• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

CHATERINE HEDSA BRILIANTI PURBA 160100061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

skripsi yang berjudul “Faktor Risiko Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk kesempatan ini

1. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi ayahanda Drs.Swingly Purba M.Sc dan ibunda Rumondang Lusia Simamora SH,M.Si serta saudara penulis dr.Gregorius Purba atas doa, perhatian, dan dukungan sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis.

2. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Tina Christina L. Tobing,M Ked(Ped), Sp.A(K) selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan waktu, tenaga, dan pikiran guna memberikam arahan, saran, ilmu serta semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

4. dr.Bugis Mardina, M.Ked(Ped), Sp. A(K) dan dr.Ali Nafiah Nasution. Sp.

JP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan seluruh pegawai FK USU yang telah membantu agar skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Managemen dan staf RSUP Haji Adam Malik Medan yang memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh keluarga Purba dan Simamora yang telah memberikan bantuan,saran dan motivasi agar skripsi dapat terselesaikan.

(4)

9. Sahabat-sahabat penulis Yolanda Purba, Mayria Trifani Ginting, Gabriel Elisabeth, Monica Angelina, Eflin Gultom, Riani Devi Sitanggang, Saida Luki Ezra yang telah memberikan dukungan dan perhatian agar skripsi dapat terselesaikan.

10. Teman-teman penulis Nathasia Parhusip, Yesika Tambunan, Asnita Bella, Vita Titania, Imelda Clara, Rosarina, dan Evita Sola Gracia yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman- teman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016 yang bersama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi demi mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.

12. Semua pihak yang telah mendukung, membantu, dan mendoakan penulis dalam menyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan sebagai masukan penulisan selanjutnya. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, 12 Desember 2019 Hormat Saya

Chaterine Hedsa Brilianti Purba NIM 160100061

(5)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... 0

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 3

1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 4

1.4.1 Bidang Kesehatan Masyarakat ... 4

1.4.2 Bidang Keilmuwan ... 4

1.4.3 Bidang Industri Kesehatan ... 4

BAB II ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 EMBRIOGENESIS ... 5

2.2 SIRKULASI BAYI BARU LAHIR... 8

2.3 PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ... 8

2.3.1 Definisi ... 8

2.3.1 Epidemiologi ... 9

2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko ... 10

2.4 JENIS – JENIS PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ... 14

2.4.1 Penyakit Jantung Bawaan Asianotik ... 14

2.4.2 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik ... 16

2.5 ANAK ... 18

2.6 KERANGKA TEORI ... 19

(6)

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 21

3.2 LOKASI ... 21

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 21

3.3.1 Populasi Penelitian ... 21

3.3.2 Sampel Penelitian ... 21

3.3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 22

3.3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 22

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA... 22

3.5 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 23

3.5.1 Pengolahan Data ... 23

3.5.2 Analisis Data ... 23

3.6 DEFINISI OPERASIONAL ... 25

3.6.1 Alur Penelitian ... 27

BAB IV ... 28

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. HASIL PENELITIAN ... 28

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 28

4.1.2. Faktor Risiko Prenatal dengan kejadian Penyakit Jantung Bawaan .... 28

4.1.3. Distribusi Karakteristik Responden Anak ... 31

4.2. PEMBAHASAN ... 32

4.2.1. Karakteristik Responden ... 32

4.2.2. Karakteristik Responden Anak ... 33

BAB V ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 KESIMPULAN... 34

5.2 SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 40

(7)

2.2 Kerangka Teori... 18 2.3 Kerangka Konsep... 18

(8)

4.1 Distribusi frekuensi karakteristik

responden... 30 4.2 Distribusi responden anak berdasarkan riwayat

keluarga... 31 4.3 Distribusi Responden Anak berdasarkan Jenis PJB... 31 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak

berdasarkan berat bayi lahir... 32

(9)

C Informed Consent... 43

D Lembar Kuesioner ... 44

E Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 46

F Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 48

G Hasil Univariat... 50

H Surat Izin Penelitian... 53

I Ethical Clearence... 54

J Data Induk... 55

(10)

DAP : Duktus Arteriousus Persisten

DSA : Defek Septum Atrium

DSV : Defek Septum Ventrikel

HAM : Hak Asasi Manusia

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia MEU : Medical Education Unit

PJB : Penyakit Jantung Bawaan

PO2 : Tekanan Oksigen

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

RS : Rumah Sakit

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences TGA : Transposition of Great Arteries

TOF : Tetralogi of Fallot

WHO : World Health Organization

(11)

yang kurang dari orangtua dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas. Adapun fakto-faktor seperti usia ibu, usia gestasi, berat bayi lahir, obat-obatan, alkohol, merokok, penyakit metabolik, infeksi virus, riwayat keluarga mempengaruhi terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak. Metode. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan studi cross-sectional. Sampel penelitian adalah semua orang tua dari anak yang mempunyai penyakit jantung bawaan berusia kurang dari 18 tahun di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Teknik pengambilan data adalah secara consecutive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan kuesioner. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS. Hasil. Analisis univariat menyatakan riwayat ibu mengkonsumsi obat-obatan 52,5% dan riwayat penyakit metabolik 31,9%. Jenis penyakit jantung bawaan responden anak paling banyak ditemui DSV 46,4%. Kesimpulan. Pada orangtua yang menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung berisiko menyebabkan anak mengalami penyakit jantung bawaan.

Kata kunci :Anak, Penyakit Jantung Bawaan, Faktor Risiko

(12)

one of the problems, besides the lack of attention from parents due to expensive treatment costs, lack of facilities, and limited financial support. As for factors such as maternal age, gestational age, birth weight, drugs, alcohol, smoking, metabolic diseases, viral infections, family history affect the occurrence of congenital heart disease in children. Objectives. This research was conducted to determine risk factors for congenital heart disease in children. Method. The study was descriptive in nature with a cross-sectional study approach. The study sample is all parents of children who have congenital heart disease aged less than 18 years at the Haji Adam Malik General Hospital Medan who have met the inclusion and exclusion criteria. The data collection technique is consecutive sampling. The type of data used in this study is primary data using a questionnaire. Data were then analyzed using the SPSS computer program. Results. Univariate analysis revealed a history of mothers taking drugs 52.5% and a history of metabolic diseases 31.9%. The most common type of congenital heart disease in child respondents was found DSV 46.4%. Conclusion. In parents who suffer from hypertension and taking drugs while pregnant are at risk of causing children to develop congenital heart disease.

Keywords: Children, Congenital Heart Disease, Risk Factors

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Jantung Bawaan merupakan kelainan malformasi struktur yang terbanyak dan mencapai 25% dari semua anomali kongenital serta menjadi masalah kesehatan global. PJB terjadi pada 0,5-0,8% kelahiran hidup, ditemukan 1,5 juta kasus tiap tahun dunia dan banyak menyebabkan cacat lahir dan kematian pada tahun pertama kehidupan dibanding keadaan lain setelah etiologi infeksi disingkirkan (Linde et al., 2011).

Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi kedua tertinggi adalah Eropa, yaitu 8,2 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Amerika Utara memiliki prevalensi kejadian PJB sebesar 6,9 per 1000 kelahiran hidup (Linde et al., 2011).

Menurut Judarwanto (2012) Prevalensi PJB di Indonesia sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian.

Pada the 2nd International Pediatric Cardiology Meeting di Cairo, Egypt, Sukman menyatakan bahwa 45.000 bayi di Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun. Dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi lahir mencapai 6.600.000 dan 48.000 diantaranya adalah penyandang PJB (Indonesian Heart Association, 2011).

Penyakit Jantung Bawaan dikelompokkan atas dua bagian yaitu PJB Non sianotik dan PJB Sianotik. Penyakit Jantung Bawaan Non sianotik terbanyak dijumpai yaitu defek septum ventrikel (ventricular septal defect), duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus), stenosis pulmonal (pulmonary valve stenosis), defek septum atrium (arterial septal defect), dan mitral stenosis (mitral valve stenosis) sedangkan PJB Sianotik terbanyak dijumpai yaitu

1

(14)

Tetralogy of Fallot, Transposition Great Arteries, Atresia Trikuspid dan Atresia Pulmonal (Park, 2008).

Penyakit jantung bawaan asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir tidak ditandai dengan sianotik. PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki adalah penampilan utama pada golongan PJB ini (Djer et al., 2016).

Penyakit jantung bawaan dapat disebabkan oleh: faktor genetik, faktor lingkungan atau faktor eksternal seperti obat-obatan atau jamu-jamuan, infeksi virus pada ibu hamil ( misalnya campak Jerman atau rubella), alkohol dan radiasi yang terdapat sebelum kehamilan 3 bulan (Muaningsih, 2011).

Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui,sindroma down yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan,dimana salah satunya PJB (Rahmawati, 2011).

Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan dalam kelahiran anak dengan PJB di Indonesia, selain itu perhatian yang kurang dari orang tua terhadap anak dengan PJB sangat tinggi dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan finansial yang terbatas. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua, pendidikan yang rendah, dan lingkungan yang tidak mendukung (Arief,2007)

Risiko terjadinya PJB yang terjadi dalam hubungan keluarga yang dekat 79,1% untuk Heterotaxia, 11,7% untuk Conotruncal Defects, 24,3% untuk Atrioventricular Septal Defect, 12,9% untuk Left Ventricular Outflow Tract Obstruction, 7,1% untuk Isolated Atrial Septal Defect dan 3,4% untuk Isolated Ventricular Septal Defect. Risiko terjadinya PJB dari jenis lain 2,68%, risiko didapatnya PJB dari jenis yang sama berkisar 8,15% (Poulsen, 2009).

Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita penyakit diabetes

(15)

terutama yang kadar gulanya tidak terkontrol dengan angka kejadian 3% - 5 %, kelainan jantung bawaan yang tersering pada ibu yang menderita kencing manis adalah Defek Septum Ventrikel, Koarktasio aorta, Transposisi pembuluh darah besar. Obat-obatan seperti diazepam, kortikosteroid, fenotiazin, juga kokain dapat meningkatkan insiden terjadinya kelainan jantung bawaan (Indriwanto, 2007).

Menurut hasil penelitian Betty tahun 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan bahwa ibu dengan kebiasaan meminum obat-obatan dalam masa kehamilan 54,2%, riwayat ibu merokok 11,1%, ibu yang mengkonsumsi alkohol 4,2%, dan riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung bawaan sebanyak 22,2%.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan faktor risiko terhadap penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP. H Adam Malik Medan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran faktor risiko prenatal dengan anak penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Mengetahui gambaran karakteristik penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

(16)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bidang Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi, edukasi dan sumber acuan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak.

1.4.2 Bidang Keilmuwan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penelitian terdahulu dan data penelitian selanjutnya untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak.

1.4.3 Bidang Industri Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi Dinas Kesehatan dalam upaya mencegah intervensi morbiditas risiko penyakit jantung bawaan pada anak.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EMBRIOGENESIS

Pada awal gestasi, embrio dapat mencukupi kebutuhan nutrisi melalui proses difusi. Dengan berkembangnya embrio, kebutuhan nutrisi semakin meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas metabolik dan hal ini tidak dapat tercukupi dengan proses difusi saja. Pada saat inilah terjadi pembentukan sistem kardiovaskuler untuk mendukung pengantaran nutrisi. Struktur primer pembentukan jantung berlangsung terutama pada minggu ke 3 sampai dengan minggu ke 8 gestasi. Sistem kardiovaskuler terbentuk dari jaringan angioblastik yang berasal dari sel-sel mesenkim mesoderm (Rilanto,2012).

1. Kehidupan minggu pertama

Proses yang menonjol pada kehidupan minggu pertama dari 0 sampai 7 hari adalah:

a. Oosit segera sesudah ovulasi,

b. Fertilisasi sekitar 12-24 jam sesudah ovulasi,

c. Segmentasi (stadium pronuklei laki-laki dan wanita, kumparan pembelahan mitotik pertama),

d. Pembentukan blastokist awal sekitar umur 4 ½ hari, e. Fase implantasi awal.

2. Kehidupan minggu kedua

Perkembangan utama pada minggu kedua, dari 8 sampai 14 hari adalah:

a. Penyempurnaan implantasi,

b. Pembentukan diskus bilaminer, yang terdiri atas ektoderm dan endoderm, c. Perkembangan rongga amnion,

d. Penampakan kantong kuning telur (yolk sac),

e. Perluasan vili primitif dari plasenta yang sedang berkembang.

3. Kehidupan minggu ketiga

(18)

Perkembangan yang utama dari segi kardiovaskular di kehidupan minggu ketiga, dari 15-21 hari sebagai berikut:

a. Sistem kardiovaskular dibentuk dari mesoderm. Mesoderm berkembang dari ektoderm pada kehidupan hari ke 15,

b. Bulan sabit kardiovaskular dari mesoderm pra jantung tampak pada kehidupan hari ke 18,

c. Peronggaan mesoderm membentuk celom intra-embrionik juga pada kehidupan hari ke 18,

d. Pipa jantung lurus, atau stadium sebelum berputar (preloop), normal berkembang pada umur 20 hari,

e. Pembentukan putaran (loop) jantung, normal putaran jantung ke kanan (pembentukan putaran-D) dan tidak normal ke kiri (pembentukan putaran L) mulai pada umur 21 hari.

4. Kehidupan minggu keempat

Perkembangan kardiovaskular utama dari 22-28 hari adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan putaran-D (D-loop) disempurnakan,

b. Perkembangan secara morfologis ventrikel kiri dan secara morfologis ventrikel kanan mulai dari hari 22-28,

c. Sirkulasi dimulai hari 26-28. Ini dikenal sebagai “sirkulasi dalam-seri”

karena darah keluar dari atrium kanan secara morfologis menuju ke atrium kiri secara morfologis, kemudian ke ventrikel kiri, menuju ke ventrikel kanan dan ke trunkus arteriosus (batang arteria). Sirkulasi dalam-seri serupa dengan sirkulasi yang berlangsung pada atresia trikuspidalis.

d. Penyekatan kardiovaskular dimulai, e. Evolusi arkus aorta dimulai.

5. Kehidupan minggu kelima

Perkembangan kardiovaskular yang utama antara hari 29-35 dapat diringkas sebagai berikut:

(19)

a. Ventrikel kiri, ventrikel kanan, dan sekat ventrikel terus tumbuh dan berkembang,

b. Terdapat pendekatan aorta ke foramen interventrikular, katup mitral, dan ventrikel kiri,

c. Terjadi pemisahan aorta ascendens dan arteria pulmonalis utama, yaitu hari 32-33,

d. Pemisahan katup mitral dan trikuspidal di sempurnakan pada hari 34-36, e. Pembesaran ventrikel kanan,

f. Bersama dengan pembesaran ventrikel kanan, sekat muskuler ventrikel bergerak dari kanan ke kiri dibawah kanal atrioventrikular ,

g. Katup trikuspidal membuka kedalam ventrikel kanan,

h. Ostium primum ditutup oleh jaringan dari bantalan (cushion) endokardium dari kanal atrioventrikular, yang dengan demikian memisahkan kedua atrium,

i. Apeks ventrikel memutar ke arah kiri secara horizontal,

j. Dari hari 30-36, katup pulmonal bergerak dari posterior dan ke kiri dari katup aorta yang sedang berkembang, dan akhirnya keposisi anterior normalnya ke kiri katup aorta.

6. Kehidupan minggu keenam dan ketujuh

Perkembangan kardiovaskular utama antara kehidupan hari ke 36-49 adalah:

a. Penutupan konus sekat (infundibulum), dan b. Penutupan bagian membran sekat ventrikel.

Sekat ventrikel biasanya tertutup antara umur 38 dan 45 hari. Penutupan foramen interventrikulare dapat tertunda sampai pasca lahir, dikenal sampai penutupan secara spontan defek sekat ventrikel yaitu tanpa bantuan bedah. Pendewasaan kardiovaskular berlanjut dengan baik sampai pasca lahir (Praagh, 1996).

(20)

2.2 SIRKULASI BAYI BARU LAHIR

Perubahan yang sangat penting dalam sirkulasi setelah bayi lahir terjadi karena putusnya hubungan plasenta dari sirkulasi sistemik dan paru yang mulai berkembang. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah:

1. Penurunan tahanan vaskular pulmonal akibat ekspansi mekanik paru- paru, peningkatan saturasi oksigen arteri pulmonalis dan PO2 alveolar karena tahanan arteri pulmonalis menurun maka aliran darah pulmonal meningkat. Lapisan medial arteri pulmonalis perifer berangsur-angsur menipis dan pada usia bayi 10-14 hari tahanan arteri pulmonalis sudah seperti orang dewasa. Penurunan tahanan arteri pulmonalis akan terhambat bila terdapat aliran darah paru yang meningkat seperti pada defek septum ventrikel ataupun pada duktus arteriosus yang besar.

2. Tahanan vaskular sistemik meningkat

3. Duktus arteriosus menutup pada 10-15 jam setelah lahir. Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3 minggu.

4. Foramen ovale menutupsaat bayi lahir tetapi tidak semua bayi mengalaminya. Dalam jam-jam pertama setelah lahir masih dapat dideteksi terdapatnya pirau dari atrium kanan ke atrium kiri melalui foramen ovale karena tekanan pada atrium kanan masih sedikit lebih tinggi dibandingkan atrium kiri(Roebiono, et al., 1994)

2.3 PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

2.3.1 Definisi

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang sudah ada sejak lahir. Penyakit ini biasanya terdeteksi pada bayi dan anak. Apabila penyakit jantung bawaan 10 ditemukan pada orang dewasa, maka pasien tersebut mampu melewati seleksi alam atau telah menjalani tindakan operasi dini pada usia muda (Rahmawati, 2011).

(21)

2.3.1 Epidemiologi

Penyakit Jantung Bawaan ini terjadi pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.

Insiden lebih tinggi pada lahir mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi premature (2%) (Tank, 2000). Penelitian di Taiwan menunjukkan prevalensi yang sedikit berbeda, yaitu sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi berjenis kelamin laki-laki, dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung Bawaan yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect (Wu,2009).

Bayi baru lahir yang dipelajari adalah 3069 orang, 55,7% laki- laki dan 44,3%

perempuan, 28 (9,1 per-1000) bayi mempunyai PJB. Patent Ductus Arteriosus (PDA) ditemukan pada 12 orang bayi (42,9%), 6 diantaranya bayi prematur.

Ventricular Septal Defect (VSD) ditemukan pada 8 bayi (28,6%), Atrial Septal Defect (ASD) pada 3 bayi (19,7%), Complete Atrio Ventricular Septal Defect (CAVSD) pada 3,6 % bayi, dan kelainan katup jantung pada bayi yang mempunyai penyakit jantung sianotik (10,7%), satu bayi Transposition of Great Arteries (TGA), dua lain dengan kelainan jantung kompleks sindrom sianotik.

Ditemukan satu bayi dengan sindrom Down dengan ASD, dengan ibu pengidap diabetes. Satu orang bayi dilahirkan dari bapak dengan PJB, tidak ada dari 4 orang ibu dengan PJB mempunyai bayi dengan PJB. Atrial fibrillation ditemukan di satu orang bayi. Dari 28 bayi dengan PJB, 4 mati (14,3%) selama 5 hari pengamatan.

Data menunjukkan ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali risiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor risiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor risiko lain secara statistik tidak berhubungan (Harimurti, 1996).

Dalam hubungan keluarga yang dekat risiko terjadinya PJB yang terjadi 79,1%, untuk Heterotaxia, 11,7% untuk Conotruncal Defects, 24,3% untuk Atrioventricular Septal Defect, 12,9% untuk Left Ventricular Outflow Tract Obstruction, 7,1% untuk Isolated Atrial Septal Defect dan 3,4% untuk Isolated Ventricular Septal Defect. Risiko terjadinya PJB dari jenis lain 2,68%, risiko didapatnya PJB dari jenis yang sama berkisar 8,15%. Didapati hanya 2,2%

kejadian PJB pada populasi yang diamati (Poulsen, 2009).

(22)

2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Pada sebagian besar kasus, penyebab dari PJB ini tidak diketahui (Sastroasmoro, 1994). Beberapa faktor yang diyakini dapat menyebabkan PJB ini secara garis besar dapat kita klasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu genetik dan lingkungan.

Meskipun dalam kenyataan kedua faktor ini saling berinteraksi (Indriwanto, 2007).

1. Lingkungan

Paparan dari lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi perkembangan janin, misalnya, menghisap asap rokok (perokok pasif), menghirup cat atau udara di bengkel mobil yang mengerjakan perbaikan cat.

Faktor dari ibu:

 Rubella. Infeksi rubella terutama bila mengenai pada kehamilan trimester pertama akan mengakibatkan insiden kelainan jantung bawaan dan risiko untuk mendapat kelainan sekitar 35 % dengan jenis Patent Ductus Arteriosus, Pulmonary Valve Stenosis, Septal Deffect.

 Diabetes. Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita penyakit diabetes mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mendapat kelainan jantung bawaan terutama yang kadar gulanya tidak terkontrol dengan angka kejadian 3% - 5 %, kelainan jantung bawaan yang tersering pada ibu yang menderita kencing manis adalah Defek Septum Ventrikel, Koarktasio aorta, Transposisi komplit. Di negara maju pada ibu-ibu dengan penyakit kencing manis direkomendasikan untuk dilakukan fetal echocardiography.

 Alkohol. Disebut sebagai alkoholik adalah meminum alkohol sebanyak 45 ml per hari dan dikatakan tidak ada kadar yang aman untuk ibu hamil, ibu yang alkoholik mempunyai insiden 0,1 - 3,3 per 1000 kelahiran mendapatkan bayi yang tidak normal (fetal alcoholic syndrome) dan untuk insiden kelainan jantung bawaan sekitar 25 - 30 % dengan jenis defek septum.

(23)

 Ectasy. Insiden kelainan jantung bawaan akan meningkat dan sekitar 15,4% akan didapatkan bayi dengan kelainan jantung dan muskuloskletal.

 Obat-obatan lainnya. Obat-obatan yang lain seperti diazepam, kortikosteroid, fenotiazin, juga kokain dapat meningkatkan insiden terjadinya kelainan jantung bawaan (Indriwanto, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Hinton (2013) dilaporkan bahwa wanita merokok saat hamil pada trimester pertama dapat mengalami peningkatan hingga 1-2 persen dari seluruh resiko cacat jantung. Dan risiko tersebut mencapai puncak saat ibu tersebut merupakan perokok berat. Selain itu, wanita berusia 35 tahun lebih memiliki resiko lebih tinggi untuk memiliki anak penderita cacat jantung jika mereka merokok.

Ibu yang sewaktu hamilnya minum berbagai obat-obatan seperti thalidomide, cortisone, dan busulfan dapat menyebabkan kelainan jantung bawaan (Kusumawidjaja, 2006). Ibu yang meminum garam litium saat hamil dapat memperoleh anak yang menderita penyakit jantung kongenital, dengan insidens lesi kaktup mitral dan trikuspid yang abnormal tinggi. Asam retinoat yang digunakan untuk mengobati jerawat dapat menyebabkan berbagai tipe lesi jantung kongenital (Hoffman, 2007).

2. Genetik

Riwayat dalam keluarga yang menderita kelainan pada jantung atau bukan pada jantung menjadi suatu faktor risiko utama (mayor). Tetapi beberapa peneliti mengatakan bila ada anak yang menderita kelainan jantung bawaan maka saudara kandungnya mempunyai kemungkinan mendapat kelainan jantng bawaan 1 - 3%, juga bila dalam silsilah keluarga ada yang mendapat kelainan jantung bawaan maka kemungkinan mendapat kelainan sekitar 2 - 4%.

 Kelainan kromosom.

Pada kelainan kromosom ada faktor-faktor yang mempengaruhi kelainan, antara lain:

(24)

(a) Usia ibu lanjut berkolerasi dengan frekwensi sindrom Down yaitu suatu kelainan herediter yang disertai frekwensi kelainan kromosom yang tinggi.

(b) Radiasi diketahui dapat menyebabkan cedera pada kromosom. Namun demikian tidak terdapat bukti bahwa radiasi pada ibu disertai frekwensi sindrom Down yang meningkat.

(c) Berbagai zat kimia dapat mengubah susunan gen. Diantaranya obat- obatan anti-kanker mempunyai pengaruh terhadap kromosom sebagai halnya radiasi (Rukmono, 2006).

Sekitar 6 - 10 % penderita kelainan jantung bawaan mempunyai kelainan kromosom, atau dengan kata lain sekitar 30% bayi yang mempunyai penyimpangan kromosom menderita kelainan jantung bawaan. Misalnya pada anak dengan Down syndrom maka sekitar 40 % mempunyai kelainan jantung bawaan (Indriwanto, 2007).

Gen-gen mutan tunggal (dominan autosomal, resesif autosomal, atau terkait-X) biasanya menyebabkan PJB sebagai bawaan dari suatu kompleks kelainan (Hoffman, 2007). Kelainan kromosom juga menyebabkan PJB sebagai bagian suatu kompleks lesi, seperti sindrom cri- du-cat (20%); sindrom XO (Turner) (50%); sindrom Trisomi 21 (Down) (50%), trisomi 13 (90%), dan trisomi 18 (99%). Defek septum ventrikel merupakan kelainan jantung yang paling lazim pada semua sindrom, kecuali sindrom Turner, yang terutama mengalami katup aorta bikuspid dan koarktasio aorta (Hoffman, 2007). Dalam hubungan keluarga yang dekat, resiko terjadinya PJB yaitu 79,1% untuk Heterotaxia, 11,7% untuk Conotruncal Defects, 24,3% untuk Atrioventricular Septal Defect, 12,9%

untuk Left Ventricular Outflow Tract Obstruction, 7,1% untuk Isolated Atrial Septal Defect, dan 3,4% untuk Isolated Ventricular Septal Defect(Poulsen, 2009).

Sejarah kesehatan keluarga menjadi semakin penting ketika Human Genome

(25)

generasi akan menilai faktor-faktor risiko untuk kelainan bawaan atau multifaktorial yang mungkin dapat menerima penapisan risiko, pengujian genetik, diagnosis prenatal, dan pencegahan atau manajemen penyakit. Ini dapat mengungkapkan informasi (seperti penyakit awal, hubungan dekat antara individu dengan penyakit, beberapa anggota keluarga yang terkena, riwayat kanker yang mencurigakan, atau penyakit dengan dasar genetik yang diketahui) yang akan mengidentifikasi pasien yang berkonsultasi dengan anggota medis atau penyakit khusus dengan spesialis medis. Untuk mengoptimalkan manfaat dari silsilah tiga generasi untuk perawatan pasien, informasi harus diperbarui secara berkala (Brock et al.,2010).

Rekomendasi untuk simbol standar dalam merekam silsilah keluarga diperkenalkan oleh National Society of Genetic Counselors pada tahun 1995.

Simbol standar ini dirangkum dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Symbols used to generate a pedigree

Male Female

Individual

Affected Individual

Sumber: (Family History Screening: Use of the Three Generation Pedigree in Clinical Practice,2010)

Tingkat hubungan antara individu dalam keluarga menunjukkan jumlah materi genetik yang dibagi (diringkas dalam Gambar 2.1 ). Kerabat tingkat pertama (semua anak, saudara kandung penuh, dan orang tua kandung) berbagi 50%

informasi genetik, kerabat tingkat kedua (kakek dan nenek dari pihak ayah, saudara kandung, tante, paman, keponakan, dan keponakan laki-laki) berbagi 25%

genetik informasi, dan saudara tingkat tiga (sepupu) berbagi 12,5% informasi genetik.

(26)

Gambar 2.1 Demonstration of shared genetic material between individuals in a family Sumber: (Brock et al.,2010)

2.4 JENIS – JENIS PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Penyakit jantung bawaan dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan sianotik (Arief, 2007).

2.4.1 Penyakit Jantung Bawaan Asianotik 1. Defek Septum Ventrikel

Defek septum ventrikel merupakan defek jantung kongenital tersering saat lahir, tetapi karena banyak defek septum ventrikel kecil menutup sendiri pada masa anak, insiden keseluruhan defek septum ventrikel pada orang dewasa lebih rendah dari pada insiden defek atrium (Dennis dan Kumar, 2012).

Istilah defek sekat ventrikel menggambarkan suatu lubang pada sekat ventrikel. Defek sekat ventrikel dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, dapat tunggal atau banyak, dan ukuran serta bentuknya dapat bervariasi (Fyler, 1996).

(27)

Ukuran dan letak DSV bervariasi, berkisar dari defek kecil di bagian otot atau membran septum hingga defek besar yang mengenai seluruh septum. Pada defek yang menyebabkan pirau signifikan kiri-ke-kenan, ventrikel kanan mengalami hipertrofi dan sering melebar. Garis tengah arteria pulmonalis meningkat karena meningkatnya volume yang disemprotkan oleh ventrikel kanan (Dennis dan Kumar, 2012).

2. Defek Septum Atrium

Defek septum atrium ditandai dengan adanya cacat di septum intra atrial yang memungkinkan aliran balik vena pulmonalis dari atrium kiri ke atrium kanan (Markham, 2014). Defek septum atrial pada bayi dan anak merupakan kelainan jantung bawaan dengan angka kejadian 1 dari 1500 kelahiran hidup dan merupakan 5-10% dari semua penyakit jantung bawaan.

Ada 4 tipe DSA, yaitu DSA primum, DSA sekundum, DSA sinus venosus serta DSA sinus koronarius (Noormanto, 2010).

Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu:

 Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum dengan bantalan endokardial dan meninggalkan defek di dasar septum.

Kejadian DSA Ostium primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB.

 Ostium Sekundum, defek ini terdapat pada daerah fosa ovalis. Ini adalah bentuk defek sekat atrium yang paling sering dan bersama dengan katup atrioventrikular normal. Defek ini mungkin tunggal atau multiple. Wanita beresiko 3 kali lebih banyak dari pada pria.

 Sinus Venosus, defek terletak pada bagian atas sekat atrium berhubungan dekat dengan masuknya vena cava superior. Seringkali, satu atau lebih vena pulmonalis (biasanya dari paru kanan) secara anomali mengalirkan kedalam vena cava superior (Bernstein, 2000).

 Sinus koronarius, defek ini terletak di bagian septum atrium yang mencakup lubang sinus koroner dan ditandai oleh tidak adanya setidaknya sebagian dari dinding yang biasa memisahkan sinus koroner dengan atrium kiri (Bezold, 2013).

(28)

3. Duktus Arteriosus Persisten

Duktus Arteriosus Persisten adalah kegagalan menutupnya duktus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan,yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah ke jantung. DAP sering dijumpai pada bayi prematur, insidenya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. (Mayo clinic staff, 2011)

2.4.2 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik 1. Tetralogi of Fallot

Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang terdiri dari empat kelainan yang khas, yaitu (1) Defek Septum Ventrikel (DSV), (2) Stenosis Pulmonal, (3) hipertrofi Ventrikel Kanan, dan (4) dekstroposisi aorta (Overriding Aorta) (Darmadi et al., 2013).

TOF ini merupkan penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai yaitu sekitar 3-5 % bayi yang lahir dengan PJB menderita jenis TOF. Di Amerika Serikat 10% kasus PJB menderita TOF dan laki-laki sedikit lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan. Di Indonesia sekitar 25% pasien dengan TOF yang tidak diterapi akan meninggal 1 tahun pertama kehidupannya, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun (Darmadi et al., 2013). Pada TOF keluhan utama yang sering dijumpai pada PJB sianotik ini adalah sianosis. Pernafasan cepat, sianosis pada mukosa bibir, mulut dan kuku jari tangan-kaki (Darmadi et al., 2013). Sklera abu-abu, jari tangan dan kaki tabuh, sianosis yang bertambah, lemah, bahkan dapat disertai dengan kejang (Brenstein, 2000).

2. Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh

Pada Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh (APSVU), daun katup pulmonalis berfusi secara lengkap sehingga membentuk membran dan tidak terdapat jalan keluar (outflow) ventrikel kanan. Tidak terdapat aliran

(29)

(Bernstein, 2007). Defek ini terjadi 7.1 – 8.1 per 100.000 kelahiran hidup dengan persentase 0.7 – 3.1% dari seluruh kasus PJB di Amerika Serikat.

(Charpie, 2009). Sianosis telah jelas tampak dalam hari-hari pertama pascalahir. Bayi sesak dengan gejala gagal jantung. Pada pemeriksaan fisik, tidak terdengar bising, atau terdengar bising pansistolik insufisiensi trikuspid, atau terdengar bising duktus arteriosus (Prasodo, 1994).

3. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda

Disebut demikian, apabila kedua arteri besar secara keseluruhan atau hampir seluruhnya keluar dari ventrikel kanan. Hubungan antara kedua arteri besar sering berdampingan dan paralel, aorta di kanan atau di kiri, di depan atau di belakang, sering menyerupai transposisi arteri-arteri besar (Fyler, 2007).

4. Atresia Trikuspid

Istilah Atresia Trikuspid (AT) menggambarkan agenesis katup trikuspid kongenital dan merupakan jenis PJB sianotik terbanyak setelah TF dan TAB (Rao, 2009). Pada defek ini, tidak terdapat aliran dari atrium kanan menuju ventrikel kanan sehingga seluruh aliran balik vena sistemik masuk ke bagian kiri jantung melalui foramen ovale atau jika terdapat defek pada septum atrium (Bernstein, 2007).

Insidensi AT diperkirakan 1 per 10.000 kelahiran hidup dengan estimasi prevalensi AT dari seluruh kasus PJB adalah 2.9% dari autopsi dan 1.4%

dari penegakkan diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan berulang (Rao,2009). Sianosis biasanya muncul segera setelah lahir, dengan penyebaran yang dipengaruhi oleh tingkat keterbatasan aliran darah pulmonal (Bernstein, 2007). Apabila aliran darah paru berkurang maka pasien akan tampak sianotik; semakin sedikit darah ke paru maka semakin jelas sianosis yang terjadi (Prasodo, 1994).

(30)

2.5 ANAK

Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun kecuali terdapat hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih awal (WHO).

Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut undang undangtersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, pada bab I ketentuan umum pasal (1) poin (2). Yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum kawin. Sedangkan pengertian anak menurut pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Meskipun banyak rumusan mengenai batasan dan pengertian anak, namun pada prinsipnya perbedaan tersebut mempunyai implikasi yang sama yaitu memberikan perlindungan pada anak.

(31)

2.6 KERANGKA TEORI

Gambar 2.2 Kerangka Teori

FAKTOR RISIKO

Penyakit Jantung Bawaan

Lingkungan Genetik

Obat-obatan Alkohol Penyakit Metabolik

Merokok Infeksi virus

Kelainan kromosom Idiopatik EMBRIOGENESISS

minggu ke 3 – minggu ke 7

- ToF - TGA

- VSD - ASD - PDA

Sianotik Asianotik

(32)

2.7 KERANGKA KONSEP

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

1. Usia Ibu 2. Usia Gestasi 3. Berat bayi lahir 4. Obat-obatan 5. Alkohol 6. Merokok

7. Penyakit Metabolik 8. Infeksi Virus 9. Riwayat keluarga

Penyakit Jantung Bawaan

Variabel Independen Variabel Dependen

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu mengetahui faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak.

3.2 LOKASI

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juli- September 2019. Rumah Sakit ini dipilih karena merupakan pusat rujukan provinsi Sumatera Utara

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua orang tua dari anak yang mempunyai penyakit jantung bawaan berusia kurang dari 18 tahun di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini diambil dengan cara minimal sampel, yang diukur dengan rumus ukuran sampel untuk cross sectional study yaitu rumus estimasi proporsi:

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus:

n = 𝑍𝑎2. 𝑃(1−𝑃)𝑑2 n

=

Besar sampel

Za2

=

Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96)

P

=

Perkiraan proporsi untuk sifat tertentu yang terjadi dalam populasi= 0,5

(34)

n = 𝑍𝑎2. 𝑃 (1 − 𝑃) 𝑑2

n = (1,96)2. 0,5 (1 − 0,5) (0,1)2

n = 96,5

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 97 orang.

3.3.4 Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Consecutive sampling merupakan jenis non- probability sampling.

3.3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

Semua orang tua (Ayah dan atau Ibu kandung) dari anak dengan diagnosis penyakit jantung bawaan yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Kriteria Eksklusi

Orang tua (Ayah dan atau Ibu kandung) tidak lengkap memberikan informasi pada formulir kuesioner.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah data primer. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang faktor risiko penyakit d

=

Derajat penyimpangan (0,1)

(35)

jantung bawaan pada anak secara langsung di tanyakan dengan wawancara pada orang tua yang memiliki anak penyakit jantung bawaan.

3.5 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.5.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, data akan diolah melalui beberapa langkah sebagai berikut.

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.

b. Coding

Setelah dilakukan editing data, data yang sudah diedit akan diberi kode pada setiap jawaban yang diberikan untuk memudahkan proses pengolahan data.

Misalnya dengan mengubah data yang berbentuk kalimat ke dalam data numerik atau angka.

c. Entri

Pada langkah ini, data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program SPSS for window.

d. Cleaning Data

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entri, agar terlihat adanya kesalahan atau tidak. Mungkin dapat terjadi kesalahan pada saat mengentri data.

e. Saving

Proses penyimpanan data untuk siap dianalisis.

3.5.2 Analisis Data

Analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS kemudian ditampilkan dalam tabel frekuensi.

(36)

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1 Usia Usia Ibu saat hamil

dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. < 20 tahun 2. 20-30 Tahun 3. > 30 tahun 2 Usia

Gestasi

Usia kandungan ibu dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Prematur: 20-37 minggu 2. Normal : 38-40 minggu 3. Postmatur: >40 minggu 3 Berat Bayi Berat Badan Bayi

Lahir anak dengan PJB

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. BBLR : < 2500 kg 2. Normal : 2500-4000 kg 3. Obesitas: > 4000 kg

4 Obat-obatan Riwayat konsumsi obat-obatan (selain vitamin untuk ibu hamil) selama masa kehamilan anak dengan PJB

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ada mengkonsumsi 2. Tidak ada

mengkonsumsi

5 Alkohol Riwayat penggunaan alkohol selama masa kehamilan anak

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ada mengkonsumsi 2. Tidak ada

mengkonsumsi

(37)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

6 Merokok Penggunaan rokok selama masa kehamilan dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ada merokok 2. Tidak ada merokok

7 Penyakit Metabolik

Penyakit penyerta pada Ibu selama masa kehamilan dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Diabetes Melitus, 2. Hipertensi

8 Infeksi Virus

Penyakit akibat inveksi virus yang dialami Ibu selama masa hamil

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Toxoplasma gondii, 2. Rubella,

3. Cyto megallo, 4. Herpes

5. Simpleks Virus, 6. HIV

9 Riwayat Keluarga

Keluarga didapat PJB dan meninggal mendadak akibat gangguan

kardiovaskuler

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ada 2. Tidak ada

10 Penyakit Jantung Bawaan

Setiap anak dengan dugaan PJB

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ya 2. Tidak

(38)

3.6.1 Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Orangtua dari anak yang menderita PJB Kriteria

Inklusi

Kriteria Eksklusi Sampel

Penelitian

Wawancara &

Kuesioner

1. Usia ibu hamil 2. Usia gestasi 3. Berat bayi lahir 4. Obat-obatan 5. Alkohol 6. Merokok

7. Penyakit metabolik 8. Infeksi

9. Riwayat keluarga

Analisis Data

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Jantung Anak lantai 2 dan RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No.17, Medan. Adapun rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe A sesuai dengan SK Menkes No.

355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 untuk daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang bervariasi.

Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/IX/ 1991 tanggal 6 September 1991.

4.1.2. Faktor Risiko Prenatal dengan kejadian Penyakit Jantung Bawaan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 97 sampel. Semua data sampel diambil dari data primer, yaitu dengan mengisi kuesioner dan wawancara langsung orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan dari periode September sampai November 2019.

Faktor prenatal yang diteliti adalah usia ibu saat hamil, usia kandungan ibu, kebiasaan ibu memeriksakan kandungannya, penyakit metabolik yang di derita ibu, konsumsi obat-obatan, alkohol, riwayat keluarga yang mengalami penyakit jantung bawaan, dan riwayat keluarga yang meninggal mendadak.

Distribusi responden menurut faktor risiko prenatal terhadap anak dengan penyakit jantung bawaan dapat dilihat dari tabel di bawah (Tabel 4.1). Pada penelitian ini ditemukan usia ibu hamil <20 tahun 12 orang (12,4%), usia 20-30 tahun 35 orang (36,1%) dan di dapat mayoritas usia saat ibu hamil dengan anak penyakit jantung bawaan adalah >30 tahun 50 orang (51,5%).

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat distribusi responden menurut usia kandungan ibu dengan penyakit jantung bawaan bahwa ibu dengan usia kandungan kurang dari

(40)

37 minggu ada 13 orang (13,4%), ibu dengan usia kandungan yang 37-40 minggu teradapat 76 orang (78,4%), dan usia kandungan ibu yang lebih dari 40 minggu ada 8 orang (8,2%).

Frekuensi ibu yang tidak pernah memeriksakan kandungannya ke tenaga kesehatan medis di dapat 10 orang (10,3%) dan yang jarang (<3 kali) ada 15 orang (15,5%). Sementara itu kebiasaan ibu yang sering memeriksakan kandungannya (>3 kali) di dapat 72 orang (74,2%).

Pada penyakit metabolik yang di alami ibu dengan anak yang mengalami penyakit jantung bawaan di dapat 10 orang (10,3%) menderita diabetes melitus, kemudian 23 orang (23,7%) yang menderita hipertensi, dan 64 orang (66%) dikatakan tidak menderita penyakit metabolik keduanya.

Distribusi responden dengan ibu yang mengkonsumsi obat hipertensi didapat 14 orang (14,4%), yang mengkonsumsi asam folat ada 20 orang (20,6%), mengkonsumsi paracetamol ada 6 orang (6,2%), mengkonsumsi asam mefenamat ada 7 orang (7,2%), kemudian 2 orang (2,1%) yang mengkonsumsi obat anti tubberkulosis. Sementara itu ibu yang mengkonsumsi obat asam lambung didapat 7 orang (7,2%) dan yang tidak mengkonsumsi obat-obatan 41 orang (42,3%).

Ibu dengan kebiasaan merokok terdapat 14 orang (14,4%) dan yang tidak merokok 83 orang (85,6%). Selain itu terdapat 3 orang (3,1%) ibu yang mempunyai kebiasaan meminum alkohol, dan 94 orang (96,9%) ibu yang tidak meminum alkohol.

(41)

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Karakteristik n (%)

Usia Ibu < 20 tahun 20 -30 tahun

> 30 tahun Usia gestasi

12 (12,4) 35 (36,1) 50 (51,5)

<37 minggu 13 (13,4)

37-40 minggu 76 (78,4)

>40 minggu 8 (8,2)

Memeriksakan Kandungan

Tidak 10 (10,3)

Jarang (<3 kali) 15 (15,5)

Ya ( >3 kali) 72 (74,2)

Riwayat Infeksi Ibu

Tidak ada 97 (100)

Ada 0 (0)

Penyakit Metabolik Ibu

Tidak ada 64 (66,0)

Diabetes Mellitus 10 (10,3)

Hipertensi 23 (23,7)

Obat-obatan

Asam Folat 20 (20,6)

Obat Hipertensi 14 (14,4)

Paracetamol 6 (6,2)

Asam Mefenamat 7 (7,2)

OAT 2 (2,1)

Antasida 7 (7,2)

Tidak 41 (42,3)

Konsumsi Rokok

Ya 14 (14,4)

Tidak 83 (85,6)

Konsumsi Alkohol

Ya 3 (3,1)

Tidak 94 (96,9)

(42)

Pada tabel 4.2 juga dapat dilihat distribusi responden menurut riwayat penyakit jantung bawan yang dialami keluarga 33 orang (34%), dan yang tidak menderita hal yang sama didapat 64 orang (66%). Selain itu riwayat keluarga yang meninggal mendadak 20 orang (20,6%), dan distribusi responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga meninggal mendadak didapat 77 orang (79,4%).

Tabel 4.2. Distribusi Anak Responden berdasarkan Riwayat Keluarga

4.1.3. Distribusi Karakteristik Responden Anak

Distribusi responden anak menurut jenis penyakit jantung bawaaan yang dialami dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.3). Sebagian besar penyakit jantung yang dialami responden anak ialah asianotik sebanyak 90 orang (92,7%) seperti Defek Septum Ventrikel 45 orang (46,4%), Duktus Arteriosus Persisten 27 orang (27,8%), dan Defek Septum Atrium 18 orang (18,6%).Sedangkan penyakit jantung bawaan sianotik yang dialami oleh 7 orang (7,3%), seperti Tetralogi of Fallot 6 orang (6,2%) dan Transposisi Arteri Besar 1 orang (1,0%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden Anak berdasarkan Jenis PJB

Terdapat responden anak mengalami penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir <2500 gram sebanyak 57 orang (58,8%), sedangkan berat bayi lahir 2500-4000 terdapat 34 orang (35,1%) dan berat bayi lahir >4000 terdapat 6 orang

Riwayat Keluarga n (%)

Penyakit Jantung Bawaan

Ya 33 (34)

Tidak 64 (66)

Meninggal Mendadak

Ya 20 (20,6)

Tidak 77 (79,4)

Jenis Penyakit Jantung Bawaan n (%)

DSA 18(18,6)

DSV 45(46,4)

DAP 27(27,8)

TOF 6(6,2)

TGA 1(1,0)

(43)

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi karakteristik responden anak berdasarkan berat bayi lahir

Berat bayi lahir n (%)

< 2500 gram 2500 – 4000 gram > 4000 gram

57 (58,8) 34 (35,1) 6 (6,2)

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini didapatkan proporsi terbanyak usia kandungan ibu dengan anak penyakit jantung bawaan terdapat (80,5%) usia kandungan cukup bulan (37- 40 minggu), dimana penelitian ini sejalan dengan Nababan dengan frekuensi terbanyak yaitu usia kandungan cukup bulan 81,9%. (Nababan,2014)

Kebiasaan ibu yang sering (>3 kali) memeriksakan kandungannya ke tenaga medis tercatat sebanyak 74,2% sejalan dengan penelitian Nababan yaitu kebiasaan ibu yang sering memeriksakan kandungannya (>3 kali) di dapat 62,5%.

(Nababan,2014)

Riwayat penyakit metabolik dengan riwayat hipertensi yaitu 21,6% dan diabetes mellitus 10,3% dimana selain itu terdapat 68% ibu tidak ada riwayat penyakit metabolik. Penelitian ini sejalan dengan Tandon et al. hanya tercatat 7,27% yang mempunyai riwayat penyakit metabolik pada ibu. (Tandon et al, 2010)

Kebiasaan ibu mengkonsumsi obat-obatan yaitu 52,5% dimana lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi obat-obatan. Sejalan dengan penelitian Zen et al 58% mayoritas ibu mengkonsumsi obat-obatan dengan diagnosis penyakit jantung bawaan. (Zen et al,2011)

Riwayat ibu yang tidak merokok tercatat sebanyak 85,6% dimana lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang mempunyai riwayat merokok. Penelitian ini sejalan Polii lebih banyak riwayat ibu yang tidak merokok pada riwayat kehamilannya yakni sebanyak 84,4% (Polii et al, 2016)

(44)

Responden dengan riwayat mengkonsumsi alkohol tercatat sebanyak 3,1%

dimana lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat mengkonsumsi alkohol. Penemuan ini sejalan dengan penelitian Polii et al dimana responden yang memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol juga lebih sedikit daripada responden yang tidak mengkonsumsi alkohol dengan 7,6% (Polii et al., 2016).

Berdasarkan riwayat keluarga tercatat 34% yang menderita penyakit jantung bawaan dimana lebih sedikit dibandingkan yang memiliki riwayat penyakit jantung bawaan dan riwayat keluarga yang tidak meninggal mendadak sebanyak 47,4% dimana lebih sedikit dibandingkan yang meninggal mendadak. Hal ini sejalan dengan penelitan Nababan dimana riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung bawaan (22,2%) dan meninggal mendadak (13,7%) lebih sedikit dibandingkan responden yang tidak memilik riwayat penyakit jantung bawaan dan meninggal mendadak. (Nababan,2014)

4.2.2. Karakteristik Responden Anak

Jenis penyakit jantung bawaan responden anak paling banyak ditemui adalah DSV (46,4%) di RSUP H. Adam Malik Medan periode September sampai November 2019 hal ini sejalan dengan penelitian Ain et al terdapat jenis penyakit jantung bawaan terbanyak adalah DSV (20,0%). (Ain et al,2012)

Anak yang menderita penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir rendah sebanyak (58,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Binalole et al dimana proporsi terbanyak anak yang menderita penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir rendah sebanyak (86,2%). (Binalole et al,2015)

Kelemahan dalam penelitian ini, tidak diketahui infeksi yang dialami oleh ibu dengan anak yang menderita penyakit jantung bawaan. Dikarenakan tidak adanya skrining pada ibu oleh tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik, dan keterbatasan ibu yang mengalami infeksi baik dari segi ekonomi, pengetahuan maupun terbatasnya tenaga medis.

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Usia ibu saat hamil yang terbanyak di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah lebih dari 30 tahun.

2. Usia kandungan ibu yang terbanyak di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 37-40 minggu.

3. Penyakit Metabolik yang terbanyak dialami ibu di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah hipertensi.

4. Mayoritas ibu di RSUP Haji Adam Malik Medan mengonsumsi obat- obatan pada trimester pertama.

5. Pada riwayat keluarga mayoritas ibu di RSUP Haji Adam Malik Medan tidak memiliki riwayat penyakit jantung bawaan.

6. Mayoritas ibu di RSUP Haji Adam Malik Medan tidak mengonsumsi alkohol dan rokok.

7. Berat bayi lahir yang paling banyak menderita PJB pada anak adalah dibawah 2500 gram

8. Penyakit jantung bawaan diagnosis terbanyak adalah Defek Septum Ventrikel

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan:

1. Bagi Instansi Kesehatan

Tenaga kesehatan perlu lebih aktif menginformasikan tentang faktor risiko penyakit jantung bawaan anak pada masyarakat umum, sosialisasi dapat dilakukan lewat penyuluhan, media cetak maupun elektronik. Dan penderita yang mengalami penyakit jantung bawaan dapat di tangani semaksimal mungkin.

(46)

2. Kepada Peneliti dan Badan Penelitian Kesehatan Lainnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor risiko dengan penyakit jantung bawaan pada anak untuk mencari faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan penyakit jantung bawaan pada anak, dan mencari faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak.

3. Tenaga Medis

Sangat penting dilakukan skrining pada ibu dengan anak penyakit jantung bawaan, untuk mengetahui riwayat infeksi yang dialami ibu selama mengandung yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung bawaan.

34

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adolfo Correa, Denise M., Sarah C. Tinker, Janet D. Cragan, 2015. Maternal Cigarette Smoking and Congenital Heart Defects, J Pediatr, volume 166 on page 978. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25578997

Alemida LG, Junior EA, Crott GC, Okido MM, Berezowski AT, Duarte G, et al.

Epidemiological risk factor and perinatal outcomes of congenital anomalies.

Scielo. 2016;38:348-55.

Arief, I., 2007. Faktor Risiko dan Tanda-tanda Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan: 1-10.

Bernstein, D., 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.

Bernstein, Daniel. 2000. The Cardiovascular System. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed 15; Ed Bahasa Indonesia, A. Samik Wahab. Jakarta : EGC Bezold, Louis I. 2013. Sinus Coronarius Atrial Septal Defect. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/894363-overview [Accesed 15 May 2014]

Blue, Gillian M, Edwin P Kirk, Gary F Sholler, Richard P Harvey dan David S Winlaw,2012. Congenital heart disease: current knowledge about causes and inheritance,MJA,197:155-159.

Brock, Allen, Kieser, Langlois. 2010. Family History Screening: Use of the Three Generation Pedigree in Clinical Practice. Columbia;32(7):663–672

Cedergren, Selbing dan B Kallen, 2002. Geographic variations in possible risk factors for severe cardiac malformations, Acta Paediatr, 91:222-228.

Charpie, John. 2009. Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/898167-overview [Diakses 1 April 2010]

Darmadi, Ruslie R. H. 2013. Diagnosis dan Tatalaksana Tetralogi of Fallot. CDK- 202; 40: 176-181

Dennis, Kumar P, Clark M. (2007). Clinical Medicine, Elsevier Saunders, 6th ed.

Pg 832- 838.

Djer,M. & Madiyono, B. 2016. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari Pediatri, pp.155

(48)

Evan G. Polii, Rocky Wilar, Adrian Umboh, 2016. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelainan bawaan pada neonatus di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado, Jurnal e-Clinic (eCl), 4;2

Francine R, Pascale S, Aline H. 2014. Congenital Anomalies: Prevalences and Risk Factors. Universal Journal of Public Health. 2:58-63.

Fyler, D.C., 2007. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Harimurti, Ganesha. 1996. Penelitian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia.

Hinton, R., 2013. Genetic and Environmental Factors Contributing to Cardiovascular Malformation: A Unified Approach to Risk. American Heart Asosation: 1-3.

Hoffman, J., Kaplan, Samuel, 2002. The Incidence of Congenital Heart Disease.

J. Am. Coll. Cardiol.39:1890-1900

Hoffman, Julien I. E. 2009. The Natural and Unnatural History of Congenital Heart Disease. West Sussex: Wiley-Blackwell.

Indonesian Heart Assosciation.(2011). Penyakit Jantung Bawaan, angka tinggi dengan tenaga terbatas. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular

Indonesia. Available from :

http://www.inaheart.org/index.php/public/information/news-detail/12 accesed 20 April 2014

Indriwanto. 2007. Faktor Risiko dan Tanda-Tanda Anak dengan Penyakit Jantung

BawaanAvailable from :

http://www.pjnhk.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=55 1 [Accesed 3 May 2014]

Jr. Clarence WG. Kedokteran Fetal dan Neonatal. Editor: Rudjan Lily, Roeslani Rosalina. Nelson ilmu kesehatan anak esensial. Edisi keenam. Singapore:

Elsevier inc: 2014. hal. 239 10.

Kallen, Karin., 1999, Maternal smoking ang congenital heart defects, European Journal of Epidemiology, 15: 731-737.

Linde, Konings, E.E.M., Slager, M.A., Wistenburg, M., Helbing, W.A., Takkenberg, J.J.M., Ross, H.J.W. 2011. Birth prevalence of congenital heart disease worldwide: a systematic review and meta-analysis. Journal of the

(49)

Liu, Shiwei., Junxiu Liu, Ji Tang, Jiafen Ji, Jingwu Chen dan Changyun Liu, 2009. Environmental Risk Factors for Congenital Heart Disease in the Shandong Peninsula, China: A Hospital-based Case-Control Study, J Epidemiol, 19(3): 122-130.

Mayo Clinic Staff. Patent Ductus Arteriosus. Avaiable from:

http://www.mayoclinic.com/health/patent-ductus-arteriosus/DS00631.

Noormanto. 2010. Diagnosis dan Tatalaksana Dini Atrium Septal Defek. Dalam : Lubis, Bidasari et al. (2010) Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan : USU Press

Park, M.K. 2008. Pediatric Cardiology for Practitioner. Edisi kelima. Elsevier.

USA.

Poulsen, Gry, 2009. Recurrence of Congenital Heart Defects in Families.

Circulation 120: 295-301.

Prasodo, A. M. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 234 – 277Sadler,T.W, 2009.

Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 10.Jakarta: EGC; 223- 228.

Rahmawati, N. A., 2011. Hubungan Penyakit Jantung Bawaan Dengan Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun di Unit Perawatan Jantung RS DR.

Kariadi Semarang. Diunduh dari:

http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/jk/article/download/72/ 75 [Diakses Maret 2014].

Rao, P. Syamasundar. 2009. Tricuspid Atresia. Diunduh dari: [Diakses April 2011]. http://emedicine.medscape.com/article/900832-overview

Roebiono, P. S., Rahaju, A. U. & Sastroasmoro, S., 1994. Embriogenesis Kardiovaskular dan Sirkulasi Janin. In: Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta:

Binarupa Aksara, pp. 182-183.

Rudolph Abraham M, Hoffman Julien I.E, Rudolph Colin D. Buku ajar Pediatri Rudolph, Volume 3. edisi 20. EGC; 2014. hal.1603-15.

Rukmono, Himawan, Sutisna, 2006. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi.

FK UI:62-64

Sadler,T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 10.Jakarta: EGC: 223- 228.

Sastroasmoro, Sudigdo, Madiyono, Bambang., 1994. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono,

Gambar

Gambar 2.1   Demonstration of shared genetic material between individuals in a family  Sumber: (Brock et al.,2010)
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Gambar 3.2 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui baik, sedang atau kurang baik pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua tentang penyakit jantung

Meskipun banyak kelainan yang dimiliki, penyakit jantung bawaan adalah kondisi yang berpengaruh langsung pada prognosis dan kelangsungan hidup pasien, dan menjadi penyebab

Dapat disimpulkan bahwa pasien penyakit jantung bawaan pada anak lebih banyak terjadi pada perempuan, umumnya terdiagnosis ketika umur lebih dari 60 bulan dengan status gizi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan jantung yang terjadi atau.. terdapat sejak janin dalam kandungan dan kelainan ini berlangsung

Dari hasil analisis yang dilakukan, didapati adanya hubungan yang signifikan antara usia gestasi dengan kejadian penyakit jantung bawaan yang ditunjukkan dengan nilai

medis anak berusia kurang dari 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang.. dilaksanakan di

Stenosis pulmonal adalah kelainan jantung bawaan yang umum,.. ditandai dengan obstruksi aliran dari ventrikel kanan ke

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor Risiko