• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN

KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN

DRAMAGA BOGOR

SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

ABDIK DESTRIANA. D34103062. 2008. Perilaku Konsumsi Susu Pada Konsumen Keluarga Di Wilayah Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

.

Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS. Pembimbing anggota : Ir. Juniar Atmakusuma, MS.

Negara yang maju adalah negara yang mempunyai sumberdaya manusia yang berkualitas, yang membutuhkan adanya penyediaan bahan pangan yang cukup dan bergizi, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada kinerja, kesehatan dan kebugaran. Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, susu disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap. Harga susu di dalam negeri naik secara bertahap sekitar 10% pada Desember 2007 dibandingkan dengan Januari 2007 seiring dengan pergerakan harga susu global (Departemen Perdagangan, 2007). Hal tersebut tentu dapat mempengaruhi minat dan perilaku konsumsi masyarakat terhadap susu, karena kenaikan tingkat harga susu akan mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap susu. Belum lagi pemahaman dan kebiasaan masyarakat yang masih belum menyadari akan pentingnya konsumsi susu bagi kesehatan keluarga Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor yang turut menentukan perilaku konsumsi susu, (2) Mengetahui perilaku konsumsi susu keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor, (3) Menganalisis hubungan karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor dengan perilaku konsumsi susu.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Babakan Raya Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Sampel diambil secara simple random sampling yang diambil sebanyak 70 responden. Pengolahan data menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji korelasi rank Spearman (rs) dan chi square (χ2).

Sebagian besar responden termasuk dalm kategori usia produktif antar 27 hingga 60 tahun, dengan tingkat pendidikan tamat SLTP sampai tamat SLTA, bekerja sebagai pegawai swasta, mempunyai tanggungan satu sampai tiga orang, pendapatan antara Rp 500.000 – Rp 1.030.000/bulan. Sumber informasi tentang produk susu berasal dari media televisi, televisi merupakan sumber informasi yang paling menarik dan paling berpengaruh dalam pembelian produk susu, selain itu mempengaruhi responden dalam mengkonsumsi susu, bentuk promosi yang paling berpengaruh ialah potongan harga.

Jenis susu yang dominan dikonsumsi ialah jenis susu untuk kesehatan, bentuk susu yang paling banyak dikonsumsi ialah susu bubuk, frekuensi pembelian produk susu adalah lebih dari seminggu sekali, alasan pembelian produk susu ialah karena responden ingin menjaga kesehatan, waktu pembelian dilaksanakan tergantung situasi dengan tempat pembelian di supermarket, frekuensi mengkonsumsi susu dua sampai enam hari seminggu.

(3)

Umur, pendapatan dan jumlah tanggungan berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan perilaku konsumsi susu pada aspek frekuensi pembelian susu. Sumber informasi, jenis dan bentuk serta merek susu berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan perilaku konsumsi susu pada aspek jenis dan bentuk susu yang dikonsumsi, sedangkan tingkat harga berhubungan nyata (p<0,05) negatif dengan perilaku konsumsi susu pada aspek jenis dan bentuk susu yang dikonsumsi. Tingkat harga dan merek susu berhubungan sangat nyata (p<0,01) negatif dengan perilaku konsumsi pada aspek frekuensi pembelian. Jenis dan bentuk berhubungan nyata (p<0,05) negatif dengan perilaku pada aspek waktu pembelian, sedangkan tingkat harga berhubungan sangat nyata (p<0,01) negatif dengan perilaku konsumsi pada aspek waktu pembelian. Jenis, bentuk dan tingkat harga berhubungan sangat nyata (p<0,01) negatif dengan perilaku konsumsi pada aspek frekuensi konsumsi, sedangkan merek susu berhubungan nyata (p<0,05) negatif dengan perilaku konsumsi pada aspek frekuensi konsumsi.

(4)

ABSTRACT

Milk Consume Behaviour of Family Consumen at Babakan Village, Dramaga, District Bogor

Destriana, A., A. Saleh and J. Atmakusuma

The aims of this study were: (1) to identify family’s internal and external characteristic at Babakan Raya, Babakan Village Dramaga Bogor, which caused milk’s consumption behaviour, (2) to know milk’s consumption behaviour at Babakan Raya, Babakan Village Dramaga Bogor, (3) to analyze correlation between family’s internal and external characteristic at Babakan Raya, Babakan Village Dramaga Bogor with milk’s consumption behaviour. This study was conducted on December 2007 at Babakan Raya, Babakan Village Dramaga Bogor. The number of respondent were 70 family. The result of study were: generally, respondent were productive class of age, between 27 until 60 years old, level education were Junior High School graduated until High School graduated, work as private sector officer, have the number of responsibilities one until three people, the monthly income Rp 500.000 – Rp 1.030.000. Televisions was the most giving source of information and most affecting in making decisions, discount was the most affecting promotion. The kind of milk which dominantly consume were a milk for healthy, the milk’s form which more consumed are powder milk, the buying frequency was more than a week, the buying reason milk product are caused respondent want to keep healthy, the buying times held depend on situation with supermarket as a dominant place to buy, milk consume frequency is between two until six day a week, age, income and number of guarantee have a high significant correlation (p<0,01) with consumption behaviour in buying frequency aspect. The source of information, kinds, forms and milk’s brand have a high significant correlation (p<0,01) with milk’s consumption behaviour in milk’s kind and form which consumed. Significant negative correlation (p<0,05) was also seen between the price level and consumption behaviour in milk’s kind and form which consumed. The price level and milk’s brand have a high significant negative correlation (p<0,01) with consumption behaviour in buying frequency aspect. Milk’s kind and form have significant negative correlation (p<0,05) with consumption behaviour in buying times aspect, and there was also seen high significant negative correllation (p<0,01) between price level and consumption behaviour in buying times aspect. Kind, form and price level have high significant negative correllation (p<0,01) with consumption behaviour in consumption frequency aspect, and there was also seen significant negative corellation (p<0,05) between milk’s brand and consumption behaviour in consumption frequency aspect.

(5)

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA

DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR

Oleh

ABDIK DESTRIANA D34103062

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Sidang Pada tanggal 22 Mei 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS Ir. Juniar Atmakusuma, MS

NIP. 131.803.651 NIP. 130.804.891

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP. 131.955.531

(6)

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA

DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR

ABDIK DESTRIANA

D34103062

Skripsi ini merupakan satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 3 Desember 1985. Penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari dua bersaudara yang merupakan putra dari pasangan Bapak Asep Sumirat dan Ibu Titing.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SDN Gunung Batu 1 Bogor yang diselesaikan pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor yang diselesaikan tahun 2000 dan pada tahun 2003 penulis menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 2 Bogor.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 dan mengambil minat Komunikasi dan Penyuluhan.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif pada berbagai organisasi dan kegiatan kampus di antaranya Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) dan menjabat sebagai Sekretaris Departemen Informasi dan Komunikasi serta menjadi anggota Club IT.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul Perilaku Konsumsi Susu Pada Konsumen Keluarga Di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor yang turut menentukan perilaku konsumsi susu, mengetahui perilaku konsumsi susu keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor, serta menganalisis hubungan karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor dengan perilaku konsumsi susu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran dari pembaca agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008 Penulis

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... iii LEMBAR PERNYATAAN ... v LEMBAR PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 5

Kerangka Berpikir ... 5

Hipotesis Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Perilaku Konsumsi ... 7

Karakteristik Internal Konsumen ... 8

Karakteristik Eksternal Konsumen ... 10

METODE PENELITIAN ... 14

Lokasi dan Waktu ... 14

Populasi dan Sampel ... 14

Desain Penelitian ... 15

Data dan Instrumentasi ... 15

Definisi Operasional ... 15

Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 17

Pengumpulan Data ... 19

Analisis Data ... 19

KEADAAN UMUM LOKASI ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Karakteristik internal ... 21

(10)

Perilaku Konsumsi ... 27

Hubungan karakteristik internal dengan perilaku konsumsi ... 30

Hubungan karakteristik eksternal dengan perilaku konsumsi ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

UCAPAN TERIMA KASIH ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Populasi dan Sampel Keluarga yang Bermukim di Babakan Raya... 14

2. Karakteristik Internal Responden ... 21

3. Karakteristik Eksternal Responden ... 24

4. Pengetahuan Gizi Produk Susu... 26

5. Perilaku Konsumen ... 28

6. Hubungan antara karakteristik internal keluarga dan perilaku konsumsi susu... 30

7. Hubungan antara karakteristik eksternal keluarga dan perilaku konsumsi susu ... 31

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka berpikir perilaku mengkonsumsi susu pada konsumen

keluarga di Babakan Raya Desa Babakan Kecamatan Dramaga Bogor ... 6

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 38 2. Hasil Reliabilitas dan Validitas... 44 3. Hasil Perhitungan Rank Spearman ... 46

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan suatu negara tak lepas dari karakteristik sumberdaya manusia (SDM) yang terdapat didalamnya. Negara yang maju adalah negara yang mempunyai SDM berkualitas. SDM yang berkualitas membutuhkan adanya penyediaan bahan pangan yang cukup dan bergizi, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada kinerja, kesehatan dan kebugaran. Salah satu usaha pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk adalah dengan meningkatkan produksi peternakan, karena bidang peternakan memegang peranan cukup penting dalam rangka memperbaiki gizi masyarakat melalui penyediaan produksi hasil ternak berupa daging, telur dan susu. Peranan penting tersebut, khususnya ditujukan dalam penyediaan dan pemenuhan protein hewani, karena protein sangat berpengaruh pada tubuh yang nantinya akan berimbas pada semangat kerja, konsentrasi berpikir dan juga baik bagi kesehatan tentunya. Salah satu bahan pangan yang merupakan sumber protein berkualitas tinggi dengan kandungan asam aminonya (termasuk asam amino esensial) yang cukup dan proporsinya seimbang yang sangat sesuai dan diperlukan oleh tubuh manusia adalah susu.

Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, karena susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan. Susu disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap. Susu mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah memadai. Susu juga memiliki berbagai manfaat, antara lain menunjang pertumbuhan, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah osteoporosis. Selain itu susu juga dipercaya memiliki kemampuan mengikat (mengkhelat) logam-logam berat yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh. Dalam hal ini susu bermanfaat untuk meminimalisir dampak keracunan logam berat yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh karena lingkungan yang tercemar polusi. Oleh karena itu, susu sangat baik untuk dikonsumsi oleh siapapun sampai kapanpun.

Saat ini konsumsi susu masyarakat Indonesia ternyata masih rendah, kecenderungan konsumsi susu dari tahun ke tahun tampaknya memang ada kemajuan, namun kemajuannya relatif lambat. Kebiasaan minum susu masyarakat

(15)

Indonesia terendah di Asia Tenggara (Dinas Peternakan Jabar, 2007). Jika diamati dari berbagai jenis susu yang ada di pasaran terlihat bahwa konsumsi susu rata-rata per kapita seminggu di Indonesia pada tahun 1996-2003 masih rendah (BPS 2004).

Susu telah menjadi minuman sehari-hari di negara maju, sedangkan di Indonesia tingkat konsumsi susu masih terbilang sangat rendah, hanya mencapai 7,9 liter per kapita pertahun. Sementara konsumsi susu di Malaysia sudah mencapai 23 liter per kapita per tahun, di Filipina tingkat konsumsi susu mencapai 25 liter. Rendahnya pola mengkonsumsi susu di Indonesia diduga dipengaruhi oleh pola pikir dan pola hidup serta pemahaman masyarakat mengenai susu yang masih minim (Detik, 2007). Oleh karena itu, sebaiknya pemahaman mengenai kebaikan susu dapat ditanamkan di masyarakat walaupun memang susu masih merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai tingkat harga cukup tinggi.

Saat ini susu dikategorikan sebagai salah satu bahan pangan yang mempunyai tingkat harga cukup tinggi dan di awal tahun 2007 harga susu juga mengalami kenaikan. Hasil pemantauan tim Departemen Perdagangan di sejumlah lokasi penjualan, harga susu meningkat sekitar lima persen pada periode Januari – Juni 2007. Dengan kenaikan harga bahan baku dunia, diperkirakan kenaikan harga susu di dalam negeri akan naik secara bertahap sekitar 10% pada Desember 2007 dibandingkan dengan Januari 2007 seiring dengan pergerakan harga susu global (Departemen Perdagangan, 2007). Kenaikan harga susu mengandung dua perspektif (Saleh, 2007). Di satu sisi kenaikan harga susu akan menimbulkan dampak negatif bagi konsumen. Namun di sisi lain, kenaikan harga susu akan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah.

Kenaikan harga susu tersebut tentu dapat mempengaruhi minat dan perilaku konsumsi masyarakat terhadap susu, karena kenaikan tingkat harga susu akan mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap susu. Belum lagi pemahaman dan kebiasaan masyarakat yang masih belum menyadari akan pentingnya konsumsi susu bagi kesehatan keluarga Indonesia.

Keluarga merupakan satuan unit terkecil dalam masyarakat, terdiri dari ayah, ibu dan anak yang juga mempunyai peranan dalam proses konsumsi suatu produk pangan termasuk susu. Dalam menggambarkan pengelolaan suatu tempat tinggal oleh sekelompok orang yang terikat oleh hubungan keluarga dipakai istilah rumah

(16)

tangga. Studi keluarga dalam pengambilan keputusan seringkali dilakukan dengan hanya mewawancarai salah seorang anggota keluarga (ayah atau ibu) untuk menggambarkan pola pengambilan keputusan konsumsi keluarga tersebut. Peranan Ayah atau Ibu sebagai pengambil keputusan seringkali dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar rumahnya.

Lingkungan yang didominasi kompleks perumahan mempunyai pola perilaku konsumsi yang stabil dan sama, yang dapat diakibatkan oleh karakteristik konsumen yang cenderung sama. Berbeda pada lingkungan yang lebih terbuka seperti pemukiman umum yang pola perilaku konsumsinya lebih bervariasi akibat karakteristik internal yang cenderung berbeda. Seperti halnya di Babakan Raya Desa Babakan Kecamatan Dramaga, Bogor, yang lingkungannya lebih terbuka karena merupakan pemukiman umum yang juga merupakan daerah lingkar kampus Institut Pertanian Bogor, faktor inilah yang membuat daerah ini menarik untuk diteliti. Hal ini menjadi dasar pertimbangan peneliti yang relevan untuk dilaksanakannya penelitian tentang perilaku konsumsi susu pada konsumen keluarga di Babakan Raya Desa Babakan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwasanya tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah. Di negara maju seperti di Amerika Serikat, susu sudah disejajarkan dengan lauk pauk dalam tingkat piramida makanan, sedangkan di Indonesia susu hanya dijadikan sebagai makanan “pelengkap” (Dinas Peternakan, 2007). Pola pikir seperti itu pula yang mengakibatkan konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah. Padahal untuk membentuk dan membangun suatu bangsa yang maju diperlukan penyediaan sumber pangan yang baik, salah satunya susu bagi sumberdaya manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Penyebab lain rendahnya konsumsi susu masyarakat Indonesia adalah karena kebiasaan berhenti minum susu saat anak telah berusia lima tahun, biasanya orangtua langsung mengalihkan kebiasaan minum susu si anak kepada adiknya yang berusia lebih muda. Sang kakak berhenti minum susu, lalu kebiasaan minum susu dilanjutkan ke adiknya. Padahal, kebiasaan minum susu sebaiknya tidak berhenti sampai kapan pun karena susu merupakan bahan makanan yang baik dan terhitung lengkap bagi manusia.

(17)

Pada penelitian ini, permasalahan yang diangkat dan hendak dicari jawabannya ialah :

1. Apa saja karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor yang turut menentukan perilaku mengkonsumsi susu?

2. Bagaimana perilaku mengkonsumsi susu keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor?

3. Sejauh mana hubungan karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor dengan perilaku mengkonsumsi susu?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor yang turut menentukan perilaku mengkonsumsi susu.

2. Mengetahui perilaku mengkonsumsi susu keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor.

3. Menganalisis hubungan karakteristik internal dan eksternal keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor dengan perilaku mengkonsumsi susu.

Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian di atas diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi:

1. Produsen susu, sebagai masukan informasi mengenai karakteristik konsumen guna mengambil kebijakan pemasaran susu khususnya di wilayah Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor.

2. Konsumen, sebagai masukan informasi mengenai pemahaman dan manfaat susu sehingga sadar akan pentingnya mengkonsumsi produk susu.

3. Para peneliti lain, guna dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan penelitian sejenis atau penelitian mengenai persepsi dan minat konsumen terhadap perilaku mengkonsumsi susu.

(18)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kerangka Berpikir

Susu adalah minuman yang sangat bermanfaat dengan kandungan gizinya yang terhitung lengkap, juga merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang sangat baik dan kaya kalsium sehingga bila dikonsumsi secara teratur akan menimbulkan dampak positif bagi kesehatan. Di antaranya untuk menunjang pertumbuhan, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah osteoporosis dan berbagai manfaat lain, oleh karena itu susu dianjurkan untuk dikonsumsi bagi semua kalangan. Dengan pemahaman seperti itu selayaknya perilaku mengkonsumsi susu akan dapat terpengaruhi.

Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut. Apa yang dibeli konsumen? mengapa konsumen membelinya? kapan dan di mana membelinya? berapa sering membelinya? Dan seberapa sering menggunakannya? (Sumarwan, 2002). Begitu pula dengan studi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi susu. Keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk susu juga akan dipengaruhi oleh karakteristik internal konsumen dan juga faktor eksternal konsumen.

Faktor internal konsumen yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi susu di antaranya seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga. Sumber informasi yang menganjurkan pertama kali, pengetahuan karakteristik produk susu seperti jenis dan bentuk susu, tingkat harga serta merek susu, dan juga pengetahuan gizi produk susu merupakan karakteristik eksternal konsumen yang akan mempengaruhi perilaku mengkonsumsi susu. Keterkaitan antar peubah tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat diuji berkaitan dengan perilaku mengkonsumsi susu pada konsumen keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor adalah :

H1 : Terdapat hubungan nyata antara karakteristik internal keluarga di Babakan

Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor dan perilaku konsumsi susu. H2 : Terdapat hubungan nyata antara karakteristik eksternal keluarga di Babakan

(19)

Peubah Bebas Peubah Terikat H1 H2

Gambar1. Kerangka berpikir perilaku mengkonsumsi susu pada konsumen keluarga di Babakan Raya Desa Babakan, Kecamatan Dramaga Bogor

Karakteristik Internal Konsumen (X):

X1 = Umur

X2 = Pendidikan

X3 = Pekerjaan

X4 = Pendapatan keluarga

X5 = Jumlah tanggungan keluarga

Karakteristik Eksternal Konsumen (X):

X6 = Sumber informasi yang menganjurkan

pertama kali

X7 = Pengetahuan karakteristik produk susu

- Jenis dan bentuk susu - Tingkat harga susu - Merek Susu

X8 = Pengetahuan gizi produk susu

Perilaku Konsumsi (Y): o Jenis dan Bentuk susu yg

dikonsumsi

o Frekuensi pembelian susu o Alasan pembelian susu o Waktu pembelian susu o Tempat pembelian susu o Frekuensi konsumsi susu

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Konsumsi

Menurut Umar (2003), perilaku konsumen adalah suatu tindakan nyata individu atau kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang mengarahkan konsumen untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk, jasa atau keduanya, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Engel et al., 1994). Sumarwan (2003) menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan sebuah studi tentang (1) apa yang dibeli konsumen, (2) mengapa konsumen membelinya, (3) kapan, dan (4) di mana membelinya, (5) berapa sering konsumen membelinya, serta (6) seberapa sering menggunakannya. Louden dan Della Bitta dalam Umar (2003), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

Proses keputusan konsumen merupakan proses yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif dan pembelian serta hasilnya. Tindakan pembelian adalah tahap besar terakhir dalam model perilaku konsumen, dimana konsumen harus mengambil tiga keputusan, yaitu ”kapan membeli, di mana membeli dan bagaimana membayar” (Engel et al., 1994). Perilaku pembelian dipengaruhi oleh empat faktor yang saling terkait yaitu karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Hal yang perlu dilakukan oleh pemasar dalam memasarkan produknya sehingga dapat mempengaruhi proses pembelian dari seorang konsumen terdiri dari empat komponen yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Sebuah perusahaan yang memperhatikan perkembangan pasar akan selalu berusaha untuk mengamati tingkah laku membeli dari konsumen (Kotler dan Amstrong, 1997).

Perilaku konsumen yang peneliti coba amati dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui jenis dan bentuk produk susu apa yang dibeli, seberapa sering pembelian produk susu, alasan pembelian produk susu, kapan waktu pembelian produk susu, dimana tempat pembelian produk susu dan seberapa sering konsumsi produk susu oleh konsumen keluarga di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor.

(21)

Produsen dan pemasar hendaknya dapat mengenal karakteristik konsumennya, dengan tujuan efektivitas pemasaran produknya, termasuk produk susu. Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi susu akan dipengaruhi oleh karakteristik internal konsumen dan karakteristik eksternal konsumen. Keragaman yang membuat perbedaan antara individu konsumen yang satu dengan yang lainnya tentu dapat menciptakan keragaman perilaku konsumen pula.

Karakteristik Internal Konsumen

Engel et al. (1994), menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Perbedaan individu di sini dapat diartikan sebagai perbedaan karakteristik seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga dan pengetahuan gizi. Menurut Sumarwan (2002), perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia dapat menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respons individu terhadap lingkungannya (stimulus) secara konsisten, termasuk respons terhadap perilaku konsumsinya.

Umur

Sumarwan (2002) menyatakan bahwa memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Nurmansyah (2006) menambahkan bahwa umur seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi dalam pembuatan keputusan dalam pembelian. Umur dapat menunjukkan jenis makanan yang dibutuhkan dan diinginkan sesuai dengan umur konsumen. Konsumen pangan yang berumur produktif pada umumnya lebih memilih makanan yang banyak mengandung vitamin untuk memenuhi kebutuhan energinya, salah satunya ialah produk susu.

Pendidikan

Hasil penelitian Farohah (2003) tentang preferensi dan persepsi konsumen terhadap margarin pada tingkat ibu rumah tangga menjelaskan juga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh (konsumen) maka contoh akan memberikan persepsi semakin tidak benar terhadap klaim produk margarin. Menurut Nurmansyah

(22)

(2006), tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi seseorang yang disebabkan oleh pola pikir dan pengalamannya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan memilih pangan yang lebih baik kualitasnya daripada yang berpendidikan rendah. Selain melihat dari sisi kualitas pangan yang dikonsumsinya, konsumen dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan melihat lebih jauh terhadap keburukan dan resiko dalam mengkonsumsi pangan, serta cenderung berperilaku lebih kritis dalam pembelian dan pemilihan suatu produk. Hasil penelitian Ridwan (1997) tentang peranan isteri dalam kehidupan keluarga pada dua Kecamatan di Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa semakin tingginya pendidikan cenderung menyebabkan semakin kurang setuju ibu rumah tangga terhadap peran domestik dilakukan oleh isteri. Namun sebaliknya, semakin tingginya pendidikan justru cenderung menyebabkan ibu rumah tangga semakin setuju terhadap aktivitas-aktivitas di sektor publik dilakukan oleh isteri. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga juga mempengaruhi perilaku konsumsi susu.

Pekerjaan

Menurut Engel et al. (1994) pekerjaan yang dilakukan konsumen sangat mempengaruhi gaya hidup mereka dan merupakan satu-satunya basis terpenting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek. Sedangkan Simamora (2002) menyatakan bahwa pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerjaan sehari-hari ibu rumah tangga tentu juga mempengaruhi pola konsumsinya termasuk dalam perilaku mengkonsumsi produk susu.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah dalam bentuk uang. Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana konsumen berada. Daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang, tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja (Sumarwan, 2002).

Hasil penelitian Mardiyanti (2005) mengenai persepsi konsumen tentang ikan laut segar dan produk olahannya di Kecamatan Banyuwangi menyatakan bahwa tingginya pendapatan yang diperoleh responden akan menyebabkan daya beli

(23)

terhadap ikan laut segar dan produk olahannya menjadi lebih baik. Ridwan (1997) dalam penelitiannya menambahkan bahwa semakin tinggi pendapatan ibu rumah tangga cenderung menyebabkan semakin setuju terhadap aktivitas-aktivitas di sektor publik dilakukan oleh isteri.

Jumlah Tangungan Keluarga

Hasil penelitian Lalenoh (1994) tentang pelayanan rehabilitasi sosial pemukiman kumuh dengan partisipasi penghuni dalam kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial pemukiman kumuh di Kotamadya Bandung menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan nyata dengan persepsi. Semakin besar tanggungan keluarga akan semakin bermanfaat atau positif persepsi. Hasil penelitian Juarsyah (2007) mengenai persepsi dan partisipasi peternak tentang program perguliran ternak domba menunjukkan bahwa semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka responden dituntut mencari pendapatan di luar usahaternak sehingga responden tidak terlalu peduli terhadap hal-hal yang terjadi di luar kegiatan rutinnya, karena peternak tidak sempat memikirkan hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingannya.

Karakteristik internal tersebut tentunya akan menghasilkan suatu data yang beragam, ditinjau dari Desa Babakan yang merupakan pemukiman umum yang terbuka dan juga merupakan daerah lingkar kampus IPB. Hal tersebut tentu dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi susu. Selain itu, karakteristik eksternal konsumen juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi susu.

Karakteristik Eksternal Konsumen Sumber Informasi yang Menganjurkan Pertama Kali

Menurut Kotler (1993), sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu: (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan), (2) sumber komersial (iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran), (3) sumber umum (media massa, organisasi konsumen) dan (4) sumber pengalaman (pernah menangani, menguji dan menggunakan produk).

Mardiyanti (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semua sumber informasi mampu memberikan informasi dengan tepat sehingga mempengaruhi mayoritas persepsi konsumen tentang tingginya kandungan gizi ikan laut segar.

(24)

Umumnya responden dengan sumber informasi yang berasal dari semua anggota keluarga, media massa dan pakar memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang sumber informasinya hanya satu sumber saja. Hal ini disebabkan di media massa (iklan di televisi, radio, koran dan lain-lain) maupun penyuluhan oleh pakar, umumnya menyinggung mengenai gizi ikan laut segar yang tinggi.

Pengetahuan tentang Karakteristik Produk Susu

Dalam suatu proses pembelian atau konsumsi suatu produk atau jasa konsumen akan berusaha mencari informasi tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkannya. Konsumen dengan sendirinya akan memiliki pengetahuan tentang karakteristik produk yang diinginkannya seperti, jenis dan bentuk, tingkat harga serta label/ merek yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Jenis dan Bentuk Susu

Susu adalah minuman yang sangat menyehatkan dengan kandungan gizinya yang terhitung lengkap. Karena itu susu dianjurkan bagi semua kalangan. Untuk perkembangan sosok anak, minum susu merupakan salah satu sumber kalsium. Karena itu membiasakan minum susu, adalah hal yang penting. Bagi balita berusia nol bulan hingga dua tahun, minum Air Susu Ibu (ASI) adalah yang paling baik. Jika tidak bisa hingga dua tahun, minimal bayi minum ASI ekslusif hingga enam bulan, tanpa makanan pendamping lainnya. Setelah berumur satu tahun ke atas, anak dapat diberikan susu lain yaitu susu pasteurisasi, susu kental manis, susu bubuk, susu sterilisasi konvensional dan susu Ultra High Temperature (UHT).

Susu pasteurisasi merupakan susu yang diberi perlakuan panas sekitar 72 - 75 derajat Celcius selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen. Susu pasteurisasi harus disimpan pada suhu rendah (5-6 derajat celcius) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14 hari (Detik, 2007).

Susu cair segar yang berasal dari sapi banyak mengandung air, lemak, protein, laktosa atau gula susu. Juga mengandung sejumlah substansi beragam seperti enzim, vitamin dan pholpholipids atau substansi dengan bahan seperti lemak. Selain itu, susu cair mengandung banyak vitamin, yang paling dikenal adalah vitamin A, B1, B2, C dan D. Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan

(25)

alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun (SNI 01-3141-1998 dalam Astawan, 2007).

Susu bubuk berasal dari susu segar baik dengan atau tanpa rekombinasi dengan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan. Umumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan spray dryer atau roller drayer. Umur simpan susu bubuk maksimal adalah dua tahun dengan penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk berlemak (full cream milk prowder), susu bubuk rendah lemak (partly skim milk powder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk prowder) (SNI 01-2970-1999 dalam Astawan, 2007).

Susu UHT merupakan susu yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celcius) selama 2-5 detik (Astawan, 2007). Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segarnya.

Tingkat Harga Susu

Angka indeks harga adalah angka yang menunjukkan perbandingan harga dalam dua waktu yang berbeda, sehingga angka indeks harga didefinisikan sebagai angka perbandingan antara harga komoditi atau kelompok komoditi yang terjadi pada suatu periode waktu dengan periode waktu yang telah ditentukan. Karena data harga yang digunakan adalah harga konsumen, maka indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen (BPS, 1999). Tingkat harga adalah beberapa jumlah nominal uang yang harus dikeluarkan seseorang untuk mendapatkan suatu produk guna dijadikan konsumsi baik itu barang maupun jasa pada suatu waktu tertentu. Tingkat harga susu adalah sejumlah nominal uang yang dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan produk susu.

Harga ialah atribut produk, jasa atau keduanya yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk. Untuk sebagian besar konsumen Indonesia yang masih berpendapatan rendah, maka harga adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam memilih produk maupun jasa (Sumarwan, 2002).

(26)

Merek Susu

Merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah lama dikenal konsumen telah menjadi sebuah citra bahkan simbol status bagi produk tersebut. Maka tidak heran jika merek seringkali dijadikan kriteria dalam mengevaluasi suatu produk (Sumarwan, 2002). Merek susu terkenal seperti Indomilk, Frisian Flag, Dancow, Milo, Ovaltine akan mempunyai kelas tersendiri di masyarakat. Hal tersebut tentu akan menjadi salah satu pertimbangan konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi susu.

Pengetahuan Gizi Produk Susu

Pengetahuan adalah faktor penentu utama dari perilaku konsumen. Apa yang konsumen beli, di mana dan kapan mereka membeli akan bergantung pada pengetahuan yang relevan dengan keputusan ini. Secara umum, pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen (Engel et al., 1994).

Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel yang rusak termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologis tubuh dan sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, asupan (intake) zat gizi dalam jumlah seimbang mutlak diperlukan (Syarief, 1997). Budianto (2002) mengisyaratkan adanya jaminan bahwa bahan makanan harus aman dikonsumsi (food safety attribute), memiliki kandungan gizi tinggi (nutritional attribute) dan ramah lingkungan (ecolabelling attribute).

(27)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada bulan Desember 2007, dengan tempat penelitian di wilayah Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah Babakan merupakan pemukiman umum yang memiliki karakteristik penduduk yang heterogen.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian berupa keluarga yang bermukim di Babakan Raya yang terdiri dari Babakan Raya 1-6. Penentuan populasi berdasarkan asumsi bahwa keluarga di Babakan Raya sudah mengkonsumsi produk susu. Jumlah total populasi keluarga yang berada di enam Rukun Tetangga (RT) di Babakan Raya yaitu 233 keluarga.

Sampel diambil secara simple random sampling (Singarimbun dan Effendi, 2006). Jumlah sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rumus tersebut, maka sampel yang diambil sebanyak 70 responden.

Keterangan:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : persentase ketidaktelitian (10 %)

Tabel 1. Populasi dan Sampel Keluarga yang Bermukim di Babakan Raya

Babakan Raya Jumlah Keluarga

(kk) Jumlah Sampel (orang) Babakan Raya 1 41 11 Babakan Raya 2 47 14 Babakan Raya 3 49 17 Babakan Raya 4 44 12 Babakan Raya 5 46 13 Babakan Raya 6 6 3 Total 233 70

Sumber : Ketua RT Babakan Raya-Dramaga, 2007.

N n =

(28)

Desain Penelitian

Penelitian dirancang sebagai survei deskriptif korelasional yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer untuk mengamati hubungan antar peubah.

Peubah bebas (independent variable) dalam penelitian ini, yaitu karakteristik internal dan eksternal keluarga. Sedangkan, peubah terikat (dependent variable) adalah perilaku mengkonsumsi susu.

Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dengan tehnik wawancara. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data mengenai keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Babakan dan Ketua RT Babakan Raya Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, yang dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik internal keluarga. Bagian kedua berisikan pernyataan-pernyataan mengenai karakteristik eksternal keluarga. Bagian ketiga berisikan pernyataan-pernyataan mengenai perilaku mengkonsumsi susu.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur berbagai peubah yang diteliti. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu:

1) Karakteristik internal konsumen adalah sifat atau ciri yang melekat pada diri konsumen. Dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :

i. Umur yaitu usia biologis responden dari tahun kelahiran sampai penelitian ini dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun dan diukur berdasarkan skala rasio.

ii. Pendidikan adalah jenjang tertinggi sekolah terakhir yang telah diselesaikan responden, seperti: tidak tamat SD, SD, SMP, SMA,

(29)

Diploma, Sarjana dan Pascasarjana (S2/S3), diukur dengan menggunakan

skala nominal.

iii. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan responden saat ini, seperti pelajar, mahasiswa, pegawai swasta, pegawai negeri, wiraswasta dan lain sebagainya, diukur dengan menggunakan skala nominal.

iv. Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima responden baik dari gaji/honor maupun sumber penghasilan lain, dalam satu bulan terakhir saat dilaksanakan penelitian ini yang diukur berdasarkan skala rasio, dalam rupiah.

v. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang menjadi tanggungan kepala keluarga yang dinyatakan dalam jumlah orang/jiwa, yang diukur dengan menggunakan skala nominal.

2. Karakteristik eksternal konsumen adalah faktor yang berada di luar diri responden yang dapat mempengaruhi mental, pola pikir dan tingkah laku responden. Dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :

i. Sumber informasi yang menganjurkan pertama kali adalah sumber media informasi yang diperoleh ibu rumah tangga Desa Babakan Raya tentang informasi mengenai produk susu yang mendorongnya untuk mengkonsumsi produk susu diukur dengan menggunakan skala nominal. ii. Pengetahuan karakteristik produk susu adalah informasi yang diketahui

responden tentang produk susu di antaranya seperti jenis susu yaitu kriteria produk susu berdasarkan kegunaannya seperti susu balita/bayi, susu anak, susu berkalsium tinggi, susu untuk kesehatan dan lainnya yang diukur dengan menggunakan skala nominal; bentuk susu yaitu kriteria produk susu berdasarkan fisiknya seperti susu bubuk, susu kental manis, susu UHT, susu pasteurisasi dan lainnya yang diukur dengan menggunakan skala nominal; tingkat harga susu yaitu nilai nominal uang yang harus dikeluarkan seseorang untuk mendapatkan produk susu yang diukur dengan menggunakan skala rasio; serta merek susu yaitu atribut produk susu berupa nama yang bisa dijadikan simbol dan indikator kualitas produk tersebut yang merupakan pencitraan serta simbol status bagi perusahaan (produsennya). Contoh-contoh merek produk susu yang

(30)

sudah terkenal dan tak asing lagi ialah Indomilk, Frisian Flag, Dancow, Milo, Ovaltine, yang diukur dengan menggunakan skala nominal.

iii. Pengetahuan gizi produk susu adalah wawasan atau cara pandang yang disertai kesadaran responden tentang asupan gizi yang harus dikonsumsi oleh tubuh yang terdapat dalam susu, yang diukur dengan skala ordinal. 3. Perilaku konsumsi adalah adalah suatu tindakan nyata responden yang dipengaruhi

oleh aspek internal dan eksternal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan, yang dalam hal ini berupa produk susu. Dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :

i. Jenis dan bentuk susu yang dibeli konsumen adalah jenis dan bentuk susu yang biasa dibeli serta dikonsumsi oleh keluarga yang diukur dengan menggunakan skala nominal.

ii. Frekuensi pembelian susu adalah seberapa sering konsumen membeli produk susu dalam seminggu yang diukur dengan menggunakan skala rasio.

iii. Alasan pembelian adalah hal-hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian produk susu tersebut yang diukur dengan menggunakan skala nominal.

iv. Waktu pembelian adalah waktu dimana konsumen melakukan pembelian produk susu yang diukur dengan menggunakan skala nominal, yakni direncanakan, tidak direncanakan atau tergantung situasi.

v. Tempat pembelian adalah tempat konsumen membeli produk susu yang diukur dengan menggunakan skala nominal.

vi. Frekuensi mengkonsumsi susu adalah seberapa sering kosumen mengkonsumsi produk susu dalam seminggu terakhir saat penelitian dilaksanakan yang diukur dengan menggunakan skala rasio.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian ini didapat dengan jalan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli, termasuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Uji validitas

(31)

instrumentasi dilakukan dengan menggunakan teknik uji korelasi product moment Pearson, yang rumusnya sebagai berikut:

Keterangan :

r = Nilai koefisien validitas N = Jumlah responden X = Skor pertanyaan pertama Y = Skor total

XY = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total

Uji validitas dilakukan terhadap isi instrumen mengenai persepsi yang berisikan 17 pertanyaan kepada 35 orang responden dan didapatkan hasil bahwa pertanyaan nomor 4, 6, 8, 9, 11, 12, 13 dan 17 tidak valid karena korelasi yang terjadi tidak signifikan pada hasil pengujian satu sisi (one tailed) dengan p>0,05. Isi pertanyaan instrumen yang tidak valid tersebut kemudian diganti dengan pertanyaan lain yang telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing, sehingga jumlah pertanyaan dalam instrumen tetap.

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 2006). Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Pengujian reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan uji reliabilitas belah dua (split half reliability test), yaitu mengkorelasikan jawaban belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap). Rumus uji reliabilitas teknik belah dua atau split half reliability test yaitu sebagai berikut :

2 (r.tt) 1+r.tt keterangan:

r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Dengan berdasarkan rumus tersebut maka angka koefisien reliabilitas “split half” yang didapat adalah 0,745 yang berarti instrumen pada bagian kedua yang berkaitan dengan persepsi termasuk kategori reliabel.

r.tot =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎢⎣ ⎡ ⎢⎣ ⎡ ∑ ⎥⎦⎤ ∑ − ∑ ⎥⎦⎤ ∑ ∑ ∑ = 2 Y 2 Y N 2 X 2 X N Y X XY N r

(32)

Pengumpulan Data

Kuesioner digunakan untuk mengambil data primer dari responden keluarga di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Bogor dengan menggunakan sistem wawancara secara personal. Data yang diambil juga berasal dari kantor Kepala Desa Babakan, Ketua RW dan RT setempat berupa data sekunder mengenai keadaan umum Desa Babakan dan administrasi wilayahnya.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik internal dan eksternal keluarga dan perilaku konsumsi susu, berupa frekuensi, rataan, persentase, tabulasi silang dan rataan skor serta uji korelasional chi square dan rank Spearman, dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 for windows. Rumus kedua uji korelasional tersebut adalah sebagai berikut (Siegel, 1997) :

(a). Chi-Square (χ2)

Rumus Chi-Square menurut Siegel (1997) adalah sebagai berikut:

∑ ∑

= =

=

r i k i j ij ij

Eij

E

O

1 2 2

(

)

χ

Keterangan:

χ2 = Nilai Chi Square

Oij = Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j.

Eij = Banyak kasus yang diharapkan di bawah H0 untuk dikategorikan dalam baris ke-i

pada kolom ke-j. (b). Uji Korelasi rank Spearman

Rumus korelasi rank Spearman yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

rs = Nilai koefisien rank Spearman

d = Disparitas (X1-X2) N = Banyaknya Pengamatan

(

1

)

6 1 2 2 − − =

N N d rs

(33)

KEADAAN UMUM LOKASI

Secara administratif Desa Babakan merupakan satu desa dari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Babakan merupakan daerah lingkar kampus Institut Pertanian Bogor yang berada di sepanjang jalan raya Kampus Dalam. Adapun batas wilayah dari desa Babakan ialah meliputi :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cikarawang.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Balumbang Jaya (Kota Bogor). • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dramaga.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibanteng (Ciampea).

Desa ini memiliki empat dusun, dusun pertama memiliki dua RW, dusun kedua memiliki dua RW, dusun ketiga memiliki dua RW dan dusun keempat memiliki tiga RW. Luas administratif desa mempunyai luas wilayah ± 334,384 ha yang secara geografis berupa dataran tinggi pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut (dpl) dengan curah hujan tinggi, rata-rata 4.561 mm/tahun dan suhu udara berkisar rata-rata 25-300C. Lahan tersebut berdasarkan penggunaannya dapat dirinci menjadi lahan untuk pemukiman, fasilitas umum, pertanian sawah dan perkebunan.

Desa Babakan memiliki jumlah penduduk sebanyak 8.434 orang. Jumlah laki-laki yang menetap sebanyak 4.407 orang dan perempuan sebanyak 4.027 orang. Umumnya penduduk di Desa Babakan bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1.315 orang, 1.250 orang menjadi karyawan, 810 orang PNS, 315 orang buruh dan 653 orang berkerja lain-lain. Sebanyak 6.945 orang merupakan tenaga kerja usia produktif yaitu antara 15-60 tahun.

Babakan Raya (Bara) merupakan salah satu wilayah Desa Babakan. Wilayah ini memiliki enam jalan utama yaitu Bara satu, Bara dua, Bara tiga, Bara empat, Bara lima dan Bara enam. Jumlah total populasi keluarga yang berada di enam Rukun Tetangga (RT) di Babakan Raya yaitu 233 keluarga. Daerah Bara merupakan daerah pemukiman yang memiliki rumah kostan dan kontrakan yang lebih banyak ditinggali mahasiswa daripada rumah penduduk aslinya. Daerah Bara juga merupakan daerah pusat perdagangan di lingkar kampus IPB.

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Internal

Karakteristik Internal adalah ciri-ciri dan sifat-sifat yang melekat pada setiap responden. Karakteristik internal yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan dan pendapatan per bulan responden.

Tabel 2. Karakteristik Internal Responden

Karakteristik Internal Jumlah (orang) Persentase (%) Umur (Tahun)

27 – 43 27 38,57

44 – 60 35 50,00

61 – 78 8 11,43

Pendidikan

Tidak tamat SD – tamat SD 24 34,28

Tamat SLTP – tamat SLTA 43 61,43

Perguruan tinggi 3 4,29 Pekerjaan Pegawai negeri (PNS) 11 15,71 Pegawai swasta 28 40,00 Wiraswasta 11 15,71 Lainnya 20 28,58

Jumlah tanggungan (Orang)

Sedikit (1 – 3) 39 55,72 Sedang (4 – 6) 26 37,14 Banyak (7 – 10) 5 7,14 Pendapatan (Rupiah) Rendah (500.000 - 1.030.000) 51 72,86 Sedang (1.040.000 -1.540.000) 13 18,57 Tinggi (1.550.000 -2.400.000) 6 8,57 Umur

Umur responden yang bermukim di Babakan Raya saat dilakukan penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (88,57%) keluarga yang menjadi responden masuk dalam kategori usia produktif, berusia antara 27 hingga 60 tahun. Terdapat sebanyak 35 orang atau sebesar 50% dari jumlah sampel termasuk pada kisaran umur 44-60 tahun. Kelompok penentu perilaku konsumsi yang berumur antara 27-43 tahun yaitu sebanyak 27 atau sebesar 38,57%. Sebanyak 11,43% atau delapan orang responden berada pada sebaran umur 61-78 tahun.

(35)

Pendidikan

Penentu perilaku konsumsi pada konsumen keluarga di Desa Babakan sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan sedang (TAMAT SLTP-TAMAT SLTA), terdiri dari 43 orang responden atau sebesar 61,43% dari jumlah sampel. Kelompok penentu perilaku konsumsi pada sebaran (TIDAK TAMAT SD – TAMAT SD) terdiri dari 24 orang atau sebesar 34,28% dari jumlah sampel. Urutan terkecil adalah reponden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi (PERGURUAN TINGGI) yang hanya terdiri dari tiga orang atau sebesar 4,29% saja dari jumlah sampel.

Pekerjaan

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwasanya sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 40% dari jumlah sampel atau sebanyak 28 orang. Responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 11 orang atau sebesar 15,71%. Sama hal-nya dengan pegawai negeri, responden yang bekerja wiraswasta juga terdiri dari 11 orang responden atau sebesar 15,71%. Responden lainnya yang bekerja sebagai buruh, supir, pensiunan terdiri dari 20 orang atau sebesar 28,58% dari jumlah sampel.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Pengelompokkan jumlah tanggungan keluarga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu keluarga dengan jumlah tanggungan satu sampai tiga orang, empat sampai enam orang dan tujuh sampai sepuluh orang. Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar keluarga mempunyai tanggungan satu sampai tiga orang yaitu sebanyak 39 responden atau sebesar 55,72% dari jumlah sampel. Jumlah paling sedikit yaitu pada keluarga dengan jumlah tanggungan tujuh sampai sepuluh orang yang terdiri dari 5 responden atau sebesar 7,14% dari jumlah sampel. Sebanyak 26 responden atau sebesar 37,14% sampel terdiri dari keluarga dengan jumlah tanggungan empat sampai enam orang.

Jumlah Pendapatan Keluarga

Jumlah pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang diterima tiap bulan yang berasal dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang sudah bekerja dan digunakan untuk keperluan rumah tangga. Berdasarkan pada Tabel 2 pendapatan

(36)

keluarga di Desa Babakan berkisar antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 2.400.000,- per bulan. Sebagian besar keluarga mempunyai pendapatan antara Rp 500.000 – Rp 1.030.000/bulan yang terdiri dari 51 keluarga atau sebesar 72,86% dari jumlah sampel. Persentase paling kecil yaitu pada keluarga dengan jumlah pendapatan antara Rp 1.550.000 – Rp 2.400.000/bulan yaitu sebesar 8,57% atau sebanyak 6 keluarga. Dan sisanya terdiri dari 13 keluarga atau sebesar 18,57% mempunyai jumlah pendapatan antara Rp 1.040.000 – Rp 1.540.000/bulan. Keadaan ekonomi responden secara umum masih termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah, hal tersebut diduga disebabkan oleh jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan responden yang.

Karakteristik Eksternal

Karakteristik eksternal adalah faktor yang berada di luar diri responden yang dapat mempengaruhi mental, pola pikir dan tingkah laku responden yang berpengaruh pada perilaku konsumsi susu pada konsumen keluarga di Desa Babakan. Karakteristik eksternal yang diamati dalam penelitian ini adalah sumber informasi yang menganjurkan pertama kali, pengetahuan karakteristik produk susu yang terdiri dari pengetahuan akan jenis dan bentuk susu, tingkat harga susu dan merek Susu, serta pengetahuan gizi responden terhadap produk susu.

Sumber Informasi yang Menganjurkan Pertama kali

Sumber informasi yang menganjurkan pertama kali adalah sumber media informasi yang diperoleh konsumen keluarga Desa Babakan tentang informasi mengenai produk susu yang mendorongnya untuk mengkonsumsi produk susu. Sumber informasi tersebut memiliki beberapa karakteristik yang berpengaruh kepada perilaku konsumen yang dibagi menjadi beberapa karakteristik seperti sumber informasi yang menganjurkan pertama kali, pengaruh sumber informasi, media yang mempengaruhi dalam pembelian produk susu, hal yang paling menarik dan paling berpengaruh dalam pembelian produk susu, serta bentuk promosi yang ditawarkan dari produk susu. Informasi mengenai produk susu dapat diperoleh dari keluarga, teman, tetangga, radio, televisi, koran dan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden mendapatkan informasi tentang produk susu yang selanjutnya menganjurkan responden untuk

(37)

Tabel 3. Karakteristik Eksternal

mengkonsumsi pertama kali ialah media televisi, terlihat pada Tabel 3 dengan persentase 70% dari sampel atau sebanyak 49 orang. sebanyak 21 responden atau sebesar 30% dari jumlah sampel menyatakan hal lainnya, diantaranya adalah sumber informasi yang didapatkan dari teman, tetangga, radio, televisi dan koran.

Pengetahuan Karakteristik Produk Susu

Pengetahuan karakteristik produk susu adalah informasi yang diketahui responden tentang produk susu di antaranya seperti jenis susu yang diketahui yaitu kriteria produk susu berdasarkan kegunaannya seperti susu balita/bayi, susu anak, susu berkalsium tinggi, susu untuk kesehatan dan lainnya; bentuk susu yang diketahui yaitu kriteria produk susu berdasarkan fisiknya seperti susu bubuk, susu kental manis, susu UHT, susu pasteurisasi dan lainnya; tingkat harga susu yaitu nilai nominal uang yang harus dikeluarkan seseorang untuk mendapatkan produk susu; serta merek susu yaitu atribut produk susu berupa nama yang bisa dijadikan simbol dan indikator kualitas produk tersebut yang merupakan pencitraan serta simbol status

Karakteristik Eksternal Jumlah

(orang)

Persentase (%) Sumber informasi yang menganjurkan

pertama kali

Televisi 49 70,00

Lainnya 21 30,00

Pengetahuan karakteristik produk susu

Jenis susu yang lebih diketahui

Susu untuk kesehatan 55 78,57

Susu anak 13 18,57

Lainnya 2 2,86

Bentuk susu yang lebih diketahui

Susu bubuk 57 81,43

Susu kental manis 4 5,71

Lainnya 9 12,86 Tingkat harga Mahal 57 81,43 Biasa saja 13 18,57 Merek susu Dancow 47 67,14 Frisian flag 10 14,29 Indomilk 4 5,71 Lainnya 9 12,86

(38)

bagi perusahaan (produsennya) seperti Dancow, Indomilk, Frisian Flag, Milo, Ovaltine, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperlihatkan pada Tabel 3, jenis susu yang dominan diketahui ialah jenis susu untuk kesehatan, dengan jumlah responden sebanyak 55 orang atau sebesar 78,57% dari sampel, karena pada umumnya responden memiliki kesadaran dan pengetahuan bahwa susu merupakan pangan yang sangat baik untuk dikonsumsi karena memiliki susunan asam amino dan mineral yang paling lengkap serta manfaat yang banyak. Jenis susu anak berada pada urutan kedua dengan jumlah 13 responden atau sebesar 18,57% dari sampel, dan sebesar 2,86% dari sampel atau sebanyak dua orang menjawab lainnya, yaitu susu berkalsium tinggi dan susu bayi/ balita.

Bentuk susu yang paling banyak diketahui ialah susu bubuk dengan persentase sebesar 81,43% atau sebanyak 57 orang responden. Susu bubuk memang lebih disukai kebanyakan dari responden, karena susu bubuk mempunyai cara penyajian yang praktis, rasa dan aroma yang khas, cara penyimpanan yang lebih mudah. Sebanyak sembilan orang atau sebesar 12,86% dari sampel menjawab lainnya atau kombinasinya, seperti susu UHT, susu pasteurisasi, susu segar dan susu skim. Sisanya sebanyak 4 orang atau sebesar 5,71% mengetahui bentuk susu kental manis.

Secara garis besar responden keluarga mengetahui harga dari produk susu yang mereka konsumsi, sebagian besar sebanyak 57 responden atau sebesar 81,43% dari sampel mengatakan tingkat harga produk susu yang beredar dipasaran itu mahal. Sebanyak 13 orang atau sebesar 18,57% mengatakan biasa saja. Dengan tingkat harga yang terbilang mahal, secara umum responden memiliki kesulitan untuk dapat mengkonsumsi susu dengan teratur, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi yang masih kekurangan, namun responden tetap membeli produk susu dengan tujuan kesehatan dan kelengkapan gizi.

Merek yang paling diketahui ialah merek Dancow dengan persentase sebesar 67,14% atau sebanyak 47 orang responden. Hal tersebut dikarenakan merek Dancow memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan merek lainnya, dengan pilihan yang lebih bervariasi baik dari jenis maupun bentuk susunya dan terlihat bahwasanya iklan di televisinya mempunyai intensitas yang lebih sering dari

(39)

merek-merek saingannya. Merek Frisian Flag di urutan kedua dengan persentase sebesar 14,29% atau sebanyak 10 orang responden, diikuti dengan kategori lainnya dengan jawaban lain serta kombinasi jawaban sebanyak sembilan orang atau sebesar 12,86% dari sampel. Sisanya ada pada kategori merek Indomilk dengan jumlah responden sebanyak 4 orang atau sebesar 5,71% dari sampel.

Pengetahuan Gizi Produk Susu

Pengetahuan gizi produk susu adalah wawasan atau cara pandang yang disertai kesadaran responden tentang asupan gizi yang harus dikonsumsi oleh tubuh yang terdapat dalam susu. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting untuk menentukan konsumsi pangan keluarga. Keluarga yang berpengetahuan gizi baik, akan berupaya menerapkan pengetahuannya dalam pemilihan dan pengolahan pangan. Pengetahuan gizi ini diukur melalui pengetahuan tentang kandungan kalsium dalam susu, pengetahuan tentang kandungan zat besi pada susu, penyimpanan susu, pengetahuan tentang penyakit osteoporosis dan bahan dasar susu.

Tabel 4. Pengetahuan Gizi Produk Susu

Pengetahuan Gizi Rataan skor*

Pengetahuan tentang kandungan kalsium dalam susu 2,94

Pengetahuan tentang kandungan zat besi pada susu 2,49

Pengetahuan tentang penyimpanan susu 2,94

Pengetahuan tentang penyakit kekurangan kalsium 2,66

Pengetahuan tentang bahan dasar susu 2,89

Total Rataan Skor 2,78

Keterangan: *1 = kurang baik, *2 = cukup baik, *3 = sangat baik

Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa responden yang bermukim di Babakan Raya telah memiliki pengetahuan gizi sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari total rataan skor yang menunjukkan nilai 2,78. Artinya nilai tersebut masuk kategori pengetahuan sangat baik. Rataan skor pengetahuan tentang kandungan kalsium dalam susu, pengetahuan tentang cara menyimpan susu memiliki nilai rataan skor yang sama dan paling tinggi, hal tersebut dikarenakan pemahaman kalsium yang terkandung di dalam susu sudah diketahui dan dipahami dengan baik. Rataan skor pengetahuan tentang kandungan zat besi pada susu yang memiliki rataan skor terendah.

(40)

Perilaku Konsumsi

Perilaku konsumen adalah suatu tindakan nyata responden yang dipengaruhi oleh aspek internal dan eksternal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan, dibagi menjadi beberapa bagian meliputi jenis dan bentuk susu yang dibeli konsumen, frekuensi pembelian susu, alasan pembelian, waktu pembelian, tempat pembelian dan frekuensi mengkonsumsi produk susu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Jenis dan Bentuk Susu yang Dikonsumsi

Jenis dan bentuk susu yang dibeli konsumen adalah jenis dan bentuk susu yang biasa dibeli serta dikonsumsi oleh keluarga. Berdasarkan hasil penelitian yang diperlihatkan pada Tabel 5, perilaku konsumen dalam mengkonsumsi jenis dan bentuk susu yang paling dominan yaitu dengan setia pada satu jenis dan bentuk susu, dengan jumlah responden sebanyak 56 orang atau sebesar 80% dari sampel. Kategori setia pada satu jenis dan bentuk susu disini ditunjukkan bahwa responden selalu mengkonsumsi satu jenis dan bentuk susu yang tetap. Hal tersebut disebabkan oleh karena kebiasaan responden untuk mengkonsumsi satu jenis dan bentuk susu saja, dengan tingkat loyalitas yang baik terhadap suatu merek susu. Sisanya, atau sebesar 20% dari jumlah sampel atau sebanyak 14 orang berganti-ganti dalam jenis dan bentuk susu yang dikonsumsi, dikarenakan loyalitas yang masih belum baik dan juga diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh eksternal responden, seperti iklan, teman, keluarga, media massa, media cetak dan lainnya.

Frekuensi Pembelian Susu

Frekuensi pembelian susu adalah seberapa sering konsumen membeli produk susu dalam seminggu. Tabel 5 memperlihatkan bahwa persentase terbesar dari frekuensi pembelian produk susu adalah lebih dari seminggu sekali dengan jumlah responden sebanyak 53 orang atau sebesar 75,71% dari sampel. Dan 24,29% dari sampel atau sebanyak 17 orang responden melakukan pembelian selama seminggu sekali. Frekuensi pembelian yang masih tidak konstan tersebut dikarenakan oleh tingkat harga yang tinggi dan perekonomian responden yang masih rendah.

(41)

Tabel 5. Perilaku Konsumsi

Alasan Pembelian

Alasan pembelian adalah hal-hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian produk susu. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5 terlihat bahwa persentase terbesar dari alasan pembelian produk susu ialah karena responden ingin menjaga kesehatan yaitu sebesar 54,29% dari sampel atau sebanyak 38 orang. Alasan kedua terbanyak ialah karena sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga untuk meminum susu dengan jumlah responden sebanyak 22 orang atau sebesar 31,43% dari sampel, sekitar 8,57% dengan alasan pemenuhan gizi atau sebanyak 6 orang responden. Alasan lainnya dengan persentase sebesar 5,71% dari sampel atau sebanyak 4 orang responden. Karena keadaan, baik itu tingkat harga susu yang terbilang mahal dan perekonomian responden yang terbilang minim maka secara umum responden mengkonsumsi susu hanya sebagai pelengkap saja tanpa suatu pola yang tetap, dengan tujuan untuk menjaga kesehatan.

Perilaku Konsumsi Jumlah

(orang)

Persentase (%) Jenis dan bentuk susu yang dikonsumsi

Setia pada satu jenis dan bentuk susu 56 80,00 Berganti-ganti jenis dan bentuk susu 14 20,00

Frekuensi pembelian susu

Seminggu sekali 17 24,29

lebih dari seminggu sekali 53 75,71

Alasan pembelian susu

Kebiasaan 22 31,43

Menjaga kesehatan 38 54,29

Pemenuhan gizi 6 8,57

Lainnya 4 5,71

Waktu pembelian susu

Direncanakan 9 12,86

Tidak direncanakan 4 5,71

Tergantung situasi 57 81,43

Tempat pembelian susu

Supermarket 61 87,14

Toko/warung 5 7,14

Lainnya 4 5,72

Frekuensi konsumsi susu

setiap hari 13 18,57

(42)

Waktu Pembelian

Waktu pembelian adalah waktu dimana konsumen melakukan pembelian produk susu dengan direncanakan terlebih dahulu, tergantung situasi atau tidak direncanakan sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 6 terlihat bahwa waktu pembelian dilaksanakan tergantung situasi, terutama situasi keuangan keluarga dan kebutuhan saja, dengan persentase sebesar 81,43% dari sampel atau sebanyak 57 responden. Dan sebesar 12,86% dari sampel atau sebanyak 9 responden menyatakan waktu pembelian direncanakan terlebih dahulu. Dan sisanya sebanyak 4 responden atau sebesar 5,71% dari sampel menyatakan tidak direncanakan terlebih dahulu.

Tempat Pembelian

Tempat pembelian adalah tempat konsumen membeli produk susu, diantaranya seperti supermarket, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pedagang keliling, toko/ warung terdekat dan tempat lainnya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 6 terlihat bahwa persentase terbesar tempat pembelian ialah di supermarket yaitu sebesar 87,14% dari sampel atau sebanyak 61 orang, hal tersebut dikarenakan di Desa Babakan terdapat banyak supermarket. Dan sebanyak 5 orang atau sebesar 7,14% dari sampel menyatakan membeli di toko/ warung terdekat. Dan di tempat lainnya dengan persentase 5,72% dari sampel atau sebanyak 4 orang responden. Wilayah Babakan Raya merupakan wilayah dengan jumlah supermarket yang cukup banyak, responden lebih memilih memilihnya sebagai tempat pembelian produk susu dikarenakan banyak kelebihan dari tempat pembelian lainnya, seperti keadaan tempat yang lebih nyaman, pilihan produk yang banyak dan juga harga yang pasti.

Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Frekuensi konsumsi susu adalah seberapa sering kosumen mengkonsumsi produk susu dalam seminggu. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 6 terlihat bahwa persentase terbanyak ialah 2-6 hari seminggu yaitu sebesar 81,43% dari sampel atau sebanyak 57 responden. Hal tersebut memang terbilang sangat kurang, pola konsumsi susu yang masih minim tersebut juga disebabkan terutama oleh tingkat harga yang terbilang mahal dan tingkat pendapatan responden yang masih minim untuk memenuhi kebutuhan konsumsi produk susu. Sisanya sebesar 18,57% dari jumlah sampel atau sebanyak 13 responden yang mengkonsumsi susu setiap hari.

Gambar

Tabel 1. Populasi dan Sampel Keluarga yang Bermukim di Babakan Raya  Babakan Raya  Jumlah Keluarga
Tabel 2. Karakteristik Internal Responden
Tabel 3. Karakteristik Eksternal
Tabel 4. Pengetahuan Gizi Produk Susu
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Purnomo (2007) semakin tinggi rasio Likuiditas yang dalam hal ini diukur dengan LDR, maka akan semakin tidak liquid perusahaan perbankan dikarenakan bank tidak

(5) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dibayarkan sesuai dengan biaya riil, dan dalam hal pelaksanaan perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel

Tetapi, kebanyakan metode pengukuran kinerja yang ada saat ini hanya menggunakan laporankeuangan dalam menilai kinerja sebuah organisasi, yang merupakan cara tradisional yang hanya

Heryanto, M.Ary dan Wisnu, Adi.2008.Pemrograman untuk Mikrokontroler.. ATMEGA

[r]

Sampel penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dan keduanya ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti. Kelas ekperimen adalah kelas yang

Sherlyta Mutia Hutabarat, selaku Kepala Puskesmas Silinda yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan

Dalam belajar membaca Al- Qur’ an sesuai dengan Tajwid dan Makharijul huruf yang benar terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan pada1. pembelajaran