• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI LISAN BATOMBE (BERBALAS PANTUN) DI KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPRESENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI LISAN BATOMBE (BERBALAS PANTUN) DI KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM TRADISI LISAN BATOMBE (BERBALAS PANTUN)

DI KECAMATAN SANGIR BATANG HARI

KABUPATEN SOLOK SELATAN

ARTIKEL ILMIAH

P

NOLI AMPERA

NPM: 11080281

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)
(3)
(4)

REPRESENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI LISAN BATOMBE (BERBALAS PANTUN)

DI KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN

Oleh

Noli Ampera¹, Yasnur Asri², Mila Kurnia Sari ³, 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

penelitian ini bertjuan untuk mendeskripsikan tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam tradisi lisan batombe (berbalas pantun) di Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa nilai-nilai pendidikan pada batombe (berbalas pantun) di Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan terdapat 13 dari 18 nilai pendidikan karakter. Hasil Kemendiknas dijadikan nilai-nilai pendidikan karakter adalah (1) nilai pendidikan karakter religius, (2) nilai pendidikan karakter jujur, (3) nilai pendidikan karakter toleransi, (5) nilai pendidikan kerja keras, (6) nilai pendidikan karakter kreatif, (8) nilai pendidikan karakter demokratis, (9) nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu, (10) nilai karakter semangat kebangsaan, (12) nilai karakter menghargai prestasi, (14 nilai pendidikan karakter cinta damai, (16) nilai karakter peduli lingkungan, (17) nilai karakter peduli sosial, (18) nilai pendidikan karakter tanggung jawab. Jadi dalam batombe ini dapat dilihat adanya gambaran representasi nilai-nilai pendidikan karakter. Tidak hanya jujur, tetapi nilai pendidikan karakter lain juga terdapat dalam batombe yang perlu diketahui oleh masyarakat nagari Abai sehingga dapat dilestarikan.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Lisan Batombe (Berbalas Pantun) di Kecamatan Sangir Batang Harikabupaten Solok Selatan.

(5)

VALUES REPRESENTATION CHARACTER EDUCATION

ON BATOMBE SPOKEN TRADITION (TRADITIONAL POETRY RESPONSES) AT KECAMATAN SANGIR BATANG HARI

KABUPATEN SOLOK SELATAN

Oleh

Noli Ampera¹, Yasnur Asri², Mila Kurnia Sari ³, 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAC

In this research has intention for description to know about education character value on the batombe spoken tradition (traditional poery responses) at Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan. Continue with the purpose of the research to describig education value that stayed on batombe tradition at Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan. Type of this research is qualitative with descriptive method. After did the research it was found education (tradisional poetry responses)at Kecamatan Sangr Batang Hari Kabupaten Solok Selatan from 18characters that described by kemendiknas (on Suryadi) batombe tradition, there are 13 education value of character such us, (1) education of character religius value, (2) education of character honesty value, (3) education of character tolerance value, (5) hard work of education value, (6) education of character creative value, (8) education of character deocratitic value, (9) education of character interested to know, (10) education of character nasionalisme spirit, (12) education of character admiring prestation value, (14) education of character lovely peaces value, (16) character of protection area value, (17) character of care with social value, (18) education of character responbility value. So, in batombe tradition thers are representation education of character value. Not only honesty value,but another education of character value stayed on batombe tradition that should know by nagari Abai society so that can be growth.

Keyword: values character education on batombe spoken tradition (tradicional poetry responses) at Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.

(6)

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan sarana yang digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan perasaan, ide, dan segala permasalahan hidup dalam kehidupan manusia. Pengungkapan itu akan bisa diungkapkan apabila ada pengalaman yang dialami sendiri oleh pengarang atau melihat realita yang ada pada masyarakat. Karya sastra bisa mengungkapkan berbagai permasalahan sehingga banyak terdapat nilai-nilai kemanusian di dalamnya yang dialami pengarang dalam kehidupan pribadinya. Salah satunya nilai-nilai pendidikan karakter dalam batombe (berbalas pantun) di Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.

Batombe adalah salah satu bentuk kesustraan Minangkabau yang dimiliki masyarakat

Kenagarian Abai. Batombe termasuk tradisi lisan yang berbentuk berbalas pantun serta berfungsi sebagai ungkapan rasa dan perasaan yang memiliki makna bagi masyarakat Kenagarian Abai.

Batombe diikuti kaum muda-mudi nagari Abai dengan duduk secara berkelompok dalam rumah gadang, diantara kelompok didampingi satu orang dewasa untuk mengarahkan isi pantun sesuai

keinginan.a

Maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi lisan batombe (berbalas pantun) di Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan yang meliputi pantun adat, pantun agama, pantun anak muda, dan pantun nasehat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 04 September 2015. Data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman batombe (berbalas pantun) yang disampaikan oleh informan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Sudikan (2001:207) mengatakan langah-langkah dalam menganalisis data sastra lisan adalah sebagai berikut: (1) Data rekaman ditranskripkan atau dipindahkan dari bentuk rekaman ke bentuk tulisan, (2) Transkripsi dilakukan dengan penerjemahan dari bahasa Minang nagari Abai ke dalam bahasa Indonesia, (3) Penganalisisan untuk memperoleh data batombe, (4) Mengumpulkan data, (5) Menulis laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh jumlah pantun sebanyak 111 buah pantun. Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan 10 religius, 42 jujur, 7 toleransi, 4 kerja keras, 1 kreatif, 5 demokrasi, 14 rasa ingin tahu, 14 semangat kebangsaan, 2 menghargai prestasi, 4 cinta damai, 1 peduli lingkungan, 3 peduli sosial, dan 1 tanggung jawab.

1. Religius

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe sepuluh data yang ditemukan tetapi dalam penelitian ini akan dianalisis lima data saja untuk mewakili data tersebut. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai religius yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter religius dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 34

La kadiran mandi ka jirat “Anak bernama kadiran”

Mandi kejirat (nama tepian)”

Mandi bagusuak buah palo “Mandi digosok buah pala”

Adiak kanduang dunia akhirat “Adik kandung dunia akhirat”

Palompok doso dalam sarugo “Penutup dosa dalam surga”

Pada pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka akan bermakna seorang anak bernama kadiran yang ingin pergi ke sungai Jirat (nama tapian) tempat mandi, kemudian kadiran pun mandi digosok dengan buah pala, karena kadiran seorang adik kandung yang berbakti kepada saudara maka Kadirat akan menolong saudaranya didunia dan akhirat untuk

(7)

penghapus dosa agar masuk surga. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa ada nilai pendidikan religius pada kutipan”adiak kanduang dunia akhirat palompok doso dalam sarugo”. Nilai pendidikan religius pada pantun tersebut membahas adanya hubungan akhirat dan surga.

2. Jujur

Dari seratus sebelas data pantun dalam batombe empat puluh dua data yang ditemukan. namun dalam penelitian ini akan dianalisis dua puluh satu data. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai jujur yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter jujur dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 7)

Cerek jo teko ka dibali “Ceret dan teko akan dibeli

Dijinjiang lalu ka tapian “Dibawa lalu pergi kesungai

Tiok jo lekok ka dihuni “Setiap tikungan mau dihuni

Dibaok untuang jo parasaian “Untuk membawa nasib dan penderitaan” Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka sampiran pantun bermakna seseorang yang akan membeli ceret dan teko yang akan dibawa pergi ke sungai dan isi pantun seseorang yang akan menghuni tikungan untuk membawa untung dan penderitaan. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai jujur yang terdapat pada kutipan” tiok lekok ka dihuni,

dibaok untuang jo parasaian”. Nilai jujur pada pantun tersebut menjelaskan bahwa ia akan pergi

ke setiap tikungan untuk membawa nasib dan penderitaan yang dideritanya.

3. Toleransi

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe tujuh data yang ditemukan tetapi, dalam penelitian ini akan dianalisis lima data yang mewakili data yang ditemukan. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai toleransi yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter toleransi dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 3)

Di gulai ayam dek musang “Ayam dimakan oleh musang”

Di gulai tangga balango “Digulai patah belangga”

Usah di gosak pagulasang “Janganlah terburu-buru”

Bia barungai nak nyo lamo “Biar bertenang supaya lama”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran dimakan ayam oleh musang sisanya musang digulai pakai belanga namun belangga itu patah isi pantun janganlah terburu dalam mengambil suatu keputusan biar bertenang supaya hasilnya baik. Kata pagulasang dia ats menjelaskan jangan terburu-buru. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai jujur yang terdapat pada kutipan” usah digosok pagulasang, biar berungai naknyo

lamo”. Isi pantun tersebut menjelaskan bahwa ada sifat toleransi dalam mengambil keputusan. 4. Bekerja keras

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe empat data yang ditemukan tetapi, dalam penelitian ini data akan dianalis sebanyak data yang diperoleh. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai kerja keras yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter bekerja keras dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 10)

Barakik ka batang Hari “Berakit ke batang Hari”

Nampak nan dari buk aliang-aliang “Nampak dari lubuk Aling-Aling”

Basakik barada hati “Bersakit bedahlah hati”

(8)

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran berakit ke batang hari nampak yang dari lubuk Aling-Aling isi pantun bersakit membedah hati akhirnya nyawa hilang tubuh terbaring. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai kerja keras yang terdapat pada kutipan” basakik barada hati, nyawa hilang tubuh terbaring”. Isi pantun tersebut menjelaskan bahwa perasaan sakitnya membedah hati meskipun hilang nyawa dari tubuhnya.

5. Kreatif

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe satu data yang temukan tetapi, dalam penelitian ini akan dianalisis satu data saja. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai kreatif yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter kreatif dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 105)

Ka paninjau padi nan masak “Mau melihat padi yang masak”

Batang kapeh sebelahk dijalan “Batang kapas sebelah jalan”

Hati risau dibaok galak “Hati resah dibawa tertawa”

Nan nampak manganduang hujan ”Ternyata hati mengandung hujan”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran seseorang yang akan melihat padinya yang sudah masak melewati jalan yang ditumbuhi batang kapas di sebelah jalan isi pantun dalam bahagianya seseorang yang dilihat ternyata hati dan perasaannya hancur. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai kretif yang terdapat pada kutipan”

hati risau dibaok alak, nan nampak manganduang hujan”. Isi pantun tersebut menjelaskan bahwa

sifat kreatif seseorang dalam menyembunyikn perasaannya.

6. Demokrasi

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe lima data yang ditemukan. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai demokrasi yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter demokrasi dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 1)

Jikok iyo kacang digulai “Kalau bisa kacang digulai”

Patah lah rantiang ruku-ruku “Patahkan ranting ruku-ruku”

Jikok iyo kasiah di mulai “Kalau kasih akan dimulai”

Duduk barundiang kito dulu “Duduk berunding kita dahulu”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran kalau bisa kacang diguli patahkan ranting ruku ruku isi pantun seseorang yang akan merundingkan kesepakatan apa yang akan dibuatnya nanti. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter demokrasi yang terdapat pada kutipan” jikok iyo kasiah di mulai, duduak

barundiang kito dulu”. Isi pantun tersebut menjelaskan bahwa sebelum membuat keputusan

sekelompok orang duduk untuk memutuskan keputusan yang dibuatnya.

7. Rasa Ingin Tahu

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe empat belas data yang ditemukan tetapi, dalam penelitian ini akan dianalisis tujuh data. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu dapat dilihat pada analisis berikut ini.

(9)

Data 8)

Sabaitu tarapapan “Seperti itu kata kakak”

Jauh talando padi Jambi “Jauh tertabrak padi Jambi”

Sabaitu kato tolan “Seperti itu kawan katakan”

Jauh taibo hati kami “Jauh bersedih hati kami”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran seseorang yang mengatakan kalau padi di Jambi itu tertabrak isi pantun kalu seperti itu yang katakan kawan alangkah bersedihnya hati kami. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter rasaingin tahu yang terdapat pada kutipan” sabaitu kato tolan, jauh taibo hati kami”. Isi pantun tersebut terdapat nilai rasa ingin tahu seseorng karena pembicaraan dirinya dengan lawan bicaranya mempunyai masih menimbulkan rasa penasaran.

8. Semangat Kebangsaan

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe empat belas data yang ditemukan tetapi, dalam penelitian ini akan dianalisis sembilan data. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. Penjelasan tentang nilai pendidikan semangat kebangsaan dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data.4)

Kakak nak padi kami nak boe “Kakak mau padi kami ingin beras”

Padi di gilo ampo juo “Padi itu selalu tidak berisi”

Kakak nak jadi kami nak lake “Kakak mau jadi kami ingin cepat”

Jan digilo iko juo “Jangan selalu itu ke itu”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran kakak ingin padi kami ingin beras padi itu selalu tidak berisi isi pantun seseorang yang ingin mau jadi dan berusaha untuk cepat jangan selalu itu ke itu. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter semangat terdapat pada kutipan” kakak nak jadi kami nak lake, jan

digilo iko juo”. Isi pantun tersebut rasa semangat seseorang yang ingin maju dan tidak ingin

menetap pada satu tempat saja.

9. Menghargai prestasi

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe dua data yang ditemukan tetapi, dalam penelitian ini akan dianalisis dua data saja. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), menghargai prestasi yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter menghargai prestasi dapat dilihat pada analisis berikut ini.

Data. 38)

La dahulu padang ka Muaro ”Sudah dahulu Padang ke Muaro”

Kini la jauh kaluanyo “Kini sudah jauh keluarnya”

La dahulu bukan baitu “Dari dulu bukannya seperti itu”

Kini la jauh barubahnyo “Kini sudah jauh berubahnya”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran sudah dahulu Padang ke Muaro sudah jauh keluarnya isi pantun seeorang yang mampu berubah dengan seiringnya waktu Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter menghargai prestasi terdapat pada kutipan” la dahulu bukan baotu, kini la jauh berubahnyo”. Isi pantun tersebut mengambarkan suatu prestasi yang mampu diraihnya karena sudah mampu merubah dari yang dulu menjadi yang sekarang.

10. Cinta Damai

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe empat data yang ditemukan. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), cinta damai yakni sikap dan perilaku yag mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter cinta damai dapat dilihat pada analisis berikut ini.

(10)

Data. 5)

Pucuak pauh salero pauh “Pucuk mangga salera pauh”

Pucuak mangkudu diladuongkan “Pucuk mengkudu di layangkan”

Kakak jauh adiakpun jauh “Kakak jauh adikpun jauh”

Rindu nak samo dimanuangkan “Rindu ingin sama direnungkan”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran pucuk mangga buah mangga pucuk mengkudu dilayangkan isi pantun seseorang kekasih yang dipisahkan oleh jarak tetapi tetap setia. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter menghargai prestasi terdapat pada kutipan” kakak jauh adikpun jauh, rindu nak samo

dimanuangkan”. Isi pantun tersebut mengambarkan cinta damai karena seseorang yang menjalin

hubungan jarak jauh yang saling percaya.

11. Peduli Lingkungan

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe satu data yang ditemukan Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai peduli lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter peduli lingkungan dapat di lihat pada analisis berikut ini.

Data. 2)

Po koc bayam ka bapucuak “Apakah sayur bayam akan berpucuk”

Aii nan musim paneh gadang “Hari yang musim kemarau”

Po kok ayam ka bakukuk “Mengapa ayam tidak mau berkokok”

Ayam nan musim sakik oang “Ayam yang musim sakit rahang”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka makna sampiran apakah sayur bayam akan berpucuk hari yang musim kemarau isi pantun mana mungkin ayam bisa berkokok karena ayam sekarang musim sakit rahang. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter peduli lingkungan terdapat pada kutipan” aii nan musim paneh

gadang po kok ayam ka bakukuak”. Isi pantun tersebut mengambarkan peduli lingkungan karena

hari yang musim kemarau dan membuat ayam tidak bisa berkokok karena sakit rahang dan orang orang setempat pun merasa tentram tidak mendengar kokokan ayam.

12. Peduli Sosial

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe data data yang ditemukan. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai peduli sosial yakni dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter peduli sosial dapat di lihat pada analisis berikut ini.

Data. 33)

Masak lah padi nak rang jawo “Masak lah padi anak orang jawa”

Dituai anak paninggahan “Dipanen anak Paninggahan”

Adiak manuruik indak dibaok “Adik menurut tidak dibawa”

Den ibo hati maninggoan “Saya iba hati meninggalkan”

Pantun di atas bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia maka makna sampiran masak padi anak orang Jawa dipanen anak Paninggahan isi pantun adik yang mau ikut tidak di bawa namun iba hati meninggalkan. Dari makna tersebut dapat dilihat bahwa ada nilai pendidikan karakter peduli sosial terdapat pada kutipan” adiak manuruik indak di baok den ibo hati

maninggoan”. Isi pantun tersebut mengambarkan rasa peduli sosialnya terhadap adik yang mau

ikut tapi tidak dibawa.

13. Tanggung Jawab

Dari seratus sebelas pantun dalam batombe satu data yang ditemukan. Menurut Kemendiknas (dalam Suryadi 2013:1-2), nilai tanggung jawab yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama. Penjelasan tentang nilai pendidikan karakter tanggung jawab dapat dilihat pada analisis berikut ini.

(11)

Data. 104)

La den rimo kato tigo “Sudah diterima kata tiga

Pandan tasanda diujuangnyo “Pandan tersandar diujungnya

Sabanyak janji bukan dek io “Sebanyak janji bukan ditepati

Badan takana de untuangnyo “Badan teringat keuntungnya

Pada pantun di atas bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka akan bermakna mengambarkan tanggung jawab. Pantun tersebut termasuk jenis anak muda. Dari makna ini dapat dilihat bahwa adanya nilai pendidikan karakter tanggung jawab yang dikutip”sabanyak janji bukan

dek io, badan takana de untuangnyo”. Sifat karakter tanggung jawab disini mengambarkan adanya

rasa tanggung jawab atas janji yang sudah dibuat.

PENUTUP

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi lisan batombe (berbalas pantun) di Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut. nilai-nilai pendidikan karakter dominan, yaitu nilai pendidikan karakter jujur. Data yang menggambarkan nilai pendidikan karakter jujur ini terdapat sebanyak empat puluh dua data. Nilai pendidikan jujur dominan digambarkan dalam batombe karena seseorang dalam batombe biasanya menyampaikan perasaan yang tengah dirasakannya sehingga kegiatan batombe ini bisa dijadikan sarana untuk mendapatkan pasangan.

Jadi dalam batombe ini dapat dilihat adanya gambaran representasi nilai-nilai pendidikan karakter. Tidak hanya nilai jujur, tetapi nilai pendidikan karakter lain juga terdapat dalam

batombe. Seperti, religius, toleransi, kerja keras, kreatif, demokrasi, rasa ngin tahu, semangat,

menghargai prestasi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai pendidikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Permana dkk (2012:4) mengatakan pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonsia saat ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. Pertama, Peneliti mengharapkan bagi para peneliti selanjutnya untuk meneliti tradisi lisan yang berada di daerah Solok Selatan. Masih banyak sekali tradisi lisan yang berada di Solok Selatan yang belum pernah diteliti, seperti ungkapan larangan, asal-usul nama tempat, isi ratapan seseorang ketika orang meninggal, dan lain sebagainya. Kedua, Diharapkan kepada mahasiswa Bahasa dan sastra indonesia agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam pembahasan yang relevan. Ketiga, Bagi masyarakat pemerhati sastra, dapat memahami lagi mengenai jenis tradisi lisan yang berbentuk pantun khususnya batombe (berbalas pantun) yang berada di Nagari Abai Kabupaten Solok Selatan.

(12)

KEPUSTAKAAN

Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana.

Suryadi. 2013. Strategi Pemebelajaran Pendidikan Karakter. (

Http://Layanan-Guru.Blogspot.Com/2013/05/18-Nilai-Dalam-Pendidikan-Karakter.Html), diakses pada tanggal 30 Juli 2015).

Permana, J.,T.R. Cepi, & Drm. Kusuma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian dan Praktik Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Focus pendapingan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah kelompok peternak bebek hibrida di Kecamatan Krembung. Pendampingan ini focus pada upaya untuk

Tujuan kegiatan PKM adalah Membangun Polinela Smart Market Place sebagai pilar fasilitas dan sumber belajar digital marketing dan mengembangkan sentra unit

Language in the form of text plays a role in maintaining of meaning, in order to be in harmony with the value and purpose of the law. The text within its role is dealing with the

Hubungan antara alumni dan sekolah dapat diperlihara dengan adanya pertemuan-pertemuan biasa yang disebut reuni dan dengan adanya organisasi alumni, misalnya IKA

CHAPTER 1 ■ INTRODUCING MATLAB AND THE MATLAB WORKING ENVIRONMENT MATLAB commands are written in the Command Window to the right of the user input prompt “ » ” and the response to

a) Perbankan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrument angket untuk mengidentifikasi manfaat dan keberadaan ilmu sains adalah sangat dapat diandalkan atau sangat reliabel

Identifikasi kronologi dilakukan dengan membandingkan unsur-unsur yang terdapat pada kritik ekstern seperti materi (bahan dan bentuk), ukuran, dan paleografi