• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Pendekatan Saintifik

Dalam dokumen Journal of Islamic Studies (Halaman 133-142)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

2. Pembelajaran Pendekatan Saintifik

15M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum

2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h.

31-34.

Menurut pandangan psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sekitar dalam memenuhi kebu-tuhan hidupnya, sehingga perubahan terse-but akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Oleh kerena itu, belajar dapat diarti-kan sebagai suatu proses yang dilakudiarti-kan seseorang untuk memperoleh suatu peruba-han tingkah laku yang baru secara keselu-ruhan, sebagai hasil pengalamannya sendi-ri dalam interaksi dengan lingkungannya.16 Pendapat lain yang dikemukakan oleh para ahli menyatakan belajar merupkan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengo-kohkan kepribadian. Berkaitan dengan pe-mahaman sains konvensional, proses mem-peroleh pengetahuan adalah kontrak manu-sia dengan alam sehingga menghasilkan pengalaman (exsperince) yang terjadi ber-ulang kali serta menghasilkan pengetahuan

(knowledge), atau body of knowledge.

Pengertian ini merupakan konsep dari sains konvensional, dan beranggapan bahwa pe0ngetahuan sudah terserak di alam. Ting-gal bagaimana peserta didik atau pembe-lajar bereksplorasi, menggali dan menemu-kan kemudian memungutnya, untuk mem-peroleh pengetahuan.17

Pendekatan saintifik sangat berhubu-ngan erat deberhubu-ngan metode saintifik. Oleh k arena itu, metode saintifik sering disebut-kan dengan kajian ilmiah yang pada umum nya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk menentu-kan perumusan hipotesis. Berdasarmenentu-kan pen-dapat Nasution sebagaimana dikutip Jonat han Sarwono, hipotesis merupakan pernya-taan tentatif yang merupakan dugaan meng enai apa saja yang sedang amati dalam

16Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinnya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h.

2.

17Suyono. & Hariyono, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung:

usaha untuk memahaminya.18Hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.

Metode ilmiah umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh me-lalui pengamatan dan percobaan secara ber-kelanjutan sehingga menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, perco-baan dapat digantikan dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sum-ber yang merasa diperlukan. Aktivitas ke-giatan ilmiah pada umumnya dilakukan dengan tabel sebagai berikut ini:

Gambar: 1

Komponen Aktivitas Ilmiah

Pembelajaran menggunakan integritas dalam kegiatan ilmiah umumnya merupa-kan kegiatan inkuiri. Pembelajaran inkuiri pada hakikatnya melibatkan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan yang mengarah untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru. Sebagaimana yang didefinisi-kan oleh Al-berta Learning, bahwa inkuiri adalah:

“Inquiry-based learning is a process where student are involved in their lear-ning, formulate questions, investigate widely and then build new understanding, meaning and knowledge”.19

Sedangkan strategi pembelajaran inkui ri merupakan kegiatan pembelajaran yang memekankan pada proses berfikir secara 18Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV.

Andi Ofseet, 2006), h. 65.

19Alberta Learning, Focus on Inquiry: a

Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-Based

kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi ini sering dinamakan dengan strategi heuristik, dalam bahasa Yunani “he-uriskin” berarti mene-mukan.20 Dalam implementasi strategi pembelajaran inkuiri, yang menjadi ciri utamanya adalah:

1) Strategi inkuiri menekankan pada akti-vitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya dengan strategi ini kedudukan yang ada pada peserta didik sebagai subjek belajar. Sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya sebagai penerima materi saja, dari penjelasan yang didapatkan oleh guru sebagai fasilitator yang secara verval, maka ia akan menemukan sendiri inti dari materi yang disampaikan.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang ditanyakan. Dengan itu, sikap percaya diri (self belief) akan timbul. Dalam hal ini guru difungsikan sebagai fasilitator dan motivator pada peserta didik.

3) Tujuan strategi pembelajaran inkuiri difokuskan untuk mengembangkan ke-mampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Proses yang dilakukan dalam pembela-jaran inkuiri ini mencakup pengajuan per-masalahan, memperoleh informasi, berfikir kreatif tentang kemungkinan penyelesaian masalah, membuat keputusan, dan membu-at kesimpulan.

Learnig, 2014 (Online),

(http://www.Irc.Learning.gov.ab.ca)

20Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017 Gambar:2

Rincian Proses Inkuiri

Inkuiri dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan, strategi, atau metode pembe-lajaran. Sehingga dalam hal ini yang men-jadi konsep kegiatan pembelajaran inkuiri dengan medel pembelajaran diantaranya: pembelajaran menemukan (Discovery),

studi kasus (Case Study), Problem Based

Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL) dan sebagainya. Di samping itu,

keterkaitan pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran kurikulum 2013, sehi-ngga peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengkontruksi dan mengguna-kan pengetahuan.21Untuk itu, peserta didik paling tidak diberi kebebasan dan kesempa-tan untuk mengolah dan mengkonstruksi pengalaman yang didapatkan di lembaga pendidikan terutama sekolah untuk di prak tekan dilingkungan alam sekitarnya. disam-ping itu guru sebagai fasilitator dan media-tor harus mampu mengarahkan konsep pem belajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran pada Kurikulum 2013 sebagai upaya memberikan kesempatan peserta didik mengkonstruksi hasil pendi-dika yang didapat dalam pengambangan pengetahuannya sendiri.

Pendapat yang dikemukan Hosnah, pe-nerapan dalam kurikulum 2013 seringkali menggukan model pembelajaran berikut ini: Discovery learning, yang merupakan model pembelajaran dimana peserta didik mencari tahu tentang penglamaan baru, sehingga pengetahuan yang baru tersebut akan lebih bermakna bagi dirinya sendiri. Peserta didik akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab serangkai-an pertserangkai-anyaserangkai-an, memecahkserangkai-an masalah dserangkai-an mengenal suatu konsep atau keterampil-an.22 Discovery, sering dikenal penemuan

merupakan model pembelajaran untuk

21M. Hosnah, Pendekatan Saintifik dan

Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta:

Ghalia, 2014), h. 191.

mengembangkan peserta didik aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan bermakna dan tersimpan dalam memori jangka panjang peserta didik. Discovery learning pada umumnya mebutuhkan kemampuan untuk bertanya, mengobservasi, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mem-buat kesimpulan berdasarkan data atau informasi sehingga dapat menemukan hu-bungan antar variabel dan menguji hipote-sis yang diajukan.

Problem Based Learning (PBL), atau

pebelajaran berbasis masalah, adalah mo-del pembelajaran dengan pendekatan pem-belajaran kepada peserta didik pada masa-lah autentik, peserta didik mampu mengkon truksi pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih ting-gi sehingga dapat menjadikan kemandirian dan kepercayaan diri peserta didik dalam memecahkan dan mencari solusi permasa-lahan yang ada didunia nyata. Oleh karena itulah, PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merancang peserta didik untuk belajar.

Menurut Burden & Byrd, PBL terdiri dari 5 kegiatan yang dihadapi peserta didik mencakup mencari alasan masalah itu datang, mencari solusi dari masalah, meng umpulkan data dan mencoba solusi, dan menganalisis data. PBL membutuhkan ke-mampuan bertanya, mengidetifikasi, meng-analisis masalah, mengobservasi, mengum-pulkan informasi, emgnolah informasi, dan mengembangkan konsep sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dikaji. Pembelajaran berbasis proyek (Project

Based Learning (PjBL), metode ini sebagai

langkah awal untuk pengumpulan pengeta-huan dalam kegiatan aktivitas nyata bagi peseta didik. Sehinga langkah-langkah ya-ng harus diperhatikan PjBL adalah penentuan proyek; perencanaan langkah-22Paul R. Burden. & David M Byrd,

Methods for Effective Teaching: Meeting the Needs of all Students, Sixth Edition. USA: Pearson, 2013),

langkah penyelesaian proyek; penyusunan jadwal pelaksanaan proyek; penyelesaian proyek dengan monitoring dan bimbingan guru; penyusunan laporan dan presentasi hasil proyek; dan evaluasi proses serta hasil proyek. Dari kegiatan ini, dapat dilihat kele bihan PjBL mencakup: (1) peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran, namun juga masalah yang ada dalam kehi-dupan sehari-hari; (2) memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi; dan (3) mengakrabkan guru dan siswa.23 PjBL sangat membutuhkan kemampuan tambah-an, yakni dengan membuat produk yang terkait dengan solusi dari permasalahan yang diajukan. Untuk lebih jelas antara perbedaan Discovery, PBL, dan PjBL dapat dilihat tabel di bawah ini:

Discovery PBL PjBL Menemukan konsep Mempelajari konsep berdasarkan permasalahan Mempelajari konsep berdasarkan permasalahan Menerapkan kemampuan menye-lesaikan masalah Menerapkan kemampuan menye-lesaikan masalah Mengembangk an karya/produk terkait selusi permasalahan

Dilihat dari model pembelajaran dalam kurkulum 2013, maka dapat dikatakan bah-wa pendekatan saintifik merupakan pende-katan yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah, sehingga peserta didik dapat mengkontruk pengetahuan dengan menanya, melakukan pengamatan, pengukuran, mengumpulkan data, mengorganisir dan menafsirkan data, memperkirakan hasil, melakukan

eksperi-23Warsono, & Hariyanto, Pembelajaran

Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.

154.

24David Jerner Martin, Elementary Science

Methods: A Constructivist Approach, Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth, 2006), h. 67.

men menyimpulkan dan mengkomunikasi-kan.24

Disisi lain, pendekatan saintifik juga digunakan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk mengenal, memahami berbagai materi menggunakan dengan pendekatan ilmiah yang sering juga dikenal dengan pendekatan saintifik. Pem-belajaran ini sering diarahkan untuk men-dorong peserta didik agar mampu memcari tahu dari berbagai sumber pembelajaran dengan memecahkan masalah dan melalui pengamatan, peserta didik dalam hal ini bukan hanya subjek pembelajaran yang hanya didiberi pengetahuan oleh guru. Dalam hal ini, tujuan pendekatan saintifik adalah agar peserta didik mampu meme-cahkan masalah yang akan memememe-cahkan masalah yang akan dihadapi di kehidupan sehari-hari dengan baik.25Berdasarkan teori Dyer, sebagaimana yang dikutip Ridwan Abdullah Sani, pendekatan saintifik

(scientific approach) dalam pembelajaran

memiliki komponen proses pembelajar-an antar lain: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mencoba dan mengumpulkan informasi; (4) menalar/asosiasi; dan (5) membentuk jari-ngan (melakukan komunikasi).26

Gambar: 3

Komponen Pendekatan Pembelajaran Saitifik

Dari langkah-langkah pendekatan sainti-fik dalam proses pembelajaran di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut;

25Syaiful Sagala, Konsep dan Makna

Pembelajaran (Bandung: Alvabeta, 2013), h. 69.

26Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran

Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017

Pertama; mengamati atau obeservasi,

adalah menggunakan alat indra untuk me-peroleh informasi. mengamati juga meru-pakan kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial, gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Pengamatan memiliki keung-gulan yang dianataranya: menyajikan me-dia atau objek secara nyata, menantang/ menarik rasa ingin tahu peserta didik, serta pelaksanaannya yang mudah Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin ta-hu sehingga menimbulkan proses pembela-jaran yang bermakna.

Aktivitas mengamati sering dilakukan dengan melalui kegiatan membaca, mende-ngar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya. Guru sebagai fasilitator dalam pendekatan saintifik dituntut untuk memfa silitasi peserta didik dalam melakukan pro-ses pengamatan. Dengan adanya bimbingan yang diberikan guru, akan dapat mengem-bangkan kompetensi peserta didik dalam melatih ketelitian, kesungguhan, dan mencari informasi dari fakta apa yang telah diamati. Dengan mengamati, peserta didik juga akan memperoleh penglaman langsu-ng yalangsu-ng akan menjadi pelangsu-ngetahuan kebe-naran dari sebuah fakta.

Kedua; mengajukan pertanyaan,

da-lam konsep ini membuat dan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dari apa yang tidak difahami dalam penga-matan akan sehingga akan menambah infor masi tentang apa yang diamati. Menanya adalah metode pembelajaran yang dilaku-kan dengan cara mengajudilaku-kan pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati untuk memahami materi pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator untuk melakukan proses pertan-yaan sehingga peserta didik akan dilatih mengembangkan kemampuan bertanya mulai dari pertanyaan guru, selanjutnya akan dikembangkan peserta didik untuk mengaju-kan pertanyaan secara mandiri.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 tahun 2014 yang mem bahas tentang pembelajaran pada

Pendidik-an Dasar dPendidik-an PendidikPendidik-an Menengah, aktivitas menanya boleh dilakukan melalui kegiatan membuat serta mengajukan per-tanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau seba-gai klarifikasi. Guru dalam hal ini harus mampu meningkatkan bakat serta minat peserta didik sehingga kemampuan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan dapat terealisasi. Kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai metode dan teknik, salah satunya menggunakan metode wawancara.

Ketiga; melakukan eksperimen atau pecobaan atau mengumpulkan informasi.

Proses belajar dengan pendekatan ilmiah akan melibatkan peserta didik dalam mela-kukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalah-an. Kegiatan untuk mengumpulkan infor-masi yang dilakukan sering disebutkan dengan eksperimen. Untuk itu, eksperimen merupakan sebagai cara penyajian pelajar-an dimpelajar-ana peserta didik melakukpelajar-an perco-baan dengan mengalami dan membuktikan dari materi yang didapatkan sehingga peng-amatan dapat terbukti dengan percobaan serta pengujian yang dilakukan. Suatu per-cobaan akan diamati peserta didik apabila dapat menimbulkan dan merangsang minat peserta didik hingga kreativitas yang ada akan berkembang dengan menyelidiki feno mena alam yang diamati ketika melakukan percobaan.

Keempat; menalar/mengasosiasi,

bia-sanya dilakukan untuk menemukan keter-kaitan antar informasi yang satu dengan informasi lainnya sehingga peserta didik dapat menemukan hubungan keterkaitan tersebut. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menalar atau meng-asosiasikan dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpul-kan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau meng hubungkan fenomena atau informasi yang

terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

Kegiatan menalar dalam konteks pem-belajaran kurikulum 2013 merupakan pen-dekatan ilmiah yang banyak merujuk pada teori belajar asosiasi, sehingga asosiasi merujuk pada kemampuan mengelompok-an berbagai ide, dmengelompok-an mengasosiasikmengelompok-an bera-gam peristiwa, kemudian menjadipengeta-huan dalam memori. Kompetensi dari kegia tan menalar akan menghasilkan peserta didik yang mempunyai sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemam-puan menerapkan berpikir induktif serta deduktif. Penalaran logika induktif merupa kan menalar dari khusus ke umum dan logika deduktif harus menggunakan bukti khusus seperti fakta, data, informasi, dan pendapat dari para pakar dengan menghasil kan kesimpulan yang didasarkan bukti-bukti empiris.27

Kegiatan mengambil kesimpulan da-lam pembelajaran dengan pendekatan sain-tifik merupakan kelanjutan dari mengolah data dan informasi, setelah itu akan mene-mukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan menemukan infor-masi tersebut. setelah itu peserta didik akan mampu membuat kesimpulan yang sempur-na berdasarkan data yang didapat di lapangan.

Kelima; membangun dan ,mengemba-ngkan jaringan dan berkomunikasi,

pende-katan saintifik dalam kurikulum 2013 harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengkomunikasikan dari apa yang telah dipelajarinya. Kegiatan mengkomuni-kasikan dalam hal ini harus dapat menyam-paikan hasil pengamatan, kesimpulan, serta analisis secara lisan, tertulis dengan mem-praktekkan dari berbagai media. Dengan mengkomunikasikan hasil telah didapatkan di lapangan akan mengembangkan kompe-tensi yang dimiliki peserta didik berupa sikap jujur, teliti, toleransi, berpikir siste-matis, mengungkapkan pendapat dengan 27Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran

Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013

(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 53.

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.28

Membangun kompetensi jaringan dan berkomunikasi paling tidak harus memiliki keterampilan intrapersonal (kesadaran emo si, penilaian diri secara akurat, penghargaan diri, kontrol diri, manajemen diri, adaplabi-litas dan motivasi diri). Keterampilan interpersonal, adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain (empati, orientasi layanan, kesadaran organisasio-nal, keterampilan komunikasi, negosiasi, kohesi sosial, dan kepemimpinan. Terakhir keterampilan organisasi (sosial) adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial. Dari ketiga kompetensi di atas, maka dalam konsep pendekatan saintifik dalam kuriku-lum 2013 merupakan konsep yang telah ditawarkan untuk pengembangan peserta didik dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang. Dilihat dari lima komponen pendekatan saintifik yang telah dipaparkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel deskripsi kegiatan dan peran guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembe-lajaran menggunakan pendekatan saintifk berikut ini: Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Mengamati (guru menfasilitasi untuk melakukan proses mengamati) Mengamati dengan alat indra, membaca, mende-ngar, menyimak, melihat), tanpa menggunakan alat bantu. Menanya (guru menfasilitasi untuk melakukan proses menanya) Membuat dan mengajukan pertanyaan tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum

difa-28Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava Media,

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017

hami, informasi baru akan menjadi data tambahan terbaru dan harus diklarifikasi kevalidannya. Mengumpulkan

infor-masi mencoba (guru menfasilitasi untuk melakukan proses mengumpulkan informasi/ mencoba. Mengeksplorasi,m encoba, berdiskusi, mendemonst-rasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber selain dari bahan bacaan buku yang telah disiapkan oleh guru, mengumpulkan data melalui angket, wawancara dan memodifikasi, menambah, serta mengembangkan untuk menjawab permasalahan. Menalar/ asosiasi (guru menfasilitasi untuk melakukan proses menalar/asosiasi) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, me-nganalisis data dalam bentuk kategori, menga-sosiasi atau menghubungkan fenomena/ infor-masi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan Mengkomunikasi (guru menfasilitasi untuk melakukan proses mengko-munikasikan. Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, grafik, menyusun la-poran tertulis, meliputi proses, hasil, serta kesim-pulan secara lisan.

SIMPULAN

Sejarah panjang pendidikan Indonesia tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Ber-awal dari dari kurikulum rencana pelajaran tahun t 1947; Kurikulum 1968; 1975; 1984, penyempurnaan kurikulum 975; kurikulum 1994; Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004; Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006; dan Kurikulum 2013. Sering kali perubahan ini dilakukan untuk penyempurnaan kuri-kulum pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat menjawab tantang era globali-sasi yang selalu mengalami perubahan.

Perubahan yang silih berganti ini menjadikan kurikulum 2013 harus dimple-mentasikan dalam dunia pendidikan yang dalam pe-laksanaannya dilakukan dengan menggukan model pembelajaran:

Discove-ry learning, Problem Based Learning (PBL), dan Project Based Learning (PjBL).

Untuk kemponen pelaksaan proses pembe-lajaran dalam pendekatan saintifik sering dilakukan dengan mengamati; menanya; mencoba dan mengumpulkan informasi; menalar atau asosiasi; dan membentuk jaringan, semua ini dilakukan untuk pening katan keseimbangan peserta didik terutama SD yang berada pada masa operasional konkrit dimana ia dapat mengkonversikan pengetahuan tertentu dan mulai berkemba-ngnya kemampuan berpikir. Sedangkan untk aplikasi kurikulum 2013 telah mene-kankan pada peningkatan dan keseimbang-an soft skills dkeseimbang-an hard skills ykeseimbang-ang meliputi aspek kompetensi sikap, pengeta-huan, serta keterampilan. Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam implementasi pende-katan saintifik harus mengarahkan pembe-lajaran kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah implementasi pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 dapat dilihat dari proses pembelajaran, yang secara umum dilihat dari kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekontruksi dan

Domokratisasi. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Burden, Paul R. & Byrd, David M. (2013). Methods for Effective Teaching: Meeting the

Needs of all Students, Sixth Edition. USA: Pearson.

Daryanto, (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,

SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hanafiah, Nanang. & Suhana, Cucu. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21

Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia.

Kurniasih, Imas. & Berlin, Sani. (2014). Implementasi Kurikulum 2013: Konsep &

Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Learning, Alberta. (2014). Focus on Inquiry: a Teacher’s Guide to Implementing

Inquiry-Based Learnig (Online), (http://www.Irc.Learning.gov.ab.ca).

Martin, David Jerner. (2006). Elementary Science Methods: A Constructivist Approach,

Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.

Muzamiroh, Mida Latifatul. (2013). Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena. Padil, Moh. & Prastyo, Anggah Teguh. (2011). Strategi Pengelolaan SD/MI Visioner.

Malang: UIN-Maliki Press.

Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.

Sani, Ridwan Abdullah. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum

2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sarwono, Jonathan. (2006). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Ofseet.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinnya. Jakarta: Rineka Cipta.

FORPERTAIS Vol. I No. I Juli – Desember 2017

Suyono. & Hariyono. (2001). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya Offset.

Dalam dokumen Journal of Islamic Studies (Halaman 133-142)