• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Islamic Studies

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal of Islamic Studies"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Journal of Islamic Studies

Diterbitkan Oleh :

Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (FORPERTAIS) Se-Kalimantan

Penaggung Jawab

Dr. H. Jamiat Akadol, M.Si, MH

(Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Se-Kalimantan)

Mitra Bistari

Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, M.A (UIN Antasari Banjarmasin) Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA (UIN Alauddin Makassar)

Dr. H. Harjani Hefni, MA (IAIN Pontianak)

Dewan Redaksi

Dr. Kaspullah, M.S.I Dr. Alkadri, M.Ag

Oskar Hutagaluh, S.Pd, MM, M.Si M. Pahmuddin, M.Pd.I

Suriadi, M.Ag

Keuangan

Galuh Nasrullah Kartika, M.Ag

Desain Grafis

U. Ari Alrizki, S.Pd

Alamat Redaksi

Jl. Raya Sejangkung No. 126 Kawasan Pendidikan Sebayan-Sambas Kalimantan Barat

(3)

Journal of Islamic Studies

DAFTAR ISI

Budaya Masyarakat Keraton Amantubillah Mempawah dalam Perspektif Islam, hlm. 1 – 14

M. Saprawi Rizal

Anak Luar Nikah Prespektif Hukum Islam Dan Relevansinya Dengan Peradilan Agama, hlm. 14 -31

Wakasman

Penolakan Nasab Anak Lian Dan Zihar Dengan Ta’liq (Analisis Komparatif Naskah Kitab Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh Dengan Al-Mughni), hlm. 32 – 43

Anwar Hafidzi dan Binti Musyarrofah

Implementasi Pendidikan Agama Islam Membudayakan Sikap Pluralisme Agama, hlm. 44 – 52

Arnadi

Kontribusi Sholat Berjamaah Dalam Mewujudkan Perdamaian: Tinjauan Teoritis dan Praktek, hlm. 53 – 65

Burhanudin

Sejarah Dan Proses Awal Perkembangan Dakwah Islam di Asia Tenggara, hlm. 66– 81

Henny Yusnita

Peranan Guru Quran Hadist dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Terhadap Siswa MTS. Negeri Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah, hlm. 82 – 92

Ismail

Peran Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Bani dalam Memperkaya Keilmuan ke-Islaman Bidang Hadits, hlm, 93 – 107

Kandiri

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Qur’an Surah Hujurat (Studi Tafsir Al-Wasith Karya Syaikh Sayyid Thanthawi, hlm. 108 – 123

Susanto

Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, hlm. 124 – 138

(4)

Journal of Islamic Studies 1 -PERSPEKTIF ISLAM

M. Saprawi Rizal

Sekolah Tinggi Agama Islam Mempawah ABSTRAK

Masyarakat Keraton Amantubillah Mempawah yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisameninggalkan Budaya keratonnya. Semua Budaya yang dilakukan oleh masyarakat Keraton Amantubillah selalu diselaraskan dengan ajaran Islam, yang mana budaya yang telah dilakukan tersebut mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang mulia. Budaya Keraton Amantubillah ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat keraton, terutama oleh sesepuh dan keturunan dari keluarga keraton. Diantara Budaya Keraton Amantubillah Mempawah yaitu seperti melestarikan Robo-robo (setiap bulan safar) yang didalamnya berisi Ziaroh kemakam raja-raja atau orang-orang saleh,makan saprahah, tolak bala. Kemudian budayaMembaca Albarzanji serta ruwahan yang pada prinsipnya tujuan dari Budaya tersebut ialah sebuah permohonan doa keselamatan,sedekah,memupuk tali silaturrohim dan kebersamaan. Setelah dikaji inti dari Budayatersebut, terutama dilihat dari tujuan dan tata cara melakukan ritus-nya, jelaslah bahwa semua Budayamasyarakat Keraton Amantubillah Mempawah sesuai dengan ajaran Islam, karena Budaya yang dahulunya bercampur dengan kebudayaan hindu semuanya diarahkan pada nilai-nilai ajaran Islam yang sebenarnya. Hanya saja ada beberapa orang yang kurang pemahamannya dalam agama Islam yang masih mempertahankan Budaya Keraton (yang dahulunya bercampur dengan hindu) tanpa menyesuaikan dengan ajaran Islam.

KATA KUNCI: Budaya, Msyarakat Keraton Amantubillah , Islam PENDAHULUAN

Istana Amantubillah adalah sebuah na-ma Istana dari Kesultanan Mempawah yang terletak di Pulau Pedalaman, Kabupaten Mempawah, Propinsi Kalimantan Barat. Kata Amantubillah berasal dari Bahasa Arab yang berarti “Aku Beriman Kepada Allah”. Istana yang bernuansa warna biru langit ini terdapat tulisan “Mempawah Harus Maju Malu Dengan Adat” pada pintu gerbang sebelah kiri dari pintu masuk. Nama Istana tesebut mencerminkan bahwa sultan dan masyarakat Kesultanan Mempa-wah sangat percaya kepada Allah dan sekaligus melambangkan betapa kuatnya ajaran agama Islam pada setiap diri orang Melayu.Dalm catatan sejarah mengatakan Istana Amantubillah pada mulanya baru didirikan sekitar tahun 8 Jumadi Ahir 1175 H /1761 M oleh Panembahan Adi Wijaya Kesuma yang terltak di pulau pedalaman

atau dahulunyadikenal dengan kampung berunai, sultan ke-3 Kesultanan Mempa-wah. Namun apalah hendak di kata, pada tahun 1880 M istana tersebut terbakar. Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintah-an Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin (1864-1892), sultan ke-9. Istana yang terlihat sekarang ini baru dibangun pada tahun 1922, ketika Gusti Taufik yang bergelar Panembahan Muhammad Taufik Akamuddin (1902-1943), sultan ke-11 naik tahta.

Terhitung sejak tanggal 12 Agustus 2002, tampak kepemimpinan Kesultanan Mempawah dipercayakan kepada Pangeran Ratu Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, sebagai sultan ke-13.Mulanya,Kesultanan Mempawah mulai dikenal pada saat keda-tangan rombongan Opu Daeng Manambon dari Kerajaan Matan Tanjungpura ke bukit Rama Mempawah sejak itulah eksitensinya

(5)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 semakin diperhitungkan, Setelah Opu

Dae-ng Manambon deDae-ngan gelar PaDae-ngeran Mas Surya Negara naik tahta menggantikan Sultan Senggauk pada tahun 1740 M. Apa-bila pada masa pemerintahannya Habib Husein Alkadri mantan hakim agama di Kerajaan Matan, berpindah ke Kesultanan Mempawah. Maka, orangpun kemudian berbondong-bondong datang ke Mempa-wah tidak hanya untuk melakukan hubung-an daghubung-ang atau hubunghubung-an politik, tetapi juga untuk mempelajari dan mendalami ilmu Agama Islam. Di masa lalu, Kesulta-nan Mempawah pernah mengadakan inte-raksi dengan kerajaan atau kesultanan lain di Nusantara. Berawal dari hubungan da-gang lama-kelamaan berimbas pada terjadi nya interaksi budaya yang sangat berpenga ruh pada kehidupan masyarakat setempat. Buadaya yang berkembang di Mempawah ternyata banyak dipengaruhi oleh Budaya lain yang berasal dari tanah Bugis yang menjadi tempat kelahiran Opu daeng Manambon.

Salah satu bentuk Budaya yang berkembang dan masih dipertahankan sampai sekarang pada masyarakat Istana Keraton Amantubillah Mempawah adalah upacara Robo-robo, ziaroh kemakam Raja-raja Mempawah atauOrang shaleh, ruwah-an druwah-an albarzaji. Hingga saat ini masyara-kat Keraton Amantubillah yang berada di pu-lau dalaman Kabupaten Mempawah sangat kental dengan masalah Budaya yang diwa-risi oleh pendahulu mereka. Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduk di pulau pedalaman ini masih ada ikatan nasab garis keturunan dengan keluarga kerajaan Keraton Amantubillah. Di sisi lain, ternya-ta budaya masyarakat Keraton Amantubil-llah ini tidak hanya memberikan warna da-lam percaturan Budaya, tetapi juga ber-pengaruh dalam keyakinan dan praktek-praktek keagamaan. Memang ada beberapa Budaya Masyarakat Keraton Amantubillah yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi 1Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif,

Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h

2.

tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi ada juga sebuah kebiasaan yang yang tidak pernah di jumpai dalam ajaran Islam.

Hampir semua Masyarakat Keraton Amantubillah memegangi ajaran Islam de-ngan kuat (kaffah) tentunya dapat memilih danmemilah mana yang masih dapat diper-tahankan tanpa harus berhadapandengan ajaran Islam. Sementara masyarakat Kera-ton Amantubillah yang kurang memiliki pemahamanagama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga warisan leluhur mereka itu danmempraktekkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut. Fe-nomena seperti ini terus berjalan hingga se-karang.

Gambaran masyarakat Keraton Aman-tubillah seperti di atas menjadi penting untuk dikaji, terutamaterkait dengan prak-tek keagamaan sekarang. Sebagai umat ber agaman baik tentunya perlu memahami ajaran agama dengan memadai, sehingga ajaran agama ini dapat menjadi acuan kita dalam berperilaku dalam kehidupan kita. Karenaitulah, dalam tulisan yang singkat ini akan diungkap masalah Budaya masya-rakat Keraton Amantubillah dalam perspek tif ajaran Islam. Apakah Budaya ini sesuai dengan ajaranIslam atau sebaliknya, ber-tentangan dengan ajaran Islam. Untuk me-ngawali uraian tentang masalah ini penting kiranya terlebih dahulu dijelaskan siapa masyarakat Keraton Amantubillah itu. Setelah itu akan dijelaskan Budaya dan keagamaan yang terus mengakar hingga sekarang ini.

Metode Penelitian

Metode penelitiaan pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu1. Penelitian ini dilakuakan dengan menggu-nakan metode deskriptif melalui pendekat-an kualitatif. Dalam pendekatpendekat-an kualitatif

(6)

ini penelitian dilakukan dengan mengguna-kan (fild research), yaitu prosedur peneliti-an ypeneliti-ang menghasilkpeneliti-an data deskriptif beru-pa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.2Penelitiaan ini bermaksud untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan Budaya dan masyarakat Keraton Amantubillah. Kemudian digam-barkan dalam bentuk sebuah laporan pene-litian ilmiah sesuai dengan keadaan di la-pangan dengan metode-metode yang telah diatur dalam penelitian kualitatif.

Penelitian ini dilakukan di Pulau Pe-dalaman Kabupaten Mempawah, Kecamat-an Mempawah Timur KalimKecamat-antKecamat-an Barat. Alasan utamanya adalah karena daerah ini terdapat keraton yang mana dahulunya pusat pemerintahan dan penyebaran Islam bermula dari daerah ini sehingga terdapat keraton yang sangat kental sekali dan terdapat sebuah masjid yang pertama kali dibagun di daerah kabupaten mempawah yang menandakan bahwa sejak dahulu masyarakat didaerah ini sudah mengenal Islam.

Sumber Data dalam penelitiaan ini menggnakan data primer dandata sekunder. Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimak-sud dengan sumber data adalah subyek dari mana data-data diperoleh3. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah dari mana peneliti akan mendapatkan dan menggali informasi berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun sum-ber data dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber data primer, yaitu data yang

diperoleh dari sumbernya secara lang-sung. Dan yang menjadi sumber data primer adalah Masyaarakat pulau peda-laman Kecamatan Mempawah timur, dengan kriteria mampu memberikan

2Husein Umar, Researarch Methods in

finance and Banking, cet II, (Jakarta:Pt.Gramedia

Pustaka Utama, 2002), h. 80.

3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian

Suatu PendekatanPraktek (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), h. 107.

informasi berkaitan dengan data yang dibutuhkan.

2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data yang diperlukan oleh data primer. Antara lain berupa dokumen-dokumen.

Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling atau sampel bertujuan, dimana peneliti menen-tukan informan yang didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik yang merupakan ciri pokok populasi. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa informan tersebut mengetahui masalah yang diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap. Untuk memperoleh informasi yang relevan dan valid, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sampling “bola salju” (snowball sampling technique) yaitu teknik yang mengibaratkan bola salju yang terus menggelinding, semakin lama semakin besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka peneliti mencari sumber data lain-lain yang mempunyai karakteristik sama. Untuk men dapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan metode sebagai berikut: a. Metode Observasi.

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara penga-matan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselediki4 .Observasi yang dilakukan adalah obser-vasi secara sistematis, yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pe-doman sebagai instrumen penelitian. Adapun data yang ingin diperoleh pene-liti yaitu: kondisi lingkungan masyara-4Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta:

Bagian Penerbit, Fakultas Ekonomi UII, 2000), h. 58.

(7)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 kat Keraton Amantubillah, Budaya dan

Masyarakat Keraton Amantubillah, se-luruh Aktifitas Masyarakat Kerton Am-antubillah.

b. Metode Interview

Metode interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Metode ini juga merupakan wawancara langsung dengan responden sebagai pihak yang memberikan ketera-ngan. Disini peneliti menggunakan me-tode interview tak berstruktur dikarena-kan peneliti tidak menggunadikarena-kan pedo-man wawancara yang tersusun secara sistematis tetapi hanya berupa garis besar atau pedoman umum saja. Metode ini bersifat luwes dan terbuka untuk mendorong subyek penelitian agar ja-wabnya cukup lengkap dan terjabarkan serta mendalam sesuai dengan tujuan penelitian. Metode ini digunakan pene-liti untuk mendapatkan data tentang: se-jarah Keraton Amantubillah, Alalasan dari pelaksanaan Budaya dan masyara-kat Keraton Amantubillah dan Profesi dan Keagamaan masyarakat keraton Amantu Billah.

c. Metode Dokumentasi.

Metode ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan interview5. Peneliti menggunakan meto-de ini karena untuk mencari data mela-lui dokumen tertulis mengenai hal-hal yang berupa catatan harian, transkip buku, surat kabar, majalah, foto-foto dan lain-lain.Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, inter-view dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data, sehingga

5Sugiyono, Memahami Penelitian

Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), h. 82.

6Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian

Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Mendeskripsikan data kualitatif ada lah dengan cara menysusun dan menge-lompokan data yang ada, sehingga mem berikan gambaran nyata terhadap res-ponden. Metode penelitian kualitatif ti-dak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, atau statistik. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneli-ti yakni dengan langkah-langkah seba-gai beikut:

1) Reduksi Data.

Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik atau diverifikasi.Data yang diperoleh dari lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis setiap selesai mengumpl-kan data. Laporan-laporan itu perlu di-reduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus peneli-tian agar mudah untuk menyimpulkan-nya. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diper-lukan serta membantu dalam memberi-kan kode kepada aspek-aspek tertentu6. 2) Display data atau penyajian data.

Yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang mem-berikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks yang bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa matriks, grafik, networks dan chart. Dengan alas an supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data, serta untuk memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya.

3) Menarik kesimpulan atau verifikasi.

Ilmu Sosial lainnya (Bandung: Remaja

(8)

Yaitu merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu, kesim-pulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Verifika-si dimaksudkan untuk menghaVerifika-silkan ke-simpulan yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kem-bali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema, model, hubung-an dhubung-an persamahubung-an untuk diambil sebuah kesimpulan sistematis, ringkas dan seder hana tentang budaya dan masyarakat Keraton.

Untuk pengecekan keabsahan data ini, teknik yang dipakai oleh peneliti adalah trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pene-liti antara lain dengan :

a) Trianggulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamat an dengan hasil wawancara, data ha-sil dengan dokumentasi dan data haha-sil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.

b) Trianggulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan do-kumentasi. Kemudian hasil yang di-peroleh dengan menggunakan meto-de ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.

c) Trianggulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran sua-tu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik dilihat

7Ifrosin, Fiqih Adat (Kediri:CV Sumenang,

2009), h. 6.

dari dimensi waktu maupun sumber yang lain

Masyarakat Keraton Amantubillah Manusia diciptakan sebagai makhluk monodualisme. Artinya, setiap manusia memiliki dua naluri pokok yang bertentang an. Yang pertama adalah keinginan untuk berhubungan dengan Khaliknya (sebagai makhluk individu), dan yang kedua adalah keinginan untuk berhubungan dengan indi-vidu lain dalam konteks masyarakat. Begitu juga dengan Budaya dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata yang selamanya merupa-kan dwi tunggal, yang mana tidak ada masyarakat tanpa Budaya dan tidak ada Budaya tanpa masyarakat.masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki Budaya yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu7. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat yang berkem bang menjadi budaya. Budaya masyarakat di daerah tertentu akan berbeda dengan Budaya masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda.

Masyarakat Keraton Amantubillah me-rupakan salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Melayu, karena ma-yoritas masyarakatnya memang keturunan dari suku Melayu. Jika kita perhatikan pen-duduk di daerah ini sangat berbeda sekali dengan penduduk didaerah yang lainya, baik dilihat dari tataletak geografis daerah nya dan masyarakat yang menempatinya. Salah satu letak keunikan daerah ini yaitu dkelilingioleh sungai, sehingga daerah ini membentuk seperti pulau kecil oleh karena itu daerah ini dinamakan pulau pedalaman. Kemudian kalu kita perhatikan dari jumlah

(9)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 penduduknyasangat sedikit dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang berada di seluruh kelurahan atau desa yang berada di daerah Kabupaten Mempawah, bahkan sa-ngat dimungkinkan sekali Kelurahan Pulau Pedalaman merupakan jumlah penduduk paling sedikit di Kalimantan Barat.

Masyarakat Keraton Amantubillah ya-ng berada di pulau pedalaman ini mem-punyai profesi yang berbeda-bedamulai dari pegawai negeri, buruh kasar, pedagang dan rumah tangga tetapi mayoritas pendu-duknya berprofesi sebagai buruh kasar.8 seperti yang dipaparkan di bagian pendahu-luan bahwa masyarakat pulau pedalaman mayoritas penduduknya dari suku melayu, bahkan msyarakat yang selain suku melayu bisa dihutung dengan jari. Uniknya lagi hampir semua masyarakat di kelurahan pulau pedalaman ini merupakan keturunan dari keluarga Keraton Amantubillah, sehi-ngga menjadi suatu kewajaran bagi masya-rakat tersebut masih meneruskan Budaya nenek moyang mereka (Kental Dengan BudayaKeraton Amantubillah).

Dalam kehidupan sehari-hari sangat tampak sekali masyarakat Keraton Amantu billah mempawah inimempunyaijiwa sosial yang tinggi, hal sepertiinibisa dilihat pada saat ada suatu kegiatan,atau acara tertentu, semangat kebersamaanya sangat nampak sekali,lebih-lebih pada acara yang berkait-an dengberkait-an budaya yag diwariskberkait-an oleh ke-rajaan Keraton Amantubillah. Disamping itu masyarakat Keraton Amantubillah masih sangat kuat sekali dengan memper-cayai hal yang sifatnya magis, bahkan menjadi keharussan bagi mereka ketika ber benturan dengan masalah budaya Keraton. Salah satu yang menjadi motto semangat masyarakat Keraton Amantubillah yaitu tulisan yang terpampang jelas didepan Keraton Amantubillah “Mempawah Harus Maju Malu Dengan Adat” Tulisan ini me-rupakan pesan dari raja Keraton Amantu-billah yang menyerukan kepada masyarakat 8Wawancara dengan H.Malik salah satu

sesepuh tokoh masyarakat di pulau pedalam Tangal 15 Desember 2016.

mempawah untuk harus bangkit dan lebih maju dengan berpendidikan dan berpenge-tahuan yang luas dengan tidak meninggal-kan akhlak dan Budayayang baik yang telah diwariskan oleh Kerajaan Amantubillah Mempawah.9

Budaya masyarakat Keraton Amantubillah

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, Budaya disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni dan Bahasa. semua unsur tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Begitu juga bu-daya yang terjadi pada masyarakat Keraton Amantubillah yang saat ini terus dijaga dan dilestarikan. Adapun Budaya masyarakat Keraton Amantubillah yang masih tetap dipertahankan yaitu:

1. Robo robo

Awal diperingatinya Robo-robo ini sen-diri, bermula dengan kedatangan rombong-an Opu Daeng Mrombong-anambon drombong-an Putri Ke-sumba yang merupakan cucu Panembahan Mempawah kala itu yakni, Panembahan Senggaok yang merupakan keturunan Raja Patih Gumantar dari Kerajaan Bangkule Raja Mempawah pada tahun 1148 Hijriah atau 1737 masehi. Masuknya Opu Daeng 9Wawancara Dengan Ari Santoso salah satu

tokoh masyarakat pulau pedalaman pada tanggal 10 Desember 2016.

(10)

Manambon dan istrinya Putri Kesumba ke Mempawah, bermaksud menerima kekua-saan dari Panembahan Putri Cermin kepada Putri Kesumba yang bergelar Ratu Agung Sinuhun bersama suaminya, Opu Daeng Manambon yang selanjutnya bergelar Pang eran Mas Surya Negara sebagai pejabat raja dalam Kerajaan Bangkule Rajangk.

Awal mula Perayaan Robo-Robo ini merupakan napak tilas kedatangan Opu Daeng Manambon dari Kerajaan Matan ke Kerajaan Mempawah yang konon menggu-nakan 40 perahu Bidar. Perayaan ini menjadi penting karena kedatangan Opu Daeng Manambon menjadi cikal-bakal masuk dan berkembangnya Islam ke Kota Mempawah. Puncak dari Islamisasi pun terjadi saat adanya peralihan di Kerajaan Mempawah yang semula beragama Hindu menjadi kerjaan bercorak Islam. Pada bulan Safar tahun 1148 Hijiriah itulah, masyara-kat Mempawah kedatangan rombongan tersebut yang diiringi sekitar 40 perahu. Saat masuk di Muara Kuala Mempawah, rombongan disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah. Penyambutan itu dilakukan dengan memasang berbagai kertas dan kain warna warni di rumah-rumah penduduk yang berada di pinggir su-ngai. Bahkan, beberapa warga pun menyon song masuknya Opu Daeng Manambon ke Sungai Mempawah dengan menggunakan sampan.

Terharu karena melihat sambutan rakyat Mempawah yang cukup meriah, Opu Dae-ng Manambonpun memberikan bekal ma-kannya kepada warga yang berada di ping-gir sungai untuk dapat dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepat-an dengbertepat-an hari Minggu terakhir bulbertepat-an Syafar, lantas rombongan tersebut menyem patkan diri turun di Kuala Mempawah. Selanjutnya Opu Daeng Manambon yang merupakan keturunan dari Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, berdoa bersama dengan warga yang menyambutnya, mohon kese-10http://longsani.blogspot.co.id/2014/07/m

akalah-robo-robo.html diakses pada tangal 23 Desember 2016.

lamatan kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan petaka. Usai melakukan doa, kele-mahan dilanjutkan dengan makan bersama. Prosesi itulah yang kemudian dijadikan sebagai awal digelarnya hari Robo-robo, yang setiap tahun rutin dilakukan warga Mempawah, dengan melakukan makan di luar rumah bersama sanak saudara dan tetangga.Salah satu kegiatan dalam rentetan ritual Robo-robo ialah:

a. Makan Sapraha.

Makansaprahahialah, makan bersama-sama di halaman depan Istana Kraton Amantubillah menggunakan baki atau ta-lam. Setiap baki/talam (saprah) yang berisi nasi dan lauk biasanya diperuntukan bagi empat atau lima orang. Setiap elemen mas-yarakat boleh bergabung di dalamnya. Pada saat makan, tidak lagi dipersoalkan status, agama, dan asal-usul seseorang, sehingga sangat terasa sekali kebersamaanya.Dalam Makan Sapraha ini, disediakan masakan khas istana dari daerah setempat, seperti lauk opor ayam putih, sambal serai udang, selada timun, ikan masak asam pedas, dan sop ayam putih. Sebagai pencuci mulut disuguhkan kue sangon, kue jorong, bingke ubi, putuh buloh, dan pisang raja. Sementa-ra untuk minumnya, disediakan air serbat yang berkhasiat memulihkan stamina10. Awal mula terjadinya makan saprahah ini yaitu ketika proses Islamisasi terjadi dan beralihnya Kerajaan Mempawah yang se-mula beragam Hindu menjadi kerajaan bercorak Islam. Makan saprahah ini bukan Cuma dilakukan di depan Keraton Amantu-billah bahkan ada sebagian msyarakat yang melakukan terlebih dahulu didepan rumah nya, ditepi jalan di depan rumahnya dan di tepi sungai setelah itubarulah berkumpul di depan Keraton Amantubillah. Proses pelaksanaan makan saprahah inidilakukan pada hari rabu terahir pada bulan safar yang sebelumnya didahului dengan doa bersama. b. Tolak bala.

(11)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 AcaraTolakbala adalah, permohonandoa

dankeselamatan kepada Allah yang maha Esa agar terhindar dari bala dan bencana. Acara permohonan doa yang disebut deng-an tolak bala ini sdeng-angat berbeda dengdeng-an ben tuk pelaksanaan permohonan doa seperti biasanya karena acara ini dilakukan ditepi sungai di dekat masjid jamiatul khair Keraton pulau pedalaman ( Masjid pertama kali dibangun di mempawah), acara yang dihadiri oleh seluruh warga pulau pedalam-an ini bukpedalam-an hpedalam-anya dilakspedalam-anakpedalam-an pada hari rabu terakhir sajah, akan tetapi mulai dari masuknya bulan safar. Setiap hari rabu masyarakat berkumpul di tempat ini dengan membawa makanan dari rumahnya masing masing, kemudian dimakan bersama-sama dengan tujuaan saling berbagi (sedekah), tetapi sebelum makan bersama-sama diluar atap tersebut, sebelumnya didahului dengan berdoa memohon keselamatan agar dihin-darkan dari bala dan bencana (Doa tolak bala).11 Apa yang dilakukan Masyarakat keraton Amantubillah ini juga terdapat da-lam ajuran firman allah yaitu: Dan berilah harta yang dicitainya kepada kerabatnya, anak-anakyatim, orang-orang miskin, mu-safir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya. (QS Al-Baqorah:177).12

Acara ini dilakukan karena masyarakat Keraton Amantubillah sangat meyakini pada tiap tahun hari rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala bencana ke muka bumi. Maka besar sekali harapan masyarakat Keraton Amantubillah dengan doa dan sadokoh ini dapat terhindar dari datangnaya bala Tersebut.13

c. Upacara Ziaroh kubur

Pelaksanaan upacara ziaroh kubur ini termasuk bagian dari ritual robo-robo

na-11Wawancara Dengan Daeng Fahrudin

salah satu tokoh masyarakat pulau pedalaman pada tanggal 13 Desember 2016.

12Syakur Dewa, Catatan Singa Podium

(Probolinggo: Pustaka ‘Azm, 2013) h. 20.

mun pelaksanaanya sebelum hari rabu terkhir, biasanya sehari sebulum acara robo-robo dilakukan. ziarah kubur dilaku-kan oleh masyarakat pulau pedalaman dan seluruh keluarga Keraton Amantubillah yaitu di makam Raja-raja Mempawah yang terletak di Jalan Adiwijaya Kelurahan Pulau Pedalaman danmakam Opu Daeng Manambon. Salah satu tujuaan ziarah kubur ini ialah ingin mengenang jasa raja-raja mempawah dan Opu Daeng Manambon yang telah berjasa bagi masyarakat Mem-pawah khususnya masyarakat keraton Amantubillah, Selain itu mendoakan serta mengambil berkah dari orang-orang saleh.14Dan mengenai ziaroh qubur yang dilakukan oleh masyarakat Keraton Amantubillah sesuai dengan sabda nabi muhammad saw.

اُ ِّ َ ُ َ َّ ِ َ َ وُروُ َ ِر ُ ُ ْ اِةَر َ ِ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ِّ ِإ َةَ ِ ْ

Telah aku larang kamu semua ziarah kubur lalu aku perbolehkan karena ziarah kubur mengingatkan kehidupan akhirat.

d. Albarzanji

Masyarakat Keraton Amantubillah ya-ng masih kuat menjaga budaya dari sesepuh mereka sangat tampak sekalai dalam pelak-sanaan membaca Al-barzanji.bahkan di pu-lau pedalaman ini sudah lama terbentuk group Albarzanji yang diketuai oleh seseo-rang Muhammad Zaini. Awal mula pemba-caan Al-barzaji ini, dahulunya bermula dari kebiasaan dua tokoh ulama yang sangat masyhur di mempawah yaitu Syekh Habib Husin kadri dan Syekh Fakih Al-Fatani15Nama asal dari kitab Alabarzanji ini yaitu kitab yang berjudul‘Iqdul Jawahir yang didalamnya menjelaskan biografi Nabi Muhammad Saw yang ditulis menurut gaya puitika Arab. Karya ini terbagi dua: 13Wawancara dengan Ibu Lurah Pulau

Pedalaman Utin normawati padatanggal 9 Desember 2016.

15Ellyas Suryani Soren, Sejarah

Mempawah Tempo Doeloe (Mempawah: Tanjung

(12)

Natsar (prosa) dan Nadzom (puisi). Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang di dalamnya juga memuat 355 syair. Seluruh-nya menuturkan riwayat Nabi Muhammad Saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa tatkala dilantik menjadi Nabi. Sementara, bagian Nadzom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair.

Sebagaimana karakter syair Arab, ‘Iqdul Jawahir banyak menggunakan berbagai kata yang diambil dari fenomena alam jagad raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Kata-kata itu diolah sedemikian rupa, bah-kan disenyawabah-kan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Un-taian Mutiara”.kelompok al barzanji ini ter diri dari remaja dewasa sampai sesepuh, tapi kebanyakan kelompok al barzanji ini lebih didominasi para sesepuhnya. Pada dasarnya tujuan pembacaan albarzanji yang dilakukan oleh masyarakat pulau pedalam-an ini hpedalam-anya bertujupedalam-an ingin melpedalam-antunkpedalam-an pujian (bersholawat) pada nabi muhammad SAW agar kelak diakui sebagai ummatnya dan mendapat syafaatnya.Dan terkait dengan Al-Barzanji yang pada inti tujuanya ingin mengungkapkan rasa cintanya pada baginda rosulullah SAW.Melaui sholawat barzanji sangat sesuai dengan ayat Al-qur’an surah Al-Ahzab ayat 56 yaitu:

نِإ ٱ َ ُ َ َ ِ َ َ َو ۥ َ َ َن َ ُ ٱ ِّۚ ِ َ َ َ ٱ َ ِ ً ِ ۡ َ ْا ُ ِّ َ َو ِ ۡ َ َ ْا َ ْا ُ َ اَء

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkankanlah salam peng-hormatan kepada-Nya.

Selain itu berkumpulnya dalam acara pembacaan albarzanji ini untuk mempererat kembalitali silaturohim dan kebersamaan.

16Wawancara dengan tokoh masyarakat

sebagai ketua al-barzanji H.Mhammad Zaini Tanggal 1 Desember 2016.

Adapun pelaksanaan pembacaan kitab al-Barzanji ini awalnya dilakukan pada hari senin namun seiring brjalanya waktu pem-bacaan al barzanji ini tiak terbatas pada hari-hari tertentu akan tetapi pembacaan al barzanji ini juga dilakukan pada momen yang istimewaMisalnya ketika hari ketujuh kelahiran seorang bayi, atau ketika menje-lang pesta pernikahan, bisa juga ketika menghuni rumah baru,khitanan dan lain sebagainya sampai pada acara hari besar keagamaan.16

2. Ruwahan

Ruwahan berasal dari Ruwah, yang memiliki akar kata arwah atau roh. Dari arti kata itulah Ruwah dijadikan sebagai bulan untuk mengenang leluhur, yang wujudnya bisa mendoakan arwah mereka. Di pulau pedalaman, Budaya ruwahan ini yang didalamnya diisidengan acara mendoakan arwah dan memberikan makanan yang diniati sodakohbiasanya digelar pada bulan sya’ban sampai menjelang Ramadhan. Se-cara umum, ritual Ruwahan di pulau pedalaman ini dilakukan disetiap rumah-rumah warga. Masyarakat Keraton Aman-tubillah berkeyakinan pada bulan Sya’ban (Ruwah) adalah bulan untuk lebih memper-banyak kebaikan, bulan yang mana memper-banyak manusia yang lalai didalamnya hanya untuk menantikan bulan Ramadhan tetapi kurang mempersiapkan apa yang harus dilakukan dan kurang memperhatikan diri dalam membersihkan jasmani dan rohani dalam menggapai Ridlo Ilahi Rabbi. Adapun tujuan dari pelaksanaan ruahan ini ialah sebagai wujud baktidan ingat merekapada kedua orang tua, keluarga dan kerabat yang sudah meninggal dengan memanjatkan doa dan bersedekah melalui makanan yang diberikan pada masyarakat yang hadir pada saat itu. Masyarakat ini sangat berkeyakin-an bahwa yberkeyakin-ang terpenting bagi keluarga yang masih hidup adalah mendoakan orang yang telah meninggal sangat bermanfaat, dan bahkan di antara bentuk kemanfaatan

(13)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 doa adalah dapat diberikan kepada orang

yang masih hidup dan juga orang yang telah mati. terkadang Suatu Budaya yang baik ini dilakukan tidak hanya di bulan Ruwah saja, tetapi bisa hampir di setiap bulan, setiap pekan, bahkan setiap hari dan saat-saat yang mustajab, selalu berdoa karena doa adalah senjata bagi seorang yang beriman. Doa sebagai bentuk penghormatan dan bakti kita kepada orangtua.17Dan hadis ya-ng diriwayatkan imam ibnu majah deya-ngan sanad yang sahih dari Abu Said Al Khudriyi ra.Rasulullah Bersabda18:

ﲔﻠﺋﺎﺴﻟا ﻖﲝ ﻚﻟﺄﺳآ ﱐإ ﻢﻬﻠﻟا لﺎﻘﻓ ةﻼﺼﻟا ﱃا ﻪﺘﻴﺑ ﻦﻣ جﺮﺧ ﻦﻣ يﺎﺸﳑ ﻖﲝ ﻚﻟﺄﺳأو ﻚﻴﻠﻋ اﺮﻄﺑﻻو اﺮﺷأ جﺮﺧأ ﱂ ﱐﺈﻓ ﻚﻴﻟإاﺬﻫ

نا ﻚﻟﺄﻓ ﻚﺗﺎﻀﺿﺮﻣ ءﺎﻐﺘﺑو ﻚﻄﺨﺳ ءﺎﻘﺗا ﺖﺟﺮﺧ ﺔﻌﲰﻻو ء رﻻو ﺖﻧا ﻻا بﻮﻧﺬﻟا ﺮﻔﻐﻳ ﻻ ﻪﻧﺈﻓ ﰊﻮﻧذ ﱄﺮﻔﻐﺗ ناو رﺎﻨﻟﺎﻨﻣ ﱐﺬﻴﻌﺗ Barang siapa yang keluar dari rumahnya untuk melakuakan sholat, lalu dia meng-ucapkan: Ya Allah swt.Sesungguhnya aku memohon kepadamu demi hak orang-orang yang memohon kepada-MU, dan akau memohon kepadamu demi hak berjalanku kepadaMU.maka sesungguhnya akau tidak keluar sebagai orang yang buruk,orang yang menolak kebenaran,tidak karena riya dan mencari popularitas. Aku keluar karna takut akan murkamu dan mengharapkan ridhlhomu.maka aku memohon kepadamu untuk melindungiku dari neraka. Dan meng ampuni dosa-dosaku karena tidak ada yang mengampuni kecuali engkau, maka Allah swt.akan menghadap kepadanya dengan wajahnya dan tujuh puluh ribu malaikat akan memitakan mapun kepadanya. Kalau kita perhatikan dari kalimat hadist ini”demi hak orang-orang yang meminta kepada-MU” jelaslah terlihat adanya tawadu deng-an setiap ordeng-ang mu’min.19

Kemudian tawasullain yang pernah dilakukan oleh rosulullah saw. Adakah da-lam sebagian doanya,beliau pernah meng-17Wawancara dengan H.Maidil, salah satu

tokoh Agama di pulau pedalamanTanggal 5 Desember 2016

18Yasin Asmuni, Tahlil dan

faedah-faidahnya (Kediri:Hidayatut THULAB, 2007),24

ucapkan:”Dengan hak nabimu danpara nabi sebelum diriku”dalam kitab Jauhar Al-munaddhim,Ibnu Hajar berkata:”hadist diatas diriwyatkan thabraniy dengan sanad yang baik.dan sebagian hadis itu adalah ucapan Rasulullah saw:

ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻊﺳوو ﺪﺳأ ﺖﻨﺑ ﺔﻤﻃﺎﻓ ﻲﻣﻷ ﺮﻔﻏا ﲔﻤﲪاﺮﻟا ﻢﺣرأ ﻚﻧﺈﻓ ﻲﻠﺒﻗ ﻦﻣ ﻦﻳﺬﻟا ءﺎﻴﺒﻧﻷو ﻚﻴﺒﻧ ﻖﲝ ﺎﻬﻠﺧﺪﻣ “Ampunilah ibuku,fatimah binti asad dan luwaskanlah tempat masuknya,dengn hak nabimu dan para nabi sebelum dariku, ka-rena sesungguhnya engkau lebih penyaya-ng ketimbapenyaya-ng para penyayapenyaya-ng.

Adapun prosesi acara ruahan ini biasa nya terlebih dahulu masyarakat di undang oleh sohibul hajah (tuan rumah),setelah berkumpul dimulailah dengan pembacaan yasin dan tahlilan bahkan biasanya sampai pada khotmil qura’an. Setelah pembacaan doa selesaibarulah masyarakat yang hadir semuanya di persilahkan menikmati hiding an yang telah dipersiapkan oleh tuan rum-ah. Banyak sekali makna yang tersirat dida-lam acara ruahan ini selain isinya permohon an doa, acara ini telah menjadi masyarakat Keraton Amantubillah semakin kuat dalam mememelihara silaturrohim mereka. Bah-kan terkadang setelah acara ruahan ini se-lesai sebagian dari tokoh masyarakat me-manfaatkan momen kebersamaan ini dijadi kan forum musyawaroh dalam hal apapun yang sekiranya menjadi kemaslahatan ber-sama. Ada juga sebagian dari masyarakat Keraton Amantubillah yang melaksanakan ruwahan tiu dengan cara yang sedikit ber-beda namun tujuannya sama, yaitu cukup dengan memberikan makanan kepada tetangga yang diniati dengan sodakoh tetapi tidak lupa sebelumnya sudah dibacakan doa arwah.

Perspektif IslamTentang BudayaMasyarakat Keraton Amantubillah

19Wawan cara dengan Ust. Rahmat ,Salah

satu Pengurus Madrasah Nurul Hayah di Pulau Pedalaman 7 Desember 2016.

(14)

Setelah dikaji secara singkat mengenai Budaya masyarakat Keraton Amantubillah Mempawah pulau pedalaman dengan ber-bagai bentuknya. Maka perlu dijelaskan terlebih dahulu secara singkat karakteristik Islam yang memiliki ajaran sempurna, kom prehensif, dan dinamis. Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki ajaran-ajaran yang memuat keseluruhan ajaran-ajaran yang pernah diturunkan kepada para nabi dan umat-umat terdahulu dan memiliki ajaran yang menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia di mana pun dan kapan pun. Dengan kata lain, ajaran Islam sesuai dan cocok untuk segala waktu dan tempat (shalihun likulli zaman wa makan). Secara umum, ajaran-ajaran hukum dasar dalam Islam yang bersumberkan al-Quran dapat dikelompokkan dalam tiga kategori:

1. Hukum iktiqadiyah (mengesakan Allah) yang berhubungan dengan semua kewa-jiban bagi mukalaf untuk meyakini Allah SWT, malaikatnya, kitab-kitabnya dan hari akhiratnya

2. Hukum mengenai Akhlak, yang berhu-bungan dengan tingkah laku mukalaf perbuatannya, perkataannya, pergaulan dengan sesamanya, dan berbudaya, ser-ta bagaimana seharusnya manusia me-miliki budi pekerti yang baik dan dapat terhindar dariperbuatanyang keji 3. Hukum mengenai amaliah bersumber

dari mukalaf) baikyangberhubungan dengan perkataan, perbuatan perjanjian dan lain-lain

Kemudian Alquran diturunkan untuk memperbaiki sikap hidup manusia. Oleh karena itu, didalamnya disebutkan perintah dan larangan, perbuatan memerintakan ya-ng baik dan melaraya-ng perbuatan yaya-ng keji. Didalam mengerjakan perintah dan larang-an, Al quraan selalu berpedoman padapada tiga hal yaitu:

a. Tidak memberatkan atau menyusahkan b. Tidak memperbayak beban atau tuntutan c. Berangsur-angsur dalam megsyariatkan

sesuatu

Kedinamisan dan fleksibilitas Islam terlihat dalam ajaran-ajaran yang terkait dengan

hukum Islam (syariah). Hukum Islam me-ngatur dua bentuk hubungan, yaitu hubung-an hubung-antara mhubung-anusia denghubung-an Allah (ibadah) dan hubungan antara manusia dengan se-samanya (muamalah). Dalam bidang iba-dah Allah dan Rasulullah suiba-dah memberi-kan petunjuk yang dirinci, sehingga dalam bidang ini tidak bisa ditambah-tambah atau dikurangi, sementara dalam bidang mua-malah Allah dan Rasulullah hanya mem-berikan aturan yang global dan umum yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih jauh dan lebih rinci. Pada bidang yang terakhir inilah dimungkinkan adanya pem-baharuan dan dinamika yang tinggi.

Kemudian Didalam penentuan hukum-hukum syarak atau yang disebut fiqih, seperti halnya dalam menentukan sesuai atau tidaknya BudayaMasyarakat Keraton Amantubillah dalam prepektif Islam yang telah dipaparkan diatas, pada dasarnya dapat dikembalikan padalima kaidah pokok,yaitu:

1) ﺎﻫﺪﺻ ﺎﻘﲟ ﺮﻣﻷا (Segala sesuatu tergantu-ng pada niatnya).

2) ﻚﺸﻟ لاﺰﻳ ﻻ ﲔﻘﻴﻟا(Yakin itu tidak dapat di hilangkan dengan kebimbangan) 3) ﲑﺴﻴﺘﻟا ﺐﻠﲡ ﺔﻘﺸﳌا (Keberatanitu bias

membawakepadamempermudah) 4) لاﺰﻳ رﺮﻀﻟا (Mudlarat itu dapat dihapus). 5) ﺔﻤﻜﳏ ةدﺎﻌﻟا (Adat Kebiasaan itu biasa

di-tetapkan menjadi hukum)

Semua dalam kaidah yang lima ini pa-da intinya berpusat papa-da satu kaipa-dah saja: ﺪﺳﺎﻔﻟا ءردو ﱀﺎﺼﳌا ﺐﻠﺟ (Mendatangkan kebaikan dan menolak kerusakan).

Pada dasarnya, Islam itu agama. Islam bukan budaya. Akan tetapi harus dipahami bahwa Islam tidak antiBudaya. Dalam menyikapi Budaya yang berkembang diluar Islam akan menyikapinya dengan bijaksa-na, korektif dan selektif. Ketika sebuah Budaya dan tidak bertentangan dengan aga-ma, maka Islam akan mengakui dan meles-tarikannya seperti yang disabdakan oleh nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Malik:

(15)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017

ﻦﺴﺣ ﷲ ﺪﻨﻋ ﻮﻬﻓ ﺎﻨﺴﺣ نﻮﻤﻠﺴﳌا ﻩار ﺎﻣ

"Apa yang dilihat orang Islam itu baik, makahalitubaikdisisi Allah”.

Tetapi, ketika suatu budaya bertentang an dengan nilai-nilai agama, maka Islam akan memberikan beberapa solusi, seperti menghapus budaya tersebut, atau memer-lukan Islamisasi serta meminimalisir kadar mafsadah dan madharat budaya tersebut. Namun ketika suatu Budaya masyarakat yang telah berjalan tidak dilarang dalam agama, maka dengan sendirinya menjadi bagian yang integral dari syari’ah Islam. Demikian ini sesuai dengan dalil-dalil al-Qur’an, Hadits dan atsar kaum salaf yang dipaparkan oleh para ulama dalam kitab-kitab yang mu’tabar (otoritatif).

Dengan paparan singkat mengenai Islam di atas, maka dapat dijelaskan bahwa, masalah budayamasyarakat Keraton Aman tubillah mempawah sangat terkait dengan ajaran-ajaran Islam,terutama dalam bidang aqidah dan syariah. Untuk melihat apakah Budaya yang sudah mengakar di tengah-tengah masyarakat Keraton Amantubillah itu sesuai denganajaran Islam atau tidak, maka hal itu dapat dikaji dengan mendasar kan diri pada ajaran-ajaranIslam yang ter-kait dengan bidang aqidah dan syariah. Sebab,Budaya dan Masyarakat Keraton Amantubillah seperti yang dijelaskan di atas menyangkut masalah keyakinan, seperti keyakinanakan adanya sesuatu yang dianggap ghaib dan meyakini adanya suatu wasilah atau perantara untuk sampainya doa, danjuga menyangkut masalah perilaku ritual.

Pada prinsipnya masyarakat Keraton Amantubillah adalah masyarakat yang religius, yaknimasyarakat yang memiliki kesadaran untuk memeluk suatu agama dengan sebenar-benarnya. Bahkan semua masyarakat Keraton Amantubillah beraga-ma Isalam (Warga nadiyin) yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakanmanusia dan alam semesta serta yang dapat menentukan celaka atau tidaknya manusiadi dunia ini atau kelak di akhirat. Yang perlu dicermati dalam hal ini

adalah, bagaimanamereka meyakini adanya Tuhan tersebut. Bagi kalangan masyarakat yang pernah belajar dalam bidang keaga-maan atau santri,hampir tidak diragukan lagi bahwa yang mereka yakini sesuai dengan ajaran-ajaranaqidah Islam. Mereka meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang ber-hak disembah selainAllah dan mereka menyembah Allah dengan cara yang benar. Sementara bagi kalangan masyarakat

Keraton Amantubillah yang masih kurang faham dengan ajaran Islam yang sebenarnya hanya sebatas ikut-ikutan pada Budaya yang sudah ada. Sehingga tidak heran dalam pelaksanaan Budaya di pulau pedalaman ini biasanya ada sesuatu yang kurang sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya,selain kurang pahamnya tenta-ng ajaran Islam mereka masih terpetenta-ngaruh dengan memadukan budaya Kerajaan Mem pawah yang semula beragama Hindu men-jadi kerjaan bercorak Islam.Salah satunya seperti pada perayaan upacara robo-robo yang didalamnya memuat acara saprahan, Tolak bala dan ziaroh kubur yang semua acara ini ada dasarnya dalam agama Islam (Terutama bagi masyarakat Nahdliyin). karena pada dasarnya didalamacara ini isinya adalah berdoa memohon kesematan, zikir bersama-sama,sodakohdan memupuk tali silaturrohim namun, dari pengamata peneliti menemukan ada beberapa orang yang menjadikan acara ini ternodai karena mereka masih menyisipkan budaya keraja-an ykeraja-ang dahulunya bercorak hindu yaitu dengan membuang sesuatu kesungai.

Dari inilah dapat kita pahami bahwa Budaya Masyarakat Kerton Amantubillah dikatakan baik ditinjau dari segi tujuanya dan terkait dengan pelaksanaanya maka tergantung dari masyarakat yang melaku-kan prosesi ritus itu sendiri. Jika pelaksa-naannya tidak bersebrangan dengan syariat Maka Islam tidak melarang budaya terse-but. Namun, jika bertentangan dengan sya-riat Islam sangat melarangnya dan wajib di tinggalkannya.

(16)

SIMPULAN

Agama Islam bukan budaya, bukan pula kebiasan yang bersumber dari masya-rakat, tetapi Islam juga bukan agama yang menolak atau anti terhadap Budaya. Sehing ga perlu ditegaskan bahwa Islam adalah aga ma yang mempunyai aturan sendiri yang bersmber dari Al-Quran dan hadist. Sehing-ga manakala ada suatu budaya atau yang berkembang ditengah-tengah masyarakat yang sesuai dengan Al-Quran dan hadist maka Islam menerimanya bahkan meme-rintahkannya, akan tetapi manakala buda-ya dan tersebut tidak sesuai dengan dicari-kan pada ajaran Islam yangsebenarnya kalu tidak bisa maka Islam harus dengan tegas

menolak Budaya tersebut. Seprtihalnya Budaya pada Msyarakat Keraton Amantu-billah pulau pedalam, semua budaya yang sudah sesuai dengan ajaran Islam selalu di-jaga. Adapun budaya yang dahulunya sudah mengakar yang bercampur denga Budaya hindu semuanya itu diarahkan atau disesuaikan dengan ajaran alquraan dan hadits tanpa harus membuangnya begitu sajah. Sehingga dengan bersifat maslahah yang seperti ini agama Islam mudah diterima dikalangan masyarakat golongan manapun.

(17)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017

DAFTAR PUSTAKA

Abudin, nata, (2011). Studi Islamkomprehensif, Jakarta: prenada media Group. Adib Bisri, Muhammad. (1977). Risalah Qawaidul Fiqih, Rembang: Menara Kudus. Fakhrudin, Arif. (2011). Alqur’an Tafsir perkata, banten: Kalim.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, Jakarta:

Rineka Cipta.

Asmuni ,Yasin. (2007). Tahlil dan faidah-faidahnya, Kediri:Hidayatut Tullab. Burhanuddin, (2011). Fiqih Ibadah, Bandung:CV Pustakasetia.

http://longsani.blogspot.co.id/2014/07/makalah-robo-robo.html diakses pada tangal 23 Desember 2016

Ifrosin. (2009). Fiqih Adat, Kediri:CV Sumenang. Jalalain,Imam,Tafsir jalalain, Nojonegoro: Nadi Rofiq.

Marzuki. (2000). Metodologi Riset, Yogyakarta: Bagian Penerbit, Fakultas Ekonomi UII.

Mulyana, Dedy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Bandung: Remaja Rosydakarya.

Nasib ar-rifai, Muhammad. (2003). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2,Jakarta: Gema Insani Press. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Elyas, Suryani Soren, (2003). Sejarah Mempawah Tempo Doeloe (Mempawah:Tanjung Permai.

Syakur Dewa, Muhammad Catatan Singa Podium,(Probolinggo:Pustaka ‘Azm,2013). Syakur Dewa, Muhammad. (2013). Meluruskan Budaya Salah Kaprah, Kediri: Pustaka

Azam.

Umar, Husen, (2002). Researarch Methods in finance and Banking,cet II,

(18)

Journal of Islamic Studies 15 -DAN RELEVANSINYA DENGAN PERADILAN AGAMA

Wakasman

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Iqra’ Kapuas Hulu ABSTRAK

Penelitian ini memakai penelitian kepustakaan (library riset). Adapun metode penelitian yang dipakai yakni dengan analisis data secara kualitatif, data tersebut berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Adapun pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaknidengan menggunakan pendekatan yuridis, normatif, historis dan filosofis. Hasil yang didapat dalam penelitian ini yakni pertama, adanya kewenangan baru bagi Peradilan Agama untuk menangani perkara anak luar nikah dan pembuktian tes DNA di samping itu lembaga legislatif perlu membuat UU karena terjadi kekosongan hukum anak luar nikah serta adanya tuntutan singkronisasi antar UU. Kedua pada substansi hukum adanya perubahan mendasar pada struktur hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut masalah hukum perkawinan dan hukum perlindungan anak karena setalah adanya putusan MK, maka kedudukan anak antara anak luar nikah dengan anak sah menjadi sama. Ketiga pada budaya hukum perlunya kesadaran dari masyarakat untuk mencatatkan pernikahannya dan bagi remaja perlunya penyuluhan agar tidak melakukan hubungan sex sebelum nikah. Selanjutnya elemen dalam sistem hukum tersebut akan bisa membangun sistem hukum nasional indonesia yang kokoh apabila di antara elemen yang satu dengan elemen yang lain saling mendukung dan memperkuat serta antara satu peraturan perundang-undangan dengan peraturan perundang-undangan yang lain ada harmonisasi hukum.

KATA KUNCI: Anak, Nikah, Sistem Hukum PENDAHULUAN

Anak merupakan suatu amanah sekali-gus karunia dari Tuhan YME dan dianggap sebagai harta kekayaan yang sangat ber-harga jika dibandingkan dengan kekayaan harta benda lainnya. Anak sebagai amanah Tuhan YME harus selalu dirawat serta dilindungi sebab dalam diri anak melekat harkat, martabat dan hak hak sebagai manusia yang harus selalu dijunjung tinggi. Hak Asasi Anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang termaktub dalam UUD 1945

1Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan,

Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam,

(Jakarta: Pena Media, 2008), h. 1.

2Suatu keluarga terdiri atas ayah, ibu dan

anak karena adanya ikatan darah maupun hukum.

serta konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang hak-hak anak.

Ditinjau dari segi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak merupakan pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa yang akan datang sehingga anak ber-hak atas kelangsungan hidup, tumbuh serta berkembang dengan baik.1 Anak sebagai sebagai salah satu bagian anggota keluarga2 dan masyarakat, merupakan tunas tunas ge-nerasi muda yang kedepan akan menerus-kan cita cita bangsa dan negara guna membangun suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan

Lihat Bayyinatul Muchtaromah, Pendidikan Reproduksi bagi Anak Menuju Akil Baligh, Cet. 1,

(19)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 UUD 1945. Maka dari itu, sudah

selayak-nya jika mereka diberikan perlindungan atau pengayoman, baik dari sisi hukum atau perundang-undangan maupun dari sisi ke-sejahteraan sosial.

Peraturan perundang-undangan telah memberikan perhatian besar terhadap pem-binaan anak sebagai generasi penerus bang-sa. Dalam aturan hukum tersebut dinyata-kan bahwa pembinaan anak dimulai sejak anak tersebut masih dalam kandungan, dan diarahkan dalam rangka peningkatan kuali-tas anak. Perlindungan terhadap anak seba-gai generasi penerus bangsa tidak hanya terbatas bagi anak anak yang sah saja, namun juga melindungi di luar nikah. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 25 ayat (2) dari deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang menyatakan bahwa semua anak yang di lahirkan baik di dalam per-kawinan yang sah maupun di luar perka-winan.3

Dasar hukum yang mengatur masalah kedudukan anak luar nikah dalam Pasal 43 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawi-nan selama ini dianggap tidak cukup mema-dai untuk memberikan perlindungan huk-um. Paraturan tersebut juga dianggap diskriminatif. Hal ini dikarenakan anak ya-ng dilahirkan di luar perkawinan yaya-ng sah maka status anak tersebut hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya saja tanpa adanya tanggu-ng jawab dari pihak ayah biologisnya.4

Ketentuan dalam Pasal 43 UU Nomor 1 Tahun 1974 ini menimbulkan suatu kesan

3Martitah, “Seputar Polemik Tentang

Status Hukum Anak di Luar Perkawinan” , Jurnal

Ilmu Hukum Pandecta, No. 11, Vol. 1, (Januari-juni,

2007), h. 2, kolom 1.

4Kurniawan Tri Wibowo, “Dampak Positif

dan Negatif Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VIII/2010 terhadap Status Anak di Luar Nikah”, dikutip dari http:// pengacaraonlinecom.

blogspot.com/ pada hari rabu tanggal 20 Juni 2012

jam 20.06 WIB.

5Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum

Islam di Indonesia akar sejarah hambatan dan prospeknya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.

124.

bahwa seakan akan kedudukan seorang wanita yang melahirkan anak di luar nikah tidak seimbang dengan kedudukan laki-laki yang telah menghamilinya karena wainta tersebut harus mengasuh dan memilihara anak yang lahir tersebut, sementara laki-laki yang telah menghamilnya bebas berke-liaran serta tidak ada tanggungjawab seca-ra hukum terhadap anak tersebut.5

Dalam hukum Islam jika ada anak yang dilahirkan di luar nikah (anak zina), maka anak tersebut tidak dapat dinasabkan atau dihubungkan dengan ayahnya, anak terse-but hanya dinasabkan pada ibunya saja.6 Karena hukum Islam sangat menjaga ke-murnian nasab manusia. Hukum Islam se-cara ringkas memiliki peran dalam rangka pemeliharaaan dan pengayoman manusia dalam menjalani kehidupannya serta menghindarkan perbuatan perbuatan yang dilarang oleh Islam.7

Hukum Islam sebagai salah satu tata-nan hukum yang dipatuhi oleh mayoritas masyarakat Indonesia merupakan hukum yang telah hidup di tengah tengah masyar-rakat, selain itu sebagian dari ajaran serta keyakinan Islam yang ada dalam tataran hukum nasional serta sebagai bahan dalam rangak pembinaan dan pengembangan hukum tersebut.8

Hukum positif yang ada selama ini memposisikan anak luar nikah berbeda status hukumnya dengan status hukum anak sah (anak yang lahir di dalam pernikahan yang sah secara hukum). Anak di luar nikah diperlakukan diskriminasi karena anak di

6M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah

al-Haditsah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam, Cet. 2, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1997), h. 82.

7Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 85.

8Ichtijanto, “Pengembangan Teori

Berlakunya Hukum Islam di Indonesia”, dalam Rachmat Djatnika, Hukum Islam di Indonesia

Perkembangan dan Pembentukan, Cet. 1, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1991), h. 100.

(20)

luar nikah hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya saja, yang ini artinya anak tersebut tidak memiliki hubungan perdata dengan ayah maupun dari keluarga ayahnya.

PEMBAHASAN

Setiap anak yang lahir kedunia selalu dalam keadaan fitrah. Tergantung orang-tuanya yang akan menjadikan anak terse-but kedepannya. Dengan demikian anak ya-ng lahir kedunia ibarat sebuah kertas putih bersih tanpa noda, dan orangtualah yang memiliki kewajiban untuk mengukir nilai-nilai luhur dalam jiwa sang anak9. Seorang anak bagi orang tuanya memiliki arti penting sebagai berikut:

1. Anak merupakan rahmat Allah

Dalam Al Quran disebutkan bahwa salah satu rahmat yang diberikan oleh Allah diantaranya adalah kehadiran seorang anak. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Al-Anbiya ayat 84. Berdasar-kan ayat tersebut maka dapat diketahui bahwa anak merupakan salah satu rahmat dari Allah kepada manusia. Rahmat dari Allah berupa anak ini mungkin dianggap kecil oleh sebagian orang. Sebab dewasa ini banyak orang yang tidak menginginkan ke-hadiran sorang anak dengan alasan kehadi-ran seokehadi-rang anak akan merepotkan dan men yusahkan saja. Namun banyak orang yang tidak tahun bahwa anak merupakan salah satu rahmat dari Allah yang bernilai tinggi dan memiliki nilai manfaat yang sangat besar untuk kehidupan manusia, baik ketika di dunia, maupun ketika di akherat nanti. 2. Anak merupakan amanat Allah

Al-Quran menjelaskan bahwa apa saja yang ada di alam ini, baik berupa harta ke-kayaan, hasil karya manusia, anak, rembu-lan, matahari, bintang, tumbuhan, hewan, tanah, air, udara, dan sebagainya merupa-kan kepunyaan Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Al

9Aba Firdaus Al-Halwani, Melahirkan

Anak Shaleh Kajian Psikologi dan Agama,

(Yogyakarta: Penerbit LeKPIM, 1999), h. 5

Baqarah ayat 284. Dari ayat diatas maka dapat diketahui bahwa semua yang ada didunia ini merupakan amanah Allah yang diberikan kepada manusia, dimana nanti pada hari kiamat akan dipertanyakan kem-bali tentang pemeliharaan, pengembangan serta penggunaanya termasuk diantaranya seorang anak. Sebab anak merupakan ama nat dari Allah kepada manusia yang akan dimintai pertanggung jawaban dikemudian hari.

3. Anak Sebagai Barang Gadaian

Dalam ajaran Islam anak yang baru lahir dalam posisi tergadai. Oleh karena itu untuk menebusnya maka Nabi menyuruh agar menyembelih kambing pada hari ke-tujuh setelah kelahirannya. Adapun untuk anak laki-laki yakni dua ekor kambing sementara untuk anak perempuan hanya satu ekor kambing saja. Hukum aqiqah ter-hadap lahirnya seorang anak ini menurut sebagian besar ulama adalah sunnah. Pen-yembelihaannya pun bisa ditunda asal anak tersebut belum mencapai usia dewasa. Na-mun, ada juga ulama yang aqiqa hukumnya wajib. Dan jika seorang anak tidak diaqiq-ahkan maka anak tersebut tidak bisa mem-beri syafaat kepada kedua orang tuanya kelak di akherat nanti.

4. Anak Sebagai Penguji Iman

Jika seseorang telah menyatakan ber-iman kepada Allah, maka ia pasti akan diuji. Ujian iman ini beragam bentuknya serta dalam segala aspek kehidupan manu-sia termasuk kehadiran anak yang akan dijadikan sebagai peguji iman seseorang. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Al Anfal ayat 28. Berdasarkan ayat tersebut maka dapat diketahui bahwa anak termasuk salah satu sarana yang digunakan oleh Allah untuk menguji keimanan seseorang. Sebenarnya ujian dari Allah dalam hal ini cukup berat. Namun umumnya manusia tidak paham, bahkan ada yang tidak mau mengerti tentang

(21)

anak-FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 anak itu. Oleh sebab itu terjadilah pada

anak-anak kita dan kita sendiri yang diuji, hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Allah dan oleh kita sendiri sebagai hambanya, seperti: anak-anak yang nakal dan sebagai-nya.

5. Anak sebagai bekal di Akherat

Perjalanan kehidupan sangatlah panja-ng. Kehidupan manusia sebenarnya telah dimulai sejak dari alam arwah. Kemudian berlanjut ke alam dunia ini dan kemudian ke alam barzah. dan akhirnya di alam akhe-rat nanti di dalam surga atau di neraka. Oleh karena itu untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia atau surga di akherat kelak, maka tentunya manusia harus membawa bekal yang banyak dari alam dunia ini. Dengan kata lain bahwa dunia merupakan tempat mencari bekal (amal shaleh) sedang kan akhirat merupakan tempat untuk me-nikmati hasil. Dan salah satu amal shaleh yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga adalah anaknya.

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Anak yang lahir merupakan amanah mulia yang dititipkan Allah kepada manu-sia. Oleh karena itu orang tua wajib untuk manjaganya, memelihara dan mendidiknya. Selain itu orang tua juga harus bertanggung jawab terhadap kehidupan anak tersebut kelak dikemudian hari. Sehingga anak tidak menjadi pribadi yang lemah segala galanya. Baik lemah iman, lemah ilmu pengetahuan, lemah harta serta lemah kasih sayang.10

Tanggung jawab orang tua terhadap anak telah diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979.11 Dimana di sana telah mengatur mengenai tanggung jawab orang tua terhadap kesejah teraan anak. Dimana diuraikan bahwa per-tama-tama yang paling bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yakni orang tua dari anak tersebut. Oleh karena itu jika

10Yuni Nur Kayati, Anakku Sayang Ibumu

Ingin Bicara, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), h.

23.

ada orang tua yang terbukti telah melalai-kan tangungjawabnya. Dimana hal tersebut kemudian mengakibatkan timbulnya rinta-ngan dalam pertumbuhan dan perkembang-an sperkembang-ang perkembang-anak, maka dapat dicabut kuasa as-uhnya sebagai orang tua terhadap anak ter-sebut. Jika hal ini terjadi, maka kemu-dian akan ditunjuk seseorang atau badan sebagai wali dari anak tersebut. Sementara itu me-nurut hukum Islam beberapa kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yakni sebagai berikut:

6. Memelihara dengan penuh kasih sayang

Pada dasarnya manusia dilahirkan da-lam kondisi yang lemah baik secara fisik maupun secara psikis. Dengan demikian se-orang bayi tanpa perawatan atau pemeliha-raan dari orang tuanya, maka tidak akan bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya manusia yang normal. Ia tidak bisa makan sendiri, tidak bisa berbicara se-cara baik, tidak dapat bersosialisasi dengan layak, tidak bisa berjalan dengan kakinya, tidak bisa memfungsikan organ-organ tu-buh lainnya dan seterusnya.

Kewajiban mengasuh dan merawat anak memang tidak harus ditangani sendiri. Bagi orang tua yang tidak mampu atau ka-rena adanya suatu halangan, maka bisa mempercayakan kepada orang lain yang di-pandang mampu untuk mengasuh dan me-rawat anak tersebut. Namun karena kewaji-ban tersebut ditujukan bagi orang tua maka jika anak tersebut diasuh orang lain maka biaya pengasuhan anak tetap menjadi tang-gungjawab orang tua yang bersangkutan. Disamping seorang ibu memiliki kewajiban untuk menyusukan, memberi pakaian yang layak, mengobati jika sedang sakit, dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya lahiriah (jasmaniah), maka pemeliharaan anak harus dilengkapi dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang si-fatnya rohaniah, seperti memberikan

bim-11Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia,

(22)

bingan keagamaan, hiburan, dan lain seba-gainya. Sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara wajar dan seimbang antara fisik maupun mentalnya.

7. Memberikan nafkah yang baik dan halal Orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan nafkah yang halal dan baik (halalan-thayyiba) terhadap anak. Orang tua harus memperoleh nafkah dengan jalan yang halal dan baik seperti yang dituntunkan agama, Dengan demikian nafkah tersebut sumber harus halal dan baik serta materi nafkahnya juga berbentuk materi yang halal dan baik pula. Nafkah yang diberikan bukan nafkah yang halal namun tidak baik (seperti makanan basi, makanan tidak bergizi, dan lain lain). Tidak juga berupa nafkah yang baik namun diper-oleh dengan cara yang tidak halal. Nafkah yang mempunyai mutu nomor saru sekali-pun jika diperoleh dengan cara korupsi maka tetap dinilai haram hukumnya. 8. Mendidik dengan baik dan benar

Orang tua juga memiliki kewajiban un-tuk mendidik anak dengan baik dan benar. Pada dasarnya seorang anak sejak usia bayi sampai usia sekolah memiliki lingkungan utama yang tunggal yakni keluarga.12 Pencatatan Pernikahan

Tujuan utama dari pencatatan pernika-han yakni demi mewujudkan ketertiban administrasi pernikahan dalam masyarakat, selain itu untuk menjamin tegaknya hak dan kewajiban antara seorang suami dengan seorang isteri. Hal ini merupakan politik hukum negara yang bersifat preventif guna mengkoordinasi masyarakatnya demi ter-wujudnya ketertiban dan keteraturan dalam sistem kehidupan, termasuk dalam perma-salahan pernikahan yang diyakini pasti ada konflik antara suami isteri. Dengan demiki-an maka keterlibatdemiki-an pemerintah untuk me-12Sri Harini dan Aba firdaus Al-Halwani,

Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2003), h. 26.

13M Anshary MK, Hukum Perkawinan di

Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010), h.

18.

ngatur masalah pernikahan dalam bentuk pencatatan merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan.13

Undang undang No 1 tahun 1974 bu-kanlah merupakan perangkat hukum yang pertama mengatur masalah pencatatan per-nikahan bagi orang Islam indonesia. Tapi sebelumnya sudah ada Undang undang No 22 tahun 1946 yang mengatur masalah pencatatan nikah, talak serta rujuk. Pada awalnya undang-undang ini hanya berlaku untuk wilayah jawa dan madura, namun dengan lahirnya Undang-undang No 32 tahun 1954, Undang-undang No 22 tahun 1946 berlaku untuk seluruh wilayah luar jawa serta madura, singkatnya, dengan ada-nya Undang undang No 32 tahun 1954 berarti Undang-undang No 22 tahun 1946 berlaku diseluruh wilayah indonesia. Bah-kan konon sebelum adanya Undang undang No 22 tahun 1946 sudah ada perangkat hukum yang mengatur mengenai hal yang sama. Adapun untuk masalah pencatatan pernikahan dalam Undang-undang No 22 tahun 1946 disebutkan: (i) pernikahan diawasi oleh pegawai pencatat nikah; (ii) bagi pasangan yang melaksanakan pernika-han tanpa pengawasan dari pegawai penca-at nikah dikenakan hukuman karena meru-pakan suatu pelanggaran. Saat menjabarkan hukuman untuk pasangan yang melaksana-kan pernikahan tanpa pengawasan, artinya hukuman bagi pasangan yang melanggar yakni agar aturan administrasi ini dapat diperhatikan, namun tidak mengakibatkan pernikahannya menjadi batal. Dari uraian ini maka terlihat bahwa fungsi pencatatan dalam pernikahan tersebut adalah bersifat administrasi.14

Anak Luar Nikah

Anak luar nikah merupakan anak yang dilahirkan dari seorang wanita, sedangkan

14Khoiruddun Nasution, Hukum perdata

(Keluarga) Islam di Indonesia dan perbandingan hukum perkawinan di dunia Muslim, (Yogyakarta:

(23)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 wanita tersebut tidak dalam ikatan

pernika-han yang sah dengan lelaki yang menyetu-buhinya tersebut. Adapun pengertian di luar nikah yakni hubungan seorang lelaki deng-an seordeng-ang wdeng-anita ydeng-ang kemudideng-an dapat melahirkan anak, akan tetapi hubungan le-laki dan wanita tersebut tidak dalam ikatan pernikahan yang sah baik menurut hukum positif dan hukum agama yang dipeluknya tersebut.

Kalau kita lihat dalam hukum positif indonesia pengertian anak luar nikah ada dua macam, yaikni (1) apabila orang tua salah atau keduanya masih terikat dengan pernikahan lain, kemudian mereka melaku-kan hubungan seksual dengan wanita atau lelaki lain yang kemudian mengakibatkan hamil dan melahirkan anak, maka anak ter-sebut dinamakan sebagai anak zina, bukan anak luar kawin, (2) Apabila orang tua anak luar nikah itu masih sama-sama bujang (lajang), kemudian mereka melakukan hu-bungan seksual dan kemudian hamil serta melahirkan seorang anak, maka anak terse-but sebagai anak luar nikah. Adapun per-bedaan keduanya yakni anak zina dapat diakui oleh orang tua biologisnya tersebut, sementara itu anak luar nikah dapat diakui oleh orang tua biologisnya tersebut jika mereka menikah, kemudian dalam akta pernikahannya dapat dicantumkan

enken-nen15 di bagian pinggir akta pernikahnnya tersebut.

Dalam hukum Islam, jika seorang laki laki dan wanita melakukan hubungan badan tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah maka disebut sebagai perbuatan zina. Da-lam hal ini hubungan badan tersebut tidak dibedakan apakah pelakunya tersebut ber-status sebagai seorang gadis, atau telah ber suami atau sudah menjadi janda, seorang yang sudah beristri atau telah menjadi duda. Hal ini Nampak berbeda sekali seperti ya-ng ada dalam hukum perdata, Diana dibeda 15Enkennen adalah pengakuan, misalnya

pengakuan terhadap seorang anak di luar nikah sebagai seorang anak yang sah, Lihat JCT Simorangkir dkk, Kamus Hukum, cet 12, (Jakarta: Sinar Grafindo, 2007), h. 45.

kan mengenai status orangnya tersebut. Hukum Islam menggunakan dua macam istilah bagi pelaku zina, yakni (1) zina

muhson, yakni perbuatan zina yang

dilaku-kan oleh seseorang yang telah atau pernah melaksanakan pernikahan (2) zina ghairu

muhson, yakni zina yang dilakukan oleh

seseorang yang belum pernah melakukan pernikaha, adalam hal ini mereka berstatus perjaka/ perawan. Hukum Islam tidak meni lai bahwa perbuatan zina ghairu muhson yang dilakukan oleh bujang/ perawan itu sebagai perbuatan yang biasa, namun tetap dinilai sebagai perbuatan zina yang tentu-nya harus dikenakan hukuman sebagai konsekuensi perbuatnnya.

Kewenangan Peradilan Agama

Lembaga peradilan sebagai lembaga hukum yang memiliki peranan sebagai wadah integrasi dari berbagai kepentingan pihak yang berperkara. Dalam hal ini lem-baga pengadilan selem-bagai sarana integrasi harus mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut sehingga tidak ada sa-tu kepentingan yang kemudian menjadi dominan sementara mengabaikan kepenti-ngan yang lainnya.16

Peradilan Agama sebagai pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi masyarakat pencari keadilan yang beragama Islam ter-hadap perkara perdata tertentu. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan negara yang merdeka dalam rangka menyelengga-rakan peradilan guna menegakkan hukum serta keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia. Sebagai kekua-saan negara yang merdeka, guna menegak-kan hukum serta keadilan, maka segala cam pur tangan pada urusan peradilan oleh pi-hak-pihak lain di luar kekuasaan kehakim-an dilarkehakim-ang.

16Rusli Muhammad, Potret Lembaga

Pengadilan Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Referensi

Dokumen terkait

Sifat dari struktur kurikulum masih menggunakan mata pelajaran, hanya tiap mata pelajaran pada kompetensi inti, yaitu terdiri: KI-1, KI-2, KI-3, KI-4 tersusun atas dasar

Bagian kedua, penulis melanjutkan bahwa syarak (syariat Islam) dimulai dari nasehat dan akan menemukan bentuknya di dalam adat.. Adat yang dikenal sekarang di Minagkabau adalah

KI ini dikembangkan menjadi Kompetensi Dasar, sedangkan dalam proses pembelajaran menggunakan KI 3 dan KI 4, akan tetapi KI 1 dan KI 2 harus ditetapkan motto kurikulum

Analisa dari aspek penghayatan terhadap kurikulum PSI menunjukkan bahawa peratusan Jadual C.1 (Peratusan Perbuatan Meminta Izin Daripada Ibu Bapa Dan Adik-Beradik Yang Lain

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Proses pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala MAN Jeneponto terdiri

Dapatan kajian yang dijalankan ke atas lapan orang guru Pendidikan Islam Prasekolah menunjukkan empat elemen set induksi, iaitu menstruktur isi pelajaran,

Centre of Islam and Islamic Law Studies Lembaga Kajian Islam dan Hukum Islam Faculty of Law, Universitas Indonesia 1 PENDEKATAN KONSEP TA’AWUN DALAM SIYAR TERHADAP KONFLIK

Centre of Islam and Islamic Law Studies Lembaga Kajian Islam dan Hukum Islam Faculty of Law, Universitas Indonesia 9 Rasulullah ketika itu menjawab usaha tangan manusia sendiri dan