• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis : Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Petunjuk Teknis : Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Konservator Wayang

Konservator Tekstil

Konservator Keris

(Batik)

Lembar Isian dan Alat Ukur

dalam Observasi Koleksi

Museum Action Plan [MAP] 2015 “Mari Kita Bangun Ikon Profesi Konservasi”

Petunjuk Teknis :

Konservator Lukisan

Developed by Puji Y. Subagiyo 2015 www.primastoria.net

(2)

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Museum

Nasional mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengawetan,

pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional (Permendikbud No. 48 Tahun 2012). Dalam rangka menjalankan fungsi perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional, Museum Nasional memiliki Bidang Perawatan dan Pengawetan. Garis besar kegiatan bidang ini adalah:

1. pelaksanaan observasi kondisi benda bernilai budaya berskala nasional; 2. pelaksanaan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional; 3. pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional; 4. pelaksanaan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; dan

5. pelaksanaan pemantauan lingkungan mikro benda bernilai budaya berskala nasional.

Sejak diberlakukannya Permendikbud No. 48 Tahun 2012, Seksi Konservasi yang dahulu berada dalam Bidang Konservasi dan Preparasi (di Museum Nasional) telah berkembang menjadi Bidang Perawatan dan Pengawetan, yang memiliki Seksi Perawatan, Seksi Pengawetan dan Seksi Observasi. Seksi Perawatan mempunyai tugas melakukan pembersihan, perbaikan, rekonstruksi, dan restorasi benda bernilai budaya. Seksi Pengawetan mempunyai tugas melakukan penguatan dan pelapisan serta pemantauan lingkungan mikro benda. Sedangkan Seksi Observasi mempunyai tugas melakukan pendataan, klasifikasi, dan penentuan penanganan serta uji laboratorium benda bernilai budaya.

Pekerjaan konservator pada Seksi Perawatan dan Pengawetan adalah melakukan tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan pengawetan (tindakan yang bersifat preventif atau penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Sedangkan Konservator pada Seksi Observasi adalah mengamati benda secara utuh dengan Lembar Pengamatan (Observasi) atau Kondisi untuk mendata informasi yang berhubungan dengan bahan (mempertimbangkan/ rekonstruksi cara pembuatan/ pembentukan benda), jenis kerusakan (termasuk menganalisisnya dari kemungkinan sifat bahan, kondisi iklim: suhu dan kelembaban udara, cahaya dan polusi, serta kemungkinan kesalahan dalam penanganan).

Tujuan kebijakan Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah untuk membangun profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki integritas, produktivitas, dan bertanggungjawab serta memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) dalam sistem manajemen pemerintahan. Reformasi Birokrasi mencakup delapan area perubahan utama pada instansi pemerintah di pusat dan daerah, meliputi: organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, mind set dan culture set aparatur. Perubahan ketatalaksanaan ini diarahkan untuk melakukan penataan tata laksana instansi pemerintah yang efektif dan efisien. Salah satu upaya penataan tata laksana diwujudkan dalam bentuk penyusunan dan implementasi standar Standar Operasional Prosedur - Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut dengan SOP AP) dalam pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur pemerintah.

Kegiatan penyusunan dan implementasi SOP AP memerlukan partisipasi penuh dari seluruh unsur aparatur yang ada di dalam institusi pemerintah. Tuntutan partisipasi penuh dari seluruh unsur institusi ini dilandasi dengan alasan bahwa pegawailah yang paling tahu kondisi yang ada di tempat kerjanya masing-masing dan yang akan langsung terkena dampak dari perubahan tersebut.

Melalui “Petunjuk Teknis: Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi” ini, kita diajak untuk mengetahui tahapan pemeliharaan koleksi (Umum, Logam, Tekstil dan Lukisan). Tahapan ini diawali dengan serangkaian proses identifikasi dan klasifikasi bahan baik secara visual atau dengan uji bahan, mengamati dan mempelajari (jenis dan proses) kerusakan, serta menampilkan metode perawatan - pengawetan secara tepat dan terukur.

(3)

LEMBAR KONDISI KOLEKSI

Form. LKKo-Umum/MNI/2015

No. No. Inv. Nama Benda Keterangan Ukuran Kondisi

I. BAHAN : A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Tembaga 5. Besi 6. Lain C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. 7. Lain D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. 4. Lain E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain O RGANIK ANO RGANIK

II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : A. Fisik 01. Rapuh 02. Kotor 03. Lemak 04. Kelupas 05. Gores 06. Retak 07. Patah 08. Hilang 09. Basah 10. Kering 11. Lain B. Kimiawi 1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi garam 8. Lain 5. Bau 6. Noda 7. Kristal C. 1. Jamur (Fungi) 2. Serangga (Insect) 3. Ganggang (Algae) 4. Lumut (Moss) 5. Lumut-kerak (Lichens) 6. Lain [ ... %] [ ... %] [ ... %] [ ... %] [ ... %] No. Foto: D. Catatan: ...

III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :

A. Intensitas Cahaya (Lux)

B. Radiasi UV (μW/Lmn) -C. Suhu Udara (0C) ---D. Suhu Permukaan (0C) --E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) ---H. Polusi Udara ---I. Catatan: ... = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...)

IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :

V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :

...

VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat)

B. Kaca Pembesar

C. Mikroskop. ... X

D. ...

E. ...

F. ...

VII. TANGGAL PENGAMATAN

Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama : ... (DD/MM/YYYY)... ... ... F. Catatan Prioritas Tindakan :

Lokasi Benda : A. Segera B. Sedang C. Rendah

Biotis

Tekstil Tekstil

Baik Cukup Rusak

...

Hancur Aktif

7.

Perunggu

A. Pembersihan

1. kotoran/ debu dengan:

2.

karat, noda, dll. dengan cara:

3. 4.

B. Penguatan/ konsolidasi 1. Perlakuan benda rapuh dengan:

2. Penguatan benda rapuh dengan:

3.

C. Restorasi

1. Pengembalian bentuk/ warna (pendempulan, araldite, tusir warna, dll)

2. Perbaikan fungsi / mekanis benda (reparasi mekanis, penggantian bahan, dll)

3. Lain

D. Pengawetan

1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan proses korosi, dll.)

2. 3. 4.

5. Lain

E. Treatmen Tambahan dan Catatan

... ...

Mematikan jamur, insek dengan: Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: larutan 1% Hivar XL, atau ... Coating/ laminasi dengan:

Lain

lemak/ minyak dengan:

Lain

a. kwas b. vacuum c. pelarut air d. pelarut kimia e. mekanis

f. lain ...

a. mekanis b. kimia c. elektrolisis d. lain ... a. air + deterjen b. etanol + deterjen c. pelarut kimia d. lain ...

...

b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) a. penguatan konstruksi (mounting,

pendobelan kain, dll.)

c. lain ...

...

...

a. fumigasi b. pendinginan (freezing) c. lain ...

a. lilin mikrokristalin

b. Paraloid B72 (... % w/v in ...) c. lain ... a. uap air b. minyak

d. lain ...c. meratakan ... ... ... ... ... ... ...

(4)

2. Bahan.

Bahan pembentuk koleksi dikelompokkan menjadi : Logam, Non-Logam, Selulose, Protein dan Lain-lain. Logam dan Non Logam dapat masuk kategori Anorganik, sedang Selulose dan Protein masuk kategori

Organik. Bahan-bahan organik dari binatang dimasukkan dalam kelompok Protein, sedangkan yang dari

tumbuh-tumbuhan masuk ke dalam kelompok Selulose. Dilain kondisi, ada sementara bahan yang masuk kelompok Lain-lain karena bahan tersebut memiliki komponen organik dan anorganik, seperti tanduk rusa. Bahan tekstil tidak bisa dikelompokkan hanya di satu kelompok Organik, tetapi harus dipisahkan ke Protein (tekstil yang berbahan dasar sutera atau wol) atau ke Selulose (tekstil yang berbahan dasar kapas,

rami, atau goni). Pengelompokkan yang tepat menjadi penting, sehingga saat konservator menggunakan

bahan pembersih yang bersifat asam agak kuat bisa menghindari kerusakan kain yang terbuat dari kapas.

Penjelasan Lembar Kondisi

1. Keterangan Pokok.

Keterangan Pokok adalah isian data (data field) yang harus diisi pada saat akan memulai pengamatan (observasi) koleksi. Isian-isian data ini meliputi: No. Inv., Nama Benda, Keterangan (Asal Benda, dll.), Ukuran, Kondisi dan Lokasi Benda. Berikut ini hanya akan dijelaskan mengenai Kondisi, Lokasi dan Prioritas Konservasi.

a. Kondisi: Baik artinya keadaan benda kuat (tidak rapuh), utuh atau mendekati utuh, ada lubang (ada bagian yang hilang) atau sobek tapi sedikit;

Cukup artinya keadaan benda agak kuat (sedikit rapuh), mendekati utuh, ada lubang (ada

bagian yang hilang), ada sedikit bagian yang lepas atau sobek tapi sedikit;

Rusak artinya keadaan benda rapuh, tidak utuh, ada banyak lubang, ada bagian yang lepas,

atau sobekan/ patahan;

Hancur artinya keadaan benda sangat rapuh, tidak/ mendekati utuh, ada banyak lubang, ada

bagian yang hilang/ lepas, banyak sobekan/ patahan;

Aktif artinya sedang atau akan terjadi kerusakan aktif, misalnya adanya karat aktif pada logam,

adanya jamur/ serangga yang masih hidup, keasaaman (pH) atau kadar air benda tinggi; b. Prioritas Konservasi: A (Segera) = semua benda yang berkondisi Rusak atau Hancur, dan sedang atau

akan mengalami kerusakan Aktif (walaupun kondisi benda saat pengamatan Baik atau Cukup (baik));

B (Sedang) = benda yang berkondisi Cukup; C (Rendah) = benda yang berkondisi Baik.

c. Lokasi. Lokasi benda harus menginformasikan lokasi gedung (GB), lokasi ruang (ST5), nomor lemari (004), dan nomor laci (04).

KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup Rusak Hancur Aktif

No. No. Inv. Nama Benda Keterangan Ukuran Kondisi

Prioritas Tindakan :

Lokasi Benda : GB.ST5.004.02 A. Segera B. Sedang C. Rendah

KETERANGAN POKOK

KETERANGAN KHUSUS

PENGELOMPOKAN BAHAN A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Terakota 5. Plester 6. Lain B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Tembaga 5. Besi 6. Lain C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. 7. Lain D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. 4. Lain E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain ORGANIK ANORGANIK Catatan:

1. Kain terbuat dari kapas masuk kategori Selulose (C.6.) dan yang terbuat dari sutera masuk Protein (D.3.). 2. Tulang (E.1.) dan kerang (E.2.) bisa masuk kategori Anorganik dan Organik.

Tekstil

Tekstil

7.

(5)

(MATERIALS)

BAHAN A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan,

Serangga dan Reptil

pelapis kayu bermotif belat/ eplat kayu kayu keras kayu lunak resin untuk varnis kayu merambat bambu goni rami rotan (serat) sisal rami halus linen

minyak biji rami kapas/ katun kertas bubur kertas getah perca tempurung (kelapa) resin fosil karet (perekat) kanji emas perak tembaga besi (iron) aluminium timbal timah seng perunggu kuningan timah+timbal timah+tembaga+antimony tembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas

lempengan perak

lempengan imitasi/ sintetis nikel (nickel) kaca porselain terakota keramik plaster semen biru batu pualam putih batu granit batu marmer batu mutiara kerang laut permata tulen batu pasir cinnabar

bahan komposisi (dekorasi bingkai) pigmen mica talek/ gip cat varnis lak papan hardboard formica celluloid (plastik) bakelit polyester vinyl epoksi nilon

gading beruang laut gading gajah tulang ikan paus

tempurung/ kulit kura-kura kulit kasar/ bersisik (dari ikan pari, hiu, anjing laut)

kulit ular

(resin) laka/ shellac gelatin

ancur 2/ animal glue tempera/ kuning telur kasein (pospoprotein) lilin/ malam

perkamen/ kertas kulit kulit mentah

kulit berpenyamak sebagian kulit berpenyamak kulit berbulu rambut

rambut kaku/ kasar bulu ayam

bulu burung halus (liur ulat) sutera wool

lakan (wool, rambut) tulang

angga/ tanduk bercabang tanduk

gading/ taring ikan paus

B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan, Rumputan

C. Anorganik: Logam dan Campurannya

D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara Alami

E. Bahan Buatan Lain

A. Organic: from Mamals, Birds, Fish, Insects and Reptils

parchment raw hide semi-tanned leather tanned leather pelts/ fur hair bristle quill feathers/ down silk wool

felt (wool, fur, hair) bone* antler* horn whale ivory walrus ivory* elephant ivory* baleen* tortoise shell shagreen (ray, seal,

shark skin) snake skin shellac gelatin animal glue egg tempera casein waxes

B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants, Grasses

decorative wood veneers oak/ ash splints hard woods soft woods resin for varnish willow bambo jute (burlap) hemp rattan sisal linen linsed oil cotton paper papier-mache guttapercha

vegetable ivory (palm nut) amber

rubber

starch adhesive C. Inorganic: Metals and Their Alloys

gold silver cooper iron aluminum lead tin zinc bronze brass pewter Britannia metal ormolu gold leaf silver leaf immitation leaf nickel

D. Inorganic: Man-made and Naturally Occuring glass porcelain ceramics plaster portland cement alabaster granite marble mother-of-pearl marine shell gem stone sand stone

cinnabar (red mercuric sulphide) composition (frame decoration) pigments mica soap stone E. Other Man-made Materials

paints varnishes lacquer Masonite Formica celluloid Bakelite polyester vinyl epoxies nylon

* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein

collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present. Ref.: Bachmann, K., Edit. (1992:131-133) Tabel 1.

unfired clay

flax

fish glue (isinglass) ancur 1/ fish glue

(6)

3. Kondisi Benda Pada Saat Pengamatan.

Kondisi keterawatan koleksi dikelompokkan menjadi Fisik (1. Rapuh, 2. Kotor, 3. Lemak, 4. Kelupas, 5. Gores, 6. Retak, 7. Patah, 8. Hilang, 9. Basah, 10. Kering, 11. Lain), Kimiawi (1. Lapuk, 2. Pudar, 3. Korosi, 4. Oksidasi, 5. Bau, 6. Noda, 7. Kristal garam, 8. Lain) dan Biotis (1. Jamur, 2. Insek, 3. Ganggang, 4. Lumut, 5. Lichens, 6. Lain). Kondisi rapuh pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk pada kelompok kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa direkondisi lagi. Catatan: Rapuh atau getas berarti brittle (easily broken because it is hard (stiff) & not

flexible). Lapuk atau mubut berarti fragile (easily broken or damaged).

VI. TEKNIK PENGAMATAN

A. Mata biasa (tanpa-alat)

B. Kaca Pembesar

C. Mikroskop. ... X

D. ...

E. ...

F. ...

VII. TANGGAL PENGAMATAN

Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama : ... (DD/MM/YYYY)...

A. Intensitas Cahaya (Lux)

B. Radiasi UV (μW/Lmn) -C. Suhu Udara (0C) ---D. Suhu Permukaan (0C) --E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) ---H. Polusi Udara ---I. Catatan: ... = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...)

PENGELOMPOKAN KONDISI BENDA DAN IKLIM A. Kerusakan Fisik 7. Patah 8. Hilang 9. Basah 10. Kering 11. Lain B. Kerusakan Kimiawi 1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi 5. Bau 6. Noda garam 8. Lain 7. Kristal C. 1. Jamur 2. Insek 3. Ganggang 4. Lumut 5. Lumut kerak 6. Lain [ ... cm2] [ ... cm2] [ ... cm2] [ ... cm2] [ ... cm2] Catatan: 1. 1. Rapuh 2. Kotor 3. Lemak 4. Kelupas 5. Gores 6. Retak Kerusakan Biotis

Kondisi rapuh (brittle) pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk (fragile) pada kelompok kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa direkondisi lagi.

KONDISI BENDA PADA SAAT PENGAMATAN

KETERANGAN KHUSUS

4. Kondisi Benda Dan Iklim Pada Saat Pengamatan.

Kondisi Benda dan Iklim Pada Saat Pengamatan diisi dengan mempertimbangkan Lembar Data Klimatologi (LDK), serta memperhitungkan alat-alat ukur dan prosedur kalibrasi.

5. Teknik Pengamatan.

Teknik pengamataan adalah penjelasan dengan cara dan alat bantu apa pada saat seseorang mengamati kondisi keterawatan koleksi di museum.

KETERANGAN TAMBAHAN

Kondisi saat

(7)

Penjelasan Usulan Perawatan dan Pengawetan

Perhatikan Tabel 2 sampai 10, untuk mengenal sifat bahan terhadap faktor internal (interaksi bahan) dan faktor lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya dan polusi).

Tabel 2. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi

(Materials Sensitive to High Relative Humidity)

Tabel 3. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah

(Materials Sensitive to Low Relative Humidity) mengkerut (checks/ dries out) pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)

mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement)

rapuh (embrittlement) rapuh (embrittlement) kering, merapuh (dries out, weakens)

retak, melengkung (cracks, warps)

retak, melengkung (splits, warps)

lepas, melengkung ments, warps) 50 - 55% RH, constant/ stable 45 - 55% RH 50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant 60 - 65% RH, constant 50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant kayu (wood)

kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins) perkamen (parchment) bulu ayam (quill) serat keranjang

ancur, lem nabati (animal glue) kulit kura-kura (tortoise shell) semua gading (all ivory) permukaan tatakan (inlaid surface)

Bahan

(Materials) Akibatnya(Result) Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Bahan (Materials) 40% RH, or lower 45 - 55% RH 45 - 55% RH 50 - 55% RH, constant/ stable 50 - 55% RH, constant 40% RH, or lower 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant 60 - 65% RH, constant 50 - 55% RH, constant

Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition) Akibatnya (Result) logam (metal) kertas (paper) tekstil (textile) kayu (wood)

kayu bercat (painted wood) logam bercat (painted metal) tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer)

bahan penyempurna

perkamen, gading (parchment, ivory)

bubur kertas (papier-mache) bahan keranjang/ anyaman (basket materials) kolase kertas (decoupage surface)

korosi/ karat (corrosion) jamuran, noda (mold, stains) jamuran, noda (mold, stains) jamuran, bengkok (fungal attack, warping) cat mengelupas

korosi/ karat, cat mengelupas lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment)

jamuran/ noda (mold, stains) melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold)

jamuran/ noda (mold, stains) jamuran (mold)

lepas/ copot, jamuran (detachment, mold) (finishes)

(flaking paint) (corrosion, flaking paint)

(basket fibers) beludru (velvet) tekstil (textile) serat alam kayu (wood) kertas (paper)

perekat kanji (starch) gelatin (gelatin)

tempera telor (egg tempera) kulit (leather, skins)

kulit berbulu (felts, furs) bulu ayam (feathers) sutera (silk)

wol (wool)

Tabel 4. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat

(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)

(8)

Tabel 5. Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu

(Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation) keramik, batu (ceramics, stone) 45 - 55% RH, 10 - 300C Catatan: Bahan

(Materials) Akibatnya(Result) Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Notes:

recrystallization of soluble salts resulted surface flaking and spalling can occur, causing sections of a ceramic/ stone to break off.

rekristalisasi garam yang kemudian mengakibat- kan permukaan glasir mengelupas, retak-retak, bahkan mungkin benda menjadi pecah.

Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable environment, and fluctuation relative humidity can lead to breakdown of the objects.

Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernik-pernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah.

Tabel 6. Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara

(Recommendations for Light and Temperature) rapuh, gelap (embrittlement,

darkening) persenyawaan, gelap

(crosslinking, darkening) mengeras, kering (hardening,

drying)

rapuh, pucat/ pudar ment, fading)

rapuh, pucat (embrittlement, fading)

pudar/ pucat (fading) pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage) buram, pucat (develops haze, fading)

pucat/ pudar (fading) pucat/ pudar (fading) menguning, rapuh (yellowing, embrittlement)

hancur (deterioration crumbles) rapuh, pucat (embrittlement, fading)

rapuh/ lapuk (embrittlement) pucat (fading)

retak, buram (cracks, hazing) kertas (paper)

media cat (paint media) ancur/ lem nabati (animal

glue)

kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair) kulit, kulit olahan (skins, leather)

pigmen, bahan celup (pigment, dyes)

sutera, beludru (silk, velvet) permukaan lak (lacquered surface)

permukaan cat (painted surface)

bahan dicelup warna (dyed materials)

celluloid karet (rubber) serat alam

tanduk 1, tulang, tanduk 2 (horn, bone, antler) kayu (wood)

kayu olahan

50 luxs, 180C [1 foot. candle= 10 luxs] 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 150 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C Bahan

(Materials) Akibatnya(Result) Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

(natural fibers)

(9)

Tabel 7. Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi

(Materials Sensitive to Fumigant) Nama Bahan Kimia

(Chemical Names) (Materials)Bahan

karet, bulu, rambut, wool, kulit olahan, dan bahan lain yang mengandung sulfur

kayu (wood)

perekat kanji (tapioca glue) kulit olahan, kertas lembab,

cat, varnis

kuningan, tembaga, emas, perak (brass, copper, gold, silver)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo) logam, foto (metal/photo) logam, foto (metal/photo) logam, foto (metal/photo)

rusak, bau merkuri yang sangat menyengat

noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy)

susah dilarutkan lagi dissolve)

rusak/ larut (damage/ dissolve)

rusak/ tarnish/ korosi rusak (logam berkarat, foto

menjadi buram/ gelap) rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap) rusak (karat, gelap) rusak (karat, gelap) Methyl bromide

Methyl bromide

Methyl bromide, ethylene oxide Ethylene oxide Phosphine Carbon tetrachloride Paradichlorbenzene Paraformaldehide Akibatnya (Result)

(rubber, fur, hair, wool, tanned leather, and other materials content of sulphur)

damage (rusty metal, photo become blurly/dark)

damage (rust, dark) damage (rust, dark) damage (rust, dark) damage (rust, dark) (damage, tarnish/corrotion) damage, strong smelt of mercury

Thymol Naphthaline

DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol

leather finishes, wet paper, paint, varnish

Carbon disulfida

(difficult to

perubahan ukuran, regang, patah kertas menjadi rapuh, gelap, noda tekstil ternoda, rapuh

logam menjadi berkarat serat menjadi lemah, putus

saat kayu mengembang, cat mengelupas terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi) logam berkarat, kain ternoda

logam berkarat, kertas ternoda logam berkarat, cat mengelupas

tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam Kombinasi Bahan

(Materials Combination) (Conservation Problems)Masalah Konservasi

(wood/wood) (wood/paper) (wood/textile) (wood/metal) (wood/paint) (metal/metal) (metal/cloth) (metal/paper) (metal/paint) (metal/leather) (metal/plaster)

(dimensional changes, stress, breaks) (paper becames brittle, dark, stained) (textile became stained, brittle) (metal corrodes in contact with wood)

(possible electrochemical corrosion) (metal corrodes, cloth becames stained) (metal corrodes, paper becames stained)

(tannins in leather can corrode metals) (alkaline materials corrode metals) kayu/ kayu

kayu/ kertas kayu/ tekstil kayu/ logam kayu/ serat alam kayu/ cat logam/ logam logam/ kain logam/ kertas logam/ cat logam/ kulit logam/ plaster

logam/ ancur ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian

menyebabkan karat logam.

(glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals) (metals/animal glue)

Tabel 8. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)

(wood/natural fibers) (fibers become weak, break)

(wood expand and contracts, paint flakes)

(metal corrodes, paint flakes)

... ... ... ...

(10)

Tabel 9. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Freezer

(Freezing Method for Killing Insect & Fungus)

No. Nama Serangga

Sebagian besar larva Pupa & Kumbang 1. dewasa Telur Kumbang 1.

Ngengat kain Telur Kumbang 7.

(Semua fase) Kumbang 7. (Semua fase) Kumbang 5.

Suhu dan Waktu Catatan:

01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. -100C, 2H. -100C, 1H. -100C, 2H. -50C, 3H. -100C, 3 H. -100C, 2H. -100C, 3H. 0C= derajat celcius, H = hari.

Tabel 10. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Bahan Kimia

(Fumigation Method for Killing Insect & Fungus) No. 8 -10 gram 1 - 2 tablet 50 - 100 gram, 50-60 0C 40 gram 4 - 13 gram 1 liter 15 - 30 gram 35 - 50 gram 100 gram 100 gram

Konsentrasi/ Meter Kubik 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. Naphthaline Phosphine Thymol + ethanol Paradichlorobenzene Paraformaldehide Carbon tetrachloride + Methyl bromide

Methyl bromide + Ethylene Oxide (14:86)

Methyl bromide + Ethylene Oxide (14:86)

DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol

Nama Bahan Kimia

serangga serangga + jamur jamur jamur + serangga jamur jamur + serangga serangga serangga serangga jamur + serangga Pembasmi 14 hari 3 - 5 hari 2 hari 2 hari 2 hari 1 minggu 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari Waktu Carbon disulfide (1:1)

(11)

Penjelasan Usulan Perawatan dan Pengawetan

A. Pembersihan

1. kotoran/ debu dengan:

2.

karat, noda, dll. dengan cara:

3. 4.

B. Penguatan/ konsolidasi

1. Perlakuan benda rapuh dengan:

2. Penguatan benda rapuh dengan:

3.

C. Restorasi

1. Pengembalian bentuk/ warna

(pendempulan, araldite, tusir warna, dll)

2. Perbaikan fungsi / mekanis benda (reparasi mekanis, penggantian bahan, dll)

3. Lain

D. Pengawetan

1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan proses korosi, dll.)

2. 3. 4.

5. Lain

E. Treatmen Tambahan dan Catatan

... ...

Mematikan jamur, insek dengan:

Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: larutan 1% Hivar XL, atau ... Coating/ laminasi dengan:

Lain

lemak/ minyak dengan:

TINDAKAN UMUM

Lain

a. uap air b. minyak

b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) a. kwas b. vacuum c. pelarut air d. pelarut kimia e. mekanis

f. lain

a. air + deterjen b. etanol + deterjen c. pelarut kimia d. lain

a. mekanis b. kimia c. elektrolisis d. lain ... ... ... ... c. lain ... a. penguatan konstruksi (mounting,

pendobelan kain, dll.)

c. lain ...

...

...

a. fumigasi b. pendinginan (freezing) c. lain ... a. lilin mikrokristalin

b. Paraloid B72 (... % w/v in ...) c. lain ... b. meratakan

1. Pembersihan debu, lemak atau cat

a. Debu: 1-2% v/v (non-ionik) deterjen, Lissapol atau Teepol.

b. Lemak/ minyak: ethanol atau acetone, white spirits, petrolium spirits atau toluene.

c. Cat: 2% w/v sodium hydroxide (logam yang ada campuran aluminium atau seng tidak boleh menggunakan bahan ini) atau methylene oxide.

d. Coating: pertimbangkan dengan pelarut yang dipakai untuk melarutkan bahan dasar coatingnya, seperti: toluene.

2. Pembersihan mekanis

Dengan tusuk sate yang ujungnya dibuat pipih, scalpel plastik, dan hati-hati jika terpaksa menggunakan scalpel besi atau pisau.

3. Pembersihan kimiawi BESI

a. Larutan: 10% w/v citric acid,

4% w/v thiourea (sebagai inhibitor), 86% w/v air distilasi/ deionisasi. atau

b. Larutan: 10% w/v citric acid dibuffer dengan ammonium hydroxide (pH 4).

Kegunaan inhibitor adalah untuk mencegah kerusakan dasaran logam pada saat pembersihan karat. Larutan a. Lebih keras dibandingkan dengan larutan b. Untuk perlakuan lokal (terbatas), kedua larutan dapat dibuat pasta dengan menambahkan 20% w/v CMC (Carboxy Methyl Cellulose).

TEMBAGA

c. Larutan: 1,5% w/v sodium hydroxide,

15% w/v sodium potassium tartrate, 83,5% w/v air distilasi/ deionisasi. PERUNGGU

d. Larutan: 10% formic acid dengan air distilasi.

Inhibitor: 10% BTA (Benzotriazole) dengan air distilasi. 4. Elektrolisis

Jika adanya khlorit pada karat besi, elektrolisis dilakukan dengan anoda baja dan larutan elektrolit 2% w/v sodium hydroxide.

Penjelasan Konservasi Logam

...

... ...

(12)

LEMBAR KONDISI LOGAM

Form. LKLo-Logam/MNI/2015

No. No. Inv. Nama Benda Keterangan Ukuran Kondisi

I. BAHAN : II. KONDISI SAAT PENGAMATAN :

No. Foto:

D. Catatan: ...

III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :

IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :

...

A. Pembersihan B. Penguatan/ konsolidasi

1. Penguatan benda rapuh

2. Penguatan konstruksi

3. Lain

C. Restorasi

1. Pengembalian bentuk/ warna

2. Perbaikan fungsi benda

3. Lain

D. Pengawetan 1. Stabilisasi karat

2. 3. Lain

E. Treatmen Tambahan dan Catatan

...

V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :

... ...

VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat)

B. Kaca Pembesar

C. Mikroskop. ... X

D. ...

E. ...

F. ...

VII. TANGGAL PENGAMATAN

Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama : ... (DD/MM/YYYY)... Prioritas Tindakan :

Lokasi Benda : A. Segera B. Sedang C. Rendah

Coating/ laminasi

Baik Cukup Rusak

...

Hancur Aktif

Pembersihan lemak Pencucian biasa (dg. air) Pencucian dg. bahan pelarut Pencucian dg. etanolik deterjen Pencucian dg. larutan basa Pencucian dg. larutan asam

Pengkelatan (dg. tannin)

Pembersihan mekanis Pembersihan dg. ultrasonik Pembersihan dg. abrasif udara Perlakuan elektrolitik Pencucian inhibitor 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Tembaga 5. Besi 6. Lain C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. 7. Lain D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. 4. Lain E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain O RGANIK ANO RGANIK ... ... F. Catatan Tekstil Tekstil 7. Perunggu A. Fisik 01. Rapuh 02. Kotor 03. Lemak 04. Kelupas 05. Gores 06. Retak 07. Patah 08. Hilang 09. Basah 10. Kering 11. Lain B. Kimiawi 1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi garam 8. Lain 5. Bau 6. Noda 7. Kristal C. 1. Jamur (Fungi) 2. Serangga (Insect) 3. Ganggang (Algae) 4. Lumut (Moss) 5. Lumut-kerak (Lichens) 6. Lain [ ... %] [ ... %] [ ... %] [ ... %] [ ... %] Biotis ...

A. Intensitas Cahaya (Lux)

B. Radiasi UV (μW/Lmn) -C. Suhu Udara (0C) ---D. Suhu Permukaan (0C) --E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) ---H. Polusi Udara ---I. Catatan: ... = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...)

(13)

Inorganic Spot Test for Metal Objects

(Tes Spot Anorganik untuk Benda Logam)

Tujuan tes spot (semi-mikro kualitatif analisis) ini adalah untuk mengenal kation logam dan anion

utama yang berhubungan dengan besarnya karat.

1. Ion-ion Logam (Cations)

1). Bahan yang dibutuhkan.

Merck Test Strips dengan ion-ion sebagai berikut: Cu+ / Cu2+, Co2+, Fe2+, Al3+, Ca2+, Ni2+, Zn2+, CrO2--, NO

3--, NO2--, SO32--. Metode A. (Analisis dengan Merck Test Strips)*

2). Pengetesan.

Permukaan logam harus sudah dibersihkan dengan acetone sebelum melakukan tes ini. Semua Strip Tes bisa langsung ditempelkan pada permukaan logam yang telah dilembabi dengan air distilasi. Warna akan nampak (sebagai indikasi adanya logam) setelah kira-kira 20 detik ditempelkan.

Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:

a). Strip Tes Zn2+ tidak akan berfungsi saat mengetes kuningan (brass), karena akan

terjadi interferensi ion-ion Cu2+ dengan lainnya.

b). Penampakan warna pada Strip Tes Ni2+ berjalan sangat lambat, dengan intesitas warna

yang muncul hanya sedikit. Untuk meningkatkan penampakan, basahi Strip Tes dengan larutan 0,1 M HCl, dan gosok-gosokkan larutan ini pada permukaan selama 20 detik.

Strip Tes Ni2+ digunakan dengan teknik elektrolisis pada Metode B berikut ini, ganti

kertas lembab (Gambar 1) dengan Strip Tes yang dibasahi dengan larutan NaCl. Elektrolisis berlangsung sekitar 5 detik, warna yang akan nampak adalah:

Ni2+ : merah jambu / merah (pink/ red)

Strip Tes Ni2+ dapat juga digunakan untuk mendeteksi ion-ion Fe2+, Cu2+ dan Au2+.

Dengan prosedur yang sama dan warna yang akan nampak adalah: Fe2+ : coklat (pink/ red)

Cu2+ : hijau (hijau) Au2+ : kuning (kuning)

+

+

Benda Bate rai Kertas Lembab Tweezers Klip Logam

Gambar 1: Perangkat Elektrolisis (Laver 1978).

Puji Y

. Subagiy

o, Studio Primas

toria 2015.

1). Bahan yang dibutuhkan. * Baterai 9V;

* Timbal dengan penjepit (klip); * Pinset (tweezers) logam;

Metode B.

* Kertas saring;

* Pipet dan mangkok kecil; * Bahan kimia.

(14)

2). Persiapan.

Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas saring yang sudah dilembabi larutan asam tertentu. Kertas saring ini ditreatmen dengan reagen yang selanjutnya menampilkan warna sebagai indikasi adanya logam tertentu. Ilustrasi dari penerapan metode B ini dapat dilihat pada Gambar 1 diatas. Pada saat menghubungkan arus positif ke benda yang akan dites harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum proses pengetesan dilakukan, permukaan logam harus dibersihkan dari kemungkinan adanya debu, lemak/ minyak dan sidik jari dengan acetone.

3). Pengetesan.

Nickel

(Nikel) : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes Dimethylglyoxime dalam 1% ethanol

ke kertas. Warna merah sebagai indikasi adanya Ni2+.

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5 M HNO3 dan lakukan elektrolisis selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan pekat Diphenyllcarbazide dalam ethanol. Warna violet sebagai indikasi adanya Cr2+.

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 1,0 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 30 detik. Tambahkan 2 tetes larutan pekat (aq.) Cacotheline. Warna merah/ purple sebagai indikasi adanya Sn2+.

Chromium (Khrom) Tin (Timah)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 2 detik. Tambahkan 1 tetes larutan Alisarin S. Warna merah sebagai indikasi adanya Al3+.

Aluminium

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 1 M H2SO4 dan lakukan elektrolisis

selama 5 detik. Campurkan 1 tetes 10% (aq.) Ammonium Thiocyanate dengan 1 tetes Mercuric Chloride. Rendamkan dalam kertas saring dan penampakan kristal putih menyerupai jarum sebagai indikasi adanya Zn2+. Zinc

(Seng)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,1% Rubeanic acid dalam ethanol. Warna hijau/ abu-abu sebagai indikasi adanya Cu2+.

Copper (Tembaga)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 15 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 5% (aq.) Potassium Ferricyanide. Warna biru sebagai indikasi adanya Fe2+ / Fe3+.

Iron (Besi)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5 M HNO3 dan lakukan elektrolisis selama 5 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 10% (aq.) Potassium Iodide. Warna kuning sebagai indikasi adanya Pb2+.

Lead (Timbal)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HNO3 dan lakukan elektrolisis selama 1 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,5% p-Dimethylaminobenzyl rhodamine dalam ethanol. Warna merah jambu/ merah sebagai indikasi adanya Ag+. Dengan reagen 10% w/w Dichromic Acid, warna merah gelap

mengindikasiklan adanya perak sterling. Warna merah darah menunjukkan adanya perak murni.

Silver (Perak)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,01% (aq.) Rhodamine B. Warna violet sebagai indikasi adanya Sb3+.

Antimony (Antimoni)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan jenuh NaCl dan lakukan elektrolisis selama 15 detik. Penampakan warna menjadi agak gelap bukti adanya unsur Cu. Diamkan sebentar sampai kertas menjadi agak kering sehingga ada Au menempel di kertas, dan selanjutnya rendamkan larutan campuran 20% SnCl2 dalam 15% HCl). Au akan dengan cepat mengakibatkan warna gelap tanpa interferensi dari Cu atau Ag.

Gold (Emas)

(15)

2. Ion-ion Non-Logam (Anions)

Garam-garam dalam larutan akan cepat dikenali dengan tes spot berikut ini. Jika dalam bentuk padat, garam-garam tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu.

Sulphate

(Sulfat) : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNOterbentuk setelah penambahan larutan 10% Barium Chloride menunjukkan 3. Adanya endapan warna putih yang

adanya SO42--. Chloride

(Khlorit) : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNOterbentuk setelah penambahan larutan 0,5 M Silver Nitrate menunjukkan 3. Adanya endapan warna putih yang

adanya Cl--. Carbonate

(Karbonat) : Karbonat umumnya tidak larut dalam air. Dengan meneteskan beberapa larutan 1 M HCl akan menyebabkan desisan (evolusi dari CO2), dan akan melarutkan

karbonat.

Sulphide

(Sulfit) : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNOlarutan pekat HCl dengan menambahkan sedikit 0,1 M CH3. Tumbuk halus sampel dalam larutan 3COOH (acetic acid)

dan larutan 10% Lead Acetate. Endapan warna hitam yang terbentuk mengindikasikan adanya sulfit.

Pengertian Pengkelatan Logam

These are negatively charged or oxygen containing molecules that react with positively charged metal ions to form a stable complex. They have multiple locations in the molecule to react with multiple positive charges that may be present on multivalent metal ions that have more than one positive charge on them. An example of a chelating agent is EDTA, ethylene diamine tetraacetic acid. EDTA has four acetic acid groups giving it a potential for four negatively charged acetates to bond with up to four positively charged sites on metal ions with multiple positive charges, such as calcium which has two (2) positive charges associated with it.

EDTA is a versatile chelating agent. It can form four or six bonds with a metal ion, and it forms chelates with both transition-metal ions and main-group ions. EDTA is frequently used in soaps and detergents, because it forms a complexes with calcium and magnesium ions.

(16)

LEMBAR KONDISI TEKSTIL

Form. LKTe-Tekstil/MNI/2015

2. Restorasi, Penguatan dan Konsolidasi

Kotor/ debu Sobek Lubang Lipatan Penguningan Warna berubah Rapuh/ getas Perekat/ label Lain-lain A. KERUSAKAN FISIK Pembersihan penyedotan kwas cuci basah kering/ kimia lokal/ spot kelantang 1. Lain-lain pendobelan kain

pelembab-rataan kain pembingkaianpenempelan benang

1. Rapuh, getas = brittle (easily broken

because it is hard (stiff) & not flexible). 2. Lapuk, mubut = fragile (easily broken

or damaged). i s i d n o K a d n e B l a s A a d n e B a m a N . v n I . o N o N Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop Lain-lain

Teknik Pengamatan: Tanggal Pengamatan:

Tanda tangan Konservator: Konservator: X D. KERUSAKAN LAIN No Foto : Ukuran

USULAN TINDAKAN KONSERVASI (diisi oleh Konservator)

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATANpada tgl.

Kulit Binatang Bulu Serat Sutera Serat Wol Other... BAHAN PEMBENTUK BENDA PROTEIN Lain-lain Jamur Serangga Bubuk, kumbang Laba-laba Ngengat kain Rayap

Gegat (silver fish) Kecoa Kumbang Binatang pengerat Lain-lain B. KERUSAKAN BIOTIS Pucat/pudar Noda (stains) Berlemak/minyak Korosi Kristal garam Oksidasi Lapuk/ mubut Pudar Bau Lain-lain C. KERUSAKAN KIMIAWI Catatan : Tulang Kerang Pigmen/ Cat Manik-manik Kaca Resin LAIN-LAIN Lain-lain Lokasi: CATATAN: Teknik: Warna: Usia Relatif: K-1a K-1b K-2a K-2b K-2c K-3a K-3b K-3c K-4a K-4b K-5a K-5b Kategori Aplikasi Logam Tekstil Historis 1 : emas; 2 : perak; 3 : lgm lain.

Prioritas Tindakan : A. Segera B. Sedang C. Rendah

Pengawetan dan Perlakuan Lain Pembersihan bekas jamur/ insek 3.

Fumigasi

Freezing Perlakuan lain

Benang Logam Benang Emas Benang Perak Percik Logam Prada Other... Kulit Kayu Anyaman Serat Kapas Serat Linen Serat Nanas Serat Koffo Other... LOGAM SELULOSE Lain-lain Lain-lain

KONDISI IKLIM DAN

BENDA SAAT PENGAMATAN : 1. Intensitas Cahaya (Lux)

2. Radiasi UV (μW/Lmn) -3. Suhu Udara (0C) ---4. Suhu Permukaan (0C) --5. Kelembaban Udara (%) 6. Kandungan Air (%) ---7. Keasaman (pH) ---8. Polusi Udara ---Catatan: = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) --- = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...)

(17)

Penguatan dan Konsolidasi

penguatan cat dengan perekat: lilin, dsb. penguatan kanvas/ substrat dg. perekat. perbaikan kanvas/ substrat.

perbaikan/ konsolidasi cat, dll. 3.

LEMBAR KONDISI LUKISAN

Form. LKLu-Lukisan/MNI/2015 i s i d n o K Nama Seniman Judul Karya . v n I . o N o N Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop Lain-lain

Teknik Pengamatan: Tanggal Pengamatan:

Tanda tangan Konservator:

Konservator: X

Ukuran dan Tahun

BAHAN PEMBENTUK BENDA

Lokasi: Prioritas Tindakan : A. Segera B. Sedang C. Rendah

C.minyak Cat air Tinta Akrilik Pastel Krayon Other... Kanvas Kertas Kayu Kaca Logam Other... C.minyak Aquarel Pastel Guase Tempera Litografi Batik Fresco Enkaustik Kolase Graffito Frottage Grattage Other... Lain-lain Lain-lain Lain-lain JENIS CAT JENIS MEDIA (SUBSTRAT) TEKNIK Kotor Lemak Deposit Rapuh Patah Retak Distorsi Gelombang Gores Sobek Kelupas Lubang Basah Kering Jamur

Serangga BusukOther... Karat Kristal Oksidasi Pudar Lapuk Bau Noda Other... FISIK: BIOTIS: LAIN: KIMIAWI: No Foto : Lain-lain Lain-lain Lain-lain Baik Rusak Ringan Rusak Rusak Berat Other... KONDISI SPANRAM: Lain-lain Baik Rusak Ringan Rusak Rusak Berat Other... KONDISI PIGURA: Lain-lain

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN :

Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.) air

white-spirit turpentin air sabun (amonia)

2-ethoxy ethanol petrolium alkohol 2-aceton alcohol 1. 2.

4. Penyempurnaan (finishing treatment) 5. 6.

isolating (varnish)

inpainting (+mixing varnish) dressing/ retouching (varnish) (re)varnishing

Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) Perlakuan lain.

CATATAN:

USULAN TINDAKAN KONSERVASI :

KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN : 1. Intensitas Cahaya (Lux)

2. Radiasi UV (μW/Lmn) -3. Suhu Udara (0C) ---4. Suhu Permukaan (0C) --5. Kelembaban Udara (%) 6. Kandungan Air (%) --7. Keasaman (pH) ---8. Polusi Udara ---9. Catatan: ... = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...)

Pembersihan lemak, varnis, dsb. dengan pelarut:

(18)

Melamin B

oar

d

glass fabr

ic

pain

ting

Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan

Seb elum P em b ersihan Sesudah P emb ersihan, Seb elum P engua tan C at Kanvas Cat

{

Priming GAMBAR ANATOMI LUKISAN

Rongga bawah retakan terisi varnis/ linseed oil

Sesudah Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat

Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat, Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas Varnis/ linseed

oil begitu tebal

& mengkilap

1

2

2

4

5

FINISHING TREATMENTS:

Priming, Tusir warna (inpainting),

Retouching & protecting varnish.

Detail

illustrated by Primastoria 2015

3

SUPPORTS:

Back-up lukisan dengan

melamin board yang

(19)

warna merah ini seperti warna merah pada umumnya. bagian ini tidak menunjukkan adanya restorasi.

warna merah pendar menunjukkan cat tertentu. warna gelap ini menunjukkan bagian cat yang telah ditusir.

Lampu (TL) Ultra Violet

PENGAMATAN LUKISAN DENGAN

SINAR MATAHARI (POLIKROMATIS). PENGAMATAN LUKISAN DENGAN ULTRA VIOLET.

Tataletak Perabot dalam Ruang Kerja Konservasi

Meja Lesehan

Mikroskop Digital

Fume Hood Portabel

Te

mpat Pe

rkakas

Rak Bahan & Alat untuk pembuatan replika/ model lemari simpan/ displai, replika benda, mounting, dll.

Fume Hood Portabe

l

(20)

Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca. Displai/ monitor harga

hasil pengamatan.

Sensor/ cell penangkap sinar.

Pengenalan Alat Ukur Klimatologi

Lux Meter

(Alat pengukur intensitas cahaya)

1. Kuat Penerangan (Illumination, E) E = F (Fluks)A (Luas) =Lumen

m2 = Lux.

2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule. 3. Fluks Cahaya (F) = T =J Energi (Joule/mWaktu (Jam)2)

4. Kuat Cahaya (I) = E.RCos Q = Lumen.m = Candela2

Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda

secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber

cahaya berkekuatan 1 kandela.

Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh

pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari

sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).

Sensor suhu dan kelembaban udara

Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya. Panel monitor

menunjuk-kan besaran angka dan satuan

-Ultra Violet Monitor (4 in 1)

(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

KONVERSI ENERGI:

1 Joule = 107 erg.

Kelembaban Udara (RH) = %

Suhu Udara (T) = 0C

Kuat Penerangan (E) = Lux

Kuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen

1 kwh = 3.600.000 J. 1 Kalori = 4,1868 J. KONVERSI DAYA: 1 watt = 1 Joule/ detik. 1 HP = 0,746 watt

Energi = kekuatan untuk melakukan usaha. Daya = kekuatan tenaga.

Lampu TL Ultra Violet, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, Panjang gelombang = 263 nm.

Energi = 2 μW/cm2.

Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.

Catatan :

1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6

Untuk konversi satuan, kunjungi situs: http://www.easyunitconverter.com/

CATATAN :

E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam;

R = jarak sumber penerangan dan benda, bersatuan m;

Q = menyatakan besarnya sudut antara sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan.

(21)

Wet & Dry Bulb Psychrometer

Alat Pengukur

Suhu dan Kelembaban Udara

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

INAKURASI + 2%

Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi

selisih

har

ga

“Wet & Dry Psychrometer” sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian. Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besar- nya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.

Maintenans Alat:

Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.

Sling Psychrometer

Alat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Belakangan perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembab- annya.

Thermohygrometer

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.

Tanganan pemegang pena pencatat

Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari Pena pencatat

RH dan T

Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat

mencolok.

INAKURASI (INACCURACY): + 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)

+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi) Referensi:

Bachmann (1992:15-22) Thermohygrograph

Kertas grafis

Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.

Catatan:

Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasil- kan panas setara dengan 100 watt lampu pijar.

(22)

KELEMBABAN DAN SUHU UDARA

RH = kelembaban absolut suatu udara kelembaban absolut udara jenuh

pada suhu sama

x 100%

2. Satuan-satuan Satuan Suhu (T)

Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32} Reamur (R)

Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9} Kelvin (K) ===> C = (K-273)

Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)

Thermohygrometer elektronik

Sen

sor suhu dan

kelem

baban uda

ra.

1. Pengertian/ Definisi

Alat ini dipakai untuk mengukur suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan tanpa kita harus masuk kedalam ruangan yang akan kita ukur. Alat ini dilengkapi sensor yang dapat ditarik dan dilewatkan pada dinding.

Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan.

Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun.

Kelembaban retatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.

Contoh:

Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 C dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%.

Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 C pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”.

Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 C pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.

(23)

Handheld XRF Spectrometer

Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam

Digital Microscope

Alat Perekam Gambar Mikro

Moisture Meter

Alat Pengukur Kadar Air

pH Meter

Alat Pengukur Keasaman

Chroma Meter

(Konica-Minolta R-410) Alat Perekam Data Warna

pH paper ini harus selalu dipakai untuk mengecek pH larutan apakah aman terhadap benda yang akan dibersihkan

ataupun terhadap alat steamer. Perhatikan tabel terlampir untuk mengetahui aman tidaknya suatu

larutan kimia. Weather Station

(24)

(Alat Pelembab Udara) Bak Penampungan Air Distilasi Control Panel Tempat Keluarnya uap air

(Alat Penyerap Uap Air)

Keterangan “Control Panel” (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tombol Operasi (Power) Tombol pengoperasian (RH 60 ~ 65%)

Pengoperasian non-stop Tombol “Humidity” Tombol “Defrost”

Lampu indikator Humidity Lampu indikator Defrost Control Panel Tempat masuknya uap air Bak Penampungan (Uap) Air

Dehumidifier

Humidifier

Kelembaban tidak dapat diturunkan dibawah 40%. Efektif untuk 40 ~ 50%. CATATAN:

Efektif untuk luas ruangan = 10 ~ 16 meter kubik. Suhu ruangan berkisar antara 1 ~ 35 derajat celcius.

(25)

Wadah Tertutup (Kedap) Tiga Kupon Logam Sampel (Bahan yang akan diuji) Air Distilasi

Oddy Test 1973

suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari

tembaga perak timbal

UJI BAHAN LEMARI

SIMPAN & DISPLAI

Penetralan tekstil yang berkondisi asam Rak-rak sederhana untuk penyimpanan bahan

dan alat untuk keperluan konservasi tekstil.

Tehnik rolling untuk kain biasa untuk keperluan

penyimpanan dan transportasi. dengan bahan kayu karena bersifat buffering.Lemari dan (lapisan) dinding sengaja dibuat Detail mounting kertas karton bebas asam

untuk keperluan displai dan penyimpanan.

Gambaran kotak-kotak berisi tekstil yang dibungkus kertas bebas

asam tersusun rapi disamping rak-rak dalam ruang simpan. Kain Damas Tes ini digunakan untuk pengujian sampel yang harus ditempatkan dalam wadah kedap udara dengan tiga kupon logam yang berbeda — perak (Ag), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) — yang tidak menyentuh satu sama lain atau sample bahan yang akan diuji. Wadah disegel dengan sedikit air distilasi untuk menjaga kelemba-ban yang tinggi, kemudian dipanaskan pada suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari. Wadah yang identik dengan tiga logam kupon bertindak sebagai kontrol. Jika kupon logam menunjukkan tidak adanya tanda-tanda korosi, maka bahan yang diuji dianggap cocok untuk ditempatkan di sekitar benda seni atau budaya. Tes Oddy bukanlah tes kontak, tetapi hanya untuk pengujian gas (uap). Setiap logam mendeteksi kumpulan zat korosif. Perak adalah untuk mendeteksi senyawa belerang dan sulfida karbonil. Timbal untuk mendeteksi asam organik, aldehida dan gas asam. Tembaga untuk mendeteksi klorida, oksida dan senyawa belerang. Ada banyak jenis bahan pengujian untuk tujuan lain, termasuk pengujian kimiawi dan fisik.

(26)

BASA

Terlalu Basa Basa Kuat Amonia (0,1%) Sabun biasa (poly

phosphate builders)

Basa Lemah

AIR

(air murni/ netral)

ASAM

Asam Lemah Asam Asetat Asam Kuat Terlalu Asam 14 13 12 11 Kondisi untuk pembersihan cat teroksidasi, minyak dan perekat nabati.

Wool, sutera dan bahan protein lain dapat rusak. 10 8 9 7 6 3 1 0 2 5 4

Kondisi ini cukup aman untuk perlakuan hampir semua jenis tekstil.

Kondisi untuk pembersihan noda karat, lem, dan perekat berbahan dasar kanji lain

Kapas, linen dan bahan selulosik lain dapat rusak.

(27)

Larutan Penyangga pH

NaOH (cair) pH 14

Larutan Basa

NaOH + Aquadest (1:20) pH 10

200 ml. teepol (asli) pH 4 + 10 ml. Larutan Penyangga NaOH penuhi beaker-glass sampai 1000 ml. 5 gr. CMC (Carboxy- methyl Cellulose) u/ mengangkat kotoran 1 lt. teepol (asli) pH 7 (T riton X-2000)

Resep Sabun pH 7

Resep Sabun Teepol dengan pH 7

(Triton X-2000)

(28)

Penanggalan Kronometrik (CHRONOMETRIC DATING)

1596 1602 1613 1619 1632 1645 1660 1695 1778 1815 1825-30 1868 1883 1900 1908 1928 1933 1945 1950 1962 1973 CE 78 400 450 500 518 600 670 700 732 900 960 1000 1279 1292 1370 1400 1453 1500 1509 1516 1528

There were mineral alum and madder imported from Mecca and Aden

(Medinah), included coral and copper.

On February 29, 1950, the Batavian Society was changed into the name The fragment recontruction on terracota with straight and waved lines is an evidence for the earliest textiles.

The First Hinduism Kingdom

BCE 3000 - 2000

PRE HISTORY (NEOLITHIC)

Pithecantropus erectus

(manusia trinil).

BRONZE AGE Aji Çaka HISTORY (Kutai Kingdom) (Kalimantan, Hindu)

800 - 200 Ikat lungsi (warp) is considered present in the time. The textile with geometrized

regions are Kalimantan (jackets and breechclouts from Dayak Iban, D.Bahau and D.Kenyah), Sumatera (ulos from Batak, Palepai and Tampan from Lampung), Sulawesi (Toraja), Nusatenggara (Timor and Sumbawa) and Bali. Songket or supplementary warp was also present in that time (?).

(1)

Motifs on the bronze-wares from that era is similar to the textile design and pattern of No.1. Bronze-wares from that era, for example kettle drums and axes which (2)

TARUMANEGARA

(Jawa Barat, Hindu) Chinese chronicles mention that certain King of North Sumatera wore silk cloth.

The stone inscription found is as foundation of Indonesian Historic period.

(3)

(4)

MATARAM I (Jawa Tengah, Hindu)

(6) In Aceh, sappan-wood (secang) already was one of the outstanding export stuffs to

the Arab. The secang dye work was considered as the oldest native red dye work. (7) Palembang) or in Design Javanese Batik, jelamprang, attesting to origin

in the Hindu-Indonesian Period.

There was a barter trade which were Indonesian cotton cloth and Chinese silk. Silk patola cloth (may from India) also present in the era (Javanese

and Sumatrans called as ‘cindai’).

(8)

SRIWIJAYA

(Sumatera Selatan, Hindu)

The Sung dynasty mentions that cotton goods from Java were used as princely presents.

(9)

* Borobudur and Prambanan * Kain Prada

(11) Because the fall of Constantinople in 1453, the European merchants sought to purchase spices, which at that time were very rare and quite expensive, directly the producing country, i.e. Indonesia.

King Hayam Wuruk who succeeded in reuniting the Indonesian Archipelago was among the re-owned rulers of that period of Hindu Kingdoms. The same period saw the building of the Borobudur Buddist sanctuary under the Çailendra dynasty in Central Java and Prambanan Hindu temple by King Daksa.

Portuegese was the first

European to set foot in Indonesia. (14)

(15)

MATARAM II

(Jawa Tengah, Islam)

(16) The Dutch settled in Bantam (Banten), West Java.

The Dutch established the Netherlands East Indies Company (VOC).

(17)

Kolonialisasi, Jatuhnya Kekuasaan, JAYAKARTA

Governor General Jan Peterzon Coen succeeded in gaining the authority over Jayakarta, which was renamed ‘Batavia’. That time was beginning of the

colonialism by the Dutch.

(23)

Sultan Agung introduced the Islamic-Javanese calendar and was patron of the Arts and Crafts.

(20) Gunung Merapi (a volcano name in Central Java) eruption sent a plenty of minerals, i.e. mineral alum.

(22) The Batavian (presently Jakarta) Society for the Arts and Sciences was founded in Jakarta on April 24, 1778.

(19)

Indian cotton (from Madapolam and Calicut) have been supplanted by

European fabrics.

In the colonialism era the Fierce battles broke out everywhere led by brave patriots, like as Prince Diponegoro (1825-1830) in Central Java.

(24)

(26) Gunung krakatau (a volcano name in the Java Sea, close to Banten District) eruption also sent a plenty of minerals.

(28) (27)

Artificial Indigo and Alizarin

Because in this period of national awakening was heralded by ‘Boedi Oetomo’, the organization founded on May 20. Its ultimate aim was the

establishment of an Independent Indonesian State.

(29) The Indonesian youth, in the 2nd congress on October 1928, called for unity among the Indonesian youth and pledged allegiance to ‘One Nation, Indonesia, One Motherland, Indonesia, One Language, Bahasa Indonesia’.

(31) Indonesia proclaimed the Independence and established Unity State of the Republic of Indonesia covering the territory of the former Netherlands East Indies.

(18) (13)

MADJAPAHIT (Jawa Timur, Hindu)

HISTORICAL RECORDS PERIODS YEAR

The Institute was presented to the Indonesian Government which then is administered under Ministry of Education and Culture. The institution was also changed its name into Central Museum that become the National Museum to the present time.

(33)

(32)

REPUBLIC OF INDONESIA, (Negara Merdeka, Modern)

Conservation Lab for the Secang-wood and mengkudu were in common use by using mineral alum (Javanese called it as tawas) and plant

alum (probably Jirek). However, the plant

alum was considered the older mordant than the mineral alum. [The raw materials were treated with oil (castor) and lye (ash from burning rice stalks, or trunks of various trees of banana) that dyes from Morinda mixed with Jirek, Symplocos fasciculata

Zoll.] Sugar, indigo, and coffee from Java and Sumatera were exported to Europe.

(21)

The new museum building (presently National Museum) was opened in Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta.

(25)

Chinese source of the Ling and T’ang dynasties: the people of Java and North Coast of Sumatera wore cotton in use in Sumatera as early as the 6th century. There are 3 species of Gossypium, i.e. G. herbaceum (the most common), G. obtusifolium (in Southern Sumatera, cultivated by the Dutch), and G. brasiliense (Malay Peninsula, cultivated by the British).

(5)

Ikat pakan (weft) together with import silks were brought by Indians and Islamic

traders to Java and Sumatera (possibly, also applications of beads, sequins, glass/ mirrors, and gaining of the knowledge of technique for mixing color/dye). The regions

of the two islands that were contacted by the mentioned traders were as indication of silk and songket clothes, and probably silver and gold threads. Other regions: Palembang

(South Sumatera), Donggala (Central Sulawesi), Bugis (South Sulawesi) and Bali. In old Javanese written source suggest that ‘kain prada’ enjoyed very great popularity in

aristocratic circles in East Javanese Kingdom of Madjapahit. (In Bali, gold leaf was an important article of commerce imported from China and Thailand via the port of Singaraja in the latter half of the 19th century).

(10)

In Palembang, was cultivated the mulberry trees for Bombix mori foods (silk coccon), it was also in Sulawesi. Typical silk cloth colors are red, green,

blue and other bright colors. Silver and gold threads was utilized throught the supplementary weft technique, which raises the metallic threads to the surface of

(12)

The Board Commerce and Industry of the Dutch East Indies published the Native Batik Industry. Some German synthetic dyestuffs

the years 1920 to 1928 come into use in Jakarta and Pekalongan. e.g. for red

color (aniline of Beta-hydroxy naphthoic acid, which applicable in cold water), for basic yellow (Auramine-O, Ciba Ltd., Basle), form brown (a benzidine dyestuffs, called soga-soga which developed with diazo compounds).

Gambar

Tabel 2. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi (Materials Sensitive to High Relative Humidity)
Tabel 5. Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu
Tabel 8. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)
Tabel 10. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Bahan Kimia (Fumigation Method for Killing Insect & Fungus)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan modul reaksi reduksi dan oksidasi berbasis pendekatan

Berdasarkan pengamatan penulis, pada STMIK IKMI Cirebon masih menggunakan media konvensional dalam penyajian informasi akademik, seperti menempelkan kertas di papan

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja praktikum merupakan suatu penilaian terhadap kinerja siswa untuk menilai keterampilan mereka dalam pembelajaran.. Kriteria

Hasil penelitian tentang umpasa pada acara adat masyarakat Batak Toba telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang dilakukan dalam upaya menunjang pelestarian,

#  'kses terhadap Rekam Medis selain untuk keperluan pelayanan, baik oleh tenaga kesehatan maupun pihak lain yang berkepentingan terhadap data atau memiliki

Setelah Tes di validasi kemudian di ujicoba untuk melihat kelayakan dari tes tersebut, apakah valid dan reliabel. Ujicoba ini dilakukan di SMP Negeri 3 Telaga dengan

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa keselarasan dibagi kedalam empat domain yang menjadi pilihan strategis, yaitu : strategi bisnis, strategi TI, infrastruktur dan proses