaan jalan pada tahun 2015 terdata sepanjang 2.333,18 KM dengan jenis permukaan jalan 693,26 KM aspal, 624,30 KM kerikil, 192,34 KM beton dan tanah sepanjang 823,38 KM. Dari panjang jalan tersebut, sepanjang 623,33 km jalan rusak dan 681,70 km kondisinya rusak berat.

Transportasi umum antar wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2015 tersedia 33 kendaraan dengan. Untuk sarana komunikasi, sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini sebagian besar wilayah Kabupaten Pesisir Selatan telah terjangkau oleh signal telepon selular.

2.9. Perekonomian

Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan praktikal yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat perkembangan wilayahnya. Secara umum tampaknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kinerja ekonomi yang paling populer.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas

(24)

13 sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. PDRB pada dasarnya merupakan total produksi kotor dari suatu wilayah, yakni total nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksikan oleh seluruh rakyat di wilayah tersebut dalam periode satu tahun.

Nilai PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku atau berdasarkan harga konstan dengan menggunakan tahun dasar yang telah ditentukan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu daerah, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika PDRB dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah, maka diperoleh pendapatan per kapita daerah tersebut.

2.9.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan PDRB ini dapat dilihat sektor yang dominan di daerah tersebut. Tetapi PDRB atas harga berlaku ini tidak mencerminkan perekonomian daerah yang sesungguhnya, karena dalam PDRB atas dasar harga berlaku masih mengandung nilai inflasi, artinya meskipun angka PDRB tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, belum berarti bahwa perekonomian daerah tersebut tumbuh. Hal ini tergantung besarnya inflasi pada tahun saat PDRB akan dihitung. Nilai PDRB di Kabupaten Pesisir Selatan menurut lapangan usaha tahun 2012 dan 2015 disajikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Nilai PDRB di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Lapangan Usaha tahun 2012 dan 2015

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan Tahun 2010 2012 2015* 2012 2015* 1. Pertanian dan Kehutanan 3.048.631,49 4.179.448,39 2.697.592,48 3.116.574,26 2. Pertambangan dan Penggalian 287.764,54 438.360,43 258.656,11 296.634,08 3. Industri Pengolahan 639.512,68 796.862,95 585.415,85 684.407,33

(25)

14

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan Tahun 2010 2012 2015* 2012 2015* 4. Pengadaan

Listrik dan Gas 2.491,70 3.671,92 2.248,50 2.471,86 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.982,44 6.682,60 4.950,59 5.603,92 6. Konstruksi 647.988,36 929.644,81 587.116,45 744.812,28 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 817.063,58 1.108.239,44 760.394,52 941.562,63 8. Transportasi dan Pergudangan 256.630,44 365.468,15 229.783,67 294.012,90 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 75.625,58 106.462,02 66.777,88 73.857,71 10. Informasi dan Komunikasi 442.040,93 525.092,83 407.726,60 515.866,60 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 170.920,16 229.488,22 152.385,62 173.522,26 12. Real Estate 99.542,55 140.345,40 93.241,16 110.703,39 13. Jasa Perusahaan 3.882,12 5.428,80 3.609,17 4.230,45 14. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 504.845,56 583.674,47 429.268,94 461.502,57 15. Jasa Pendidikan 193.412,64 288.586,34 173.471,79 216.159,02 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 91.259,05 124.611,07 80.078,11 99.175,46 17. Jasa Lainnya 72.623,78 104.231,4 64.728,67 75.347,33 Jumlah 7.359.217,62 9.936.299,28 6.597.446,10 7.816.444,05 Keterangan: *Angka sangat sementara.

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Berdasarkan Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016) nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012 adalah 7.359.217,62 Juta Rupiah dan pada tahun 2015 adalah sebesar 7.816.444,05 Juta Rupiah. Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi

(26)

15 terbesar pada tahun 2012 dan 2015 sama yaitu yang terbesar lapangan usaha lapangan usaha Pertanian dan Kehutanan. Kontribusi (%) nilai PDRB di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012 dan 2015 serta pertumbuhannya menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Kontribusi (%) Nilai PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 dan

2015 Menurut Lapangan Usaha

Lapangan Usaha Kontribusi Berdasarkan Harga Berlaku (%) Pertumbuhan PDRB Tahun 2015 dari Tahun 2012 Berdasarkan Harga Konstan

Tahun 2010 (%) 2012 2015* 1. Pertanian dan Kehutanan 41,4 42,1 15,5 2. Pertambangan dan Penggalian 3,9 4,4 14,7 3. Industri Pengolahan 8,7 8,0 16,9 4. Pengadaan Listrik 0,0 0,0 9,9 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0,1 0,1 13,2

6. Konstruksi 8,8 9,4 26,9

7. Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil 11,1 11,2 23,8

8. Transportasi dan Pergudangan 3,5 3,7 28,0 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 1,0 1,1 10,6 10. Informasi dan Komunikasi 6,0 5,3 26,5

11. Jasa Keuangan dan

Asuransi 2,3 2,3 13,9 12. Real Estate 1,4 1,4 18,7 13. Jasa Perusahaan 0,1 0,1 17,2 14. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 6,9 5,9 7,5 15. Jasa Pendidikan 2,6 2,9 24,6

(27)

16 Lapangan Usaha Kontribusi Berdasarkan Harga Berlaku (%) Pertumbuhan PDRB Tahun 2015 dari Tahun 2012 Berdasarkan Harga Konstan

Tahun 2010 (%)

2012 2015*

16. Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 1,2 1,3 23,8

17. Jasa Lainnya 1,0 1,0 16,4

Jumlah 100,0 100,0

Pertumbuhan (%) 18,5

Keterangan: *Angka sangat sementara.

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar pada tahun 2012 dan 2015 berdasarkan harga adalah lapangan usaha pertanian dan kehutanan. Sedangkan Lapangan usaha yang mempunyai pertumbuhan terbesar dari tahun 2012 dan 2015 berdasarkan harga Konstan tahun 2010 adalah lapangan usaha transportasi dan pergudangan diikuti lapangan usaha Informasi dan komunikasi.

2.9.2. Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan berupa Bank dan Koperasi. Jenis bank yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan antara lain Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pemerintah dan Bank Pemerintah Daerah. Jenis koperasi ada dua yaitu Koperasi Unit Desa dan Koperasi non KUD.

2.10. Pertanian

Komoditi yang dihasilkan Kabupaten Pesisir Selatan dari pertanian dirinci dalam beberapa jenis yaitu tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

2.10.1 Pertanian Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang relatif luas diusahakan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah padi dan jagung. Terhadap 7 komoditas tanaman pangan, kontribusi luas panen padi terhadap luas panen 7

(28)

17 tanaman pangan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 82% dengan jumlah produksi sebanyak 62327 ton. Sedangkan luas panen jagung mempunyai kontribusi terhadap luas panen 7 tanaman pangan di Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 17% dengan jumlah produksi sebesar 12.916 ton. Secara rinci luas panen dan produksi 7 komoditas tanaman pangan disajikan pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Sutera Kab. Pesisir Selatan LQ

Ha % Ha % 1. Padi 5.890,0 94,8 62327,0 82,0 1,16 2. Jagung 245,0 3,9 12916,0 17,0 0,23 3. Ubi 42,0 0,7 433,0 0,6 1,19 4. Ubi Jalar 3,0 0,0 24,0 0,0 1,53 5. Kacang Kedelai 0,0 0,0 0,0 0,0 0,00 6. Kacang Tanah 24,0 0,4 275,0 0,4 1,07 7. Kacang Hijau 10,0 0,2 44,0 0,1 2,78 Jumlah 6.214,0 100,0 76.019,0 100,0 Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Di Kecamatan Sutera, luas tanaman padi mempunyai kontribusi sebesar 94,8% lebih besar dari jagung yang hanya 3,9%. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa komoditas padi mempunyai nilai 1,16. Hal ini menunjukkan bahwa padi merupakan komoditas basis di Kecamatan Sutera.

Untuk melengkapi analisis LQ dilakukan penghitungan Shift-share analysis (SSA). Analisis SSA merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas dalam hal ini pengusahaan

(29)

18

komoditi di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil analisis Shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. aktifitas yang memiliki keunggulan kompetitif berarti di dalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi aktifitas yang bersangkutan.

Komponen differensial menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas dalam hal ini pengembangan komoditi tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total pengembangan komoditi tersebut dalam wilayah. Komponen ini juga menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidakunggulan) pengembangan komoditi tertentu di sub wilayah tertentu terhadap pengembangan komoditi tersebut di sub wilayah lain.

Data yang dipergunakan untuk analisis SSA adalah data pengusahaan komoditas tanaman pangan di Kecamatan Sutera dan Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2011 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa tidak ada pengembangan komoditas pangan di Kecamatan Sutera yang laju pertumbuhannya melebihi laju pertumbuhan di Kabupaten Pesisir Selatan (Tabel Lampiran 1).

(30)

19 Gambar 2.1 Luas Panen (Ha) Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir

(31)

20

2.10.2. Pertanian Tanaman Buah-Buahan (Tahunan)

Pengusahaan tanaman buah-buahan disajikan hanya dalam 8 jenis tanaman yang mempunyai jumlah pohon yang telah menghasilkan buah lebih dari 100.000 pohon. Dari jumlah pohon komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Pisang (63,11%) dan Durian (12,5%). Secara rinci jumlah pohon dari 8 komoditas buah-buahan disajikan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Sutera

Kab. Pesisir Selatan LQ Pohon % Pohon % 1. Alpukat 64 0,2 947 0,3 0,56 2. Manggis 320 1,0 1.429 0,5 1,87 3. Durian 620 1,9 33.896 12,5 0,15 4. Jeruk 11.608 35,8 13.634 5,0 7,11 5. Rambutan 0 0,0 30.736 11,4 0,00 6. Pepaya 635 2,0 6162 2,3 0,86 7. Pisang 19.150 59,1 170.789 63,1 0,94 8. Salak 0 0,0 13.078 4,8 0,00 Jumlah 32.397 100,0 27.0671 100,0 Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Di Kecamatan Sutera, jumlah panen (pohon) komoditi buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar adalah Pisang (59,1%) dan Jeruk (35,8,7%). Hasil LQ yang bernilai > 1 adalah jeruk (7,11) dan Manggis (1,87). Hal ini menunjukkan bahwa untuk komoditas buah-buahan yaitu Jeruk dan Manggis merupakan komoditas basis di Kecamatan Sutera.

(32)

21 Gambar 2.2 Luas Panen (Pohon) Jeruk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir

(33)

22

2.10.1 Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim (Sayuran)

Pengusahaan tanaman hortikultura semusim disajikan hanya dalam 7 jenis tanaman yang dalam Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016 mempunyai luas panen lebih dari 500 ha. Pengusahaan tanaman hortikultura semusim tersebut tersebar di Kecamatan Sutera, dan beberapa tanaman hortikultura semusim lainnya seperti disajikan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Luas Panen 7 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Sutera Kab. Pesisir Selatan LQ

Ha % Ha % 1. Cabe 51 35,7 338 33,8 1,05 2. Terung 21 14,7 175 17,5 0,84 3. Bayam 16 11,2 123 12,3 0,91 4. Bawang Merah 3 2,1 31 3,1 0,68 5. Kangkung 23 16,1 144 14,4 1,12 6. Mentimun 29 20,3 186 18,6 1,09 7. tomat 0 0,0 2 0,2 0,00 Jumlah 143 100,0 999 100,0

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Luas tanam cabe, mentimun, terung, bayam, dan tomat di Kabupaten Pesisir Selatan dalam 7 komoditas hortikultura tersebut mempunyai kontribusi di atas 10%. Sedangkan di Kecamatan Sutera, kontribusi komoditas hortikultura yang di atas 10% adalah Cabe, Mentimun, Terung, dan Bayam.

Berdasarkan nilai LQ, beberapa komoditas yang merupakan komoditas hortikultura semusim basis di Kecamatan Sutera adalah cabe, kankung, dan mentimun. Namun demikian jika dikaitkan dengan kontribusinya, cabe dan mentimun nampaknya menjadi komoditas unggulan bagi petani di Kecamatan Sutera.

(34)

23 Gambar 2.3 Luas Panen (Ha) Cabe Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir

(35)

24

2.10.4. Perkebunan

Pengusahaan tanaman perkebunan disajikan hanya dalam 8 jenis tanaman. Pengusahaan tanaman perkebunan tersebut tersebar hampir ke semua wilayah kecamatan. Luas pengusahaan tanaman perkebunan disajikan pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Luas 8 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient

Komoditas Kec. Sutera Kab. Pesisir Selatan LQ

Ha % Ha % 1. Kopi 28 0,5 1.156 2,1 0,26 2. Kayu Manis 9 0,2 1.138 2,1 0,09 3. Kelapa 1.075 21,0 33.374 60,1 0,35 4. Pala 84 1,6 1.056 1,9 0,86 5. Gambir 3.757 73,6 14.314 25,8 2,85 6. Coklat 97 1,9 2.569 4,6 0,41 7. Cengkeh 23 0,5 716 1,3 0,35 8. Pinang 35 0,7 1.186 2,1 0,32 Jumlah 5.108 100,0 55.509 100,0 Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Dari luas tanam komoditas perkebunan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Kelapa (60,1%), dan Gambir (25,8%). Sedangkan di Kecamatan Sutera, kontribusi komoditas perkebunan yang diatas 10% adalah Gambir (73,6%), dan kelapa (21%). Hasil perhitungan LQ > 1, menunjukkan bahwa Gambir merupakan komoditas perkebunan basis di Kecamatan Sutera.

Untuk komoditas perkebunan tersedia data berbasis kecamatan pada tahun 2011 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa pengembangan komoditas perkebunan di Kecamatan Sutera yang laju perkembangannya lebih besardibandingkan dengan Kabupaten Pesisir Selatan adalah cengkeh dan pala. Namun demikian cengkeh dan pala kontribusinya terhadap pengusahaan komoditas perkebunan relatif kecil yaitu kurang dari 2% (Tabel 2.11 dab Lampiran 2).

(36)

25 Gambar 2.4 Luas Panen (Ha) Perkebunan Gambir Menurut Kecamatan di

(37)

26

2.10.5. Peternakan

Populasi ternak besar di Kabupaten Pesisir Selatan didominasi oleh ternak sapi perah (61,6%) dan kambing (32%). Sedangkan untuk ternak unggas, populasi ayam buras mendominasi jumlah ternak unggas di Kabupaten Pesisir Selatan dengan 491.192 ekor. Secara rinci populasi ternak dan kontribusinya di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Populasi Ternak di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Jenis Ternak Kec. Sutera Kab. Pesisir Selatan LQ

Ekor % Ekor %

Ternak Besar dan Kecil

1. Sapi Perah 10.015 72,3 80.146 61,6 1,17 2. Kuda 0 0,0 21 0,0 0,00 3. kerbau 765 5,5 8.271 6,4 0,87 4. Kambing 3.069 22,2 41.669 32,0 0,69 Jumlah 13.849 100,0 130.107 100,0 Ternak Unggas 1. Ayam Buras 45.783 59,7 779.819 49,8 1,20 2. Ayam Pedaging 20.700 27,0 552.500 35,3 0,35 3. Ayam Petelur 5.400 7,0 83.300 5,4 0,59 4. Itik 4.811 6,3 147.921 9,4 0,31 Jumlah 76.694 100,0 1.565.540 100,0

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

Di Kecamatan Sutera, kontribusi populasi ternak besar dan kecil yang besar adalah sapi (72,3%) dan kambing (22,2%). Ternak sapi selain mempunyai kontribusi besar, hasil perhitungan LQ mempunyai nilai LQ > 1. Sehingga sapi merupakan jenis ternak basis di Kecamatan Sutera. Untuk ternak unggas, populasi ayam buras di Kecamatan Sutera besar yaitu 59,7% dan mempunyai nilai LQ > 1, sehingga ayam buras merupakan ternak unggas basis di Kecamatan Sutera. Untuk jenis ternak besar dan kecil tersedia data berbasis kecamatan pada tahun 2011 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ternak besar dan kecil di Kecamatan Sutera lebih rendah dibandingkan dengan di Kabupaten Pesisir Selatan dan nilai differensial juga negatif (Tabel Lampiran 3).

(38)

27 Gambar 2.5 Jumlah Populasi (Ekor) Ternak Sapi Menurut Kecamatan di

(39)

28

2.10.6. Perikanan

Perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari perikanan laut, sungai, dan kolam. Kondisi tahun 2015 menunjukkan bahwa perikanan laut mempunyai kontribusi terbesar yaitu 82,2% dari produksi ikan di Kabupaten Pesisir Selatan. Secara rinci produksi perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Produksi Perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015

Jenis Perikanan Produksi (Ton) Kontribusi (%)

1. Laut 36.385,44 82,2

2. Sungai 334,40 0,8

3. Kolam 7.521,27 17,0

Jumlah 44.241,11 100,0

Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.

2.10.7. Kehutanan

Luas hutan di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari hutan lindung , suaka alam dan pelestarian, dan hutan produksi. Hutan produksi terdapat 3 macam yaitu hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi dapat dikonversi. Luas dan hasil hutan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14 Luas dan Hasil hutan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015

Jenis Luas (ha)

1. Hutan Lindung 19.567,00

2. Suaka Alam dan Pelestarian Alam 285581

3. Hutan Produksi

a. Terbatas 53.778,00

b. Tetap 4.381,00

c. Dapat Dikonversi 28.269,00

Hasil Kayu Hutan (m3)

1. Kayu Bulat 3.135,37

2. Kayu Gergaji 1.803,89

(40)

29

2.11. Indeks Pembangunan Desa

Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks komposit yang disusun menggunakan beberapa dimensi, variabel, dan indikator kuantitatif untuk menggambarkan tingkat kemajuan desa pada suatu waktu. Apabila IPD diukur secara berkala dan ditampilkan antar waktu, maka dapat diperoleh dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa. Dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa secara tidak langsung merupakan ukuran kinerja pembangunan di desa atau kawasan perdesaan.

Pengukuran IPD berdasarkan 5 Dimensi, 12 Variabel, dan 42 Indikator menghasilkan ukuran komposit yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan tipologi desa yaitu: Desa Tertinggal, Desa Berkembang, dan Desa Mandiri (Bappenas, 2015).

1. Desa Tertinggal, adalah desa dengan nilai IPD kurang dari sama dengan 50.

2. Desa Berkembang, adalah desa dengan nilai IPD lebih dari 50 namun kurang dari sama dengan 75.

3. Desa Mandiri, Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan. Desa Mandiri merupakan desa dengan nilai IPD lebih dari 75.

Selain itu, hasil pengukuran IPD menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan: (a) penetapan target pencapaian dan lokasi sasaran RPJMN 2015 – 2019, dan (b) evaluasi “kinerja pembangunan desa”. IPD tahun 2014 ini dimungkinkan menjadi baseline, perlu

(41)

30

dipertimbangkan upaya penyediaan data dan pengukuran serupa di masa datang.

Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kabupaten Pesisir Selatan yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan jumlah desa 182 Nagari/Desa terdapat Desa Tertinggal sebanyak 14 Nagari/Desa (7,69%), Desa Berkembang sebanyak 163 Nagari/Desa (89,56%), dan Desa Mandiri sebanyak 5 Nagari/Desa (2,74%).

(42)

31

BAB III

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Pesisir Selatan

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesisir Selatan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) juga telah menetapkan struktur ruang yang mengatur sistem perkotaan nasional, dan penetapan Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi tentunya harus dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan untuk 20 (dua puluh) tahun mendatang terhitung mulai tahun 2010-20303.

Penataan Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi daya dukung lingkungan hidup berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN adalah Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) sebagai kawasan pelestarian alam. Penetapan Kawasan Startegis Provinsi didasari analisa yang bertumpu pada peluang pertumbuhan ekonomi dan kemampuan kemampuan ekonomi masyarakat di Kabapaten Pesisir Selatan Kawasan Strategis ITBM (Indarung - Teluk Bayur – Bungus - Mandeh) dan Kawasan Strategis Lunang Silaut. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten berfungsi:

1. sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kabupaten;

2. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten; dan

3. sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

(43)

32

Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan berdasarkan: 1. kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;

2. kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan

3. ketentuan peraturan perundang-undangan.

Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1. memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang;

2. tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional, dan provinsi;

3. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;

4. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan

5. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten Pesisir Selatan, maka Strategi Penataan Ruang adalah sebagai berikut:

1. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Peningkatan kualitas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara terpadu dengan provinsi dan Kabupaten berbatasan” melalui :

a. memantapan fungsi kawasan lindung.

b. memrioritas penyelesaian konflik penggunaan ruang berdasarkan aspek hukum dan mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat. c. mesingkronisasi fungsi kawasan lindung dengan provinsi dan

(44)

33 2. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Penggutan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi TNKS, Hutan Lindung, HSAW” adalah:

a. menetapkan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk memberikan Kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi. b. meyusun dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan,

terutama pemulihan fungsi TNKS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat

c. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan

d. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya Keanekaragaman hayati

e. menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama TNKS, Hutan Lindung.

3. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat” dilakukan melalui:

a. mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik mikro hidro, tenaga uap, surya, gelombang laut dan lain-lain.

b. mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan, Hutan tanaman rakyat.

c. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang terbarui (renewable energy).

4. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah Utara- Selatan” melalui:

a. mengembangkan interaksi kawasan untuk Peningkatan perkembangan ekonomi kawasan dengan pengembangan jalan arteri primer.

b. memantapkan fungsi Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

(45)

34

Wilayah Promosi (PKWp) yang dipromosikan provinsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota dan Pusat.

d. mendorong terbentuknya aksesibilitas jaringan transportasi dalam rangka menunjang perkembangan wilayah.

e. meningkatkan akses wilayah-wilayah yang belum berkembang melalui pengembangan/ pembangunan jaringan jalan Kabupaten, propinsi dan pelayanan kapal perintis ke daerah-daerah terisolir di Pantai Barat Kabupaten menuju Kepulauan Mentawai.

5. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan pengembangaan wilayah pusat-pusat pemukiman melalui pengolahan sektor perkebunan, perternakan, pertanian dan perikanan dan pariwisata sesuai daya dukung wilayah”, melalui:

a. meningkatkan kegiatan pertanian, kehutanan dan perkebunan melalui pola intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan ekosistem lingkungan.

b. meningkatkan pengembangan kawasan agropolitan dengan melengkapi fasilitas perdagangan pusat koleksi distribusi dan jasa pendukung komoditas pertanian kawasan.

c. meningkatkan pengembangan industri berbasis pertanian berupa perlengkapan saprodi dan sarana pendukungnya.

d. mengembangkan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan pariwisata.

e. menetapkan kawasan industri pengelolaan hasil pertanian dan kelautan.

f. Mendorong untuk mengembangkan industri pengelolan yang ada untuk dapat lebih maju.

g. mengembangkan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan.

h. memanfaatkan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan.

(46)

35 6. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pendorong peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan” dilakukan melalui:

a. meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui intensifikasi lahan.

b. memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat.

c. meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi

d. menguatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.

7. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis pangan dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan” adalah:

a. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis).

b. Mengembangkan penelitian dan pengolahan sumber daya kelautan dan perikanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir.

8. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Peningkatan dan mendorong potensi Sumber Daya Manusia untuk mengelola potensi sumber daya alam” melalui:

a. meningkatkan mutu pengajar melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan kepada pendidikan yang lebih tinggi.

(47)

36

b. meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar.

c. Pengembangan sekolah-sekolah berstandar Internasional.

9. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pembangunan kawasan wisata Alam dan laut melalui penetapan kawasan wisata sebagai kawasan unggulan, dikelola dengan ramah lingkungan” melalui:

a. membangun dan meningkatkan sarana dan parasarana wisata lebih baik untuk menunjang kebutuhan wisatawan.

b. meningkatan promosi wisata baik dalam daerah maupun keluar daerah.

c. mengembangkan potensi wisata yang belum terdata untuk memperkaya objek wisata.

d. meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

10. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pembangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang serta mitigasi bencana” adalah;

a. membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.

b. membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan).

c. menyusun program dan pembangunan berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya. d. menetapkan zona mitigasi bencana atau kawasan rawan bencana

di seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir selatan dengan mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang.

(48)

37

Sumber: RTRW Kabupaten Pesisir Selatan, 2011.

Gambar 3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan.

3.2. Rencana Kawasan Strategis.

Sumber: RTRW Kabupaten Pesisir Selatan, 2012.

Gambar 3.1 Peta Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Pesisir Selatan.

(49)

38

3.2. Kawasan Strategis

Kawasan strategis, merupakan kawasan yang diprioritaskan pengembangannya, kawasan strategis ini terdiri atas:

1. Kawasan strategis yang didasari oleh penetapan melalui PP 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

2. Kawasan strategis provinsi merupakan hasil perumusan dan kesepakatan Pemerintah Provinsi.

3. Kawasan strategis kabupaten merupakan hasil perumusan dan kesepakatan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Sebagai acuan dalam penetapan kawasan strategis telah dikeluarkan kriteria, yang dapat digunakan untuk kepentingan penetapan kawasan strategis kabupaten, kecuali kawasan strategis untuk pertahanan dan keamanan negara karena merupakan kepentingan terbatas. Kawasan strategis lainnya adalah: kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, kawasan strategis pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi dan/atau fungsi dan daya dukung lingkungan.

3.2.1. Kawasan Strategis Nasional

Berdasar kepada PP 26 Tahun 2008, Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kawasan Strategis Nasional yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:

1. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

2. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

(50)

39 3. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap

tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

4. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; 5. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; 6. Rawan bencana alam nasional; atau

7. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan kriteria tersebut, Kawasan Strategis Nasional di Kabupaten Pesisir Selatan diantaranya adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang kebudayaan, dan berpotensi untuk rekreasi/pariwisata. Sedangkan fungsinya adalah sebagai perbandingan sistem penyangga kehidupan pengawasan serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Taman Nasional Kerinci Seblat mempunyai luas areal sekitar ± 1.368.000 ha membentang di punggung Bukit Barisan yang meliputi 4 provinsi. Luas TNKS di daerah ini seluas ± 295.629 ha yang tersebar di hampir seluruh Kecamatan. Sekitar 40 % dari kawasan TNKS merupakan daerah terjal dengan kemiringan diatas 40%.

3.2.2. Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan strategis provinsi adalah wilayah penataan ruang yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan. Berikut ini digambarkan masing-masing wilayah strategis tersebut berdasar sudut pandang:

(51)

40

1. Pertumbuhan Ekonomi

Penetapan kawasan strategis provinsi dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;

c. Memiliki potensi ekspor;

d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Berdasarkan kriteria tersebut Kawasan Strategis Provinsi yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah:

a. Kawasan Strategis ITBM (Indarung – Teluk Bayur – Bungus – Mandeh)

Secara administratif Kawasan ITBM yang berada di Pesisir Selatan adalah Mandeh, sedangkan Indarung Teluk Bayur dan Bungus Berada di Kota Padang. Kawasan ITBM ini memiliki kharakteristik kegiatan ekonomi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Indarung dikenal sebagai daerah penghasil semen, Teluk Bayur dikenal sebagai daerah perhubungan laut, Bungus dikenal sebagai daerah pendaratan BBM untuk didistribusikan keseluruh wilayah Sumatera Barat dan sebagian Jambi serta Mandeh dikenal sebagai daerah pariwisata dan Kawasan Minapolitan penghasil ikan bandeng sebagai umpan tuna.

Dalam konsep penataang ruang ke depan di harapkan segala potensi yang berada di Kawasan Mandeh dikembang dalam bentuk

(52)

41 pengelolaan wilayah Pesisir terpadu. Potensi perikanan dan potensi wisata dapat saling bersinergi pertumbuhannya dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah.

b. Kawasan Strategis Lunang Silaut Dan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Kawasan Strategis Lunang Silaut merupakan Kawasan yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu. Potensi pengembangan kawasan sebagai kawasan perdagangan/ jasa, cagar budaya, ekowisata dan didorong untuk memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah bagian selatan Provinsi Sumatera Barat. Pada Kawasan ini juga dikembangkan Kota Terpadu Mandiri yang merupakan Kota Trade Marknya masa depan daerah transmigrasi.

3.2.3. Kawasan Strategis Kabupaten

Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah penataan ruangnya yang di prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

1. Kawasan Strategis Kabupaten Dari Sisi Pertumbuhan Ekonomi

Penetapan kawasan strategis kabupaten dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;

c. Memiliki potensi ekspor;

d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

Gambar

Tabel  1.2  Struktur tabel LQ  Sektor  LQ Kecamatan (j)  i  Nama Komoditas  1  LQ 1j  2  LQ 2j  …  …  ..
Tabel 2.2  Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kecamatan  Tahun 2015
Tabel 2.3  Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten  Pesisir Selatan
Tabel 2.4  Banyaknya  MI,  MTs,  dan  MA  serta  Murid  di  Kabupaten Pesisir Selatan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Rencana proses atau process planning yang dihasilkan dari penyusunan matriks Process Planning adalah penggunaan 8 mm bending punch , penggunaan 8 mm bending dies

Untuk dapat memberikan hasil yang lengkap maka fokus penelitian tersebut dirinci dalam unit-unit kajian sebagai berikut.Pertama, yaitu tingkat kehadiran pemilih

Dari pemerolehan fonologi tutur di atas, dapat penulis sampaikan bahwa bahasa tutur anak dalam penelitian ini adalah bilingual infomal yang merupakan representasi

Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs dalam Sarwono (2002) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah spiritual leadership dan konsep diri dapat memprediksi subjective

Sistem akan mendeteksi batasan maksimal JTM per Mapel pada saat proses Sistem akan mendeteksi batasan maksimal JTM per Mapel pada saat proses. isian Jadwal Kelas berlangsung

Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian akreditasi sampai dengan Maret 2016 hanya sebesar 62,9% dari semua elemen penilaian dalam standar akreditasi untuk