• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsekuensi Akibat Li’an

Dalam dokumen Journal of Islamic Studies (Halaman 38-41)

PENOLAKAN NASAB ANAK LIAN DAN ZIHAR DENGAN TA’LIQ

4. Konsekuensi Akibat Li’an

Adapun akibat hukum dari perbuatan li’an ini, dimana suami dan isteri saling melaknat (li’an), maka akibat yang didapat dari perbuatan tersebut adalah:

1. Pemisahan Hubungan Suami dan Istri Apabila suami istri melakukan kesak-sian saling menuduh dan melaknat maka status mereka harus dipisahkan atau dicerai 12Lihat dalam riwayat hadits Muttafaq

‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IX/458, no. 5314),

Shahiih Muslim (II/ 1133, no. 1494 (9)

kan. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sepasang suami isteri dari kalangan Anshar saling melaknat (li’an) di hadapan Nabi Shallala-hu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau menceraikan keduanya.”12

2. Diharamkan Selamanya

Hubungan yang telah dipisahkan dengan saling melaknat, maka hubungan keduanya tidak diperbolehkan bersama lagi selama-lamanya. Hal ini didasarkan atas Hadits Nabi, dari perkataan Sahl bin Sa’d, “Telah ditetapkan oleh as-Sunnah untuk dua orang yang saling melaknat (li’an) agar keduanya dipisahkan dan keduanya tidak boleh bersatu kembali selamanya.”13

3. Hak Mahar dan Nafkah

Dalam kajian hadits, perempuan yang dilaknat atas tuduhan berzina, masih berhak mendapatkan mahar dan nafkah iddah yang ada pada dirinya. Hal ini berdasarkan hadits dari Ayyub, dari Sa’id bin Jubair, ia berka-ta, “Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar, ba-gaimana hukumnya seorang suami yang menuduh isterinya berzina?’ Ia menjawab, ‘Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceraikan sepasang suami isteri dari bani ‘Ajlan, beliau bersabda, ‘Allah mengetahui bahwa salah satu dari kalian berdusta, apakah di antara kalian ada yang bertaubat?’’ Keduanya menolak. Kemudi-an beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda ‘Allah mengetahui bahwa salah seorang dari kalian berdusta, apakah dian-tara kalian ada yang bertaubat?’ Keduanya tetap menolak, kemudian beliau mencerai-kan keduanya”.

Ayyub berkata, “Amr bin Dinar ber-kata kepadaku, ‘Sesungguhnya di dalam hadits ada sesuatu yang belum engkau sampai-kan (yaitu): “Suami itu berkata, ‘Bagaimana dengan harta pemberianku?’ Beliau bersabda (atau ada yang mengata-kan), ‘Engkau tidak lagi mempunyai hak atas harta itu, apabila engkau benar (dengan tuduhan itu), sesungguhnya engkau telah 13Shahih: [Al-Irwaa’ (no. 2104)], Sunan Abi Dawud (VI/337, no. 2233), al-Baihaqi (VII/410)

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 menggaulinya, namun apabila engkau

dus-ta, maka harta itu lebih jauh lagi darimu.’14 4. Nasab Anak kepada isteri yang dili’an

Apabila anak itu lahir, maka tetap nasabnya ke ibu yang melahirkannya. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, “ses-sungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam pernah meminta sepasang suami

is-teri untuk sumpah li’an, lalu beliau menia-dakan hubungan (nasab) suami dengan an-ak isterinya. Kemudian beliau menceraikan keduanya dan menisbatkan anak kepada isteri yang dili’an.”15

5. Saling mewarisi

Mula’anah berhak mendapatkan

wa-risnya, tapi hanya ditetapkan antara isteri dan anaknya saja Berdasarkan perkataan Ibnu Syihab dalam hadits Sahl bin Sa’d: “…Menjadi ketetapan hukum (Sunnah) se-telah kejadian mereka berdua, untuk men-ceraikan suami isteri yang saling melaknat ketika isteri sedang hamil, maka anaknya dinisbatkan kepada ibunya.” Ia melanjut-kan, Kemudian berlaku hukum (Sunnah) dalam pewarisan isteri bahwasanya ia mewarisi anaknya dan anaknya mewarisi darinya, sebagaimana yang Allah tetapkan baginya.”16

Syarat Penolakan Nasab Anak dan Kehamilan ﺮﻛﺬﻳو ،ﻢﻛﺎﳊا ﺪﻨﻋ ﻞﺟﺮﻟا ﺮﻀﳛ نأ ﻮﻬﻓ :ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﻧ ﺎﻣأو ﳌا ﻞﻤﳊا وأ ﺪﻟﻮﻟا اﺬﻫ نأ ﰲ ءﺎﻬﻘﻔﻟا ﻒﻠﺘﺧاو .ﲏﻣ ﺲﻴﻟ دﻮﺟﻮ :ﻞﻤﳊا ﻲﻔﻧ ﰲو ﻲﻔﻨﻟا ﺖﻗو ) ﺔﻔﻴﻨﺣ ﻮﺑأ لﺎﻗ 1 ﺐﻴﻘﻋ ﻪﺗأﺮﻣا ﺪﻟو ﻞﺟﺮﻟا ﻰﻔﻧ اذإ : ( ،ةدﺎﻋ م أ ﺔﻌﺒﺳ ﻲﻫو ﺔﺌﻨﻬﺘﻟا ﺎﻬﻴﻓ ﻞﺒﻘﺗ ﱵﻟا ةﺪﳌا ﰲ وأ ،ةدﻻﻮﻟا ﻲﻔﻨﻟ ﻪﻧﻷ ؛ﻪﺑ ﻦﻋﻻو ،ﻪﻴﻔﻧ ﺢﺻ ،ةدﻻﻮﻟا ﺔﻟآ ﺎﻬﻴﻓ ىﱰﺸﺗ ﱵﻟا وأ ،ﺪﻟﻮﻟا ﺐﺴﻧ ﺖﺒﺜﻳو ﻲﻔﺘﻨﻳ ﻼﻓ ﺬﺋﺪﻌﺑ ﻩﺎﻔﻧ نإ ﺎﻣأ .ًﺎﻓذﺎﻗ رﺎﺻ

14Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari

(IX/456, no. 5311), Shahiih Muslim (II/ 1130, no. 1493), Sunan Abi Dawud (VI/347, no. 2241, 40), Sunan an-Nasa-i (VI/177)

15Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari

(IX/460, no. 5315), Shahiih Muslim (II/ 1132, no. 1494), Sunan Abi Dawud (VI/348, no. 2242), Sunan at-Tirmidzi (II/338, no. 1218), Sunan an-Nasa-i (VI/178), Sunan Ibni Majah (I/669, no. 2069).

ﻻد ﻪﻨﻣ فاﱰﻋﻻا دﻮﺟﻮﻟ ،ﺔﺌﻨﻬﺘﻟا لﻮﺒﻗو تﻮﻜﺴﻟا ﻮﻫو :ﺔﻟ

.ﺔﻴﻔﻨﳊا ﺪﻨﻋ ﺢﻴﺤﺼﻟا ﻮﻫ اﺬﻫو .ﺎﺿر ﺎﻨﻫ ﱪﺘﻌﻳ تﻮﻜﺴﻟاو Para fuqaha saling berselisih pendapat mengenai waktu penolakan nasab anak dan penolakan kehamilan.

Abu Hanifah berpendapat17jika suami menolak anak yang dilahirkan oleh isteri-nya setelah kelahiran atau pada masa dia tengah menerima ucapan selamat, atau pada saat dia tengah membeli perlengkapan melahirkan, maka sah penolakannya, dan dia melakukan li’an dengan penolakannya tersebut. ) ﺔﻴﻜﻟﺎﳌا طﱰﺷاو 2 ﻲﻔﻨﻟو نﺎﻌﻠﻟا ﺔﺤﺼﻟ ﲔﻃﺮﺷ ( ،ﺪﻟﻮﻟا :مﺪﻘﺗ ﺎﻤﻛ ﺎﳘو 1 ﻪﺑ ﻖﺤﺘﻠﻳ ﺪﻣﻷ ﻪﺘﺟوز ﺄﻄﻳ ﱂ ﻪﻧأ جوﺰﻟا ﻲﻋﺪﻳ نأ- ً◌ .ءطﻮﻟا ﺪﻌﺑ ةﺪﺣاو ﺔﻀﻴﲝ ﺎﻫأﱪﺘﺳاو ﺎﻬﺌﻃو ﻪﻧأ وأ ،ﺪﻟﻮﻟا 2 ﻼﺑ ًﺎﻣﻮﻳ ﻮﻟو ﺖﻜﺳ نﺈﻓ ؛ﻪﻌﺿو ﻞﺒﻗ ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﻨﻳ نأ- ً◌ نﺎﻌﻠﻟا ﺔﺤﺼﻟ طﱰﺸﻳ ﻪﻧأ يأ ،ﻦﻋﻼﻳ ﱂو ﺪﺣ ،ﻪﺘﻌﺿو ﱴﺣ رﺬﻋ ﻞﻤﳊ ﻢﻠﻌﻟا ﺪﻌﺑ ﻞﻴﺠﻌﺘﻟا .ﺢﺼﻳ ﱂ رﺬﻋ ﻼﺑ ﺮﺧأ ﻮﻠﻓ ،ﺪﻟﻮﻟا وأ

Madzhab Maliki menetapkan dua sya-rat18bagi sah nya li’an dan penolakan anak, yaitu: 1. Suami mengklaim bahwa dia tidak menyetubuhi isterinya dalam masa yang membuat lahir seorang anak. 2. Dia meno-lak anak sebelum dilahirkan. Jika dia diam walau hanya sehari tanpa alasan sampai isteri melahirkan, maka dia dikenakan hukuman hadd dan dia tidak melakukan

li’an . ) ﺔﻴﻌﻓﺎﺸﻟا زﺎﺟأو 3 ﻲﻔﻧ ﺎﻣأ ،ﻪﻌﺿو رﺎﻈﺘﻧاو ،ﻞﲪ ﻲﻔﻧ ( :ﲔﺤﻴﺤﺼﻟا ﰲ ﺖﺒﺛ ﺎﻤﻠﻓ :ﻞﻤﳊا » ﻦﻋ ﻦﻋﻻ ﺔﻴﻣأ ﻦﺑ لﻼﻫ نأ ﻞﻤﳊا « ، .ﲔﻘﻳ ﻦﻋ ﻦﻋﻼﻳ ﻲﻜﻠﻓ ﻊﺿﻮﻟا رﺎﻈﺘﻧا ﺎﻣأو Madzhab Syafi’i19 membolehkan pe-nolakan kehamilan dan menunggu masa me lahirkannya. Penolakan terhadap masa di-16Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari

(IX/452, no. 5309), Shahiih Muslim (II/ 1129, no. 1492), Sunan Abi Dawud (VI/339, no. 2235)

17Fathul Qadiir: 3/260, al-Kitaab Ma’a al Lubaab: 3/79

18Al-Qawaaniinul Fiqhiyyah, hlm. 244, asy-Syarhush Shaghiir; 2/660-663

19Mughni al-Muhtaaj: 3/380, al-Muhadzdzab: 2/123

lakukan dengan segera, karena li’an ini disyaratkan untuk menghilangkan kemud-haratan yang pasti terjadi, seperti hal nya penolakan barang karena adanya cacat.

) ﺔﻠﺑﺎﻨﳊا ﺰﳚ ﱂو 1 ﻻو ،ﻊﺿﻮﻟا ﻞﺒﻗ ﻞﻤﳊا ﻲﻔﻧ ﺔﻴﻔﻨﳊﺎﻛ ( ﲑﻏ ﻞﻤﳊا نﻷ ؛ﻪﻴﻓ ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﺘﻨﻳو ﻊﺿﻮﻟا ﺪﻌﺑ ﺎﻬﻨﻋﻼﻳ ﱴﺣ ﻲﻔﺘﻨﻳ نأ ﺔﻴﻌﻓﺎﺸﻟﺎﻛ اﻮﻃﱰﺷاو .ًﺎﳛر وأ ًﺎﺧﺎﻔﺘﻧا نﻮﻜﻳ نأ زﻮﳚ ،ﻦﻘﻴﺘﻣ نﻮﻜﻳ ﻦﻋ ﺖﻜﺴﻓ ًاﺪﻟو ةأﺮﳌا تﺪﻟو اذﺈﻓ ،ةدﻻﻮﻟا ﺐﻘﻋ ﻲﻔﻨﻟا .ﺬﺋﺪﻌﺑ ﻪﻴﻔﻧ ﻪﻟ ﻦﻜﻳ ﱂو ،ﻪﺒﺴﻧ ﻪﻣﺰﻟ ،ﻪﻧﺎﻜﻣإ ﻊﻣ ﻪﻴﻔﻧ Madzhab Hambali seperti madzhab Hanafi, tidak membolehkan penolakan ke-hamilan sebelum kelahiran. Mereka mene-tapkan syarat sebagaimana mazhab Syafi’I yaitu penolakan dilakukan setelah kehamil-an. ﺔﻴﻔﻨﳊا يأر :ﻞﻤﳊا ﻲﻔﻧ ﰲ ﲔﻳأر ءﺎﻬﻘﻔﻠﻟ نأ ﻞﺻﺎﳊاو ﺔﻴﻜﻟﺎﳌا يأرو ،ﻞﲪ ﲑﻏ ﻪﻧﻮﻛ لﺎﻤﺘﺣﻻ زاﻮﳉا مﺪﻌﺑ ﺔﻠﺑﺎﻨﳊاو ،ﺎﻬﻠﲪ ﻰﻔﻧ ﻪﻧأو ﺔﻴﻣأ ﻦﺑ لﻼﻫ ﺚﻳﺪﲝ ﲔﺠﺘﳏ ،زاﻮﳉ ﺔﻴﻌﻓﺎﺸﻟاو ﻪﻘﳊأو ، ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰّﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﻪﻨﻋ ﻩﺎﻔﻨﻓ ﺧ ﻻو ،لوﻷ ءﺎﻔ :مﻼﺴﻟاو ةﻼﺼﻟا ﻪﻴﻠﻋ ﱯﻨﻟا لﻮﻘﻟ ،ًﻼﲪ نﺎﻛ ﻪﻧ » نﺈﻓ ،ﺎﻫوﺮﻈﻧا اﺬﻛو اﺬﻛ ﻪﺑ تءﺎﺟ « ﻪﻧﻷو ،ﻪﻴﻠﻋ لﺪﺗ تارﺎﻣ نﻮﻨﻈﻣ ﻞﻤﳊا نﻷو لﺎﻗ .ﻪﻌﺿو ﺪﻌﺑ ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﻨﻛ ﻪﻴﻔﻧ نﺎﻜﻓ ،ﻞﻤﳊا قﺎﺤﻠﺘﺳا ﺢﺼﻳ ،ﺚﻳدﺎﺣﻷا ﺮﻫاﻮﻇ ﻪﺘﻘﻓاﻮﳌ ﺢﻴﺤﺼﻟا ﻮﻫ لﻮﻘﻟا اﺬﻫو :ﺔﻣاﺪﻗ ﻦﺑا ﺎﺧ ﺎﻣو .نﺎﻛ ﺎﻣ ًﺎﻨﺋﺎﻛ ﻪﺑ ﺄﺒﻌﻳ ﻻ ﺚﻳﺪﳊا ﻒﻟ Wahbah az-Zuhaily menyimpulkan, bahwa para fuqaha memiliki dua pendapat mengenai penolakan kehamilan:

Madzhab Hanafi dan Hambali memili-ki pendapat tidak boleh menolak kehamil-an, karena adanya kemungkinan isteri tidak hamil, sedangkan madzhab Maliki dan Syafi’i berpendapat boleh menolak keha-milan dengan hadits Hilal bin Umayyah bahwa dia menolak kehamilan isterinya.

Ibnu Qudamah berkata “Pendapat ini sahih karena sesuai dengan zahir hadits-hadits. Apa yang bertentangan dengan ha-dits tidak diperhatikan, siapa pun yang mengatakannya.” Adapun Ibnu Qudamah dalam kitab nya menjelaskan secara rinci mengenai boleh atau tidaknya menolak nasab anak dan kehamilan ini, disesuaikan 20Qudamah, Ibnu, Al-Mughni, (Jakarta: Pustaka Azzam), 2013, h. 137

dengan keadaan yang terjadi, seperti hal nya:

1. Jika suami tidak mukallaf, dan ia melontarkan tuduhan terhadap isterinya maka tuduhan itu tidak sah karena ia masih berstatus anak-anak, dan apabila isteri melahirkan seorang anak, apabila ia berusia kurang dari 10 tahun maka anak tersebut nasabnya tidak dapat dipertemukan dengan dirinya. Karena Allah tidak pernah memberlakukan kebiasaan bahwa anak di bawah umur 10 tahun dapat memiliki seorang anak, sehingga kepemilikan anak itu menjadi hilang dari dirinya, seperti kasus juika wanita melahirkan seorang anak kurang dari 6 bulan sejak perkawinannya 2. Dalam kasus diatas jika suami nya

berusia lebih dari 10 tahun, maka penerimaan nasab anak adalah hak yang wajib, karena menurut Ibnu Qudamah penerimaan nasab adalah cukup jika hal itu memungkinkan, sedangkan usia baligh tidak bisa ditetapkan kecuali dengan adanya faktor yang kongkret.20

: ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﻧ طوﺮﺷ ) ﺔﻴﻔﻨﳊا طﱰﺷا 1 قﻮﳊ مﺪﻋو ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﻨﻟ طوﺮﺷ ﺔﺘﺳ ( :ﰐ ﺎﻣ ﻲﻫو ﺐﺴﻨﻟا 1 ﻞﺒﻗ جاوﺰﻟا نﻷ :ﲔﺟوﺰﻟا ﲔﺑ ﻖﻳﺮﻔﺘﻟ ﻲﺿﺎﻘﻟا ﻢﻜﺣ -.ﻲﻔﻨﻟا ﺐﳚ ﻼﻓ ،ﻢﺋﺎﻗ ﻖﻳﺮﻔﺘﻟا Adapun mengenai syarat penolakan nasab anak, madzhab Hanafi menetapkan enam syarat:21

1. Keputusan qadhi untuk memisahkan suami-isteri.

2 ةﺮﺷﺎﺒﻣ ةدﻻﻮﻟا ﺪﻌﺑ ﺔﻔﻴﻨﺣ ﰊأ يأر ﰲ ﺪﻟﻮﻟا ﻲﻔﻧ نﻮﻜﻳ نأ ﺔﺌﻨﻬﺘﻟا ةﺪﻣ م أ ﺔﻌﺒﺳ ﱃإ ﺎﳘﻮﳓ وأ ﲔﻣﻮﻳ وأ مﻮﻴﺑ ﺎﻫﺪﻌﺑ وأ

.ﻲﻔﺘﻨﻳ ﻻ ﺬﺋﺪﻌﺑ ﻩﺎﻔﻧ نﺈﻓ ،ةدﺎﻋ دﻮﻟﻮﳌ 2. Penolakan nasab anak dilakukan

langsung setelah kelahiran, atau satu atau dua hari sesudahnya, atau sampai tujuh hari yang biasanya merupakan waktu pemberian ucapan selamat.

21Al-Badaa’i: 3/346-248, Haasyiyatu Ibn Abidin: 2/811, al-Lubaab: 3/79

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 3 ﻪﻟﻮﺒﻘﻛ ،ًﺎﻨﻤﺿ وأ ﺔﻟﻻد ﻮﻟو ﺪﻟﻮﻟ راﺮﻗإ ﻪﻨﻣ مﺪﻘﺘﻳ ﻻأ .دﺮﻟا مﺪﻋ ﻊﻣ دﻮﻟﻮﳌ ﺔﺌﻨﻬﺘﻟا 4 نأ يأ ،ﻲﺋﺎﻀﻘﻟا ﻖﻳﺮﻔﺘﻟا ﺖﻗو ﺪﻟﻮﻟا ةﺎﻴﺣ ﺮﻓاﻮﺗ -.ﻖﻳﺮﻔﺘﻟا ﺖﻗو ًﺎﻴﺣ ﺪﻟﻮﻟا نﻮﻜﻳ 3. Tidak ada pengakuan darinya mengenai pengakuan nasab anak walaupun hanya berupa isyarat, seperti penerimaannya terhadap ucapan selamat atas kelahiran anak.

4. Si anak dalam keadaan hidup waktu saat perceraian hukum. 5 -ﻠﻓ :ﺪﺣاو ﻦﻄﺑ ﻦﻣ ﺮﺧآ ًاﺪﻟو ﻖﻳﺮﻔﺘﻟا ﺪﻌﺑ ﺪﻠﺗ ﻻأ ﻮ مﺰﻟأو ،قﺮﻓو ،ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻢﻛﺎﳊا ﻦﻋﻻو ،ﻪﻨﻋ ﻩﺎﻔﻨﻓ ،ًاﺪﻟو ةأﺮﳌا تﺪﻟو ،ﺪﻐﻟا ﻦﻣ ﺮﺧآ ًاﺪﻟو تﺪﻟو ﰒ ،ﻖﻳﺮﻔﺘﻟا ﺲﻔﻨﺑ ﺎﻬﻣﺰﻟ وأ ،ﻪﻣأ ﺪﻟﻮﻟا ﻪﻠﻤﺸﻳ ﱂ يﺬﻟا ﱐﺎﺜﻟا ﺪﻟﻮﻟا ﺐﺴﻧ تﻮﺒﺜﻟ ،ًﺎﻌﻴﲨ ناﺪﻟﻮﻟا ﻪﻣﺰﻟ ﺪﻟﻮﻟا ﺐﺴﻧ ﺖﺒﺜﻴﻓ ،ﺔﻗﺮﻔﻟ ﻞﻄﺑ ﺪﻗ نﺎﻌﻠﻟا ﻢﻜﺣ نﻷ ؛نﺎﻌﻠﻟا ﻧ ﺖﺒﺜﻳ ﰒ ،ﱐﺎﺜﻟا .لوﻷا ﺪﻟﻮﻟا ﺐﺴ

5. Jangan sampai lahir anak yang lain dari satu perut setelah terjadinya pemisahan.

6 نﺄﻛ :ًﺎﻋﺮﺷ ﺪﻟﻮﻟا ﺐﺴﻧ تﻮﺒﺜﺑ ًﺎﻣﻮﻜﳏ نﻮﻜﻳ ﻻأ ﻲﻀﻗو ،ﻊﻴﺿﺮﻟا تﺎﻤﻓ ،ﻊﻴﺿر ﻰﻠﻋ ﺐﻠﻘﻧﺎﻓ ،ًاﺪﻟو ةأﺮﳌا تﺪﻟو ﻦﻋﻼﻴﻓ ،ﻪﺒﺴﻧ بﻷا ﻰﻔﻧ ﰒ ،بﻷا (ﺔﺒﺼﻋ) ﺔﻠﻗﺎﻋ ﻰﻠﻋ ﻪﺘﻳﺪﺑ ﻰﻠﻋ ﺔﻳﺪﻟ ءﺎﻀﻘﻟا نﻷ ؛ﺪﻟﻮﻟا ﺐﺴﻧ ﻊﻄﻘﻳ ﻻو ،ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻲﺿﺎﻘﻟا .ﻩﺪﻌﺑ ﺐﺴﻨﻟا ﻊﻄﻘﻨﻳ ﻻو ،ﻪﻨﻣ ﺪﻟﻮﻟا نﻮﻜﺑ ءﺎﻀﻗ ﺔﻠﻗﺎﻋ 6. Tidak dikenakan hukuman dengan

penetapan nasab anak secara syariat. Biografi Singkat Wahbah Az-Zuhaily dan Ibnu Qudamah

Dalam dokumen Journal of Islamic Studies (Halaman 38-41)