Alamat Redaksi:
Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Jurnal
&
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK (JAIA)Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Pelindung:
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab:
Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid.
Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris:
Diah Nurindah Sari, SKM.
Bendahara:
Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb.
Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.
Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST
Mitra Bestari :
DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.
Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DEWAN REDAKSI
1. Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang Dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015
Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N ... 1 - 9
2. Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Fatiah Handayani ... 11 - 19
3. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
Neli Sunarni ... 21 - 30
4. Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
Mulyanti ... 31 - 43
5. Makna Kekerasan pada Remaja Putri yang Melakukan Transaksi Seksual
Prita Putri Prima Pertiwi, Ardini Raksanagara, Kuswandewi Mutyara ... 45 - 54
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita oleh Kader Posyandu di Puskesmas “X” di Kabupaten Bandung Barat
31 31
JAIA 2016;1(1):
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK31-43
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN REMAJA DENGAN HASIL LUARAN JANIN DI RSUD KOTA BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009
Mulyanti
STIKes ‘Aisyiyah Bandung Email: yanti120511@gmail.com
ABSTRAK
Persalinan remaja telah menjadi masalah kesehatan yang penting di banyak negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya risiko terhadap komplikasi persalinan dan luaran perinatal yang buruk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persalinan remaja dengan hasil luaran janin di RSUD Kota Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009. Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik kasus kontrol, dengan menggunakan pendekatan secara retrospektif . Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik. Sampel penelitian adalah semua ibu bersalin berusia < 20 tahun di RSUD Kota Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009. Data dianalisis dengan uji statistik chi square dengan kemaknaan 95%. Penelitian diperoleh 170 kasus persalinan remaja dari 2947 total persalinan. Insidensi hasil luaran janin pada persalinan remaja berdasarkan berat badan lahir terbanyak adalah < 2500 gram sebesar 34,45%, Skor APGAR 1 menit pertama <7 (asfiksia/ringan-sedang) sebesar 24,45%, cacat kongenital sebesar 1,68% dan kematian perinatal sebesar 7,56%. Terdapat hubungan yang signifikan antara persalinan remaja dengan berat badan lahir rendah. Secara statistik terdapat hubungan antara persalinan remaja dengan berat badan lahir rendah. Para petugas kesehatan dan kader hendaknya meningkatkan penyuluhan yang terus menerus kepada ibu remaja untuk menunda kehamilan pertamanya minimal sampai ibu mencapai usia aman yaitu ≥ 20 tahun.
Kata kunci : persalinan remaja, hasil luaran janin
Abstract
Adolescent labor has become an important health problem in many countries around the world , both developed and developing countries, including Indonesia . It is associated with an increased risk for complications of labor and poor perinatal outcomes. The purpose of this study is to find out the correlation between female adolescents delivery and fetal outcome at RSUD Kota Bandung in the period of January 1st - December 31th 2009. The method of
this study was using analytical observasional case control study, with retrospectif approach.
Using the data was take of from medical record. The samples of the study of all delivery woman attain the age of <20 years old at RSUD Kota Bandung in the period of January 1st
- December 31th 2009. Data were analyzed using tested with chi square test and 95% level of
significant. The result of the study were 170 female adolescents delivery out of 2947 delivery. The incident of fetal outcome for female adolescents delivery at most by birth weight < 2500 gram were 34,45%, APGAR score in the first minute at <7 (minor-medium asphyxia) were 24,45%, kongenital anomaly was 1,68% and of perinatal mortality was 7,56%. There is the significant correlation between female adolescents delivery and fetal outcome by birth weight.
Statistically there is a relationship between birth adolescents with low birth weight. Health workers and cadres should improve continuous counseling to teenage mothers to delay first pregnancy until the mother reached the age of at least safe ie ≥ 20 years.
Keywords: female adolescents delivery, fetal outcome.
LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan
adalah salah satu indikator penentu derajat kesehatan sebuah negara. Menurut data WHO pada tahun 2005, sebanyak 536.000 perempuan
meninggal dunia akibat masalah persalinan, untuk negara-negara Asia Tenggara tahun 2000 angka kematian maternal tertinggi adalah Indonesia 384/100.000 KH. Walaupun Indonesia mengalami sedikit perbaikan dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2002 AKI Indonesia sebesar 307/100.000 KH. Itu artinya terdapat 307 ibu yang meninggal di setiap 100.000 kelahiran bayi yang hidup. Tiga tahun berikutnya, tahun 2005, angkanya menjadi 263/100.000 KH. Ada perubahan kearah perbaikan. Sedangkan negara-negara di Asia lainnya seperti Vietnam yang memiliki AKI 160/100.000 KH, Thailand memiliki AKI sekitar 129/100.000 KH, Malaysia 39/100.000 KH dan Singapura hanya 6/100.000 KH. Dari angka ini bisa dijadikan cermin bagaimana tingkat kesehatan masyarakat Indonesia. Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian bayi dari 26,9% menjadi 26% per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu berkurang dari 248 menjadi 206 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Propinsi Jawa Barat adalah salah satu propinsi padat di Indonesia dengan AKI sebesar 373 per 100.000 KH dan AKB sebesar 60,6 per 100.000 KH. Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% dari total populasi. Di Asia pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun, sedangkan dalam skala Nasional di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan.
Oleh karena itu, dengan proporsi jumlah
remaja yang sedemikian rupa, pada masa remaja ini banyak permasalahan yang mungkin timbul, sehingga diperlukan pengetahuan yang memadai dalam menanggulangi masalah remaja, termasuk upaya pencegahannya. Masalah yang terkait dengan remaja diantaranya adalah tentang perilaku, seperti merokok, perilaku seksual yang menyimpang, penggunaan NAPZA, infeksi menular seksual, depresi atau bahkan kehamilan dan persalinan yang juga sering terjadi pada remaja. Masalah kehamilan dan persalinan remaja ini umumnya banyak terjadi di negara berkembang. Namun masalah ini sebenarnya bukan urusan negara berkembang saja. Sebesar 10% setiap tahunnya remaja usia 15-19 tahun mengalami hamil, dan 13% dari seluruh kelahiran di AS adalah kelahiran dari perempuan usia remaja. Pada 2005 tingkat kehamilan pada remaja mencapai 40,5 kehamilan untuk setiap seribu remaja wanita. Empat dari 10 gadis hamil sebelum usia 20 tahun lebih dari 900.000 kehamilan remaja setiap tahun. Sekitar 40 persen ibu remaja berusia di bawah 18 tahun.
Di Indonesia berdasarkan hasil pendataan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 1997 menunjukkan bahwa 3,7% dari 32,2 juta keluarga adalah keluarga remaja di bawah usia 20 tahun.Kehamilan usia remaja memberikan gambaran bahwa perempuan tersebut hanya memperoleh pendidikan 9 tahun, tamat SLTP atau putus sekolah SLTA hal ini akan mempengaruhi remaja dalam banyak hal seperti dalam penerimaan kehamilan dan persalinannya, perawatan bayi, pendidikan anak, pengembangan fisik serta mental anak dan juga kehidupan sosial keluarga secara keseluruhan. Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 dengan usia kawin perempuan 16 tahun menyebabkan perkawinan
Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 33usia remaja meningkat. Temuan Biro Pusat Statistik 1980 bahwa 6,40% perempuan menikah pertama kali pada usia 16 tahun, sebesar 23,89% pada usia 17-18 tahun dan 39,70% menikah pada usia 19 tahun. Pusat studi Ekologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan di usia remaja yang langsung mengalami kehamilan adalah sebanyak 50% dan langsung mengalami persalinan yang pertama.
Kehamilan dan persalinan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja secara bermakna berhubungan dengan risiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan psikososial intrinsik remaja, terlebih lagi bila diperberat dengan faktor-faktor sosiodemografi seperti : kemiskinan, pendidikan yang rendah, belum menikah, asuhan pranatal yang tidak adekuat akan mengakibatkan meningkatnya risiko kehamilan dan persalinan serta kehidupan keluarga remaja yang kurang baik.Konsekuensi dari kehamilan remaja ini adalah pernikahan remaja dan pengguguran kandungan terutama bagi ibu yang tidak menginginkan kehamilannya. Menurut Data WHO, diseluruh dunia setiap tahun 15 juta remaja mengalami kehamilan yaitu 60%-nya berupaya mengakhiri60%-nya yang diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya dan memilih untuk melakukan aborsi. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Data BKKBN-LDFEUI (2000) 2,4 juta aborsi pertahun atau sekitar 21% dimana 11% terjadi pada persalinan di usia remaja. Data lain yang diperoleh adalah hingga September 2008, terdapat 400.000 kasus aborsi yang terjadi di Jawa Barat setiap tahun, separuhnya ditenggarai dilakukan oleh remaja.
Dari sudut kesehatan obstetri, kehamilan
dan persalinan pada usia remaja menimbulkan risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi seperti : anemia, preeklamsia, eklamsia, abortus, partus prematurus, persalinan macet, perdarahan, tindakan operatif obstetri lebih sering, dan kematian perinatal yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada golongan usia 20 tahun keatas. Penelitian di bagian Obstetri dan Ginekologi RSCM. FKUI. 1984 mendapatkan kejadian patologi kehamilan dan persalinan usia remaja 22, 31% dibandingkan dengan kehamilan di usia 20-30 tahun sebesar 8, 36%, angka kematian perinatal 109, 68% dibandingkan 51, 54% dan risiko kehamilan dan persalinannya 2, 4 kali lebih tinggi pada kehamilan remaja dibandingkan kehamilan di usia 20-30 tahun.
Berdasarkan data SDKI 2002-2003, komplikasi lain pada kehamilan remaja selama kehamilan, diantaranya adalah : kelahiran prematur, perdarahan, demam dan kejang. Komplikasi selama persalinan: partus lama, perdarahan, demam dan kejang. Berdasarkan SKRT pada tahun 1995 angka kematian terbesar pada remaja adalah 17/100.000 akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Adapun komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan pada kehamilan triwulan pertama dan ketiga, kekurangan darah, persalinan lama, dan ketidakseimbangan besar janin dengan panggul ibu, keracunan kehamilan : preeklampsia dan eklampsia. Menurut The
Population Reference Burean pada tahun 1996 bayi
yang lahir dari ibu remaja cenderung untuk lahir prematur, berat badan lahir rendah dan menderita gangguan pertumbuhan atau kecacatan. Sehingga risiko kematian bayi juga lebih tinggi bila ibunya berusia kurang dari 20 tahun.Angka Kematian Perinatal (AKP) menurut Firdaus, FA tahun 2002 adalah salah satu penyebab Angka Kematian Bayi yang masih tinggi di Indonesia. AKP di Jawa Barat masih tinggi, misalnya di RSHS Bandung tahun 2000 sekitar 16 % meningkat menjadi 47% pada tahun 2003.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki potensi besar terjadinya kehamilan dan persalinan remaja baik di daerah kota maupun pedesaan yang seperti kita ketahui memiliki peran dalam menyumbangkan AKI dan AKB. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
Antara Persalinan Remaja Dengan Hasil Luaran Janin Di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009”.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana insidensi persalinan remaja di bagian obstetri ginekologi RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009?
2. Bagaimana hasil luaran janin yang meliputi berat badan lahir, Skor APGAR 1 menit pertama, cacat kongenital dan kematian perinatal?
3. Apakah terdapat hubungan antara persalinan remaja dengan hasil luaran janin berdasarkan berat badan lahir dan Skor APGAR 1 menit pertama?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara persalinan pada kehamilan remaja dengan hasil luaran janin di RSUD Kota Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui insidensi persalinan remaja di bagian obstetri dan ginekologi RSUD Kota
Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009.
2. Mengetahui insidensi hasil luaran janin yang meliputi berat badan lahir, Skor APGAR 1 menit pertama, cacat kongenital dan kematian perinatal.
3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara persalinan remaja dengan hasil luaran janin yang meliputi berat badan lahir, Skor APGAR 1 menit pertama.
Kerangka Pemikiran
Jumlah remaja di Indonesia mencapai 22,2% dari seluruh jumlah penduduk. Persalinan pada kehamilan remaja dihadapkan kepada risiko tinggi baik dari sudut kedokteran maupun dari sudut pandang kemasyarakatan. Kedokteran menganggap tinggi risiko pada persalinan remaja karena sangat tingginya kejadian penyulit kehamilan, prematuritas, dan kematian bayi.
Angka kematian sangat tinggi untuk para ibu yang berumur < 20 tahun, menurun sampai tingkat minimum pada umur antara 20-30 tahun dan meningkat lagi pada umur >30 tahun. Komplikasi yang terjadi pada saaat kehamilan dan persalinan adalah perdarahan pada trimester I dan II, anemia, persalinan prematur, preeklamsia dan eklampsi, IUGR, kelainan letak, KPSW dll.
Komplikasi selama persalinan yang sering adalah persalinan preterm, hipertensi kehamilan, anemia, IUGR, kelainan letak, perdarahan antepartum, KPSW, dll. Selain daripada itu seringkali proses persalinan pada remaja berlangsung lebih awal sehingga berdampak sekali pada kelahiran bayi prematur yang biasanya BBLR. Menurut penelitian Elder 1994, Peacok et all 1995 menyatakan bahwa umur yang berisiko (<20 tahun) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian persalinan prematur. Dengan lahirnya bayi prematur maka sistim organ pentingnya belum sempurna sehingga dapat
Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 35menyebabkan terjadinya komplikasi lanjutan yaitu asfiksia, hopitermi, dan bahkan kematian.
Dari beberapa penelitian di Inggris ditemukan bahwa persalinan pada remaja dapat mengakibatkan terjadinya cacat kongenital yang berkontribusi terhadap angka kematian perinatal. Angka kejadian BBLR erat hubungannya dengan persalinan prematur dan status gizi ibu. Ibu yang bersalin di Indonesia rata-rata dengan anemia karena masih banyak berada pada status ekonomi yang masih rendah ataupun pengetahuannya masih kurang tentang nutrisi ibu hamil. Dengan status gizi dan anemianya maka kemungkinan persalinan prematur, cacat kongenital dan BBLR
juga meningkat karena kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan.
Asfiksia pada bayi baru lahir dapat terjadi baik disebabkan oleh faktor bayi maupun ibu. Dengan adanya komplikasi selama masa kehamilan dan persalinan seperti ibu dengan anemia, perdarahan antenatal, preeklampsia dan eklampsia, KPSW serta cacat kongenital pada bayi maka kemungkinan terjadinya asfiksia pun meningkat. Berpijak pada konsep-konsep dari teori dan keadaan dari masing-masing faktor predisposisi yang dikemukakan diatas, maka dapat digambarkan alur pikir sebagai berikut :
VARIABLE DEPENDEN VARIABLE INDEPENDEN
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
Hasil luaran janin :
• Berat badan lahir;
• Skor APGAR 1 menit pertam
a
• Cacat kongenital
• Kematian perinatal
Hasil luaran janin :
• Berat badan lahir;
• Skor APGAR 1 menit pertam
a
• Cacat kongenital
• Kematian perinatal
Umur Kehamilan Remaja yang Bersalin
> 20 mg
Umur Kehamilan Remaja yang Bersalin
> 20 mg Persalinan Remaja Persalinan Tidak Remaja Keterangan : : yang diteliti : yang tidak diteliti
METODOLOGI
Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik kasus kontrol, dengan pendekatan retrospektif. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dari rekam medik. Sampel penelitian adalah semua ibu bersalin dengan usia ibu < 20 tahun di RSUD Kota Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang dirawat di bagian obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung selama periode 1 Januari - 31 Desember 2009.
Sample
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan usia <20 tahun
di RSUD Kota Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Adapun rumus besar sampel (Data Proposional) untuk estimasi yang digunakan adalah dengan rumus Taro Yamane sebagai berikut :
Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
d2 = presisi yang ditetapkan
Pada penelitian ini, besar populasi persalinan remaja yang diambil dari data rekam medik adalah 170 kasus, dengan tingkat kesalahan yang diinginkan 5%, maka perhitungan besar sampel adalah:
Setelah didapatkan hasilnya 119,29 yang dibulatkan menjadi 119. Persalinan bukan remaja digunakan sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan teknik proporsional random sampling dengan sampel sebanyak 119 kasus.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Pengamatan dilakukan dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
Kriteria Inklusi
1. Kelompok kasus :
a. Ibu bersalin dengan usia < 20 tahun; b. Hasil luaran janin tanpa melihat usia
kehamilan;
c. Data rekam medik lengkap.
2. Kelompok kontrol :
a. Ibu bersalin dengan usia ≥20 tahun; b. Hasil luaran janin tanpa melihat usia
kehamilan;
c. Data rekam medik lengkap. Kriteria Ekslusi
1. Kelompok kasus :
a. Ibu bersalin dengan usia ≥20 ;
b. Ibu bersalin dengan hasil luaran kembar (gemelli);
c. Data rekam medik tidak lengkap. 2. Kelompok kontrol :
a. Ibu bersalin dengan hasil luaran kembar (gemelli);
b. Data rekam medik tidak lengkap.
Variabel
Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah persalinan remaja.
Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah :
1. Berat badan lahir
2. Skor APGAR 1 menit pertama 3. Cacat kongenital
4. Kematian perinatal
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data
Menggunakan data sekunder dari pasien bersalin yang dirawat, dengan menggunakan pendekatan retrospektif data diambil dari catatan medik di bagian Obstetri dan Ginekologi serta bagian Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 37Kota Bandung selama periode 1 Januari - 31 Desember 2009.
Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan secara
manual dengan melihat register dari buku catatan medik di bagian Obstetri dan Ginekologi serta bagian Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung menggunakan master tabel sebagai instrumen penelitian.
Definisi Operasional
Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Persalinan remaja adalah persalinan yang dialami wanita dengan usia kurang dari 20 tahun. Diagnosa ibu sesuai dengan diagnosa di rekam medik.
a) Remaja (< 20 tahun) b) Tidak remaja (≥20 tahun)
Nominal
Berat badan lahir adalah berat badan bayi dalam 24 jam pertama setelah lahir dengan satuan gram, yang dilakukan penimbangan di ruang bersalin. Diagnosa sesuai dengan data rekam medik.
a) < 1000 gr b) 1000-1499 gr c) 1500-2499 gr d) ≥ 2500 gr
Ordinal
Skor APGAR 1 menit pertama adalah sistem patokan skor yang digunakan untuk mengetahui keadaaan bayi asfiksia atau tidak dengan menilai denyut jantung, respirasi, tonus otot, refleks dan warna kulit dalam menit pertama setelah bayi lahir. Diagnosa sesuai dengan data rekam medik.
a) Asfiksia Berat : APGAR 1-3 b) Asfiksia Ringan sedang :
APGAR 4-6
c) Tanpa Asfiksia : APGAR 7-10
Ordinal
Cacat kongenital adalah keadaan cacat yang terjadi sejak kehamilan dan ditemukan setelah bayi dilahirkan. Diagnosa sesuai data rekam medik.
a) Ya cacat kongenital b) Tidak cacat kongenital
Nominal
Kematian perinatal adalah jumlah bayi yang lahir tanpa memperlihatkan tanda-tanda kehidupan ditambah jumlah kematian neonatus dalam kurun waktu 7 hari pertama setelah lahir yang tercatat selama di rawat di Rumah Sakit. Diagnosa sesuai dengan data rekam medik.
a) Lahir hidup b) Lahir mati
c) Kematian neonatal dini d) Kematian perinatal
Nominal
Pengolahan Data
Pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dengan menggunkan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 (23). Data dikumpulkan dengan tahapan: Editing
Dilakukan penyuntingan/pengeditan data setelah selesai melakukan rekap catatan rekam medik untuk menghindari adanya kesalahan
dalam pengambilan data. Coding
Memindahkan data yang sudah terkumpul dan diberi kode untuk memudahkan penghitungan statistik secara komputerisasi menggunakan angka (0 dan seterusnya).
Tabulating
Data yang sudah diberi kode lalu dipindahkan ke dalam tabel sehingga mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan.
Penyajian dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis. Analisis yang pertama yaitu univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi angka kejadian persalinan remaja, hasil luaran janin pada persalinan remaja, yaitu BB lahir, skor APGAR 1 menit pertama, cacat kongenital dan angka kejadian kematian perinatal. Data berbentuk kuantitatif dihitung dalam bentuk proporsi menjadi presentase dengan rumus sederhana berikut :
Keterangan : P = Preesentase f = Frekuensi
N = Jumlah seluruh populasi
Analisis yang kedua yaitu dengan analisis multivariat menggunakan uji statistik chi square. Untuk menganalisis hubungan digunakan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan 95% atau p< 0,05, adapun rumus yang digunakan adalah :
Rumus chi- square
Keterangan :
X2 = Nilai Chi-square ∑ = Jumlah
0 = Nilai hasil pengamatan (Observasi) E = Nilai harapan (Ekspektasi)
dk = (k - 1)(b - 1). 1 Keterangan :
dk = Derajat Kebebasan k = Jumlah kolom b = Jumlah baris
Suatu penyebab dapat dianggap sebagai penyebab timbulnya penyakit dengan diketahuinya perkiraan odds ratio (digunakan sebagai indikator ”sebab” dengan menghitung besarnya risiko). Makin besar odds ratio maka semakin tinggi kepercayaan bahwa faktor risiko tersebut penyebab.
Kasus Kontrol
Pajanan (+) A B
Pajanan (-) C D
Adapun rumus Odds Ratio (OR), adalah sebagai berikut:
Ψ (psi) = odds ratio = AD/BC
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, selama tahun 2009 terdapat 2947 jumlah persalinan dan sebanyak 170 persalinan (5,77%) dari total persalinan tersebut adalah persalinan remaja. Namun yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini sebanyak 124 kasus persalinan dan setelah dilakukan penghitungan diperoleh sampel sebanyak 119 kasus.
Insidensi Persalinan Remaja
Diagram 1. Insidensi Persalinan Remaja di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari – 31 Desember 2009
Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 39Pada diagram di atas, tampak bahwa persalinan remaja sebanyak 5,77%.
Tabel 1. Distribusi Persalinan Remaja Berdasarkan Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Persalinan Remaja
N % < 1000 gram 10 8,40 1000-1499 gram 2 1,68 1500-2499 gram 29 24,37 ≥ 2500 gram 78 65,50 Total 119 100
Dari tabel di atas, tampak bahwa hasil luaran janin dari persalinan remaja ditemukan berat badan lahir rendah < 2500 gram sebesar 34,45%.
Tabel 2. Distribusi Persalinan Remaja Berdasarkan Skor APGAR Bayi 1 Menit Pertama
Skor APGAR Persalinan Remaja
N % 1-3 (Asfiksia Berat) 2 1,82 4-6 (Asfiksia Sedang) 25 22,73 7-10 (Sedikit Asfiksia / Normal) 83 75,45 Total 110 100
Dari tabel di atas, tampak bahwa hasil luaran janin dari persalinan remaja lebih banyak ditemukan dengan Skor APGAR <7 (asfiksia berat-sedang) yaitu sebesar 24,55%, dan 1,82% diantaranya asfiksia berat.
Tabel 3. Distribusi Persalinan Remaja Berdasarkan Cacat Kongenital
Cacat Kongenital Persalinan Remaja
N %
Ya 2 1,68
Tidak 117 98,32
Total 119 100
Dari tabel di atas, tampak bahwa hasil luaran janin dari persalinan remaja yang mengalami cacat mayor hanya sebesar 1,68% yaitu kasus Labioschizis dan Palatoschizis.
Tabel 4. Distribusi Persalinan Remaja Berdasarkan Kematian Perinatal
Kematian Perinatal Persalinan Remaja
N %
Lahir Hidup 110 92,44
Lahir Mati 8 6,72
Kematian Neonatal Dini 1 0,84
Total 119 100
Dari tabel di atas, tampak bahwa dari persalinan remaja ditemukan hasil luaran janin yang mengalami lahir mati 6,72% dan kematian neonatal dini hanya 0,84%.
Berdasarkan tabel 5 berikut akan tampak bahwa pada persalinan remaja melahirkan bayi dengan berat badan < 2500 gram lebih besar 1,2 x lebih besar dibandingkan dengan berat badan bayi > 2500 gram. (OR= 1,08). Secara statistik perbedaan ini bermakna dengan nilai p=0,04 (p < α).
Tabel 5. Hubungan antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin Berdasarkan Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Remaja Tidak Remaja Total
N % N % N OR
< 2500 gram 41 52,6 37 47,4 78 1,08 p=0,04
≥ 2500 gram 78 48,7 82 51,3 160
Tabel 6. Hubungan antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin Berdasarkan Skor APGAR
Berat Badan Lahir Remaja Tidak Remaja Total
N % N % N OR
Asfiksia (APGAR <7) 27 56,0 21 44,0 48 1,23 p=1,98
Tidak Asfiksia (APGAR ≥7) 83 46,0 98 54,0 181
dk = 2 α = 0,05 X2tabel = 5,991 X2hitung = 3,242
Berdasarkan tabel 6 tampak bahwa pada persalinan remaja melahirkan bayi dengan asfiksia lebih besar 1, 23 x dibandingkan dengan persalinan tidak remaja (56,0% dibanding 46,0%). Walaupun demikian secara statistik perbedaan ini tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Pembahasan
Insidensi Persalinan Remaja
Terdapat 2947 persalinan dengan insidensi persalinan remaja sebanyak 170 kasus persalinan (5,77%) dari total persalinan tersebut. Namun, yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 124 kasus persalinan, sedangkan yang digunakan sebagai sampel hanya 119 kasus persalinan remaja. Berdasarkan profil statistik kota Bandung tahun 2005, perkawinan wanita usia di bawah 15 tahun menurun dari 9,70% pada tahun 2001 menjadi 6,67% pada tahun 2004. Sebanyak 49,75% wanita di kota Bandung menikah di usia 19-24 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan kecenderungan akan meningkatnya prevalensi kehamilan remaja di Indonesia, hal ini harus ditanggapi serius oleh para pembuat keputusan di bidang kesehatan. Menurut Survei Sosial Ekonomi (Susenas) 1997, bahwa lebih dari separuh (54,6%) perempuan Indonesia menikah pada usia remaja (10-19 tahun). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002, presentase kehamilan remaja di bawah usia 15 tahun propinsi Jawa Barat (18,02%) merupakan salah satu tertinggi di Indonesia dibandingkan DKI Jakarta (6,48%), Jawa Tengah (12,6%) atau D.I Yogyakarta (5,8%).
Penelitian di tempat lain juga menunjukkan bahwa jumlah persalinan pada kehamilan remaja di RSUD Majalaya pada tahun 2002-2003 sebesar 113 kasus (5,47 %) sedangkan penelitian yang pernah dilakukan di RS Immanuel selama periode 2001-2005 jumlah persalinan pada kehamilan remaja sebesar 4,50%. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa jumlah persalinan pada kehamilan remaja yang terjadi di RSUD Kota Bandung termasuk tinggi yaitu sebesar 5,77%.
Distribusi Hasil Luaran Janin pada Persalinan Remaja
Berat Badan Lahir Bayi
Dari tabel 1 tampak bahwa, berat badan lahir bayi dari persalinan pada kehamilan remaja tertinggi adalah berat badan ≥2500 gram (berat badan normal/cukup) yaitu sebesar 78 kasus (65,5%), sedangkan bayi dengan berat badan < 2500 gram sebesar 41 kasus (34,5%). Pada saat seorang remaja mengalami kehamilan, bayi yang dilahirkannya cenderung BBLR yang dapat meningkatkan kematian bayi dan kecenderungan kelainan kongenital. Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu <20 tahun. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia <20 tahun. Ibu - ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang. Selain pendidikan umunya rendah, ibu muda masih tergantung pada orang lain juga untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak memadai dan status nutrisinya yang kurang.
Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 41Skor APGAR
Berdasarkan tabel 2 insidensi asfiksia (Skor APGAR <7) sebanyak 27 kasus (24,55%) Tresnawati (1997), mengemukakan insidensi asfiksia perinatal berkisar antara 1,0-1,5% dari seluruh total persalinan dan hal ini sangat tergantung pada umur kehamilan dan berat badan lahir. Pada peneilitian di RS Immanuel (2005) asfiksia juga banyak ditemukan pada kelompok kehamilan remaja (17,62%), di RSUD Majalaya (2003) sebesar (55,75%) sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Bandung sebesar (24,55%). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kemungkinan besar bayi baru lahir dari persalinan remaja mengalami asfiksia.
Cacat Kongenital
Menurut hasil pada tabel 3 didapatkan kejadian cacat kongenital pada bayi baru lahir dari persalinan pada kehamilan remaja sebanyak 2 kasus (1,7%). Angka kejadian cacat kongenital pada bayi baru lahir dari ibu remaja cenderung meningkat. Remaja terkenal dengan kebiasaan makannya yang tidak sehat, hal ini dapat menyebabkan kemungkinan terancamnya kesejahteraan janin yang sedang tumbuh bila remaja tersebut hamil.
Nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan bayinya. Banyak ditemukan kelainan defek pada jantung dan penyakit diabetes sebagai akibat kurangnya asupan nutrisi selama pertumbuhan janin intrauterine. Hasil penelitian kejadian cacat kongenital di RSUD Kota Bandung cukup tinggi (1,7%) mengingat dari hasil beberapa penelitian angka kejadian kelainan kongenital sekitar 0,2 sampai 0,4% dari seluruh persalinan dan bervariasi di setiap Rumah Sakit. Misalnya, di RS Pirngadi Medan didapatkan 0,5%, di RSUD Majalaya sebesar 0,88% dan menurut Masloman
(1987) di RSUP Gunung Wenag Manado sebesar 0.95%.
Kematian Perinatal
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa kematian perinatal pada persalinan remaja sebanyak 9 kasus (7,56%). Hasil penelitian pada ibu aborigin di Australia (1996) ditemukan sebanyak 5 penyebab utama kematian perinatal yaitu lahir mati oleh penyebab yang tidak diketahui (18%), kelainan kongenital (17%), persalinan preterm (15%), infeksi (10%), dan perdarahan antepartum (10%). Persalinan remaja mengakibatkan kematian perinatal sebesar 8% menurut penelitian Verrna, V (2000), neonatal dini oleh Nayak et all (1997). Kematian perinatal banyak disebabkan oleh kondisi komplikasi selama kehamilan seperti persalinan preterm, hipertensi pada kehamilan, KPSW dan lain-lain. Selain daripada itu kesiapan secara psikologis juga dapat mempengaruhi proses persalinan ibu remaja. Hasil penelitian kematian perinatal pada remaja di RSUD Kota Bandung cukup tinggi dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian di atas.
Hubungan antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin Berdasarkan Berat Badan Lahir
Berdasarkan tabel 5 di atas tampak bahwa setelah dilakukan penghitungan secara statistik dengan uji chi square, diperoleh suatu kesimpulan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara persalinan pada kehamilan remaja dengan hasil berat badan bayi <2500 gram (BBLR). Hal ini dapat dilihat dari nilai X2hitung = 13,07 > X2tabel = 7,815 pada α = 0,05 dan dk = 3. Hasil uji statistik X2bermakna p < 0,05 (X2hitung > X2tabel) (13,07 > 4,916).
Besarnya risiko terjadinya bayi berat lahir rendah pada persalinan remaja memiliki risiko 1,08 kali lebih besar bila di bandingkan dengan
kelompok persalinan tidak remaja. Remaja berisiko paling besar untuk menghadapi masalah dalam masa hamil dan melahirkan bayi. Insidensi bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi, dan abortus dua sampai tiga kali lebih tinggi pada wanita kelompok usia ini dibandingkan dengan wanita berusia lebih dari 25 tahun (National Center For Health statistic,1993)
Gortzark-Utzan, Fraser, Chabra, Lao dan Miller (1996, 2001) juga mendapatkan hasil penelitian yang sama, kelompok kehamilan remaja merupakan persentase tertinggi pada persalinan prematur dan berat janin lahir rendah dan memiliki yang bermakna. Hal ini juga sesuai dengan beberapa literatur yang menyatakan bahwa seiring peningkatan usia ibu, maka risiko untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) semakin menurun. Orang tua remaja ini memiliki angka mortalitas pascaneonatus, sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome (SIDS)), dan jumlah penyakit dan cedera pada masa kanak-kanak juga akan lebih tinggi. Hubungan antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin Berdasarkan Skor APGAR
Berdasarkan tabel 6 di atas tampak bahwa setelah dilakukan penghitungan secara statistik dengan uji chi square, diperoleh suatu kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara asfiksia (Skor APGAR <7). Hal ini dapat dilihat dari nilai X2hitung = 3,242 > X2tabel = 5,991 pada α = 0,05 dan dk = 2, p =1,98. Hasil uji statistik X2 tidak bermakna p > 0,05 (1,98 > 0,05) dan (X2hitung > X2tabel) (3,242 > 5,991).
Besarnya risiko terjadinya asfiksia pada persalinan remaja memiliki risiko 1,23 kali lebih besar bila di bandingkan dengan kelompok persalinan tidak remaja. Hal ini sesuai dengan etiologi menurut teori terjadinya asfiksia. Dimana hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran
gas O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam pengeluaran CO2. Menurut penelitian Djaja S, Kosen S, Senewe FP, dan Ariawan I (2004), bahwa secara umum penyebab terbesar kematian neonatal adalah asfiksia (40%). Kesehatan bayi neonatal dini sangat berhubungan erat dengan karakteristik dan kesehatan ibu ketika hamil, terutama pada ibu yang berrisiko salah satunya persalinan pada usia <20 tahun. Dalam penelitian ini kemungkinan banyak faktor yang mempengaruhi hasil penilaian skor APGAR sehingga tidak terdapat hubungan yang bermakna walaupun angka perbedaan risiko yang cukup tinggi OR=1,23.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Insidensi persalinan remaja di bagian obstetri
dan ginekologi RSUD Kota Bandung periode 1 Januari - 31 Desember 2009 sebesar 5,77% dari 2947 total persalinan.
2. Insidensi hasil luaran janin pada persalinan remaja berdasarkan berat badan lahir <2500 gram (BBLR) sebesar 34,45%, hasil Skor APGAR 1 menit pertama <7-10 (asfiksia ringan-sedang) sebesar 24,45%, cacat kongenital sebesar 1,68% dan kematian perinatal sebesar 7,56%.
3. Secara statistik terdapat hubungan antara persalinan remaja dengan berat badan lahir rendah dengan nilai p=0,04.
Saran
1. Para petugas kesehatan dan kader hendaknya meningkatkan penyuluhan yang terus menerus kepada ibu remaja untuk menunda
Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
JURNAL ASUHAN IBU
&
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 43kehamilan pertamanya minimal sampai ibu mencapai usia aman yaitu ≥ 20 tahun, karena persalinan di usia remaja mempunyai risiko terhadap ibu dan hasil luaran janinnya.
2. Apabila petugas kesehatan menemukan kehamilan pada ibu remaja sebaiknya menganjurkan ibu remaja tersebut untuk bersalin di tenaga kesehatan atau Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Forum diskusi majalah farmacia 2007. Kematian
ibu : petaka yang sulit surut. www.who.int.
Di akses 31 Januari 2010.
Depkes RI. Profil kesehatan jawa barat 2000. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, 2000.
Turunkan AKI JABAR via spirit kartini 2008. (www.bkkbn.gi.id). Di akses 2 Februari 2010
Soetjiningsih. Tumbuh kembang remaja dan
permasalahannya. Jakarta : Cv. Sagung
seto. 2007: 1-6, 139-145.
Badan perencanaan daerah jawa barat 2006.
Agenda pemerintah provinsi jawa barat triwulan III. www.depkes.go.id. Di akses
31 Januari 2010.
Azwar Azrul. Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia. Kesehatan reproduksi remaja
di indonesia. Dalam : Buku Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : Reproductive Program Faculty of Public Health University of Indonesia, 2002 : 35-45.
Djadja Sarimawar, Soemantri S, M. Kristanti Ch, Agustina Lubis. Estimasi angka kematian
remaja dan usia muda di Indonesia. Dalam
: Buku I Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Reproductive Health Program Faculty of Public Health University of Indonesia. 2002: 53-60.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
2006 : 168, 196.
Sariito W. Patologi remaja. Jakarta : Rara Gravindo Husada, 2002 : 5-7.
. Profil wanita indonesia 2002. Jakarta
: Badan Pusat statistik Indonesia. 2002. Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. Buku ajar
keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta :
EGC. 2004 : 836.
Hull D, Johnston DI. Dasar –dasar penelitian.edisi
3. Jakarta : EGC, 1998.
Sastrawinata Ucke S. Gambaran epidemiologi klinik
kehamilan remaja di RS immanuel bandung.
Vol 7, No.1, HLM 1-99, BDG,7/2007, ISSN 1411-9641.
Gortzak-Uzan L, Hallak M, Pres SF. Teenage
pregnancy : risk factors for adverse perinatal outcome. J Matern Fet Med, 2001.
Riduwan, Akdon proff. Rumus dan data dalam
analisis statistika. Bandung : Alfabeta,
2009 : 249.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005 :
26-27, 145-6, 188.
Budirto, Eko. Metodologi penelitian kedokteran
sebuah pengantar. Jakarta : EGC. 2004 : 46.
Hidayat, AA. Metode penelitian kebidanan dan
teknik analisis data. Jakarta : Salemba