• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA. Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA. Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA

2.1 Asal Mula dan Perkembangan Wisata

Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary tahun 1811 (Otto, 2004) yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Namun konsepnya mungkin dapat dilacak balik dari budaya nenek moyang Yunani dan Romawi yang sering melakukan perjalanan menuju negeri-negeri tertentu untuk mencari tempat-tempat indah di Eropa atau Mediterania.

Orang pertama yang membuat sebuah petunjuk perjalanan wisata adalah Aimeri de Picaud, warga Perancis yang mempublikasikan bukunya tahun 1130 tentang perjalanan ke Spanyol. Awalnya, perjalanan atau wisata sering berkaitan dengan perjalanan ibadah, eksplorasi geografis, expedisi ilmu pengetahuan, studi antropologi dan budaya, serta keinginan-keinginan untuk melihat tentang alam yang indah, (Fandeli, 2002)

Sampai pertengahan abad ke-12, pertumbuhan wisata sangat rendah. Biasanya, transportasi wisata menggunakan kapal laut, kuda, unta, kereta kuda, atau alat-alat transportasi yang ada saat itu. Selanjutnya, dalam abad ke-18 dan ke-19, kebutuhan wisata mulai meningkat. Pertumbuhan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh Revolusi Industri. Tahun 1841 industri wisata di Inggris mulai dijalankan, sementara Amerika memulai industri wisata tahun 1950-an (Lindberg, 1995)

(2)

Perkembangan wisata selanjutnya semakin menggembirakan. Pada tahun 1948 sebuah perusahaan penerbangan Amerika, Pan Amerika World Airways memperkenalkan tourist class pada penerbangannya. Di sini, mass tourism mulai berkembang dengan adanya transportasi udara. Tujuan perjalanan mulai beralih ke negara berkembang.

Tahun 1970, arus kunjungan dari negara maju ke negara berkembang sudah mencatat angka 8%. Pertumbuhan wisatawan ke negara berkembang semakin menjanjikan, ketika tahun 1980 arus kunjungan wisatawan ke negara berkembang mencapai 17% dan tahun 1990 mencapai angka 20%. Tahun 1990, industri wisata telah di pandang sama nilainya dengan industri minyak.

Perkembangan wisata secara besar-besaran ini, pada awalnya diyakini tidak menggangu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Namun, banyak temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata (dalam banyak hal) sangat merugikan ekosistem, terutama ekosistem destinasi wisata setempat.

Dalam banyak kasus, tempat-tempat yang dulunya indah dan digunakan sebagai tujuan favorit wisata menjadi tercemar oleh logam berat dan bahan-bahan kimia berbahaya lainnya. Perkembangan dan pertumbuhan wisatawan yang besar dan tidak dikontrol, telah mendorong laju kerusakan habitat dan erosi pantai. Dampak tidak langsung lainnya, yakni eksploitasi terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang ada di daerah wisata, (Lindberg, 1995).

(3)

2.2 Pengertian Pariwisata

Pengertian pariwisata hingga sekarang masih belum begitu memasyarakat. Umpamanya masyarakat mengatakan bahwa piknik adalah pariwisata, seperti kita ketahui bahwa “picnic” hanya merupakan salah satu aktivitas dalam kepariwisataan , fenomena ini berkaitan pula dengan kenyataan yang ada di Indonesia. Kata “Pariwisata” sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourism ke-2 di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958 (Yoeti, 1983 : 102).

Peninjauan pengertian pariwisata secara Etymologis

Menurut pengertian ini, kata “pariwisata” yang berasal dari bahasa Sanskerta, sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau “tourism” (bahasa Inggris). Kata pariwisata, menurut pengertian ini, sinonim dengan “tour”. Pendapat ini berdasarkan pemikiran sebagai berikut: kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”.

Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap (ingat kata paripurna)

Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris (Yoeti, 1985 : 103).

Ada beberapa definisi dari para pakar tentang pariwisata, berikut paparannya. Herman V Schulalard (dalam Yoeti, 1983 : 105) memberikan batasan sebagai berikut: “Tourism is the sum of operation, mainly of an economic nature, which directly related to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country, city or region”.

(4)

E. G uyer Freuler merumuskan, “Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang disarankan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan” (Yoeti, 1983 : 105-106)

Kemudian Prof. Salah Wahab dalam bukunya “An Introduction on Tourism

Theory” mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan

anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:

 Manusia (man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata

 Ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

 Waktu (time), yaitu waktu yang digunakan salama dalam perjalanan dan tinggal didaerah tujuan wisata

Lebih lengkapnya pendapat Prof. Salah Wahab mengenai pariwisata adalah: “suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara berganti di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap” (Yoeti 1983 : 107).

(5)

Pengertian yang lebih modern lagi tentang definisi pariwisata adalah apa yang dikatakan oleh H. Kodhyat dan Ramaini, “Pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.”

Berikutnya menurut I made Suradnya yang dimaksud dengan pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah.

Dari beberapa definsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2.3 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Apabila merujuk pada sub judul di atas, maka objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata (Kodhyat dan Ramaini 1992 : 80). Selanjutnya mengapa ada daya tarik wisata, hal ini dikarenakan adanya objek wisata atau tourist object. Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Ibid, 80).

(6)

Menurut Prof. Mariotti (dalam yoeti, 1983 : 160-167) segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut diperlukan adanya “attractive spontance”. Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, di antaranya adalah:

 Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, misalnya : iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, dan pusat-pusat kesehatan.

 Hasil ciptaan manusia, misalnya : benda-benda yang bersejarah, manumen, museum, acara tradisional, dan rumah-rumah peribadatan,

 Tata cara hidup masyarakat.

Ketiga hal di atas yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah disebutnya sebagai “Tourism Resources” . sedangkan untuk tourist services yang dikatakan Mariotti dengan istilah “Attractive Derivee”, yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan dan aktivitas yang dapat dilakukan yang pegandaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial.

Suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, ia harus memenuhi tiga syarat, yaitu :

 Daerah itu harus mempunyai objek wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain, Atraksi wisata dapat dijadikan sebagai “Entertainments” bila orang datang kesana.

(7)

 Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat membuat mereka betah tinggal lama di tempat itu.

 Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan tangan sebagai oleh-oleh untuk pulang ke tempat asal masing-masing.

2.4 Wisata Alam dan Kesadaran Lingkungan

Sementara Mass Tourism (wisata masal) berkembang, di Amerika muncul sebuah aktivitas wisata yang dikenal sebagai Wisata Alam (Nature Tourism). Hal ini merupakan aktivitas wisata menuju tempat-tempat alamiah, yang biasanya di ikuti oleh aktivitas-aktivitas olah fisik dari wisatawan. Termasuk dalam kategori ini, antara lain biking, hiking, sailing, dan camping. Di sini, kita juga mengenal adventure tourism, sebuah istilah yang merujuk kepada kegiatan wisata alam, namun lebih mempunyai nilai tantangan tersendiri, seperti panjat tebing, diving di laut dalam, dan lainnya. Tempat-tempat wisata favorit jenis ini kebanyakan merupakan kawasan lindung, seperti taman nasional, taman laut, cagar alam, taman hutan raya dan kawasan lindung lainnya.

Istilah wisata yang diperkenalkan melalui Undang-Undang No.9 tahun 1990 (tentang kepariwisataan) pasal 16 undang-undang tersebut menyebutkan wisata alam sebagai salah satu kelompok objek dan daya tarik wisata yang dapat di usahakan, disamping itu wisata budaya dan wisata minat khusus. Istilah ini dijelaskan melalui Peraturan No. 18 tahun 1994, dengan mengartikan wisata alam sebagai kegiatan perjalanan untuk menikmati gejala, keunikan alam, di taman nasional raya ataupun taman wisata alam.

(8)

Dengan demikian wisata alam adalah segala kegiatan kepariwisataan yang memanfaatkan alam sebagai objek atau lokasi. Kegiatan ini belum tentu masuk kedalam kualifikasi ecotourism karena hanya kegiatan yang memenuhi persyaratan lingkungan yang masuk dalam kategori tersebut.

Pariwisata telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi global yang terbesar, suatu cara untuk membayar konversi alam dan meningkatkan nilai lahan-lahan yang dibiarkan dalam kondisi alami.

Lingkungan adalah keseluruhan keadaan luar yang mempengaruhi eksistensi suatu organisme atau suatu masyarakat hayati, secara singkat lingkungan hidup adalah habitat makhluk hidup.

Dalam konteks ekologi, lingkungan hidup adalah habitat, yaitu suatu daerah yang dapat memenuhi segala keperluan hidup suatu makhluk tertentu. Lingkungan hidup dalam penerapannya dapat disetarakan dengan lahan yang mana lingkungan hidup adalah konsepsionalnya sedangkan lahan adalah operasionalnya.

Dalam konteks pengelolahan, lahan adalah aktualisasi dari lingkungan hidup. Dengan aktualisasi ini hakekat lingkungan hidup dapat diwujudkan dengan tanda-tanda pengenal yang ditransformasikan melalui variable-variabel. Lahan kritis adalah contoh hakiki dari lingkungan hidup dengan demikian pencegahan lahan kritis merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup.

Ancaman terhadap keberadaan keanekaragaman hayati dunia semakin lama semakin memprihatinkan, hal ini juga di ikuti oleh laju kepunahan spesies yang semakin hari juga semakin meningkat. Saat ini diyakini bahwa laju kepunahan tersebut sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia (Anthropogenic factor).

(9)

Dengan demikian, membangun sebuah kesadaran manusia terhadap pentingnya konservasi lingkungan hidup, dimana keanekaragaman hayati menjadi isu penting di dalamnya, sangat diperlukan. Banyak ahli berpendapat bahwa membangun kesadaran konservasi lewat pendidikan informal dapat dilakukan dengan jasa sector wisata (Honey, 1999)

2.4.1 Sumber Daya Alam Sebagai Bagian Atraksi Dalam Dimensi Unsur Wisata

Mill (1990) mendiskusikan bahwa dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan. Dalam pariwisata dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat kompetitif penyelenggaraan dan destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu. Biasanya, seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik orang untuk datang kedalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya seperti fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan destinasi sangat kurang.

Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, atau hiburan. Sebagian besar tujuan wisata dikawasan negara berkembang dengan tingkat kekayaan sumber daya alam yang tinggi, atraksi alam seperti bentangan pantai berpasir putih, air terjun, bentang padang rumput, dan pegunungan, hutan, sungai, gua, fauna, dan lainya merupakan andalan utama sebuah destinasi wisata.

(10)

Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, keindahan budaya dan masyarakat lokal yang beradab harus dipandang sebagai bagian dari kekayaan destinasi, yang harus dihargai sebagaimana mestinya, dan mendapatkan hak ekonomi yang layak. Budaya dan etnisitas sering kali bergantung pada sumber daya alam, seperti upacara-upacara keagamaan yang melibatkan beragam bentuk keanekaragaman hayati (Luchman, 2004 : 22-23)

2.5 Pengertian Ekowisata

Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ecotourism. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekotourisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.

(11)

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut : Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis.

Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut : Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).

Dari definisi ini dapat di mengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini.

Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interprestasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata

(12)

lainya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan objek dan daya tarik wisata alam.

2.5.1 Prinsip-Prinsip Ekowisata

The Ecotousrism Society (Eplerwood, 1993) menyebutkan delapan prinsip

ekowisata yaitu :

1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat

2) Pendidikan konservasi lingkungan, mendidik wisatawan dan masyarakat akan pentingnya arti konservasi, pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. 3) Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan

untuk ekowisata dan management pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.

4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5) Penghasilan masyarakat, keutungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

6) Menjaga keharmonisan dengan alam, semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas untuk utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.

(13)

7) Daya dukung lingkungan, pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak tetapi daya dukunglah yang membatasi. 8) Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara, apabila suatu

kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

2.5.2 Profil dan pasar ekowisata

Profil yang menyukai ekowisata:

1. Berumur 35-54 tahun, 50% laki-laki dan 50% wanita dan jelas ada perbedaan aktivitas yang dipilih.

2. 82% berpendidikan S1, juga dapat terlihat tingkat pendidikan mempengaruhi wisatawan yang berminat pada ekowisata.

3. 60% responden senang berpergian berdua, 15% senang berpergian bersama keluarga dan 13% memilih pergi sendiri.

4. 50% responden memilih lama perjalanan 8 sampai 14 hari. 5. 26% responden bersedia menghabiskan US$.1001-1500/trip.

6. Senang berpergian ke kawasan : (1) kawasan alami, (2) mengamati satwa, (3) mendaki dan menjelajah/tracking.

7. Motivasi berpergian : (1) menikmati alam/pemandangan, (2) pengalaman baru/kawasan baru.

(14)

2.5.3 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata

Hubungan ecotourism dengan pariwisata adalah sebuah kunjungan suatu daerah untuk menikmati pemandangan alam dan lingkungan yang masih alami tanpa ada unsur-unsur buatan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ecotourism cenderung terjadi pada daerah alami dengan binatang-binatang atau populasi lingkungan dimana penduduk asli tinggal.

Oleh karena itu diperlukan hubungan kerja sama yang baik antara masyarakat dengan instansi yang mengelola ekowisata di daerah tersebut untuk dapat mengembangkan ecotourism dengan baik.

2.5.4 Hubungan Ekowisata dengan Peran Masyarakat Lokal

Masyarakat yang terdapat disekitar kawasan konservasi tersebut penting dan sangat berperan dalam keberhasilan suatu objek wisata alam. Oleh karena itu masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap proses atau perencanaan pembentukan, dan pelaksanaan proyek pengembangan ecotourism yang berlokasi ditempat tersebut dengan cara mengintegrasikan masyarakat lokal sebagai mitra sejajar dalam desain, pelaksanaan dan setiap aspek yang menggunakan lahan sumber daya alam setempat.

Untuk maksud tersebut harus dibina interaksi sosial yang baik dan saling menguntungkan antara pengelola ecotourism dengan masyarakat yang berdomisili di sekitar objek wisata tersebut karena dengan mengikutsertakan masyarakat dalam

ecotourism berarti menciptakan timbulan rasa memiliki masyarakat setempat

(15)

yang ada karena tanpa peran serta masyarakat setempat dalam proses pengembangan ecotourism tersebut akan mengalami kendala (Anwar, 1997:7).

2.6 Beberapa Dampak Yang Ditimbulkan Pada Lingkungan Hidup (Ekowisata) Apabila Terus Dikembangkan

a. Degradasi dalam penurunan nilai-nilai sosial budaya

Budaya merupakan unsur yang tidak pernah dilupakan dalam konservasi, konservasi dan pariwisata yang menolak keprihatinan masyarakat lokal merugikan diri sendiri, pariwisata dapat menghancurkan budaya asli dan mengacaukan perekonomian asli pula.

b. Ekonomi

Ekowisata terkait dengan ekonomi disebabkan ada dampak keuntungan dan kerugian, semata-mata untuk mencari profit dan kawasan yang lebih dikenal. Disini juga lebih memaksimalkan profit dari pada kunjungan karena dengan memaksimalkan profit maka pemeriharaan terhadap wilayah kunjungan tersebut akan menjadi lebih baik.

c. Penurunan kesehatan masyarakat akibat limbah yang dibuang pada pengembangan ekowisata tersebut.

d. Estetika

Dampak di ukur baik melalui batas pengunjung yang dapat ditoleransi maupun melalui kerusakan ekologi. Nilai dan keseluruhan persepsi adalah gambaran yang rumit dari pengguna yang diterima jauh lebih rendah sebab pengunjung akan membayar lebih tinggi untuk merasakan alam liar,

(16)

kerumunan orang mengurangi daya tarik keindahan dan menurunkan keindahan dan menurunkan keingginan pengunjung untu membayar.

2.7 Manfaat Pariwisata

Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut: a. Peningkatan devisa negara

b. Peningkatan kesempatan kerja dan usaha c. Pemberdayaan ekonomi rakyat

d. Pelestarian nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat e. Pelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup f. Perwujudan otonomi daerah pada sektor pariwisata

Referensi

Dokumen terkait

Namun, pada tindakan siklus I belum semua siswa aktif dalam melakukan pengamatan sesuai hasil observasi yang menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa hanya mencapai

nanopartikel MgFe 2 O 4 yang bisa digunakan dalam aplikasi yang sesuai. Universitas

Dengan mengintroduksikan teknologi inovasi spesifik lokasi yang di dalamnya sudah mencakup teknik pengendalian parasit dan penyakit ternak, maka kawasan tipologi lahan

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang penerapan metode penugasan untuk meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran IPA materi Menerapkan Konsep

Penyediaan kredit oleh pemerintah untuk masyarakat tani dimaksudkan untuk membantu mereka dalam pembiayaan pertanian (MacIntyre, 1993; Rahardjo, 2000) sehingga kegiatan

Bentuk kejahatan dalam hukum pidana sebagai tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan hukum pidana dan disertai dengan

صخلملا ةثحابلا ةيلمع ىفلز : ثحبلا ناونع : فرشلدا : لدا روسيم ناقدص جالحا روتكدلا ا يرتسج ةيسيئرلا تاملكلا :أ تادرفلدا باعيتسا رث - ةءارقلا ةراهم – مكلحا