RIWAYAT HIDUP PENELITI
1. Nama : Betty Arnitasari Nababan
2. NIM : 110100291
3. Tempat/tanggal lahir : Rantau Prapat, 26 Agustus 1993 4. Agama : Kristen Protestan
5. Alamat : Jalan Cinta Karya Gang Subur 1 No. 14 Medan 6. Telepon / Handphone : 081397031390
7. Alamat email : nababanbetty@ymail.com 8. Orangtua
Ayah : Torang Nababan, S.H
Ibu : Rita Rusmida Sianturi, Am.Keb 9. Riwayat pendidikan :
- TK Santo Antonius Medan 1997-1999 - SD. No 116897 Hapoltakan Nauli 1999-2005
- SMPN 3 Medan 2005-2008
- SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan 2008-2011 - Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara2011-sekarang 10. Riwayat Pelatihan :
-Peserta Seminar dan Workshop Radiographic Interpretation in Disease of the Chesttahun 2013
OUTPUT Data Hasil Analisa Statistik
a. Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan Anak
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
3800,0 3 4,2 4,2 91,7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Penyakit Jantung Bawaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
TOF 18 25,0 25,0 61,1
VSD 28 38,9 38,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
PekerjaanAyah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Berpenghasilan Tetap 17 23,6 23,6 23,6
Berpenghasilan Tidak Tetap 55 76,4 76,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
PekerjaanIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Berpenghasilan Tetap 9 12,5 12,5 12,5
Berpenghasilan Tidak Tetap 63 87,5 87,5 100,0
Total 72 100,0 100,0
PendidikanAyah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Rendah 54 75,0 75,0 75,0
Total 72 100,0 100,0
b. Faktor Risiko Prenatal dengan kejadian Penyakit Jantung Bawaan
UsiaIbuHamil
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<20 21 29,2 29,2 29,2
20-30 50 69,4 69,4 98,6
>30 1 1,4 1,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
UsiaKandungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Premature 5 6,9 6,9 6,9
Mature 59 81,9 81,9 88,9
Postmature 8 11,1 11,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
MemeriksakanKandungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Jarang 10 13,9 13,9 13,9
Sering 45 62,5 62,5 76,4
Tidak Pernah 17 23,6 23,6 100,0
PenyakitMetabolik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Diabetes Melitus 7 9,7 9,7 9,7
Hipertensi 13 18,1 18,1 27,8
Tidak Ada 52 72,2 72,2 100,0
Total 72 100,0 100,0
Obat-obatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 39 54,2 54,2 54,2
Tidak 33 45,8 45,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
Merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 8 11,1 11,1 11,1
Tidak 64 88,9 88,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
Alkohol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 3 4,2 4,2 4,2
Tidak 69 95,8 95,8 100,0
RiwayatPenyakitJantung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 16 22,2 22,2 22,2
Tidak 56 77,8 77,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
RiwayatMeninggalMendadak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 10 13,9 13,9 13,9
Tidak 62 86,1 86,1 100,0
DAFTAR PUSTAKA
Ali, G., 2009. Penyakit Jantung Bawaan, In: Sudoyo, Aru W., Setiyohadi,
Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata K., Marcellus, Setiati Seto.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed 5, Jakarta: InternalPublishing:
1779-1789.
Arief, I., 2007. Faktor Risiko dan Tanda-tanda Anak dengan Penyakit Jantung
Bawaan: 1-10.
Bernstein, D., 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et
al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders
Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.
Fung, A., Manlhiot, C., Naik, S., Rosenberg, H., Smythe, J., Mondal, T.,
etal.,2013. Impact of Prenatal Risk Factors on Congenital Heart Disease
in the Current Era. American Heart Association: 1-12.
Fyler, D.C., 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Harimurti, G., 1996. Penelitian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir
di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia.
Hariyanto, D., 2012. Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap
Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang Januari 2008-Februari 2011. Sari
Hinton, R., 2013. Genetic and Environmental Factors Contributing to
Cardiovascular Malformation: A Unified Approach to Risk. American
Heart Assosiation: 1-3. Diunduh dari:
Hoffman, Julien I. E. 2009. The Natural and Unnatural History of Congenital
Heart Disease. West Sussex: Wiley-Blackwell.
Khairy, P., Ouuyang, D.W., Fernandes, S.M., Aviva, L.P., Katherine, E.E., and
Landzberg, M.J., 2006. Pregnancy Outcomes in Women With Congenital
Hearth Disease. American Heart Association: 517-524. Diunduh dari:
Kumala, E. E. I., 2012. Perbedaan Status Gizi Pada Anak Dengan Penyakit
Jantung Bawaan Sianotik Dan Asianotik, Semarang: Universitas
Diponegoro.
Kumar, Contran. 2012. Buku Ajar Patologi Robbins vol. 2. Ed 20. Jakarta: EGC.
Mochtar, Anantyo., dan Kristanto, Herman. 2008. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Jakarta:
685-692.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta: 115-130.
Ontoseno, Teddy. 2006. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan
yang Kritis pada Neonatus. Diunduh dari:
Primasari, D., Soetadjiz, A., dan Pramono, D., 2011 Perbedaan Perkembangan
pada Anak DenganPenyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Non-Sianotik.
Diunduh dari:
Rahmad, K.B. dan Rachmat, J., 1994. Bedah Jantung pada Penyakit Jantung
Bawaan. Dalam: Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 501 –
519.
Rahayuningsih, S. E., 2013. Transposisi Arteri Besar: Anatomi, Klinik, Kelainan
Penyerta, dan Tipe. Sari Pediatri, 14(6), pp. 357-362.
Rahmawati, N.A., 2011. Hubungan Penyakit Jantung Bawaan Dengan
Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun di Unit Perawatan Jantung RS DR.
Kariadi Semarang. Diunduh dari:
Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E., dan Rudolph, C.D., 2007. Buku Ajar Pediatrik
Rudolph. Ed 20. Jakarta: EGC: 715-736.
Rukmono,. Himawan, Sutisna,. 2006. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi
Anatomik. FKUI: 62-64.
Sani, M.U., Mukhtar, Y.M., Karaye, K.M., 2007. Spectrum of Congenital Heart
Disease in a Tropical Environment: An Echocardiography Study. Journal
Sastroasmoro, S. dan Madiyono, B. 1994. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit
Jantung Bawaan. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara,
Jakarta: 165 – 173.
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Ed 3. Jakarta: Sagung Seto: 130-145.
Sayasthid, J., Tantiwongkosri, K., and Somboonna, N. 2009. Unrecognized
Congenital Heart Disease among Thai Children. J Med Assoc Thai 92
(3): 356 – 359.
Situmorang, C. 2011. Hubungan Sindroma Down dengan Umur Ibu, Pendidikan
Ibu, Pendapatan Keluarga, dan Faktor Lingkungan: 1-9.
Soedarmo, S. dan Poorwo, S. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed 2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia: 122-127.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 186-187.
Wu, M.H. 2010. Prevalence of Congenital Heart Disease at Live Birth in Taiwan.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya,
kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
3.2 Defenisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian adalah sebagai berikut:
Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Penyakit
Wawancara Kuesioner
Non-sianotik
2. Jenis kelamin
3. Usia Kehamilan
4. Berat Badan Bayi Lahir
5. Obat-obatan
6. Alkohol
7. Merokok
8. Penyakit Metabolik
9. Infeksi
10.Riwayat keluarga
Penyakit Jantung
pada anak Arteriosus
Wawancara Kuesioner < 20 tahun
20-30Tahun
Wawancara Kuesioner Laki-laki
Perempuan
Kuesioner Prematur 20-37
adalah
Wawancara Kuesioner Ada
mengkonsumsi
Wawancara Kuesioner Ada
mengkonsumsi
Wawancara Kuesioner Ada merokok
Tidak ada
merokok
Nominal
Metabolik
Wawancara Kuesioner Diabetes
Melitus,
Wawancara Kuesioner Toxoplasma
gondii,
Wawancara Kuesioner Ada
Tidak ada
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui gambaran faktor risiko
penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan
Juli-November 2014. Rumah Sakit ini dipilih karena peneliti melihat banyaknya
variasi pasien yang rawat jalan dan rawat inap yang dapat diteliti.
4.3Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
4.3.1.1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua orangtua dari anak yang
mengalami penyakit jantung bawaan rawat inap dan rawat jalan di RSUP H.
Adam Malik.
4.3.1.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua dari anak
yang mengalami penyakit jantung bawaan yang terdapat di RSUP H. Adam Malik
Medan pada Juli-November 2014.
4.3.2 Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total
sampling, peneliti memasukkan semua pasien anak yang memenuhi kriteria
4.3.2.1Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Semua orangtua dari anak yang menderita penyakit jantung bawaan yang
datang ke RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli-November 2014
2. Orang tua (Ayah dan atau Ibu kandung) bersedia mengikuti penelitian
dibuktikan dengan menandatangani lembar informed consent.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Orang tua (Ayah dan atau Ibu kandung) tidak lengkap memberikan informasi
dalam penelitian.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data yang akan dilakukan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer.
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
tentang faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak secara langsung di
tanyakan dengan wawancara pada orang tua anak yang mengalami penyakit
jantung bawaan.
4.5Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, data akan diolah melalui beberapa langkah sebagai
berikut.
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data
belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancara
ulang responden.
Setelah dilakukan editing data, data yang sudah diedit akan diberi kode pada
setiap jawaban yang diberikan untuk memudahkan proses pengolahan data.
Misalnya dengan mengubah data yang berbentuk kalimat ke dalam data numerik
atau angka.
c. Entri
Pada langkah ini, data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan ke dalam
komputer dengan menggunakan bantuan program SPSS for window.
d. Cleaning Data
Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entri, agar terlihat
adanya kesalahan atau tidak. Mungkin dapat terjadi kesalahan pada saat mengentri
data.
e. Saving
Proses penyimpanan data untuk siap dianalisis.
4.5.2 Analisa Data
Analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS kemudian ditampilkan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Jantung Anak lantai 2 dan ruang Rawat
Inap Anak Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga
Lau No.17, Medan. Adapun rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe
A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 untuk daerah
Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Selain itu, rumah sakit ini juga
merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
502/ Menkes/IX/ 1991 tanggal 6 September 1991.
5.1.2. Karakteristik Anak Responden
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 72 sampel. Semua
data sampel diambil dari data primer, yaitu dengan mengisi kuesioner dan
wawancara langsung orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung
bawaan dari periode Juni sampai November 2014.
Berdasarkan jenis kelamin anak responden yang terbanyak adalah
laki-laki 49 orang (68,1%), sedangkan perempuan 23 orang (31,9%) seperti yang
terdapat pada Tabel 5.1.
Terdapat anak responden dengan berat bayi lahir terendah adalah
2100gram, dan berat bayi lahir besar dengan berat 4800gram. Anak responden
mengalami penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir <2500gram sebanyak
9 orang (12,5%), sedangkan berat bayi lahir 2500-4000 terdapat 57 orang (79,2%)
dan berat bayi lahir >4000 terdapat 6 orang (8,3%).
Sebagian besar penyakit jantung yang dialami anak responden ialah
(38,9%), Duktus Arteriosus Persisten 10 orang (13,9%), Defek Septum Atrium 8
orang (11,1%) dan Defek Septum Atrium Ventrikel 1 orang (1,4%).
Tabel 5.1 Distribusi Anak Responden berdasarkan Karakteristik Penyakit Jantung
Bawaan pada Anak
Karakteristik Anak Responden n (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Berat Bayi Lahir
<2500 gram
2500-4000 gram
>4000 gram
Penyakit Jantung Bawaan
Sianotik
* TOF (Tetralogi of Fallot), TAB (Transposisi Arteri Besar), VKBKG (Ventrikel
Arteriosus Persisten, DSA (Defek Septum Atrium), DSAV (Defek Septum Atrium
Ventrikel).
Sedangkan penyakit jantung bawaan sianotik yang dialami oleh 25 orang
(34,7%), seperti Tetralogi of Fallot 18 orang (25,0%), Transposisi Arteri Besar 5
orang (6,9%), dan Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda 2 orang (2,8%).
Distribusi anak responden menurut jenis penyakit jantung bawaaan yang dialami
dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.1).
Suku anak responden yang terbanyak mengalami penyakit jantung bawaan
ialah suku Batak 32 orang (44,4%), kemudian suku Jawa 32 orang (44,4%),
responden dengan suku Melayu 4 orang (5,6%), dan suku Padang 1 orang (1,4%).
Distribusi anak responden menurut suku dengan penyakit jantung bawaan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.1).
Dalam tabel 5.2 dapat dilihat distribusi anak responden menurut pekerjaan
orangtua di dapat dengan pekerjaan ayah didominasi wiraswasta 41 orang
(56,9%), petani 13 orang (18,1%), PNS 13 orang (18,1%), TNI/POLRI 3 orang
(4,2%), dan nelayan 2 orang (2,8%). Sementara pekerjaan ibu didominasi oleh ibu
rumah tangga 46 orang (63,9%0, wiraswasta 10 orang (13,9%), PNS 9 orang
(12,5%), dan petani 7 orang (9,7%).
Jika dilihat dari distribusi pendidikan terakhir ayah, tingkat Sekolah Dasar
9 orang (12,5%), Sekolah Menengah Pertama 16 orang (22,2%), mayoritas
Sekolah Menengah Atas 30 orang (41,7%), setingkat Diploma 3 ada 3 orang
(4,2%), dengan pendidikan Sarjana 1 terdapat 13 orang (18,1%) dan Sarjana 2
terdapat 1 orang (1,4%). Dan jika dilihat dari pendidikan terakhir ibu yang
mayoritas setingkat Sekolah Menengah Atas 30 orang (41,7%), yang terendah
Tabel 5.2. Distribusi Anak Responden berdasarkan Profil Orang Tua
5.1.3. Faktor Risiko Prenatal dengan kejadian Penyakit Jantung Bawaan
Faktor risiko prenatal adalah faktor yang terjadi mempengaruhi sebelum
prenatal yang diteliti adalah usia ibu saat hamil, usia kandungan ibu, kebiasaan
ibu memeriksakan kandungannya, penyakit metabolik yang di derita ibu,
konsumsi obat-obatan, alkohol, riwayat keluarga yang mengalami penyakit
jantung bawaan, dan riwayat keluarga yang meninggal mendadak. Distribusi
responden menurut faktor risiko prenatal terhadap anak dengan penyakit jantung
bawaan dapat dilihat dari tabel di bawah (Tabel 5.3).
Dalam penelitian ini di dapat mayoritas usia saat ibu hamil dengan anak
penyakit jantung bawaan adalah 20-30 tahun sebanyak 50 orang (69,4%),
ditemukan juga dengan usia ibu hamil <20 tahun 21 orang (29,2%), dan usia >30
tahun 1 orang (1,4%).
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat distribusi responden menurut usia kandungan
ibu dengan penyakit jantung bawaan bahwa ibu dengan usia kandungan prematur
(20-37 minggu) ada 5 orang (6,9%), ibu denngan usia kandungan yang matur
(38-40 minggu) teradapat 59orang (81,9%), dan usia kandungan ibu yang postmatur
(>40 minggu) 8 orang (11,1%).
Frekuensi ibu yang tidak pernah memeriksakan kandungannya ke tenaga
kesehatan medis di dapat 17 orang (23,6%) dan yang jarang (<3 kali) ada 10
orang (13,9%). Sementara itu kebiasaan ibu yang sering memeriksakan
kandungannya (>3 kali) di dapat 45 orang (62,5%). Pada penyakit metabolik yang
di alami ibu dengan anak yang mengalami penyakit jantung bawaan di dapat 7
orang (9,7%) menderita diabetes melitus, kemudian 13 orang (18,1%) yang
menderita hipertensi, dan 52 orang (72,2%) dikatakan tidak menderita penyakit
metabolik keduanya.
Didapat distribusi responden dengan ibu yang mengkonsumsi obat-obatan
saat mengandung 39 orang (54,2%), dan yang tidak mengkonsumsi obat-obatan
33 orang (45,8%). Sementara itu ibu dengan kebiasaan merokok terdapat 8 orang
(11,1%), dan yang tidak merokok 64 orang (88,9%). Selain itu terdapat 3 orang
(4,2%) ibu yang mempunyai kebiasaan meminum alkohol, dan 69 orang (95,8%)
Tabel 5.3. Distribusi Responden menurut Faktor Risiko Prenatal dengan anak PJB
Faktor Risiko Prenatal n (%)
Usia Ibu saat Hamil
<20 tahun
20-30 tahun
>30 tahun
Usia Kandungan Ibu
Premature
Penyakit Metabolik Ibu
Dan pada Tabel 5.4 juga dapat dilihat distribusi responden menurut
riwayat penyakit jantung bawan yang dialami keluarga 16 orang (22,2%), dan
yang tidak menderita hal yang sama didapat 56 orang (77,8%). Selain itu riwayat
keluarga yang meninggal mendadak 10 orang (13,9%), dan distribusi responden
yang tidak mempunyai riwayat keluarga meninggal mendadak didapat 62 orang
(86,1%).
Tabel 5.4. Distribusi Anak Responden berdasarkan Riwayat Keluarga
Riwayat Keluarga n (%)
Penyakit Jantung Bawaan
Ya, ada
5.2.1. Berdasarkan Karakteristik Anak Responden dengan Penyakit Jantung
Bawaan
Berdasarkan Tabel 5.1. didapat distribusi anak responden menurut jenis
kelamin bahwa anak laki-laki 49 orang (68,1%) mengalami penyakit jantung
bawaan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan (31,9%) di RSUP H.
Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Hariyanto (2011) di Instalasi
Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Januari 2008 sampai Febuari
2011, dari 98 pasien didapat perempuan (51%) yang mengalami PJB lebih besar
di bandingkan laki-laki (49%).
Dalam penelitian ini, didapat anak yang mengalami penyakit jantung
bawaan dengan berat bayi lahir rendah adalah 9 orang (12,5%) dan berat bayi
buku Ilmu Kebidanan, rata-rata berat bayi lahir rendah 24,9%, diikuti dengan
berat bayi lahir normal 44,5% dan berat bayi lahir besar 30,6% yang mengalami
penyakit jantung bawaan. Anak yang menderita penyakit jantung bawaan akan
mengalami retardasi pertumbuhan karena organ yang berperan dalam sistem
sirkulasi terganggu, sehingga darah yang dipompa berkurang dan terjadi
percampuran antara darah yang kaya akan oksigen dan yang kurang oksigen.
Sehingga mempengaruhi kerja metabolisme tubuh (Rahmawati, 2011).
Hasil penelitian pada Tabel 5.1 didapat bahwa jenis penyakit jantung
bawaan yang terbanyak dialami anak rawat inap dan rawat jalan di RSUP H.
Adam Malik Medan periode Juni sampai November 2014 adalah asianotik 47
orang (65,3%), diikuti dengan penyakit jantung bawaan sianotik 25 orang
(34,7%). Tidak sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati (2011) di RS Dr Kariadi
Semarang yaitu jumlah penderita penyakit jantung bawaan sianotik lebih banyak
(55,6%) bila di bandingkan dengan penderita penyakit jantung bawaan asianotik
(44,4%). Dalam penelitian Hariyanto (2011) di sebutkan frekuensi relatif penyakit
jantung bawaan menunjukkan 5 PJB terbanyak ditempati oleh DSV, DSA, DAP,
TF, TAB, berturut-turut 35%, 35%, 33%, 15%, dan 8%.
Didapat dalam penelitian ini bahwa suku dari anak yang mengalami
penyakit jantung bwaan terbesar ialah suku Batak dengan 32 orang (44,4%).
Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Hariyanto di RSUP Dr. M. Djamil
Padang Januari 2008 sampai Febuari 2011, di peroleh suku Padang 44% anak
yang menderita penyakit jantung bawaan. Menurut Hassan dan Alatas (1991)
dalam buku Ilmu Kesehatan anak, sangat berpengaruhnya kebudayaan terhadap
penyakit anak seperti sosial, kebiasaan dalam pemikiran terhadap makanan,
besarnya jumlah anggota keluarga, norma kebersihan dan sanitasi, serta sikap
terhadap dukun dan dokter.
Didapat juga pekerjaan ayah yang mayoritas wiraswasta sebesar 56,9%,
dan pekerjaan ibu yang terbanyak dari anak dengan penyakit jantung bawaan
adalah ibu rumah tangga 63,9%. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
oleh Aripriandari (2011) di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas Pandanaran
sedangkan 19 orang (38%) mempunyai pekerjaan lain-lain seperti buruh, petani,
nelayandan lain-lain. Sementara sebagian besar ibu tidak bekerja (ibu rumah
tangga), yaitu sebanyak 34 orang (68%) di RSUP DR. Kariadi dan 38 orang
(76%) di Puskesmas Pandanaran.
Selain itu, juga didapat tingkat pendidikan terakhir ayah dalam penelitian
ini terbanyak adalah SMA 30 orang (41,7%), dan pendidikan terakhir ibu yang
terbanyak juga SMA 30 orang (41,7%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aripriandari (2011) di Semarang bahwa tingkat pendidikan Ayah
di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas Pandanaran yang terbanyak SMA yaitu 15
orang (30%) dan 23 orang (46%). Sementara pendidikan ibu di masing-masing
tempat terbanyak yaitu SD 20 orang (40%) dan 19 orang (38%).
5.2.2. Berdasarkan Faktor Risiko Prenatal dengan anak Penyakit Jantung
Bawaan
. Dalam Tabel 5.3 dapat dilihat distribusi responden menurut usia ibu saat
hamil yang terlalu muda <20 tahun 21 orang (29,2%). Dan usia kandungan ibu
prematur (20-37 minggu) 5 orang (6,9%), sedangkan usia kandugan ibu postmatur
(>40 minggu) tedapat 8 orang (11,1%). Di Amerika dalam penelitian Tanner et al
(2005) dengan usia kandungan ibu yang prematur di dapat 13 kasus kelahiran
anak dengan penyakit jantung bawaan per 1000 kelahiran. Sementara pada usia
kandungan ibu yang matur di dapat 5 kasus kelahiran anak dengan penyakit
jantung bawaan per 1000 kelahiran anak.
Menurut Mochtar dan Kristanto (2008), bahwa kehamilan umumnya
berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Namun, sekitar 3,4% - 14%atau rata-rata 10% persalinan normal dengan
kehamilan 38-42 minggu. Angka ini bervariasi dari beberapa peniliti bergantung
dari beberapa kriteria yang dapakai.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Costello et al (2010) dari 971
sampel 858 memerlukan tindakan interpensi primer berupa operasi jantung, 105
sampel memerlukan kateterisasi jantung, dan 8 orang tidak memerlukan interpensi
jika tidak segara mendapatkan perawatan dari rumah sakit. Bahwa anak yang
mengalami penyakit jantung bawaan dengan usia dalam kandungan kurang dari
37 minggu mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu 49,7%, dan angka
kecacatan sebesar 6,9% dibandingkan dengan anak yang mengalami penyakit
jantung bawaan dengan usia gestasi ibu cukup bulan 39-40 minggu yaitu 2,6%
untuk angka kematian anak dan 39,7% angka kecacatannya. Disebutkan anak
penyakit jantung dengan usia kandungan ibu <37 minggu memerlukan tindakan
caesar dalam proses kelahirannya.
Hasil penelitian ini didapat ibu yang mempunyai anak dengan penyakit
jantung bawaan 13 orang (18,1%) menderita penyakit metabolik hipertensi,
diikuti dengan penyakit diabetes melitus yang diderita ibu 7 orang (9,7%). Dalam
penelitian Fung et al (2013) juga di sebutkan bahwa selain dari faktor genetik,
juga berpengaruh faktor risiko prenatal seperti ibu dengan obesitas dan diabetes
melitus, usia ibu dan juga ayah saat konsepsi, dan meningkatnya paparan obat
terhadap ibu saat mengandung.
Dapat dilihat dari Tabel 5.3. bahwa ibu dengan kebiasaan meminum
obat-obatan dalam masa kehamilan 39 orang (54,2%), ibu yang merokok 8 orang
(11,1%), dan ibu yang mengkonsumsi alkohol 3 orang (4,2%). Sementara itu,
anak dengan penyakit jantung bawaan yang mempunyai riwayat keluarga yang
juga mengalami penyakit jantung bawaan 16 orang (22,2%), dan riwayat keluarga
yang meninggal mendadak dari anak dengan penyakit jantung bawaan didapat 10
orang (13,9%). Penelitian sebelumnya oleh Fung et al (2013) mendapatkan hasil
nilai masing-masing p<0,05 yang menyimpulkan bahwa akan terlahir anak dengan
penyakit jantung bawaan jika memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami
penyakit jantung bawaan, ibu dengan kebiasaan merokok bahkan dalam masa
kehamilan, dan juga ibu yang terpapar obat-obatan selama masa kehamilannya.
Penelitian Paul et al (2006) di American Heart Association pada 90
kehamilan ibu yang merokok, usia ibu hamil kurang dari 21 tahun dan lebih dari
35 tahun ditemukan 53 ibu melahirkan dengan anak penyakit jantung bawaan.
Dalam penelitian Fung et al (2013) juga di sebutkan bahwa selain dari faktor
diabetes melitus, usia ibu dan juga ayah saat konsepsi, dan meningkatnya paparan
obat terhadap ibu saat mengandung.
Kelemahan dalam penelitian ini, tidak diketahui infeksi yang dialami oleh
ibu dengan anak yang menderita penyakit jantung bawaan. Dikarenakan tidak
adanya skrining pada ibu oleh tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik, dan
keterbatasan ibu yang mengalami infeksi baik dari segi ekonomi, pengetahuan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dan pembahasan di atas, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mayoritas jenis kelamin pasien menderita PJB pada anak adalah laki-laki
(68,1%).
2. Berat bayi lahir yang paling banyak menderita PJB pada anak adalah 2500
gram sampai 4000 gram (79,2%).
3. Penyakit jantung bawaan yang terbanyak terdiagnosis adalah asianotik
(65,3%) dibandingkan dengan sianotik.
4. Kelompok suku atau ras yang paling banyak adalah suku batak dan diikuti
suku jawa (44,4%)
5. Dengan pekerjaan ayah yang dominan Wiraswasta (56,9%), dengan
pekerjaan Ibu paling banyak Ibu Rumah Tangga (56,9%).
6. Mayoritas pendidikan ayah rendah (76,7%), diikuti pendidikan ibu yang
rendah (75,3%).
7. Pengaruh prenatal seperti usia ibu saat hamil yang terbanyak adalah 20
tahun sampai 30 tahun (69,4%).
8. Penyakit Metabolik yang terbanyak dialami ibu adalah hipertensi (18,1%).
9. Dan ibu yang mengkonsumsi obat dalam masa kehamilan sangat tinggi
(54,2%).
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan:
1. Bagi Instansi Kesehatan
Tenaga kesehatan perlu lebih aktif menginformasikan tentang
faktor risiko penyakit jantung bawaan anak pada masyarakat umum,
elektronik. Dan penderita yang mengalami penyakit jantung bawaan dapat
di tangani semaksimal mungkin.
2. Kepada Peneliti dan Badan Penelitian Kesehatan Lainnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor
risisko dengan penyakit jantung bawaan pada anak dengan jumlah sampel
yang lebih besar, untuk mencari faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan
penyakit jantung bawaan pada anak, dan mencari faktor protektif yang
dapat mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak.
3. Tenaga Medis
Sangat penting dilakukan skrining pada ibu dengan anak penyakit
jantung bawaan, untuk mengetahui riwayat infeksi yang dialami ibu
selama mengandung yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriogenesis
Pada manusia, embriologi dapat didefenisikan sebagai perkembangan
biologi dari konsepsi sampai akhir bulan kedua kehidupan, yaitu dari konsepsi
sampai akhir minggu ke-8. Embriologi penting sebagai alat pemahaman. Dimana
dari embriologi memberikan pemahaman penyakit jantung kongenital yang
kompleks, yang dapat mempermudah diagnosis kliniknya secara tepat. Embriologi
juga dapat memperjelas baik morfogenesis (patogenesis) maupun etiologi
malformasi jantung (Praagh, 1996).
1. Kehidupan minggu pertama
Proses yang menonjol pada kehidupan minggu pertama dari 0 sampai 7
hari adalah:
a. Oosit segera sesudah ovulasi,
b. Fertilisasi sekitar 12-24 jam sesudah ovulasi,
c. Segmentasi (stadium pronuklei laki-laki dan wanita, kumparan
pembelahan mitotik pertama),
d. Pembentukan blastokist awal sekitar umur 4 ½ hari,
e. Fase implantasi awal.
2. Kehidupan munggu kedua
Perkembangan utama pada minggu kedua, dari 8 sampai 14 hari adalah:
a. penyempurnaan implantasi,
b. pembentukan diskus bilaminer, yang terdiri atas ektoderm dan endoderm,
c. perkembangan rongga amnion,
d. penampakan kantong kuning telur (yolk sac), dan
e. perluasan vili primitif dari plasenta yang sedang berkembang.
3. Kehidupan minggu ketiga
Perkembangan yang utama dari segi kardiovaskular di kehidupan minggu
a. Sistem kardiovaskular dibentuk dari mesoderm. Mesoderm berkembang
dari ektoderm pada kehidupan hari ke 15,
b. Bulan sabit kardiovaskular dari mesoderm pra jantung tampak pada
kehidupan hari ke 18,
c. Peronggaan mesoderm membentuk celom intra-embrionik juga pada
kehidupan hari ke 18,
d. Pipa jantung lurus, atau stadium sebelum berputar (preloop), normal
berkembang pada umur 20 hari,
e. Pembentukan putaran (loop) jantung, normal putaran jantung ke kanan
(pembentukan D) dan tidak normal ke kiri (pembentukan
putaran-L) mulai pada umur 21 hari.
4. Kehidupan minggu keempat
Perkembangan kardiovaskular utama dari 22-28 hari adalah sebagai
berikut:
a. Pembentukan putaran-D (D-loop) disempurnakan,
b. Perkembangan secara morfologis ventrikel kiri dan secara morfologis
ventrikel kanan mulai dari hari 22-28,
c. Sirkulasi dimulai hari 26-28. Ini dikenal sebagai “sirkulasi dalam-seri”
karena darah keluar dari atrium kanan secara morfologis menuju ke
atrium kiri secara morfologis, kemudian ke ventrikel kiri, menuju ke
ventrikel kanan dan ke trunkus arteriosus (batang arteria). Sirkulasi
dalam-seri serupa dengan sirkulasi yang berlangsung pada atresia
trikuspidalis.
d. Penyekatan kardiovaskular dimulai,
e. Evolusi arkus aorta dimulai.
5. Kehidupan minggu kelima
Perkembangan kardiovaskular yang utama antara hari 29-35 dapat
diringkas sebagai berikut:
a. Ventrikel kiri, ventrikel kanan, dan sekat ventrikel terus tumbuh dan
b. Terdapat pendekatan aorta ke foramen interventrikular, katup mitral, dan
ventrikel kiri,
c. Terjadi pemisahan aorta ascendens dan arteria pulmonalis utama, yaitu
hari 32-33,
d. Pemisahan katup mitral dan trikuspidal di sempurnakan pada hari 34-36,
e. Pembesaran ventrikel kanan,
f. Bersama dengan pembesaran ventrikel kanan, sekat muskuler ventrikel
bergerak dari kanan ke kiri dibawah kanal atrioventrikular ,
g. Katup trikuspidal membuka kedalam ventrikel kanan,
h. Ostium primum ditutup oleh jaringan dari bantalan (cushion)
endokardium dari kanal atrioventrikular, yang dengan demikian
memisahkan kedua atrium,
i. Apeks ventrikel memutar ke arah kiri secara horizontal,
j. Dari hari 30-36, katup pulmonal bergerak dari posterior dan ke kiri dari
katup aorta yang sedang berkembang, dan akhirnya keposisi anterior
normalnya ke kiri katup aorta.
6. Kehidupan minggu keenam dan ketujuh
Perkembangan kardiovaskular utama antara kehidupan hari ke 36-49 adalah:
a. penutupan konus sekat (infundibulum), dan
b. penutupan bagian membran sekat ventrikel.
Sekat ventrikel biasanya tertutup antara umur 38 dan 45 hari. Penutupan
foramen interventrikulare dapat tertunda sampai pasca lahir, dikenal
sampai penutupan secara spontan defek sekat ventrikel yaitu tanpa bantuan
bedah. Pendewasaan kardiovaskular berlanjut dengan baik sampai pasca
lahir ( Praagh, 1996).
2.2. Perubahan Sistem Sirkulasi Pada Saat Lahir
Dalam beberapa saat kelahiran, perubahan yang besar harus terjadi ketika
neonatus dengan cepat berganti dari plasenta ke paru-paru sebagai organ respirasi
(Freed, 1996). Dalam hal ini, perlu diketahui perubahan-perubahan sirkulasi yang
masuknya oksigen yang pertama kali ke dalam paru bayi. Dengan peristiwa ini
membuka alveoli, pengembangan paru serta penurunan tahanan ekstravaskular
paru bayi dan peningkatan tekanan oksigen, sehingga terjadi vasodilatasi yang
disertai penurunan tahanan dan penipisan dinding arteri pulmonalis. Hal ini
mengakibatkan penurunan tekanan ventrikel kanan serta peningkatan saturasi
oksigen sistemik (Ontoseno, 2006).
Perubahan selanjutnya terjadi peningkatan aliran darah ke paru secara
progresif, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium kiri sampai
melebihi tekanan di atrium kanan. Kondisi ini mengakibatkan penutupan foramen
ovale, juga peningkatan tekanan ventrikel kiri disertai dengan peningkatan
tekanan serta penebalan sistem arteri sistemik. Peningkatan tekanan oksigen
sistemik dan perubahan sintesis serta metabolisme bahan vasoaktif prostaglandin
mengakibatkan kontraksi awal dan penutupan fungsional dari duktus arteriosus
yang mengakibatkan berlanjutnya penurunan tahanan arteri pulmonalis
(Ontoseno, 2006).
Mekanisme penutupan duktus arteriosus tidak seluruhnya dimengerti.
Telah dijelaskan bahwa selama beberapa waktu oksigen berperan (Freed, 1996).
Pada neonatus aterm normal, konstriksi awal dari duktus arteriosus terjadi pada
10-15 jam pertama kehidupan, lalu terjadi penutupan duktus arteriosus secara
fungsional setelah 72 jam postnatal. Kemudian disusul proses trombosis,
proliferasi intimal dan fibrosis setelah 3-4 minggu postnatal yang akhirnya terjadi
penutupan secara anatomis. Pada neonatus prematur, mekanisme penutupan
duktus arteriosus ini terjadi lebih lambat, bahkan bisa sampai usia 4-12 bulan
(Ontoseno, 2006).
2.3 Penyakit Jantung Bawaan
2.3.1 Defenisi
Penyakit jantung bawaan dapat diartikan sebagai kelainan struktur atau
fungsi dari sistem kardiovaskular yang ditemukan pada saat lahir, walaupun dapat
2.3.2 Epidemiologi
Kelaianan kongenital jantung terjadi pada sekitar 8 per 1000 kelahiran
hidup, yang menjadikannya salah satu tipe malformasi kongenital tersering.
Dengan menurunnya insiden demam reumatik akut, penyakit jantung kongenital
sekarang menjadi penyebab tersering penyakit jantung pada anak di dunia Barat.
Penyakit jantung kongenital mencakup beragam malformasi, berkisar dari
kelahiran ringan yang hanya menimbulkan gejala minimal sampai usia dewasa,
hingga anomali berat yang menyebabkan kematian pada masa perinatal (Dennis,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian Wu (2009) yang di kutip oleh Windarini
(2010) penelitian di Taiwan menunjukkan prevalensi yang sedikit berbeda, yaitu
sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi berjenis
kelamin laki-laki, dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung Bawaan
yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect.
Kelainan jantung kongenital seringkali tidak berdiri sendiri. Sekitar
10-20% ternyata mengidap kelainan jantung kongenital disertai cacat bawaan yang
lain.2 Hal ini menggambarkan bahwa tidak menutup kemungkinan anak dengan
penyakit jantung bawaan mempunyai riwayat penyakit lain (Sadono, 2013).
2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Penyakit jantung kongenital mungkin di sebabkan oleh interaksi antara
predisposisi genetik dan faktor lingkungan (Hoffman, 2007).
2.3.3.1Faktor Genetik
Riwayat dalam keluarga yang menderita kelainan pada jantung atau bukan
pada jantung menjadi suatu faktor risiko utama (mayor). Sekitar 6 % - 10 %
penderita kelainan jantung bawaan mempunyai penyimpangan kromosom, atau
dengan kata lain sekitar 30% bayi yang mempunyai penyimpangan kromosom
menderita kelainan jantung bawaan. Misalnya pada anak dengan Down syndrom
maka sekitar 40 % mempunyai kelainan jantung bawaan (Arief, 2007).
Sindroma Down merupakan bentuk kelainan kongenital yang ditandai
menjadi tiga buah sehingga jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Pada
manusia normal jumlah kromosom sel mengandung 23 pasangan kromosom
(Situmorang, 2011).
Statistik menunjukkan bahwa di antara kaum wanita berusia 20 tahun,
hanya 1 dari 2.300 kelahiran yang menderita cacat ini. Pada wanita berusia 30
hingga 34 tahun, insidensi sindroma Down 1 dari 750 kelahiran. Sedangkan pada
wanita berusia 39 tahun, insidensi itu naik secara drastis sampai 1 dari 280
kelahiran. Pada wanita berusia 40 sampai 44, insidensi 1 dari 13 kelahiran. Pada
wanita usia lebih dari 45 tahun, insidensi sindroma Down 1 dari 65 kelahiran
(Lidyana, 2004). Walaupun belum diketahui secara pasti pengaruh usia ibu
terhadap kejadian sindroma Down, namun “non-disjunction” yang terjadi pada
oosit ibu yang tua banyak dilaporkan (Situmorang, 2011).
Pada kelainan kromosom ada faktor-faktor yang mempengaruhi kelainan,
antara lain:
(a) Usia ibu lanjut berkolerasi dengan frekwensi sindrom Down yaitu
suatu kelainan herediter yang disertai frekwensi kelainan kromosom
yang tinggi.
(b) Radiasi diketahui dapat menyebabkan cedera pada kromosom. Namun
demikian tidak terdapat bukti bahwa radiasi pada ibu disertai
frekwensi sindrom Down yang meningkat.
(c) Berbagai zat kimia dapat mengubah susunan gen. Diantaranya
obat-obatan anti-kanker mempunyai pengaruh terhadap kromosom sebagai
halnya radiasi (Rukmono, 2006).
Jika lesi jantung merupakan bagian dari sindrom akibat mutasi satu gen,
pada umumnya gen dominan autosomal akan muncul 50 % pada anaknya,
sedangkan gen resesif autosomal menimbulkan penyakit pada 25 % anaknya
(Maitra dan Kumar, 2012).
Kelainan kromosomal mempunyai risiko berulang (rekurensi) dan
bervariasi sesuai dengan perubahan kromosomal spesifik yang terjadi. Bentuk
pewarisan yang lain menimbulkan risiko yang berulang jauh lebih rendah. Lebih
jauh, jika dua sanak keluarga derajat pertama mempunyai penyakit jantung
kongenital, risiko penyakit jantung pada bayi yang berikutnya ialah sekitar tiga
kali. Anak yang terkena penyakit jantung kongenital berikutnya, paling sering
akan mempunyai tipe yang serupa seperti orang tua atau saudara kandungnya
(Hoffman, 2007).
2.3.3.2Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berkontribusi menyebabkan penyakit jantung
bawaan dikelompokkan dari kesehatan ibu berupa usia, Indeks Masa Tubuh
sebelum kehamilan, status diabetes tipe 1. Paparan terhadap ibu selama hamil
seperti merokok, obat-obatan yang digunakan, bahan kimia, dan komplikasi dari
kehamilan yaitu hipertensi, infeksi, diabetes melitus (Hinton, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Hinton (2013) belakangan ini dilaporkan
peningkatan hingga 1-2 persen dari seluruh resiko cacat jantung. Dan risiko
tersebut mencapai puncak saat ibu tersebut merupakan perokok berat. Selain itu,
wanita berusia 35 tahun lebih memiliki resiko lebih tinggi untuk memiliki anak
penderita cacat jantung jika mereka merokok.
Ibu yang sewaktu hamilnya minum berbagai obat-obatan seperti
thalidomide, cortisone, dan busulfan dapat menyebabkan kelainan jantung bawaan
(Kusumawidjaja, 2006). Ibu yang meminum garam litium saat hamil dapat
memperoleh anak yang menderita penyakit jantung kongenital, dengan insidens
lesi kaktup mitral dan trikuspid yang abnormal tinggi (Hoffman, 2007).
Sekitar separuh anak dari ibu yang alkoholik menderita penyakit jantung
kongenital (biasanya pirau kiri-ke-kanan). Asam retinoat yang digunakan untuk
mengobati jerawat dapat menyebabkan berbagai tipe lesi jantung kongenital
(Hoffman, 2007).Ibu diabetik atau ibu yang meminum progesteron saat hamil
mungkin mengalami peningkatan risiko untuk mempunyai anak dengan penyakit
jantung kongenital (Hoffman, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Fung et al (2013) frekwensi dari ibu dengan
infeksi intrauterin saat hamil 5 sampai 9 persen melahirkan anak dengan penyakit
jantung bawaan. Infeksi intrauterin yang langsung seperti setelah usaha
menggugurkan bayi, dapat mengganggu embriogenesis jantung pada janin
(Kusumawidjaja, 2006).
Dalam konteks penelitian, didapat faktor kesehatan dari ibu seperti Indeks
Masa Tubuh (IMT) sebelum kehamilan, umur ibu, paparan terhadap ibu yang
merokok dan juga komplikasi dari kehamilan seperti hipertensi, kehamilan
diabetes (Hinton, 2013).Berdasarkan hasil penelitianHariyanto (2011) pasien PJB
yang dirawat sebagian besar dengan status gizi kurang yaitu 52%, namun
demikian ditemukan 5,1% pasien dengan status gizi lebih, gizi baik 35,7%, dan
gizi buruk ditemukan 7,1% pasien.
Dilaporkan satu tahun terakhir ini gabungan dari ibu dan ayah dalam
macam-macam penyakit, defisiensi nutrisi, obat-obat yang digunakan, dan
paparan kimia selama fase embrio janin berpotensi menyebabkan penyakit
Selain itu, kumpulan data kunjungan terdahulu dari elektronik dan
dokumen bagian kandungan, penyakit jantung, dan juga bedah menyatakan ada
variabel sebelum kehamilan serta sebelum kelahiran antara lain: pendidikan
rendah, usia kehamilan yang kurang, penyakit paru-paru, diagnosis jantung dan
tindakan pembedahan terdahulu merupakan resiko penyakit jantung bawaan pada
anak (Khairy et al, 2006).Perubahan dari populasi demografis seperti kebiasaan
suku etnis dan perbedaan kebudayaan mungkin dapat mempengaruhi genetik dan
faktor lingkungan sebagai faktor risiko penyakit jantung kongenital (Fung et al,
2013).
Bila terdapat Rubella (German measles) pada trimester pertama kehamilan,
maka diperhitungkan bahwa seperempat hingga separuh keturunnya akan
menderita kelainan bawaan pada berbagai alat tubuh, termasuk jantung. Juga
influenza, tuberkulosis dan toxoplasmosis disangka dapat menyebabkan kelainnan
jantung fetus (Kusumawidjaja, 2006).
Embriopati rubela sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer, duktus
srteriosus paten, dan kadang-kadang stenosis katup pulmonal. Virus lain terutama
koksavirus, diduga menyebabkan penyakit jantung kongenital, berdasarkan
penambahan frekwensi kenaikan titer serum untuk virus tersebut pada ibu yang
bayinya menderita penyakit jantung kongenital (Hoffman, 2007).
Sindrom rubella kongenital merupakan penyakit yang sangat
menularmengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas.
Penularannya terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring atau rute pernapasan,
darah, kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial, paru
dan plasenta pada infeksi kongenital (Soedarmo dkk, 2008).
Bila di temukan anak pertama menderita penyakit jantung kongenital, orang
tua sering mempunyai perasaan amat bersalah dan hampir selalu
mengkhawatirkan risiko terjadinya penyakit jantung kongenital pada anak yang
2.4 Jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu penyakit jantung
bawaan asianotin dan sianotik (Arief, 2007).
2.4.1 Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
1. Defek Septum Ventrikel
Defek septum ventrikel merupakan defek jantung kongenital tersering saat
lahir, tetapi karena banyak defek septum ventrikel kecil menutup sendiri pada
masa anak, insiden keseluruhan defek septum ventrikel pada orang dewasa lebih
rendah dari pada insiden defek atrium (Dennis dan Kumar, 2012).
Istilah defek sekat ventrikel menggambarkan suatu lubang pada sekat
ventrikel. Defek sekat ventrikel dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel,
dapat tunggal atau banyak, dan ukuran serta bentuknya dapat bervariasi (Fyler,
1996).
Gambar 2.2. Defek Septum Ventrikel (Mulyadi dkk, 2007).
Ukuran dan letak DSV bervariasi, berkisar dari defek kecil di bagian otot
atau membran septum hingga defek besar yang mengenai seluruh septum. Pada
defek yang menyebabkan pirau signifikan kiri-ke-kenan, ventrikel kanan
meningkat karena meningkatnya volume yang disemprotkan oleh ventrikel kanan
(Dennis dan Kumar, 2012).
2. Defek Septum Atrium
Defek septum atrium (DSA) merupakan bentuk penyakit jantung bawaan
yang sering ditemukan dengan insidens sekitar 7% dari seluruh PJB. DSA
dikarenakan hal yang mempengaruhi pembentukan sekat atrium jantung yang
terjadi dalam rentang waktu 8 minggu kehamilan. Gangguan hemodinamik yang
terjadi pada DSA disebabkan oleh pirau kiri ke kanan akibat adanya defek
(lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya, darah dari atrium kiri yang
seharusnya masuk ke ventrikel kiri, akan masuk ke atrium kanan dan akhirnya ke
ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, dapat meningkatkan beban volume
di jantung kanan, di samping juga meningkatkan beban volume di jantung kiri
(Mulyadi, 2007).
Gambar 2.3. Defek Septum Atrium (Mulyadi dkk, 2007).
Menurut lokasi defek septum atrium dikelompokkan menjadi:
a. Defek septum atrium (DSA) sekundum, defek terjadi pada fosa
ovalis. Pada keadaan tertentu dimana defek cukup besar dapat
b. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior, defek
ini terjadi dekat muara vena kava superior, sehingga terjadi koneksi
biatrial.
c. Defek septum atrium primum, merupakan bagian dari defek
septum atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa
ovalis sedangkan bagian bawah dengan katup atrioventrikular
(Ghanie, 2009).
3. Duktus Arteriosus Persisten
Pada bayi cukup bulan, penutupan duktus arteriosus secara normal terjadi
dalam 10-15 jam sesudah lahir. Namun , obliterasi anatomi sempurna duktus
arteriosus terjadi lebih lambat dan mungkin akan belum lengkap sampai minggu
ketiga pasca lahir. Oleh karena tahanan vaskular paru turun segera sesudah paru
mengembang, pada 10-15 jam pertama ketika duktus arteriosus masih terbuka,
dapat ditemukan pirau kiri-ke-kanan melalui duktus arteriosus dan terdengar
bising (Heymann, 2007).
Gambar 2.4. Duktus Arteriosus Persisten (Mulyadi dkk, 2007).
2.4.2 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
1. Tetralogi Fallot
Empat komponen pada tetralogi ini adalah (1) defek septum ventrikel, (2)
pangkal aorta yang mengalami dekstraposisi dan di atas defek septum ventrikel,
Pembagian trunkus arteriosus menjadi trunkus pulmonalis dan pangkal aorta yang
abnormal diperkirakan proses primer dalam timbulnya malformasi ini (Dennis
dan Kumar, 2012).
Gambar 2.5. Tetralogi Fallot (Kahn dan Salomo, 2007).
2. Atresia Pulmonal Dengan Sekat Ventrikel Utuh
Pada keadaan ini ada obstruksi total aliran keluar ventrikel kanan, sekat
ventrikel utuh, dan hipoplasi ventrikel kanan dan katup trikuspidal yang bervariasi
( Fyler, 2007). Hemodinamiknya sangat menyerupai hemodinamik atresia
trikuspid, karena tidak ada aliran keluar efektif dari ventrikel kana dan pada
dasarnya semua darah atrium kanan di piraukan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan
aorta (Hoffman, 2007).
3. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda
Disebut demikian, apabila kedua arteri besar secara keseluruhan atau
hampir seluruhnya keluar dari ventrikel kanan. Hubungan antara kedua arteri
besar sering berdampingan dan paralel, aorta di kanan atau di kiri, di depan atau di
belakang, sering menyerupai transposisi arteri-arteri besar (Fyler, 2007).
Gambar 2.7. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda. (Mulyadi, 2007).
4. Atresia Trikuspid
Atresia trikuspid merupakan 1 % dari semua penyakit jantung kongenital
pada tahun pertama kehidupan. Ada agenesis lubang trikuspid, tanpa lubang dari
atrium kanan ke ventrikel kanan, dan satu-satunya jalan keluar dari atrium kanan
untuk aliran balik vena sistemik adalah hubungan interatrium , biasanya foramen
ovale paten yang lebar. Pencampuran seluruh aliran balik vena pulmonalis dan
aliran balik vena sistemikterjadi pada atrium kiri, dan akibatnya desaturasi
oksigen arteri sistemik akan bergantung pada aliran darah pulmonal. Aliran darah
pulmonal biasanya sangat berkurang pada atresia trikuspid karena defek sekat
ventrikel restriktif, kecil, dan saluran keluar ventrikel kanan yang stenotik tidak
Gambar 2.8. Atresia Trikuspid (Mulyadi, 2007).
2.5 Pencegahan Penyakit Jantung Bawaan
Yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung bawaan, dihimbau
pada wanita yang hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi alkohol atau minum obat
sembarangan. Wanita dengan penyakit kronis tertentu (seperti diabetes, epilepsi,
atau phenylketonuria) sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum hamil
untuk penatalaksanaan terapi maupun dietnya. Baik program kesehatan maupun
nasehat dalam pelayanan kesehatan, diharapkan bagi wanita yang merencanakan
kehamilan sebaiknya mengkonsumsi asam folat 400 mikrogram per hari untuk
mencegah cacat janin (Kirana, 2013).
2.6 Anak
Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun kecuali
terdapat hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai
lebih awal (WHO).
Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut undang
undangtersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak, pada bab I ketentuan umum pasal (1) poin (2).
Yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh
satu) tahun dan belum kawin. Sedangkan pengertian anak menurut pasal 1 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM),
anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut
adalah demi kepentingannya. Meskipun banyak rumusan mengenai batasan dan
pengertian anak, namun pada prinsipnya perbedaan tersebut mempunyai implikasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari bayi lahir (Sani,
2007). Terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan dari perkembangan
struktur jantung pada fase awal perkembangan janin (Harimurti,2008).
Kelainanpembentukan jantung terjadi pada awalkehamilan, karena saat usia
kandungan 7 minggu pembentukan jantung sudahlengkap. Gejala awalyang
menunjukkan adanya PJB antaralain dispnu dan kesulitan minum. Gejala-gejala
tersebut biasanya terlihat padaperiode neonatus. Gejala-gejala yangmengarah ke
PJB seperti adanya bisingjantung, hepatomegali, sianosis, nadifemoralis yang
teraba lemah / tidakteraba, dan juga gejala lain yang seringditemukan di ruang
bayi (Rahmawati, 2011).
Insidensi penyakit jantung bawaan berkisar 8 sampai 10 bayi per 1000
kelahiran hidup dan 30% diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama
kehidupan bayi. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan yang
pertama kehidupan, bila tidak terdeteksi secara dini dan jika tidak ditangani
dengan baik (Rahmi,dkk 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Sayasathid (2009) seperti yang dikutip oleh
Windarini (2010) di perkirakan tingkat insidensi penyakit jantung bawaan di
Amerika Serikat tercatat paling sedikit 8 kasus dari setiap 1000 kelahiran hidup
atau sekitar 40.000 bayi per tahun walaupun kebanyakan kasus tidak
menunjukkan gejala dan tidak terdiagnosis. Hanya 2 dari 1000 kasus yang secara
umum menunjukkan gejala penyakit jantung dan dapat diterapi.
Di Amerika penyakit jantung kongenital baik yang dikoreksi maupun yang
tidak diperkirakan telah meningkat 5 % pertahun. Insiden penyakit jantung
kongenital diperkirakan sebesar 0,8 %, dimana 85 % di antaranya bertahan hidup
sampai dewasa muda. Dalam 20-30 tahun terjadi kemajuan pesat dalam diagnosis
anak-anak dengan penyakit jantung kongenital bertahan hidup sampai dewasa.
(Ali, 2009).
Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian Putra (2008) sebagaimana
dilaporkan oleh Muaningsih (2011), angka kejadian PJB di indonesia masih cukup
tinggi, namun penanganannya amat kurang. Dikatakan 45.000 bayi Indonesia
terlahir dengan PJB tiap tahun, kebanyakan bayi meninggal karena gagal jantung
dalam usia kurang dari satu tahun. Hal ini juga yang turut memberi kontribusi
terhadap estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun didunia ini.
Walaupun penyakit jantung yang di dapat prevalensinya telah turun dalam
satu tahun terakhir, tetapi insidensi penyakit jantung bawaan tidak berubah dan
prevalensi penyakit jantung bawaan mengalami peningkatan dikarenakan adanya
deteksi yang lebih baik dan kedepannya berdampak meningkatnya angka harapan
hidup (Alan, 2013).
Penyakit jantung bawaan dapat disebabkan oleh: faktor genetik, faktor
lingkungan atau faktor eksternal seperti obat-obatan atau jamu-jamuan, infeksi
virus pada ibu hamil ( misalnya campak Jerman atau rubella), alkohol dan radiasi
yang terdapat sebelum kehamilan 3 bulan (Muaningsih, 2011).Faktor keturunan
atau kelainan genetik dapat menjadipenyebab meskipun jarang, dan belumbanyak
diketahui. Misalnya SindromaDown yang sering disertaidengan berbagai macam
kelainan,dimana salah satunya PJB (Rahmawati, 2011).
Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan
menjadi salah satu persoalan dalam kelahiran anak dengan PJB di Indonesia,
selain itu perhatian yang kurang dari orang tua terhadap anak dengan penyakit
jantung bawaan sangat tinggi dikarenakan biaya perawatan yang mahal,
kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan orangtua, pendidikan rendah, dan
lingkungan yang tidak mendukung (Arief, 2007).
Menurut penelitian-penelitian terdahulumengenai pengetahuan tentang
PJB pada orangtua pasien anak dengan PJB,didapatkan bahwa sebagian besar
orangtua pasien tidak memiliki pengetahuanyang cukup baik mengenai PJB pada
sehingga diperlukan perbaikan untukmeningkatkan pengetahuan orangtua.
Pengetahuan mengenai PJB tidak hanya harus diketahui oleh orangtuapasien yang
bersangkutan saja, tetapi diharapkan diketahui oleh orangtua secaraumum,
sehingga diharapkan dapat membantu dalam upaya promotif dan preventifserta
deteksi dini dari PJB ini.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang
mempengaruhi penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP. H Adam Malik
Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat
dirumuskan suatu masalah dalam penulisan penelitian ini, yaitu:
”Bagaimanakah gambaran faktor risiko penyakit jantung bawaan pada
Anak di RSUP H. Adam Malik Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui gambaran
faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penyakit jantung bawaan pada anak
di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Mengetahui jenis penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik
Medan periode Juli-November 2014.
3. Mengetahui gambaran faktor risiko prenatal dengan anak penyakit jantung
bawaan di RSUP H.Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Penulis mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari selama
penelitian. Meningkatkan pengetahuan penulis dalam bidang kesehatan anak,
terutama topik penyakit jantung bawaan.
2. Sesama peneliti dan Badan Pendidikan Kesehatan Lainnya
Melalui penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau sumber
acuan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang faktor risiko penyakit
jantung bawaaan pada anak.
3. Bagi Masyarakat
1. Memberi informasi kepada pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang definisi
dan jenis-jenis penyakit jantung bawaan.
2. Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang
faktor risiko apa saja yang mempengaruhi penyakit jantung bawaan pada
anak di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang
ABSTRAK
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari bayi lahir. Di Indonesia 45.000 bayi terlahir dengan PJB tiap tahun. Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan, selain itu perhatian yang kurang dari orangtua dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas.
Penelitian bersifat deskriptif, data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan. Bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Metode dalam pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisis data secara deskriptif dengan statistik. Hasil dalam penelitian ini, dengan 72 sampel diperoleh jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki 68,1%. Penyakit jantung asianotik sebanyak 65,3%, mayoritas Defek Septum Ventrikel 38,9%, diikuti Defek Arteri Persisten, Defek Septum Arteri, dan Defek Septum Arteri Ventrikel. Sedangkan sianotik yang dialami 34,7%, dengan Tetralogi of Fallot 25,0%, diikuti Transposisi Arteri Besar, dan Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda. Pada kelompok suku/ras batak 44,4%, penyakit metabolik hipertensi 18,1%, dan mengkonsumsi obat-obatan 54,2%.
Dapat disimpulkan bahwa pasien terbanyak dengan penyakit jantung bawaan adalah laki-laki. Mayoritas asianotik dengan Defek Septum Ventrikel, tersering pada suku batak. Pada orangtua yang menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung berisiko menyebabkan anak mengalami penyakit jantung bawaan.
ABSTRACT
Congenital heart disease (CHD) is a disease with anomalies in heart structure or function of the heart circulation brought from birth. In Indonesia, 45.000 babies are born with CHD each year. Lack of knowledge of CHD risk factor can be one issue, besides lack of parental attention due to high maintenance costs, lack of facilities, and limited financial support.
This research is a descriptive, samples obtained using a questionnaire and interviews directly to parents of children who have CHD. This research is to determine risk factor of CHD in children in RSUP Haji Adam Malik periode July to November 2014. The sampling method used is total sampling. Descriptive data analyze with statistics. There are 72 samples in this research, most respondent are male 68,1%. Acyanotic CHD 65,3%, the most common cases in this type is Ventricular Septal Defect (VSD) (38,9%), followed by Patent Ductus Arteriosus (PDA), Arterial Septal Defect (ASD), and Artery Ventricular Septal Defect (AVSD). Cyanotic CHD 34,7%, the most common cases is Tetralogy of Fallot (TF) (25,0%), followed by Transposition Great Arteries (TGA) and Double-Outlet Right Ventricle (DORV). In the group of ethnic Batak 44,4%, hypertension 18,1%, metabolic diseases, and taking drugs 54,2%.
It can be concluded that the most CHD patients in children are men. The most common cases is acyanotic CHD, type VSD, majority in ethnic batak. The parents who suffer from hypertension and taking medication during pregnancy have a risk of causing child with CHD.
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA
ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Oleh :
BETTY ARNITASARI NABABAN
110100291
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Gambaran Faktor Risiko Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP
H.Adam Malik Medan
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
Oleh :
BETTY ARNITASARI NABABAN
110100291
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA
ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Betty Arnitasari Nababan
NIM : 110100291
Pembimbing Penguji I
dr. Hafaz Zakky Abdillah, M.Ked(Ped), Sp.A dr. Rina Yunita, Sp. MKT
NIP. 19831023 201001 1 019 NIP. 19790624 200312 2 003
Penguji II
dr. Syamsul Bihar, Sp.P
NIP. 19821219 200812 1 004
Medan, 7 Januari 2015
Dekan Fakultas Kedokteran
Universita Sumatera Utara
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH
ABSTRAK
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari bayi lahir. Di Indonesia 45.000 bayi terlahir dengan PJB tiap tahun. Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan, selain itu perhatian yang kurang dari orangtua dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas.
Penelitian bersifat deskriptif, data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan. Bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Metode dalam pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisis data secara deskriptif dengan statistik. Hasil dalam penelitian ini, dengan 72 sampel diperoleh jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki 68,1%. Penyakit jantung asianotik sebanyak 65,3%, mayoritas Defek Septum Ventrikel 38,9%, diikuti Defek Arteri Persisten, Defek Septum Arteri, dan Defek Septum Arteri Ventrikel. Sedangkan sianotik yang dialami 34,7%, dengan Tetralogi of Fallot 25,0%, diikuti Transposisi Arteri Besar, dan Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda. Pada kelompok suku/ras batak 44,4%, penyakit metabolik hipertensi 18,1%, dan mengkonsumsi obat-obatan 54,2%.
Dapat disimpulkan bahwa pasien terbanyak dengan penyakit jantung bawaan adalah laki-laki. Mayoritas asianotik dengan Defek Septum Ventrikel, tersering pada suku batak. Pada orangtua yang menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung berisiko menyebabkan anak mengalami penyakit jantung bawaan.
ABSTRACT
Congenital heart disease (CHD) is a disease with anomalies in heart structure or function of the heart circulation brought from birth. In Indonesia, 45.000 babies are born with CHD each year. Lack of knowledge of CHD risk factor can be one issue, besides lack of parental attention due to high maintenance costs, lack of facilities, and limited financial support.
This research is a descriptive, samples obtained using a questionnaire and interviews directly to parents of children who have CHD. This research is to determine risk factor of CHD in children in RSUP Haji Adam Malik periode July to November 2014. The sampling method used is total sampling. Descriptive data analyze with statistics. There are 72 samples in this research, most respondent are male 68,1%. Acyanotic CHD 65,3%, the most common cases in this type is Ventricular Septal Defect (VSD) (38,9%), followed by Patent Ductus Arteriosus (PDA), Arterial Septal Defect (ASD), and Artery Ventricular Septal Defect (AVSD). Cyanotic CHD 34,7%, the most common cases is Tetralogy of Fallot (TF) (25,0%), followed by Transposition Great Arteries (TGA) and Double-Outlet Right Ventricle (DORV). In the group of ethnic Batak 44,4%, hypertension 18,1%, metabolic diseases, and taking drugs 54,2%.
It can be concluded that the most CHD patients in children are men. The most common cases is acyanotic CHD, type VSD, majority in ethnic batak. The parents who suffer from hypertension and taking medication during pregnancy have a risk of causing child with CHD.