• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Operasional"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Operasional

Pelayanan Jejaring Sistim Rujukan

Kegawat-daruratan

Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus)

Puskesmas - Rumah Sakit

Panduan Fasilitasi

(2)
(3)

Panduan Operasional

Pelayanan Jejaring Sistim Rujukan

Kegawat-daruratan

Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus)

Puskesmas - Rumah Sakit

(4)
(5)

DAFTAR ISI

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang B. Definisi

C. Tujuan Umum dan Khusus D. Dasar Hukum

II. Kerangka Pikir Kegawat-daruratan Ibu dan Neonatus A. Rujukan Medis

B. Sistim Rujukan Efektif, Efisien dan Berkeadilan C. Alur Rujukan

D. Tatakelola yang baik III. Pengorganisasian

A. Pernyataan Kerja-sama jejaring Sistim Rujukan B. Peran Kelompok Kerja Medis dan Non-Medis

IV. Pelayanan Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) A. Pra Rujukan

1. Promosi Tanda Bahaya

2. P4K (Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 3. Kelas Ibu dan Bapak

4. Pemanfaatan Buku KIA 5. PWS-KIA (elektronik) B. Pelayanan Rujukan

1. Komponen Rujukan

a. Komponen Tanda Bahaya b. Komponen Stabilisasi c. Komponen Konseling d. Komponen Komunikasi e. Komponen Pengantar f. Komponen Transportasi

g. Komponen Peralatan dan Obat h. Komponen SOP Pelayanan 2. Paket Persiapan Rujukan

C. Fasilitas Pelayanan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus) 1. PPGDN Pelayanan Dasar

2. Puskesmas PONED 3. Rumah Sakit PONEK V. Monitoring dan Evaluasi

A. Alat Pantau Kinerja Jejaring Sistim Rujukan B. AMP (Audit Maternal dan Perinatal) C. Mekanisme Umpan Balik

VI. Penutup Lampiran

(6)

Daftar Singkatan

AMP : Audit Maternal Perinatal AKI : Angka Kematian Ibu AKB : Angka Kematian Bayi AKN : Angka Kematian Neonatal APN : Asuhan Persalinan Normal BBL : Bayi Baru Lahir

BDD : Bidan Di Desa

BPS : Bidan Praktek Swasta

GIS : Geografic Information System HPP : Hemorrage Post Partum JAMPERSAL : Jaminan Persalinan

LKBK : Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan MDGs : Milleneum Development Goals MPS : Making Pregnancy Saver PEB : Pre Eklamsi Berat

PMK : Penanganan Metoda Kanguru POKJA : Kelompok Kerja

P4K : Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi PK : Perjanjian Kerjasama

POLINDES : Pondok Bersalin Desa

PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar PONEK : Pelayanan Obstetri Emergensi Komprehensif POSKESDES : Pos Kesehatan Desa

PPGDON : Program Penanganan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal RSIA : Rumah Sakit Ibu dan Anak

RPJMN : Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional RTI : Reseach Treangle Institute

Tabulin : Tabungan Ibu Bersalin

TIK : Teknologi Informasi Komunikasi SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia SEKDA : Sekretariat Daerah

SIJARIEMAS : Sistim Informasi Jaringan Rujukan EMAS

SIGAPKU : Sistim Informasi Gerbang Aspirasi Kesehatan Umum SIPPP : Sistim Informasi Pembelajaran dan Performa UGD : Unit Gawat Darurat

(7)

Daftar Pengertian dan Istilah

Ibu

Ibu hamil, bersalin, dan masa nifas (ibu yang telah melahirkan sampai dengan masa 42 hari);

Bayi baru lahir

Bayi baru lahir umur 0 – 7 hari;

Neonatus Bayi umur 0 – 28 hari;

Kegawatdaruratan

Kondisi ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi/ penyulit yang menyertai atau diperberat oleh kehamilan, persalinan, dan nifas;

Sistem rujukan

Penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung-jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal, struktural, dan fungsional terhadap suatu penyakit, masalah kesehatan ataupun permasalahan kesehatan;

Forum Masyarakat Madani

Wadah atau arena untuk perluasan partisipasi masyarakat dalam pelayanan KIA.

Tata kelola/Governance

Penerapan tatakelola yang baik

Tata kelola klinis

Penerapan tata kelola yang baik dalam pelayanan medis sesuai standar,

manajemen resiko, keterbukaan, pendidikan dan pelatihan, audit klinis, efektivitas klinis, penelitian dan pengembangan;

PPGDON

Pelayanan Penanganan Gawat darurat Obstetri dan Neonatal di tingkat pelayanan bidan/perawat.

PONED

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas, Balkesmas);

PONEK

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit);

Angka Kematian Ibu

Angka yang menunjukkan rasio kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan;

Angka Kematian Bayi

Angka yang menunjukkan rasio kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan;

(8)

Pedoman Kemenkes RI yang dioperasionalkan

1. Pedoman dan Modul APN

2. Pedoman dan Modul RS PONEK

3. Pedoman dan Modul Puskesmas PONED 4. Pedoman PPGDON

5. Pedoman PWS-KIA dan Software Kartini 6. Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun

7. Pedoman P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi 8. Pedoman AMP

9. Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas (Kementerian Kesehatan 2011)

10. Pedoman Kelas Ibu dan Anak dan Lembar Balik

Panduan Operasional Jejaring Sistim Rujukan

Kegawat-daruratan Ibu dan Neonatal

1. Alat Pantau Kinerja dilengkapi dengan Panduan Operasional Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL/Neonatal

2. Pedoman Teknis Civikus Indeks

3. Pedoman Teknis Forum Masyarakat Madani 4. Buku Saku Motivator KIA 2012

5. Pedoman Teknis POKJA

6. Pedoman Teknis PK (Perjanjian Kerjasama) 7. Pedoman Teknis Maklumat Pelayanan 8. Padoman teknis Monitoring Pelayanan 9. Pedoman Implementasi SIJARIEMAS 10. Pedoman Implementasi SIGAPKU 11. Pedoman Implementasi SIPPP

(9)

Pengantar

Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL)/Neonatus di Indonesia memperlihatkan Angka Kematian Ibu 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian BBL 18/1000 kelahiran hidup pada SDKI 2007 yang lalu.

Walaupun saat ini sudah di akhir tahun 2012, situasi tersebut masih cukup

mengkhawatirkan, mengingat untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, masih diperlukan akselerasi kegiatan agar target AKI yang berada diluar jalur dan AKN yang cenderung stagnan dapat dicapai.

Berbagai kebijakan dan program telah disiapkan dan diimplementasikan selama ini, baik program lama maupun yang baru diluncurkan, tentunya membutuhkan kerja keras berbagai pihak pengelola program dan sektor untuk secara bersama sama saling berkoordinasi dalam menjalankannya.

Program EMAS (Expanding Maternal Neonatal Survival) bantuan USAID

diluncurkan pemerintah Indonesia di 6 Provinsi (Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan) sejak dari tahun 2011-2016. Program ini didukung oleh 5 Institusi Mitra yaitu JHPIEGO, Save the Children, Research Triangle Institute, Muhammadiyah dan Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan secara terpadu.

Salah satu keluaran dari Program EMAS yaitu berfungsinya Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatal) yang efektif, efisien dan berkeadilan di semua kabupaten yang di fasilitasi yaitu 10-30 kabupaten selama 5 tahun, agar kematian ibu dan BBL (Neonatus) dapat dicegah sebanyak-banyaknya.

Hasil Kajian awal di 10 kabupaten tahun I memperlihatkan adanya ketidakselarasan pelayanan rujukan antar fasilitas dan belum memadainya implementasi berbagai program pelayanan Ibu dan BBL (Neonatus) di lapangan yang seyogianyanya berjalan beriringan dan terpadu. Hal ini mengakibatkan keluaran dan dampak yang diharapkan masih belum memadai.

Melalui Program EMAS diupayakan suatu pendekatan komprehensif dan terpadu, didukung dengan sistim tatakelola (“governance”), teknologi informasi komunikasi terkini, alat monitoring dan evaluasi untuk memfungsikan semua progam terkait dengan Pelayanan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus) dengan

memanfaatkan Alat Pantau Kinerja Jejaring Sistim Rujukan dengan disertai Pedoman Operasional yang terpadu dan komprehensif serta dilengkapi dengan semua Pedoman Teknis terkait untuk mencapainya.

(10)
(11)

Bab I:

Pendahuluan

A.

Latar belakang

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia masih cukup memprihatinkan terlebih apabila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia. Data terakhir yang ada yaitu AKI dan AKB dari SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007. AKI berada pada posisi 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB ada di 34/1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih memprihatinkan apabila dilihat dari jumlah riil kematian ibu dan bayi. Kematian bayi , khususnya komponen neonatus memberi kontribusi kematian yang cukup besar yaitu kurang lebih sebesar 40% , dan komponen ini sangat terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

Situasi ini membuat program Kesehatan Ibu dan Bayi harus melaksanakan upaya akselerasi dalam pelayanan persalinan dan komplikasinya karena hampir semua ibu hamil sudah bertemu dengan tenaga kesehatan pada saat mereka

mendapatkan pelayanan antenatal pertama kali. Angka capaian tahun 2011

menunjukkan Kunjungan Pertama Antenatal (K1) mencapai 95%. Sayangnya belum semua ibu tersebut mendapatkan pelayanan Antenatal berkualitas, mengingat angka kunjungan antenatal minimal 4 kali (K4) lebih kecil yaitu 89% dan bahkan belum semua mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil (Pn. 84%), serta masih cukup banyak yang melahirkan dirumah. Hal ini cukup memprihatinkan padahal pemerintah telah meluncurkan program

JAMPERSAL (Jaminan Persalinan) dengan tujuan “universal coverage” yang artinya pelayanan persalinan bagi semua ibu hamil.

Walaupun demikian, telah makin banyak persalinan di tolong di fasilitas kesehatan mulai dari Poskesdes/Polindes, BPS (BIdan Praktek Swasta), Puskesmas, Rumah Sakit Ibu dan Anak maupun Rumah Sakit Umum baik pemerintah maupun swasta yang berdampak terdorongnya kematian ke tingkat RS.

Selayaknya kematian ibu dan bayi dapat dicegah sebanyak mungkin, namun pada kenyataannya angka menunjukkan bahwa kematian menurun sangat lambat dan data menunjukkan bahwa semakin banyak kematian terjadi di rumah sakit, bahkan dibeberapa provinsi jumlah tersebut sangat meningkat, walaupun mungkin

(12)

Hal ini dapat diakibatkan karena pelayanan di tingkat institusi pelayanan belum prima ataupun terjadi keterlambatan pelayanan rujukan ibu dan BBL/neonatus yang mengakibatkan sangat terlambat pula ketibaan ibu/BBL/neonatus di fasilitas pelayanan rujukan.

Di Indonesia sudah sangat dikenal istilah “3 terlambat” yang menjadi penyebab kematian ibu dan neonatal yaitu terlambat pengambilan keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai fasilitas pelayanan dan terlambat mendapat pertolongan di tingkat fasilitas.

Oleh sebab itu untuk mengatasi “3 terlambat” tersebut diatas, perlu disiapkan suatu jejaring sistim pelayanan rujukan kegawat-daruratan termasuk persiapan keluarga ibu hamil/BBL/Neonatus di tingkat keluarga, masyarakat baik dari segi sosial ekonomi, pendidikan, budaya, agama sampai ke tingkat pelayanan dasar di Bidan di Desa, Bidan Praktek Swasta, Puskesmas, praktik dokter, pelayanan

rujukan primer, sekunder dan tertier bila diperlukan.

Panduan Operasional ini dimanfaatkan oleh Penanggung-jawab Lintas Program dan Sektor Kabupaten/Kota terkait dalam penanganan kegawat-daruratan Ibu dan bayi Baru Lahir/neonatus untuk memfokuskan pada bagaimana upaya peningkatan kinerja jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan (memanfaatkan Alat Pantau Kinerja) di suatu kabupaten/kota dimulai dari membangun jaringan rujukan, persiapan masyarakat, fasilitas2 rujukan yang akuntabel yang akan dapat berfungsi dengan efektif, efisien dan berkeadilan secara terpadu.

B.

Definisi

1. Sistim Rujukan sesuai UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009

2. Pelayanan jejaring sistim rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL/Neonatus. Pelayanan Kegawat-daruratan ibu dan neonatus adalah penanganan kasus ibu-neonatus yang mengalami penyulit dan memerlukan penanganan adekuat dari tingkat pelayanan dengan kompetensi terendah sampai tertinggi secara berkolaborasi.

C. Tujuan

Tujuan Umum

Tersedianya jejaring sistim rujukan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan BBL/ neonatus yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkeadilan.

Tujuan Khusus

• Membangun jejaring pelayanan sistim rujukan ibu dan BBL/neonatus yang berfungsi secara efektif, efisien dan berkesinambungan.

• Memerankan organisasi penanganan pelayanan jejaring sistim rujukan (POKJA Jejaring Rujukan Kegawat-daruratan) sebagai pengawal.

• Menata mekanisme sesuai alur pelayanan rujukan penanganan kegawat-daruratan.

• Memanfaatkan berbagai panduan teknis dan alat yang tersedia (KIA, Tatakelola, TIK, Pemberdayaan Ormas dll.)

• Melaksanakan sistim monitoring dan evaluasi agar pelayanan dalam jejaring rujukan gawat-darurat akuntabel.

• Memanfaatkan alat pantau kinerja untuk meningkatkan kinerja jejaring sistim rujukan secara berkesinambungan.

(13)

D.

Dasar Hukum

Beberapa dasar hukum terkait, yaitu:

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. 4. UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 5. UU No. 11 tahun 2008 tentang Telekomunikasi.

6. Permenkes RI No. 1464 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan.

7. PP terkait Kesehatan Ibu dan Bayi. 8. PERDA Terkait Kesehatan Ibu dan Bayi.

(14)
(15)

Rujukan Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatus) membutuhkan suatu jejaring rujukan medis antar fasilitas yang perlu di mantapkan dan Program EMAS secara khusus berfokus pada membangun dan menjaga tersedianya pelayanan

kegawat-daruratan.

Di dalam Undang Undang No. 46 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rujukan tidak hanya terdapat dibidang kegawat-daruratan tetapi juga rujukan perorangan dan kesehatan masyarakat lainnya. Dalam Panduan ini, tidak semua jenis rujukan dimanfaatkan di dalam kerangka pikir.

Untuk membangun dan memfungsikan suatu jejaring sistim rujukan

kegawat-daruratan yang efektif, efisien dan berkeadilan maka di kembangkan 4 (empat) pola pikir yang saling berkaitan dan menunjang agar sistim dapat beroperasi secara komprehensif dan terpadu.

Ke empat pola pikir yang dikembangkan adalah sebagai berikut: A. Rujukan Medis

B. Sistim Rujukan Efektif, Efisien dan Berkeadilan C. Mekanisme Alur Rujukan

D. Tata Kelola yang Baik

A.

Rujukan Medis

Rujukan Medis sesuai Undang Undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 merupakan kegiatan rujukan yang berkaitan dengan urusan medis dan dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Rujukan Kasus

Rujukan kasus merupakan rujukan yang berkaitan dengan kasus yang dialami klien dalam hal ini komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus.

2. Rujukan Laboratorium

Rujukan bahan laboratorium yang berkaitan dengan kebutuhan diagnosa komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus.

RUJUKAN KASUS RUJUKAN LABORATORIUM RUJUKAN ILMU RUJUKAN MEDIS

Bab II:

Kerangka Pikir

Kegawat-daruratan

Ibu dan Neonatus

(16)

3. Rujukan Ilmu

Rujukan ilmu pengetahuan diantara tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan pengetahuan penanganan komplikasi ibu dan bayi baru lahir/neonatus dimana pihak yang lebih kompeten akan memberikan ilmu sesuai kebutuhan dan kewenangan.

B.

Sistim Rujukan Efektif, Efisien, dan Berkeadilan

Sistim rujukan dibangun dengan membuat jejaring antar fasilitas dan pemangku kepentingan agar pelayanan rujukan kegawat-daruratan ibu dan BBL /Neonatus dapat menjadi efektif, efisien dan berkeadilan.

Terdapat dua prinsip yang perlu diperhatikan agar dapat dihasilkan suatu sistim jejaring pelayanan rujukan yang efektif, efisien dan berkeadilan, yaitu:

1. Kolaborasi

2. Pertukaran Informasi

1. Prinsip Kolaborasi

Mengingat Sistim Kesehatan Nasional di Indonesia berjenjang dari tingkat kompetensi terendah di tingkat bidan di desa atau Bidan Praktek Swasta sampai tingkat tertinggi yaitu Rumah Sakit tertier yang melibatkan pelayanan sector pemerintah maupun swasta serta mempunyai tingkat kewenangan yang berbeda maka prinsip kolaborasi antar fasilitas yang berbeda tersebut menjadi sangat penting khususnya bagi komplikasi Ibu dan BBL (Neonatus) yang merupakan keadaan gawat-darurat. Sangat penting pula untuk bersama-sama memahami peran dokter spesialis di Kabupaten/jejaring rujukan sebagai pembina fungsional dalam kolaborasi ini.

(17)

Kolaborasi antar fasilitas baik publik maupun swasta diharapkan akan membentuk suatu jejaring sistim rujukan pelayanan kegawat-daruratan ibu dan bayi baru lahir/ neonatus di dalam suatu wilayah tertentu misalnya suatu kabupaten atau kota tertentu.

Dengan kolaborasi jejaring pelayanan seperti tersebut diatas maka di suatu wilayah dengan minimal 500.000 penduduk, sejalan dengan strategi Making Pregnancy Saver (MPS) yang diterapkan di Indonesia, maka kematian ibu dan bayi dapat

dicegah lebih 70%. Sisa 20-25% merupakan kontribusi dari Program Keluarga Berencana (KB).

Hal ini telah diakomodasi dalam RPJMN dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan yang tertera dalam Permendagri/Permenkes yang keluar setiap tahunnya dan terdiri dari:

• pelayanan ibu hamil, bayi dan KB

• pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil;

• penyediaan pelayanan PONED minimal di 4 puskesmas perawatan terpilih dan Rumah Sakit PONEK

Merupakan kewajiban minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah setempat bagi pemenuhan hak kesehatan rakyatnya.

Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat 3 tingkat kemampuan pelayanan

kegawat-daruratan ibu dan bayi baru lahir seperti yang terlihat pada gambar di halaman sebelumnya, yaitu:

1. Rumah Sakit PONEK (Pedoman RS PONEK dan RSIA) 2. Puskesmas PONED (Pedoman Puskesmas PONED)

3. Bidan di Desa atau BPS yang mampu memberikan PPGDON (Pedoman PPGDON).

2. Pertukaran Informasi

Agar dapat terbangun suatu jejaring sistim rujukan yang efektif dan efisien, maka antar pemberi layanan di semua fasilitas yang telah berjejaring seyogianya harus terjadi suatu pertukaran informasi yang tepat dan sama.

Hal ini harus secara berkesinambungan disosialisasikan agar semua pemberi layanan dalam suatu jaringan bisa saling berkomunikasi dengan baik, tepat sasaran karena memiliki informasi dan pemahaman yang sama.

Pertukaran informasi bisa berbentuk media cetak berupa surat, pedoman, leaflet, poster, buku saku dll maupun elektronik berupa SMS, email, dll atau dalam pertemuan, magang, pembinaan, pelatihan dll.

(18)

C.

Mekanisme dan Alur Pelayanan Rujukan

(Persiapan, Pelaksanaan, Pemantauan)

PUSKESMAS PENGIRIM PELAYANAN PENERIMA Sup. Fasilitatif RR/ PWS-KIA AMP Tanda bahaya

Komunikasi kasus & tempat Stabilisasi

Persiapan

• Surat

• Klien & Suami

• Kendaraan

• Peralatan

• Pengantar

• Jaminan

• Perjalanan

• Komunikasi kasus & ketibaan

• Pelayanan sesuai SOP

PONED Komunikasi

UGD Tanda Bahaya PONED/Rujuk

RS TK II/III / RSIA TK II/III

RS TK I/RSIA Kabupaten

• Tata Laksana Klinik

• Peningkatan Kinerja • Dashboard Indikator • Nearmiss/Death Audit • Supervisi ke pusk • Feedback • RR PONEK Komunikasi Persiapan Rujuk UGD Komunikasi Tanda bahaya Stabilisasi Persiapan • Surat

• Klien & Suami

• Kendaraan • Peralatan • Pengantar P4K Komunikasi Pelacakan Kasus RR/PWS-KIA Tanda Bahaya Komunikasi PPGDON Tanda Bahaya Stabilisasi Persiapan Rujukan • Surat

• Klien & Suami

• Jaminan

POSKESDES (Bidan di Desa)

BPS (Bidan Praktek Swasta) Dokter Praktek SwastaDokter Puskesmas

P4K (Waktu, pengantar, tempat persalinan, tabulin/jaminan, transportasi, donor) Buku KIA dan Stiker Tanda Bahaya Komunikasi Rujuk Warga Siaga Pemberdayaan Masy. Komunikasi Pelacakan Kasus Feedback

(19)

D.

Tata Kelola yang Baik (Good Governance)

Tatakelola yang baik mengusung prinsip akuntabel, transparan, partisipasi berbagai pihak. Dengan adanya tatakelola yang baik, maka lingkungan untuk berfungsinya suatu jejaring sistim rujukan akan terbangun dan diharapkan dapat berfungsi dengan efektif, efisien dan berkeadilan.

Berbagai “alat” tatakelola dikenal dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan di atas. Beberapa “Alat Tata Kelola” yang dimanfaatkan melalui Program EMAS adalah sebagai berikut:

1. Perjanjian Kerjasama (PK) Antar Fasilitas

PK bertujuan membangun jejaring pelayanan rujukan antar berbagai macam fasilitas publik maupun swasta dari berbagai jenjang pelayanan yang selaras dan saling berkolaborasi serta berkoordinasi. Karena inti dari PK adalah membangun jejaring sistim rujukan maka sebelum PK ditandatangani, lakukan terlebih dahulu penataan dan penyepakatan minimal ke-7 kebutuhan inti proses rujukan sebagai berikut yaitu :

a). Mekanisme rujukan antar pemberi layanan dan fasilitas, b). Alur rujukan setempat termasuk fasilitas swasta,

c). Alur data, kewajiban melaporkan dan audit kematian,

d). Pemetaan tugas dan fungsi masing masing fasilitas yang berjejaring, e). Pembinaan klinis dan manajemen dalam jaringan,

f). Mekanisme pembiayaan jaminan social setempat,

g). Mekanisme dan cara berkomunikasi. (lihat Bab II untuk rincian kegiatan dan Pedoman Teknis PK Program EMAS 2012)

2. POKJA Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-daruratan, TIK, Tatakelola dan Peran Serta Masyarakat

POKJA bertujuan membantu pemerintah dalam mengawal berfungsinya jejaring sistim rujukan yang akan mengacu pada akselerasi penurunan kematian ibu dan BBL (Neonatus) dalam mencapai “zero tolerancy” kematian. (lihat Bab II dan Pedoman Teknis POKJA Program EMAS 2012).

3. Forum Masyarakat Madan (FMM)

FMM bertujuan membantu masyarakat sipil untuk mencapai hak atas pelayanan kesehatan yang berkualitas. (Pedoman Teknis FMM Program EMAS 2012).

4. Maklumat Pelayanan

Merupakan Janji fasilitas dalam memberikan pelayanan yang berkualitas pada rakyat dan telah disepakati bersama FMM sebagai wakil rakyat. Maklumat pelayanan sejalan dengan PK yang ditandatangani. Bertujuan agar fasilitas akuntabel memberikan pelayanan berkualitas sesuai dengan yang dijanjikan. (Pedoman Teknis Maklumat Pelayanan Program EMAS 2012).

5. Kartu Laporan Warga: Merupakan alat yang dapat dimanfaatkan FMM.

Bertujuan untuk memantau atau mendukung agar fasilitas dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan rakyat dan janji yang telah disepakati pada Maklumat

Pelayanan. (Pedoman Teknis KLW Program EMAS 2012).

Selain itu bisa pula dipakai metoda lain, misalnya temu pelanggan bersama FMM dan fasilitas atau Diskusi Kelompok berupa Kelompok Pemantauan Kolaboratif (KPK) dan Pemantauan Bersama (PB) atau penelitian yang dilaksanakan FMM.

(20)

6. Mekanisme Umpan Balik

Ada beberapa macam cara dapat dipakai, antara lain kotak saran, “SMS Getaway”

(Program EMAS memperkenalkan SIGAPKU melalui Pedoman Implementasi SIGAPKU 2013)

(21)

A.

Pernyataan Kerja-Sama (PK) Jejaring Sistim Rujukan

1. Latar Belakang

Sistim Kesehatan Nasional Indonesia melibatkan berbagai macam fasilitas dari tingkat pelayanan dasar sampai pelayanan rujukan tertier di tingkat rumah sakit. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir bahkan jauh sampai tingkat desa melalui Pos Kesehatan Desa (POSKESDES/POLINDES), Bidan Praktek Swasta dan Dokter praktek swasta. Hal ini berbeda dengan berbagai Negara dengan kematian ibu dan bayi yang rendah di beberapa tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand yang sudah mengandalkan rumah sakit sebagai satu satunya tempat persalinan. Pertolongan gawat darurat tentunya akan mudah diberikan dalam penyelamatan ibu dan bayi.

Oleh sebab itu, semua pemberi pertolongan persalinan baik publik maupun swasta di suatu wilayah sangat perlu berada dalam suatu jejaring sistim rujukan yang solid agar dapat memberikan pelayanan gawat darurat secara efektif, efisien dan berkeadilan.

Maka, jaringan sistim rujukan perlu di tatakelola, dengan menyepakati berbagai hal yang dibutuhkan untuk merujuk ibu dan bayi baru lahir/neonatus yang mengalami komplikasi dan dalam situasi gawat darurat. Selanjutnya setelah penataan dan kesepakatan dibuat maka dilakukan penandatanganan suatu Perjanjian Kerjasama (PK) antar semua fasilitas terkait termasuk fasilitas swasta.

2. Tujuan Umum

Tertatanya jejaring sistim kegawat-daruratan ibu dan BBL/neonatus di suatu wilayah (kabupaten/kota, antar kabupaten/kota dan antar provinsi).

3. Tujuan Khusus

a. Menata mekanisme rujukan dalam jejaring dari tingkat masyarakat sampai RS.

Bab III:

(22)

b. Menyepakati alur rujukan yang melibatkan institusi publik maupun swasta. c. Memetakan dan menyepakati tugas dan fungsi masing masing fasilitas sesuai

kewenangan

d. Menyepakati mekanisme laporan termasuk kematian dan wajib melakukan audit

e. Menyepakati metoda dan mekanisme komunikasi yang dibangun

f. Menyepakati mekanisme pembiayaan jaminan social sesuai situasi setempat g. Menyepakati mekanisme pembinaan klinis dan manajemen dalam jejaring.

4. Rincian Kesepakatan

a. Menata mekanisme rujukan dalam jejaring dari tingkat masyarakat sampai RS.

Menata mekanisme/tatakelola rujukan antar fasilitas ditata bahkan bisa mengaitkan keluarga, kader dan dukun, BDD, BPS, Pusk, RS oleh

penanggungjawab di Dinas Kesehatan, Tim RS, Organisasi Profesi terkait. Contoh: dukun tidak boleh menolong persalinan dan bermitra dengan bidan, Buku KIA wajib digunakan, P4K bagi semua ibu, merujuk harus distabilisasi oleh pelayanan dasar dan diantar dll.

b. Menyepakati alur rujukan yang kemungkinan melibatkan institusi publik maupun swasta

Alur rujukan perlu diatur karena jejaring melibatkan semua institusi dengan beda kewenangan termasuk instusi swasta (perlu ditata dalam rangka menjamin pelayanan rujukan terakses dengan cepat) Alur perlu ditata sesuai fasilitas dan kebijakan yang ada di kabupaten/kota masing-masing.

Contoh:

c. Memetakan dan menyepakati tugas dan fungsi masing masing fasilitas sesuai kewenangan

Pemetaan kemampuan dan kewenangan diperlukan agar perujuk mengetahui dengan jelas kemana kasus harus dirujuk.

Setiap kabupaten/kota tentunya mempunyai peta kekuatan pelayanan KIA dimulai dari berapa jumlah dan didaerah mana dukun perlu dimitrakan, berapa bidan di desa dan Bidan Praktek Swasta atau klinik KIA atau Klinik spesialis berada, kemampuan gawat darurat apa dan oleh siapa kewenangan diberikan. Misalnya: Dukun tidak boleh menolong persalinan, BDD mampu apa?, BPS mampu apa, Pusk A-D mampu apa? Pusk C-D,E mampu PONED, RS mampu PONEK mana saja.

(23)

Contoh: Buat Peta:

• kekuatan BDD dan BPS mana yang mampu APN dan mana mampu PGDON atau semua mampu keduanya.

• Kekuatan pusk mana mampu stabilisasi yang akan merujuk ke pusk PONED • Rumah Sakit mana dengan kemampuan PONEK baik publik maupun swasta.

d. Menyepakati mekanisme laporan termasuk laporan kematian dalam 3x24 jam dan kewajiban melakukan audit.

Dalam rangka menghindari ketidak tepatan data cakupan pelayanan ibu dan BBL di wilayah setempat, maka perlu mekanisme pelaporan ditata, termasuk laporan dari pelayanan swasta. Gambarkan alur laporan yang disepakati. Selain itu perlu diatur mekanisme laporan kematian dalam 3x24 jam yang segera akan dilakukan audit pada bulan berjalan, mengingat kasus yang sama dapat muncul kembali sebelum masalah diatasi.

e. Menyepakati metoda dan mekanisme komunikasi yang dibangun.

Metoda komunikasi di era modern sudah cukup canggih di Indonesia, Efektivitas dan efisiensi rujukan dapat memanfaatkan sms, telpon, hot line, email, dll. Maka, kabupaten/kota dapat menyepakati metoda yang sesuai dan dapat dimanfaatkan di wilayah kerjanya. Kemampuan penyediaan sarana sesuai kemampuan telekomunikasi yang ada. Selain itu mekanisme komunikasi juga perlu diatur, siapa saja yang terlibat, cara komunikasi, dari mana kemana, biaya dll. (lebih jelasnya lihat Pedoman Implementasi SIJARIEMAS, SIGAPKU dan SIPPP).

f. Menyepakati mekanisme pembiayaan jaminan sosial yang disesuaikan dengan situasi setempat.

Setiap daerah mempunyai kebijakan pembiayaan jaminan yang berbeda dari mulai Jampersal, Jamkesmas, Jamkesda ataupun Jamsostek ataupun asuransi swasta utk pekerja dll. Selain itu bagaimana mekanisme pembagian insentif bila rujukan ditangani oleh beberapa provider. Apakah kasus persalinan yang mendadak harus dirujuk ke RS atau puskesmas, siapa mendapat apa. Apakah transportasi, pengantar, keluarga dan darah tersedia bagi keluarga miskin?, dll.

g. Menyepakati mekanisme pembinaan klinis dan manajemen dalam jejaring.

Kabupaten diharapkan merencanakan bagaimana rencana pembinaan dalam jejaringnya. Pembinaan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk misalnya pendampingan, pelatihan, magang, pembinaan spesialis, m learning,

teleconference, Seminar, dll. Bisa pula melibatkan organisasi profesi, JNPK KR, institusi swasta, dll, Bagaimana pembiayaannya, siapa yang membiayai, dll. Pernyataan Kerja Sama akan ditandatangani setelah tata kelola diatur dan disepakati oleh semua jejaring fasilitas dan para pemangku kepentingan yang telah bersepakat untuk memberikan pelayanan rujukan kegawat-daruratan secara terpadu baik oleh institusi swasta maupun pemerintah sesuai dengan peran dan kewenangan serta sesuai dengan situasi setempat.

Dibawah ini akan dilampirkan contoh Perjanjian Kerja Sama antar fasilitas di suatu kabupaten/kota tertentu yang harus disesuaikan oleh pemerintah daerah

setempat sesuai keadaan sarana prasarana dan tenaga kesehatan serta kesepakatan masing-masing.

Kesepakatan dalam penataan jejaring sistim rujukan diatas dapat termuat dalam paragraph di PK atau dimuat sebagai lampiran.

(24)

rujukan bisa dipakai dan dilampirkan pula. Misalnya : apabila sudah ada kesepakatan penyediaan darah, SK pengaturan pelayanan dukun, Kerjasama dengan IBI dalam pelayanan BPS, dll.

Contoh Perjanjian Kerja Sama (PK)

(perlu dilakukan penyesuaian di setiap daerah, karena penataan dan mekanisme

serta kesepatan pasti berbeda tergantung sarana dan prasarana yang ada, geografi,

kultur, politik, social ekonomi, dll.)

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA

Dinas Kesehatan Kabupaten A, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten A

Rumah Sakit Muhammadiyah B, Rumah Sakit Swasta C, Palang Merah Indonesia, Laboratorium Klinik ... , ...

TENTANG

PELAYANAN RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR

No : PK para pihak

Pada hari ini ……… tanggal …… bulan………tahun………, bertempat di……… yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Dr. ...., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten A, yang berkedudukan di ... (alamat Dinkes) dalam hal ini bertindak dalam jabatan

tersebut diatas untuk dan atas nama serta secara sah mewakili Puskesmas X, Puskesmas Y, dan Puskesmas Z Kabupaten A, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA

2. dr. ...., selaku Direktur RSUD Kabupaten A, yang berkedudukan di (alamat RSUD ), dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut di atas untuk dan atas nama serta secara sah memawakili RSUD Kabupaten A, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA 3. dr. ...., selaku Direktur RS Muhammadiyah B, yang berkedudukan di (alamat RS), dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut

di atas untuk dan atas nama serta secara sah mewakili RS ..., selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KETIGA

4. dr. ...., selaku Direktur RS Swasta C, yang berkedudukan di (alamat RS), dalam hal ini bertindak untuk atas nama serta sah mewakili RS Swasta C, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEEMPAT

5. ...PMI 6. ....Lab Klinik Berdasarkan:

1. UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik 2. UU No. 39/2009 tentang Kesehatan 3. UU No. 42/2009 tentang Rumah Sakit

4. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten A tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten A yang memuat sasaran pembangunan Kesehatan Ibu dan Anak

5. Surat Keputusan Kepala Bappeda Jawa Tengah No... tentang Rencana Aksi Daerah untuk Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium (MDGs) yang berisi komitmen pencapaian tujuan empat yaitu penurunan kematian bayi dan tujuan kelima yaitu peningkatan kesehatan ibu;

6. Surat Edaran/Keputusan .... Bupati A tentang peningkatan pelayanan rujukan Kegawatdaruratan Kesehatan Ibu dan Bayi Bari Lahir 7. Hasil pertemuan para pihak tentang PELAYANAN RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR dalam

rangka menurunkan jumlah Kematian Ibu dan Bayi baru lahir pada Tanggal ... yang dilaksanakan di ... Pihak Pertama, Pihak Kedua, Pihak Ketiga, dst yang secara bersama-sama disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK bersepakat untuk melakukan Perjanjian Kerja Sama dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

Pasal 1 Pengertian dan Istilah

a. Ibu adalah ibu hamil, bersalin, dan masa nifas (ibu yang telah melahirkan sampai dengan masa 42 hari); b. Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir umur 0 – 7 hari;

c. Neonatal adalah bayi umur 0 – 28 hari;

d. Kegawatdaruratan adalah kondisi ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi/penyulit yang menyertai atau diperberat oleh kehamilan, persalinan, dan nifas;

e. Sistem rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal, struktural, dan fungsional terhadap suatu penyakit, masalah kesehatan ataupun permasalahan kesehatan; f. Tata kelola klinis adalah penerapan tata kelola yang baik dalam pelayanan medis sesuai standar: manajemen resiko, keterbukaan,

pendidikan dan pelatihan, audit klinis, efektivitas klinis, penelitian dan pengembangan;

g. PONED adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas, Balkesmas); h. PONEK adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit);

i. Angka Kematian Ibu adalah angka yang menunjukkan rasio kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan;

j. Angka Kematian Bayi adalah angka yang menunjukkan rasio kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung kecuali kecelakaan;

(25)

Pasal 2 Maksud dan Tujuan

(1). Para pihak mengadakan Perjanjian Kerja Sama dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan rujukan kegawatdaruratan kesehatan

ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten A secara efektif, efisien, berkeadilan dan menyepakati tata kelola klinik dan non klinis pada wilayah

pelayanan.

(2). Secara khusus tujuan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini adalah:

a) Meningkatkan kualitas pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal pada fasilitas dari tingkat desa yaitu POSKESDES/ POLINDES, Puskesmas, Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK;

b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem rujukan antara fasilitas, termasuk puskesmas PONED dan rumah sakit PONEK

c) Membentuk jejaring kerjasama dan sinergi pelayanan rujukan kegawatdaruratan antar fasilitas PONED dan PONEK sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing.

Pasal 3 Sasaran

Sasaran dari kerjasama tersebut diatas adalah penyelamatan ibu dan BBL sebanyak banyaknya dengan target “zero tolerance” sehingga dapat memberikan kontribusi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) secara nasional sebesar 25%.

Pasal 4

Objek dan Ruang Lingkup Kerjasama

(1). Objek dari Perjanjian Kerja Sama ini adalah bidang kesehatan ibu dan anak, khususnya pelayanan rujukan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

(2). Ruang lingkup kerja sama adalah:

a). Pelayanan kegawatdaruratan kesehatan ibu; b). Pelayanan kegawatdaruratan kesehatan bayi;

c). Pelayanan pendukung, seperti penyediaan darah, ambulans, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. d). Pelayanan horisontal antar fasilitas

e). Pelayanan informasi dan pengaduan masyarakat

(3). Rincian cakupan pelayanan tersebut pada no. (2) diakomodasi dalam maklumat pelayanan masing masing fasilitas sesuai kemampuan dan kewenangan dalam penanganan kegawat-daruratan.

Pasal 5

Organisasi Pengelola Kerjasama

(1). Agar kerjasama jejaring sistem rujukan antara para pihak dapat terkelola secara berdaya guna dan berhasil guna maka perlu dibentuk organisasi pengelola kerjasama yaitu Sekretariat Bersama Jejaring Sistem Rujukan Kabupaten A atau Pokja Jejaring Sistem Rujukan (hanya usulan)

(2). Susunan organisasi, peran dan tanggung jawab Sekber/Pokja Jejaring Sistem Rujukan dijelaskan dalam Lampiran.

(3). Pengurus organisasi diangkat oleh Bupati/Walikota dan operasional Pokja dibiayai oleh Anggaran Daerah atau Sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 6

Mekanisme Jejaring Sistim Rujukan

(1). Puskesmas dan Rumah Sakit dalam Jejaring Sistem Rujukan berkewajiban menyiapkan jaminan kesehatan bagi semua ibu hamil melalui pelayanan antenatal (ANC) dan P4K (Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi);

(2). Setiap pihak berkewajiban melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 perjanjian ini kepada para pihak dalam waktu 2 x 24 jam hari kerja tanpa terlebih dahulu menyelesaikan persyaratan administrasi yang berlaku; mekanisme rujukan antar fasilitas dalam jejaring terlampir

(3). Para pihak berkewajiban melakukan rujukan kasus ke sesama fasilitas yang memiliki tingkat kemampuan yang sama dan kepada fasilitas yang memiliki kemampuan lebih tinggi; Peras, fungsi sesuai kewenangan terlampir, alur rujukan riil terlampir

(4). Para pihak berkewajiban memberikan pelayanan kepada klien kebidanan dan bayi baru lahir yang mengalami komplikasi/penyulit bagi keluarga miskin/kurang mampu dan rentan sesuai standar pelayanan kesehatan yang berlaku; mekanisme pembiayaan jaminan social dalam jejaring terlampir

(5). Para pihak yang telah memberikan pelayanan kepada pasien rujukan berkewajiban memberikan rujukan kembali kepada perujuk dengan memanfaatkan buku KIA; atau cara lain yang disepakati seperti surat rujukan atau sms dll. terlampir

(6). Para pihak berkewajiban untuk menjamin pelayanan transfusi darah apabila diperlukan melalui mekanisme yang ada di Kabupaten setempat, sebagai berikut (contoh prosedur):

• Pihak yang berkepentingan mengajukan permohonan darah menggunankan formulir baku UTDC PMI kepada PMI setempat dengan dilampiri persyaratan ....

• Apabila dalam menangani kasus – kasus komplikasi/penyulit ibu dan bayi baru lahir bagi keluarga miskin/kurang mampu/rentan diperlukan tindakan transfusi darah dan PMI berkewajiban menyediakan darah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku sebelumnya...

(7). Para pihak berkewajiban untuk bekerjasama memberikan pelayanan laboratorium sesuai kemampuan masing-masing; Menata hubungan dengan laboratorium swasta ……. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang tidak ada.

(8). Para pihak berkewajiban menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan pelayanan rujukan;

(9). Para pihak berkewajiban menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pertukaran informasi dan pengetahuan; metoda dan mekanisme komunikasi terlampir.

Pasal 7

Penyusunan Maklumat Pelayanan

(26)

Pasal 8

Pelayanan Informasi dan Pengaduan Sistem Rujukan

(1). Para pihak berkewajiban membuka akses informasi dan layanan penyampaian saran dan pengaduan tentang pelayanan rujukan/ kegawatdaruratan di fasilitas masing-masing

(2). Para pihak berkewajiban memberikan informasi yang diminta dan menindaklanjuti saran dan pengaduan

(3). Para pihak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyediaan akses informasi dan layanan tersebut pada no. (1).

Pasal 9

Pelaporan Kematian Ibu dan Bayi Baru lahir

(1). Para pihak berkewajiban melaporkan kematian ibu dan BBL dalam waktu 3x24 jam ke Dinas Kesehatan setempat. (2). Para pihak berkewajiban melakukan audit medik di fasilitas masing masing.

(3). Para pihak wajib memberikan informasi agar dapat dilaksanakan AMP (Audit Maternal Perinatal) di tingkat kabupaten/kota. (4). AMP wajib dilaksanakan untuk semua kasus kematian ibu dan BBL.

Pasal 10 Rencana Kerja

(1). Para pihak berkewajiban menyusun rencana kerja untuk mendukung pelaksanaan kerjasama dan menindaklanjuti Maklumat Pelayanan. (2). Penyusunan rencana kerja tersebut perlu diintegrasikan dalam District Team Problem Solving (DTPS) dan selanjutnya masuk dalam

prosesperencanaan dan penganggaran daerah

Pasal 11

Pembiayaan dan Sumber Pembiayaan

(1). Pembiayaan yang muncul dari perjanjian kerjasama ini akan dibebankan kepada sumber pembiayaan masing-masing dan sumber- sumber lain yang sah dan tidak mengikat

(2). Institusi Kemitraan Program EMAS “Pemantapan Jejaring Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir” Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan teknis dalam implementasi kerjasama tersebut dengan dukungan dana dari USAID pada masa Proyek berjalan.

(3) Para pihak akan berusaha melaksanakan kesinambungan pada inovasi yang berhasil kedalam anggaran masing masing dari tingkat kabupaten/kota, bantuan provinsi ataupun pusat.

Pasal 12 Jangka waktu perjanjian

(1). Perjanjian kerjasama ini berlaku sejak diberlakukan penandatanganan perjanjian ini sampai dengan jangka waktu yang disepakati oleh para pihak;

(2). Jangka waktu berakhirnya perjanjian ini akan diinformasikan/disampaikan oleh Pihak Pertama kepada para pihak lainnya.

Pasal 13 Penghargaan

(1). Pihak Pertama dan instansi daerah yang berwenang akan melaksanakan penilaian kinerja para pihak dalam pelayanan sistem rujukan kegawatdaruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara berkala;

(2). Pihak Pertama akan mengajukan pemberian penghargaan untuk pihak yang memiliki kinerja terbaik (champion) kepada Pimpinan Daerah atau Kementerian Kesehatan.

Pasal 14 Perselisihan

1). Jika terdapat perbedaan pendapat diantara para pihak mengenai pelaksanaan perjanjian kerjasama ini, maka para pihak akan mengutamakan penyelesaian dengan cara musyawarah yang difasilitasi oleh Pihak Pertama;

2). Apabila para pihak tidak memperoleh penyelesaian dengan cara musyawarah, maka masalah akan diselesaikan melalui lembaga daerah yang berwenang yang akan dihadiri oleh pihak – pihak terkait dalam perjanjian ini;

3). Jika belum dapat diselesaikan melalui lembaga daerah tersebut pada ayat (2), maka penyelesaiannya diserahkan kepada ...; 4). Jika cara terakhirpun masalah tidak dapat diselesaikan maka perselisihan diserahkan kepada Pengadilan Negeri Kabupaten A.

Pasal 15 Lain-lain

1). Jika terdapat kewajiban pembayaran dan atau administrasi lainnya yang belum diselesaikan oleh pihak kesatu pada saat berakhirnya perjanjian ini, maka pihak kesatu akan tetap bertanggungjawab kepada pihak kedua sampai kewajiban tersebut terselesaikan. 2). Demikian surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap tiga diatas materai yang cukup, serta masing –masing ditandatangani oleh pihak

kesatu, pihak kedua dan pihak ketiga, serta mempunyai kekuatan hokum yang sama.

KETENTUAN PENUTUP

(1). Perubahan dan pembatalan, baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan para pihak. (2). Ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini sepanjang tidak bertentangan dengan dasar dan tujuan perjanjian ini dapat disele

saikan dan diputuskan bersama oleh para pihak secara musyawarah mufakat. Tanda tangan PARA PIHAK Mengetahui

Kepala Daerah

Lampiran:

1. Disesuaikan dengan kesepakatan yang tertera diatas 2. SK atau Perda yang sudah ada

(27)

B.

Peran Kelompok Kerja Medis dan Non-Medis

PENGORGANISASIAN TINGKAT KABUPATEN

PROGRAM “EMAS” PEMANTAPAN SISTIM RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR /NEONATUS

1. Latar belakang

Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia sudah menunjukkan penurunan yang cukup berarti selama dasawarsa terakhir, angka SDKI 2007 menunjukkan AKI 228/100.000 kelahiran hidup dan AKN 19/1000 kelahiran hidup. Walaupun demikian, angka ini masih cukup jauh untuk dicapai dalam rangka pemenuhan target capaian MDGs tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup dan masih berada diluar jalur. Sedangkan untuk kematian bayi selama dasawarsa ini kurang menunjukkan penurunan walaupun masih di dalam jalur capaian target MDGs, sedangkan kematian neonatal khususnya bayi baru lahir memberikan kontribusi yang cukup besar.

Berbagai upaya strategis telah dilaksanakan termasuk pendekatan MPS (Making Pregnancy Saver) dimana dikenal tiga kunci utama yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, penyediaan pelayanan kegawat-daruratan dan penyediaan pelayanan Keluarga Berencana. Sejauh ini pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil secara signifikan meningkat dan akan meningkat terus mencapai 100% dengan adanya JAMPERSAL yang merupakan “ universal coverage” bagi semua ibu hamil, bersalin dan nifas termasuk bayi baru lahir/ neonatus. Keadaan ini selain menunjukkan kemajuan juga tetap memprihatinkan, mengingat JAMPERSAL belum dimanfaatkan secara maksimal dan kematian ibu dan bayi baru lahi/neonatus menurun tidak sesuai harapan.

Dengan semakin meningkatnya persalinan di fasilitas maka kematian ibu dan bayi baru lahir/neonatus bergeser ke fasilitas. Keadaan ini diasumsikan bahwa

kemungkinan masih tetap terjadi ketiga keterlambatan penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir/neonatus yaitu terlambat pengambilan keputusan di tingkat keluarga, keterlambatan mencapai fasilitas pelayanan dan keterlambatan dalam pelayanan di fasilitas. Keterlambatan ini sangat terkait erat dengan belum berfungsinya secara efektif, efisien jejaring sistim rujukan kegawat-daruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir/neonatus yang ada.

Untuk itu perlu dilakukan akselerasi penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir/ neonatus melalui pemantapan sistim rujukan kegawat-daruratan. Oleh sebab itu, maka Pemerintah Indonesia melalui bantuan USAID mengembangkan model Program “EMAS” Pemantapan Sistim Rujukan Kegawat-daruratan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir/Neonatus yang akan dibantu implementasinya oleh

Kemitraan 5 institusi yaitu JHPIEGO, Save the Children, RTI (Research Triangle Institute), Muhammadiyah dan LKBK (Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan). Maka diperlukan suatu kelompok kerja khusus yang akan mengawal dan menangani akselerasi di tingkat kabupaten dengan nama :

POKJA PROGRAM “EMAS” PEMANTAPAN JEJARING SISTIM RUJUKAN KEGAWAT-DARURATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR (NEONATUS) Pokja ini akan bertugas melakukan:

• Analisis situasi sistim rujukan kegawat-daruratan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

(28)

• Membuat rekomendasi pemecahan masalah dan usulan rencana kerja yang berasal dari permasalahan klinis mupun non klinis yang muncul dalam jejaring sistim rujukan.

• Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja jejaring sistim rujukan.

• Menindaklanjuti masukan dari masyarakat melalui masukan Forum Masyarakat Madani dan Umpan balik lainnya.

CONTOH.

POKJA Program “EMAS” Pemantapan Jejaring Sistim Rujukan Kegawat-Daruratan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir

(29)

No. Posisi Peran

1 Pelindung Mengarahkan dan membina Tim Pengarah sebagai penanggung-jawab wilayah

2 Pembina Mewakili Pelindung mengarahkan dan membina Tim Pengarah.

3 Tim Pengarah Menentukan kebijakan program, memberi arahan dan bimbingan agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana, dan melaporkan pelaksanaan tugasnya setiap bulannya dalam rapat rutin pimpinan.

4 Ketua POKJA Dapat dipilih Direktur salah satu Rumah Sakit dalam jejaring rujukan swasta maupun pemerintah atau salah satu spesialis terpilih yang bertugas

memimpin Tim kegawat-daruratan jejaring RS dan puskesmas yaitu dalam: • Membahas masalah kematian ibu dan bayi baru lahir dalam jejaring

sistim rujukan pelayanan • Melakukan analisis situasi • Membuat rekomendasi

• Memantau dan membina kekompakan Tim RS dan Puskesmas

Hasil kegiatan akan dikoordinasikan dengan Tim Pendukung dan dilaporkan kepada Tim Pengarah melalui sekretariat Tim Pengarah setiap bulan melalui rapat rutin instansi Tim Pengarah

5 Tim Jejaring Kega-wat-daruratan Rumah Sakit dan Puskesmas

Tim ini akan menjadi Tim POKJA dan bertugas: • Memastikan standar pelayanan dilaksanakan • Memastikan “clinical governance” dilaksanakan • Memastikan rujukan tertangani dengan adekuat • Melaporkan kegiatan pada Tim POKJA

6 Tim Pendukung Tim pendukung di ketuai oleh salah satu Direktur atau Direktur Medis RS dalam jejaring dibantu oleh Wakil Ketua dari Penanggung-jawab Program Pelayanan Kesehatan dan Sekretaris dari Penanggung-jawab Program KIA. Intsitusi Kemitraan Program “EMAS” akan memberikan dukungan tehnis maupun material melalui koordinasi dengan Tim Pendukung.

Tugas Tim Pendukung yaitu:

• Menindak-lanjuti rekomendasi Tim POKJA pelayanan kegawat-daruratan

• Memberikan masukan atau bimbingan kepada Tim POKJA pelayanan kegawat-daruratan sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

• Memantau jalannya pelaksanaan program dan melaksanakan evaluasi di bidang masing-masing

• Menyiapkan perluasan program keseluruh wilayah kerja

• Membantu wilayah lain bila memungkinkan dalam lingkup Indonesia 7 Tim Pakar Tim ini Memberikan masukan sesuai kepakaran yang dibutuhkan kepada

Tim POKJA Kegawat-daruratan sesuai kebutuhan. 8 Forum Masyarakat

Madani • • Memantau jalannya pelaksanaan programMemantau capaian program

• Melakukan analisis masalah dan memberikan umpan balik • kepada Tim POKJA Kegawat-daruratan

• dan Tim Pengarah

• Melakukan advokasi yang dibutuhkan

• Melakukan sosialisasi program ke semua masyarakat Catatan:

POKJA bisa disesuaikan sesuai kebutuhan setempat, misalnya POKJA yang mengutamakan lintas stakeholder bisa disatukan sedangkan TIM teknis gawat darurat yang diharapkan bisa bertemu bulanan dalam mengatasi masalah secepatnya dapat menjadi tim adhoc dari POKJA.

Apabila jejaring sistim rujukan telah berfungsi dengan baik, ada kemungkinan per-an POKJA bisa diambil alih oleh Dinas Kesehatper-an setempat.

(30)
(31)

A.

Pelayanan Rujukan

Pelayanan rujukan dibawah ini dimanfaatkan oleh setiap tingkat pelayanan sesuai kewenangan masing masing untuk mempermudah operasional persiapan pelayanan. Semua standar pelayanan yang tertera dibawah ini mengacu pada standar pelayanan yang ada dan mengacu pada APN, PPGDON, PONED dan PONEK. Standar hanya dapat disesuaikan atau disepakati oleh Organisasi Profesi atau spesialis setempat dalam memberikan kewenangan pada pemberi layanan di bawahnya.

Cara memanfaatkannya adalah sebagai berikut:

Setiap tingkat pelayanan menggunting bagiannya dan ditempelkan di fasilitas masing masing sesuai kewenangannya. Misalnya Bidan di desa/BPS menggunting bagiannya dan tempelkan di Poskesdes/Polindes/Klinik BPS.

Tanda Bahaya dan Stabilisasi Pelayanan, alat obat dan SOP pelayanan di transportasi Puskesmas PONED

Bab IV:

Pelayanan

Rujukan

Kegawat-daruratan

Ibu dan BBL/

Neonatus

(32)

Tanda Bahaya dan Stabilisasi Pelayanan, alat obat dan SOP pelayanan di transportasi

BDD/BPS

1. Komponen Tanda Bahaya

Tanda Bahaya selain yang diketahui ditingkat masyarakat, di tingkat pelayanan setiap jenjang pelayanan mempunyai “tanda bahaya” dimana keputusan merujuk harus diambil.

Tanda Bahaya untuk masing-masing kasus kegawat-daruratan.

Tanda Bahaya Komplikasi Maternal

No Kasus Komplikasi Tanda Bahaya

1 Perdarahan Post

Partum • • Pusing, pucat, nadi cepat, akral dinginKontraksi uterus lembek • Perdarahan tetap mengalir dari jalan lahir • Nyeri tekan perut

• Tanda shock: nadi cepat dan halus (>100x permenit)

• Tekanan darah < 60mmHg

• Pernafasan cepat (respirasi> 32xpermenit) • Pucat (konyungtiva palpebral, telapak tangan,

bibir)

• Berkeringat, gelisah, apatis/bingung atau pingsan/tak sadar.

2 Partus Lama • Ibu kelelahan

• Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada pada partograf

• Pembukaan serviks tidak disertai dengan penurunan bagian bawah janin

(33)

3 PEB dan Eklamsi • Nyeri kepala hebat tidak hilang dengan analgetik biasa

• Penglihatan kabur • Hiperrefleksia • Nyeri ulu hati

• Tekanan darah diastolik ≥90mmHg • Proteinuri +2 atau lebih

4 Sepsis Puerperalis • Demam dg suhu >38° C • Menggigil atau berkeringat • Lokhia berbau sampai nanah • Uterus nyeri tekan

• Sumber infeksi: luka perineum, metritis, luka operasi, mastitis

Tanda Bahaya Komplikasi Neonatus

No Kasus Komplikasi Tanda Bahaya

1

Asfiksia

• Merintih

• Tidak bernafas/bernafas megap-megap • Sianosis

• Pucat

• Letargi/tonus otot menurun

Sepsis

• Apnea, takipnea dan sianosi

• Suhu tidak stabil, penurunan suhu lebih sering <35,5°C, hipotermia atau hipertermia

• Aktifitas menurun

• Rewel gelisah, tidak mau menetek • Tidak dapat minum

• Toleransi asupan yg buruk

• Muntah, diare, distensi abdomen, ileus dan sulit minum, hepatomegali

• Syok • Purpura

• Ubun-ubun menonjol atau penuh

Prematur/BBLR

• BBL<2000gr. Ibu Hamil dengan Persalinan Prematur perlu dirujuk segera dengan janinnya.

• Terdapat tanda prematuritas (Usia kehamilan kurang dari 36 minggu). Semua bayi dg BBL <2000gr harus dirujuk ke fasilitas kesehatan • BBL<2500gr dengan komplikasi

(34)

Response Time Untuk Stabilisasi Komplikasi Maternal No Kasus Bidan di Desa/

BPS Puskesmas PONED Rumah SakitPONEK Rumah SakitPONEK + ICU

1 HPP_SYOK SEGERA Ditangani , jika tidak ada kemajuan rujuk SEGERA

Ditangani, Jika perdarahan tetap berlangsung, syok tidak teratasi siapkan OK

Kolaborasi dg ICU SEGERA

2 PEB/Eklampsi SEGERA Persalinan dalam 6 jam untuk Eklampsi Dan 12 jam untuk PEB

Persalinan dalam

24jam Persalinan dalam 24 jam

3 Sepsis Kurang dari 1

hari SEGERA(Dimaksudkan adalah tidak ada penundaan dalam melakukan work-up dan terapi pada kasus infeksi)

SEGERA SEGERA

Response Time Komplikasi Neonatus

No Kasus Bidan di Desa/BPS Puskesmas

PONED Rumah SakitPONEK Rumah SakitPONEK + ICU

1 Asfiksia (PONED) SEGERA Resusitasi 2-3 menit SEGERA Resusitasi 10 menit SEGERA Resusitasi 10 menit SEGERA Resusitasi 10 menit + tergantung komplikasi 2 Sepsis SEGERA Setelah ditegakkan diagnosis Sepsis (Gunakan Katagori Acuan PONED hal 12-4) terus dirujuk CEPAT 5-10 menit Untuk menegakkan diagnosis yang dilanjutkan dengan intervensi CEPAT 5-10 menit untuk menegakkan diagnosis yang dilanjutkan dengan intervensi CEPAT 5-10 menit Untuk menegakkan diagnosis yang dilanjutkan dengan intervensi 3 BBLR SEGERA Setelah distabilisasi secara perawatan neonatal esensial selama 2 menit dirujuk dengan dibungkus plastik (hanya pada bidan yang terlatih)

SEGERA

Status ditegakkan dalam waktu 2 menit kemudian di kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya SEGERA Status ditegakkan dalam waktu 2 menit kemudian di kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya SEGERA Status ditegakkan dalam waktu 2 menit kemudian di kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya

(35)

2. Komponen Stabilisasi

Komponen stabilisasi, merupakan komponen yang sangat penting bagi semua penolong komplokasi ibu dan BBL/neonatus dan harus dilaksanakan di setiap tingkat pelayanan dari mulai di tingkat BDD/BPS sebelum melaksanakan rujukan, karena berkontribusi dalam penyelamatan ibu dan BBL/Neonatus.

Setelah melaksanakan stabilisasi maka penolong persalinan atau BBL/neonatus harus mengantar kasus ke sasaran fasilitas rujukan dengan kemampuan diatasnya. Persiapan stabilisasi ini perlu ditempel di dekat tempat pertolongan dilaksanakan, agar pemberi layanan dapat dengan cepat dan tepat memberikan pertolongan stabilisasi bila tanda bahaya muncul.

Stabilisasi Komplikasi Maternal

NO Kasus Pelayanan

Di Bidan di Desa/BPS Puskesmas

NON-PONED PuskesmasPONED

1 HPP_SYOK Kolaborasi bidan Diagnostik

Pasang infus 2 jalur

(Ringer Laktat atau garam fisiologis) 1 liter dalam 15-20 menit

Bebaskan jalan nafas dengan pembersihan material penyumbat Persiapan donor Persiapan rujukan

Diagnostik

Pasang infus 2 jalur

(Ringer Laktat atau garam fisiologis) 1 liter dalam 15-20 menit

Uterotonika (dosis?) Bebaskan jalan nafas dengan pembersihan material penyumbat Beri Oksigen Persiapan rujukan Diagnostik Pasang 2 jalur iv Uterotonika

Tatalaksana sesuai kausa (Atonia Uteri, Robekan jalan lahir, retentio plasenta, sisa plasenta) Persiapan rujuk

(36)

2 Identifikasi tanda bahaya, Oliguria <400cc/24jam Kolaborasi bidan MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit Lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc Ringer Lactat/ Ringer Acetat

15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit

Pasang infus RL dengan Jarum ukuran 16 atau lebih dan maintenance MgSo4 1 gr selama 24 jam.

Pasang Peralatan penan-ganan kejang

Goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O2. 4-6 liter/menit

Diagnosis klinik Dosis awal MgSO4 MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit

Lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc Ringer Lactat/Ringer Acetat 15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit

Nifedipin jk TD ≥140/90 5-10mg bisa diulang 8x/24jam

Pasang infus RL dengan Jarum ukuran 16 atau lebih

maintenance MgSo4 1 gr selama 24 jam.

Pasang Peralatan penanganan kejang Goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O2. 4-6 liter/menit

Diagnosis klinik Dosis awal MgSO4 MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit

Lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc Ringer Lac-tat/Ringer Acetat 15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit Nifedipin jk TD ≥140/90 90 5-10mg bisa diulang 8x/24jam

Pasang infus RL

dengan Jarum ukuran 16 atau lebih maintenance MgSo4 1 gr selama 24 jam.

Percepat kala2 VE Rujuk bila memburuk Pasang Peralatan penanganan kejang Goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O2. 4-6 liter/menit 3 Maternal Sepsis Identifikasi tanda bahaya

Kolaborasi bidan Diagnosis kerjaHidrasi IV

Antibiotika lini pertama: Ampisilin 2 gr + Gentamisin80mg dan Metronidazol 500mg IV Rujuk Diagnosis Hidrasi IV

Antibiotika lini pertama Ampicillin 2 Gram IV setiap 6 jam + Gentamycin 5 mg / kg BB IV tiap 24 jam + Metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam

Tindakan sesuai cause gagal

(37)

Stabilisasi Komplikasi Neonatus

NO Kasus Pelayanan

Di Bidan di Desa/BPS Puskesmas

NON-PONED PuskesmasPONED

1 Asfiksia Setelah Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia (APN hal 141). VTP 3-5x30 detik, bayi masih merintih/blm nafas spontan rujuk sambil VTP. Bila setelah 3 menit, tidak bernafas spontan/denyut jantung - (gagal resusitasi) Rujukan Antepartum ter-baik.

Setelah Manajemen Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia (Bagan Alur B Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial hal 5)

VTP 30 detik, bayi masih merintih/blm nafas spontan rujuk sambil VTP. Bila setelah 3 menit, tidak bernafas spontan/denyut jantung - (gagal resusitasi) Rujukan Antepartum terbaik. Setelah Resusitasi Neonatus (Bagan 9-1 Tahapan resusitasi Acuan PONED hal 9-9).

2 Sepsis

(cari Pedoman, gunting dan tempel)

Identifikasi oleh keluarga/ bidan berdasarkan Hasil Pemeriksaan Neonatus (Buku KIA hal 49 dan MTBM)

Penegakan diagno-sis Sepdiagno-sis dan berikan antibiotik IM sesuai berat badan (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial hal 26 dan hal 40)

Penegakan Diagnosis Sesuai Tabel 12-1 hal 12-3 dan Pemberian Antibiotika lini pertama Tabel 12-2 Buku Acuan PONED.

Jika ada komplikasi, rujuk ke Rumah Sakit setelah keadaan stabil. 3 BBLR/ Prematur Identifikasi oleh keluarga/

bidan berdasarkan tanda-tanda fisik dan hasil timbangan SEGERA dirujuk setelah dilakukan

Perawatan Esensial Neonatus dan dirujuk dengan tetap

mempertahankan

kehangatan tubuh BBLR/ Prematur

Pemeriksaan Status Neonatus dan Perawatan Esensial Neonatus

kemudian segera di rujuk dengan tetap mempertahankan k ehangatan tubuh BBLR/ Prematur Pemeriksaan Status Neonatus, jaga kehangatan neonatus, jaga jalan napas tetap bersih dan terbukam kelola gangguan nafas (jika ada), hentikan kejang dengan anti konvulsan jika ada, pasang jalur IV berikan cairan serta kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya (Acuan PONED hal 8-4)

(38)

3. Komponen Konseling

Sebagai pendengar yang baik akan

diperoleh beberapa hal yakni: 1. Informasi yang sebanyak-banyaknya atau selengkapnya dari Klien atau suami dan keluarganya yang merupakan kekuatan untuk menentukan dan menetapkan permasalahan atau diagnose Klien.

2. Menghindarkan petugas kesehatan dari kesalahan yang mebuat kesan bahwa sebagai petugas kurang mampu, kurang trampil dan tidak professional.

3. Memberikankan kesan bahwa Klien ,suami dan keluarganya diberlakukan sebagai orang penting yang diperhatikan yang memberi rasa kebahagiaan bagi mereka.

Teknik sederhana berkomunikasi

efektif Bagi Petugas 1. Mengulangi dan mepertegas : dengan mengulangi dan menyatakan kembali informasi yang disampaikan klien dengan kata-kata sendiri, klien, suami dan atau keluarga memastikan bahwa kita mengerti dan memahami tentang dirinya. Berikan kesempatan klien untuk mengkoreksi dan mengulangi.

2. Mengajukan pertanyaan: dengan mengajukan pertanyaan untuk memberi dukungan dan dorongan serta memastikan pemahaman terhadap pikiran, perasaan klien dan

keluarganya. Tahap-tahap yang dilakukan pada

konseling/komunikasi interpersonal agar dapat memberikan kepuasan pada klien antara lain:

1. Berikan salam dengan ramah, hangat dan bersahabat. 2. Tunjukkan senyum yang tulus

3. Sapa klien, suami daan keluarga pada sat pertemuan pertama 4. Tunjukkan kesedIaan untuk membantu

5. Bertindak sesuai dengan apa yg dikatakan. 6. Berikan bantuan dengan bersikap hati-hati dan

sungguh-sungguh

7. Berikan pujian pada klien sesuai dengan kondisinya 8. Buatlah klien merasa penting dan dihargai

9. Layani sebaik mungkin sejak awal, pertengahan, hingga akhir. 10. Dalam tindakan rujukan berikan rasa mana dan nyaman.

(39)

Komplikasi Maternal

Perdarahan Ante

dan Post Partum • Ibu…(sebut nama ibunya ) sudah sejak jam… ibu mengeluarkan darah segar, sedang tanda-tanda melahirkan belum ada!Hal seperti ini tidak normal ibu! Keadaan janin dalam kandungan ibu saat ini masih baik, maka kita mau agar janin/bayi/ anak dalam kandungan ibuharus segera diselamatkan dan ibu sendiri juga selamat. Oleh karena itu kita harus segera memperoleh pertolongan yang cepat dan tepat. Pertolongan hanya dapat di Rumah Sakit besar.Bagaimana pendapat ibu? Setuju ya ibu!...bila ibu sudah jelas dan setuju kita lanjutkan dengan tanda tangan per-setujuan tindakan (informed consent )

• Bidan/ Nakes menyampaikan kepada suami klien sebagai berikut: Bapak ini suami dari ibu…….(sebut nama ibunya) bahwa saat ini istri bapak keadaannya/ kondisi mengeluarkan darah. Sudah mulai sejak jam……. jam berapa ya pak ?(tanyakan keadaan sebelum dibawa ke Puskesmas) . Bapak kalau ibu mengeluarkan darah segar seperti sekarang dapat membahayakan si ibu dan janin. Persalinan hanya dapat berlangsung di Rumah Sakit.. Oleh karena itu kita membutuhkan

pertolongan yang cepat dan tepat dan pertolongan itu hanya dapat kalau kita segera bawa ke Rumah Sakit yang memiliki sarana memadai yakni ke RS……… di ………. Kami minta supaya bapak/ keluarga siap untuk berangkat ke Rumah Sakit. Dan kami akan segera persiapkan

• Bidan memberi penjelasan kepada Klien( dengan perdarahan karena Atonia Uteri) bahwa: Ibu telah melahirkan dengan selamat, bayi (L/P) sehat , ari-ari sudah lahir, sudah diberikan suntikan dan pasang infuus untuk menghentikan perdarahan, tetapi perdarahan masih terus banyak (lebih 500 ml). walau sudah diberi suntikan, sudah dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan tapi darah masih mengalir. Untuk itu ibu harus segera dirujuk/diantar ke Rumah Sakit……….. agar mendapat pertolongan yang cepat dan tepat demi meneyelamatkan jiwa ibu. • Untuk Klien dengan (Retensio Plasenta dengan perdarahan manual tidak berhasil/

plasenta restan). Beri penjelasan kepada ibu/Klien bahwa anak telah lahir (L/P ) dengan selamat, ari-ari sudah di upayakan untuk lahir namun belum/tidak berhasil. Untuk memperoleh pertolongan dengan cepat kita harus segera merujuk/ membawa ibu ke Rumah Sakit ……….agar segera memperoleh tindakan penyelamatan nyawa ibu. Kami minta bapak dan atau keluarga bersiap agar kita berangkat segera:

Kemungkinan

Yang terjadi • Bila lebih cepat tiba di Rumah Sakit akan cepat memperoleh pertolongan dan lebih baik. • Bila lebih lama, kemungkinan perdarahan lebih banyak akan mengancam nyawa

ibu dan janin.

• Kekurangan darah kemungkinan memerlukan dukungan tambahan darah. ( Perlu persiapan orang –orang sebagai donor) Apakah ada anggota keluarga atau tetangga yg sudah pernah didaftar/ dicatat sebagai calon pendonor darah pada waktu kehamilan (lihat buku KIA dan Stiker/daftar calon donor)

(40)

Tujuan rujukan • Melihat keadaan Ibu…(sebut nama ibunya ) sudah sejak jam… (lihat hasil

anamnesa) ibu telah mengeluarkan darah segar, sedang tanda-tanda melahirkan belum ada, yakni mules yang makin lama makin sering dan makin kuat dan disertai dengan keluarnya lendir dan sedikit darah dari jalan lahir. Sekarang ibu merasakan mules sedikit disertai keluarnya darah segar, bahkan tanpa mules ada keluar darah juga, hal seperti ini tidak normal dan tidak baik bagi kesehatan janin dalam kandungan dan kesehatan ibu! Keadaan janin dalam kandungan ibu saat ini masih baik, maka kita mau agar janin dalam kandungan ibu harus segera

diselamatkan dan ibu sendiri juga selamat.Oleh karena itu kita harus segera memperoleh pertolongan yang cepat dan tepat. Pertolongan hanya dapat di Rumah Sakit besar.

Kemungkinan Layanan/ tindakan

• Bapak dan Ibu kami ingin menjelaskan bahwa dengan keadaan ibu seperti

sekarang ini kita mengharapkan apabila ibu segera didirujuk akan dapat tertolong dengan secepatnya, sehingga ibu dan anak akan dapat diselamatkan. Bagaimana pun pendapat bapak dan ibu, kami percaya bapak dan ibu juga sependapat dengan kami.kita berharap dan berdo’a persalinan berjalan normal , namun dalam keadan yang paling sulit ada kemungkinan tidak dapat dengan cara biasa atau cara normal sehingga harus dengan tindakan.

• Kami perlu sampaikan kemungkinan- kemungkinan tindakan yang akan dilakukan di Rumah Sakit adalah melahirkan janin dengan cara operasi ( masyarakat sering menyebut bedah Caesar).

Kemungkinan

Risiko • Selama perjalanan ke Rumah Sakit seyogianya ibu tidak makan lagi, minum sekedar saja apabila rasa haus, supaya bila dilakukan tindakan ibu tidak muntah, yang dapat mengakibatkan aspirasi atau terganggu jalan pernafasan ibu.

• Kemungkinan bayi lahir berat badannya kurang dari normal ( normal 2.500 – 3.000. gr) bila berat badan bayi kurang dari 2.500. gr, bernafas kurang baik, dan daya hisap kurang baik, memerlukan perawatan khusus.

• Kemungkinan dengan tindakan pembedahan memerlukan tambahan darah yang lebih banyak. Sehingga diperlukan beberapa orang sebagai donor darah

• Perawatan ibu dan bayi kemungkinan akan lebih lama dari kelahiran normal, bila semua berjalan lancar perawatan/ rawat inap antara 3-5 hari.

Prognosis

PB dan Eklamsi • Bidan / Petugas Kesehatan menjelaskam kepada suami/keluarga bahwa keadaan kesehatan si ibu/ istrimya yg dengan kehamilanya disertai kaki bengkak, tekanan darah yang tinggi , hasil pemeriksaan laboratorium bahkan rasa nyeri pada ulu hati merupakan suatu keadaan yang tidak baik dan kemungkinan sangat membahyakan nywa ibu dan janin dalam kandungan. Oleh karena keadaan seperti ini harus memperoleh pertolongan yang cepat dan yang tepat maka hanya dengan membawa ibu ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang cukup untuk segera mendapat pertolongan.. Apabila kita menunggu atau menunda ibu bisa mengalami kejang dan kejang sangat membahayakan. Bila bapak siap kami akan

menyiapkan untuk rujukan. Kemungkinan

Yang terjadi • Bila kita segera mendapat pertolongan/ kalau lebih cepat tiba di Rumah Sakit akan cepat memperoleh pertolongan dan ibu dan janin dapat ditolong dan selamat • Bila lebih lama, atau kita menunda kemungkinan terjadi kejang pada ibu, dan bila

terjadi kejang yang akan mengancam nyawa ibu dan janin.

• Tindakan yang akan dilakukan kemungkinan memerlukan dukungan tambahan darah. Perlu mempersiapan orang –orang apakah anggota keluarga atau tetangga yg sudah pernah didaftar/ dicatata sebagai calon pendonor darah pada waktu kehamilan.

Referensi

Dokumen terkait

&#34;elain menggunakan diagram panah dan kartesius1 sebuah relasi yang menghubungkan himpunan yang satu dengan himpunan lainnya dapat disajikan dalam bentuk himpunan

Hal ini karenakan masyarakat yang sering kali tidak melengkapi berkas dan setelah diverifikasi dalam datanya ternyata sering didapati masyarakat yang akan membuat

Tingkat kepentingan aplikasi e-SPT sangat berpengaruh positif bagi para penggunannya (user) karena Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman karena lampiran dalam

Siklus ilmiah tersebut menunjukkan tidak ada perubahan paradigma tanpa didahului krisis, namun demikian, paradigma sebelumnya yang dianggap tidak mampu menjawab persoalan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratistha (2014) menunjukan dari hasil penelitian tersebut bahwa kehilangan independensi seorang auditor akan berimbas terhadap

Unit penelitian yang penulis ambil di bagian Analisis Rawat inap adalah Analisis Kebutuhan Petugas Analisis Kelengkapan RM dengan Menghitung Beban Kerja

Pada suatu ketika Nabi Musa berkata kepada orang-orang Israel, “Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan

Sebagai contoh, kita tidak dapat membuat dua buah BEFORE UPDATE trigger pada satu buah tabel yang sama, namun kita dapat membuat trigger BEFORE UPDATE dan AFTER