• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Tata Krama

Dalam dokumen Journal of Islamic Studies (Halaman 116-119)

SURAH AL-HUJURAT (STUDI TAFSIR AL-WASITH KARYA SYAIKH SAYYID THANTHAWI)

1. Pendidikan Tata Krama

Dalam tafsir al-wasit pada ayat ke-1 mengandung nilai luhur yaitu pendidikan tata krama kepada Allah dan RasulNya sebagaimana yang disebutkan:

نأ اورﺬﺣا ، نﺎﳝﻹا ﻖﺣ ﱃﺎﻌﺗ ﻢﺘﻨﻣآ ﻦﻣ :ﲎﻌﳌا ﲎﻳد ﺮﻣ ﻖﻠﻌﺘﻳ ﻼﻌﻓ اﻮﻠﻌﻔﺗ وأ ﻻﻮﻗ لﻮﻘﺘﻓ مﺎﻜﺣﻷا ﰱ اﻮﻋﺮﺴﺘﺗ ﷲ ﱃإ ﻚﻟاذ ﰱ اوﺪﻨﺘﺴﺗ نأ نود – ﱃﺎﻌﺗ ﻰﻠﺻ ﻪﻟﻮﺳر ﻢﻜﺣو ﷲ اﻮﻘﺗاو) ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﷲ نإ نورﺬﺗو نﻮﺗ ﺎﻣ ﻞﻛ ﰱ ( ﻊﻴﲰ ﻢﻜﻟاﻮﺣأ ﻊﻴﻤﲜ ﻢﻴﻠﻋ ﻢﻜﻟاﻮﻗﻷ

Maksudnya adalah wahai orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benar iman, berhati-hatilah jangan terburu-buru dalam menentukan hukum, berkata dan berbuat yang berkaitan dengan urusan agama tanpa menyandarkan hal itu kepada Allah dan RasulNya SAW (bertakwalah kepada Allah) pada setiapa apa yang diperintahkan dan setiap yang dilarangnya, sesungguhnya Allah maha mendengar setiap apa yang kamu ucapakan dan maha mengetahui setiap gerak-gerikmu.19

Tujuan dari ayat diatas adalah menda-hulukan al kitab dan as sunah dari pada pendapat pribadinya; tidak memaparkan pendapat pribadinya sebelum mencari dalam al Qur’an dan al Hadits baik yang

19Muhammad Sayyid Thanthawi, Tafsir

al-Wasith li al-Qur’an al-Karim, Jil. 13 (kairo: Dar

as-Sa’adah, tt), h. 298.

tersirat atau yang tersurat. Ini merupakan nilai akhlak yang luhur (tata krama).

Dari penafsiran di atas, mengandung nilai pendidikan tata krama kepada Allah dan RasulNya; menggajarkan kesopanan kepada manusia khususnya kaum muslimin ketika berhadapan dengan Rasulullah SAW dalam hal perbuatan dan percakapan. Allah memperingatkan umat islam agar tidak mendahului Allah dan RasuluNya dalam menentukan hukum.

Hadits Mu’adz bin Jabal yang akan di-utus ke Yaman, Rasulullah bertanya, “ka-mu akan member keputusan dengan apa? Dijawab oleh Mu’az, “Dengan kitab Allah. Nabi bertanya lagi, jika tidak kamu jumpai dalam kitab Allah, bagimana?” Mu’az menjawab, “Dengan Sunnah Rasulullah.” Nabi Muhammad bertanya lagi, “Jika tidak kamu jumpai dalam Sunnah, bagaimana?” Mu’az menjawab, “aku akan ijtihad dengan pikiranku.” Lalu Nabi Muhammad SAW menepuk dada Mu’az seraya berkata, sega-la puji bagi Alsega-lah yang tesega-lah member taufik kepada utusan RasulNya tentang apa yang diridhai Allah dan RasulNya”20.

Memperhatikan hadits di atas, sangat jelas bahwa, sahabat Mu’adz mengajarkan kepada generasi setelahnya tata cara berin-teraksi yang baik terhadap hukum-hukum Allah dan Syariat yang dibawa Rasulullah SAW. Ini merupakan pendidikan akhlak yang sangat luhur, yang diajarkan sahabat nabi SAW yang mulia, hal ini juga diamini oleh Syaikh Thanthawi, sehingga beliau memasukan hadist tersebut dalam tafsirnya. 2. Pendidikan Etika Berkomunikasi

Dalam tafsir al-Wasith disebutkan: ayat 2-3, Syaikh thanthawi menjelaskan tentang pendidikan etika berkomunikasi (berbicara); diasaat berbicara hendaknya dengan sopan, tidak terlalu meninggikan suaranya dan tidak menggunakan kata-kata yang menyakitkan.

20Lihat Tafsir al-Wasith, jil 13, h. 298. Lihat Tafsir al-Qurthubi, Jil. 8, h. 573, lihat Shahih Bukhari, kitab Tafsir, jil.3, h. 190-191.

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 ﻢﻛﲑﻗﻮﺗ ﻰﻠﻋ اﻮﺒﻇاو ,ﺮﺧﻵا مﻮﻴﻟاو ﻢﺘﻨﻣآ ﻦﻣ :يأ ﻢﻜﻟﻮﺳﺮﻟ ﻢﻜﻣاﱰﺣاو – ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ – اﻮﻌﻓﺮﺗ ﻻو ﻢﻜﺗاﻮﺻأ اﻮﻠﻌﲡ ﻻو ,ﻪﻟ ﻢﻜﺘﺒﻃﺎﳐ ﺪﻨﻋ ﻪﺗﻮﺻ قﻮﻓ ﻢﻜﺗاﻮﺻأ ﻪﺗﻮﺼﻟ ﺔﻳوﺎﺴﻣ – ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ – ﻻو ﻪﻌﻣ مﻼﻜﻟا ﲔﺣ : ﻪﻟ اﻮﻟﻮﻗ ﻦﻜﻟو ﺪﻤﳏ ﻪﻟ اﻮﻟﻮﻘﺗ ﻪﻧ ادﺮﳎ ﻪﲰ ﻩودﺎﻨﺗ .ﷲ ﱯﻧ وأ ﷲ لﻮﺳر

Maksudnya adalah: Wahai orang yang beriman dengan Allah dan hari akhir, biasa kanlah (tekunilah) untuk berlaku sopan dan hormat kepada Rasul SAW, dan janganlah meninggikan suaramu melebihi suaranya ketika berbicara dengannya. Dan janganlah kamu jadikan suramu sama dengan suara Nabi SAW ketika berkata-kata dengannya, dan janganlah kamu memanggilnya dengan panggilan namanya seperti wahai Muham-mad, tetapi panggillah dengan dengan pang gilan wahai Nabi Allah atau wahai Utusan Allah

Dari penafsiran diatas, mengandung nilai pendidikan etika berkomunikasi (ber-bicara) Allah mengajarkan kepada hamba-nya, umat Islam secara khusus sopan dalam berbicara ketika bersama Nabi Saw, mela-rang umat Islam mengeraskan suaranya melebihi dari suara Rasulullah SAW, tidak memanggil Nabi Muhammad dengan pang gilan namanya secara langsung. Ayat diatas meskipun diturunkan untuk Rasulullah na-mun berlaku untuk semua umatnya bahkan semua manusia.

Menyaringkan suara dihadapan nabi ketika berbicara dan kepda orang-orang mulia adalah termasuk su’u al-Adab (tidak beretika). Disebutkan dalam tafsir al-Qurtubi, bahwa: “menyaringkan suara di-kuburan Nabi Muhammad SAW dibenci (makruh)” dan juga disebutkan menyaring kan suara di majlis orang-orang shaleh (mulia) juga dimakruhkan (dibenci) karena mereka pewaris para Nabi.”21

Dalam berkomunikasi hendaknya de-ngan sopan, santun, tidak menyaringkan

21Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, al-Jami Liahka al-Qur’an, Jil. 8, (Kairo: Dar al-Hadits, 2010), h.578.

suaranya, dan tidak memanggil orang lain yang mulia/lebih tua dengan namanya. Umar bin Ahmad Baraja menyebutkan:221) Pertimbangkan perkataan sebelum diucap-kan. “Wahai anakku yang baik! apabila kamu ingin bicara, pertimbankan dengan hati, jika cocok dan baik ucapkanlah, jika tidak diamlah, agar kamu selamat dari ba-haya lisan. Dalam syair disebutkan bahwa:

بﻮﻴﻌﻟا ىوذ بﻮﻴﻋ ىﺪﺒﻳ ﺎﳕﺈﻓ ﺖﻘﻄﻧ اذإ مﻼﻜﻟا نزو ﻖﻄﻨﳌا

Pertimbangkanlah perkataanmu jika ingin berbicara maka sesungguhnya aib orang yang berbicara itu akan terlihat dari ucap-annya;.2) Berbicarah sesuikan dengan tem-pat 3) Mendahulukan yang lebih tua dan jangan memanggil dengan panggilan namanya. Etika berkomunisakasi (bicara) bisa dibangun melalui keteladanan yang di terapkan di dalam kehidupan bermasyarkat. 3. Pendidikan Etika Dalam Bergaul

Dalam tafsir al-Wasith disebutkan pada ayat 4-5, Syaikh Sayyid Thanthawi menjelaskan pendidikan etika dalam ber-gaul; larangan memanggil (Rasulullah se-cara khusus dan semua manusia sese-cara umum) yang sedang beristrihat dikamarnya bersama istrinya. ﻦﻳﺬﻟا نإ ىأ ﻚﻧودﺎﻨﻳ – ﱘﺮﻜﻟا لﻮﺳﺮﻟا ﺎﻬﻳأ – ءآرو ﻦﻣ) ﻢﻫﺮﳚ ﻻ ﻢﻫﺮﺜﻛأ ﺎﻬﺟرﺎﺧو ﻚﺟاوزأ تاﺮﺠﺣ ﻒﻠﺧ (تاﺮﺠﳊا ةﺎﻋاﺮﻣ ﻦﻣ ﺔﳝﻮﻘﻟا بادﻵاو ﺔﻤﻴﻠﺴﻟا لﻮﻘﻌﻟا ﻪﻴﻀﺘﻘﺗ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ ﻢﻬﻠﻀﻓأ ﻦﻋ ﻼﻀﻓ ,سﺎﻨﻟا ﻦﻣ ﻪﺒﻃﺎﳜ ﻦﳌ ﲑﻗﻮﺘﻟاو ماﱰﺣﻻا سﺎﻨﻟا ﺔﺒﻃﺎﳐ اﻮﻨﺴﳛ ﱂ ﻦﻳﺬﻟا باﺮﻋﻷا ﻦﻣ ﻢ ﻷ ﻚﻟذو ﻢﻬﻔﺷأو .ﻢﻬﺋﺎﺒﻃ ﻆﻴﻠﻏو ﻢﻬﺋﺎﻔﳉ

Maksud dari ayat di atas adalah sesung suhnya orang-orang yang memanggilmu (wahai Nabi SAW yang mulia) dari belaka-ng (luar) kamarmu atau kamar istrimu, kebanyakan mereka itu bukan orang yang menggunakan akal sehat, etika yang luhur untuk menjaga dari menghormati dan santun terhadap orang yang mereka ajak

22Umar bin Ahmad Baraja, al-Akhlaq Lil Banin, Juz. 3, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan, tt), h. 19-24.

interaksi, lebih-lebih terhadap orang yang paling mulia dan istimewa diantara mereka. Kurangnya etika orang-rang Arab berinte-raksi dengan kasar karena kerasnya tabiat mereka.23

Dalam tafsir al Wasith disebutkan “ dan sekiranya mereka bersabar sampai ka-mu keluar meneka-mui mereka, tentu itu akan lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. Maksud-nya seandaiMaksud-nya mereka itu yang memang-gilmu-wahai Rasulullah yang mulia dari belakang bilikmu (luar kamarmu), mereka bersabar terhadapmu sampai kamu keluar menemui mereka dan mereka tidak tegesa-gesa untuk memanggilmu dengan panggil-an ypanggil-ang tidak beretika, sungguh kesabarpanggil-an mereka itu lebih baik.

Dari penafsiran diatas juga terdapat pendidikan sabar; menunggu tuan rumah sampai keluar rumah, tidak memanggilnya berulang kali. Dalam hal ini, Imam Zamakhsari menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa:24“Tidaklah engkau mengetuk pintu orang yang berilmu, tunggu sampai dia keluar pada waktunya”

Hal ini juga disebutkan oleh Imam al-Zarnuji dalam bukunya, bahwa:25 “Jangan banyak bicara dihadapan guru, tidak ber-tanya sesuatu bila guru sedang capek atau sedang bosan, harus menjaga waktu, jangan mengetuk pintunya, tapi bersabarlah me-nunggu sampai dia keluar. Pendidikan etika bertamu, seseorang hendaknya mengucap-kan salam dan meminta izin. dalam tafsir al-Qurtubi disebutkan:26“Allah berfirman, artinya: (Wahai orang-orang yang beriman

janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang

23Lihat Muhammad Sayyid Thanthawi,

Tafsir al-Wasith.., Jil. 13, h. 310

24Abul Qasim Mahmud bin Umar, al-Kasyaf, Juz. 4, (Cairo: Maktabah Taufiqiyah, tt), h. 388

25Syaikh Zarnuji, Ta’lim al-Mut’allim,

(Surabaya: TB al-Hidayah,tt), h.19.

26Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, al-Jami Liahka al-Qur’an, Jil. 6, (Cairo: Dar al-Hadits, 2010), h.504-506

demikian itu lebih baik bagimu agar kamu ingat)27. Allah memuliakan rumah manusia karena didalamnya aurat tertutup dari penglihatan orang asing. Allah melarang masuk rumah orang lain sebelum meminta izin…” Dalam etika bertamu cukup tiga kali mengucapkan salam (meminta izin), apabila tidak ada jawaban sebaiknya dia mengurungkan niatnya. Seperti hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut,

ﻊﺟﲑﻠﻓ ﻪﻟ نذﺆﻳ ﻢﻠﻓ ﻼﺛ ﻢﻛﺪﺣأ نذﺄﺘﺳا اذإ “Apabila salah seorang diantara kamu meminta izin sebanyak tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaknya dia kembali.”28 4. Pendidikan Persaudaraan

Umat Islam adalah bersaudara, jika terjadi perselisihan diantaranya maka perlu dilakukan langkah-langkah negoisasi anta-ra kedua belah pihak, jika salah satu dari keduanya ada yang berlaku zolim maka diberikanlah sanksi kepadanya, Syaikh Thathanwi dalam tafsirnya mengemuka-kan:29

اﻮﺤﻠﺻﺄﻓ اﻮﻠﺘﺘﻗا ﲔﻨﻣﺆﳌا ﻦﻣ نﺎﺘﻔﺋﺎﻃ نإو) ﱃﺎﻌﺗ لﺎﻗو ﻢﻜﻴﻠﻌﻓ ﲔﻨﻣﺆﳌا ﻦﻣ ﲔﺘﻔﺋﺎﻃ ﲔﺑ لﺎﺘﻘﻟا ثﺪﺣ نإو ىأ (ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻦﻋ حﻼﺻﻹ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ اﻮﻠﺧﺪﺘﺗ نأ ﲔﻨﻣﺆﳌا ﻦﻣ ﺮﻣ ﻷا ﱃوأ

فﻼﳋا بﺎﺒﺳأ ﺔﻟازإو ﺢﺼﻨﻟا لﺬﺑ ﻖﻳﺮﻃ

Allah berfirman, artinya: “dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya…” Ayat ini maksudnya jika terjadi peperangan (pertikaian) diantara dua kelompok (orang) mukmin, maka ulil amri wajib untuk mela kukan intervensi perdamaian dengan dua belah pihak yang bertikai, dengan melalui nasehat, dan mencari akar permasalahan-nya dan menghilangkanpermasalahan-nya.

27Lihat Q.S An-Nur: 27

28Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-al-Bukhari, Jil. 6, kitab al-Isti’dzan no. 13, (Makkah:Nizar Musthafa al-Baz, 2004)

29Lihat Muhammad Sayyid Thanthawi,

Tafsir al-Wasith li al-Qur’an al-karim Jil. 13, (kairo:

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 Pendidikan akhlak yang diajarkan

da-lam tafsir al-Wasith ketika terjadi permasa-lahan (peperangan) diantara kaum Musli-min, maka seorang pemimpin lebih khusus nya dan umat Islam secara umum, hendak-nya melakukan intervensi dengan mencari akar masalahnya, dan mencarikan solusi-nya, kemudian mendamaikansolusi-nya, jika salah satu dari keduanya ada yang berlaku zolim maka diberikan sanksi dengan cara dipera-ngi sampai dia kembali melaksanakan syariat Allah.

Imam Ibnu Jarir dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa:30“Diriwayatkan dari Qatadah bahwa ayat ini31 diturunkan ber-hubungan dengan peristiwa dua orang dari sahabat Ansar yang bersengketa tentang suatu urusan hak milik, salah satu dari ke-duanya berkata bahwa ia akan mengambil haknya dari yang lain dengan paksaan. Ia mengancam demikian karena banyak peng-ikutnya, sedangkan yang satu lagi menga-jak dia supaya minta keputusan Nabi SAW. Ia tetap menolak sehinnga perkaranya ham-pir menimbulkan perkelahian dengan tang-an dtang-an terompah, meskipun tidak sampai menggunakan senjata tajam. Allah meme-rintahkan agar memerengai yang berbuat kezoliman sampai dia kembali kepada sya-riat Allah dan RasulNya, ayat ini bukanlah seperti anggpan ahlu syubhat, ahlu bid’ah dan orang-rang yang jauh dari rahmat Allah yang menuduh bahwa orang-orang beriman menghalal untuk memerangi (membunuh) orang yang berbuat zolim. Demi Allah! Allah sangat memuliakan kehormatan sau-dara seiman bahkan sampai Allah melarang mereka untuk ber prasangka (Negatif

Thinking)”

Pendidikan berlaku adil terhadap orang yang pernah berlaku kezaliman, ketika dia sudah kembali untuk melaksanakan syariat Allah dan Rasulnya. Pendidikan persaudara an bisa ditempuh dengan silaturahim, men-damaikan saudaranya yang bertikai, mem-30Abu Ja’far bin Jarir at-Thabari, Jami

al-Bayan ‘An Ta’wil Ayi al-Qur’an, Jil.9 (Kairo: Dar

as-Salam, 2009), h.7534

31Q.S al-Hujurat ayat 10

berikan nasehat dan mencarikan solusi-nya.32

5. Pendidikan Menjunjung Kehormatan

Dalam dokumen Journal of Islamic Studies (Halaman 116-119)