RS. Hapsah RS. Hapsah
Panduan Praktik Klinis
Panduan Praktik Klinis
Penyakit Dalam
Penyakit Dalam
RS. Hapsah Watampone
RS. Hapsah Watampone
TGL/BLN/THN TGL/BLN/THN PENGESAHAN PENGESAHAN::01-12-2015
01-12-2015
REVISI A
REVISI A
DIREKTUR RSDIREKTUR RSdr. A. Melda Sakkirang
dr. A. Melda Sakkirang
NAMA PENYAKIT : Diabetes Melitus.NAMA PENYAKIT : Diabetes Melitus. 1.
1. Definisi ( Pengertian )Definisi ( Pengertian ) Suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai Suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oelh hipergikemiaoelh hipergikemia akibat defek pada :
akibat defek pada :
1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi 1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi
glukosa hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak) glukosa hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak) 2. Sekresi insulin oleh sel beta
2. Sekresi insulin oleh sel beta pankreaspankreas 3. Atau keduanya.
3. Atau keduanya.
Klasifikasi Diabetes Melitus (DM) Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)
I. DM tipe I (destruksi sel β, umumnya diikuti defisiensi insulin I. DM tipe I (destruksi sel β, umumnya diikuti defisiensi insulin
absolut) absolut)
-- Immune Immune – – mediated mediated
-- IdiopatikIdiopatik
II. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin II. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif sampai predominan defek dengan defisiensi insulin relatif sampai predominan defek sekretorik dengan resistensi insulin)
sekretorik dengan resistensi insulin) III. Tipe spesifik lain
III. Tipe spesifik lain
-- Defek genetik pada fungsi sel βDefek genetik pada fungsi sel β
-- Defek genetik pada kerja insulinDefek genetik pada kerja insulin
-- Penyakit eksokrin pankreasPenyakit eksokrin pankreas
-- EndokrinopatiEndokrinopati
-- Diinduksi obat atau zat kimiaDiinduksi obat atau zat kimia
-- InfeksiInfeksi
-- Bentuk tidak lazim dariBentuk tidak lazim dari immune mediatedimmune mediated DMDM
IV. DM gestasional IV. DM gestasional 2.
2. Kriteria DiagnosisKriteria Diagnosis Anamnesis :Anamnesis :
-- Keluhan khas DM : poliuria, polidipsia, polifagia penurunan beratKeluhan khas DM : poliuria, polidipsia, polifagia penurunan berat badan yang
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabtidak dapat dijelaskan sebabnya.nya.
-- Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal, mata kabur,Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita.
disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita.
Faktor risiko DM tipe Faktor risiko DM tipe – – 2 2
-- Usia > 45 tahunUsia > 45 tahun
-- Berat badan lebih > 110% berat badan idaman atau indeks massaBerat badan lebih > 110% berat badan idaman atau indeks massa tubuh (IMT) > 23kg/m²
tubuh (IMT) > 23kg/m²
-- Hipertensi (TD ≥ 140/90 mm/Hg)Hipertensi (TD ≥ 140/90 mm/Hg)
-- Riwayat DM dalam garis keturunanRiwayat DM dalam garis keturunan
-- Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahirRiwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahir bayi > 4.000 g
bayi > 4.000 gramram
-- Riwayat DM gestasionalRiwayat DM gestasional
-- Riwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa darah puasaRiwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
terganggu (GDPT)
-- Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertroidismePenderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertroidisme
-- Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan atauKolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dLtrigliserida ≥ 250 mg/dL
Pemeriksaan fisik lengkap termasuk : Pemeriksaan fisik lengkap termasuk :
-- Tinggi badan, berat Tinggi badan, berat badan, TD, lingkarpinggangbadan, TD, lingkarpinggang
-- Tanda neuropatiTanda neuropati
-- Mata (visus, lensa mata dan retina)Mata (visus, lensa mata dan retina)
-- Gigi mulutGigi mulut
-- Keadaan kaki (termsuk rabaan nadi kaki), kulit dan kukuKeadaan kaki (termsuk rabaan nadi kaki), kulit dan kuku
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosaglukosa 1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena) ≥
1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena) ≥ 200 mg/dL200 mg/dLatauatau 2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dL
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dL
3. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban 3. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram pada TTGO glukosa 75 gram pada TTGO
3. Diagnosis Banding Hiperglikemia reaktif, toleransi glukosa terganggu (TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
- Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah - Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan - Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, CCT ukur - Kreatinin
- SGPT, Albumin/Globulin
- Kolesterol Total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida - A,C
- Albuminuria mikro
Pemeriksaan Penunjang lain EKG, foto thoraks, funduskopi
5. Terapi a. Edukasi
Meliputi pemahaman tentang - Penyakit DM
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM - Penyulit DM
- Intervensi farmakologis dan non-farmakologi - Hiperglikemia
- Masalah khusus yang dihadapi
- Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan ketrampilan
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
b. Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanna dengan komposisi :
- karbohidrat 60 – 70 % - protein 10 – 15 % - lemak 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 100 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA
( Poly Unsaturated Faity Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari :
- laki – laki : 30 kal/kg BB idaman - wanita : 25 kal/kg BB idaman
Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari) - status gizi o BB gemuk - 20%
o Lebih - 10 % o BB kurang + 20 % - Umur > 40 tahun + (10 s/d 30%) - Aktivitaso Ringan + 10 % o Sedang + 20 % o Berat + 30 %
- Hamilo Trimester I,II + 300 kal o Trimester III + 500 kal
Rumus Broca
Berat badan idaman = (tinggi badan -100) – 10%*
Pria <160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10% lagi BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 – 110 % BB idaman BB lebih : 110 – 120 % idaman Gemuk : > 120 % BB idaman
Latihan jasmani :
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Prinsip Continous – Rythmical - Interval – Progressive – Enduranc.
c. Intervensi Farmakologis
- Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea, glinid
- Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
- Penghambat absorbsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
Insulin Indikasi :
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis - Ketoasidosis diabetik
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik - Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dngan kombinasi OHO dosis hampir maksimal - Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, Stroke) - Kehamilan dengan DM / diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan - Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat - Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Kalau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa belum tercapai, perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya.
Pengelolaan DM tipe 2 Gemuk :
Non – farmakologis → evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan
klinis) :
Sasaran tidak tercapai : Penekanan kembali tata laksana non – farmakologis → evaluasi2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) : Sasaran tidak tercapai + 1 macam OHO
Biguanid/Penghambat glukosidase α / Glitazon → evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran tidak tercapai Kombinasi 2 macam OHO, antara : Biguanid / Penghambat glukosidase α / Glitazon → evaluasi2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran tidak tercapai Kombinasi 3 macam OHO Biguanid +Penghambat glukosidase α + Glitazon atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + Insulin malam→ evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran terapi kombinasi 3 OHO tidak tercapai : Kombinasi 4 macam OHO :
Biguanid +Penghambat glukosidase α + Glitazon + Secretagogue atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + Insulin malam→ evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran terapi kombinasi 4 OHO tidak tercapai : Insulin
Atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + Insulin malam Sasaran terapi kombinasi OHO + Insulin tidak tercapai : Insulin
Bila sasaran tercapai : teruskan terapi terakhir
Pengelolaan DM tipe 2 Tidak Gemuk :
Non – farmakologis → evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran tidak tercapai : non – farmakologis + secretagogue →evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran tidak tercapai Kombinasi 2 macam OHO, antara : Secretagogue + Penghambat glukosidase α / biguanid/Glitazon → evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran tidak tercapai Kombinasi 3 macam OHO
Secretagogue + Penghambat glukosidase α / biguanid/Glitazon atau
Terapi kombinasi OHO siang hari+ Insulin malam → evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) : Sasaran terapi kombinasi 3 OHO tidak tercapai : Kombinasi 4 macam OHO :
Secretagogue + Penghambat glukosidase α +biguanid+Glitazon
atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + Insulin malam→ evaluasi 2 – 4 minggu (sesuai keadaan klinis) :
Sasaran terapi kombinasi 4 OHO tidak tercapai : Insulin, atau
Terapi kombinasi OHO siang hari + Insulin malam Sasaran terapi kombinasi OHO + Insulin tidak tercapai : Insulin
Bila sasaran tercapai : teruskan terapi terakhir
Penilaian hasil terapi :
1. Pemeriksaan glukosa darah 2. Pemeriksaan AIC
3. Pemeriksaan glukosa darah mandiri 4. Pemeriksaan glukosa urin
5. Penentuan Benda Keton Kriteria Pengendalian DM (lihat tabel)
Tabel Kriteria Pengendalian DM
Baik Sedang Buruk GD puasa (mg/dL) 80 – 100 110 – 125 ≥ 126 GD 2 jam PP (mg/dL) 80 – 144 145 – 179 ≥ 180 A,C (%) < 6.5 6.5 – 8 ˃ 8 200Kolesterol total (mg/dL) < 200 200 – 239 ≥ 240 Kolesterol LDL (mg/dL) < 100 100 – 129 ≥ 130 Kolesterol HDL (mg/dL) > 45 Trigliserida (mg/dL) < 150 150 – 199 ≥ 200 IMT 18.5 – 22.9 23 – 25 ˃ 25 Tekanan darah (mmHg) < 130 / 80 130 – 140 80 – 90 > 140
7. Penyulit A. Akut
- Ketoasidosis diabetik - Hiperosmolar non ketonik - hipoglikemia B. Kronik - Mikroangiopati : o Pembuluh koroner o Vaskular perifer o Vaskular otak - Mikroangiopati : o Kapiler retina o Kapiler renal - Neuropati : - Gabungan :
o Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati - Rentan infeksi
- Kaki diabetik - Disfungsi ereksi
8. Informed Consent Perlu penjelasan mengenai kasus dan rencana perawatan (dengan komplikasi)
9. Lama Perawatan Sesuai DM dengan komplikasi 10. Masa Pemulihan 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 11. Output 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 12. Patologi Anatomi Tidak perlu
Ketua Komite Medik
RS. Hapsah
Panduan Praktik Klinis
Penyakit Dalam
RS. Hapsah Watampone
TGL/BLN/THN PENGESAHAN:
01-12-2015
REVISI A
DIREKTUR RSdr. A. Melda Sakkirang
NAMA PENYAKIT : Demam Berdarah Dengue.1. Definisi ( Pengertian ) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah dengue (DBD)
2. Kriteria Diagnosis Anamnesis
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Sakit kepala
3. Nyeri retro orbital 4. Mialgia
5. Aartralgia
Pemeriksaan fisis 1. Febris
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
– Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54cm2)
– Petekie, ekimosis, atau purpura
– Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
– Hematemesis atau melena
Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
– Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54cm2)
– Petekie, ekimosis, atau purpura
– Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
– Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
– Hematokrit meningkat > 20% dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis kelamin dan populasi yang sama
– Hematokrit turun hingga > 20% dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
– Terdapat efusi pleura, efusi perikard, ascites dan hipoproteinemia
Derajat DBD
1. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusi yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah memar
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan
3. Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah 4. Derajat IV : Renjatan :tekanan darah dan nadi tidak teratur.
DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom renjatan dengue
3. Diagnosis Banding 1. Chikungunya 2. Leptospirosis 3. Demam typoid 4. Influenza 5. Malaria 4. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin
2. IgM dan Ig G Dengue 3. X ray thorak
5. Terapi 1. Non Farmakologis : tirah baring, makanan lunak 2. Farmakologis
- Simptomatis : antipiretik, parasetamol bila demam
- Infus RL. Bila tidak berhasil (syok) diberikan plasma expander
- Pemberian cairan per oral yg cukup
- Mengobati penyulit, infeksi sekunder dan penyakit penyerta sebelumnya
6. Perawatan RS Segera dirawat
7. Penyulit - Kesadaran menurun - Perdarahan
- Syok
- Infeksi sekunder
8. Informed Consent Perlu 9. Lama Perawatan 4-7 hari
10. Masa Pemulihan Sembuh total tanpa komplikasi 11. Output Sembuh total tanpa komplikasi 12. Patologi Anatomi Tidak perlu
Ketua Komite Medik
RS. Hapsah
Panduan Praktik Klinis
Penyakit Dalam
RS. Hapsah Watampone
TGL/BLN/THN PENGESAHAN:
01-12-2015
REVISI A
DIREKTUR RSdr. A. Melda Sakkirang
NAMA PENYAKIT : Hepatitis Virus Akut.1. Definisi ( Pengertian ) Hepatitis virus akut adalah inflamasi hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung <6 bulan. Paling sering disebabkan oleh virus hepatotropic (A,B,C,D)
2. Kriteria Diagnosis Anamnesis
Gejala sistemik: 1. Demam 2. Malaise 3. fatigue 4. Kuning (icteric) 5. Nyeri otot
6. Urine berwarna gelap
Gejala saluran cerna: 1. Mual
2. Muntah
3. Nyeri perut kuadran kanan atas
Pemeriksaan fisis
1. Demam 2. Sclera ikterik
3. Kulit berwarna kuning 4. Hepatomegali
3. Diagnosis Banding 1. Hepatitis karena obat 2. Hepatitis alkoholik
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
2. Liver Function Test: - Bilirubin total - Bilirubin direct - Bilirubin indirect - ALT - AST - Alkali fosfatase 3. Seromarker hepatitis: - IgM HAV - HbsAg - Anti HBs - Anti HBc - HbeAg - HBV DNA
- Anti HCV & HCV RNA 5. Terapi Terapi suportif :
1. Tirah baring
2. Diet agar hidrasi dan kalori cukup, pembatasan protein hanya pada pasien ensefalopati hepatik
Terapi simtomatis Terapi farmakologi:
Terapi hepatitis A: Terapi suportif
Terapi hepatitis B kronik: Lamivudin , Telbivudine Terapi hepatitis C kronik: Interferon, Ribavirin
Edukasi
1. Cukup istirahat
2. Hindari factor risiko penularan 3. Imunisasi hepatitis untuk keluarga 3. Perawatan RS Segera dirawat
- Kanker hati
- Hepatitis B Fulminan 5. Informed Consent Perlu
6. Lama Perawatan 5-7 hari
7. Masa Pemulihan 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 8. Output 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 9. Patologi Anatomi Tidak perlu
Ketua Komite Medik
RS. Hapsah
Panduan Praktik Klinis
Penyakit Dalam
RS. Hapsah Watampone
TGL/BLN/THN PENGESAHAN:
01-12-2015
REVISI A
DIREKTUR RSdr. A. Melda Sakkirang
NAMA PENYAKIT : Demam Tifoid.
1. Definisi ( Pengertian ) Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhii atau Salmonella paratyphii 2. Kriteria Diagnosis Anamnesis
1. Demam naik secara bertahap pada minggu pertama, lalu demam menetap (kontinyu )atau remitten pada minggu kedua
2. Demam terutama sore/malam hari 3. Sakit kepala
4. Nyeri otot 5. Anoreksia 6. Mual, muntah
7. Konstipasi atau diare
Pemeriksaan fisis
1. Febris
2. Kesadaran berkabut/apatis
3. Bradikardia relatif (peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit)
4. Lidah berselaput(kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor)
5. Hepatomegali 6. Splenomegali 7. Nyeri abdomen
Laboratorium:
a. Darah rutin : Dapat ditemukan lekopeni, leukositosis atau normal, Anesonifilia, Limfopenia, Peningkatan LED, Anemia ringan, Trombositopenia,
b. Test fungsi liver : dapat muncul Gangguan fungsi hati
c. Kultur darah (biakan empedu) positif, Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis
d. Widal: Peningkatan titer uji widal > 4kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnose, Uji widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas mnyokong diagnosis
e. Test Tubex 3. Diagnosis Banding 1. Infeksi virus
2. Leptospirosis 3. DHF
4. Malaria 4. Pemeriksaan
Penunjang
1. Darah perifer lengkap 2. Serologi Widal dan Tubex 3. Kultur
4. Tes fungsi hati
5. Terapi 1. Nonfarmakologis: tirah baring, makanan lunak rendah serat 2. Farmakologis
a. Simptomatis b. Antibiotik :
• Sefalosporin generasi III : yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100cc selama . jam per infus sekali sehari selama 3-5 hari. Dapat diberikan sefotaksim 2-3x1gram, sefoperazon 2x1gram
• Flourokuinolon
- Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari - Siprofloksasin 2x500mg/hari selama 6 hari - Ofloksasin 2x400mg/hari selama 7hari • Levofloksasin 1x 500/hari selama 7 hari 6. Perawatan RS Segera dirawat
7. Penyulit Intestinal
- Perdarahan usus - Perforasi usus Ekstraintestinal
- Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis
- Darah : anemia hemolitik, trombositopenia, sindrom uremia hemolitik
- Paru : pneumoni, pleuritis, empisema
- Hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis - Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis - Tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis - Neuropsikiatrik : delirium, meningitis, psikosis, dan
sindrom katatonia. 8. Informed Consent Perlu
9. Lama Perawatan 5-7 hari
10. Masa Pemulihan 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 11. Output 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 12. Patologi Anatomi Tidak perlu
Ketua Komite Medik
RS. Hapsah
Panduan Praktik Klinis
Penyakit Dalam
RS. Hapsah Watampone
TGL/BLN/THN PENGESAHAN:
01-12-2015
REVISI A
DIREKTUR RSdr. A. Melda Sakkirang
NAMA PENYAKIT : Gagal Jantung.1. Definisi ( Pengertian ) Penyakit gagal jantung didefinisikan sebagai ketidaknormalan dari struktur dan fungsi jantung yang mengakibatkan kegagalan jantung untuk mengirimkan oksigen pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme jaringan meskipun tekanan pengisian adalah normal.
2. Kriteria Diagnosis Anamnesis
Pasien mengeluh: 1. Sesak napas 2. Mudah lelah 3. Merasa lemah 4. Bengkak pada kaki
Pemeriksaan fisis
1. Keadaan umum: kesadaran, status nutrisi, berat badan 2. Nadi: frekuensi, ritme, konfigurasi nadi
3. Tekanan darah: sistolik, diastlik, tekanan nadi
4. Tanda kelebihan cairan: tekanan vena jugularis, edem perifer, hepatomegali, ascites
5. Paru Paru : frekuensi napas, ronki basah, efusi pleura 6. Jantung: perpindahan Apex jantung, irama Gallop, suara
jantung ke 3, bising jantung
Bisa didapatkan:
1. Takikardi, 2. Takipneu,
3. Cardiomegali
4. Bunyi Jantung Ke 3 5. Bising Jantung 6. Ronki Basah, 7. Efusi Pleura
8. Peningkatan Tekanan Vena Jugularis 9. Edem Perifer
10. Hepatomegali
Menggunakan kriteria Framingham:
K riteria mayor:
1. Paroksimal nocturnal dyspneu 2. Rongki basah
3. Irama gallop 4. Kardiomegali 5. Distensi vena leher
6. Peningkatan tekanan vena jugularis 7. Edema paru akut
8. Refleuks hepato jugular
K ri teria minor:
1. Edem ekstremitas 2. Batuk malam hari 3. Sesak saat aktivitas 4. Hepatomegali 5. Efusi pleura 6. Takikardi
Diagnosis: paling sedikit 1 kriteria mayor dan 2 cr iteria minor 3. Diagnosis Banding 1. Penyakit paru: pneumonia, asma, emboli paru
2. Penyakit ginjal: gagal ginjal kronik 3. Penyakit hati: sirosis hepatis
4. Pemeriksaan Penunjang 1. Elektrocardiografi: Normal, Abnormal, Disritmia 2. X Ray Thorak: Cardiomegaly, Edema Paru
3. Echocardiografi: Pemeriksaan Frase Ejeksi 4. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Darah Rutin b. Gula Darah c. Profil Lipid d. Ureum-Kreainin e. GFR f. Elektrolite Darah g. Urinalisis
h. Test Fungsi Hati i. Tes fungsi Tiroid
5. Terapi Tindakan umum:
Pertahankan patensi jalan napas
Suplementasi okasigen sesuai saturasi oksigen Terapi non farmakologi:
1. Tirah baring untuk NYHA grade III-IV 2. Diet rendah garam
3. Batasi intake cairan 4. Hentikan rokok, alcohol
5. Batasi/sesuaikan aktivitas fisik Terapi farmakologi:
1. Diuretic diberikan untuk menghilangkan tanda dan gejala congsetif
2. ACEI (atau ARB jika ACEI tidak dapat ditoleransi) (direkomendasikan class I level
1. evince A)
2. Beta blocker (direkomendasikan class I level evince A) 3. MRA direkomendasikan pada pasien dengan gagal jantung
dengan gejala menetap
4. setelah pengobatan dengan ACEI+ beta blocker (direcomendasikan class I level evidence A) Terapi penyakit dasar atau penyakit Co-Morbid 1. Infark jantung
2. DM
3. Kelainan tiroid 4. Hipertensi 5. Dll
6. Perawatan RS Segera dirawatuntuk pasien dengan NYHA grade III-IV 7. Penyulit 1. Usia lanjut
2. Etiologi adalah iskemia/infark jantung 3. Hipotensi
4. NYHA grade III-IV
5. Sering dirawat di rumah sakit
6. EKG didapatkan: ventricular aritmia 7. Puncak VO2yang rendah
8. Gangguan eltrolit
9. Left ventricle ejection fraction yang rendah
8. Informed Consent Perlu penjelasan mengenai kondisi dan rencana perawatan 9. Lama Perawatan 1-2minggu
10. Masa Pemulihan 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 11. Output 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 12.Patologi Anatomi Tidak perlu
Ketua Komite Medik
RS. Hapsah
Panduan Praktik Klinis
Penyakit Dalam
RS. Hapsah Watampone
TGL/BLN/THN PENGESAHAN:01-12-2015
REVISI A
DIREKTUR RSdr. A. Melda Sakkirang
NAMA PENYAKIT : Tuberkulosis.1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis(MTb). Sebagian besar kuman MTb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 2. Kriteria Diagnosis Anamnesis
1. Gejala respiratorik : batuk ≥ 2 minggu, batuk darah, sesak napas,
nyeri dada
2. Gejala sistemik: demam, malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
3. menurun
4. Gejala tuberkulosis ekstra paru sesuai organ yang terkena.
Pemeriksaan fisis
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6) berupa suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah ketiak.
Kriteria diagnostik
1. Pemeriksaan BTA sputum SPS terdapat minimal satu hasil BTA (+) atau bila
1. BTA (-) didapatkan
2. Rontgen toraks gambaran TB aktif
3. Bila TB ekstra paru : terdapat BTA (+) atau reaksi jaringan positif terhadap
4. kuman TB pada organ tsb 3. Diagnosis Banding 1. Pneumonia
2. Jamur paru 4. Pemeriksaan
Penunjang
1. Laboratorium : pemeriksaan BTA sputum 2. Radiologi : gambaran TB aktif
3. Pemeriksaan lain: analisis cairan pleura, pemeriksaan histopatologi jaringan, Uji tuberkulin
5. Terapi 1. Oksigenasi
2. Perbaikan keadaan umum
3. Pemberian obat simtomatis (sesuai keadaan pasien)
4. Pemberian obat anti tuberculosis (2 bulan tahap intensif dilanjutkan 4 bulan tahap lanjutan) dengan dosis sesuai table dibawah
Edukasi :
1. Etika batuk: tidak buang dahak sembarangan 2. Istirahat dengan nutrisi yang adekuat
3. Minum obat teratur, tidak boleh putus.
6. Perawatan RS Segera dirawat bila disertai dengan komplikasi
7. Penyulit 1. Hemoptisis masif
2. Kolaps akibat sumbatan bronkus 3. Bronkietasis
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal dan sebagainya
6. Insufisiensi kardio pulmoner 8. Informed Consent Perlu
9. Lama Perawatan 5-7 hari atau lebih bila dengan komplikasi 10. Masa Pemulihan 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi
11. Output 1. Sembuh total tanpa komplikasi
2. Penyakit berulang dengan komplikasi 12. Patologi Anatomi Tidak perlu
Ketua Komite Medik