• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidak memadainya asupan atau penyerapan gizi, pengeluaran energi yang berlebihan, infeksi pernafasan berulang, keterbatasan potensi pertumbuhan dan sindrom genetik. Data sebelumnya dari negara berkembang menunjukkan prevalensi pre-operatif kekurangan gizi pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan adalah diatas 45%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak dengan penyakit jantung bawaan.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak (usia 0-18tahun) yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Sampel penelitian ini merupakan total sampling yaitu sebanyak 122 anak. Pengumpulan data menggunakan data yang ada pada rekam medis.

Status gizi terbanyak pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013 merupakan gizi kurang. Perlu dilakukan pengontrolan status gizi secara rutin pada anak dengan penyakit jantung bawaan agar dapat mengurangi angka morbiditas anak akibat kekurangan gizi.

(2)

ABSTRACT

Malnutrition is a common cause of morbidity in children with congenital heart disease

(CHD). Malnutrition can be caused by inadequate intake or absorption of nutrients,

excessive energy expenditure, recurrent respiratory infections, limited growth potential

and genetic syndromes. Previous data from developing countries showed that the

prevalence of pre-operative malnutrition in children with congenital heart disease is over

45%. Therefore, this study aims to describe the nutritional status of children with

congenital heart disease.

This research is descriptive. The population in this study were pediatric patients (age

0-18 years) who suffer from congenital heart disease in the Adam Malik Medan Hospital in

2012-2013. The sample of this study were selected by using total sampling as many as

122 children. Collecting data using existing data in the medical record.

Most nutritional status in children with congenital heart disease in the Adam Malik

Medan Hospital in the year 2012-2013 is malnutrition. Necessary to control the

nutritional status routinely in children with congenital heart disease in order to reduce

child morbidity due to malnutrition.

(3)

Oleh :

REYHANA GATHARI 110100103

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

Sarjana Kedokteran

Oleh :

REYHANA GATHARI NIM : 110100103

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013

Nama : REYHANA GATHARI

NIM : 110100103

Pembimbing Penguji I

(dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A(K)) (dr. Taufik Sungkar, M. Ked, Sp.PD) NIP: 19610910 198712 2 001 NIP: 19791017 200912 1 002

Penguji II

(dr. Milahayati Daulay, M. Biomed) NIP: 19800720 200604 2 003

Medan, 12 Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini

2. dr. Taufik Sungkar, Sp.PD selaku dosen penguji I dan dr. Milahayati Daulay, M.Biomed selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan berarti demi kesempurnaan penelitian ini.

3. dr. Dhirajaya Dharma Kadar, Sp.U sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing saya.

4. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Muslim Dimin, ST dan ibunda Hj. Laily Wardani atas doa, perhatian dan dukungan yang tidak terhingga sebagai bentuk kasih sayanng kepada saya. Saya ucapkan terima kasih juga kepada kedua saudara laki-laki saya, Farhan Alduna, S.Ked dan Aufa Dumara yang telah memberikan perhatian dan bantuan dalam pembuatan karya ilmiah ini.

5. Bapak/ibu dosen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan panduan, tanggapan, dan saran kepada saya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

(7)

7. Kepada teman-teman saya selama menuntut ilmu di bangku perkuliahan, diantaranya Olis, Tririn, Rezka, Boris, yang telah banyak membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dan kepada teman-teman angkatan 2011 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki kesalahan dan juga menambah ilmu pengetahuan agar karya yang dihasilkan menjadi sesuatu yang berkualitas. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2014

Penulis

Reyhana Gathari

(8)

ABSTRAK

Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidak memadainya asupan atau penyerapan gizi, pengeluaran energi yang berlebihan, infeksi pernafasan berulang, keterbatasan potensi pertumbuhan dan sindrom genetik. Data sebelumnya dari negara berkembang menunjukkan prevalensi pre-operatif kekurangan gizi pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan adalah diatas 45%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak dengan penyakit jantung bawaan.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak (usia 0-18tahun) yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Sampel penelitian ini merupakan total sampling yaitu sebanyak 122 anak. Pengumpulan data menggunakan data yang ada pada rekam medis.

Status gizi terbanyak pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013 merupakan gizi kurang. Perlu dilakukan pengontrolan status gizi secara rutin pada anak dengan penyakit jantung bawaan agar dapat mengurangi angka morbiditas anak akibat kekurangan gizi.

(9)

ABSTRACT

Malnutrition is a common cause of morbidity in children with congenital heart disease

(CHD). Malnutrition can be caused by inadequate intake or absorption of nutrients,

excessive energy expenditure, recurrent respiratory infections, limited growth potential

and genetic syndromes. Previous data from developing countries showed that the

prevalence of pre-operative malnutrition in children with congenital heart disease is over

45%. Therefore, this study aims to describe the nutritional status of children with

congenital heart disease.

This research is descriptive. The population in this study were pediatric patients (age

0-18 years) who suffer from congenital heart disease in the Adam Malik Medan Hospital in

2012-2013. The sample of this study were selected by using total sampling as many as

122 children. Collecting data using existing data in the medical record.

Most nutritional status in children with congenital heart disease in the Adam Malik

Medan Hospital in the year 2012-2013 is malnutrition. Necessary to control the

nutritional status routinely in children with congenital heart disease in order to reduce

child morbidity due to malnutrition.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN….……… i

KATA PENGANTAR……….………. ii

ABSTRAK……….……… iv

DAFTAR ISI…….………..………….. vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

BAB 1 PENDAHULUAN……….…… 1

1.1. Latar Belakang……….…… 1

1.2. Rumusan Masalah………... 3

1.3. Tujuan penelitian………. 3

1.4. Manfaat penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………..………..…. 5

2.1. Penyakit Jantung Bawaan……… 5

2.1.1. Definisi………. 5

2.1.2. Epidemiologi……… 5

2.1.3. Faktor Resiko……… 5

2.1.4. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan………. 7

2.1.5. Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan………... 14

2.2. Status Gizi………. 15

2.2.1. Definisi………. 15

2.2.2. Penilaian Status Gizi………. 16

(11)

2.2.4. Pengukuran Antropometri……… 20

2.2.5. Penilaian Indeks Massa Tubuh Anak……….. 22

2.3. Status Gizi Anak dengan PJB……….. 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..……….. 26

3.2. Definisi Operasional………..……….. 26

3.3. Cara Ukur……….. 26

3.4. Alat Ukur……… 27

3.5. Hasil Ukur……….. 27

3.6. Skala Ukur………. 27

BAB 4 METODE PENELITIAN……….... 28

4.1. Rancangan Penelitian……… 28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 28

4.4. Metode Pengumpulan Data……… 29

4.5. Metode Analisis Data………. 29

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 36

DAFTAR PUSTAKA………. 37

(12)

Daftar Tabel

5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin………….. 31 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Rentang usia………. 31

(13)

Daftar Lampiran

Kurva Status Gizi WHO……… 43

Kurva Status Gizi CDC……….. 44

Form Data Rekam medis……… 46

Tabel Distribusi SPSS………. 47

Data induk……….. 49

Surat izin Penelitian……… 53

Surat persetujuan Komite Etik……… 54

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan kongenital yang paling umum dan merupakan jenis penyakit jantung terbanyak pada anak. (Sastroamoro,1994). Sebanyak 28% kelainan bawaan terdiri dari cacat jantung. Prevalensi kelahiran dengan PJB dilaporkan bervariasi. Insidensi PJB diperkiraan sebanyak 8 per 1.000 kelahiran hidup (PL et al, 2010).

Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi kedua tertinggi adalah Eropa, yaitu 8,2 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Amerika Utara memiliki prevalensi kejadian PJB sebesar 6,9 per 1000 kelahiran hidup (Linde et al, 2011). Dalam The 2nd Internasional Pediatric Cardiology Meeting di Cairo, Egypt, 2008 dr.Sukman Tulus Putra mengungkapkan bahwa 45.000 bayi di Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun. Dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB (Indonesian Heart Association, 2011).

(15)

17.2%), kelompok umur 10 tahun ke atas (non-sianotik, 6..8%; sianotik, 6.9%), dan kelompok umur 0 – 1 bulan (non-sianotik, 3.9%; sianotik, 5.8%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pelangi (2011) di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2007-2009 terdapat sebanyak 131 penderita PJB. Anak penderita PJB dengan jenis kelamin perempuan didapati sebanyak 75 orang (57,3%) dan anak penderita PJB dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (42,7%). Rata-rata umur pasien anak dengan PJB adalah 39,2 bulan (2 hari – 14 tahun 3 bulan). Kelompok umur dengan jumlah sampel penderita PJB yang terbanyak adalah kelompok umur 0 – 24 bulan dengan jumlah sampel 73 orang (55,7%).

Kelainan jantung bawaan dikelompokkan atas dua bagian yaitu PJB non sianotik dan PJB sianotik. Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik terbanyak dijumpai yaitu defek septum ventrikel (ventricular septal defect), duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus), defek septum atrium (atrial septal defect), stenosis pulmonal (pulmonary valve stenosis) dan mitral stenosis (mitral valve stenosis) sedangkan PJB sianotik terbanyak dijumpai yaitu tetrallogi of fallot, transposition great arteries, atresia trikuspid dan atresia pulmonal (Sastroasmoro,1994).

Menurut Direktori Kesehatan (2009) dalam Sjarif et al (2011) Kurang gizi merupakan salah satu masalah gizi buruk pada Indonesia. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Survei Sosial Ekonomi Nasional / SUSENAS) 2007 menunjukkan prevalensi anak di bawah 5 tahun yang memiliki berat badan kurang adalah sebesar 18,4%. MDG (Millenium Developmental Goal) di Indonesia pada tahun 2015 adalah untuk mengurangi prevalensi gizi buruk menjadi 3,3% dan kurang gizi tipe moderate sampai 18% .

(16)

kekurangan gizi pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan adalah diatas 45% .

Malnutrisi pada anak PJB berkaitan juga dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat seringnya anak dilakukan perawatan, hasil operasi yang tidak memuaskan, serta kegagalan yang menetap dari pertumbuhan somatik (Okoromah, 2011). Walaupun anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi dengan adanya penyakit jantung yang dimiliknya mereka memiliki risiko yang besar untuk jatuh dalam keadaan nutrisi buruk, anak dengan PJB sering menunjukkan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan pertumbuhan (Rosenthal, 1992). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).

Berdasarkan uraian tersebut, penyakit jantung bawaan mempunyai pengaruh terhadap gizi pada anak. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang masalah gizi dengan penyakit jantung bawaan maka penulis memilih untuk melakukan penelitian di RSUP. Haji Adam Malik tentang “Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui jumlah pasien anak penderita penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2011-2013.

b) Mengetahui jenis-jenis PJB yang terdiagnosa pada pasien anak di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2011-2013.

c) Mengetahui status gizi anak dengan PJB asianotik d) Mengetahui status gizi anak dengan PJB sianotik

1.4. Manfaat Penelitian

a) Sebagai sumber informasi tentang keadaan gizi pasien anak penderita penyakit jantung bawaan.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Bawaan

2.1.1. Definisi

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit dengan kelainan pada stuktur atau fungsi sirkulasi jantung yang telah ada saat lahir. Kelainan ini terjadi karena gangguan atau kegagalan perkembangan stuktur jantung pada fase awal pertumbuhan janin. Sekitar sepertiga atau separuh dari seluruh kasus PJB memerlukan tindakan bedah atau intervensi (Harimurti, 2008).

2.1.2. Epidemiologi

Insidens PJB berkisar 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik (Sastroasmoro, 1994).

Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup (Linde et al, 2011).

2.1.3. Faktor Resiko

Ada 2 kelompok besar dalam pembagian faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan : lingkungan dan genetik. Meskipun dalam kenyataan kedua faktor ini saling berinteraksi (Indriwanto, 2007).

1. Lingkungan

Paparan dari lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi perkembangan janin, misalnya, menghisap asap rokok (perokok pasif), menghirup cat atau udara di bengkel mobil yang mengerjakan perbaikan cat.

a) Faktor dari ibu:

(19)

bawaan dan risiko untuk mendapat kelainan sekitar 35 % dengan jenis Patent Ductus Arteriosus, Pulmonary Valve Stenosis, Septal Deffect.  Diabetes. Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita

penyakit diabetes mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mendapat kelainan jantung bawaan terutama yang kadar gulanya tidak terkontrol dengan angka kejadian 3% - 5 %, kelainan jantung bawaan yang tersering pada ibu yang menderita kencing manis adalah Defek Septum Ventrikel, Koarktasio aorta, Transposisi komplit. Di negara maju pada ibu-ibu dengan penyakit kencing manis direkomendasikan untuk dilakukan fetal echocardiography.

 Alkohol. Disebut sebagai alkoholik adalah meminum alkohol sebanyak 45 ml per hari dan dikatakan tidak ada kadar yang aman untuk ibu hamil, ibu yang alkoholik mempunyai insiden 0,1 - 3,3 per 1000 kelahiran mendapatkan bayi yang tidak normal (fetal alcoholic syndrome) dan untuk insiden kelaianan jantung bawaan sekitar 25 - 30 % dengan jenis defek septum.

 Ectasy. Insiden kelainan jantung bawaan akan meningkat dan sekitar 15,4 % akan didapatkan bayi dengan kelainan jantung dan muskuloskletal.

 Obat-obatan lainnya. Obat-obatan yang lain seperti diazepam, kortikosteroid, fenotiazin, juga kokain dapat meningkatkan insiden terjadinya kelainan jantung bawaan.

2. Genetik

(20)

 Kelainan kromosom. Sekitar 6 - 10 % penderita kelainan jantung bawaan mempunyai kelainan kromosom, atau dengan kata lain sekitar 30% bayi yang mempunyai penyimpangan kromosom menderita kelainan jantung bawaan. Misalnya pada anak dengan Down syndrom maka sekitar 40 % mempunyai kelainan jantung bawaan (Indriwanto, 2007).

2.1.4. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan

Defek jantung kongenital dapat dibagi menjadi dua kelompok besar didasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan dengan pemeriksaan fisik, dibantu dengan oksimetri transkutan (Bernstein, 2000).

2.1.4.1. Penyakit jantung bawaan non sianotik

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Terdapat 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu PJB non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan dan PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung (Roebiono, 2003). Kelompok PJB non sianotik yang terdapat aliran pirau dari kiri dan kanan: A. Defek Septum Atrium

Defek septum atrium ditandai dengan adanya cacat di septum intra atrial yang memungkinkan aliran balik vena pulmonalis dari atrium kiri ke atrium kanan (Markham, 2014).

Defek septum atrial pada bayi dan anak merupakan kelainan jantung bawaan dengan angka kejadian 1 dari 1500 kelahiran hidup dan merupakan 5-10% dari semua penyakit jantung bawaan. Ada 4 tipe DSA, yaitu DSA primum, DSA sekundum, DSA sinus venosus serta DSA sinus koronarius (Noormanto, 2010).

Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu:  Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum

(21)

Kejadian DSA Ostium primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB.

Ostium Sekundum, defek ini terdapat pada daerah fosa ovalis. Ini adalah bentuk defek sekat atrium yang paling sering dan bersama dengan katup atrioventrikular normal. Defek ini mungkin tunggal atau multiple. Wanita beresiko 3 kali lebih banyak dari pada pria.

 Sinus Venosus, defek terletak pada bagian atas sekat atrium berhubungan dekat dengan masuknya vena cava superior. Seringkali, satu atau lebih vena pulmonalis (biasanya dari paru kanan) secara anomali mengalirkan kedalam vena cava superior (Bernstein, 2000).  Sinus koronarius, defek ini terletak di bagian septum atrium yang

mencakup lubang sinus koroner dan ditandai oleh tidak adanya setidaknya sebagian dari dinding yang biasa memisahkan sinus koroner dengan atrium kiri (Bezold, 2013).

B. Defek Septum Ventrikel

Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung

berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehinggal

terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy, 2013).

Defek septum ventrikel merupakan bentuk malformasi jantung paling

sering, meliputi 25% penyakit jantung kongenital( Bernstein, 2000).

Menurut Soto dkk. dalam Djer (2010), DSV dapat diklasifikasikan

menjadi 4:

 DSV perimembranosa

Pada jenis ini, sebagian besar defek terdapat pada septum ventrikel pars membranosa, akan tetapi hampir selalu mencakup juga septum pars muskularis yang berdekatan. Oleh karena itu, DSV ini lebih sering disebut sebagai DSV perimembranosa atau infrakirista atau subaorta. DSV perimembranosa merupakan DSV yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar 70%.

(22)

Sekitar 5-7% DSV di Negara barat merupakan DSV outlet/infundibular/konal dan di Negara timur jenis ini dilaporkan sekitar 30%. DSV jenis ini terletak di septum outlet/konal dan pinggirnya dibentuk oleh annulus katup aorta dan pulmonalis. Jenis ini dulu disebut juga dengan DSV suprakrista, konal, subpulmonalis atau subarterial. DSV yang terletak tepat di bawah katup aorta dan pulmonalis disebut juga dengan DSV subarterial atau doubly commited subarterial defect atau DSV tipe oriental.

 DSV intlet

DSV intlet berkisar antara 5-8%. DSV terletak di posterior dan inferior dari septum ventrikel pars membranosa, di bawah daun katup trikuspid pars septalis katup dan di inferior dari mukulus papilaris konus.

 DSV muskularis

DSV jenis ini merupakan 5-20% DSV. Defek sering multiple.

Berdasarkan lokasinya DSV muskularis dibagi lagi menjadi 4 (Djer, 2010) :

a. Apikalis, DSV terletak di bagian apeks jantung

b. Midmuskularis, DSV terletak posterior dari trabekula septomarginalis.

c. Anterior/marginalis, DSV ini biasanya multiple, kecil dan berliku-liku, terletak sepanjang septal junction ventrikel kanan.

d. Sweet cheese, DSV multiple, mencakup semua komponen septum ventrikel.

C. Duktus Arteriosus Paten

(23)

kongenital yang paling sering akibat infeksi rubela ibu selama awal kehamilan (Bernstein, 2000).

D. Defek Septum Atrioventrikular

Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan

DSA dan DSV disertai abnormalitas katup atrioventrikular (Bernstein,

2007).

Defek septum atrioventrikular mewakili sekitar 4% dari anomali jantung bawaan dan sering dikaitkan dengan kelainan jantung lainnya. Menurut Spicer, defek septum atrioventrikular mencakup 30-40% dari kelainan jantung pada pasien dengan sindrom Down yang telah diamati (Ohye, 2013).

Kelompok PJB non sianotik yang tidak terdapat pirau antara lain: A. Stenosis Aorta

Stenosis aorta derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat pemeriksaan rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik ejeksi di area aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Pada stenosis aorta yang ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada neonatus dan bayi dengan stenosis aorta valvular yang kritis serta pada anak dengan stenosis aorta valvular yang berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg (Roebiono, 2003).

(24)

B. Stenosis Pulmonal

Stenosis pulmonal adalah kelainan jantung bawaan yang umum, ditandai dengan obstruksi aliran dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Stenosis pulmonal dapat terjadi sendiri atau dihubungkan dengan jenis lain kelainan jantung bawaan (Peng and Perry, 2013). Status gizi penderita dengan Stenosis pulmonal umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan stenosis pulmonal ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan stenosis pulmonal berat atau kritis akan terlihat takipnoe dan sianosis (Roebiono, 2003).

C. Koarktasio Aorta

Koarktasio aorta adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang

umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Koarktasio aorta dapat

pula terjadi praduktal atau pascaduktal. Gejala dapat timbul mendadak.

Tanda klasik koarktasio aorta adalah nadi brakialis yang teraba normal

atau kuat, sedangkan nadi femoralis serta dorsalis pedis tidak teraba atau

teraba kecil (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994).

Kelainan ini memiliki kejadian 1 dari 6000 kelahiran hidup. Koarktasio aorta sering terjadi pada pasien dengan Sindrom Turner (45, XO) (Berg and Brown, 2011).

2.1.4.2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

(25)

1. Tetralogi Fallot

Tetralogi fallot secara klasik terdiri atas kombinasi dari penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan (stenosis pulmonal), defek sekat ventrikel (DSV), dekstroposisi aorta dengan menumpangi sekat, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bernstein, 2000).

Tetralogi Fallot (TF) menggambarkan sekitar 10% dari kasus penyakit jantung bawaan (PJB), terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung jantung bawaan sianosis. Kelainan ini mencakup sepertiga dari semua PJB pada pasien yang lebih muda dari 15 tahun (Bhimji, 2014).

Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien TF tergantung dua variable, derajat obstruksi pulmonal dan resistensi vascular sistemik. Sebagian besar pasien dengan TF akan mengalami gangguan pertumbuhan, kadang terjadi sirkulasi kolateral ke paru sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan. Hipertrofi ventrikel kanan biasanya tidak terlalu berat, tidak sampai terjadi obliterasi rongga ventrikel kanan, sehingga masih dimungkinkan tindakan reparasi. Bila obstruksi pulmonal tidak terlau berat maka derajat sianosis ringan, dikenal sebagai acyanotic fallot atau pink tetralogy, terkadang dapat ditemui pada dewasa muda (Ghanie, 2009).

2. Transposisi Arteri Besar

Pada transposisi arteri besar ini, setiap pembuluh darah besar keluar secara tidak tepat dari ventrikel yang berlawanan, yaitu aorta berasal dari ventrikel kanan sedangkan arteri pulmonal berasal dari ventrikel kiri (Berg and Brown, 2011).

(26)

bawaan ini lebih sering terjadi pada bayi dari ibu yang terkena diabetes (Charpie, 2013).

3. Atresia Pulmonal dengan Defek Sekat Ventrikel

Atresia pulmonal dengan defek sekat ventrikel adalah penyakit jantung bawaan sianotik ditandai dengan tidak berkembangnya saluran keluar ventrikel kanan dengan atresia katup pulmonal dan defek septum ventrikel besar (VSD). Perkiraan terbaik dari frekuensi relatif dari atresia paru dengan defek septum ventrikel adalah 2,5-3,4% dari semua cacat jantung bawaan. Atresia paru dengan defek septum ventrikel sedikit lebih umum pada laki-laki daripada perempuan (Cruz, 2012). 4. Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh

Pada kelainan ini daun katup pulmonal berfusi sempurna membentuk membrane, dan saluran aliran keluar ventrikel kanan atresia. Karena tidak ada defek sekat ventrikel, tidak ada jalan keluar darah dari ventrikel kanan. Karena duktus arteriosus menutup pada umur beberapa jam atau beberapa hari pertama, bayi dengan atresia pulmonal dan sekat ventrikel utuh menjadi sangat sianotik (Bernstein, 2000).

Di Amerika Serikat atresia pulmonal dengan sekat ventrikel utuh terjadi pada 7 -8 per 100.000 kelahiran hidup dan 0,7-3,1% pada pasien dengan penyakit jantung bawaan (Charpie, 2014).

5. Atresia Trikuspidal

Pada atresia trikuspidal tidak ada jalan keluar dari atrium kanan ke ventrikel kanan dam seluruh vena sistemik kembali masuk ke jantung kiri dengan melalui foramen ovale atau defek sekat atrium (DSA) yang menyertai. (Bernstein, 2000)

(27)

2.1.5. Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan

Menurut Roebiono (2007) keberhasilan tatalaksana pada penyakit jantung bawaan bergantung pada ketepatan diagnosisnya. Diantaranya:

a. Anamnesis Pasien

Anamnesis mengenai riwayat penyakit yang diajukan kepada orang tua pasien harus dilakukan secara sistematis dan terarah untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Dimulai dari riwayat keluarga dan riwayat selama masa kehamilan yang berkaitan dengan kejadian yang diduga sebagai faktor penyebab. Gejala yang dapat ditemukan diantaranya bayi cepat lelah saat diberikan ASI, pernafasan yang cepat dan memburu serta banyak berkeringat.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik kardivaskular yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan nadi dan tekanan darah yang dilakukan pada keempat anggota gerak, dilakukannya auskultasi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada dinding dada, dan pemeriksaan organ tubuh lainnya seperti hati, paru-paru, dan limpa.

c. Pemeriksaan elekrokardiografi

Dari pemeriksaan EKG ini dapat diketahui irama jantung yang normal, adanya aritmia, frekwensi denyut jantung, adanya gangguan atau hambatan hantaran listrik, hipertrofi otot atrium dan ventrikel dan tanda-tanda adanya hipoksia. Kelainan anatomi atau adanya beban tekanan atau volume yang berlebihan di dalam ventrikel atau atrium akan menyebabkan kelainan aktivitas listrik, sehingga beberapa jenis PJB mempunyai gambaran EKG yang spesifik.

d. Pemeriksaan Foto Toraks

Dari pemeriksaan foto toraks dapat diketahui kondisi paru-paru, ukuran dan bentuk jantung, adanya hipertrofi atrium dan ventrikel, pembuluh darah utama yang keluar dari jantung ataupun pembuluh darah di paru-paru akibat PJB dapat terdeteksi.

(28)

Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan alat transduser di dinding dada yang akan mengirimkan gelombang suara frekuensi tinggi (ultra sound) dan menerima kembali suara tersebut yang dipantulkan oleh segmen-segmen jantung dengan kepadatan yang berbeda. Dengan mengubah posisi dan arah transduser sesuai dengan lokasi segmen potongan jantung akan tampak spektrum eko dari objek yang diamati seperti ruang-ruang, katup, sekat dan dinding jantung serta pembuluh darah utama secara lebih jelas dan spesifik. Dengan alat Doppler dapat diukur aliran darah di dalam jantung dan pembuluh darah. Perubahan arah, kecepatan dan turbulensi aliran darah akibat beratnya kelainan anatomi jantung akan terdeteksi. Kombinasi pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi dengan Doppler berwarna akan memperlihatkan anatomi dan profil aliran didalam jantung yang akan meningkatkan akurasi diagnosis.

Diagnosis PJB dapat ditegakkan secara lengkap dengan melakukan pemeriksaan ekokardiografi secara sistimatis analisis segmental anatomi jantung mulai dari penentuan letak (situs), pembuluh darah balik yang masuk ke jantung, hubungan antara ventrikel dan atrium jantung, serta struktur anatomi setiap ruang-ruang, dinding, sekat serta katup-katup jantung. Dengan pemeriksaan Doppler dapat diketahui ada tidaknya dan arah aliran pirau melalui lubang sekat, menilai beratnya penyempitan katup jantung, kebocoran katup serta mengukur tekanan dalam ruang-ruang jantung dan curah jantung.

2.2. Status Gizi

2.2.1. Definisi

(29)

2.2.2. Penilaian Status Gizi

Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2001).

1. Penilaian Gizi Secara Langsung

Penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian a) Antropometri

Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy.. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2001).

Dalam beberapa kasus, antropometri dapat mendeteksi derajat sedang dan berat dari malnutrisi, tetapi metode ini tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi defisiensi nutrisi secara spesifik (Gibson, 2005).

b) Klinis

(30)

klinis secara cepat (rapid clinical surveys (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c) Biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001).

d) Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya (Supariasa, 2001).

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi 3 yaitu, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001).

a) Survey konsumsi Makanan

Merupakan metode yang digunakan dengan melihat jenis dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi. Survey ini dapat mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan gizi.

b) Statistik vital

Pengukuran ini dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c) Faktor Ekologi

(31)

relevan. Variabel yang termasuk diantaranya adalah komposisi rumah tangga, pendidikan, keadaan buta huruf, suku, agama, pendapatan, pekerjaan, sumber daya material, penyediaan air dan sanitasi rumah tangga, akses ke layanan kesehatan dan pertanian, serta kepemilikan tanah dan informasi lainnya (Gibson, 2005).

2.2.3. Istilah dan Pengertian

1. Umur

Dihitung dalam bulan penuh. Contoh: 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.

2. Panjang Badan (PB)

Digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.

3. Tinggi Badan (TB)

Digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).

5. Pendek dan Sangat Pendek

Status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) 6. Kurus dan Sangat Kurus

(32)

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan

-3 SD sampai dengan <-2 SD

-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD

<-3 SD

-3 SD sampai dengan <-2 SD

-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD

<-3 SD

-3 SD sampai dengan <-2 SD

-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD

<-3 SD

-3 SD sampai dengan <-2 SD

-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD

<-3 SD

(33)

Anak Umur 0-60 bulan

-3 SD sampai dengan <-2 SD

Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri terdiri dari dua jenis, yaitu penilaian ukuran tubuh, dan menentukan komposisi tubuh. Pengukuran penentuan komposisi tubuh dapat dibagi lagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh bebas lemak (Gibson, 2005).

Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak (Narendra, 2006).

1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur :

(34)

pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer.

• Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk

anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.

• Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak

dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai indikator obesitas.

2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969.

3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper).

Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.

4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas,

yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). Tabel 2.2. Kategori IMT berdasarkan WHO (2000)

(35)

Obesitas tingkat 3 ≥ 40,0 Sumber : WHO (2000) dalam Gibson (2005)

2.2.5. Penilaian Indeks Massa Tubuh Anak

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah jumlah yang dihitung dari berat dan tinggi badan anak. IMT dapat merupakan suatu indikator yang dapat menilai kegemukan tubuh bagi sebagian besar anak-anak dan remaja (CDC, 2011).

Setelah IMT dihitung, hasil IMT diplot pada grafik CDC-IMT ataupun kurva WHO sesuai usia (baik anak perempuan atau anak laki-laki) untuk mendapatkan peringkat persentil. Persentil adalah indikator yang paling umum digunakan untuk menilai ukuran dan pertumbuhan pola masing-masing anak di Amerika Serikat. Persentil menunjukkan posisi relatif dari hasil IMT anak antara anak-anak dari jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan menunjukkan kategori status berat badan digunakan dengan anak-anak dan remaja (underweight, berat badan yang sehat, kelebihan berat badan, dan obesitas). Kurva CDC dan WHO terdapat pada lampiran.

Berikut ini merupakan kategori IMT berdasarkan usia: a. Kurva CDC

< 5th persentil : Underweight 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik) 85th persentil - < 95th persentil : Overweight

>= 95th persentil : Obesitas b. Kurva WHO

< 5th persentil : Underweight 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik) 85th persentil - < 95th persentil : Overweight

(36)

Nilai z-score untuk kurva WHO:

Dukungan nutrisi untuk bayi dan anak-anak dengan PJB mencakup berbagai topik dari perawatan akut pada masa bayi hingga perawatan kronis di masa kanak-kanak. Besarnya pengaruh cacat jantung pada pertumbuhan, perkembangan, dan status gizi tergantung pada lesi tertentu dan beratnya. malnutrisi dan hambatan pertumbuhan yang umum di seluruh dunia pada bayi dan anak-anak dengan PJB (Wessel and Samour, 2005).

Sudah menjadi pandangan umum bahwa anak-anak dengan penyakit jantung bawaan seringkali kecil dan kekurangan gizi. Kegagalan untuk berkembang tampaknya menjadi tampilan umum dari anak-anak dengan penyakit jantung bawaan. Ada tiga kemungkinan penjelasan untuk temuan ini (Mitchell, 1994) :

1. Tidak cukupnya pasokan makanan. Ini mungkin ini tidak akan memberikan pengaruh terhadap kegagalan pertumbuhan dalam masyarakat modern dengan ketersediannya pelayanan sosial. Kebanyakan orang tua yang menyadari perkembangan buruk dari anak mereka sangat termotivasi untuk membantu.

2. Malabsorbsi atau kesulitan makan, contohnya berasal dari rasa kelelahan dan sesak napas, dapat membatasi asupan makanannya. 3. Hipermetabolisme. Meskipun kemungkinan adanya hipoksia

(37)

Alasan lainnya, peningkatan metabolisme dapat disebabkan oleh kebutuhan jaringan spesifik seperti jaringan hematopoietik, otot jantung dan otot respirasi. Polisitemia dapat terjadi oleh karena mekanisme adaptasi pada hipoksia kronis dan asidosis. Peningkatan Respiratory Rate membutuhan pengeluaran energi yang ekstra untuk menyediakan kebutuhan energi. Hipertrofi otot jantung menggunakan 20-30% total konsumsi oksigen tubuh, yang biasanya hanya meggunakan sebesar 10% pada jantung yang normal (Forchielli et al, 1994 dikutip oleh Edwina 2012).

Faktor yang dapat menyebabkan gagal tumbuh pada bayi dan anak dengan PJB (Wessel and Samour, 2005) :

1. Lesi di kardiak

Sianotik : Dapat mengurangi berat badan dan tinggi badan Asianotik

 Obstruktif: pertumbuhan linier mempengaruhi lebih dari berat badan

 Left to right shunt : mengurangi berat badan lebih dari tinggi badan dalam tahap awal, berat badan kurang dari anak-anak sianotik, pirau yang besar mempengaruhi kompartemen cairan tubuh

2. Asupan energi yang tidak cukup: asupan energi mungkin rata-rata hanya 80-90% dari anak-anak tanpa PJB.

 Penurunan energi untuk makan : bersemangat pada saat akan makan tetapi cepat lelah dan tidak dapat menyelesaikan makan.  Anoreksia, cepat kenyang terlihat pada anak : asupan makan

sangat sedikit

3. Peningkatan metabolisme : meningkatkan pengeluaran energi untuk bayi dan peningkatan 36% pada tingkat metabolisme yang diamati pada anak dengan PJB.

(38)

 Perlambatan pengosongan lambung : Rasa cepat kenyang, peningkatan potensial refluks gastroesophageal.

5. Faktor prenatal

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi pasien anak yang menderita penyakit jantung bawaan.

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 tahun.

Penyakit jantung bawaan adalah suatu kelainan pada stuktur atau fungsi sirkulasi jantung yang telah ada saat lahir yang telah didiagnosa oleh dokter spesialis dan telah terbukti dengan pemeriksaan penunjang diantaranya foto toraks, elektrokardiogram, dan echokardiografi.

Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat diukur dengan metode antropometri yaitu dengan perhitungan indeks massa tubuh.

3.3. Cara Ukur

Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan menghitung indeks massa tubuh pasien berdasarkan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) kemudian di plot kan ke kurva WHO dan CDC.

Anak penderita penyakit

jantung bawaan Status Gizi

(40)

3.4. Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini adalah data rekam medis pasien anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

3.5. Hasil Ukur

Hasil ukur pada penelitian ini adalah:

< 5th persentil : Underweight (Gizi Kurang) 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik)

85th persentil - < 95th persentil : Overweight >= 95th persentil : Obesitas 3.6. Skala Ukur

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melihat gambaran status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2014 – Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan, khususnya di wilayah Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh anak dengan penyakit jantung bawaan berusia kurang dari 18 tahun di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Desember 2013.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling dimana semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi sampel penelitian.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi

(42)

Pasien tidak memiliki data tentang berat badan dan tinggi badan di rekam medis.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat berat badan dan tinggi badan pasien yang berumur 0 – 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang tercatat di rekam medis dari Januari 2012 hingga Desember 2013 di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data dilakukan dengan pecatatan data pada rekam medis anak berusia kurang dari 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu bulan Oktober 2014.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Mallik telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard an tenaga kesehatan yang kompeten. RSUP Haji Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang bervariasi. RSUP Haji Adam Malik memiliki bagian instalasi rekam medis yang merupakan tempat pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(44)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-Laki 61 50

Perempuan 61 50

Total 122 100

Dari tabel 5.1. dapat dilihat terdapat jumlah yang seimbang antara sampel laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel laki-laki sebanyak 61 orang (50%) dan jumlah sampel perempuan sebanyak 61 orang (50%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Rentang usia

Rentang Usia Frekuensi %

0 - 24 bulan (0-2 tahun) 60 49.2

25 - 48 bulan (>2-4 tahun) 8 6.6

49 - 72 bulan (>4-6 tahun) 16 13.1

73 - 96 bulan (>6-8 tahun) 8 6.6

97 - 120 bulan (>8-10 tahun) 15 12.3

121 - 144 bulan (>10-12 tahun) 10 8.2

> 144 bulan (>12 tahun) 5 4.1

Total 122 100.0

(45)

5.1.3. Hasil Analisa Data

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis PJB

(AP)Atresia Pulmonal, (DSA)Defek septal atrial, (AT)Atresia Trikuspid, (PDA)Paten duktus arteriosus, (TAB)Transformasi arteri besar, (TOF)Tetralogy of fallot, (DSV)Defek septal ventrikel

Dari tabel 5.3. dapat dilihat dari 122 sampel jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah VSD yaitu sebanyak 36 orang (29,5%), diikuti jenis PDA sebanyak 32 orang (26,2%), kemudian ASD sebanyak 24 orang (19,7%), selanjutnya TOF sebanyak 20 orang (16,4%), lalu TGA sebanyak 7 orang (5,7%), jenis AP sebanyak 2 orang (1,6%), dan AT sebanyak 1 orang (0,8%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Sampel Berdasarkan Indeks

Massa Tubuh dan jenis PJB

Kategori Status Gizi Asianotik Sianotik Total

(46)

Berdasarkan Tabel 5.4. untuk jenis PJB Asianotik status gizi yang paling banyak adalah underweight (gizi kurang) yaitu sebanyak 63 orang (68,5%), status gizi normal (gizi baik) yaitu sebanyak 27 orang (29,3%), status gizi obesitas sebanyak 2 orang (2,2%). Tidak ditemukan sampel dengan status gizi overweight untuk jenis PJB Asianotik.

Untuk jenis PJB Sianotik status gizi mayoritas juga adalah underweight (gizi kurang) sebanyak 17 orang (56,7%), status gizi baik sebanyak 11 orang (36,7%), serta status gizi overweight dan obesitas masing masing sebanyak 1 orang (3,3%).

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebanyak 122 sampel dari Januari 2012 sampai Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi. Data tersebut digunakan sebagai panduan untuk menyusun pembahasan serta hasil akhir.

Dari tabel 5.1. dapat dilihat terdapat jumlah yang seimbang antara sampel laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel laki-laki sebanyak 61 orang (50%) dan jumlah sampel perempuan sebanyak 61 orang (50%). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pelangi (2010) yang mendapatkan mayoritas pasien PJB adalah perempuan yaitu sebanyak 75 orang (57,3%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (42,7%). Penelitian sebelumnya oleh Mitchell (1995) didapati hasil yang tidak jauh berbeda yaitu laki-laki sebanyak 23 orang dan perempuan sebanyak 25 orang. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan lokasi penelitian, waktu penelitian dan jumlah sampel.

(47)

penderita. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Okoromah Christy A N et.al. (2011) yang menunjukkan kelompok usia terbanyak pada kelompok umur 0-59 bulan, yaitu sebanyak 64,3%, diikuti anak usia 60-120 bulan sebanyak 23,1%, dan anak berusia >120 bulan sebanyak 12,6%.

Pada penggolongan sampel berdasarkan jenis PJB didapatkan dari 122 sampel jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah VSD yaitu sebanyak 36 orang (29,5%), dan yang paling sedikit ditemui adalah jenis AT sebanyak 1 orang (0,8%).Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Sjarif et.al (2011) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang menunjukkan jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah jenis VSD yaitu sebanyak 23,2%, selanjutnya PDA sebanyak 13,7%, TOF 12,6%, dan ASD 7,4%. Ventrikel septal defek (VSD) merupakan malformasi jantung yang paling sering ditemui, meliputi 25% dari penyakit jantung kongenital (Bersntein, 2000). Salah satu komplikasi pada VSD adalah gangguan status gizi. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Rahayuningsih (2011) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menunjukkan malnutrisi terjadi pada 83% kasus VSD dan malnutrisi ringan paling sering ditemukan.

(48)
(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis kelamin anak penderita PJB memiliki jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan.

2. Distribusi anak penderita PJB berdasarkan rentang usia terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan.

3. Jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah VSD.

4. Status gizi terbanyak anak dengan PJB tipe asianotik adalah underweight (gizi kurang).

5. Status gizi terbanyak anak dengan PJB tipe sianotik adalah underweight (gizi kurang).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian ini, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan kelengkapan data dalam rekam medis sehingga lebih banyak lagi informasi yang dapat digunakan.

2. Diharapkan kepada bagian konsultasi gizi untuk memberi perhatian lebih pada pasien anak penderita PJB untuk dapat mengurangi kejadian status gizi

kurang.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2005) Prinsip Dasar Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Bhimji, Shabir. (2014) Tetralogy of Fallot. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/2035949-overview#a0156 [Accesed 15 May 2014]

Berg, David G., David W. Brown. (2011) Congenital Heart Disease. Dalam : Lily, L.S., 2011. Pathophysiology of Heart Disease. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Bernstein, Daniel. (2000) The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. (2000) Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed 15; Ed Bahasa

Indonesia, A. Samik Wahab. Jakarta : EGC

Bernstein, Daniel. (2007) The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. (2007) Nelson Textbook of Pediatrics 18th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier

Bezold, Louis I. (2013) Sinus Coronarius Atrial Septal Defect. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/894363-overview [Accesed 15 May 2014]

Charpie, John R. (2013) Transposition of the Great Arteries. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/900574-overview#a0199 [Accesed 15 May 2014]

Charpie, John R. (2014) Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum. Available from:

(51)

Cruz, Edwin Rodriguez. (2012) Pulmonary Atresia with Ventricular Septal defect. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/905119-overview [accesed 16 May 2014]

Djer, Mulyadi M. (2010) Early Diagnosis and Management of Ventricular Septal Defect. Dalam : Lubis, Bidasari et al. (2010) Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan : USU Press

Edwina, Elisabeth. (2012) Perbedaan Status Gizi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik. Semarang.

Ghanie, Ali. (2009) Penyakit Jantung Bawaan Pada Dewasa. Dalam : Sudoyo, Aru W et al. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed V. Jakarta : Interna Publishing

Gibson, Rosalind S. (2005) Principles of Nutritional Assessment. Ed 2nd. New York : Oxford University Press.

Hariyanto, Didik. (2012). Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang Januari 2008 – Februari 2011. Sari Pediatri (14):3.

Harimurti, Ganesja M. (2008) Penyakit Jantung Bawaan: dari Pisau ke Jarum. Available from : http://www.kardiologi-ui.com/newsread.php?id=282 [Accesed 3 May 2014]

Hartriyanti, Y. & Triyanti. (2007) Penilaian Status Gizi. In : Syafiq, A. et all, eds. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Indonesian Heart Assosciation.(2011).Penyakit Jantung Bawaan, angka tinggi dengan tenaga terbatas. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Available from :

http://www.inaheart.org/index.php/public/information/news-detail/12 accesed 20 April 2014

(52)

Jantung BawaanAvailable from :

http://www.pjnhk.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=551

[Accesed 3May 2014]

Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. (2010) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Bina Gizi.

Kumala, Elisabeth Edwina Indras. (2012) Perbedaan Status Gizi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik. Semarang.

Linde, van der et al. (2011) Birth prevalence of congenital heart disease

worldwide: a systematic review and meta-analysis. Journal of the American College of Cardiology 58(21):2241-7.

Mancini, Mary C. (2013) Tricuspid Atresia. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/158359-overview [Accesed 16 May 2014]

Markham, Larry W. (2014) Atrial Septal Defect. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/162914-overview [Accesed 15 May 2014]

Mitchell, I.M., et al. (1995) Nutritional Status of Children with Congenital Heart Disease. British Heart Journal 73(3): 277–283.

Narendra, Moersintowarti B. (2006) Pengukuran Antropometri Pada Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Available from : http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-873im2-pkb.pdf [Accesed 17 May 2014]

Noormanto. (2010) Diagnosis dan Tatalaksana Dini Atrium Septal Defek. Dalam : Lubis, Bidasari et al. (2010) Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan : USU Press

(53)

http://emedicine.medscape.com/article/903127-overview [Accesed 15 May 2014]

Okoromah CAN, Ekure EN, Lesi FEA, Okunowo WO, Tijani BO, Okeiyi JC. (2011) Prevalence, Profile and Predirectors of Malnutrition in Children with Congenital Heart Defects: a Case-Control Observational Study. Arch Dis Child. 96 (4) : 354-60.

Pelangi, Windarini. (2010) Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan.

PL, Bernier. Stefanescu A, Samoukovic G, Tchervenkov CI. (2010) The challenge

of congenital heart disease worldwide: epidemiologic and demographic facts.Seminars in thoracic and cardiovascular surgery 13(1):26-34

Peng, Lynn F., Stanton Perry. (2013) Pulmonic Stenosis (PS) in Neonates, Infant, and Children.Available from: http://www.uptodate.com/contents/pulmonic-stenosis-ps-in-neonates-infants-and-children [Accesed 18 May 2014] Rahayuningsih, Sri Endah. (2011). Hubungan Antara Defek septum ventrikel

dengan status gizi. Sari Pediatri (13):2.

Ramaswamy, P. (2013). Ventricular Septal Defect. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview [Accesed 16 May 2014]

Roebiono, P.S. (2003) Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Available from:

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/poppy.roebiono/material/diagnosisdantat alaksanapjb-2.pdf [Accesed 15 May 2014]

Roebiono, P.S. (2007) Bagaimana dokter spesialis jantung melakukan

pemeriksaan pada anak dengan penyakit jantung bawaan? Available from

(54)

Rosenthal A. (1992) Nutritional Considerations in the Prognosis and Treatment of Children with Congenital Heart Disease. In : Suskind RM, Suskind MM, editors. Textbook of Pediatric Nutrition. 2nd ed. New York : Raven Press. Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang. (1994) Epidemiologi dan Etiologi

Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang., Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara Sjarif, D. R., Anggriawan, S. L., Putra, S. T., & Djer, M. M. (2011).

Anthropometric profiles of children with congenital heart disease. Medical Journal of Indonesia 20:40-5.

Soeroso , S. & Sastrosoebroto, H. (1994) Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara.

Soetjiningsih. (1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Supariasa, dkk. (2001) Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Varan, Birgül, Kürs¸ad Tokel, Gonca Yilmaz. (1999). Malnutrition and growth

failure in cyanotic and acyanotic congenital heart disease with and without pulmonary hypertension. Arch Dis Child;81:49–52

Wessel, Jacqueline Jones., Patricia Queen Samour. (2005) Cardiology. Dalam : Samour, P.Q. (2005) Pediatric Nutrition Third Ed. Canada : Jones and Bartlett Publishers.

(55)

LAMPIRAN

(56)
(57)
(58)

Form Data Rekam Medis

FORMULIR PENGAMBILAN DATA

Nama :

Nomor Rekam Medis :

Umur : tahun

Jenis Kelamin :

Berat Badan : kg

Tinggi Badan : cm

(59)

Tabel Distribusi SPSS

1. Distribusi berdasarkan jenis kelamin

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 61 50.0 50.0 50.0

perempuan 61 50.0 50.0 100.0

Total 122 100.0 100.0

2. Distribusi berdasarkan rentang usia

rentangusia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 - 24 bulan 60 49.2 49.2 49.2

25 - 48 bulan 8 6.6 6.6 55.7

49 - 72 bulan 16 13.1 13.1 68.9

73 - 96 bulan 8 6.6 6.6 75.4

97 - 120 bulan 15 12.3 12.3 87.7

121 - 144 bulan 10 8.2 8.2 95.9

> 144 bulan 5 4.1 4.1 100.0

(60)

3. Distribusi berdasarkan jenis jenis PJB

jenisPJB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ap 2 1.6 1.6 1.6

asd 24 19.7 19.7 21.3

at 1 .8 .8 22.1

pda 32 26.2 26.2 48.4

tga 7 5.7 5.7 54.1

tof 20 16.4 16.4 70.5

vsd 36 29.5 29.5 100.0

Total 122 100.0 100.0

4. Status gizi asianotik dan sianotik

Kpjb * kategori Crosstabulation

Count

kategori

Total underweight

(gizi kurang)

normal (gizi

baik) overweight obesitas

Kpjb Asianotik 63 27 0 2 92

Sianotik 17 11 1 1 30

(61)
(62)
(63)
(64)

2233 desi vsd 25 - 48 bulan 7 78 3t pr 11.51 gizi kurang Asianotik

6634 bernad vsd 0 - 24 bulan 2.9 48 3b lk 12.59 gizi kurang Asianotik

6829 alif tof 25 - 48 bulan 11 91 4t lk 13.28 gizi baik Sianotik

3929 farhan tof 25 - 48 bulan 12.5 85 3t lk 17.3 overweight Sianotik

(65)

CURRICULUM VITAE

Nama : Reyhana Gathari

Tempat / Tanggal Lahir : Lhokseumawe / 30 September 1992

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Komp. Golden Setia Budi No. C11, Medan

Email : gathariyana@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK 2 Taman Siswa (1996-1998)

2. SD 2 Yayasan Pendidikan Arun (1998-2004) 3. SMP Swasta Yayasan Pendidikan Arun

(2004-2007)

4. SMA Swasta Yayasan Pendidikan Arun (2007-2010)

5. Fakultas Kedokteran USU (2011 - sekarang) Riwayat Organisasi :

- Anggota Bidang Minat dan Bakat PEMA FK USU 2011/2012

Gambar

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Tabel 2.2. Kategori IMT berdasarkan WHO (2000)
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
+3

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf

PELATIHAN KARAWITAN BAGI MAHASISWA PGSD FKIP UNS UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER1. Danis Sugiyanto,

3. Gajah mempunyai hidung pangjang yang di sebut..... 4. Sebutkan macam-macam

Sekretariat : Gedung B Lantai II Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jl. Demikian atas perhatiannya diucapkan

Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Klaten Tahun Anggaran

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI TAHUN 2011... PENGUM UM AN PEM ENANG

 Mengaitkan budaya sekolah/madrasah dengan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.  Mengarahkan tumbuhnya

PENGUM UM AN PEM ENANG LELANG TAHAP-X UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN.. POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI