• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keinginan KB Bagi Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keinginan KB Bagi Remaja"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA LANJUT SDKI 2007

Keinginan remaja untuk ber KB dan

jumlah anak yang diinginkan

dimasa yang akan datang

PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

2009

(2)

Laporan ini merupakan hasil analisis lanjut dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesai (SDKI ) tahun 2007, yang bertujuan menggali lebih mendalam temuan-temuan strategis yang berkaitan dengan fertilitas, keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak. Selain itu ada satu analisis lanjut dari data Mini Survei.

Laporan analisis lanjut ini terdiri dari 10 buku yaitu : (1) Kelangsungan pemakaian kontrasepsi (2) Unmet Need dan Kebutuhan Pelayanan KB (3) Karakteristik PUS MUPAR menurut provinsi dan kabupaten (4) Proximate Determinant Fertilitas di Indonesia (5) Keinginan remaja untuk ber KB dan jumlah anak yang diinginkan dimasa yang akan datang (6) Faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP) (7) Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas (8) Penggunaan Kontrasepsi Pasca Melahirkan (9) Pengetahuan, Sikap, perilaku ber KB Pasangan Usia Subur Muda(10) Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anaka Yang Diinginkan di Indonesia : Permodelan dengan Analisis Multilevel.

Informasi lebih lanjut tentang buku laporan hasil penelitian, dapat menghubungi Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata no 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta

(3)

ANALISA LANJUT SDKI 2007

Keinginan remaja untuk ber KB dan

jumlah anak yang diinginkan

dimasa yang akan datang

Penulis

Dra. Maria Anggraeni, MS

PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

2009

5

(4)

ANALISA LANJUT SDKI 2007

5 Keinginan remaja untuk ber KB dan jumlah

anak yang diinginkan dimasa yang akan datang

Penulis

Dra. Maria Anggraeni, MS

vi + 44 hal

ISBN : 978-602-8633-16-1

Hak cipta @2009 pada penerbit dilindungi Undang-Undang Penerbit :Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN

(5)

KATA PENGANTAR

SDKI 2007 adalah survei demografi dan kesehatan berskala nasional yang dilakukan di

33 provinsi dan merupakan survei ke enam yang diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1987.

Survei SDKI 2007 mempunyai data yang cukup lengkap dan menarik untuk dianalisa lebih lanjut

dan mendalam untuk mengetahui faktor-faktor dan karakteristik yang berhubungan dengan kasus

tertentu dalam rangka mempelajari dan mendalami isu-isu khusus yang strategis.

Penentuan topik untuk analisa lanjut ini dilakukan melalui suatu proses yang diawali dari

pertemuan dengan komponen di lingkungan BKKBN untuk mendapatkan masukan dan

memperoleh informasi tentang prioritas program. Cukup banyak topik yang diajukan, namun

dengan keterbatasan dana yang tersedia maka dalam tahun 2009 dengan anggaran APBN telah

dipilih 10 topik yang dianggap prioritas untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Salah satu topik

tersebut adalah .

Untuk itu kami mengucapkan selamat dan terima kasih serta penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada para penulis baik dari BKKBN, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan –Universitas Gadjah Mada

maupun Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia

Kami menyadari bahwa analisis ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian kami

mengharapkan analisis ini dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan dan para pengelola

program untuk membuat program-program intervensi. Untuk penyempurnaan tulisan ini,

khususnya untuk penerbitan di masa mendatang, saran serta kritik yang membangun sangat kami

hargai. Semoga upaya kita ini mendapatkan ridho dari Tuhan yang Maha Esa.

Jakarta,

Desember 2009

PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Kepala,

(6)
(7)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v RINGKASAN vii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 2 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS 7

1 Kerangka Konsep 2 Definisi Operasional

3 Variabel yang digunakan , sumber pertanyaan dan kategori

7 7 9 BAB IV METODOLOGI 11 A. Disain Penelitian B. Sumber data

C. Lokasi dan waktu penelitian D. Populasi E. Sampel F. Analisis Data 11 11 11 11 11 12

BAB V HASIL ANALISIS 13

BAB VI PEMBAHASAN 38

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 44

A. Kesimpulan

B. Saran 4445

(8)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang iv

(9)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang v DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

5.1 Persentase remaja laki-laki dan perempuan menurut karakteristik, akses terhadap

media dan pendapat tentang Kesehatan Reproduksi, SKRRI th 2007 15

5.2 Rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh remaja laki-laki dan perempuan,

menurut karakteristik latar belakang, SKRRI 2007 17

5.3 Rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh remaja laki-laki dan perempuan

dimasa mendatang, menurut pendapat tentang Kesehatan Reproduksi, SKRRI 2007 18 5.4 Rata-rata jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang oleh remaja laki-laki,

menurut Keterpaparan Media massa, SKRRI 2007 22

5.5 Rata-rata jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang oleh remaja perempuan,

menurut Keterpaparan Media massa, SKRRI 2007 24

5.6 Hasil analisis multivariate terhadap seluruh variable independent dengan jumlah

anak yang diinginkan remaja laki-laki, SKRRI 2007 25

5.7 Hasil analisis multivariate terhadap seluruh variable independent dengan jumlah

anak yang diinginkan remaja Perempuan, SKRRI 2007 27

5.8 Persentase distribusi remaja laki-laki dan perempuan tentang keinginan

menggunaka KB dimasa mendatang, menurut karakteristik latar belakang, SKRRI

2007 29

5.9 Persentase distribusi remaja laki-laki dan perempuan tentang keinginan menggunaka KB dimasa mendatang menurut keterpaparan media massa, SKRRI

2007 30

5.10 Persentase distribusi remaja laki-laki dan perempuan tentang keinginan menggunakan KB dimasa mendatang menurut pendapat tentang Kesehatan

Reproduksi, SKRRI 2007 32

5.11 Analisis multivariate dengan regressi logistik tentang keinginan remaja laki-laki untuk menggunakan KB dimasa mendatang menurut karakteristik latar belakang,

SKRRI 2007 34

5.12 Analisis multivariate dengan regressi logistik tentang keinginan remaja perempuan untuk menggunakan KB dimasa mendatang menurut karakteristik latar belakang,

(10)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang vi

DAFTAR SKEMA DAN GRAFIK

Nomor Skema dan Grafik Halaman

1 Skema Kerangka Konsep jumlah anak yang diinginkan dan keinginan pemakaian

KB dimasa mendatang 7

2 Grafik Sebaran remaja berdasarkan keinginan menggunakan KB dan rata-rata

(11)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang vii RINGKASAN

Dalam Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, KRR adalah salah satu program pemerintah di dalam sector pembangunan social budaya (Bappenas, 2005). Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Fokus utama dari program KRR di Indonesia adalah terwujudnya perubahan perilaku remaja melalui penyediaan informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi. Pelayanan kesehatan reproduksi masih terbatas pada konseling dan testing mandiri (VCT- voluntary counceling and testing) dan pengobatan penyakit menular seksual (STDs) dan HIV/AIDS. Sementara Pemerintah tidak dapat menyediakan alat/cara kontrasepsi untuk remaja yang belum kawin karena menurut undang-undang hal ini ilegal.

Masa remaja sering diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. WHO mendefinisikan masa remaja (adolecence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sementara PBB menyebut anak muda (Youth) untuk usia 15-24 tahun. Hal ini kemudia disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (WHO, 1975; Outlook, Vol.16, tahun 2000). Dalam Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI 2007) batasan umur remaja yang dipakai adalah laki-laki atau perempuan yang belum menikah dan berumur 15 sampai 24 tahun. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Dipicu rekomendasi dari hasil International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 atau yangdisebut dengan Konferensi Internasional mengenai kependudukandan pembangunan, banyak organisasi di berbagai negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para remaja di bidang kesehatan reproduksi. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan global masihbelum memadai, namun ternyata banyak pelajaran yang dapat dipetik dari percontohan dan upaya inovatif yang telah dilakukan di berbagai wilayah mengenai jenis kegiatan remaja, baik yang dapat menghasilkan perubahan yang bermakna maupun yang tidak.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu bagian dari program Kesehatan Reproduksi. Pengetahuan tentang alat/cara KB dikalangan remaja di Indonesia, hampir semua responden sudah mendengar paling tidak satu alat/cara KB modern. Pengetahuan tentang KB pada remaja laki-laki dan perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan wanita kawin umur 15-49 dan pria kawin umur 15-45 yang diwawancarai pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/ SDKI 2007 dan SKRRI, 2007.

Pengetahuan tentang masa subur yang benar merupakan salah satu keberhasilan dari pantang berkala sebagai alat/cara KB. Pengetahuan tentang masa subur diantara para remaja di Indonesia dirasa masih kurang, hal ini dapat berdampak pada keberhasilan program KB dimasa mendatang..

Untuk mengetahui sejauh mana masalah KB dan kesehatan reproduksi dipahami oleh para remaja, pada analisis lanjut ini, melihat lebih dalam mengenai jumlah anak yang ingin dimiliki oleh remaja dimasa mendatang, dan keinginan untuk penggunaan KB dimasa mendatang. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tentang keinginan remaja dalam hal jumlah anak yang ingin dimiliki, dan keinginan remaja dalam hal pemakaian KB dimasa mendatang.

Design penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan desain survei dan menggunakan pendekatan Cross Sectional (potong lintang). Sumber data dari SKRRI 2007, yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan remaja laki-laki yang belum kawin berumur 15-24 tahun yang diambil sebagai sampel, dan bertempat tinggal di blok sensus yang

(12)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang viii

terpilih dalam SDKI 2007. Jumlah sampel SKRRI, 2007 mencakup 19.311 remaja yang terdiri dari 10.830 remaja laki-laki dan 8.481 remaja perempuan, belum menikah.

Analisis lanjut ini merupakan analisis yang membedakan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Analisis dilakukan secara univariate, uji statistik yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan menggunakan Chi-square untuk melihat adanya perbedaan proporsi, sedangkan uji T untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata (mean).

Analisis bivariate untuk melihat adanya hubungan antara variable dependen dan independen. Selanjutnya digunakan analisis multivariate untuk mengetahui faktor mana yang berhubungan dengan variable dependen yang akan diuji. Untuk variable dependen yang numerik dengan menggunakan analisis regresi linier sedangkan untuk variable dependen yang kategorikal dengan menggunakan regresi logistik. Seluruh variable independent akan dimasukkan dalam model untuk selanjutnya dilihat variable apa saja yang berhubungan dengan variable dependen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata anak yang diinginkan oleh remaja laki-laki (2,66 anak) lebih tinggi daripada rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh remaja perempuan (2,49 anak). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,01). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan jumlah anak yang dimiliki dimasa mendatang pada remaja laki-laki antara lain: umur remaja laki-laki, akses terhadap media televisi, radio, surat kabar/majalah, indeks kesejahteraan sosial remaja, pengetahuan remaja tentang jarak antara dua kelahiran yang aman, pelajaran tentang kesehatan reproduksi yang diterima semasa dibangku sekolah, pendapat remaja bila terjadi tentang kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendapat remaja tentang aborsi bila masih sekolah.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan jumlah anak yang dimiliki dimasa mendatang oleh remaja perempuan antara lain adalah akses mereka terhadap media televisi, radio, surat kabar/majalah, pelajaran tentang Kesehatan Reproduksi yang diterima ketika di sekolah, umur remaja, indeks kesejahteraan remaja, tingkat pendidikan, pengetahuan mereka tentang jarak antara dua kelahiran yang terbaik, dan pendapat remaja tentang apa yang harus dilakukan bila terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki. Jika dilihat secara umum pada remaja baik laki-laki maupun perempuan terlihat bahwa akses remaja terhadap media massa dan pengetahuan mereka tentang berapa sebaiknya jarak antara dua kelahiran yang terbaik merupakan faktor yang memberikan pengaruh terhadap keinginan remaja dalam hal jumlah anak yang dimiliki.

Gambaran tentang keinginan menggunakan KB di masa mendatang antara remaja laki-laki dan remaja perempuan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi pada remaja perempuan relatif lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Secara rata-rata persentase remaja laki-laki yang ingin menggunakan KB dimasa mendatang lebih kecil (38 persen) dibanding remaja perempuan (74 persen). Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keinginan menggunakan KB di masa mendatang pada remaja laki-laki antara lain adalah tingkat kesejehteraan sosial remaja laki-laki, akses terhadap media massa (meliputi surat kabar/majalah, TV, radio) mendapatpelajaran tentang kesehatan reproduksi yang diterima pada waktu di sekolah (meliputi sistem reproduksi, dan caramengatut kelahiran), pengetahuan tentang jarak antara dua kelahiran yang aman dan sehat, pendapat bila terjadi kehamilan yang tidan dikehendaki,dan pendapat tentang aborsi bila masih sekolah.

Pada remaja perempuan keinginan menggunakan KB di masa mendatang dipengaruhi antara lain oleh keterpaparan remaja terhadap media massa yang meliputi (suratkabar/majalah, TV, dan

(13)

_____________________________________________________________________

Keinginan Remaja ber KB dan Jumlah anak yang diinginkandimasa mendatang ix radio), menghadiri pertemuan yang membicarakan tentang kesehatan reproduksi, mendapat pelajaran tentang sistem reproduksi pada waktu masih sekolah, pendapat tentang jarak antara dua kelahiran yang aman dan sehat, dan pendapat apabila terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki bila masih sekolah.

Berdasarkan hasil tersebut diatas terlihat bawa peran media massa (suratkabar/majalah, TV, radio) dan pengetahuan tentang KB dapat dimasukkan dalam pelajaran tentang kesehatan reproduksi pada waktu di sekolah, karena sangat diperlukan dalam rangka mensosialisasikan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Sehingga melalui ketiga media tersebut dan pelajaran KR di sekolah dapat dimasukkan tentang pemahaman cara ber KB yang benar dan bisa diperkenalkan kepada remaja, juga tentang jenis-jenis alat/cara KB yang ada dalam program. Disamping itu perlu juga dimasukkan program untuk menambah pengetahuan remaja mengenai cara mengatur jarak antara dua kelahiran yang baik dan sehat, sehingga dimasa mendatang para remaja dapat memperkirakan jumlah anak yang diinginkan.

(14)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja didefinisikan dalam berbagai cara. Pada dasarnya, semua definisi tersebut menandai masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. WHO mendefinisikan masa remaja sebagai masa dimana perubahan fisik, mental, dan sosial ekonomi terjadi yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku (WHO, 1975). Masa ini juga merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan, ketika keputusan-keputusan penting diambil dan persiapan dilakukan sehubungan dengan karir dan peranan dalam kehidupan (Raymundo dkk, 1999).

Umur digunakan untuk membedakan remaja menurut perkembangan fisik mereka, seperti awal masa remaja (umur (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (umur 15-19 tahun), dan dewasa muda (umur 20-24 tahun) (James Traore, 2001). Sementara itu WHO mendefinisikan masa remaja meliputi semua penduduk umur 10-19 tahun (WHO, 1975), Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) mendefinisikan kelompok ini hanya meliputi penduduk berumur 10-19 tahun dan belum menikah. Untuk tujuan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), banyak pihak yang menginginkan penduduk 10-19 tahun dicakup dalam survei ini, namun demikian, diputuskan untuk hanya mencakup perempuan dan laki-laki yang belum menikah umur 15-24 tahun. Keputusan ini agar jumlah responden mencukupi untuk melihat perilaku berisiko yang berhubungan dengan merokok, minum minuman beralkohol, pemakaian obat-obatan, dan hubungan seksual. Oleh karena itu, dalam survei ini, istilah ”anak remaja”, ”orang-orang muda” dan ”orang-orang dewasa muda” digunakan secara bergantian untuk mengacu pada perempuan dan laki-laki belum kawin umur 15-24 tahun. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini diterjemahkan sebagai remaja.

Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik yang negative maupun yang positif. Informasi yang paling cepat diterima dan banyak mempengaruhi remaja antara lain melalui Media Massa baik yang berupa majalah, suratkabar, tabloid, maupun media elektronik seperti radio, televisi, dan internet. Sebagaimana berbagai data yang terkumpul dari SKRRI 2007 tentang sumber informasi yang disukai kaum muda mengindikasikan bahwa penyampaian informasi kepada kaum muda harus bersifat entertainment.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu bagian dari program Kesehatan Reproduksi. Pengetahuan tentang alat/cara KB dikalangan remaja di Indonesia dalam Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) 2007 diperoleh dengan meminta responden menyebutkan alat/cara KB yang dapat dipakai oleh pasangan suami isteri agar dapat menunda atau menghindari kehamilan. Hampir semua responden remaja sudah pernah mendengar paling sedikitnya hanya satu alat/cara KB modern. Pengetahuan tentang KB pada remaja laki-laki dan perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan perempuan kawin umur 15-49 dan laki-laki kawin umur 15-45 yang diwawancarai pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2007. Adapun Alat/cara KB yang paling umum diketahui para remaja perempuan dan remaja laki-laki adalah suntikan, pil dan kondom.

Pelayanan Keluarga keluarga berencana meliputi dua aspek, yaitu aspek Komunikasi, Informasi Edukasi dan Konseling (KIE/K) serta aspek pelayanan alat kontrasepsi (Alkon). Hasil SKRRI 2007 kedua aspek pelayanan tersebut sama-sama diminati remaja yang belum menikah. Namun begitu penyediaan alat kontrasepsi untuk orang yang belum kawin bukanlah merupakan bagian dari program KB Nasional. Untuk mengetahui tentang keinginan menggunakan alat/cara KB dalam SKRRI 2007, kepada responden ditanyakan apakah mereka akan menggunakan alat/cara KB di masa mendatang. Melalui analisis lanjut ini ingin diketahui juga sejauh mana para remaja perempuan dan remaja laki-laki menginginkan penyediaan kontrasepsi bagi remaja yang belum menikah jika memerlukannya.

(15)

Pendapat yang berkaitan dengan penyediaan kontrasepsi bagi remaja yang belum menikah juga bervariasi baik berdasarkan pendidikan maupun daerah tempat tinggal. Perempuan lebih muda diperkotaan dan berpendidikan, lebih banyak mengatakan bahwa informasi tentang KB harus tersedia untuk remaja dibandingkan dengan kelompok perempuan lainnya. Namun mengenai penyediaan metode kontrasepsi tertentu, perempuan berpendidikan rendah cenderung lebih setuju atas penyediaan metode tertentu untuk remaja.

Pengetahuan tentang reproduksi manusia (sistem, fungsi, dan proses) dan cara untuk melindungi diri terhadap masalah seksual dan reproduksi seharusnya dimiliki oleh seorang remaja karena pengetahuan tersebut akan mengarahkan kepada sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Pengetahuan tentang masa subur sangat penting bagi perencanaan kehamilan dan kelahiran. Data SKRRI 2007 memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan tentang masa subur tersebut sangat rendah.

Pengetahuan tentang masa subur yang benar merupakan salah satu keberhasilan dari pantang berkala sebagai alat/cara KB. Pemahaman laki-laki dan perempuan tentang siklus haid dan hari-hari dimana seorang perempuan berkemungkinan lebih besar menjadi hamil dengan melakukan satu kali melakukan hubungan seksual sangat penting. Oleh karena itu pengetahuan dasar mekanisme reproduksi yang mencakup siklus kesuburan bulanan perempuan adalah penting, karena hal ini diduga akan berhubungan dengan jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang. Sehubungan dengan pendapat tentang berapa jumlah anak yang diinginkan antara remaja laki-laki dan perempuan dijumpai adanya perbedaan, maka dalam analisis lanjut ini akan dilihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hal tersebut yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi baik pada remaja laki-laki maupun perempuan.

Informasi tentang keinginan untuk memakai alat/cara KB dimasa yang akan datang menghasilkan beberapa perkiraan permintaan yang potensial untuk pelayanan alat/cara KB. Dalam SKRRI 2007, responden ditanya apakah mereka berniat untuk memakai suatu alat/cara KB dimasa mendatang. Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi remaja laki-laki maupun perempuan, tentang keinginan menggunakan alat/cara KB dimasa mendatang akan dilihat dalam hasil analisis lanjut ini.

Analisis lanjut data SKRRI 2007 ini dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang sejauh mana remaja di Indonesia membutuhkan pelayanan Informasi tentang KB, dan keinginan menggunaan KB dimasa mendatang.

B. TUJUAN Tujuan Umum :

Secara umum untuk mengetahui persepsi tentang keinginan menggunakan KB di masa mendatang, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki.

Tujuan Khusus :

Secara khusus bertujuan untuk mengetahui:

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan di masa mendatang, pada remaja laki-laki maupun perempuan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keinginan ber KB dimasa mendatang pada remaja laki-laki maupun perempuan.

C. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para penentu kebijakan dalam merencanakan program kesehatan reproduksi remaja umumnya dan program KB di masa mendatang khususnya bagi remaja.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Masa Pubertas dan pengetahuan Remaja

Masa pubertas adalah perubahan emosi yang muncul bersamaan dengan perubahan fisik. Remaja adalah kelompok usia yang secara seksual aktif (sexually active), terjadi peningkatan hasrat seksual, tetapi budaya dan agama belum memberi peluang untuk penyaluran. Akibat dari hal-hal yang bertentangan itu, emosi remaja menjadi labil; sewaktu-waktu periang, tapi bisa berbalik menjadi pemurung. Apabila labilitas emosi tidak terkontrol akan mendorong munculnya perilaku menyimpang.

Media merupakan instrumen penting untuk memperluas wacana keterbukaan. Suatu gaya hidup yang tadinya hanya berlangsung pada wilayah kecil saat ditampilkan media menjadi meluas ke wilayah lain. Melalui ragam media inilah wacana dan praktek keterbukaan seksualitas merambah dunia.

Menurut laporan Youth Adult Reproductive Health Survey (YHARS), sampai tahun 1985 anak muda usia 15-24 tahun di beberapa kota di Amerika Latin, usia rata-rata mereka berhubungan seksual pertama kali adalah 15 tahun untuk laki-laki dan 17 tahun untuk perempuan. Sementara menurut Demographic and Health Survey (DHS), di Bostwana, Ghana, Kenya, Liberia dan Togo, lebih dari separuh perempuan berusia 15-19 tahun yang sudah berpengalaman berhubungan seksual dilaporkan belum menikah pada saat survei dilakukan.

Di Indonesia satu dari lima perempuan dengan status menikah dan berusia antara 20-24 tahun, melahirkan anak pertama sebagai buah hubungan seksual sebelum menikah. Penelitian tahun 1989 di Bali menunjukkan remaja laki-laki di desa dan di kota, yang berhubungan seksual sebelum menikah masing-masing 33 persen dan 34 persen. Dari 2.947 kasus kehamilan selama dua tahun yang ditangani sebuah klinik besar di Denpasar, 50 persen adalah perempuan yang belum menikah dan sebagian besar berusia dibawah 25 tahun.

Remaja dan keterpaparan terhadap media.

Penggunaan media massa, seperti radio, televisi dan koran atau majalah sebagai media dalam menginformasikan berbagai program atau masalah kesehatan di Indonesia biasa digunakan. Terlebih-lebih saat ini stasiun televisi yang sangat banyak pilihannya yang dapat ditonton oleh masyarakat, begitu juga radio dan media cetak lainnya sudah tersebar dimana-mana bahkan sampai ke pelosok desa. Berbagai bentuk penyampaian pesan tentang kesehatan sering dilakukan oleh berbagai institusi dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan khususnya Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ternyata responden berumur 15-24 tahun dan belum menikah lebih banyak yang menyenangi menonton TV dibanding mengakses media massa lainnya seperti surat kabar/majalah atau radio (SKRRI, 2007). Disamping itu dari hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa remaja umur 15-24 tahun yang belum menikah yang mengakses tiga jenis media massa tersebut secara rutin paling tidak seminggu sekali menunjukkan hasil yang cukup kecil atau sangat sedikit. Program TV merupakan media massa yang paling banyak disenangi oleh remaja.

Percepatan kematangan seksual, problem seksualitas remaja khususnya di wilayah perkotaan juga karena adanya pemaparan atas bacaan atau tayangan visual yang menampilkan praktek seksualitas dalam berbagai bentuk. Dalam kasus remaja Indonesia, masalahnya bukan karena moralnya rendah dibanding dulu, tetapi lebih dikarenakan besarnya kesempatan serta gencarnya paparan media yang memacu nafsu seksual mereka ketimbang jaman sebelumnya.

(17)

Oleh karena itu masyarakat sudah selayaknya saat ini mulai menekan ragam media untuk menampilkan berbagai informasi dan berita rekreatif lain bagi para remaja yang mungkin bisa jadi rujukan alternatif untuk mengalihkan kegiatan rekreatif seksualitas. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui tayangan-tayangan alternatif agar remaja memiliki pilihan yang beragam untuk menyalurkan keadaan psikologis dan aktivitasnya tidak hanya ke hal-hal yang hedonistik.

Keterkaitan aborsi dan kontrasepsi.

Aborsi sebagian besar dilakukan karena kehamilan yang tidak atau belum diinginkan. Oleh karena itu untuk mencegah aborsi tersebut, hendaknya kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) harus dapat dicegah.

Masalah aborsi di Indonesia adalah kompleks, terkait dengan dimensi sosial perempuan, termasuk moral dan agama, serta ketidak pastian status aborsi dalam hukum di Indonesia. Kasus aborsi banyak dilakukan di dalam masyarakat, seringkali berbahaya karena umumnya dilakukan secara tidak aman. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang masih menganut tindakan aborsi merupakan tindakan ilegal. Aborsi yang tidak aman ini merupakan masalah besar dalam pelayanan kesehatan pada sebagian besar negara berkembang.

Bagi sebagian besar perempuan di negara yang status aborsinya masih ilegal sehingga perempuan yang terpaksa menjalaninya harus menerima layanan aborsi yang tidak aman dan unsafe. Oleh karena itu alat kontrasepsi menjadi pilihan untuk pengaturan fertilitas yang lebih baik. Faktor penentu dilakukannya aborsi adalah kurangnya pengetahuan mengenai masa subur dari perempuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budi Utomo dkk pada tahun 2001 di 10 kota besar dan 6 Kabupaten di Indonesia terhadap 1031 subyek yang melakukan aborsi secara sengaja ditemukan bahwa 33 persen berstatus belum menikah dan sebanyak 54 persen berumur 29 tahun kebawah. Jika dibandingkan antara kabupaten dan kota ternyata aborsi sengaja yang dilakukan oleh mereka yang belum menikah lebih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di kabupaten (60 persen) dibandingkan dengan mereka yang tinggal di kota sebanyak 30 persen.

Dalam hal ini perencana dan pelaksana program KB dan Kesehatan mempunyai peran pokok dalam program aksi penurunan angka aborsi. Salah satu peran pokok tersebut adalah memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja agar mereka benar-benar siap memasuki kehidupan berkeluarga.

Keluarga Berencana (KB) Pengetahuan remaja tentang KB

Survei Kesehatan Reeproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, menunjukkanbahwa remaja perempuan ada kecenderungan lebih mengetahui tentang suatu alat/cara KB dibandingkan remaja laki-laki (96 persen dibanding 93 persen). Metode KB yang paling banyak dikenal oleh remaja perempuan usia 15-24 tahun dan belum menikah adalah suntikan dan pil (masing-masing 92 persen), dan diikuti kondom 83 persen. Gambaran yang hampir sama dijumpai pada remaja laki-laki, dimana sebagian besar alat/cara KB yang diketahui adalah pil dan suntik (masing-masing 76 persen dan 67 persen). Remaja perempuan dan laki-laki berumur 20-24 tahun cenderung lebih mengetahui alat/cara KB dibandingkan yang berumur 15-19 tahun.

Secara keseluruhan, 82 persen remaja perempuan dan 78 persen remaja laki-laki mengatakan keinginan mereka untuk menggunakan alat/cara KB dimasa mendatang. Sebagian besar remaja perempuan dan laki-laki ingin menggunakan alat/cara KB modern, dan pilihan yang diminati remaja perempuan adalah pil dan suntik sedangkan yang diminati remaja laki-laki dimasa mendatang adalah kondom.

(18)

Pengetahuan tentang masa subur SKRRI 2007 mencatat bahwa 26 persen remaja perempuan umur 15-24 tahun yang belum menikah menyatakan mengetahui masa subur yang benar, dan 21 persen remaja laki-laki yang dapat memberikan jawaban yang benar tentang masa subur. Pengetahuan tentang masa subur sangat penting untuk diketahui, karena sangat diperlukan di masa mendatang dalam menentukan pemakaian ber KB dan penentuan keinginan mempunyai anak.

Remaja memerlukan akses kepada sumber-sumber informasi tentang seks, bahkan juga pelayanan kesehatan reproduksi (kespro). Namun mereka mengalami kesulitan dalam mengaksesnya karena secara sosial remaja belum dianggap dewasa padahal secara fisiologis mereka telah mengalami kematanganalat-alat reproduksi. Pendidikan seks sering dianggap merangsang remaja untuk melakukan perilaku seks sebelum saatnya, sementara pemberian kondom (dan kontrasepsi lainnya) kepada remaja yang sudah aktif secara seksual dianggap membenarkan hubungan seks pra nikah. Akibatnya remaja terisolasi dari informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi pada saat mereka sangat membutuhkannya, sehingga tidak mengherankan jika angka penyakit menular seksual dan kehamilan remaja makin meningkat di kalangan kelompok produktif.

Keputusan atas jumlah anak

Keputusan dalam menentukan jumlah anak yang diinginkan secara individu ternyata tidak populer dikalangan remaja perempuan dan laki-laki. Sebagai contoh hanya tiga persen remaja perempuan dan dua persen remaja laki-laki berpendapat bahwa seharusnya intri sendiri yang memutuskan untuk menentukan jumlah anakyang akan dimiliki. Dengan cara yang sama, hanya tiga persen remaja perempuan dan tujuh persen remaja laki-laki berpendapat bahwa suami sendiri yangmemutuskan terhadap jumlah anakyang akan dimiliki.

Ada sedikit perbedaan dalam pembuat keputusan atas jumlah anak antar kelompok umur. Sebagai contoh 91 persen remaja perempuan dengan kelompok umur 15-19 tahun berpendapat bahwa istri dan suami seharusnya memutuskan jumlahanak yang akan dimiliki, dibanding dengan 94 persen remaja perempuan pada kelompok umur 20-24 tahun. Ada perbedaan antara remaja perempuan dengan latar belakang tingkat pendidikan dan tempat tinggal. Remaja perempuan yang tinggal di perkotaan (93 persen) dan yang pendidikan SMTA atau lebih (94 persen) lebih banyak berpendapat bahwa sebaiknya yang menentukan jumlah anak adalah bersama-sama antar suami dan istri. Dengan hal yang sama di perdesaan 90 persen dan yang berpendidikan rendah (80 persen). (BPS, BKKBN, Depkes, dan Macro Internasional. 2007)

Pendidikan remaja laki-laki juga mempunyai hubungan positif dengan pembuatan keputusan tentang jumlah anak yang akan dimiliki oleh pasangan. Remaja laki-laki dengan pendidikan rendah lebih banyak berpendapat bahwa suami istri yang seharusnya bersama-sama menentukan jumlah anak yang akan dimiliki pasangan. Sementara 85 persen remaja laki-laki dengan pendidikan tidak/belum tamat SD atau kurang berpendapat bahwa suami istri yang membuat keputusan dalam menentukan jumlah anak, proporsinya sama dengan remaja laki-laki yang berpendidikan tamat SMTA atau lebih yaitu 91 persen. (BPS, BKKBN, Depkes, dan Macro Internasional. 2007)

(19)

Akses terhadap informasi KR :

Akses thd surat kabar/majalah Akses terhadap radio

Akses terhadap Televisi

Akses terhadap salah satu media Menghadiri pertemuan

Pel.Ttg cara mengatur kelahiran Pel. Tentang sistem Reproduksi

 Keinginan ber KB di masa mendatang

 jumlah anak yang ingin dimiliki di masa mendatang

Pendapat tentang KR :

Jarak antara dua kelahiran Pendapat jika KTD (Kehamilan yg tidak dikehendaki)

Pendapat ttg Aborsi apabila belum menikah

Pendapat tentang aborsi apabila masih sekolah

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian dan tinjauan pustaka dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut: Keinginan jumlah anak yang dimiliki, keinginan dalam pemakaian KB di masa mendatang dipengaruhi oleh variabel demografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, tempat tinggal dan sosial ekonomi) dan variabel lainnya (akses terhadap media, pelajaran tentang mengatur kelahiran, pelajaran tentang sistem reproduksi, menghadiri pertemuan, pendapat tentang jarak kelahiran yang sebaiknya, pendapat tentang kehamilan yang tidak dikehendaki). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Skema 1. Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik : Umur Pendidikan Tempat tinggal Sosial ekonomi 2. Definisi Operasional

Keinginan dalam pemakaian KB di masa mendatang :

Adalah pendapat remaja tentang keinginannya dalam penggunaan metoda KB di masa mendatang dalam pengaturan kehamilan.

Jumlah anak yang diinginan dimasa mendatang :

adalah pendapat remaja tentang jumlah anak yang diinginkan oleh remaja apabila dia berumah tangga.

Jenis kelamin :

Adalah jenis kelamin remaja.

BAB

III

(20)

Umur :

Adalah lama hidup responden saat dilakukan penelitian terhitung dari tanggal kelahiran sampai dengan ulang tahun terakhir.

Pendidikan :

Adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang diikuti responden.

Tempat tinggal :

Adalah tempat tinggal responden pada saat dilakukan wawancara, apakah di perdesaan atau di perkotaan.

Sosial ekonomi :

Adalah status sosial ekonomi responden berdasarkan pemilikan terhadap barang

Akses terhadap surat kabar atau majalah :

Adalah seberapa sering responden membaca surat kabar atau majalah sehari-harinya.

Akses terhadap radio :

Adalah seberapa sering responden mendengarkan radio sehari-harinya.

Akses terhadap televisi :

Adalah seberapa sering responden menonton Televisi sehari-harinya.

Akses terhadap ketiga media :

Adalah apakah responden membaca surat kabar atau majalah dan atau mendengarkan radio dan atau menonton televisi.

Pelajaran tentang mengatur kelahiran :

Adalah pelajaran tentang cara mengatur kelahiran yang pernah diterima oleh responden di sekolah.

Pelajaran tentang sistem Reproduksi :

Adalah pelajaran tentang sistem reproduksi yang diterima oleh responden ketika di sekolah.

Menghadiri pertemuan :

adalah menghadiri pertemuan masyarakat yang membahas kesehatan reproduksi seperti penggunaan kontrasepsi untuk menunda kehamilan, kesiapan menghadapi kelahiran bayi, dan pencegahan penyakit menular seksual.

Pendapat tentang jarak antara kelahiran :

Adalah pendapat responden tentang jarak kelahiran yang sebaiknya.

Pendapat tentang kehamilan yang tidak dikehendaki :

adalah pendapat responden tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang perempuan yang mengalami kehamilan, tapi ia tidak menginginkan kehamilan tersebut.

Pendapat tentang Aborsi apabila perempuan belum menikah :

Adalah pendapat responden tentang seorang perempuan berhak menggugurkan kandungannya apabila perempuan tersebut belum menikah.

Pendapat tentang Aborsi apabila perempuan masih sekolah :

Adalah pendapat responden tentang seorang perempuan berhak menggugurkan kandungannya apabila perempuan tersebut masih berstatus sekolah.

(21)

3. Variabel yang digunakan, sumber pertanyaan dan kategori (sudah)

Pada analisis lanjut ini dipilih beberapa pertanyaan survei menurut variabel yang diperlukan sesuai dengan kerangka konsep penelitian yang telah dikembangkan. Pada Tabel berikut terlihat variabel yang dibutuhkan dan pertanyaan yang ada dalam SKRRI 2007 beserta kategori variabel.

Tabel : Variabel yang digunakan dari SKRRI 2007 untuk analisis lanjut keinginan penggunaan KB dan jumlah anak yang diinginkan di masa mendatang dengan faktor demografi dan faktor lainnya.

VARIABEL PERTANYAAN SURVEI SKALA KATEGORI VARIABEL

Jumlah anak yang diinginkan

dimasa mendatang Seandainya (SEBUTAN) dapatmenentukan jumlah anak yang (SEBUTAN) inginkan selama hidup, berapakah jumlah anak tersebut ? (P 305) Ordinal 1 = 1-2 anak 2 = 3-4 anak 3 = >= 5 anak 4 = Lainnya 5 = Tidak menjawab Keinginan dalam pemakaian

KB di masa mendatang Apakah (SEBUTAN) akan memakaisuatu cara untuk menunda kehamilan, suatu ketika nanti ? (P 213)

Nominal 1 = Ya 2 = Tidak 3 = Tidak tahu Jenis kelamin Jenis kelamin responden ? (P 11) Nominal 1 = Laki-aki

2 = Perempuan Umur Berapa umur (SEBUTAN) pada ulang

tahun terakhir ? (P 103) Ordinal 1 = 15 – 19 tahun2 = 20 – 24 tahun Pendidikan Apakah jenjang sekolah tertinggi yang

(SEBUTAN) pernah/sedang diduduki ? (P 105)

Ordinal 1 = Tidak sekolah 2 = Tidak tamat SD 3 = Tamat SD 4 = Tidak tamat SLTP 5 = SLTP keatas Tempat tinggal Daerah tempat tinggal responden ?

(P 5) Nominal 1 = Perkotaan2 = Perdesaan Sosial ekonomi Merupakan penggabungan dari

beberapa variabel kepemilikkan dalam rumah tangga, yang telah digabungkan oleh BPS dengan membuat kuintil. (index) Ordinal 1 = Terbawah 2 = Menengah bawah 3 = Menengah 4 = Menengah atas 5 = Teratas Akses terhadap surat

kabar/majalah Apakah (SEBUTAN) biasanyamembaca surat kabar atau majalah ? (P412)

Ordinal 1 = Seminggu sekali 2 = < 1 kali seminggu 3 = Tidak sama sekali 4 = Tidak menjawab Akses terhadap radio Apakah (SEBUTAN) biasanya

mendengarkan radio ? (P414) Ordinal 1 = Seminggu sekali2 = < 1 kali seminggu 3 = Tidak sama sekali 4 = Tidak menjawab Akses terhadap Televisi Apakah (SEBUTAN) biasanya

menonton televisi ? (P416) Ordinal 1 = Seminggu sekali2 = < 1 kali seminggu 3 = Tidak sama sekali 4 = Tidak menjawab Akses terhadap media Apakah (SEBUTAN) biasanya akses

terhadap salah satu media diatas (surat kabar atau majalah, radio dan televisi) ? (P 412, P414, P416)

Ordinal 1 = Salah satu media masa 2 = Semua tiga media massa 3 = Tdk terpapar media massa Dapat pelajaran tentang cara

mengatur kelahiran Apakah (SEBUTAN) pernah diberipelajaran di sekolah tentang cara mengatur kelahiran ? (P404 B)

Nominal 1 = Ya 2 = Tidak 3 = Tidak tahu Dapat pelajaran tentang

sistem reproduksi Apakah (SEBUTAN) pernah diberipelajaran di sekolah tentang sistem reproduksi manusia ? (P404 A)

Nominal 1 = Ya 2 = Tidak 3 = Tidak tahu

(22)

Menghadiri pertemuan Apakah (SEBUTAN) pernah

menghadiri pertemuan masyarakat yang membahas kesehatan reproduksi, seperti penggunaan kontrasepsi untuk menunda kehamilan, kesiapan menghadapi kelahiran bayi, dan pencegahan penyakit menular seksual ? (P 406)

Nominal 1 = Ya 2 = Tidak

Jarak antara dua kelahiran Menurut (SEBUTAN) berapa sebaiknya jarak antara dua kelahiran ? (P 310)

Ordinal 1 = =< 24 bulan 2 = > 24 bulan 3 = Tidak tahu Pendapat tentang jika

kehamilan tidak diinginkan Jika seorang perempuan hamil, tapi iatidak menginginkan kandungannya , menurut (SEBUTAN) apa yang seharusnya ia lakukan ? (P 311)

Nominal 1 = Melahirkan dan memelihara bayinya

2 = Melahirkan dan memberikan bayinya kepada orang lain 3 = menggugurkan kandungan 4 = Terserah kepada perempuan

itu 8 = Tidak tahu Pendapat tentang

pengguguran kandungan bila perempuan belum menikah

Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan seorang perempuan mungkin mempertimbangkan untuk menggugurkan kandungannya. Apakah seseorang berhak

menggugurkan kandungannya karena perempuan tersebut belum menikah ? (P 312e)

Nominal 1 = setuju 2 = Tidak setuju 3 = Tidak tahu

Pendapat tentang aborsi bila

perempuan masih sekolah Ada beberapa pertimbangan yangmenyebabkan seorang perempuan mungkin mempertimbangkan untuk menggugurkan kandungannya. Apakah seseorang berhak

menggugurkan kandungannya karena perempuan tersebut belum menikah dan masih sekolah ? (P 312 e,g)

Nominal 1 = setuju 2 = Tidak setuju 3 = Tidak tahu

(23)

METODOLOGI

A. Desain penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan desain survei dan menggunakan pendekatan Cross Sectional (potong lintang) untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku remaja mengenai reproduksi manusia. Rancangan potong lintang merupakan suatu rancangan penelitian yang melakukan pengamatan dan pengukuran faktor-faktor resiko (variabel independen) dan outcome (variabel dependen) pada waktu yang sama.

B. Sumber data

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang berasal dari SKRRI 2007. SKRRI adalah merupakan sub sample dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Analisis lanjut ini menggunakan data SKKRI 2007 yang pelaksanaannya bersamaan dengan SDKI 2007.

C. Lokasi dan waktu penelitian.

SKRRI 2007 dilakukan di 33 provinsi di Indonesia yaitu : Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua..

D. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan remaja laki-laki umur 15-24 tahun dan belum menikah.

E. Sampel.

Sampel penelitian adalah remaja perempuan dan laki-laki yang belum menikah umur 15-24 tahun yang bertempat tinggal di blok sensus yang terpilih dalam SDKI 2007, dari setiap Blok Sensus dipilih sebanyak 25 Rumah Tangga dan diidentifikasi semua remaja perempuan dan remaja laki-laki yang belum menikah umur 15-24 tahun yang tinggal dalam RT terpilih.

Dari 1.694 BS (Blok Sensus), 676 di daerah perkotaan dan 1.018 di daerah perdesaan yang dipilih dari blok sensus Sakernas 2007. Jumlah blok sensus yang terpilih dalam setiap kabupaten/kota tidak dialokasikan secara proporsional terhadap jumlah penduduk. Dalam setiap blok sensus dilakukan pendaftaran bangunan dan rumah tangga secara lengkap (listing) dan pemetaan yang dilakukan pada bulanJuli 2007 dengan metode pengambilan sample dua tahap (second stage sampling).Rata-rata sebanyak 25 rumah tangga dipilih secara sistematik dari setiap blok sensus. Sampel SKRRI 2007 bertujuan untuk menyediakan perkiraan berapa karakteristik utama yang relevan dari remaja perempuan dan laki-laki umur 15-24 tahun dan belum menikah yang mencakup seluruh wilayah nasional, 33 provinsi dan daerah perkotaan dan perdesaan.

Hasil kunjungan dari SKRRI 2007, sebanyak 42.341 rumah tangga terpilih sebagai sample, dimana 41.131 berhasil ditemui. Dari seluruh rumah tangga yang ditemukan dalam survei, 40.701 dapat diwawancarai dengan sukses, menghasilkan tingkat respon 99 persen.

(24)

Dari wawancara rumah tangga 9.398 responden perempuan dan 12.541 responden laki-laki telah diidentifikasi untuk wawancara individu. Dari seluruh responden tersebut, wawancara berhasil dilaksanakan pada 8.481 perempuan dan 10.830 laki-laki.

F. Analisis Data.

Analisis lanjut ini merupakan analisis untuk mengetahui bagaimana hubungan antara karakteristik reponden, akses terhadap informasi dan pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi dengan keinginan remaja dalam pemakaian KB dan jumlah anak yang diinginkan oleh remaja dimasa mendatang, dalam analisis ini dibedakan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan.

Data tersebut dianalisis secara univariate untuk mengetahui adanya perbedaan proporsi antara remaja laki-laki dan perempuan terhadap variabel-variabel yang dianalisis, uji statistik yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan menggunakan uji Chi-square untuk melihat adanya perbedaan proporsi, sedangkan uji T untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata (mean).

Analisis bivariate untuk melihat adanya hubungan antara variable dependen dan independen. Untuk variable dependen yang bersifat kontinue akan dilakukan uji beda mean dari setiap variable independent. Jika kategori variable independent bersifat kontinue maka uji yang digunakan adalah Uji t sedangkan jika kategorinya lebih dari dua maka akan digunakan Uji Anova. Sedangkan untuk melihat hubungan antara variable dependen yang bersifat kategori maka uji yang digunakan adalah Uji Chi Square.

Selanjutnya digunakan analisis multivariate untuk mengetahui faktor-faktor mana yang berhubungan dengan variable dependen yang akan diuji. Untuk variable dependen yang numerik akan menggunakan analisa regresi linier sedangkan untuk variable dependen yang kategori akan menggunakan regresi logistik. Seluruh variable independent akan dimasukkan dalam model untuk selanjutnya dilihat variable-variabel yang berhubungan dengan variable dependen.

(25)

HASIL ANALISIS

5.1. Analisis deskriptif

Analisis yang dilakukan adalah dengan melihat variabel tentang keinginan dalam pemakaian KB dan jumlah anak yang diinginkan oleh remaja di masa mendatang, dan hubungannya dengan masing-masing variabel independen yang dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu: karakteristik, akses terhadap media dan pendapat tentang Kesehatan Reproduksi. Di samping itu dalam analisis akan dibedakan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut.

Pada tabel 5.1 menunjukkan gambaran seluruh variabel yang akan digunakan dalam analisis ini menurut remaja laki-laki dan remaja perempuan. Keinginan untuk menggunakan KB dimasa mendatang dalam analisis ini ditanyakan kepada remaja laki-laki dan perempuan. Dari jumlah sampel yang ada ternyata sebanyak 574 dinyatakan missing (tidak diisi) sehingga jumlah sampel sedikit berkurang bila dibandingkan dengan yang tercantum dalam SKRRI 2007.

Setelah diseleksi dari data yang ada terlihat bahwa keinginan menggunakan KB di masa mendatang antara remaja laki-laki dan remaja perempuan, menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (p < 0,001). Remaja perempuan menunjukkan secara rata-rata persentasenya lebih tinggi menginginkan menggunakan KB di masa mendatang dibandingkan remaja laki-laki (74 persen dibanding 38persen). Hasil analisis SKRRI 2007 secara keseluruhan menunjukkan bahwa 82 persen remaja perempuan menyatakan ingin menggunakan KB dimasa mendatang, sedangkan remaja laki-laki sebesar 79 persen. Apabila dilihat hasil tersebut secara persentase remaja perempuan tetap menunjukkan kecenderungan lebih banyak yang menginginkan menggunakan KB dimasa mendatang dibandingkan dengan remaja laki-laki. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa ada kecenderungan pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi pada remaja perempuan relatif lebih tinggi dibanding remaja laki-laki.

Selanjutnya apabila dilihat dari jumlah anak yang ingin dimiliki dimasa mendatang, dari seluruh samopel sebanyak 15 responden dinyatakan missing (tidak menjawab). Hasil analisis menunjukkan bahwa, rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh remaja laki-laki sedikit lebih tinggi (2,66 anak) dibanding dengan rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh remaja perempuan (2,49 anak). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,01). Angka tersebut hampir sama dengan hasil analisis SKRRI 2002-2003 mengenai jumlah anak yang diinginkan bagi remaja laki-laki maupun perempuan (2,73anak dibanding 2,55 anak). Sehingga ada sedikit penurunan mengenai jumlah anak yang diinginkan oleh remaja baik laki-laki maupun perempuan.

Faktor demografi yang dilihat dalam analisis ini meliputi umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan tingkat kesejahteraan sosial. Apabila dilihat umur rata-rata responden remaja laki-laki dan remaja perempuan tidak berbeda banyak yaitu (18,83 tahun dan 18,24 tahun). Persentase remaja perempuan yang berpendidikan SLTA atau lebih sedikit lebih banyak dibanding remaja laki-laki (36 persen dibanding 30 persen) dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna. Remaja perempuan di perkotaan persentasenya lebih tinggi dibanding remaja laki-laki (56 persen dibanding 48 persen). Selanjutnya persentase remaja perempuan yang mempunyai tingkat kesejahteraan sosial menengah atas dan teratas lebih banyak dibandingkan remaja laki-laki (52 persen dibanding 43 persen). Keempat variabel demografi tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik (P<0,01). Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil analisis lanjut SKRRI 2002-2003.

Selanjutnya karakteristik responden juga ditinjau dari akses terhadap media baik untuk remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Persentase remaja perempuan yang akses terhadap surat kabar/majalah minimum sekali seminggu dan sering menunjukkan angka yang hampir sama dengan remaja laki-laki, hanya pada remaja laki-laki sedikit lebih rendan (24 persen dibanding 23 persen)

(26)

tetapi secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Persentase remaja perempuan yang akses terhadap radio minimum seminggu sekali dan sering lebih rendah dibanding remaja laki-laki (43persen dibanding 45 persen). Selanjutnya akses remaja terhadap televisi minimum seminggu sekali dan sering, menunjukkan perbedaan yang bermakna antara remaja laki-laki dan perempuan. Persentase rata-rata pada remaja laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan remaja perempuan yaitu (76 persen dan 79 persen). Dari analisis terhadap akses pada TV ternyata sebanyak 10 responden dinyatakan missing/tidak diisi, sehingga jumlah sampel berkurang.

Selanjutnya dilakukan penggabungan terhadap ketiga variabel yaitu: akses terhadap surat kabar/majalah, radio, dan televisi. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase remaja laki-laki dan perempuan yang akses terhadap ketiga media tersebut secara statistik menunjukkan perbedan yang tidak bermakna, dan angka persentasenya antara remaja laki-laki dan perempuan adalah (14 persen dan 13 persen). Selain media radio, surat kabar/majalah, dan televisi, ditanyakan juga tentang menghadiri pertemuan masyarakat yang membahas tentang KR, pelajaran tentang mengatur kelahiran, dan pelajaran yang diperoleh di sekolah tentang kesehatan reproduksi. Hasil analisis pada variabel menghadiri pertemuan masyarakat yang membahas tentang KR, menunjukkan bahwa sebanyak empat responden dinyatakan missing sehingga data yang dianalisis berkurang. Persentase remaja yang menghadiri pertemuan masyarakat yang membicarakan tentang Kesehatan Reproduksi (KR) secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,01), antara remaja perempuan dan laki-laki (11 persen dan tujuh persen).

Pelajaran tentang pengaturan kelahiran dan tentang sistem reproduksi, merupakan bagian dari pelajaran tentang kesehatan reproduksi yang diterima para remaja sejak dibangku sekolah. Hasil analisis lanjut menunjukkan bahwa persentase remaja perempuan yang mendapat pelajaran tentang pengaturan kelahiran, lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki (30 persen dibanding 23 persen). Demikian juga tentang pelajaran mengenai sistem reproduksi, dimana persentase pada remaja perempuan yang menyatakan pernah mendapat pelajaran tentang sistem reproduksi sebanyak 80 persen, sedangkan remaja laki-laki 69 persen. Secara statistik variabel tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna antara remaja laki-laki dan perempuan (p < 0,01).

Beberapa pendapat tentang Kesehatan Reproduksi yang ditanyakan meliputi jarak antara dua kelahiran >24 bulan, pendapat apabila terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan apa yang dilakukan, serta pendapat mengenai aborsi apabila remaja tersebut masih sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase remaja perempuan yang mempunyai pendapat tentang sebaiknya jarak antara dua kelahiran > 24 bulan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki (90 persen dibanding 85 persen) dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,05). Persentase remaja laki-laki dan perempuan yang berpendapat bahwa seandainya terjadi kehamilan yang tidak diinginkan maka tetap dilahirkan dan dipelihara bayinya, secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (65 persen pada remaja laki-laki dan 64 persen pada remaja perempuan). Umumnya remaja laki-laki maupun perempuan tidak setuju dengan tindakan aborsi apabila perempuan belum menikah dan masih sekolah, persentasenya menunjukkan angka 73 persen pada remaja laki-laki dan 77 persen pada remaja perempuan.

(27)

Tabel 5.1 Presentase remaja laki laki dan perempuan menurut karakteristik, akses terhadap media, dan pendapat tentang kesehatan reproduksi SKRRI 2007

Karakteristik

LakiLaki Perempuan

(n=10830

) (n=8481)

Rata rata jumlah anak yang di inginkan 2,66 2,49

% Remaja yang menginginkan menggunakan KB di masa mendatang11)** 38 74

Karakteristik Responden

Rata rata Umur Subjek (dalam tahun)** 18,83 18,24

% Remaja Bependidikan tinggi (SLTA+)5)** 30 36

% Remaja yang bertempat tinggal di perkotaan** 48 56

% Remaja yang tingkat kesejahteraan sosial menengah atas dan teratas** 43 52

Akses terhadap Media

% Remaja tank akses terhadap surat kabar/majalah (min sekali dalam seminggu dan

sering) 2) 23 24

% Remaja tank akses terhadap radio (min sekali dalam seminggu dan sering) 1)* 45 43

% Remaja tank akses terhadap televisi (min sekali dalam seminggu dan sering)4)* 78 79

% Remaja tank akses terhadap surat kabat,radio TV (min sekali dalam seminggu dan

sering) 1) 14 13

% Remaja yang menghadir pertemuan masyarakat membicarakan KR2)** 7 11

% Remaja yang dapat pelajaran tentang mengatur kelahiran10)** 23 30

% Remaja yang dapat pelajaran tentang sistem reproduksi9)** 69 80

Pendapat tentang kesehatan Reproduksi

% Remaja yang berpendapat jika kehamilan sebaiknya jarak antara dua kelahiran > 24

bulan** 85 90

% remaja yang berpendapat jika kehamilan tidak di inginkan maka sebaiknya tetap dilahirkan dan di pelihara bayinya8) **

65 64

% Remaja yang tidak setuju dengan tindakan aborsi apabila perempuan belum menikah

dan masih sekolah7) ** 73 77

Catatan :

* terdapat perbedaan yang bermakna antara remaja laki-laki dan perempuan pada p < 0,05 ** terdapat perbedaan yang bermakna antara remaja laki-laki dan perempuan pada p < 0,01 1) sebanyak 3 responden missing 7) sebanyak 17 responden missing

2) sebanyak 4 responden missing 8) sebanyak 18 responden missing 3) sebanyak 8 responden missing 9) sebanyak 153 responden missing 4) sebanyak 10 responden missing 10) sebanyak 154 responden missing 5) sebanyak 11 responden missing 11) sebanyak 574 responden missing 6) sebanyak 15 responden missing

Pada tabel 5.1 tampak bahwa keinginan remaja perempuan untuk menggunakan KB di masa mendatang lebih tinggi persentasenya jika dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pendidikan remaja perempuan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki sehingga tampak bahwa remaja perempuan lebih banyak yang mendapat pelajaran tentang sistem reproduksi ketika masih di sekolah. Di samping itu juga terlihat bahwa informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja yang diperoleh disekolah, kehadiran remaja dalam pertemuan masyarakat yang membahas tentang KR, persentasenya pada remaja perempuan secara umum lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki.

(28)

5.2. Pendapat Remaja tentang jumlah anak yang diinginkan.

Kepada responden remaja ditanyakan tentang jumlah anak diinginkan jika mereka menikah nanti. Pada analisis tentang pendapat jumlah anak yang diinginkan hanya pada responden remaja yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Dari 1.0830 remaja laki-laki dan 8.481 remaja perempuan sebanyak 15 responden (0,7 persen) remaja tidak memberikan jawaban. Sehingga dalam analisis jumlah responden berkurang. Secara umum terlihat bahwa remaja laki-laki mempunyai keinginan jumlah anak yang lebih banyak daripada remaja perempuan. Pada remaja laki-laki rata-rata menginginkan 2,7 anak sementara pada remaja perempuan rata-rata anak yang diinginkan adalah 2,5. Dalam analisis ini akan dilihat hubungan antara rata-rata jumlah anak yang diinginkan dengan variabel independen yang ada, yaitu karakteristik latar belakang agama, akses remaja terhadap media dan pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi.

5.2.1. Keinginan jumlah anak dan karakteristik latar belakang

Berikut adalah hasil analisis menurut karakteristik remaja laki-laki dan perempuan hubungannya dengan jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang. Karakteristik yang dilihat meliputi umur remaja, pendidikan, tempat tinggal, dan tingkat kesejateraan sosial.

Dari responden yang menjawab tentang jumlah anak yang dinginkan pada remaja laki-laki sebanyak 10.341 responden dan 8.145 responden remaja perempuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa remaja laki-laki pada kelompok umur 15-19 tahun berpendapat rata-rata jumlah anak yang diinginkan 2,6 anak sedangkan pada kelompok umur 20-24 tahun rata-rata jumlah anak yang diinginkan sedikit lebih tinggi yaitu 2,7 anak. Meskipun perbedaan antara kelompok umur tidak begitu besar namun secara statistik bermakna (p = 0,013).

Apabila dilihat berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan remaja laki-laki semakin sedikit jumlah anak yang diinginkan, dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000). Pada remaja laki-laki yang tidak tamat SD dan yang tidak sekolah rata-rata menginginkan jumlah anak 2,9 anak dibandingkan dengan remaja laki-laki dengan pendidikan SMTA atau lebih rata-rata jumlah anak yang diinginkan 2,7 anak.

Analisis menurut tempat tinggal terlihat bahwa remaja laki-laki yang bertempat tinggal di perkotaan rata-rata menginginkan jumlah anak lebih sedikit dibandingkan di perdesaan (2,62 anak dibanding 2,71 anak) dan secara statistik bermakna (p = 0,000).

Jika dilihat pada remaja laki-laki menurut tingkat kesejahteraan sosial ternyata rata-rata dengan tingkat kesejahteraan sosial terbawah, jumlah anak yang dinginkan justru menunjukkan angka yang paling tinggi (2,9 anak) dibanding 2,59 anak yang diinginkan di masa mendatang pada remaja laki-laki dengan status tingkat kesejahteraan sosial palin atas, secara statistik bermakna (p=0,000). (Tabel 5.2)

(29)

Tabel 5.2. Jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang menurut latar belakang

Rata-rata Jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang oleh remaja laki-laki dan perempuan menurut latar belakang, SKRRI 2007

Keinginan jumlah anak yang dimiliki

mean SD SE 95 % CI N P Value

Karakteristik latar belakang

Laki laki Kelompok Umur

15 – 19 Tahun 2,65 1,07 0,014 6280 0,013

20 – 24 Tahun 2,70 1,10 0,017 4061

Pendidikan

Tidak tamat SD & Tidak Sekolah 2,85 1,388 0,050 2,71—2,91 770 0,000

Tamat SD 2,71 1,225 0,034 2,65 – 2,78 1333

Tidak Tamat SMTA 2,64 1,025 0,014 2,60 – 2,66 5132

SMTA+ 2,66 1,024 0,018 2,62 – 2,70 3095

Tempat tinggal

Perkotaan 2,62 0,99 0,014 5047 0,000

Pedesaan 2,71 1,17 0,016 5294

Tingkat kesejahteraan sosial

Terbawah 2,92 1,40 0,035 2,86 – 2,99 1603 0,000 Menengah Bawah 2,66 1.04 0,023 2,62 – 2,70 2135 Menengah 2,59 1,04 0,022 2,55 – 2,64 2150 Menengah Atas 2,64 1,02 0,022 2,59 – 2,68 2189 Teratas 2,59 0,93 0,020 2,55 – 2,63 2265 Total 2,67 1,08 0,011 2,65 – 2,69 10341 Perempuan Kelompok Umur 15 – 19 Tahun 2,46 0,87 0,012 5658 0,000 20 – 24 Tahun 2,57 0,95 0,019 2487 Pendidikan

Tidak tamat SD & Tidak Sekolah 2,68 1,228 0,065 2,55—2,81 356 0,000

Tamat SD 2,76 1,153 0,040 2,68 – 2,84 851

Tidak Tamat SMTA 2,43 0,826 0,013 2,41 – 2,46 3938

SMTA+ 2,48 0,845 0,015 2,45 – 2,51 3000

Tempat tinggal

Perkotaan 2,45 0.83 0,012 4567 0,000

Pedesaan 2,55 0,98 0,016 3579

Tingkat kesejahteraan sosial

Terbawah 2,69 1,06 0,032 2,62 – 2,75 1094 0,000 Menengah Bawah 2,57 1,04 0,030 2,51 – 2,63 1160 Menengah 2,54 0,96 0,024 2,49 – 2,59 1622 Menengah Atas 2,40 0,74 0,017 2,37 – 2,43 1870 Teratas 2,43 0,80 0,016 2,39 – 2,45 2399 Total 2,50 0,90 0,010 2,48 – 2,52 8145

Hanya remaja yang menjawab tentang keinginan jumlah anak (remaja laki laki = 10.341 dan remaja perempuan = 8.145) *) Uji T

(30)

Selanjutnya remaja perempuan yang menjawab tentang jumlah anak yang diinginkan sebanyak 8.145 responden. Pada remaja perempuan jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang menurut karakteristik, menunjukkan bahwa pada kelompok umur 15-19 tahun rata-rata jumlah anak yang diinginkan lebih rendah yaitu 2,46 anak sedangkan pada remaja umur 20-24 tahun rata-rata jumlah anak yang diinginkan 2,57 anak, adapun berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,000).

Apabila dilihat berdasarkan pendidikan pada remaja perempuan ada kecenderungan jumlah anak yang diinginkan pada remaja perempuan dngan pendidikan lebih rendah tetapi jumlah anak yang diinginkan lebih tinggi. Sebagai contoh remaja perempuan dengan tingkat pendidikan tamat SD menginginkan jumaj anak dimasa mendatang 2,76 anak, dan pada remaja perempuan yang berpendidikan SMTA atau lebih cenderung menginginkan jumlah anak lebih sedikit (2,48 anak). Rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh remaja perempuan jika dilihat menurut pendidikan remaja ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05).

Berdasarkan tempat tinggal remaja perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal jumlah anak yang diinginkan, remaja yang tinggal di perkotaan rata-rata berkeinginan memiliki jumlah anak dimasa mendatang adalah 2,45 anak sedangkan remaja perempuan yang tinggal di perdesaan menyatakan bahwa rata-rata jumlah anak yang diinginkan adalah 2,55 anak. Secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Tingkat kesejahteraan remaja diduga berpengaruh pada jumlah anak yang diinginkan remaja dimasa mendatang. Berdasarkan hasil analisis secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000). Jumlah anak yang akan dimiliki oleh remaja perempuan dengan tingkat kesejahteraan sosial menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat kesejahteraan remaja semakin sedikit jumlah anak yang diinginkan oleh remaja dimasa mendatang. Sebagai contoh remaja perempuan dengan tingkat kesejahteraan terbawah rata-rata jumlah anak yang diinginkan 2,69 sedangkan remaja perempuan dengan tingkat kesejahteraan teratas rata-rata menginginkan anak dimasa mendatang 2,43 anak.

Gambaran remaja laki-laki maupun perempuan mengenai jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang menurut umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan tingkat kesejahteraan sosial, ada kecenderungan yang hampir sama. Tetapi secara rata-rata jumlah anak yang ingin dimiliki dimasa mendatang pada remaja laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding dengan remaja perempuan. (Tabel 5.2)

5.2.2. Keinginan jumlah anak dan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja sangat penting sebelum remaja menikah. Remaja perlu mengetahui tentang kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu baik remaja laki-laki maupun perempuan harus tahu dan mengerti tentang berbagai aspek kesehatan reproduksi. Dalam analisis ini dilihat hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi yang meliputi jarak antara dua kelahiran, pendapat tentang Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), pendapat tentang aborsi bila belum menikah, dan pendapat tentang aborsi bila remaja masih sekolah, dengan jumlah anak yang diinginkan di masa mendatang.

(31)

Tabel 5.3

Jumlah anak yang ingin dimililki dimasa mendatang menurut pendapat tentang kesehatan reproduksi

Rata-rata jumlah anak yang diingikan remaja laki-laki dan perempuan dimasa mendatang menurut pendapat tentang kesehatan reproduksi

,

SKRRI 2007

Keinginan jumlah anak yang dimiliki

mean SD SE 95 % CI N P

Value Karakteristik latar belakang

Laki laki Jarak antar dua kelahiran

≥ 24 Bulan 2,65 1,04 0,011 2,63 – 2,67 8907 0,001

< 24 Bulan 2,83 1,34 0,043 2,74 – 2,91 977

Tidak Tahu 2,56 1,32 0,062 2,43 – 267 456

Pendapat Jika kehamilan tidak di hendaki

Melahirkan & memlihara bayinya 2,68 1,09 0,013 2,65 – 2,70 6702 0,000

Melahirkan & memberikan bayinya kepada orang lain 2,69 1,06 0,024 2,64 – 2,73 1885

Menggugurkan kandungan 2,81 1,24 0,060 2,69 – 2,93 426

Terserah pada waktu itu 2,58 1,04 0,051 2,48 –2,68 410

Tidak tahu 2,52 1,01 0,033 2,45 – 2,59 909

Pendapat tentang aborsi bila belum menikah

Setuju 2,67 1,16 0,035 2,60 –2,74 1095 0,208

Tidak Setuju 2,67 1,07 0,012 2,65 – 2,70 8383

Tidak tahu 2,60 1,08 0,037 2,53 – 2,68 857

Pendapat tentang aborsi bila masih Sekolah

Setuju 2,66 1,03 0,027 2,61 – 2,72 1416 0,018

Tidak Setuju 2,68 1,10 0,012 2,65 – 2,70 8037

Tidak tahu 2,57 1,02 0,034 2,50 – 2,64 882

Total 2,67 1,08 0,011 2,65 – 2,69 10335

Perempuan Jarak antar dua kelahiran

≥ 24 Bulan 2,50 0,87 0,010 2,25 – 2,51 7454 0,001

< 24 Bulan 2,60 1,18 0,057 2,49 – 2,72 417

Tidak Tahu 2,35 1,05 0,063 2,22 – 2,47 275

Pendapat Jika kehamilan tidak di hendaki

Melahirkan & memlihara bayinya 2,51 0,90 0,012 2,49 –2,54 5238 1,777

Melahirkan & memberikan bayinya kepada orang lain 2,46 0,85 0,018 2,42 – 2,49 2188

Menggugurkan kandungan 2,49 1,08 0,052 2,39 – 2,59 434

Terserah pada waktu itu 2,46 0,92 0,075 2,32 – 2,61 154

Tidak tahu 2,48 0,99 0,088 2,31 – 2,66 127

Pendapat tentang aborsi bila belum menikah

Setuju 2,53 1,01 0,035 2,46 –2,60 824 0,342

Tidak Setuju 2,49 0,88 0,010 2,47 – 2,51 7020

Tidak tahu 2,54 1,04 0,061 2,42 – 2,66 295

Pendapat tentang aborsi bila masih Sekolah

Setuju 2,47 0,91 0,026 2,42 – 2,52 1254 0,030

Tidak Setuju 2,50 0,88 0,011 2,47 – 2,52 6573

Tidak tahu 2,62 1,16 0,066 2,49 – 2,75 312

Total 2,50 0,90 0,010 2,48 – 2,51 8139

Hanya remaja yang menjawab tentang keinginan jumlah anak (remaja laki laki = 10341 dan remaja perempuan = 8145) Sebanyak 6 responden remaja laki-laki missing.

Gambar

Tabel : Variabel yang digunakan dari SKRRI 2007 untuk analisis lanjut keinginan penggunaan KB dan                    jumlah anak yang diinginkan di masa mendatang dengan faktor demografi dan faktor lainnya.
Tabel  5.1 Presentase remaja laki laki dan perempuan menurut karakteristik, akses terhadap media, dan pendapat tentang kesehatan reproduksi SKRRI 2007
Tabel 5.2. Jumlah anak yang diinginkan dimasa mendatang  menurut  latar belakang
Tabel 5.3 Jumlah anak yang ingin dimililki dimasa mendatang menurut pendapat tentang kesehatan reproduksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 menjelaskan bahwa izin usaha untuk pelaku UMKM cukup dengan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dari Kecamatan.Berdasarkan hasil wawancara

Wilayah yang termasuk dalam KSN Mamminasata meliputi Kecamatan Maros Baru, Turikale, Marusu, Mandai,.. Moncongloe, Bontoa, Lau, Tanralili, Tompobulu, Bantimurung, Simbang, dan

Silabus Seleksi Olimpiade Sains Nasional Bidang Informatika/Komputer halaman 4 Di tingkat propinsi pada dasarnya sama dengan di tingkat kabupaten/kota kecuali komposisi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf