• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI MTs N 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI MTs N 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)EFEKTIVITAS KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI MTs N 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017. Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Bimbingan Konseling. OLEH: MARINA SARI NPM. 1211080059. Jurusan: Bimbingan Konseling. FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS LAMPUNG NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2017 M.

(2) EFEKTIVITAS KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI MTs N 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017. Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Bimbingan Konseling. Olah:. MARINA SARI NPM.1211080059. Jurusan : Bimbingan Konseling. Pembimbing I Pembimbing II. : Andi Thahir, M.A., Ed.D : Hardiyansyah Masya, M.Pd. FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2017 M.

(3) ABSTRAK EFEKTIVITAS KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh : MARINA SARI Media sosial sebagai sarana penghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi yang tidak terpaut ruang dan waktu. Gangguan kecanduan media sosial yang terjadi pada peserta didik kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung berpengaruh pada penurunan daya serap peserta didik pada materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dan minat belajar peserta didik juga mengalamai penururnan. Rumusan masalah yang diajukan adalah apakah konseling kognitif perilaku efektif dalam menangani gangguan kecanduan media sosial pada peserta didik kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017?. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa efektivitas konseling kognitif perilaku dalam menangani gangguan kecanduan media sosial pada peserta diidk kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung dan untuk memberikan informasi kepada peserta didik dampak negatif dari gangguan kecanduan media sosial melalui layanan konseling kognitif perilaku. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pre-Eksperimental Desaign dengan bentuk one group pretest-posttest, penelitian ini membandingkan keadaan sampel sebelum dan sesudah diberikan treatment. Subyek penelitian kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 15 peserta didik. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner dampak negatif dan positif kecanduan media sosial yang teridri dari 20 pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala Likert. Hipotesis menggunakan uji tes- t, dengan taraf signifikansi 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 17.00 for windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung = 4.136 > ttabel = 2.048. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media sosial memberikan dampak negatif ketergantungan yang menyebabkan peserta didik kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran. Eektifitas konseling kognitif perilaku ditandai dengan meningkatnya pemikiran positif dan menurunnya pemikiran negatif pada diri peserta didik yang diakibatkan keterganguangan seperti merasa asyik dengan internet, perlu tambahan waktu menggunakan internet, tidak mampu mengontrol penggunaan internet, merasa gelisah dan lekas marah, mengakses internet lebih lama, kehilangan orang terdekat, membohongi orang sekitar, dan menggunakan internet sebagai jalan keluar. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan nilai pretest-dan postest. Kata kunci: Bimbingan, Konseling Kognitif Perilaku, Kecanduan Media Sosial, Dampak Negatif.

(4)

(5)

(6) MOTTO.                    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Maidah ayat).1. 1. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahan ( Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 123.. v.

(7) PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabil alamin Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda cinta, sayang, dan hormat tak terhingga kepada: 1. Kedua orang tuaku yang selalu ada dikala suka dan duka sahabat terbaik dalam hidup ini, pendengar yang setia dan motivator terhebat untukku, dan selalu memberikan semangat, dorongan, kebahagian, untukku dan kesetiaan serta pengorbanan jiwa, raga, dan hartanya untuk kebahagiaan kami. 2. Kakakku Arizal Syahmin, Aristo, Syahrul, dan juga kedua adikku Suherman, dan Ariyansah, yang senantiasa menjadi peyemangat dan selalu mengingatkan, memotivasi, dan yang paling penting selalu mendoakan disetiap langkah dan usahaku. 3. Almamaterku Tercinta UIN Raden Intan Lampung.. vi.

(8) RIWAYAT HIDUP Peneliti dilahirkan didesa Banjarratu, 01 Agustus 1990 sebagai anak ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Abdurrahman dan Ibu Ratna Juwita. Peneliti mulai merasakan pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) Negri 1 Pagar Lampung Utara dan lulus pada tahun 2004, kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Way Pengubuan Lampung Tengah lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Way Pengubuan Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2012, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung melalui jalur seleksi penerimaan Mahasiswa baru (SPMB). Kegiatan yang pernah peneliti ikuti adalah menjadi Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan, (KAMMI), Badan Pembinaan Dakwah UIN (UKM-BAPINDA) dan fakultas (UKMF IBROH), Persatuan pemuda lampung tengah (PERSADA).. vii.

(9) KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul “Efektivitas Konseling Kognitif perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017” dapat diselesaikan. Solawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, pengikutpengikutnya yang setia. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Strata Satu (SI) Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.P.d). Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tak lupa dihaturkan terima kasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terima kasih ini disampaikan kepada : 1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya. 2. Andi Thahir, MA, Ed. D selaku ketua jurusan bimbingan dan konseling sekaligus pembimbing 1 yang telah banyak membantu, membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.. viii.

(10) 3. Bapak Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan. Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lamung. 4. Hardiyansyah Masya, M.Pd selaku pembimbing II yang tak kenal lelah membimbing, memotivasi, memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini, walaupun banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang bapak emban tetapi selalu menyempatkan waktunya untuk proses penyelesian skripsi ini. 5. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama menuntut ilmu di Jurusan Bimbingan dan Konseling UIN Raden intan Lampung. Terimakasih atas ilmunya yang sangat bermanfaat. 6. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, khususnya Jurusan Bimbingan dan Kosneling Terimakasih. 7. Drs. Akhyarulloh, M,M selaku kepala sekolah MTs N 1 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian disekolah tersebut. Serta terimakasih kepada Dra, Zaukat jauhari, Munkhalidah S.Pd, Misnawati S.Pd, Qodri S.Pd, selaku guru Bimbingan dan Konselingyang telah memdampingi serta memberikan informasi sehingga kebutuhan data yang diperlukan selama melakukakn penelitian dapat terpenuhi 8. Kedua oran tuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan, pengorbanan dan selalu mendoakanku.. ix.

(11) 9. Reni Wijayanti S.Pd yang membantu dan memotivasiku untuk pertama kali untuk mulai mengerjakan skripsi ini, dan sahabat-sahabat dan rekan-rekan di Jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 khususnya Santri Ayu S.Pd, Marya Listiana S.Pd, Laila Fitriani S.Pd, Daniati S.Pd, Theresia Devi Arifyanti S.Pd, Lenny Marlina S.Pd, Salbiyatun Khusna, Atik Faauziah, Yan Yuarti terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 10. Munkhalidah S.Pd selaku pamong pada saat PPL terimakasih atas kebaikan dan bantuannya dan doa motivasinya selama ini. Bandar lampung, Oktober 2017 Peneliti. MARINA SARI NPM: 1211080059. x.

(12) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ABSTRAK .......................................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. LEMBAR PERSEMBHAN ............................................................................... MOTTO .............................................................................................................. PERSEMBAHAN................................................................................................ RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ KATA PENGANTAR........................................................................................ DAFTAR ISI...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR GAMBAR............................................................................................ i ii iii iv v vi vii viii xi xiii xiv. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1. B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 13. C. Batasan Masalah............................................................................ 14. D. Rumusan Masalah ......................................................................... 14. E. Tujuan Penelitian........................................................................... 15. F. Manfaat Penelitian......................................................................... 15. G. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 16. BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling Kognitif Perilaku ....................................................... 17. 1.. Pengertian Konseling Kognitif Perilaku ............................. 17. 2.. Tujuan Konseling Kognitif Perilaku .................................... 19. 3.. Proses Konseling Kognitif Perilaku..................................... 20. 4.. Intervensi Terapeutik ........................................................... 22. B. Gangguan Kecanduan Media Sosial.............................................. 24. 1.. Pengertian Kecanduan.......................................................... 24. 2.. Perilaku Kecanduan Permainan Internet.............................. 25. xi.

(13) 3.. Kreteria Perilaku Kecanduan Media Sosial ......................... 26. 4.. Jenis-jenis Perilaku Kecanduan Permainan Internet............ 27. 5.. Dampak Perilaku Kecanduan Permainan Internet ............... 28. 6.. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Kecanduan Permainan Internet ................................................................................ 31. C. Penelitian Relevan .......................................................................... 32. D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 34. E. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 36. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................. 37. B. Desain Penelitian ........................................................................... 37. C. Variabel Penelitian ......................................................................... 41. D. Defenisi Operasional ...................................................................... 42. E. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 44. F. Pengembangan Instrumen Penelitian ............................................ 44. G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 48. H. Uji Instrumen................................................................................. 50. I.. 53. Teknik Analisis Data ..................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................. 57. B. Pembahasan .................................................................................. 75. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................... 79. B. Saran .............................................................................................. 79. DAFTAR PUSTAKAN LAMPIRAN xii.

(14) DAFTAR TABEL 1. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian ............................................... 2. Gambaran Kecanduan Internet pada Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung ............................................................................. 3. Defenisi Operasional....................................................................................... 4. Skor Alternatif Jawaban................................................................................. 5. Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Gangguan Kecanduan Media Sosial .......... 6. Hasil Uji Normalitas Data Gangguan Kecanduan Media Sosial ................... 7. Hasil Uji Homogenitas Data Gamngguan Kecanduan Medias Sosial........... 8. Gambaran Umum Gangguan Kecanduan Media Sosial Kelas VII MTs N 1 Bandar Lmapung ............................................................................ 9. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Indikator Merasa Asyik dengan Internet ...................................................................... 10. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Perlu Tambahan Waktu dalam Mengganggu Internet ................................... 11. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Tidak Mampu Mengontrol Pengguna Internet.............................................. 12. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Merasa Gelisah, Murung dan Lekas Marah.................................................... 13. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Mengakses Internet Lebih Lama.................................................................... 14. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Membohongi Keluarga, Terapis, dan Orang Terdekat .................................. 15. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Gangguan Internet Sebagai Jalan dari Masalah.............................................. 16. Gambaran Gangguan Kecanduan Media Sosial pada Indikator Mengganggu Internet Sebagai Jalan dari Masalah ........................................ 17. Hasil Uji t Gangguan Media Sosial pada Peserta Didik Sebelum dan Sesudah diberikan Internet....................................................................... xiii. 9 10 45 54 55 55 58 60 61 62 62 63 64 65 66 67 74.

(15) DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Berfikir ........................................................................................... 35. 2. Pre-Eksperimenal Desaign dengan bentuk One Group Pretest Posttest Desaign ................................................................................. 38. 3. Hubungan Antar Variabel ............................................................................... 41. xiv.

(16) 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini teknologi berkembang pesat baik teknologi komunikasi maupun informasi. Berbagai bentuk informasi dari seluruh penjuru dunia dapat langsung diketahui berkat adanya teknologi. Teknologi komunikasi yang semakin modern, sangat memudahkan manusia untuk berinteraksi dan bersosalisasi dengan menggunakan teknologi internet. Internet di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, dengan internet manusia dapat terhubungan dan berkomunikasi dengan manusia lain di seluruh belahan dunia. Penggunaan nternet saat ini sangatlah mudah dan dapat digunakan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Kemajuan teknologi tersebut menyebabkan munculnya berbagai macam situs jejaring sosial dalam media sosial yang bisa diakses secara online melalui sambungan internet. Media sosial sebagai alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara individu dengan individu lain. Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi, karena dalam bersosialisasi tidak ada batasan ruang dan waktu, seseorang dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun berada. Tidak dapat dipungkiri media sosial mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan masa kini..

(17) 2. Hampir seluruh manusia di berbagai belahan dunia mengetahui dan memahami serta menggunakan media sosial karena kepopulerannya. Sebagian besar pengguna media sosial berasal dari kalangan remaja usia sekolah. Facebook, twitter, instagram adalah sebagian kecil contoh dari situs media sosial yang ada di internet, situs tersebut dapat memuat atau menyediakan data atau informasi dari si pengguna media sosial. Data itu antara lain nama, alamat, pendidkan, pekerjaan dan data demografis lainnya, serta hobi dan kecenderungan lainnya. Mempelajari profil di facebook, seseorang akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap orang lainnya. Facebook yang merupakan media sosial online yang paling fenomenal dan popular dikalangan remaja dilengkapi dengan banyak fasilitas untuk berinteraksi, mulai dari email, berbagi foto, bahkan hingga chat. Saat ini fitur game online pun menjadi daya tarik utama dari usia anak dan remaja. Facebook didirikan pertama kali pada tanggal 4 Februaru 2004 oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Harvard. Situs jejaring sosial ini sangan popular dan digandrungi oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Luasnya jaringan yang dibuat facebook membuat pengguna berfikir untuk memanfaatkannya tidak hanya untuk mengunggah foto, mamperbaharui status dan lainnya, namun digunakan juga untuk mecari keuntungan dengan membuat.

(18) 3. bisnis secara online, pendidikan hingga kriminalitas. Facebook juga dapat menyebabkan ketergantungan bahkan kecanduan bagi penggunannya.1 Menurut Yanuardi, bahaya facebook yang paling membahayakan bagi pengguna adalah menjadikan pengguna tersebut kecanduan. Fenomena ini juga menyerang anak muda yang masih duduk di bangku sekolah dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi tidak memandang jenis kelamin hampir sebagian besar mempunyai akun facebook. Keasyikan mereka dalam menggunakan facebook sering sekali menjadikan mereka malas bahkan lupa terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai peserta didik yaitu belajar. Tidak hanya malas dan meninggalkan kewajibanya sebagai peserta didik yakni belajar, di dalam kelas saat pelajaran berlangsung tidak jarang peserta didik mengoperasikan handphone-nya untuk bermain facebook yang tertangkap oleh guru-gurunya. Bahkan ada yang rela membolos hanya ingin update status, atau bermain facebook. Terbukti tempat-tempat internet atau yang sering disebut warnet pada jam sekolah banyak peserta didik yang mengisi warnet tersebut dengan bermain facebook.2. 1. Hafidz Azizan, 2016, Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Ketergantungan Madia Sosial Pada Siswa Di SMK Negeri 1 Bantul. Tersedia di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fipbk/article/viewFile/3295/2991 (Diakses 6 Desember 2016) 2 Beni Triantoro, 2013, Penerapan Konseling Kelompok Behavioral Dengan Teknik Self Management Untuk Mengurangi Kecanduan Facebook Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negri 2 Nganjuk, Tersedia di http://ejournal.unesa.ac.id/article/8860/13/article.pdf (diakses 6 Desember 2016 ukul 09.30).

(19) 4. Hal ini tentu saja mempengaruhi konsentrasi dan prestasi belajar peserta didik. Padahal suatu prestasi itu bukan suatu yang dimiliki atau didapat oleh seorang peserta didik dengan begitu saja, melainkan perlu dengan adanya usaha untuk mencapainya. Jika peserta didik asyik bermain atau terkena virus (kecanduan) facebook bagaimana dengan waktu belajarnya, yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya prestasi peserta didik. Individu yang memiliki keterampilan sosial yang kurang, akan menggunakan internet untuk memenuhi kebutuhannya akan persahabatan. Individu yang menggunakan media sosial atau game online akan mendapatkan harapan dan tekanan dari teman-teman sesama pengguna internet, untuk melibatkan diri lebih jauh ke dalam beragam aktivitas online. Faktor lainnya adalah faktor budaya seperti tekanan masyarakat untuk menjadi masyarakat yang selalu menggunakan teknologi terdepan atau adanya keharusan untuk menggunakan internet dalam bekerja. Faktor ini dapat mendorong penggunaan internet yang berlebihan. Selain lingkungan sosial, lingkungan fisik yang memberikan kenyamanan dalam mengakses internet dapat menjadi faktor risiko kecanduan internet. Semakin besar ketersediaan internet, semakin besar kemungkinan individu untuk terlibat dalam aktivitas yang menggunakan internet dan media sosial.. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masyarakat Internet Indonesia (Master) mengenai tingkat kesadaran akan dampak negatif penggunaan facebook yang dilakukan di 10 kota besar di Indonesia. Penelitian ini memperoleh data bahwa mayoritas pengguna internet (91%) terhubung ke situs jejaring sosial dan.

(20) 5. menganggap bahwa jejaring sosial bermanfaat. Namun, pengguna jaringan sosial mayoritas belum sadar dan tidak sadar (total 58%) akan dampak negatif jejaring sosial. Para pengguna internet di Indonesia ternyata banyak yang mengaku belum sadar akan dampak negatif situs jejaring sosial semacam facebook. Mereka hanya melihat facebook dari sisi manfaatnya saja.3 Maka tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya facebook dan medi sosial lainnya benar-benar telah memberikan pengaruh yang besar dalam dunia komunikasi. Facebook memang memiliki peran dan nilai tersendiri jika digunakan secara positif sesuai dengan tujuan diciptakannya. Namun perlu untuk tetap diwaspadai bahwa facebook adalah pedang bermata dua. Di satu sisi facebook memberikan banyak peranan yang sangat besar tetapi disisi lain facebook juga dapat merugikan jika sampai terlalu sibuk menggunakannya hanya karena iseng belaka. Memang biasanya apabila seseorang sudah kenal dengan facebook atau media sosial yang lainnya maka dia akan ketagihan atau kecanduan untuk terus menggunakannya. Pengguna facebook bahkan sering sampai lupa waktu dan lupa akan tugas serta kewajibannya. Pengguna facebook akan selalu ingin mengetahui status yang dikabarkan oleh teman-temannya, menulis hal-hal tak penting, membaca hal-hal sepele dan berfikir secara tak cerdas.. 3. Ibid, h. 2.

(21) 6. Al-Qur’an mengajarkan bahwa kepada seluruh umat manusia, untuk tidak berlebihan terhadap sesuatu. Karena Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sebagaimana kutipan Surah Al-Maidah ayat 87 berikut :                    87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.4 Pesan utama dalam ayat tersebut merupakan peringatan bagi seluruh umat Islam di dunia untuk tidak melakukan sesuatu secara berlebihan atau sampai melampaui batas. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan tersebut. Lakukanlah sesuatu dengan sewajarnya, sesuai pada porsinya. Jangkauan internet yang mencakup seluruh dunia, mudah diakses oleh siapapun dan dimanapun membuat seseorang berlebihan dalam menggunakan internet sebagai media komunikasi dan informasi, bahkan sampai terjadi kasus meninggal dunia yang disebabkan oleh kecanduan internet. Seseorang untuk disebut kecanduan pada internet, haruslah menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Dalam tulisannya, Young menyebutkan beberapa kriteria kecanduan berjudi (pathological gambling), yang digunakan untuk membedakan orang yang kecanduan pada internet dan yang tidak sampai 4. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid KKode Angka (Jakkarta : PT. Kalim, 2011) h. 123.

(22) 7. kecanduan. Kriteria tersebut adalah (1) merasa keasyikan dengan internet; (2) perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu menggunakan internet; (3) tidak mampu mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet; (4) merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan penggunaan internet; (5) mengakses internet lebih lama dari yang diharapkan; (6) kehilangan orang-orang terdekat, pekerjaan, kesempatan pendidikan, atau karier gara-gara penggunaan internet; (7) membohongi. keluarga,. terapis,. atau. orang-orang. terdekat. untuk. menyembunyikan keterlibatan lebih jauh dengan internet; (8) menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan atau depresi.5 Bagi para remaja dan pelajar, menggunakan facebook atau media sosial lainnya merupakan keasyikan tersendiri sehingga mereka tidak sadar bahwa semakin banyak menggunakan facebook secara berlebihan maka semakin banyak pula waktu mereka yang terbuang sia-sia. Sehingga tidak sedikit para pelajar yang menggunakan facebook tidak sesuai pada waktunya yang semestinya mereka gunakan untuk belajar.’ Pada penelitian ini sampel penelitian yang dipilih adalah peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat, yang mana sedang dalam perkembangan masa remaja. Berdasarkan hasil pengamatan dari fenomena5. Helly P. Soetjipto. Jurnal Psikologi UGM, Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet, Tersedia di https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7072/5524 (diakses tanggal 6 Desember 2016 pukul 09.30).

(23) 8. fenomena yang terjadi, remaja saat ini sangat ketergantungan atau kecanduan terhadap media sosial. Tidak sedikit dari remaja begitu identik dengan smartphone yang hampir 24 jam berada pada genggaman tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia online yang seolah-olah tidak pernah berhenti. Berdasarkan fenomena ini, Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo! melakukan riset mengenai penggunaan internet di kalangan remaja, yang hasilnya menunjukkan kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%. Berdasarkan hasil riset tersebut dapat disimpulkan bahwa media sosial online sangat menarik perhatian terutama kalangan remaja. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi kepercayaan diri remaja dan juga menimbulkan banyak permasalahan. Penggunaan media sosial seringkali mengganggu proses belajar remaja, sebagai contoh ketika sedang belajar kemudiam ada notification chatting dari teman yang akhirnya dapat mengganggu proses belajar, dan kebiasaan seorang remaja yang berkicau berkali-kali di twitter yang terkadang hanya untuk mengeluhkan betapa sulit pelajaran yang sedang di kerjakannya. Tidak berhenti sampai di situ saja, terdapat beberapa kasus seorang remaja yang dilaporkan hilang oleh orangtuanya yang ternyata kabur dengan teman baru yang dikenalnya di facebook. Berdasarkan berbagai contoh permasalahan dan fenomena tersebut semestinya media sosial digunakan sebagaimana mestinya, sesuai dengan fungsi media sosial sebagai alat komunikasi. Sudah semestinya media sosial digunakan sebagai alat komunikasi yang baik bukan menyalah gunakannya untuk kejahatan dan hal lain yang melanggar hukum..

(24) 9. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di MTs N 1 Bandar Lampung mengenai masalah kecanduan media sosial guru BK di sekolah bahwa dari pihak sekolah sudah menerapkan aturan sekolah tentang larangan membawa atau menggunaan handphone dalam lingkungan sekolah tetapi masih terdapat banyak peserta didik yang menggunakan handphone di lingkungan sekolah bahkan pada saat jam pelajaran berlangsung. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan guru BK mengenai upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kecanduan media sosial : “Dalam menangani masalah kecanduan media sosial, kami melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan memberikan materi terkait dengan internet dan konseling individu namun pelaksanaannya di sekolah belum maksimal”.6 Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti dan didampingi oleh guru BK di sekolah, guru BK merekomendasikan 15 peserta didik yang sering melakukan pelanggaran tata tertib penggunaan handphone di sekolah untuk ikut dalam konseling kelompok dan masuk dalam kriteria kecanduan internet di peroleh data sebagai berikut :. 6. Misnawati, S.Pd, Guru BK di MTs N 1 Bandar Lampung, Wawancara, 14 November 2016.

(25) 10. Tabel 1 Gambaran Kecanduan Internet Pada Peserta Didik di MTs N 1 Bandar Lampung No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Karakteristik. 1. 2. 3. 4. 5. Merasa asyik      dengan internet Perlu tambahan waktu dalam     menggunakan internet Tidak mampu mengontrol mengurangi atau    menghentikan penggunaan internet Merasa gelisah, murung jika berhenti    menggunakan internet Mengakses internet lebih      lama dari yang diharapkan Kehilangan orang-orang   terdekat Membohongi keluarga tentang    keterlibatannya dengan internet Menggunakan internet sebagai solusi dalam     mengatasi masalah Sumber : Data hasil dokumentasi Guru Lampung pada tanggal 30 Oktober 2016. 6. Kode Peserta Didik 7 8 9 10 11 12 13 14 15.     . . . . . . . . . . . . . .  . .  .   . . . . .  . . . . .  . . . . .  . . . . . . . . . Bimbingan Konseling di MTs N 1 Bandar.

(26) 11. Permasalahan kecanduan internet yang dialami oleh peserta didik, diperlukan upaya dari guru bimbingan konseling untuk memberikan bantuan terhadap peserta didik yang mengalami kecanduan internet. Bantuan dapat dilakukan melalui layanan responsif, karena layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan segera. Apabila peserta didik tidak segera diberikan bantuan, dikhawatirkan akan memunculkan permasalahan yang lebih kronis lainnya. Salah satu pendekatan konseling yang dapat digunakan untuk menangani gangguan kecanduan internet adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang dalam penelitian ini disebut Konseling Kognitif Perilaku (KKP). Yuong menyatakan pendekatan konseling cognitive behavior therapy yang paling efektif dalam menangani kecanduan internet. Konseling Kognitif Perilaku secara keseluruhan adalah komunikasi dua arah antara konselor dan konseli, dengan keduanya berpartipasi dalam mengeksprolasi masalah dengan tujuan bersama untuk menangani masalah.7 Dobson dan Dozios mendefinisikan konseling kognitif perilaku intinya terbagi menjadi tiga bagian mendasar; (a) aktivasi kognitif mempengaruhi perilaku; (b) kognitif kegiatan dapat dipantau dan diubah; (c) penilaian perilaku yang diinginkan dapat dilakukan melalui perubahan kognitif. Konseling kognitif perilaku telah terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk gangguan kontrol impuls. Konseling Kognitif Perilaku juga telah efektif dalam mengobati penyalagunaan zat, gangguan emosional, dan gangguan makan, dengan memperhatikan perilaku yang dihasilkan dari pola hasil pengalaman dan pemikiran.8. 7. Hardiyansyah Masya, 2013, Konseling Kognitif Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung TP 2012/2013), Tersedia di http://repository.upi.edu/2106/4/T_BP_1102629_Chapter1.pdf (Diakses 1 Desember 2016 Pukul 09.00) 8. Ibid, h..

(27) 12. Konseling kognitif berfungsi untuk memperbaiki pola pikir peserta didik menjadi lebih rasional dengan mengubah pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri dan situasi-situasi di luar diri menjadi pikiran-pikiran positif. Setelah peserta. didik. memiliki. pemikiran. yang. positif. diharapkan. dapat. mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-hari sebagai perilaku yang konstruktif dan positif.9 Konseling kognitif perilaku merupakan bentuk konseling yang efektif dan efisien digunakan pada populasi usia sekolah. Hal ini didasarkan pendapat Vernon yang mengemukakan bahwa konseling kognitif perilaku merupakan bentuk terapi yang aplikatif bagi seting sekolah dimana proses konseling dibatasi oleh waktu. Fakta bahwa bentuk konseling kognitif perilaku yang singkat sangat penting khususnya bagi remaja (siswa) dimana sedang memiliki sense of time sehingga butuh sesuatu yang membantu mereka segera. Konseling kognitif perilaku mengajarkan peserta didik bagaimana berpikir lebih baik, peserta didik tidak hanya merasa lebih baik namun akan mendapat yang lebih baik karena mengkoreksi kesalahan berpikir yang menyebabkan masalah bagi dirinya.10 Peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan konseling kognitif perilaku dalam menangani masalah kecanduan media sosial karena pendekatan 9. Seli Apriyanti, 2014, Efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi kecemasan komunikasi pada peserta didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung TA 2013/2014. Tersedia di http://repository.upi.edu/11164/5/S_PSI_0901381_Chapter2.pdf (Diakses 26 Maret 2016) h. 19 10 Maris Laily Safa’ati, 2013, Penerapan Konseling Kelompok Kognitif Perilaku Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa, Tersedia di http://www.docfoc.com/penerapan-konseling-kognitifperilaku-untuk-meningkatkan-hargadiri (di akes 8 Desember 2016 jam 13.20).

(28) 13. konseling cognitive behavior therapy yang paling efektif dalam menangani kecanduan internet karena konseling kognitif perilaku secara keseluruhan adalah komunikasi dua arah antara konselor dan konseli, dengan keduanya berpartipasi dalam mengeksprolasi masalah dengan tujuan bersama untuk menangani masalah. Konseling kognitif perilaku merupakan bentuk terapi yang aplikatif bagi seting sekolah dimana proses konseling dibatasi oleh waktu, dan mengajarkan peserta didik bagaimana berpikir lebih baik, dan mampu mengkoreksi kesalahan berpikir yang menyebabkan masalah bagi dirinya. Berdasarkan gambaran dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Masih terdapat peserta didik yang tidak memanfaatkan media sosial dengan bijak, seperti facebook, twitter, instagram dan lain-lain. 2. Terdapat peserta didik yang prestasinya menurun 3. Kurangnnya kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sekitar karena keasyikan dengan internet. 4. Tidak diterapkannya layanan konseling kognitif perilaku di MTs N 1 Bandar Lampung..

(29) 14. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas penelitian ini dibatasi masalahnya yaitu : “Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017”. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, adapun permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “gangguan kecanduan media sosial”, maka rumusan masalah sebagai berikut: Apakah Konseling Kognitif Perilaku Efektif Dalam Menangani Kecanduan Media Sosial Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017?. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk Mengetahui Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung. F. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis.

(30) 15. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik dalam menangani gangguan kecanduan media sosial. b. Secara Praktis 1. Bagi Peserta Didik Diharapkan dapat membantu menangani gangguan kecanduan media sosial pada peserta didik melalui layanan konseling kognitif perilaku dan dapat lebih aktif mengikuti serangkaian kegiatan layanan konseling kognitif perilaku. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya dalam menangani gangguan kecanduan media sosial peserta didik melalui layanan konseling kognitif perilaku.. 3. Bagi Guru Bimbingan Konseling Dapat menambah. pengetahuan. guru bimbingan. konseling. dalam. melaksanakan layanan konseling kognitif perilaku di sekolah terkait dengan gangguan kecanduan media sosial pada peserta didik, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru pembimbing dalam memberikan layanan konseling yang tepat terhadap peserta didik yang mengalami gangguan kecanduan media sosial. 4. Bagi Peneliti.

(31) 16. Penelitian nantinya dapat memberikan informasi bagi peneliti tentang seberapa besar konseling kognitif perilaku yang dilakukan dapat memberikan pengaruh terhadap penanganan gangguan kecanduan media sosial pada peserta didik kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. G. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah : a. Peneliti hanya membahas tentang layanan konseling kognitif perilaku. b. Peneliti akan menggunakan layanan konseling kognitif perilaku untuk menangani gangguan kecanduan media sosial..

(32) BAB II LANDASAN TEORI. A. Konseling Kognitif Perilaku 1. Pengertian Konseling Kognitif Perilaku Asumsi dasar. mengenai konseling kognitif perilaku adalah setiap. perilaku individu merupakan hasil dari proses berpikir. Dalam konseling kognitif, individu diajak untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan individu mengenai masalah yang dihadapi.1 Konsep Utama dari teori kognitif-perilaku adalah peleburan antara pendekatan perilaku dan kognitif. Kata “kognitif-perilaku” mencerminkan pentingnya kedua pendekatan kognitif dan perilaku untuk memahami dan membantu manusia. Kognitif-perilaku merupakan pencampuran dari strategi perilaku dan proses kognitif yang bertujuan untuk mencapai perubahan kognisi dan perilaku manusia.2 Konseling kognitif-perilaku menekankan bagaimana masalah emosi dan perilaku dapat diatasi secara efektif melalui restrukturisasi 1. Seli Apriyanti, 2014, Efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi kecemasan komunikasi pada peserta didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung TA 2013/2014. Tersedia di http://repository.upi.edu/11164/5/S_PSI_0901381_Chapter2.pdf (Diakses 26 Maret 2016) h. 18 2 Capuzzi, David. Douglas E Gross. Counseling And Psychotherapy, Theories and Intervension 4th edition. (New Jersey: Pearson Education Inc. 2009).

(33) 18. kognitif dan menunjukkan bagaimana keyakinan irasional atau distorsi kognitif mengganggu mereka dan bagaimana mereka dapat mengubah pemikiran tidak akurat dengan menggunakan berbagai metode.3 Konseling kognitif-perilaku dapat dilaksanakan secara efektif baik dalam latar individu maupun kelompok. Konseling kelompok kognitif-perilaku dapat dilaksanakan dalam dua format kegiatan: kelompok homogen dimana semua anggota kelompok mempunyai masalah yang sama, dan format kelompok terbuka dimana anggota kelompok bergiliran mengungkapkan masalah mana yang ingin dibahas.4 Konseling kognitif-perilaku dapat digunakan untuk menangani berbagai macam gangguan perilaku yang maladaptif dalam berbagai latar kelompok, baik secara populasi maupun subjek.5 Johnson dan Cown yag dikutip dalam Binder, menjelaskan bahwa intervensi terapi Kognitif-perilaku dapat didesain untuk mengatasi prokrastinasi.6 Pelaksanaan konseling kognitif-perilaku dalam memiliki beberapa tahapan yaitu: (1) menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja konselor dan klien, dan menjelaskan dasar pemikiran dari penanganan yang akan diberikan; (2) menilai masalah, mengidentifikasi, mengukur frekuensi, 3. Corey, Gerald. Theory And Practice Of Counseling And Psychotherapy 8th Edition. (California: brooks/ Cole Cengage Learning, 2009) 4 Erford, Bradley T. Professional School Counseling A Handbook of theories, Programs and Practice. 2004) 5 Darminto,Eko. Teori – Teori Konseling. (Surabaya : Unesa University Press, 2007) 6 Ferrari,J.R. Johnson, J.L. & Mc Cown, W.G. 1995. Procrastination and task Avoidance, Theory, Research and Treathment. New York: Plenum Press. (WWW.Googlebook.com) h. 1-36.

(34) 19. intensitas, dan kelayakan masalah perilaku dan kognisi; (3) menetapkan target perubahan, yang harus dipilih klien, dan harus jelas, spesifik, dan dapat dicapai; (4) penerapan teknik kognitif-perilaku. Dalam penelitian ini Teknik kognitif yang digunakan adalah penghentian pola pikir dan pengubahan pola pikir. Sedangkan teknik perilaku yang dipakai adalah stimulus dan reinforcement; (5) memonitor perkembangan, dengan menggunakan penilaian terhadap perilaku sasaran; (6) mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.7 2. Tujuan Konseling Kognitif Perilaku Tujuan dari konseling kognitif perilaku yaitu mengajak peserta didik untuk menentang pikiran dan emosi yang maladaptif dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan peserta didik tentang masalah yang sedang dihadapi. Konseling kognitif berfungsi. untuk. memperbaiki pola pikir peserta didik menjadi lebih rasional dengan mengubah pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri dan situasi-situasi di luar diri menjadi pikiran-pikiran yang positif. Setelah peserta didik memiliki pemikiran yang positif diharapkan dapat mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-hari sebagai perilaku yang konstruktif dan positif.8. 7 8. Mc Leod, John. Pengantar Konseling. (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006) Seli Apriyanti, Op.Cit. h. 19.

(35) 20. Terapi kognitif mengajarkan meta-kognisi- bagaimana memikirkan tentang pikirannya kepada klien sehingga klien dapat mengkoreksi pemrosesan kognitifnya yang keliru dan mengembangkan asumsi yang memungkinkannyauntuk mengatsi kesulitan. Beck mengatakan, tujuan terapi kognitif adalah agar klien belajar menjadi terapis bagi dirinya, termasuk mengajarinya untuk : 1. memonitor pikiran otomatis negatifnya 2. mengenali hubungan antara kognisi, afek, dan perilaku. 3. memeriksa dan menguji realitas bukti-bukti yang mendukung dan berlawanan dengan pikiran otomatis yang terdistorsi 4. menggantikan kognisi-kognisi terbias dengan interpretasi-interpretasi yang realistis 5. belajar mengidentifikasi dan mengubah keyakinan yang mempredisposisikannya untuk mendistorsi pengalamannya.9 3. Proses Konseling Kognitif Perilaku Sejak awal terapis melatih klien untuk memonitor perasaan, pikiran dan perilakunya, dan mengenali hubungan di antara mereka. Homework (pekerjaan rumah) menjadi salah satu fitur di sepanjang terapi kognitif. Salah satu contoh tugas PR yang mudah adalah meminta klien untuk mencatat pikiran-pikiran otomatisnya pada saat mengalami distres. Selama sesi awal, terapis dan klien membuat daftar permasalahan. Daftar permasalahan bisa terdiri atas gejala, perilaku, dan masalah pervasif yang spesifik. Fungsinya adalah untuk menetapkan prioritas penangan. 9. Richard Nelson Jones. Teori dan Praktik Konseling. Terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 573.

(36) 21. Pertimbangan dalam memprioritaskan penanganan termasuk besarnya distres, beratnya gejala dan pervasivitas. Sementara itu, tahap-tahap awal terapi mungkin difokuskan pada penghilangan gejala, tahap pertengahan dan akhir lebih menekankan pada mengubah pola pikir klien. Klien dibantu memahami saling hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilakunya. Begitu bisa mengevaluasi pikiran otomatis yang mengganggu fungsi efektifnya, klien kemudian dapat mengidentifikasi dan menalaah asumsi yang mendasari atau keyakinan pemikiran tersebut. Seiring berjalannya terapi kognitif, klien mengembangkan keterampilan menjadi terapis bagi dirinya dan memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk. mengidentifikasi permasalahnya, menganalisis. pikirannya,. dan. membuat tugas-tugas PR yang cocok. Frekuensi sesi berkurang setelah klien menjadi lebih profisien. Ada sejumlah cara untuk mengakses kemajuan, termasuk: terbebas dari gejela, perubahan pada perilaku yang dilaporkan dan yang terlihat dan perubahan dalam berpikir baik di dalam maupun di luar terapi. Kinerja dalam tugas-tugas PR, seperti Daily Record of Automatic Thoughts (catatan harian untuk. pikiran-pikiran. otomatis). dan. melaksanakan. tugas-tugas. dan. eksperimen-eksperimen tertentu, juga membantu dalam mengases kemajuan..

(37) 22. Secara khusus terapis melihat kemampuan klien menguji realitas dan bila perlu memodifikasi atau membuang interpretasi-interpretasi yang terdistorsi.10. 4. Intervensi Terapeutik A. Intervensi Kognitif 1. Memunculkan dan Mengidentifikasi Pemikiran Otomatis a. memberikan alasan, pentingnya menelaah hubungan antara bagaimana klien berpikir, merasakan dan bertindak; b. questioning, klien ditanyai tentang pikiran-pikiran otomatis yang muncul selama situasi yang meresahkan; c. menggunakan whiteboard, klien menuliskan dipapapn tulis, hal ini dapat memicunya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang tidak jelas dan menakutkan; d. mendorong klien untuk terlibat dalam kegiatan yang diikutinya; e. memfokuskan pada imagery; f. memonitorkan sendiri pikiran-pikirannya, dengan mengisi Daily Record of Automatic Thoughts; 2. Menguji Realitas dan Mengoreksi Pikiran Otomatis a. melaksanakan dialog Socratik; b. mengidentifikasi distorsi kognitif; c. decatastrophizing, bidang yang dicakup: probabilitas dan beratnya kejadian, kapasitas coping klien dan faktor pendukung dan kemampuan klien dalam menghadapi kemungkinan terburuk; d. reatribusi, teknik ini menguji pikiran otomatis dan keyakinan yang mendasari dengan mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk menetapkan tanggung jawab dan penyebab; e. redifiniting, redifinisi masalah melibatkan membuat masalahnya lebih konkret; f. decantring, membantu klien untuk mengevaluasi keyakinannya bahwa setiap orang memfokuskan perhatian mereka kepadanya; g. membentuk respon-respon rasional; h. membuat catatan harian respons-respons rasional; i. teknik-teknik imagery, membantu klien mendapatkan perspektif yang lebih realitas melalui visualisasi fantasi secara berulang-ulang;. 10. Ibid, h. 575.

(38) 23. 3. Mengidentifikasi dan Memodifikasi Keyakinan yang Mendasari a. socartic questions, menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong klien untuk memeriksa keyakinannya; b. Menguji hipotesis, merancang eksperimen untuk mendorong klien menguji realitas keyakinannya. c. menggubakan imagery; d. menghidupkan kembali masa kanak-kanak; e. refashioning beliefs, membantu merombak keyakinan. B. Intervensi Perilaku 1. activity Scheduling (Menjadwalkan Kegiatan), Merencanakan kegiatan-kegiatan tertentu bersama klien bisa penting dalam membantu klien untuk menyadari bahwa ia dapat mengontrol waktunya; 2. merating penguasaan dan kesenangan, Menggunakan skala 1-10, klien dapat merating derajat penguasaan dan kesenangan yang dialaminya di setiap kegiatan di siang hari; 3. menguji hipotesis; 4. latihan perilaku dan role playing; 5. memberikan graded tasks; 6. menggunakan teknik pengalihan; memberikan PR (self monitoring), untuk memperpendek waktu yang digunakan dalam terapi maupun memfasilitasi pengembangan ketrampilan kognitif dan perilaku untuk digunakan setelah konseling.11. Safaria dan Saputra menjelaskan ada beberapa pendekatan dari teknik terapi kognitif sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.. 11. pencatatan pikiran negative; pembuatan lembar kesenangan; memvisualisasi keberhasilan; teknik self control and management; teknik problem solving.12. Ibid, h. 579-591 Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) h. 132 12.

(39) 24. B. Gangguan Kecanduan Media Sosial 1. Pengertian Kecanduan Kecanduan berasal dari kata candu yang artinya sesuatu yang membuat seseorang ingin melakukannya secara terus menerus.13 Istilah kecanduan awalnya digunakan terutama mengacu pada penggunaan obat-obatan dan alkohol yang eksesif. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah tersebut meluas sehingga orang secara umum menyebut kecanduan pada perilaku merokok, makan, berbelanja, permainan internet, dan lain-lain. Menurut J.P Chaplin addicton adalah keadaan bergantung secara fisik pada suatu obat bius. Pada umumnya, kecanduan tersebut menambah toleransi terhadap suatu obat bius. Ketergantungan fisik dan psikologis, dan menambah pula gejala-gejala pengasingan diri dari masyarakat, apabila pemberian obat bius tidak dihentikan. 14 Menurut Sarafino kecanduan sebagai kondisi yang dihasilkan dengan mengkonsumsi zat alami atau zat sintesis yang berulang sehingga orang menjadi tergantung secara fisik atau secara psikologis. Ketergantungan psikologis berkembang melalui proses belajar dengan penggunaan yang berulang-ulang. Ketergantungan secara psikologis adalah keadaan individu yang merasa yang merasa terdorong menggunakan sesuatu untuk mendapatkan efek menyenangkan yang dihasilkannya. 13. Smart. Cara Cerdas Mengatasi Anak Kecanduan Permainan internet. Yogjakarta. A Plus Books, 2010, h.16 14 J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2002) h. .11.

(40) 25. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan adalah keadaan bergantung terhadap sesuatu untuk mendapatkan efek menyenangkan yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan adalah keadaan bergantung terhadap sesuatu dan dilakukan secara terus menerus atau berulang-ulang seperti contoh: zat alami atau zat sintetis baik secara psikologis maupun secara fisik.15 2. Perilaku Kecanduan Permainan Internet Kecanduan permainan internet merupakan satu sub bagian dari kecanduan internet karena permainan internet merupakan salah satu aktivitas yang dapat dilakukan dalam internet. Kecanduan permainan internet adalah suatu kondisi dimana pengguna permainan internet secara bertahap mengembangkan kebiasaan memainkan permainan internet tersebut. Adiksi terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet, dimana akibat banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka yang terancam diluar sana.” Jadi kecanduan permainan internet merupakan jenis kecanduan psikologis seperti halnya Internet Addiction Disorder (IAD). Seperti kecanduan lainnya, permainan internet telah menggantikan teman dan keluarga sebagai salah satu sumber kesenangan dalam kehidupan emosional 15. Adeomalia. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Internet. (Semarang. Unika, 2002) .h. 5.

(41) 26. seseorang. Seorang yang kecanduan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain permainan internet demi mendapatkan kesenangan. Pada saat tidak bisa bermain permainan internet maka akan menyebabkan kemurungan Ketika seseorang menghabiskan waktu untuk bermain permainan internet, maka akan terjadi gangguan terutama kehidupan sosial, sekolah, dan pekerjaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, kecanduan permainan internet adalah seseorang yang menghabiskan waktu untuk bermain permainan internet demi mendapatkan kesenangan sehingga membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan diluar. 3. Kriteria Perilaku Kecanduan Media Sosial Seseorang menunjukkan. untuk. disebut. perilaku-perilaku. kecanduan tertentu.. pada. Dalam. internet, tulisannya,. haruslah Young. menyebutkan beberapa kriterium-kriterium kecanduan berjudi (pathological gambling), yang digunakan untuk membedakan orang yang kecanduan pada internet dan yang tidak sampai kecanduan. Kriteria tersebut adalah : a. merasa keasyikan dengan internet; b. perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu menggunakan internet; c. tidak mampu mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet; d. merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan penggunaan internet; e. mengakses internet lebih lama dari yang diharapkan; f. kehilangan orang-orang terdekat, pekerjaan, kesempatan pendidikan, atau karier gara-gara penggunaan internet; g. membohongi keluarga, terapis, atau orang-orang terdekat untuk menyembunyikan keterlibatan lebih jauh dengan internet;.

(42) 27. h. menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan atau depresi.16 4. Jenis-Jenis Perilaku Kecanduan Permainan Internet Seseorang dikatakan kecanduan apabila memenuhi minimal tiga dari enam jenis yang diungkapkan oleh Brown dikutip dalam Faried, Jenis-jenis perilaku tersebut adalah: 1. Salience adalah menunjukkan dominasi aktivitas bermain permainan internet pada level pikiran. a. behavioral salience adaah dominasi aktivitas bermain permainan internet pada level tingkah laku; b. euphoria adalah mendapatkan kesenangan dalam aktivitas bermain permainan internet. 2. Conflict adalah pertentangan yang muncul antara orang yang kecanduan dengan orang-orang yang ada disekitarnya (external conflict) dan juga dengan dirinya sendiri (internal conflict ) tentang tingkat dari tingkah laku yang berlebihan. a. intrarpesonal conflict (eksternal) : konflik yang terjadi dengan orang-orang yang ada disekitarnya; b. interpersonal conflik (internal) : konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri; c. tolerance adalah aktivitas bermain permainan internet mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan; d. withdrawal adalah perasaan tidak menyenangkan ketika tidak melakukan aktivitas bermain permainan internet; e. relapse and Reinstatement adalah kecenderungan untuk melakukan pengulangan terhadap pola-pola awal tingkah laku kecanduan atau bahkan lebih parah walaupun setelah bertahun-tahun hilang dan dikontrol. Hal ini menunjukkan kecenderungan ketidak mampuan untuk berhenti secara utuh dari aktivitas bermain permainan internet. 17 16. Helly P. Soetjipto. Jurnal Psikologi UGM, Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet, Tersedia di https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7072/5524 (diakses tanggal 6 Desember 2016 pukul 09.30) 17 Trecy Whitny Santoso, 2013 Perilaku Kecanduan Permainan Internet & Faktor Penyebabnya Pada Siswa Kelas VIII Di SMP N 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri, Tersedia di http://lib.unnes.ac.id/17403/1/1301408036.pdf ( diakses 6 Desember 2016 pukul 11.00) h.17.

(43) 28. 5.. Dampak Perilaku Kecanduan Permainan Internet Menurut Rini Terdapat empat dampak permainan internet yakni terhadap kesehatan, kepribadian, pendidikan, keluarga dan masyarakat. Dampak-dampak tersebut antara lain: 1. Dampak terhadap Kesehatan a. saraf mata dan otak, serta kesehatan jantung akan menurun; b. berat badan menurun akibat lupa makan dan minum karena keasyikan bermain permainan internet; c. karena banyak duduk dalam waktu yang lama, lambung dan ginjal bisa rusak; d. kalau bermain permainan internet sambil ngemil, kemungkinan besar badan akan meningkat; e. stress; f. rsi adalah istilah untuk menyebutkan cendera fisik berulang-ulang dan dapat menyebabkan kecacatan, misalnya pegal dan nyeri tulang belakang yang bisa membuat bentuk tulang belakang tidak proposional; g. kerusakan mata. Biasanya seseorang yang gemar bermain permainan internet adalah orang yang mengenakan kacamata. Sinar biru pada layar monitor komputer atau laptop dapat menyebabkan kerusakan pada mata, yaitu mengikis lutein pada mata sehingga mengakibatkan pandangan kabur degenerasi makula. Bermain permainan internet yang terlalu dekat dengan layar monitor komputer juga bisa menyebabkan mata minus rabun jauh (miopi), sehingga seseorang memerlukan kacamata minus; h. maag. Seseorang yang kecanduan permainan internet umumnya banyak yang lupa waktu termasuk lupa jam makan. Keadaan seperti ini dapat memicu timbulnya; i. epilepsi (ayan). Beberapa penelitian melaporkan bahwa kilatankilatan cahaya dengan pola tertentu pada permainan internet dapat memicu penyakit epilepsi atau ayan, terutama pada penderita yang berpotensi terkena penyakit itu..

(44) 29. 2. Dampak terhadap Kepribadian Ada beberapa dampak terhadap kepribadian yang terjadi dikarenakan kecanduan media sosial diataranya : a. suka mencuri. Banyak kasus yang terjadi dimana seseorang mencuri demi mendapakan komputer yang diinginkan. Ada pula seseorang yang mengambil uang orang tuanya atau mengkorupsi uang jatah membeli buku pembelajaran dan membelanjakan uang itu untuk membeli permainan internet terbaru; b. malas. Akibat kecanduan bermain permainan internet, seseorang menjadi sering lupa dengan kewajibannya, yaitu belajar, mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah), dan melakukan tugas rumah sehari-hari. Setelah lama bermain permainan internet, seseorang akan merasa penat dan capek sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya. Hal ini jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan, dan seseorang menjadi malas dalam segala segala hal; c. suka bolos sekolah. Sering seseorang atau anak bolos sekolah dan pergi ke tempat permainan internet bersama teman-temannya. Perilaku menyimpang ini tentu saja mengakibatkan anak ketinggalan pelajaran. Banyak anak sepulang sekolah dengan masih mengenakan seragam sekolahnya, langsung beramai-ramai mengungjungi warnet favoritnya untuk bermain permainan internet; d. suka berbohong. Sikap seseorang yang suka berbohong biasanya terkait dengan kegemarannya bermain permainan internet. Seorang anak cenderung untuk berbohong demi dapat bermain permainan internet, misalnya berbohong sudah mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah), berbohong bahwa ia tadi masuk sekolah padahal membolos; e. kurang bergaul. Akibat keseringan bermain permainan internet. Seseorang akan menjadi jarang bergaul karena hubungan dengan teman dan keluarga menjadi renggang akibat waktu bersama mereka yang jauh berkurang. Apalagi jika seseorang kecanduan permainan internet, hingga pergaulan mereka hanya di permainan internet saja. Maka dari itu, pergaulannya dengan teman-teman dan lingkungan pergaulan nyata menjadi tidak ada; f. menjadi agresif. Kekerasan dalam permainan internet menimbulkan perilaku agresif pada anak-anak dan remaja. Permainan internet tersebut tidak langsung berdampak pada orang-orang dewasa pelaku pembunuhan, tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit tertanam pada si oelaku sejak masih anak-anak;.

(45) 30. 3. Dampak terhadap Pendidikan a. anak akan melakukan berbagai cara demi bisa bermain permainan internet, mulai dari berbohong, mencuri, dan bolos sekolah; b. anak-anak terbiasa berinteraksi satu arah dengan komputer akan menjadikan anak tersebut tertutup sehingga sulit mengekspresikan diri ketika berada di lingkungan nyata. Anak-anak seperti ini akan kurang bisa bergaul dengan teman-temannya di sekolah sehingga cenderung menemukan kesulitan saat belajar berkelompok di sekolah; c. anak yang kecanduan permainan internet akan sulit berkonsentrasi pada pelajaran di sekolah karena pikirannya menjadi terus menerus tertuju pada permainan internet yang sedang ia mainkan; d. anak-anak yang kecanduan permainan internetakan menjadi cuek, acuh tak acuh dan kurang peduli terhadap kewajibannya sebagai anak sekolah. Ia tidak peduli terhadap Prnya, target prestasi yang harus diraih, dan bahkan jadwal ulangan hariannya. 4. Dampak terhadap Keluarga dan Masyarakat a. sering bermain permainan internet membuat anak menjadi lebih agresif dan kurang memahami perasaan orang lain; b. gemar bermain permainan internet menyebabkan anak-anak mengalami kenaikan adrenalin. Adrenalin yang memuncak, marah, sambil berteriak-teriak dan mencaci kerap ditemukan saat anakanak sedang bermain permainan internet. Jika hal ini dibiarkan, anak-anak akan kerap bertindak kasar seperti itu terhadap anak-anak yang lain di dalam keluarga atau masyarakat sekitar; c. anak-anak menjadi malas beradaptasi dengan lingkungan jika menghabiskan waktunya berlama-lama di depan komputer untuk bermain permainan internet; d. anak-anak yang gemar bermain permainan internet umumnya akan suka melawan orang tuanya bila dilarang untuk bermain. Anak-anak yang sudah terpengaruh dengan permainan internet agar bisa cepat emosi sehingga mudah menyakiti teman-teman seusianya atau pun adiknya yang lebih kecil. 18. 18. Ibid, h. 16.

(46) 31. 6. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Kecanduan Permainan Internet Menurut Smart mengemukakan bahwa seseorang suka bermain permainan internet dikarenakan seseorang terbiasa bermain permainan internet melebihi waktu. Beberapa orang tua menjadikan permainan internet sebagai alat penenang bagi anak dan apabila hal itu dilakukan secara berulang-ulang maka anak tersebut akan terbiasa bermain permainan internet. Beberapa faktor yang memungkinkan seseorang kecanduan permainan internet adalah sebagai berikut : a. kurang perhatian dari orang-orang terdekat. Beberapa orang berpikir bahwa mereka dianggap ada jika mereka mampu menguasai keadaan. Mereka merasa bahagia jika mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekatnya, terutama ayah dan ibu. Dalam rangka mendapatkan perhatian, seseorang akan berperilaku yang tidak menyenangkan hati orang tuanya. Karena dengan berbuat demikian, maka orang tua akan memperingatkan dan mengawasinya; b. strees atau depresi. Beberapa orang menggunakan media untuk mengilangkan rasa stressnya, diantaranya dengan bermain permainan internet. Dan dengan rasa “nikmat” yang ditawarkan permainan internet, maka lama-kelamaan akan menjadi kecanduan; c. kurang kontrol. Orang tua yang memanjakan anak dengan fasilitas, efek kecanduan sangat mungkin terjadi. Anak yang tidak terkontrol biasanya akan berperilaku over; d. kurang kegiatan. Menganggur adalah kegiatan yang tidak menyenangkan. Dengan tidak adanya kegiatan maka bermain permainan internet sering dijadikan pelarian yang dicari. e. lingkungan. Perilaku seseorang tidak hanya terbentuk dari dalam keluarga. Saat di sekolah, bermain dengan teman-teman itu juga dapat membentuk perilaku seseorang. Artinya meskipun seseorang tidak dikenalkan terhadap permainan internet di rumah, maka seseorang akan kenal dengan permainan internet karena pergaulannya; f. pola asuh. Pola asuh orang tua juga sangat penting bagi perilaku seseorang. Maka, sejak dini orang tua harus berhati-hati dalam.

(47) 32. mengasuh anaknya. Karena kekeliruan dalam pola asuh maka suatu saat anak akan meniru perilaku orang tuanya. 19 Dalam kecanduan internet, terapi dapat memberikan dorongan yang kuat untuk mengontrol penggunaan internet. Misalnya terapi kognitif prilaku (Cognitif Behavioral Therapy = CBT) memberikan langkah demi langkah untuk menghentikan perilaku internet kompulsif dan mengubah persepsi mengenai internet, smartphone dan computer. Terapi juga dapat menolong untuk mempelajari cara-cara lebih baik untuk mengatasi emosi-emosi tidak nyaman, seperti kecemasan, stress, atau depresi. C. Penelitian yang Relevan Berdasarkan pustaka dan kajian peneliti menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaitu : a. Hafidz Azizan tahun 2016 dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan Judul Jurnal Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Ketergantunan Media Sosial Pada Siswa di SMK N 1 Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kepercayaan diri dengan kategori tinggi sebanyak 48% atau setara dengan 67 siswa, kategori sedang sebanyak 52% atau setara dengan 72 siswa, dan kategori rendah sebanyak 0%. Siswa yang memiliki ketergantungan sosial media dengan kategori tinggi sebanyak 15% atau setara dengan 20 siswa, kategori sedang sebanyak 69% atau setara dengan 95 siswa, dan 19. Smart, Op.Cit, h.23.

(48) 33. kategori rendah sebanyak 16% atau setara dengan 22 siswa. Terdapat pengaruh. yang. signifikan. antara. kepercayaan. diri. dengan. ketergantungan media sosial pada siswa SMK N 1 Bantul, sehingga dapat diartikan kepercayaan diri memprediksikan ketergantungan media sosial sebesar 22%.20 b. Silvia Fardila Soliha tahun 2015 dari Universitas Dipenogoro dengan judul jurnal Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial & Kecemasan Sosial. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecemasan sosial dan tingkat ketergantungan pada media sosial dengan tingkat hubungan cukup kuat yakni sebesar 31,4% meskipun memiliki pengaruh yang sangat kecil, dimana hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai R Square 12,7% dari variance tingkat ketergantungan pada media sosial dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel kecemasan sosial dengan Pvalue = 0.000 yang jauh lebih kecil dari α = 0.05. Sedangkan sebesar 87,3% dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini.21. 20. Hafidz Azizan, 2016, Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Ketergantungan Madia Sosial Pada Siswa Di SMK Negeri 1 Bantul. Tersedia di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fipbk/article/viewFile/3295/2991 (Diakses 6 Desember 2016) 21 Silvia Fardhila Soliha, 2015, Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial & Kecemasan Sosial Tersedia di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=363883&val=1308&title=TINGKAT%20KETER GANTUNGAN%20PENGGUNA%20MEDIA%20SOSIAL%20DAN%20KECEMASAN%20SOSIA L (diakses 5 Desember 2016).

(49) 34. D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.22 Cara yang digunakan untuk menangani peserta didik yang mengalami gangguan kecanduan media sosial adalah dengan cara memberikan layanan konseling kognitif perilaku. Layanan Konseling Kognitif Perilaku membantu konseli untuk belajar berpikir secara berbeda, untuk mengubah pemikiran yang salah, mendasar dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis, dan positif. Kesalahan berpikir di ekspresikan melalui pernyataan diri yang negatif. Pernyataan diri yang negatif mengindikasikan adanya pikiran, pandangan dan keyakinan yang irasional. Konseling kognitif perilaku dilakukan karena dianggap mampu untuk membantu peserta didik yang mengalami gangguan kecanduan media sosial dengan tujuan mengubah pemikiran yang salah/irasional menjadi rasional. Peneliti membuat kerangka berpikir seperti bagan dibawah ini:. 22. h. 61.. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2012),.

(50) 35. MEDIA SOSIAL digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan orang lain, dan mudah diakses dimana saja dan kapan aja. KECANDUAN MEDIA SOSIAL. Faktor Penyebab : 1. Kurang perhatian 2. Stres/depresi 3. Kurang Kontrol 4. Kurang kegiatan 5. Ligkungan 6. Pola asuh. Akibat : 1. Peserta didik malas belajar 2. Prestasi belajar menurun 3. Tidak fokus ketika pelajaran sedang berlangsung 4. Lupa waktu 5. Membolos, dll. Konseling Kognitif Perilaku. Layanan Konseling Kelompok. Persiapan. Pelaksanaan. Evaluasi. Berkurangnya Kecanduan Media Sosial. Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian.

(51) 36. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.23 Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Konseling. Kognitif. Perilaku. Efektif. Dalam. Menangani. Gangguan. Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”. Sedangkan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho. : Konseling Kognitif Perilaku Tidak Efektif Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.. Ha. : Konseling Kognitif Perilaku Efektif Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.. 23. Ibid, h. 64..

(52) BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian Eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah Pre-Eksperimen Desaign yaitu desaign ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding1. Penelitian pre-eksperimen dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara treatment yang diberikan guna menangani gangguan kecanduan media sosial pada peserta didik. Penelitian pre-eksperimen digunakan peneliti sesuai dengan tujuan dan permasalahan yaitu Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Media Sosial Pada Peserta Didik Kelas VII di MTs N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. B. Desain Penelitian Penelitian menggunakan pre-eksperimental design dengan bentuk OneGroup Pretest-Posttest Design yaitu pada rancangan penelitian ini mula-mula suatu kelompok subyek diberikan pre-test kemudian dilaksanakan perlakuan. 1. 23. . Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012, h..

(53) 38. pada waktu tertentu kemudian dilakukan pengukuran kembali post-test untuk membandingkan keadaan sesudah dan sebelum diberikan perlakuan. Alasan peneliti menggunakan desain ini adalah dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan keadaan sampel sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga pada desain ini tidak memiliki kelompok kontrol untuk membandingkan keadaan sample yang akan peneliti berikan perlakuan. Dan untuk mengetahui apakah adanya perubahan signifikan telah melakukan dua kali penilaian. Penilaian awal (pretest) dilakukan untuk melihat kondisi sampel sebelum diberikan perlakuan dan penilaian akhir (posttest) setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Kelebihan dari desain ini adalah adanya data pembanding. yang diperoleh dari pretest dan. posttest. Sedangkan kelemahan pada desain ini adalah adanya beberapa variabel sekunder yang kurang terkontrol karena tidak dilakukannya randomisasi. Desain ini digambarkan seperti berikut : Pengukuran (Pretest) O1. Pengukuran Perlakuan X. (Post-test) O2. Gambar 2 Pre Eksperimental Design dengan One Group Pretest-Posttest Design.

(54) 39. Keterangan : :Pretest yaitu pengukuran awal sebelum peserta didik diberikan perlakuan layanan konseling kognitif. :Pemberian perlakuan layanan konseling kognitif. :Posttest pengukuran akhir setelah peserta didik diberikan perlakuan layanan konseling kognitif.2. O1 X O2. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mencari pengaruh saat sebelum diberikan perlakuan tindakan dan saat sesudah diberikan perlakuan tindakan. Rancangan Desain penelitian eksperimen pre-test and post-test one group design dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahapan Pretest Tujuan pre-test dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peserta didik kelas VII MTs N 1 Bandar Lampung yang memiliki kriteria kecanduan media sosial sebelum diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan angket. 2. Pemberian Treatment Setiap sesi konseling kognitif perilaku terdiri atas komponen (1) tuga-tugas pokok, (2) tujuan, (3) intervensi-intervensi poko, dan (4) latihan praktek. Garis besar isi sesi dideskripsikan sebagai berikut : Sesi 1: Pretes. Kegiatan untuk mengetahui gambaran gangguan kecanduan internet pada peserta didik sebelum sesi konseling. Sesi 2: Pengantar Konseling Kognitif Perilaku. Tujuan dari sesi 2 ini adalah: (1) mulai membangun hubungan dengan konseling : (2) menilai 2. Ibid, h. 111..

(55) 40. karakteristik gangguan kecanduan internet pada peserta didik yang menjadi faktor penting dalam konseling: mendeskripsikan pentingnya konseling kognitif perilaku: (4) mendeskripsikan struktur seluruh sesi konseling: dan (5) memulai sesi konseling Sesi 3: Restrukturisasi kognitif. Resttrukturisasi kognitif membantu peserta didik untuk belajar berpikir secara berbeda, untuk mengubah pemikiran yang salah mengenai penggunaan internet yang berlebihan dengan cara menampilkan bukti-bukti dari pernyataan yang dibuat oleh peserta didikdan memberikan pertanyaan sokratik, mendasar dan menggantikannya dengan dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis dan positif. Dalam sesi ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sesi 4: Memodifikasi Perilaku. Tujuan sesi ini adalah: (1) memahami pengalamam gangguan kecanduan internet: (2) menyampaikan sifat gangguan kecanduan internet: (3) mengidentifikasi faktor penyebab gangguan kecanduan internet: (4) menanamkan dan mempratikkan teknik-teknik pengawasan gangguan dan pemicu kecanduan yang kuat: dan (5) homework (tugas rumah): pada saat sesi ini dilakukan selama dua kali pertemuan. 3. Post-test Dalam kegiatan ini peneliti memberikan angket kepada peserta didik setelah pemberian treatment. Setelah membandingkan persentase hasil dari angket.

(56) 41. dengan indikator peserta didik yang mengalami kecanduan media sosial antara sebelum dan sesudah pemberian treatment. C. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu: a. Variabel independen/bebas (X) Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan dan timbulnya variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini yaitu konseling kognitif perilaku. b. Variabel dependen/terikat (Y) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.3 Variabel dependen pada penelitian ini yaitu kecanduan media sosial. Penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dengan variabel X dapat memunculkan variabel Y. Hubungan antar variabel menunjukkan hubungan (paradigma) sederhana, dapat digambarkan sebagai berikut: Konseling Kognitif Perilaku (X) (variabel bebas). Kecanduan Media Sosial (Y) (variabel terikat). Gambar 3 Hubungan Antar Variabel 3. Ibid, h. 139..

Gambar

Tabel 2 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Beri nama ID_DESA untuk field yang baru dengan type Text. Isi setiap kolom pada field ID_DESA dengan nilai dari kolom field KODE_DESA dengan menggunakan Field

Konsep perdagangan internasional dibangun berdasarkan pemikiran keunggulan komparatif dan daya saing yang berbeda antara negara. Jika negara-negara berproduksi dan berdagang

Bank sebagai Lembaga Keuangan dan Lembaga Intermediasi, berperan sebagai perantara keuangan masyarakat, yaitu berupa kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat

Pada event mouse, condition on object clicked pada sisi kiri mouse untuk Button cerita 3.. System akan melakukan animasi Button tiap 1,5 detik setelah Button

Dengan demikian penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang diformulasikan dengan judul : “ Pengaruh Latihan Dumbell Curl Terhadap Ketepatan Servis Bawah

Dalam data yang diperoleh berdasarkan senarai kata benda ini, pengkaji hanya menemui satu sahaja fonem konsonan /d/ dalam subdialek Pasir Mas dan kedudukan fonem ini

Topik yang diambil dalam penelitian ini adalah "Pengaruh Perubahan Kekakuan Kolom Secara Serentak Terhadap Simpangan, Gaya Geser Dasar dan Momen Guling pada

Peneliti melakukan penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan, dan kualitas lingkungan fisik terhadap kepuasan konsumen melalui