• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA SEMESTER TUJUH DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA SEMESTER TUJUH DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA SEMESTER TUJUH DI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana kedokteran

Diajukan oleh : Risda Aulia Putri

J 500 120 007

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)
(3)

ABSTRAK

Hubungan Tingkat Stres dengan Tingkat Perilaku Merokok pada Mahasiswa Semester Tujuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Risda Aulia Putri¹, Rh Budhi Muljanto², M. Shoim Dasuki² Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar Belakang. Perilaku merokok sudah sangat berkembang pada masyarakat Indonesia setiap tahunnya jumlah perokok tidak mengalami penurunan justru semakin meningkat. Salah satu penyebab dari perilaku merokok adalah stres, stres diartikan sebagai usaha penyesuaian diri seseorang terhadap tuntutan fisiologis maupun psikologis yang berasal dari internal maupun eksternal.

Tujuan. Menganalisis apakah ada hubungan antara tingkat steres dan tingkat perilaku merokok pada mahasiswa semester tujuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Metode. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Diambil 47 mahasiswa dengan teknik purposive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson.

Hasil. Nilai r sebesar 0,421 yang berarti hubungan tingkat stres dan tingkat perilaku merokok memiliki tingkat korelasi sedang dan nilai p yaitu 0,003 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok serta arah korelasi yang positif.

Kesimpulan. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok serta semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi juga perilaku merokok.

Kata kunci. Tingkat stres, tingkat perilaku merokok, stres pada mahasiswa, perilaku merokok pada mahasiswa.

¹Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

(4)

ABSTRACT

The Relationship between Stress Level and Smoking Behavior Level of Seventh-Semester Students at the Faculty of Law,

Muhammadiyah University of Surakarta

Risda Aulia Putri¹, Rh Budhi Muljanto², M. Shoim Dasuki² Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta

Background. Smoking behavior has been widespread among the Indonesian people. The number of smokers did not experience a decline over the years; instead, it has been increasing. One of the causes of smoking behavior is stress. Stress is defined as a person’s self-adjustment effort to internal and external physiological and psychological demands. Objective. To analyze a relationship between stress level and smoking behavior level of seventh-semester students at the Faculty of Law of Muhammadiyah University of Surakarta.

Methods. This study is an observational analytical design with cross-sectional approach. Forty seven students were drawn by purposive sampling technique. Pearson correlation test was employed as the statistical test.

Results. The study found an r value of 0.421, which means stress level and smoking behavior level have a moderate level of correlation, and p value of 0.003, indicating a significant relationship between stress level and smoking behavior level as well as a tendency to positive correlation.

Conclusion. There is a relationship between stress level and smoking behavior level and the higher the stress level is, the higher the smoking behavior will be.

Keywords: Stress level, smoking behavior level, stress among students, smoking behavior among students.

¹Student at Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta ²Lecturer at Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta

(5)

PENDAHULUAN

Stres didefinisikan sebagai suatu respon emosional serta usaha penyesuaian diri untuk mengembalikan keseimbangan badan dan jiwa yang terganggu (Maramis, 2009).

Stres akan berpengaruh baik secara fisiologis maupun fisik terhadap seseorang, untuk mengatasi stres tersebut seseorang akan mengatasi dengan berbagai macam cara seperti perubahan mood yang mendadak, tidak semangat dalam menjalani aktivitas, serta adanya perilaku merokok. Salah satu kandungan rokok adalah nikotin dimana nikotin ini mempunyai efek ketergantungan, pada saat seorang perokok aktif mengalami stres maka stres ini akan memicu peningkatan konsumsi nikotin (Childs & Wit, 2010).

Perilaku merokok merupakan perilaku yang dilakukan dengan proses membakar tembakau, kemudian dihisap asapnya dengan menggunakan rokok atau pipa (Sitepoe, 2000). Perilaku merokok sudah sangat berkembang pada masyarakat Indonesia dari dewasa hingga remaja banyak yang mempunyai kebiasaan merokok. Para perokok sangat mudah ditemui, seperti di rumah, cafe, kantor hingga di sekolah – sekolah (Cahyo et al, 2011).

Jumlah perokok di dunia mencapai 2,8 miliar orang, dimana setiap tahun ada 5 juta orang yang meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok (WHO, 2015). Menurut Peto et al (2014) secara global 50% remaja pria dan 10% remaja perempuan merupakan perokok aktif, hal ini dapat menyebabkan kematian akibat rokok dari 5 juta orang pada tahun 2010 dan akan menjadi 10 juta dibeberapa tahun yang akan datang.

Perilaku merokok pada usia 15 tahun ke atas di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2013 tidak mengalami penurunan, tetapi cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013 dengan prevalensi 64,9% laki-laki dan 2,1% perempuan (Riskesdas, 2013).

(6)

Perilaku merokok ini dapat dipicu beberapa faktor yaitu adanya kebiasaan merokok pada orangtua, mempunyai teman yang merupakan perokok, serta adanya faktor sosial ekonomi (Rodriguez et al, 2011). Stres juga merupakan salah satu dari faktor dari perilaku merokok, pada penelitian yang dilakukan di SLTPN 1 Semaka tahun 2012 kabupaten Temanggus dari 61 responden yang mengalami stres sebanyak 49 responden merupakan perokok (Sanjaya dan Tubagus, 2013).

Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Ukwayi et al (2012) di University of Calabar, Nigeria dengan menyebarkan kuisioner secara random pada semua fakultas didapatkan sebanyak 29% mahasiswa adalah perokok yang disebabkan oleh faktor stres. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Al-Naggar et al (2011) pada Management and Science University di negara Malaysia sebanyak 20% mahasiswa merokok diakibatkan oleh stres dengan prevalensi paling banyak pada mahasiswa laki-laki dan pada tingkat semester akhir.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis hubungan tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok pada mahasiswa semester tujuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian adalah observasional analitik yang dilakukan dengan metode cross sectional. Penelitian dilakukan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 8-9 Januari 2016. Populasi pada penelitian adalah mahasiswa laki-laki di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu subjek yang dijadikan sampel telah dipertimbangkan oleh peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2012). Besar sampel adalah 47 sampel.

Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi

(7)

a. Mahasiswa laki-laki semester tujuh dan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

b. Pernah merokok / Perokok

c. Bersedia untuk mengikuti penelitian 2. Kriteria Eklusi

a. Tidak hadir pada saat dilakukan penelitian b. Kurang lengkap dalam pengisian kuesioner c. Mahasiswa yang tidak lolos tes L-MMPI Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Tingkat stres adalah hasil penilaian berat ringannya stres yang dialami seseorang.

Alat ukur : Kuesioner

Skala pengukuran : Interval 2. Variabel Terikat

Tingkat perilaku merokok adalah hasil penilaian berat ringannya perilaku merokok seseorang.

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Pengukuran : Interval

HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 8-9 Januari 2016. Subjek yang telah diteliti yaitu mahasiswa semester tujuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Semua sampel telah memenuhi kriteria inklusi, jumlah responden yang didapatkan sebanyak 47 orang.

Karakteristik responden hanya umur mahasiswa, dikarenakan semua sampel memiliki jenis kelamin, fakultas, serta semester yang sama.

(8)

Tabel 2. Karakteristik Responden Umur F % 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 10 25 9 3 21.3 53.2 19.1 6.4 Sumber: Data Primer, Januari 2016

Sebanyak 47 sampel yang diuji, didapatkan rentang usia dari 20-23 tahun. Pada umur 21 tahun merupakan umur dengan persentase terbesar yaitu 53,2% dan umur 23 tahun dengan persentase terendah yaitu 6,4%. Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Pearson

Variabel N Rerata r S.Deviasi p

Tingkat Stres Tingkat Perilaku Merokok 47 47 20.47 22.45 0.421 0.421 3.361 5.992 0.003

Sumber : Data Primer, Januari 2016

Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata nilai tingkat stres responden yaitu 20,47 dengan standar deviasi yaitu 3,361. Sedangkan, hasil analisis tingkat perilaku merokok rata-rata yaitu 22,45 dengan standar deviasi yaitu 5,992. Diketahui dari hasil uji korelasi Pearson bahwa nilai korelasi (r) sebesar 0,421 yang menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok bernilai sedang dan arah korelasi positif dengan nilai kemaknaan (p) 0,003.

Nilai p menunjukan bahwa korelasi tingkat stres dengan perilaku merokok secara statistika bermakna dikarenakan nilai p<0,05. Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti adanya hubungan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok pada mahasiswa semester tujuh di fakultas hukum Universitas

(9)

Muhammadiyah Surakarta. Tingkat stres orang tua dipakai sebagai variabel bebas dan tingkat perilaku merokok sebagai variabel terikat. B. Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok pada mahasiswa semester tujuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki tingkat hubungan yang sedang dan menunjukkan korelasi positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi perilaku merokok seseorang.

Interpretasi koefisien korelasi memiliki 5 tingkatan yaitu 0,00 – 0,199 tingkat hubungannya yaitu sangat rendah, 0,20 – 0,399 tingkat hubungannya yaitu rendah, 0,40 – 0,599 tingkat hubungannya yaitu sedang, 0,60 – 0,799 tingkat hubungannya yaitu kuat, dan 0,80 – 1,00 tingkat hubungannya yaitu sangat kuat (Dahlan, 2013).

Menurut Ji & Zhang (2011) pada mahasiswa stres dapat dipengaruhi beberapa faktor. Pertama adalah kondisi belajar, dikarenakan tugas kuliah yang menumpuk, cara mengatur waktu, serta metode belajar. Kedua adalah situasi pekerjaan, hal ini disebabkan mahasiswa merasa pesimis dengan apa yang harus mereka kerjakansetelah lulus dari universitas serta mereka tidak tahu pekerjaan seperti apa yang cocok untuk mereka. Ketiga adalah kondisi keuangan, masalah keuangan tidak terlalu mempengaruhi stres pada mahasiswa karena orangtua merupakan penyokong utama untuk kebutuhan hidup mereka. Namun, hal ini dapat menjadi salah satu faktor stres jika mahasiswa berasal dari keluarga yang kurang mampu. Keempat adalahfaktor pribadi, disebabkan oleh hubungan keluarga maupun hubungan sosial contohnya hubungan yang buruk dengan teman sekelas. Selain itu, kemampuan beradaptasi juga menjadi salah satu faktor.

(10)

Setiap orang memiliki cara untuk meminimalkan dampak dari stres, hal ini disebut juga dengan strategi koping. Ada dua strategi koping yaitu koping yang berpusat pada emosi dan koping yang berpusat pada masalah, koping yang berpusat pada emosi salah satunya adalah perilaku merokok. Perilaku merokok dilakukan individu untuk mengurangi stres tanpa bertujuan untuk memecahkan masalah yang menyebabkan stres sedangkan koping yang berpusat pada masalah bertujuan untuk memecahkan serta mencari sumber apa yang menyebabkan stres pada seseorang (Long, 2010).

Perilaku merokok memiliki empat tipe, salah satunya yaitu perilaku merokok yang disebabkan oleh perasaan negatif (Silvans & Thomkins dalam Ratri, 2014). Perilaku merokok ini dilakukan untuk mengurangi perasaan negatif misalnya ketika seseorang merasa marah, stres, gelisah ataupun cemas, mereka mengkonsumsi rokok untuk mengurangi perasaan-perasaan tersebut (Giannokopoulos et al, 2010).

Menurut penelitian Childs & Wit (2010) stres secara signifikan meningkatkan keinginan seseorang untuk merokok dan tingkat nikotin juga mempengaruhi stres pada perokok, selain itu menurut penelitian Effendi & Huda (2014) bahwa mahasiswa memiliki tingkat stres sedang dan perilaku merokok yang sedang. Hal ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan penulis bahwa tingkat stres memiliki hubungan dengan tingkat perilaku merokok dengan kekuatan korelasi sedang dan ke arah positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat stres seseorang maka semakin meningkat pula perilaku merokok seseorang.

Penelitian ini didapatkan beberapa kelebihan serta kekurangan pada penelitian, kelebihannya yaitu uji analisis hipotesis yang berbeda dari penelitian sebelumnya, murah, serta tidak adanya masalah kendala etik pada penelitian ini. Sedangkan kekurangannya yaitu penelitian tidak

(11)

membahas apa yang menjadi penyebab stres pada mahasiswa semester tujuh, responden yang kurang variatif, waktu penelitian melebihi waktu yang ditentukan peneliti.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Tingkat stres memiliki hubungan dengan tingkat perilaku merokok pada mahasiswa semester tujuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta dan semakin tinggi tingkat stres seseorang maka semakin tinggi juga tingkat perilaku merokok seseorang.

B. Saran

1. Petugas kesehatan dapat memberikan informasi tentang stres, manajemen stres yang benar serta bahaya dan dampak yang diakibatkan oleh rokok pada mahasiswa dengan program penyuluhan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan dan hendaknya dengan metode penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA

Al-Naggar, R.A., Al-Dubai, S.A., Al-Naggar, H.T., Chen, R., Al-Jashamy, K., 2011. Prevalence and Associated Factors of Smoking among Malaysia University Students. Asian Pacific J Cancer Prev. 12:619-624

Cahyo, K., Wigati, P.A., Shaluhiyah, Z., 2012. Rokok, Pola Pemasaran dan Perilaku Merokok Siswa Sma/Derajat di Kota Semarang. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 11(1):75-84

Caldeira, et al., 2012. Cigarette Smoking among College Students : Longitudinal Trajectories and Health Outcomes. Nicotine and Tobacco Research. 14(7):777-785

Childs, E., Wit, H.D., Effects of Acute Psychosocial Stress on Cigarrete Craving and Smoking. Nicotin Tob Res. 12:449-453

(12)

Dahlan, M.S., 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.pp.169-174

Effendi, R., Huda, D.M., 2014. Hubungan Tingkat Stres dan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 2010-2014. Diakses melalui http://fkkumj.ac.id/jurnal/main/Skripsi/Skripsi/Skripsi%202014/Dian%2M a%27rifatu%20Huda%20(2011730022)/Abstrak.pdf (18 September 2015)

Giannakopoulos, et al., 2010. Emotional, Behaviour Problems and Cigarette Smoking in Adolescence: Findings of a Greek Cross-Sectional Study. BMC Public Health.10:57

Ji, H., Zhang, L., 2011. Research on College Students’ Stresses and Coping Strategies. Asian Social Science. 7(10):30-34

Long, D., 2010. Smoking as Coping Strategy. Respiratory care. 99(33):50-53

Maramis, M.F., Maramis, A.A., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. pp.77

Notoatmodjo, S., 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.pp: 113-114

Peto, R., Phil, D., Jha, P., 2014. Global Effects of Smoking, of Quitting and of Taxing Tobacco. N Engl J Med. 370:60-68

Ratri, N., 2014. Pengaruh Lingkungan, Pergaulan, Pengetahuan dan Kontrol Diri terhada Perilaku Merokok Remaja Laki-Laki. Program Pascasarjana: UNS. Tesis.

(13)

RISKESDAS 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013.pdf (8 Mei 2015)

Rodriguez, O.G., Vazquez, R.S., Gomez, F.J., Villa, R.S., Hervas, F.S., 2011. Psychosocial Risk Factor on Adeloscent Smoking. N Eng J Med. 11:25-33

Sanjaya, E., Nurdiansya, E. Pengaruh antara Stress dan Lingkungan terhadap Perilaku Merokok pada Remaja SLTPN 1. KESTRA. 10(1):71-84

Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta: Grasindo.pp.55-64

Ukwayi, et al., 2012. Peer Pressure and Tobacco Smoking among Undergraduate Student of University of Calabar, Cross River State. 2:92-101. http://www.ccsenet.org/journal/index.php/hes/article/view/20046/13311 (11 September 2015)

WHO 2015. WHO Global Tobacco Report Epidemic 2015.

http://www.who.int/tobacco/global_report/2015/summary/en/ ( 02 Mei 2015)

Gambar

Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Pearson

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS di kota Batam sudah terlaksana cukup baik namun tidak berjalan efektif, karena

Bila Jusoh mengaku bahawa ia sangat berminat untuk memperisterikan Melor, tentulah dirasakan begitu keterlaluan dan bercanggah dengan sifatnya sebagai orang agama. Jusoh

Caplan (dalam Goldsmith, 2004, h.68) mengatakan bahwa ketidakhadiran dukungan sosial yang sesuai merupakan determinan utama bagi timbulnya kecemasan, keseimbangan

Instrumen ini menggunakan kabel sebagai penghubung untuk transfer data, alat ini terdiri dari empat sensor yang bisa dipasang diantara jarak 0-50 meter dengan

Pada penyusunan Tugas Akhir ini tidak semata-mata hasil kerja penulis. sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak

Ainsworth (1978), yaitu gaya kelekatan aman, cemas, dan menghindar. Kuesioner tersebut terdiri atas 30 item, yang berbentuk skala rating. Kuesioner gaya kelekatan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho dan segala nikmat kemudahan serta petunjukNya yang telah diberikan sehingga dapat