• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA NAGALINGGA KECAMATAN MEREK KABUPATEN TAPANULI UTARA BALAI PENELITIAN TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA NAGALINGGA KECAMATAN MEREK KABUPATEN TAPANULI UTARA BALAI PENELITIAN TANAH"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH

DESA NAGALINGGA KECAMATAN MEREK

KABUPATEN TAPANULI UTARA

BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

(2)

Penyusun : Ai Dariah

Enggis Tuherkih

Achmad Rachman

Penyunting : Djoko Santoso

Farida Manalu

Design Cover : Sukmara

Setting/Layout : Rahmah D. Yustika

Didi Supardi

Penerbit : Balai Penelitian Tanah

Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608, 322933, E-mail: soil-ri@indo.net.id

ISBN 978-979-9474-83-4

Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor http://balittanah.litbang.deptan.go.id

(3)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani.

Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air.

Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.

Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.

Bogor, November 2007 Kepala Balai, Dr. Achmad Rachman

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. KEADAAN FISIK DAERAH ... 3

2.1. Lokasi dan Perhubungan ... 3

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ... 3

2.3. Iklim dan Hidrologi ... 4

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI ... 6

3.1. Kopi ... 7

3.2. Tomat ... 8

3.3. Cabai ... 9

3.4. Kentang ... 11

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ... 13

4.1. Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian ... 13

4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah Untuk Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. ... 14

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara ... 4 Tabel 2. Rekomendasi takaran pupuk anjuran untuk

tanaman kopi *) ... 7 Tabel 3. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman tomat *) . 9 Tabel 4. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman cabai *) ... 10 Tabel 5. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kentang *) 11 Tabel 6. Arahan pengembangan komoditas pertanian di

Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara ... 13 Tabel 7. Teknik konservasi existing (berdasarkan sampling

pada beberapa SPT) dan rekomendasi teknik konservasi di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek,

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kopi dengan pemupukan sesuai anjuran ... 8

Gambar 2. Tomat dengan pemupukan sesuai anjuran ... 9

Gambar 3. Cabai dengan pemupukan sesuai anjuran ... 10

Gambar 4. Kentang dengan pemupukan sesuai anjuran ... 12

Gambar 5. Contoh bedengan tanaman yang ditanam searah kontur ... 16

Gambar 6. Sistem penanaman tanaman tahunan searah garis kontur ... 17

Gambar 7. Alat waterpas selang plastik ... 21

Gambar 8. Pengukuran kontur dengan waterpas selang plastik ... 22

Gambar 9. Penentuan garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol ... 23

Gambar 10. Rorak (Foto: Departemen Pertanian, 2006) ... 25

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Cara penentuan garis kontur ... 21

(7)

I. PENDAHULUAN

Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.

Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan

(8)

lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-masing lokasi.

(9)

II. KEADAAN FISIK DAERAH

2.1. Lokasi dan Perhubungan

Desa Nagalingga terletak pada posisi geografis 98o27’20” -

98o29’50” BT dan 02o54’40’’-02o55’35” LU, termasuk ke dalam

wilayah Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini terletak di dataran tinggi, dengan ketinggian tempat > 1.200 m di atas permukaan laut (dpl). Luas wilayah desa sekitar 238 ha, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

- sebelah utara berbatasan dengan Desa Hutan Sibuatan - sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pengambatan - sebelah barat berbatasan dengan Desa Pengambatan - sebelah timur berbatasan dengan Desa Pancurbatu

Desa Nagalinga terletak sekitar 100 km dari kota Medan, pada jalur jalan Medan-Brastagi-Kabanjahe-Sidikalang (Dairi), dan ke Pakpak Barat. Desa ini dapat dicapai dari Medan sekitar 2,0-2,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi (roda empat). Bila menggunakan kendaraan umum, waktu tempuh jarak tersebut dapat dicapai lebih lama lagi, yaitu sekitar 3-4 jam perjalanan.

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian

Berdasarkan hasil studi participatory rural appraisal (PRA) yang dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara, penggunaan lahan di Desa Nagalingga didominasi oleh pertanian lahan kering, dengan jenis tanaman utama sayur-sayuran (tomat, kentang, kubis, cabai), dan tanaman tahunan (kopi, pinus, jeruk), dan pemukiman (Tabel 1).

(10)

Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

No

SP Simbol Penggunaan lahan Jenis-jenis tanaman Luas

ha % 1 2 3 4 sy kk kc p Sayuran Kebun kopi Kebun campuran Pemukiman

Tomat, kentang, kubis, cabai, kopi

Kopi, cabai

Kopi, jeruk, terong belanda - 56 56 122 4 23,5 23,5 1,3 1,7 Jumlah 238 100,0

Pada tipe penggunaan lahan sayuran, jenis-jenis tanaman yang dominan adalah tomat, kentang, cabai, dan kubis, serta tanaman kopi yang dijumpai dalam luasan sempit. Demikian juga, tipe penggunaan lahan kebun kopi, selain tanaman kopi yang dominan, juga dijumpai tanaman sayuran dengan luasan sempit. Pada penggunaan lahan kebun campuran, proporsi antara tanaman pohon-pohonan dan tanaman sayuran (tomat, kentang, cabai, kubis, dan ubi jalar) seimbang. Sedangkan pemukiman penduduk umumnya dijumpai di pinggir jalan besar Kabanjahe-Sidikalang, dan Pakpak Barat.

2.3. Iklim dan Hidrologi

Desa Nagalingga dan daerah sekitarnya mempunyai curah hujan sekitar 2.484 mm tahun-1 di daerah ini dengan rata-rata curah

hujan bulanan 201 mm. Suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 18,4 dan 20,0oC. Berdasarkan data tersebut, menurut

Schmidt dan Ferguson, daerah ini termasuk tipe hujan B.

Pola drainase di daerah ini adalah dendritik, dan di bagian barat terdapat sungai yang cukup besar yang merupakan batas desa.

(11)

Sungai ini mempunyai tebing yang curam, dan dalam, serta berair cukup deras, mengalir dari bagain barat laut ke bagian selatan desa, selanjutnya berbelok ke arah timur. Sungai tersebut berasal dari perbukitan dan pegunungan Dg. Sipuaten dan Dg. Siosat di bagian barat laut Kecamatan Merek, yang merupakan sumber air pengairan lahan pertanian, khususnya lahan sayuran yang berada di bagian utara jalan raya Kabanjahe-Sidikalang. Selain itu, kebutuhan air untuk pertanian juga dapat terpenuhi oleh hujan yang turun di daerah ini. Kebutuhan air sehari-hari penduduk Desa Nagalingga terpenuhi dari sumur yang dibuat oleh masing-masing penduduk atau sumber air dari perbukitan/pegunungan Sipuateun dan Siosat.

(12)

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK), status hara fosfor (P) di lokasi penelitian umumnya tergolong rendah, kalium (K) rendah sampai sedang, C-organik umumnya tinggi, dan pH tanah berkisar antara 4-5. Tingginya penggunaan pupuk kandang (pukan), seperti pada lahan seluas 2 rante (+ 800 m2) yang dipupuk 100 karung pupuk kandang

(3.000 kg) untuk pertanaman sayuran menyebabkan tingginya bahan organik tanah.

Para petani di Desa Nagalingga sudah terbiasa menggunakan pupuk pada lahan usaha taninya, baik pupuk anorganik maupun pupuk organik. Pupuk N, petani biasa menggunakan ZA dan KNO3 , P

untuk SP-36, dan K untuk KCl, serta pupuk kandang. Sebagai ilustrasi, petani di Desa Nagalingga menggunakan 14 kg ZA dan 14 kg KNO3, 30 kg SP-36, dan 100 karung (3.000 kg) pupuk kandang

untuk tanaman tomat seluas 2 rante (+ 800 m2). Pupuk kandang

yang digunakan biasanya kotoran ayam. Bila takaran pupuk tersebut dikonversi ke satuan ha, maka takaran pupuk yang digunakan dinilai sudah sangat tinggi, khususnya pupuk kandang.

Berdasarkan hasil uji tanah di lapangan menggunakan PUTK maka penggunaan pupuk yang dapat direkomendasikan untuk buah-buahan dan sayuran adalah sebagai berikut:

(13)

3.1. Kopi

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah serta meningkatkan produksi dan mutu hasil. Takaran pemupukan ditentukan oleh umur tanaman, kondisi tanah dan iklim serta kondisi tanaman (Tabel 2). Pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat takaran, dan tepat cara pemberian.

Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman kopi adalah pupuk anorganik seperti urea, SP-36, KCl serta pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos. Pemberian pupuk dilakukan setahun dua kali yaitu pada awal dan akhir musim hujan.

Cara pemberian pupuk mengikuti jarak tanam dan sistem tanamnya. Jika jarak antar tanaman > 1 m, pupuk dibenamkan secara alur melingkar 30-40 cm dari batang atau sesuai lingkar tajuk sedalam 5-10 cm. Apabila ditanam sistem pagar < 1 m, pupuk dibenamkan dalam alur lurus di antara dua barisan tanaman pada jarak 30-40 cm dari batang atau lingkar tajuk.

Tabel 2. Rekomendasi takaran pupuk anjuran untuk tanaman kopi *) Umur

Tanaman Urea SP-36 KCl Jenis pupuk Kieserit ---- th---- ---g pohon-1 --- 1 20 12 20 10 2 50 40 40 15 3 75 50 80 25 4 100 50 160 35 5-10 150 80 200 50 >10 200 100 200 70

*) Diolah dari sumber : BPTP. Sulawesi Selatan (2004), Najiyati dan Danarti (2004) dan IFA (1991)

(14)

Gambar 1. Kopi dengan pemupukan sesuai anjuran

3.2. Tomat

Takaran pupuk yang optimal tentukan oleh status hara di dalam tanah, dan kebutuhan hara tanaman. Hara yang terangkut panen pada tanaman tomat pada tingkat produksi 40 t ha-1 adalah

sebesar 125 kg N; 130 kg P2O5; 225 K2O; 287 CaO dan 25 kg MgO

(IFA, 1992). Takaran pupuk anorganik dan pupuk organik anjuran untuk tanaman tomat adalah 150 kg urea; 150 kg ZA; 250 kg SP-36, 150 kg KCl ha-1 dan pupuk kandang (pukan) 15 t ha-1 serta dolomit

1 t ha-1.

Pemberian pupuk anorganik dilakukan secara bertahap yaitu pada saat tanam, umur 21 hari setelah tanam, dan 42 hari setelah tanam (Tabel 3). Cara pemberian pupuk anorganik diberikan dalam lubang/ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari tanaman sedalam 15 cm kemudian lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. Aplikasi dolomit bersamaan dengan pemberian pupuk kandang yaitu seminggu sebelum tanam, dengan cara disebar secara nerata di atas bedengan atau dimasukkan ke dalam lubang tanam.

(15)

Tabel 3. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman tomat *)

Jenis pupuk 0 HST Waktu pemberian 21 HST 42 HST

Urea (kg ha-1) 50 50 50 ZA (kg ha-1) 50 50 50 SP-36 (kg ha-1) 150 - - KCl (kg ha-1) 50 50 50 Borate (kg ha-1) - 18 - Dolomit (t ha-1) 1,5 - - Pukan (t ha-1) 15 - -

*) Diolah dari sumber : Tuherkih (2003) dan Wiryanto (2002)

Gambar 2. Tomat dengan pemupukan sesuai anjuran

3.3. Cabai

Kuantitas dan kualitas hasil cabe antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan dan keseimbangan hara didalam tanah. Pada tingkat produksi cabai sebesar 15 t ha-1, hara yang terangkut panen adalah

74,7 kg N; 10,7 kg P2O5; 77,8 kg K2O; 43,5 kg Ca dan 12,4 kg Mg

(IFA, 1992). Takaran pupuk anorganik dan pupuk organik anjuran untuk tanaman cabai adalah 200 kg urea; 500 kg ZA; 400 kg SP-36; 300 kg KCl; 20 kg Borate ha-1 dan pupuk kandang 15 t ha-1 serta

(16)

Pemberian pupuk anorganik dilakukan secara bertahap yaitu pada saat tanam, umur 30 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam (Tabel 4). Cara pemberian pupuk anorganik diberikan dalam lubang/ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari tanaman sedalam 15 cm kemudian lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. Aplikasi dolomit bersamaan dengan pemberian pupuk kandang yaitu seminggu sebelum tanam, dengan cara disebar secara nerata di atas bedengan atau dimasukkan ke dalam lubang tanam.

Tabel 4. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman cabai *)

Jenis pupuk 0 HST Waktu pemberian 30 HST 60 HST

Urea (kg ha-1) 50 50 100 ZA (kg ha-1) 100 200 200 SP-36 (kg ha-1) 300 - - KCl (kg ha-1) 50 100 150 Borate (kg ha-1) - 20 - Dolomit (t ha-1) 1,5 - - Pukan (t ha-1) 15 - -

*) Diolah dari sumber: Tuherkih (2003) dan Wiryanta (2002)

(17)

3.4. Kentang

Pemupukan bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal dengan menambahkan sejumlah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Hara yang terangkut panen tanaman kentang pada tingkat produksi 30 t ha-1 adalah sebesar 150 kg N; 25

kg P2O5; 200 kg K2O; 60 kg Ca dan 20 kg Mg (IFA, 1992). Takaran

pupuk anorganik dan pupuk organik anjuran untuk tanaman kentang adalah 300 kg urea atau 700 kg ZA; 400 kg SP-36; 200 kg KCl; dan pupuk kandang 15 t ha-1.

Pemberian pupuk anorganik dilakukan secara bertahap yaitu pada saat tanam (0 HST), umur 21 HST dan 45 hari bulan setelah tanam (Tabel 5). Cara pemberian pupuk anorganik diberikan dalam lubang/ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari tanaman sedalam 15 cm kemudian lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. Aplikasi pupuk kandang yaitu seminggu sebelum tanam, dengan cara disebar secara nerata di atas bedengan atau dimasukkan ke dalam lubang tanam.

Tabel 5. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kentang *) Jenis pupuk 0 HST Waktu pemberian 21 HST 45 HST

Urea/ZA (kg ha-1) - 150/350 150/350

SP-36 (kg ha-1) 300 - -

KCl (kg ha-1) - 100 100

Pukan (t ha-1) 15 - -

(18)
(19)

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

4.1. Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian

Sesuai dengan agroekosistemnya, pengembangan komoditas pertanian di Desa Nagalingga diarahkan pada lahan kering dataran tinggi, seperti yang sudah ada saat ini (existing), yaitu kebun sayur (tomat, kentang, cabai, kubis) pada lahan dengan bentuk wilayah datar (0-3%). Pada wilayah berombak (lereng 3-8%) dapat dikembangkan kebun kopi, dan sayuran, seperti cabai dengan proporsi seimbang. Sedangkan kebun campuran terdiri atas kopi dan buah-buahan (jeruk dan terong belanda) dapat dikembangkan secara dominan pada lahan dengan bentuk wilayah bergelombang (8-15%).

Tabel 6. Arahan pengembangan komoditas pertanian di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Simbol Arahan penggunaan lahan SPT Alternatif

komoditas Alternatif teknologi KS TT KC Kebun sayur Kebun kopi Kebun campuran 1 2 3 Tomat, kentang, cabai, kubis Kopi, cabai Kopi, jeruk, terong belanda

- Pola & jadwal tanam, pemupukan, konservasi tanah.

irigasi supplemen

- Pemupukan, pengelolaan b.o. & konservasi tanah - Pemupukan, pengelolaan

(20)

4.2. Rekomendasi teknik konservasi tanah untuk Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

Lahan pertanian di Desa Nagalingga hampir seluruhnya merupakan lahan kering, dominan diusahakan untuk tanaman sayuran dan sisanya berupa kebun kopi dan kebun campuran. Topografi di Desa Nagalingga dan daerah sekitarnya adalah agak datar-bergelombang, daerah agak datar dan berombak meliputi luasan hampir sama yakni masing-masing sekitar 56 ha (23,5% dari total area). Daerah yang bertopografi bergelombang (lereng 8-15%) meliputi luasan sekitar 122 ha (53% dari total area). Kondisi di daerah ini, khususnya di daerah yang berombak dan bergelombang sangat potensial mengalami kemunduran produktivitas, karena potensi bahaya erosi yang cukup tinggi. Terutama bila lahan diusahakan untuk tanaman semusim tanpa tindakan konservasi yang memadai.

Teknik Konservasi Existing

Para petani dalam berusahatani sayuran melakukannya dalam bedengan atau guludan. Ukuran bedengan sudah cukup baik, lebar bedengan/guludan berkisar antara 70-90 cm, dan tinggi 20-30 cm. Namun demikian, tindakan tersebut belum sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah yang benar. Karena posisi guludan atau bedengan tidak searah kontur, sehingga guludan atau bedengan tersebut tidak dapat berfungsi sebagai penahan erosi dan aliran permukaan, bahkan sebaliknya malah bisa mempercepat laju aliran permukaan, dan menyebabkan aliran permukaan terkonsentrasi pada titik-titik tertentu.

(21)

Di antara bedengan/guludan terdapat saluran air berbentuk sedikit cekung, berisi tumpukan tipis rumput-rumputan hasil pangkasan atau penyiangan, dan dapat berfungsi untuk meresapkan air ke dalam tanah. Namun demikian, perbaikan teknik konservasi tanah masih perlu dilakukan, mengingat permukaan tanahnya terbuka terhadap kemungkinannya terkena langsung jatuhnya butir-butir hujan.

Rekomendasi Teknik Konservasi

Pada lahan usahatani dengan topografi datar, tanaman agar ditempatkan dalam jalur-jalur pertanaman memotong lereng (searah kontur), terutama bila lahan usaha tani mempunyai kemiringan (1-3%). Selain itu, permukaan tanah agar diusahakan tidak terbuka langsung pada tumbukan butir-butir hujan yang jatuh, misalnya menggunakan sisa-sisa tanaman hasil panen atau penyiangan, yang digunakan sebagai mulsa di atas permukaan tanah (mulsa konvensional).

Di wilayah dengan kemiringan lahan 3-8%, bedengan atau guludan harus dibuat memotong lereng atau searah kontur (Gambar 6). Ukuran bedengan versi petani dapat tetap dipertahankan, namun setiap interval 7-10 m ke arah bawah lereng agar dibuat jalur atau barisan tanaman konservasi seperti rumput pakan sebagai strip atau tanaman pagar dari jenis perdu yang dapat dipangkas secara periodik (misal gamal, lamtoro). Sisa-sisa tanaman atau pangkasan tanaman strip atau pagar (hedgerow) agar digunakan sebagai mulsa.

(22)

Gambar 5. Contoh bedengan tanaman yang ditanam searah kontur

Sesuai dengan arahan pengembangan komoditas pertanian, wilayah dengan topografi bergelombang (8-15%) diarahkan untuk tanaman tahunan, yaitu kopi dan buah-buahan sebagai komoditas utama. Namun demikian, tanaman semusim seperti sayur-sayuran dapat ditanam di antara dua barisan tanaman utama. Kopi atau tanaman tahunan lainnya seperti jeruk agar ditanam dalam barisan-barisan tanaman memotong lereng/searah kontur (Gambar 6), dengan jarak antar barisan tanaman 5-7 m. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan garis kontur disajikan pada Lampiran 1. Di antara dua baris tanaman tahunan dapat diusahakan tanaman sayur-sayuran, namun dengan budi daya yang baik, yaitu berupa bedengan atau guludan memotong lereng. Selain itu, sisa-sisa tanaman/panen atau pangkasan agar digunakan sebagai mulsa di permukaan tanah.

Pada setiap jarak tertentu, misal 30-50 m, agar dibuat saluran pembuang air (SPA) untuk mengalirkan atau menampung air

(23)

dari lahan usaha tani pada saat hujan, Dasar saluran SPA agar ditanami rumput-rumputan pendek seperti rumput teki atau

Paspalum sp. untuk menjaga tanah agar tidak terkikis aliran air. Teknik mulsa vertikal sebenarnya sudah dilakukan oleh sebagian petani di desa ini, yang mana sebagian petani menumpuk sisa-sisa penyiangan dalam saluran. Pengembangan teknik mulsa vertikal ini perlu terus dilakukan, selain ditumpuk dalam saluran, aplikasi mulsa vertikal dapak juga dikombinasikan dengan rorak, yang mana serasah tanaman, sisa panen atau sisa penyiangan dimasukkan ke dalam rorak. Teknik pembuatan rorak diuraikan pada Lampiran 2.

(24)

Tabel 7. Teknik konservasi existing (berdasarkan sampling pada beberapa SPT) dan rekomendasi teknik konservasi di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara SP Lereng % Penggunaan Lahan (pola tanam) Konservasi Existing Rekomendasi tindakan konservasi Maks. proporsi tanaman semusim*) Teknik konservasi

1 1-3 Sayur Jalur tanam

searah lereng 100 Jalur tanaman memotong lereng, penggunaan mulsa

2 3-8 Kopi, sayur Bedengan

searah lereng 75 Bedengan atau guludan sayur dibuat searah kontur, atau Bedengan searah lereng tapi setiap jarak 7-10 m ditanam strip rumput atau legum perdu searah kontur, penggunaan mulsa. 3 8-15 Kebun

campuran - <75 Diarahkan tanaman untuk

tahunan, kopi dan buah-buahan sebagai komoditas utama ditanam mengikuti kontur.tanaman sayur dapat ditanam diantara barisan tanaman tahunan, penggunaan mulsa konvensional atau mulsa vertikal.

(25)

V. DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

BPTP. 2004. Pemupukan kopi spesifik lokasi. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. IFA. 1992. Word Fertilizer Use Manual. International Fertilizer

Industry Association, Paris. 631p.

Najiyati, S. dan Danarti. 2004. Kopi budi daya dan penanganan pascapanen. hlm. 85-90 dalam Penebar Swadaya, Jakarta. Samadi, B. Usaha tani kentang. hlm. 30-46 dalam Yayasan Kanisius,

Yogyakarta.

Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)-NWMCP.

Suwandi, Sumarni, N., Kusumo, S., dan Abidin. 1985. Bercocok tanam kentang. hlm. 63-73 dalam Badan Litbang Pertanian. Balai Penelitian Hortukultura, Lembang.

Tuherkih, E., Suwandi, dan I G.P. Wigena. 2003. Teknologi Pemupukan Berimbang Pada Tanaman Tomat Dan Cabai Di Dataran Tinggi di Kabupaten Sukabumi. Laporan Akhir kerjasama kemitraan PAATP dengan Diperta Kabupaten Sukabumi.

Wiryanto, W.B. 2002. Bertanam cabai pada musism hujan. hlm 12-20 dalam Agro Media Pustaka, Jakarta.

Wiryanto, W.B. 2002. Kiat mengatasi permasalahan praktis bercocok tanaman tomat. hlm 34-42 dalam Agro Media Pustaka, Jakarta.

(26)

Lampiran 1. Cara penentuan garis kontur

(sumber: Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1999; Departemen Pertanian, 2006; dan Balai Penelitian Tanah, 2007)

Terdapat beberapa metode dalam menentukan garis kontur antaranya adalah dengan menggunakan theodolit, abney level,

waterpas selang plastik, dan ondol-ondol. Penentuan garis kontur yang paling sederhana dan tidak membutuhkan peralatan yang mahal adalah dengan menggunakan waterpass dan ondol-ondol. Kedua cara tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Penentuan garis kontur dengan menggunakan waterpas

selang plastik

Pembuatan garis kontur dengan alat waterpas selang plastik (WSP) pada dasarnya sama dengan cara abney level,

kecuali bahwa penentuan titik kontur ditentukan dengan menggunakan selang plastik. Pada prinsipnya alat ini terdiri atas dua bagian utama yaitu: (1) dua lembar papan berskala yang berukuran panjang 150 cm dan lebar 8 cm dan (2) selang plastik tembus pandang berdiameter 1-2 cm dan panjang 15-20 m. Sebagian selang plastik ini, kira-kira sepanjang 160 cm, dijepitkan pada papan dengan posisi selurus mungkin. Contoh alat waterpas

(27)

Gambar 7. Alat waterpas selang plastik

Tahapan pembuatan garis kontur dengan waterpas selang plastik:

1. Isi selang plastik dengan air sampai hampir penuh.

2. Tentukan puncak bukit atau titik benchmark, misal titik A pada Gambar 8.

3. Dari titik A tentukan titik yang sama tinggi (kontur) dengan cara meletakkan ujung selang plastik yang satu pads titik A sedangkan ujung selang lainnya pada titik A1 yang sama tinggi dengan titik A yang ditandai dengan bacaan permukaan air yang sama pada papan berskala di kedua ujung selang plastik.

4. Dari titik A tentukan titik B pada lereng bawah (garis AB harus sejajar arah lereng) sehingga selisih permukaan air pada selang di atas titik A dan B sesuai dengan IV yang diinginkan seperti terbaca pada papan skala.

5. Titik B1 ditentukan dari titik B, dengan cara yang sama dengan penentuan titik A1, A2, dan seterusnya.

(28)

6. Berilah tanda berupa patok kayu atau bambu pada masing-masing titik yang telah diperoleh.

Gambar 8. Pengukuran kontur dengan waterpas selang plastik

2. Penentuan garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol

Ondol-ondol atau gawang segitiga (A-frame) terbuat dari kayu atau bambu, terdiri atas dua buah kaki yang sama panjang, sebuah palang penyangga, benang, dan pemberat. Panjang kedua kaki masing-masing 2 m dan panjang palang 1 m. Pada bagian tengah palang diberi tanda untuk menentukan bahwa kedua ujung kaki ondol-ondol terletak pada posisi yang sama tinggi. Ujung benang dikaitkan pada bagian atas ondol-ondol, sedangkan pemberatnya dapat bergerak bebas ke kiri dan ke kanan melewati palang.

Ondol-ondol (Gambar 9), seperti alat WSP dapat digunakan untuk menentukan garis kontur dan jika dilengkapi dengan busur derajat dapat pula digunakan untuk menentukan kemiringan lahan.

Permukaan air

X

X + 1m

X

A

A1

A2

B

B1

B2

(29)

Gambar 9. Penentuan garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol

Tahapan-tahapan pembuatan garis kontur dengan ondol-ondol: 1. Siapkan ondol-ondol yang sudah dilengkapi dengan

bandul (pemberat).

2. Tentukan puncak bukit atau titik benchmark, misal titik A (Gambar 9).

3. Tentukan titik -B pada bagian lereng yang lebih rendah sesuai dengan interval vertikal (IV) yang diinginkan.

4. Letakkan kaki ondol-ondol pada titik B sedangkan kaki lainnya digerakkan ke atas atau ke bawah sedemikan rupa sehingga tali bandul persis pads titik tengah palang yang sudah ditandai. Titik yang baru ini, misalnya titik B1, adalah titik yang sama tinggi dengan titik B.

A

A

A

B

B

B

C

C

C

C

(30)

5. Dari titik B1 tentukan titik B2 dengan cara yang sama dengan tahap 4, demikian seterusnya sehingga diperoleh sejumlah titik pada lahan yang akan ditentukan garis konturnya.

6. Tandai titik tersebut dengan patok kayu atau bambu pada masing-masing titik yang telah diperoleh.

(31)

Lampiran 2. Rorak dan mulsa vertikal (Sumber: Departemen Pertanian, 2006)

Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan (Gambar 10). Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.

Gambar 10. Rorak (Foto: Departemen Pertanian, 2006) Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.

Mulsa dapat dimasukkan ke dalam rorak (mulsa vertikal)

(32)

Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang baru. Aplikasi rorak dapat pula dikombinasikan dengan mulsa vertikal, yang mana bahan mulsa dimasukkan ke dalam rorak.

Gambar

Tabel 1.  Penggunaan lahan di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek,  Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Tabel 2.  Rekomendasi takaran pupuk anjuran untuk tanaman kopi *)  Umur
Tabel 3.  Takaran pupuk anjuran untuk tanaman tomat *)  Jenis pupuk  Waktu pemberian
Tabel 4.  Takaran pupuk anjuran untuk tanaman cabai *)  Jenis pupuk  Waktu pemberian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan pengabdian ini adalah untuk memperkenalkan program pemupukan hara spesifik lokasi; transformasi pengetahuan dalam pengelolaan lahan sawah (subak); Peningkatan

Adapun tujuan pengabdian ini adalah untuk memperkenalkan program pemupukan hara spesifik lokasi; transformasi pengetahuan dalam pengelolaan lahan sawah (subak); Peningkatan