• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG GALAH (Macrobranchium rosenbergii De Man) SKALA LABORATORIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG GALAH (Macrobranchium rosenbergii De Man) SKALA LABORATORIUM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG

GALAH (Macrobranchium rosenbergii De Man) SKALA

LABORATORIUM

Juliwati Putri Batubara (1) Lanna Reni Gustianty (2)

Universitas Asahan Jl. Jend. Ahmad Yani Kisaran

Telp. 0623-42643 juliwatiputri_gmail.com (1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek ekologi, biologi dan peluang akuakultur pada udang galah dan mengetahui laju pertumbuhan harian udang galah, pertumbuhan mutlak dan relatif dari pakan alami maupun buatan yang diberikan serta kelangsungan hidup udang galah. Metode penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pakan (Po : cacing tubifex, P1 : keong, P2 : pellet) dan media (M1 : terang dan M2 : gelap). Parameter yang diukur yaitu laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak dan relatif, kelangsungan hidup udang galah serta kualitas air pada wadah pemeliharaan. Udang galah yang diberi pakan Tubifex memperlihatkan laju pertumbuhan harian (9,03%); pertumbuhan berat mutlak (5,69 gram) dan relatif (0,46); pertumbuhan panjang mutlak (1,56 cm) dan relatif (0,14) serta kelangsungan hidup (83,9) tertinggi dibandingkan dengan udang galah yang diberi pakan Keong dan Pellet. Hasil pengukuran kualitas air memperlihatkan bahwa suhu air antara 27 – 28 0 C, pH 7,7 – 8 dan kandungan oksigen terlarut (DO) 2,9 sampai 5,3 masih mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang galah

Kata Kunci : Pakan, pertumbuhan, udang galah

1. PENDAHULUAN

Udang galah (Macrobranchium rosenbergii De Man) merupakan udang air tawar bernilai ekonomis tinggi dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Udang galah berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang berperan sebagai pemakan bangkai dan detritus di sungai, kolam dan danau serta sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar, seperti ikan (Wowor,

et al, 2009). Udang galah merupakan udang asli (native) yang dijumpai disela-sela tumbuhan yang

hidup disepanjang Aliran Sungai Asahan. Harga jual udang galah ini dapat mencapai Rp.185.000/kg, nilai jual yang tinggi berdampak kepada tingginya penangkapan udang galah ini dialam. Penangkapan udang galah yang berlangsung terus menerus tanpa memperhatikan kelestarian, terjadi degradasi habitat udang bahkan adanya invasi udang lain di alam yang lebih mudah beradaptasi (Said et al, 2012) merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup udang galah dan menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi udang galah dialam (Siregar et al, 2001). Adanya penurunan populasi udang galah dialam dibuktikan dengan ukuran tangkapan relatif kecil, masa penangkapan lebih lama dan luasan fishing ground lebih luas.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah penurunan populasi udang galah dialam dan untuk menjaga keberadaan udang galah dihabitat lestari dapat dilakukan dengan melakukan usaha budidaya (Sudrajat dan Effendie, 2002). Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui pengembangan wadah artificial (buatan) identik dengan alaminya dengan cara memelihara udang galah liar dialam pada lingkungan buatan yang terkontrol sehingga terbiasa dengan kondisi lingkungan yang baru dan diharapkan dapat menjadi indukan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru berupa pakan maupun habitat. Pengembangan usaha pemeliharaan udang dapat dilakukan dengan

(2)

memperkenalkan udang galah pada kondisi baru terhadap habitat maupun makanan, hal ini berhubungan dengan keberhasilan dalan usaha budidaya udang galah antara lain dengan memperhatikan penggunaan jenis pakan dan pemberian pakan yang tepat (Khasani, 2013). Dari uraian tersebut sehingga penulis melakukan penelitian tentang Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Galah (Macrobranchium Rosenbergii De Man) Skala Laboratorium dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akan aspek ekologi, biologi dan peluang akuakultur pada udang galah dan mengetahui laju pertumbuhan harian udang galah, pertumbuhan mutlak dan relatif dari pakan alami maupun buatan yang diberikan serta kelangsungan hidup udang galah.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Oktober 2016 di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Asahan. Alat yang digunakan yaitu Akuarium sejumlah 24 buah, aerator, selter, DO meter, pH meter, penggaris, timbangan analitik, tangguk, gangset, ember penampung, mesin pompa sementara bahan dari penelitian ini berupa udang galah hidup sebanyak 168 ekor (7 ekor/akuarium), cacing tubifex (10 mug), keong mas, pellet (10 kg), Kalium Permanganat (PK), Metilen Blue (MB) dan plastik hitam. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pakan (Po : cacing tubifex, P1 : keong, P2 : pellet) dan media (M1 : terang dan M2 : gelap) masing-masing 3 ulangan. Parameter yang diukur yaitu laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak dan relatif; kelangsungan hidup udang galah dan kualitas air pada wadah pemeliharaan.

4. PROSEDUR PENELITIAN Persiapan wadah pemeliharaan

Semua peralatan yang digunakan seperti selter, batu aerasi, selang aerasi dan paralon pengatur ketinggian air direndam kedalam larutan Kalium Permanganat (PK) selama 1 malam lalu dibersihkan. Dinding luar aquarium dibungkus dengan plastik hitam dan ditempatkan pada rak aquarium secara acak selanjutnya dinding dalam aqarium disikat lalu dibilas hingga bersih. Aquarium selanjutnya direndam dengan Kalium Permanganat (PK) selama 1 malam, lalu dibersihkan dan dikeringkan. Aquarium yang telah bersih dimasukkan air sampai ketinggian 20 cm lalu ditetesi 1 tetes/2 liter Metilyn Blue (MB), kedalam aquarium ditempatkan selter dari paralon sebanyak 7 buah. Air aquarium selanjutnya diberi diaerasi, Air didalam aquarium dibiarkan selama 3 hari baru kedalamnya dimasukkan udang galah sebanyak 7 ekor/aquarium.

Pengambilan sampel dan pemeliharaan Udang galah

Udang yang diperoleh dari nelayan pengumpul ditempatkan masing-masing kedalam aquarium sebanyak 7 ekor menggunakan tangguk secara perlahan-lahan sampai udang bergerak dengan sendirinya keluar dari tangguk setelah terlebih dahulu diukur panjang dan beratnya (berat awal). Udang dipelihara selama 2 bulan pemeliharaan dan dilakukan pergantian air minimal 1-2 kali sehari. Penyiponan dilakukan dengan mengeluarkan air sebagian dengan selang lalu menambahkan air baru kedalam akuarium sampai ketinggian 20 cm.

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan berupa pellet, tubifex dan keong dengan frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB, 14.00 WIB dan 20.00 WIB sebanyak 3% dari berat badan udang yang dipelihara.

Pengukuran panjang dan berat ikan

Pengukuran panjang dan berat udang dilakukan secara sampling setiap seminggu sekali, Pertambahan panjang total udang diukur dari mulai antennula sampai ke ujung Telson sementara

(3)

pertambahan berat dilakukan dengan menimbang udang, hasil pengukuran panjang dan berat selama sampling dicatat.

Pengukuran kualitas air

Pengukuran kualitas air berupa suhu, pH dan kandungan Oksigen terlarut (DO) dilakukan sekali minggu. Pengukuran kandungan oksigen terlarut dan suhu dilakukan dengan menempatkan DO meter kedalam air akuarium sementara pH air diukur dengan menepatkan pH meter kedalam air akuarium hasil pengukuran kualitas air dicatat.

5. ANALISIS DATA

1. Laju Pertumbuhan Harian atau Specific Grow Rate(SGR)

Penghitungan laju pertumbuhan harian digunakan rumus yang dikemukakan oleh Hariati (1989), sebagai berikut : % 100 x t Wo Wt SGR  Dimana:

SGR = Laju Pertumbuhan Harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (ekor) W0 = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (ekor) t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

2. Pengukuran Panjang dan Berat

Pengukuran data pertumbuhan berat (gr) dan panjang (cm) berdasarkan Effendie (1992)

Wo Wt PMB Berat Mutlak n

Pertambaha ( )  Dimana : PMB : Pertambahan Mutlak Berat

Wt : Berat Akhir Wo : Berat Awal

Pengukuran pertumbuhan bobot relatif menggunakan rumus Effendie (1992) Wo Wo Wt W   dimana :

W = Pertumbuhan bobot relatif Wo = Bobot larva pada waktu t (g) Wt = Bobot ikan pada awal (g)

PertambahanPanjang MutlakLtLo

Dimana :

PPM : Pertambahan Panjang Mutlak Lt : Panjang Akhir

Lo : Panjang Awal

Pengukuran pertumbuhan panjang bobot menggunakan rumus Effendie (1992) Lo Lo Lt L  dimana :

L = Pertumbuhan bobot relatif Lo = Panjang larva pada waktu t (cm) Lt = Panjang udang pada awal (cm)

(4)

3. Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengukuran Kelangsungan Hidup berdasarkan Mudjiman (2005) yakni : % 100 ) ( . x No Nt SR anHidup Kelangsung Tingkat  Dimana

SR : Tingkat Kelangsungan hidup ikan (%)

Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir percobaan (ekor) No : Jumlah ikan yang hidup pada awal percobaan (ekor)

4. Pengukuran Morfometrik dan Meristik

Pengukuran Morfometrik dan Meristik berdasarkan Munasinghe dan Thushari (2010)

Keterangan data Morfometrik

1. PT : Panjang Total, Panjang dari antennula sampai ke ujung Telson (Gambar 1)

2. PAb : Panjang abdominal, panjang dari karapas depan sampai ke ujung Telson (Gambar 1) 3. P Tel : Panjang Telson, panjang maksimum dari telson (Gambar 1)

4. PK : Panjang Kapapas, Panjang dari pangkal mata sampai batas karapas depan (Gambar 1) 5. LK : Lebar Karapas, Lebar maksimum karapas (Gambar 1)

6. 1 PAp : Panjang abdominal 1, Panjang maksimum pada segmen abdominal pertama (Gambar 1) 7. 2 PAk : Panjang abdominal 2, Panjang maksimum pada segmen kedua abdominal (Gambar 1) 8. PR : Panjang Rostral, panjang dari ujung hingga pangkal Rostrum (Gambar 1)

Keterangan data Meristik

1. NaR : Nomor gigi atas Rostrum, Total jumlah duri atas pada Rostrum 2. NbR : Nomor gigi bawah Rostrum, Total jumlah duri bawah pada Rostrum

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Laju pertumbuhan harian Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Udang Galah dipelihara dalam aquarium selama 63 hari memperlihatkan adanya perubahan ukuran panjang dan berat dari mulai udang galah dimasukkan (awal pemeliharaan) sampai panen (akhir Pemeliharaan). Menurut Satyani et al., 2010, Pertumbuhan adalah perubahan ikan/udang yang dilihat dari berat maupun panjang tubuh dalam waktu tertentu. Laju pertumbuhan harian udang galah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan harian Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Gambar 1. Skema Representasi Udang Galah Macrobrachium rosenbergii beserta Parameter Morfometrik dan Meristik yang Digunakan Dalam Studi. Sumber : Munasinghe dan Thusari (2010).

(5)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa udang galah yang diberikan pakan berupa Tubifex memperlihatkan laju pertumbuhan yang paling baik yaitu 9,03%, diikuti oleh pakan keong (3,99%) sementara pakan pellet memperlihatkan pertumbuhan yang paling rendah dari perlakuan yang diberikan. Tingginya laju pertumbuhan udang galah yang diberikan pakan Tubifex karena Tubifex memiliki kandungan protein yang tinggi sebesar 52,25% dan energi sebesar 5018,2% serta serat kasar yang rendah (

2,9%)

sehingga pakan dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi udang galah yang diperlihara (Subekti et al., 2011).

6.2. Pertumbuhan Panjang dan Berat Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Pertumbuhan panjang dan berat udang galah dapat diketahui dengan mengukur panjang/berat udang galah diakhir pemeliharaan dengan panjang/berat udang galah diawal pemeliharaan. Hasil pengukuran panjang dan berat udang galah ini akan dapat menentukan pertumbuhan mutlak dan relatif dari udang galah tersebut. Pengukuran petumbuhan panjang dan berat mutlak serta pertumbuhan relatif udang dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 berikut.

Tabel 2. Pertumbuhan Panjang Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Dari Tabel 2 dapat dilihat pertumbuhan panjang mutlak dan relatif udang galah yang diberikan pakan Tubifex lebih baik dibandingkan dengan udang galah yang diberi pakan keong dan pellet dimana rata-rata pertumbuhan udang galah yang diukur setiap samplingnya menunjukkan pertumbuhan mutlak yang diberi pakan Tubifex sebesar 1,56 cm sedangkan pertumbuhan relatif

(6)

sebesar 0,14 sementara pertumbuhan mutlak dan relatif dari rata-rata udang yang diberikan pakan berupa keong memperlihatkan pertumbuhan terendah dari perlakuan sebesar 0,98 cm dan 0,10.

Pertumbuhan panjang selalu diikuti dengan pertumbuhan dari berat udang yang dipelihara. Adapun pertumbuhan berat mutlak dan relatif dari udang galah selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Pertumbuhan Berat Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan berat mutlak dan relatif udang galah yang diberikan pakan Tubifex tertinggi jika dibandingkan dengan udang yang diberi pakan keong dan pellet yaitu sebesar 5,69 gram dan 0,46. Pertumbuhan berat mutlak dan relatif terendah diperlihatkan udang yang diberi pakan pellet yaitu sebesar 1,55 gram dan 0,11. Rendahnya pertambahan bobot udang yang diberi pakan pellet karena udang masih beradaptasi dengan pakan buatan selain itu kekeruhan yang ditimbulkan oleh sisa pakan pellet menyebabkan menurunnya nafsu makan udang galah hal ini tentunya akan menyebabkan lambatnya pertumbuhan bobot/berat udang galah. Adanya penempelan sisa pakan pada rambut-rambut aestetac inilah yang menyebabkan menurunnya nafsu makan udang galah. Menurut Khasani (2013), Penyampaian informasi rangsangan oleh rambut-rambut aestetac sebagai organ sensorik, menurunnya rangsangan yang diterima rambut-rambut aestetac menyebabkan menurunnya respon udang dalam mencari dan mendekat pakan serta respon udang dalam menemukan dan memakan pakan yang diberikan.

Dari penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa udang galah dapat dibudidayakan pada lingkungan buatan karena selama pemeliharaan didapati udang galah bertelur yang disimpan pada kaki renang udang betina. Perkembangan gonad pada udang dikarenakan udang dapat memanfaatkan pakan yang diberikan baik pakan alami dan buatan karena pertumbuhan udang sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan dengan jenis dan kualitas serta jumlah yang mencukupi kebutuhan tubuhnya (Mukti dan Satyantini, 2005).

(7)

6.3. Tingkat Kelangsungan Hidup Udang galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Selama pemeliharaan dijumpai udang galah yang mati, kematian udang dikarenakan rendahnya adaptasi udang galah terhadap ruang/wadah dan pakan yang diberikan, kegagalan molting serta kanibalisme. Tingkah laku udang yang agresif pada saat udang dipindahkan ke aquarium dimana dijumpai udang yang mati karena meloncat dari wadah pemeliharaan. Kematian udang karena sulit beradaptasi terhadap pakan yang ditandai dengan kosongnya saluran pencernaan. Menurut Tjahjo et al.,(2004), Penyebab mortalitas pada saat udang dimasukkan kedalam lingkungan baru dibagi dua tahap yaitu tahap (1) tahap proses adaptasi dengan lingkungan baru dan (2) tahap pasca adaptasi (mortalitas normal).

Pada saat molting, kulit udang hanya terlepas sebagian keadaan ini tentunya membutuhkan banyak energi sehingga kematian udang disebabkan karena kehabisan energi saat ganti kulit, saat molting umumnya udang lemah dan tidak aktif bergerak (malas bergerak) keadaan ini menyebabkan udang lemah dimangsa oleh udang lainnya (kanibalisme). Menurut Ferraris et al (1987) dalam Anggoro (1992), kematian akibat gangguan molting berkaitan dengan terjadinya gangguan osmolaritas internal, kehabisan energi untuk ganti kulit serta berkurangnya daya pemanfaatan pakan. Gagal molting bisa diakibatkan oleh kondisi cangkang yang keras sehingga proses pergantian kulit berikutnya akan sulit dilakukan dan keadaan ini akan menghambat pertumbuhan udang (Ali dan Waluyo, 2015). Lambatnya proses pengerasan kulit atau lamanya waktu yang dibutuhkan sehingga terbentuknya kulit yang baru menyebabkan udang tidak segera aktif makan, semakin lama kulit baru terbentuk maka udang terus tidak aktif makan keadaan ini tentunya akan menjadi penyebab kematian udang yang dipelihara (Zaidy 2007). Kelangsungan hidup udang galah selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini

Tabel 4. Kelangsungan Hidup Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii De Man)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa udang galah yang diberi pakan Tubifex menunjukkan kelangsungan hidup tertinggi dari udang yang diberi pakan keong dan pellet. Tingginya kelangsungan hidup udang yang diberi pakan Tubifex karena pakan ini salah satu pakan udang dihabitat aslinya selain itu udang akan segera mengambil Tubifex menggunakan kaki jalan kedua saat pakan ini diberikan. Menurut (Gopa et al., 2005), Udang bersifat omnivora namun zooplankton dan cacing oligochaeta berperan penting dalam nutrisi udang galah air tawar. Cacing tanah dan larva serangga juga merupakan pakan alami bagi udang galah. Peningkatan makroinvertebrata sangat penting dalam memelihara udang dikolam untuk produksi udang galah karena dapat meningkatkan efesiensi pakan.

Kelangsungan hidup udang yang diberi pakan Tubifex sebesar 83,9 % diikuti oleh pakan keong sebesar 75% sementara kelangsungan hidup terendah ditunjukkan oleh udang yang diberi pakan pellet yaitu: 67,9%. Rendahnya kelangsungan hidup udang yang diberi pakan pellet karena sisa pakan menyebabkan penurunan kualitas air dalam wadah pemeliharaan.

(8)

Selama pengamatan memperlihatkan karakteristik morfometrik dan meristik yang bervariasi antar udang galah hanya saja susunan gerigi yang dimiliki oleh udang galah menunjukkan jumlah yang sama. Susunan gerigi ini merupakan salah satu kunci identifikasi jenis udang galah dimana jumlah gerigi rostrum bagian atas berjumlah antara 11-14 buah dan bagian bawah berjumlah 8-14 buah (Carpenter dan Niem, 1998). Karakteristik Morfometrik dan Meristik Udang galah dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 berikut.

Tabel 5. Ringkasan Statistik Parameter Morfometrik Udang Galah

Tabel 6. Ringkasan Statistik Parameter Meristik Udang Galah

6.5. Kualitas Air

Kualitas air yang diukur selama pemeliharaan selama pemeliharaan antara lain suhu antara 27 – 28 0 C, kandungan oksigen terlarut (DO) antara 2,9 sampai 5,3 dan pH antara 7,7 – 8. Data kualitas air yang diperoleh masih mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang galah yang dipelihara. Menurut Tidwell et al (2005), udang toleran pada suhu 18 – 34 0C dan suhu optimum 27 – 32 0C. pH dan kandungan oksigen terlarut (DO) optimum 7 – 9 dan 4 – 7 mg/L ( D’Abramo et

al., (2006)., Tidwell dan Coyle, 2008). Menurut Sutomo dan Mu’minah (2004) oksigen terlarut

untuk pertumbuhan udang galah adalah > 3 ppm, sedang temperatur untuk pertumbuhan udang galah adalah antara 25 – 310 C.

7. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan antara lain:

1. Laju pertumbuhan harian tertinggi diperlihatkan oleh udang galah yang diberikan pakan Tubifex sebesar 9,03% sementara laju pertumbuhan terendah pada udang yang diberi pakan pellet yaitu 2,46%

(9)

2. Pertumbuhan berat mutlak dan relatif dari udang galah yang diberi pakan Tubifex tertinggi yaitu sebesar 5,69 gram dan 0,46 sementara pertumbuhan berat mutlak dan relatif terendah diperlihatkan oleh udang yang diberi pakan pellet yaitu 1,55 gram dan 0,11.

3. Pertumbuhan panjang mutlak dan relatif dari udang galah yang diberi pakan Tubifex tertinggi yaitu 1,56 cm dan 0,14 sementara pertumbuhan panjang mutlak dan relatif terendah dijumpai pada udang yang diberi pakan keong 0,98 cm dan 0,10

4. Kelangsungan hidup tertinggi diperlihatkan oleh udang galah yang diberi pakan Tubifex yaitu 83,9% dan terendah diperlihatkan oleh udang yang diberi pakan pellet yaitu 67,9%

5. Hasil pengukuran kualitas air masih mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang dimana suhu air antara 27 – 28 0 C, pH 7,7 – 8 dan kandungan oksigen terlarut (DO) 2,9 sampai 5,3.

8. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengatasi kegagalan molting dan proses penetasan telur udang galah.

9. REFERENSI

Ali, F dan A. Waluyo 2015. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Udang Galah (Macrobranchuim rosenbergii De Man) pada Media Bersalinitas. Limnotek. 22(1): 42-51 Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya Tetas Telur dan

Vitalitas Larva Udang Windu (Pennaeus monodon Fabricius). Disertasi, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Carpenter, E.K and V.R. Niem. 1998. The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific. Vol 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians, Sharks. FAO of United Nations. Rome.

D’Abramo, L.R., J.H. Tidwell., M. Fondren dan C.L. Ohs. 2006. Pond Produvtion of Freshwater Prawn in Temperate Climates Southern Regional Aquaculture Center (SRAC) Publications No 484

Effendie, M. I. 1992. Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia, Bogor.

Gopa, M., P.K. Mukhopadhyay dan D.N. Chattopadhyay. 2005. Nutrition and Feeding in Freswater Prawn (Macrobranchium rosenbergii) Farming. Aqua Feeds: Formulation & Beyond. 2(1):17-19

Hariati, A. M. 1989. Makanan Ikan.UNIBRAW /LUW / Fishries Product Universitas Heemstra, .C. and J.E. Randall. 1993. Groupers of The World. FAO Species Cataloque. Food and Agriculture

Khasani, I. 2013. Atraktan Pada Pakan Ikan: Jenis, Fungsi dan Respon Ikan. Media Akuakultur. 8(3) : 127-133

Mukti, A.T dan W.H. Satyantini. 2005. Role of L-Carnitine on Development and Growth of Freshwater Prawn Fry, Macrobranchium rosenbergii. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan

Perikanan Indonesiai. 1:23-26

Munasinge DHN, Thusari GGN. 2010. Analysis of morphological variation of four population of

Macrobrachium Rosenbergii (De Man, 1879) (crustacean : Decapoda ) di Sri Lanka.

(10)

Said, D.S. M. Maghfirah, D. Wowor, dan Triyanto. 2012. Kondisi Populasi, Kondisi Ekologis, dan Potensi Udang Macrobrachium sintangense. Studi Kasus Wilayah Bogor-Jawa Barat dan Brebes-Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Limnologi 6. Botanical Convention

Center, 16 Juli 2012. Bogor

Satyani, D., N. Meilisza dan L. Solichah. 2010. Gambaran Pertumbuhan Panjang Benih Ikan Botia

(Chomobita macracanthu) Hasil Budidaya Pada Pemeliharaan dalam Sistem Hapa dengan

Padat Penebaran 5 Ekor Per Liter. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Siregar, A S., T. P. Sinaga, & Setijanto. 2001. Studi Ekologi Fauna Benthik (Macrobrachium spp) pada Sungai Banjaran, S. Pelus dan S. Logawa, Banyumas. Biosfera 19 - (Mei 2001) ISSN: 0853 – 1625.

Sudrajat, A.O dan I. Effendi. 2002. Pemberian Pakan Buatan Bagi Benih Ikan Betutu, Oxyeleotris

marmorata (BLKR.). Jurnal Akuakultur Indonesia, Volum 1.

Surbekti, S., M. Prawesti dan M. Arief. 2011. Pengeruh Kombinasi Pakan Buatan dan Pakan Alami Cacing Sutera (Tubifex tubifex) dengan Persentase yang Berbeda Terhadap Retensi Protein, Leak dan Energi pada Ikan Sidat (Anguila bicolor). Jurnal Kelautan. 4(1): 90-95

Sutomo, H, dan Mu’minah, S. 2004. Budidaya Udang Galah. Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi.

Tidwell JH, D’Abramo LR, Coyle SD and Yasharian D (2005) Overview of recent and development in temperate culture of the freshwater prawn (M. rosenbergii De Man) in the South Central United States. Aquaculture Research 36: 264-277.

Tidwell J and Coyle S (2008) Impact of Substrate Physical Characteristics on Grow out of Freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii. Journal of the World Aquaculture Society 39: 406-413.

Tjahjo, D. W. H., M. Boer, R. Affandi,I. Muchsin dan D. Soedharma. 2004. Evaluasi Penebaran Udang Galah. Evaluasi Penebaran Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii) Di Waduk Darma, Jawa Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 2: 101-107 Wowor D, Muthu V, Meier R, Balke M, Cai Y, Ng PKL. 2009. Evolution of life hystory traits in

asian freshwater prawns of genus Macrobrachium (Custacea: Decapoda: Palaemonidae) based on multilocus molecular phylogenetic analysis. Mol Phylogenetic and Evol 52: 340-350.

Zaidy, A. B. 2007. Pendayagunaan Kalsium Media Perairan dalam Proses Ganti Kulit dan Konsekuensinya bagi pertumbuhan Udang Galah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dipahami, nama Saudi berasal dari kata nama keluarga Raja Abdul Aziz Al-Sa''ud\r\n\r\nArab Saudi terkenal sebagai Negara kelahiran Nabi Muhammad

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh mendeskripsikan kearifan lokal yang terdapat dalam sinandong tradisi lisan Melayu Tanjungbalai.. Untuk mencapai tujuan

Hasil selisih volumenya menunjukan nilai negatif yang artinya selisih merugikan ( Unfavourable ) yang artinya bahwa nilai anggarn penjualan lebih besar daripada nilai realisasi

Dari hasil penelitan, Peneliti melihat PT ISRU telah melakukan beberapa aktivitas untuk mempertahankan kinerja adapun beberapa aktivitas komunikasi yang telah di lakukan,

EiiiEiEiil;iiiiiEiiEi iE*iEEilIEgiE q€i E:iaia:iEi:geEqEq Es3:E;aaiHfBE

Jamaluddin. Kontribusi Keluarga Sakinah terhadap Kehidupan Keagamaan Masyarakat di Kelurahan Lepo-Lepo Kec.. Keempat, Karsum Suleman meneliti tentang Urgensi keluarga

dalam pemilihan supplier untuk memasok bahan baku cabai merah

Pada hari ini Jumat, tanggal Delapan bulan Agustus Tahun Dua Ribu Empat Belas, sesuai dengan jadwal yang termuat pada Portal LPSE http://www.lpse.mahkamahagung.go.id