• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tutorial Traumatologi Ske 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Tutorial Traumatologi Ske 2"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I SKENARIO SKENARIO

Nyeri Pinggang dan Tidak Bisa

Nyeri Pinggang dan Tidak Bisa KencingKencing

Dokter IGD menerima pasien rujukan dari puskesmas, pasien seorang Dokter IGD menerima pasien rujukan dari puskesmas, pasien seorang laki-laki, berusia 35 tahun. Sekitar 6 jam sebelumnya, pasien mengendarai sepeda laki, berusia 35 tahun. Sekitar 6 jam sebelumnya, pasien mengendarai sepeda moto

motor r sambil berteleposambil bertelepon. Saat n. Saat ada becak ada becak yang menyebeyang menyeberang jalan, rang jalan, karena kaget,karena kaget, saa

saat t kekececepatpatan an tintinggggi i papasiesien, n, papasiesien n memenanabrbrak ak popohohon n kakarerena na bebermrmakaksusudd menghindari becak. asien terbentur setang motor pada pinggang kanan, lalu jatuh menghindari becak. asien terbentur setang motor pada pinggang kanan, lalu jatuh ke tanah

ke tanah dengdengan panggul membentuan panggul membentur r batu besar. asiebatu besar. asien sadar n sadar dan tampak pucat,dan tampak pucat, mengeluh nyeri pada pinggang dan perut bagian ba!ah, dan tidak bisa kencing. mengeluh nyeri pada pinggang dan perut bagian ba!ah, dan tidak bisa kencing.  "amun dokter tetap tidak melakukan kateterisasi.

 "amun dokter tetap tidak melakukan kateterisasi.

Dari pemeriksaan dokter IGD didapatkan kesadaran G#S $5, pupil isokor, Dari pemeriksaan dokter IGD didapatkan kesadaran G#S $5, pupil isokor, %e&lek cahay '()(*, lateralisasi '-*. +alan na&as bebas. Didapatkan ital sign "adi %e&lek cahay '()(*, lateralisasi '-*. +alan na&as bebas. Didapatkan ital sign "adi $/ 0)menit, tekanan darah 1/)6/ mm2g, suhu 36

$/ 0)menit, tekanan darah 1/)6/ mm2g, suhu 36//#, akral dingin dan lembab %% #, akral dingin dan lembab %% 

 0)menit.  0)menit.

4erdapat jejas pada region lumbalde0tra, nyeri ketok costoertebral '(*, 4erdapat jejas pada region lumbalde0tra, nyeri ketok costoertebral '(*, keluar darah dari ori&icium urethra e0ternum, serta terdapat hematom pada region keluar darah dari ori&icium urethra e0ternum, serta terdapat hematom pada region  perineum.

 perineum. Dari Dari pemeriksaan pemeriksaan rectal rectal toucher, didapatkan toucher, didapatkan prostat prostat melayang. melayang. DalamDalam  pemeriksaan stabilitas pelis, tes kompresi '(*, tes distraksi '(*.

 pemeriksaan stabilitas pelis, tes kompresi '(*, tes distraksi '(*. Dokte

Dokter r melengmelengkapi kapi pemeripemeriksaan ksaan penunpenunjang jang kemudkemudian ian mengkmengkonsulonsulkankan  pasien pada dokter spesialis yang berkaitan untuk menangani kasu

 pasien pada dokter spesialis yang berkaitan untuk menangani kasus ini.s ini.

$ $

(2)
(3)

BAB II BAB II SEVEN JUMP SEVEN JUMP

2.1

2.1 KlariKlariikasikasi Is!ila"i Is!ila" a.

a. 4e4es komps kompresi adalresi adalah suatah suatu pemu pemeriksaan eriksaan dimana dimana pasien pasien dibaridibaringkanngkan dan mendapatkan tekanan gunanya untuk menilai adanya &raktur dan mendapatkan tekanan gunanya untuk menilai adanya &raktur lateral.

lateral.  b.

 b. 4e4es distraksi yaitu salah satu test stabilitas pelis untuk menilais distraksi yaitu salah satu test stabilitas pelis untuk menilai stabilitas anteroposterior.

stabilitas anteroposterior. c.

c. StabilStabilitas eitas elis tlis terdaperdapat  mat  macam. acam. StabilStabilitas anitas anteropteroposterioosterior danr dan ertikal. Stabilitas anteroposterior krista illiaca ditekan ke arah ertikal. Stabilitas anteroposterior krista illiaca ditekan ke arah  posterior dan anterior. Stabilitas 

 posterior dan anterior. Stabilitas ertikal di salah satu tungkertikal di salah satu tungkai pelisai pelis nya di traksi.

nya di traksi. d.

d. rostarostat melayt melayang yaiang yaitu protu prostat padstat pada palpaa palpasi 'colosi 'colok dubuk dubur* tidar* tidakk teraba, dapat disebabkan karena hematoma

teraba, dapat disebabkan karena hematoma e.

e. kral kral DingiDingin adaln adalah ujah ujung ung telapak telapak tangatangan dan n dan kaki kaki teraba teraba dingidinginn diba!ah suhu tubuh normal. enurunan suhu dapat mengindikasikan diba!ah suhu tubuh normal. enurunan suhu dapat mengindikasikan terjadinya syok 

terjadinya syok  &.

&. "yeri "yeri ketok ketok 7osto 7osto eertebral rtebral merupamerupakan pkan pemerikemeriksaan &isaan &isik bsik berupaerupa  perkusi pada sudut kostoertebral. ositi& ditemukan pada kasus  perkusi pada sudut kostoertebral. ositi& ditemukan pada kasus  pielone&ritis.

 pielone&ritis.

2.2

2.2 Mer#Mer#$#ska$#skan n MasMasala"ala" a.

a. 8agaim8agaimana peana pengarungaruh usih usia dan a dan jenis kjenis kelamin elamin terhadaterhadap kejp kejadian adian traumtraumaa abdomen dan pelis9

abdomen dan pelis9  b.

 b. 8agaimana interpretasi pemeriksaaan &isik regio lumbal de0tra8agaimana interpretasi pemeriksaaan &isik regio lumbal de0tra sehingga tidak dilakukan kateterisasi9

sehingga tidak dilakukan kateterisasi9 c.

c. pakapakah ganh gangguagguan yann yang menyg menyebabkebabkan paan pasien mesien mengelungeluh nyh nyeri paderi padaa  pinggang dan

 pinggang dan tidak bisa kencing9tidak bisa kencing9 d.

d. 8agaim8agaimana intana interpretaerpretasi hasil si hasil ital siital sign dan gn dan tanda ltanda lain paain pada skenda skenario9ario9 8agaimana pato&isiologinya9

8agaimana pato&isiologinya9 e.

e. 8agaim8agaimana hana hubunubungan gan nyeri nyeri pada pada ketok ketok kostokostoertebertebral dral denganengan

 

(4)

 perdarahan dan hematom9  perdarahan dan hematom9 &.

&. ememerikeriksaan saan enenunjunjang ang apa yapa yang dang dibuibutuhtuhkankan99 g.

g. pakapakah 2ubh 2ubungan ungan ditemuditemukan hkan hematom ematom pada ppada perineuerineum denm dengangan keluhan pasien9

keluhan pasien9 h.

h. pakapakah maknh makna dari ta dari tes stabiles stabilitas pelitas pelis dais dan hubn hubungaungannya dnnya denganengan keluhan pada pasien9

keluhan pada pasien9 i.

i. 7el7eluhauhan nyern nyeri pingi pinggangang di ba!g di ba!ah, :eah, :engangapa paspa pasien diien diperiperiksaksa  pemeriksaan pupil dan re&leks cahaya dan lateralisasi9

 pemeriksaan pupil dan re&leks cahaya dan lateralisasi9  j.

 j. 8agaiamana golden periode dalam penatalaksanaan pada kasus ini98agaiamana golden periode dalam penatalaksanaan pada kasus ini9 k.

k. SebSeberaerapa besar prepa besar prealalensi keensi kecelacelakaankaan) traum) trauma pelia pelis9s9 l.

l. 8a8agagaimimanana roa rosedsedur %eur %ectctal 4al 4ooucuche9he9 2.%

2.% &#ra" Pe&#ra" Penda'a! Kenda'a! Ke$#ngkinan (i'$#ngkinan (i')!esis)!esis a.

a. In!eIn!er'rr're!ae!asi 'e$ersi 'e$eriksaaiksaaan isian isik regik regi) l#$*al de) l#$*al de+!r+!ra se"inga se"inggaga !idak dilak#kan

!idak dilak#kan ka!e!erisaska!e!erisasii

pabila keluar darah pada meatus e0ternus terdapat robekan urethra, pabila keluar darah pada meatus e0ternus terdapat robekan urethra, terdapat trias

terdapat trias

aa.. nnuurriiaa  b.

 b. ditemukan darah di meatus uretra e0ternusditemukan darah di meatus uretra e0ternus c.

c. ;;rraakkuur pr peleliiss 7lasi&ikasi

7lasi&ikasi secara secara klinisklinis . 4rauma posterior  . 4rauma posterior 

4e

4erjadi di pars rjadi di pars spongiosa, terjadinyaspongiosa, terjadinya 8. trauma

8. trauma anterior 'berada di anterior 'berada di bagian prostat*bagian prostat* akan terjadi &raktur pelis.

akan terjadi &raktur pelis. 4rauma ginjal

4rauma ginjal

$. 7ontusio, perdarahan di dalam tanpa kerusakan kapsul $. 7ontusio, perdarahan di dalam tanpa kerusakan kapsul . <aserasi, robekan, bisa sebagian atau seluruhnya

. <aserasi, robekan, bisa sebagian atau seluruhnya 3. #edera pedicle.

3. #edera pedicle.

Grading = I = 7ontusio, Grading = I = 7ontusio, -- II II = 2= 2emematatom om 7a7apspsululer er  -- IIIII- I- <a<aseserarasi si > $ > $ cmcm -- I I = <= <asasererasasi ? i ? $$cmcm

--  = # = #ededera pera pemembubululuh dah dararah uth utamama.a.

enanganan a!al di puskesmas diberi @, target diba!a $A , di enanganan a!al di puskesmas diberi @, target diba!a $A , di &iksasi, jika di dalam IGD di maintance sampai 2% turun sampai &iksasi, jika di dalam IGD di maintance sampai 2% turun sampai keluar urin, /.5 ml)7g88)jam.

keluar urin, /.5 ml)7g88)jam. 4ungk

4ungkai di rotasi ai di rotasi ke arah dalam. ke arah dalam. :engurangi olume pelis.:engurangi olume pelis. *.

*. In!eIn!er'rr're!ae!asi, 'a!)si, 'a!)isi)isi)l)gi "asil)gi "asil -i!al sigl -i!al sign dan !andn dan !anda lain 'adaa lain 'ada skenari)

skenari)

3 3

(5)

Dari pemerikasaan dokter IGD didapatkan G#S B5:6C$5. Dari pemerikasaan dokter IGD didapatkan G#S B5:6C$5. emeriksaan G#S dilakukan dengan menilai eyes, erbal

emeriksaan G#S dilakukan dengan menilai eyes, erbal dan motorik.dan motorik.  "ilai $5 pada G#S menunjukkan bah!a pasien sadar penuh. enilaian  "ilai $5 pada G#S menunjukkan bah!a pasien sadar penuh. enilaian G#S dapat digunakan untuk menentukan berat tidaknya suatu cidera G#S dapat digunakan untuk menentukan berat tidaknya suatu cidera kep

kepala ala apaapabila bila dicdicuriurigai gai adaadanynya a trautrauma ma kepkepala ala selselain ain digdigunaunakankan mengetahui penurunan kesadaran. upil ishokor menunjukkan tidak  mengetahui penurunan kesadaran. upil ishokor menunjukkan tidak  ada &raktur basis cranii. Dari pemeriksaan lateralisasi tersebut pasien ada &raktur basis cranii. Dari pemeriksaan lateralisasi tersebut pasien ti

tidadak k dididadapapatktkan an lalateteraralilisasasi si babaik ik ke ke kakananan n mamaupupun un ke ke kikiriri.. e

ememerikriksasaan an lalaterteralalisisasi asi didigugunanakan kan ununtutuk k memelilihahat t adada a titidadaknknyaya ket

ketidaidaksaksamaamaan n dardari i komkomponponen en neuneurolrologiogis s kankanan an dan dan kirkiri i paspasienien.. 4a

4anda lateralisasi ini nda lateralisasi ini dapat dilihat dengan menilai pupil dapat dilihat dengan menilai pupil isokhisokhor sertaor serta men

menilai ilai alaalat t gergerak ak paspasienien. . %e&%e&lekleks s cahacahaya ya dipdiperikeriksa sa untuntuk uk melimelihathat &ungsi nerus opticus. 2asil '()(* menunjukkan re&leks cahaya normal &ungsi nerus opticus. 2asil '()(* menunjukkan re&leks cahaya normal  pada

 pada mata mata kanan kanan dan dan kiri. kiri. 4e4ekanan kanan darah darah rendah rendah 1/)6/ 1/)6/ mm2g, mm2g, nadinadi $/0)menit, temperatur hipotermi 36,/

$/0)menit, temperatur hipotermi 36,/oo#, akaral dingin dan lembab.#, akaral dingin dan lembab.

ad

ada a pempemerikeriksaan saan statstatus us sirksirkulaulasi si dapdapat at dikdikategategoriorikan kan menmengalagalamimi tak

takikaikardi rdi karkarena ena sudsudah ah melmelebiebihi hi $// $// kalkali i per per menmenit. it. 7ead7eadaan aan iniini disebabkan karena per&usi oksigen yang menurun di jaringan akibat disebabkan karena per&usi oksigen yang menurun di jaringan akibat terjadinya sumbatan jalan napas, gangguan entilasi maupun akibat terjadinya sumbatan jalan napas, gangguan entilasi maupun akibat kehilangan darah akibat perdarahan akti& pada pasien. eningkatan kehilangan darah akibat perdarahan akti& pada pasien. eningkatan denyut nadi tersebut merupakan kompensasi untuk mempertahankan denyut nadi tersebut merupakan kompensasi untuk mempertahankan  per&usi

 per&usi jaringan jaringan agar agar tetap tetap adekuat. adekuat. %% %% meninggi meninggi 0)menit0)menit men

menujuujukkakkan n paspasien ien menmengalagalami mi hiphiperperpneuneu. . ;re;rekuekuensi nsi perpernapnapasanasan normal pada de!asa adalah $-/ kali per menit. bnormalitas dari normal pada de!asa adalah $-/ kali per menit. bnormalitas dari  pernapasan

 pernapasan ini ini dapat dapat diakibatkan diakibatkan oleh oleh berbagai berbagai macam macam penyebab,penyebab, antara lain adalah gangguan pada entilasi dan gangguan dari jalan antara lain adalah gangguan pada entilasi dan gangguan dari jalan na&as pasien.

na&as pasien. ad

ada a pasipasien en daldalam am skeskenarinario o mermerupaupakan kan syosyok k hiphipoooolemlemik.ik. e

enanataltalakaksasanaanaan n papada da papasisien en sysyok ok hihipopooolemlemik ik adadalaalah h dedengnganan  peningkatan

 peningkatan per&usi per&usi jaringan jaringan dengan dengan oksigenasi. oksigenasi. 7emudian7emudian  peningkatan

 peningkatan preload preload dengan dengan in&us. in&us. emberian emberian in&us in&us tidak tidak secarasecara lan

langsugsung ng menmenormormalkalkan an tektekanaanan n dardarah ah dan dan denydenyut ut nadnadi i melmelainainkankan

 

(6)

melalu

melalui i peninpeningkatan preload. 7ehilanggkatan preload. 7ehilangan an olumolume e darah pada darah pada syok syok  hipoolemik dapat diatasi dengan pemberian kristaloid ' ringer laktat, hipoolemik dapat diatasi dengan pemberian kristaloid ' ringer laktat, ringer astat dan "a#l*, koloid serta tran&usi darah.

ringer astat dan "a#l*, koloid serta tran&usi darah. ad

ada a pempemerikeriksaan saan perperkuskusi i abdabdomeomen n ditditemuemukan kan pulpula a nynyerieri ket

ketok ok coscostotoerteertebra bra '(*. '(*. "y"yeri eri ketketok ok coscostotoerteertebral bral menmenunjunjukkukkanan adanya kelainan pada ginjal akibat rangsangan rasa nyeri. "yeri ketok  adanya kelainan pada ginjal akibat rangsangan rasa nyeri. "yeri ketok  co

costostoeertertebrbral al bibiasa asa diditemtemukukan an papada da pipieloelonene&r&ritiitis, s, gagagagal l giginjnjalal,, ataupun trauma ginjal.

ataupun trauma ginjal. c.

c. (#*(#*#ng#ngan nyeri 'ada ke!)an nyeri 'ada ke!)k k k)k)s!)s!)-e-er!er!e*ra*ral l dedengangan n 'e'erdardarara"an"an dan "e$a!)$

dan "e$a!)$  "yeri

 "yeri ketok ketok costoertebral costoertebral yaitu yaitu nyeri nyeri ketok ketok pada pada bagian bagian iga iga dandan ertebr

ertebra 'mengindika 'mengindikasikan asikan pielopielone&ritine&ritis, perinephric abcess, strikts, perinephric abcess, striktur ur  ureter atau batu ginjal*. "yeri ini dapat dihasilkan karena merangsang ureter atau batu ginjal*. "yeri ini dapat dihasilkan karena merangsang  bagian yang terin&lamasi ata

 bagian yang terin&lamasi atau perlukaan. "yeri kostoertebral ini u perlukaan. "yeri kostoertebral ini jugajuga dapat disebabkan karena &raktur iga $$ dan $ sehingga menyebabkan dapat disebabkan karena &raktur iga $$ dan $ sehingga menyebabkan  perdarahan, robeknya parenkim ren namun jarang.

 perdarahan, robeknya parenkim ren namun jarang. erku

erkusi si pada ginjal membantpada ginjal membantu u menilmenilai ada ai ada tidakntidaknya rasa ya rasa sakit atausakit atau ny

nyerieri. . eerkrkususi i didilalakukukakan n papada da susududut t cocostostoerertetebrbra a dedengngan an cacarara me

meleletatakkkkan an tetelalapapak k tatangngan an yayang ng titidadak k dodomiminanan n di di atatas as susududutt kos

kostotoerteertebrabra, , kemkemudiudian an tantangan gan yanyang g domdominainan n menmengguggunaknakan an sisisisi ulnar tangan atau membentuk gumpalan tinju melakukan pengetukan ulnar tangan atau membentuk gumpalan tinju melakukan pengetukan di

diataatas s tatangngan an yayang ng tetelalah h didileletatakkkkan an papada da susududut t kokostostoeertrtebebra,ra,  pemeriksaan

 pemeriksaan ini ini biasa biasa disebut disebut pemeriksaan pemeriksaan nyeri nyeri ketok ketok ## 'costoertebral angle*.

'costoertebral angle*.

erdarahan dan hematom yang terkumpul di rongga peritoneum dapat erdarahan dan hematom yang terkumpul di rongga peritoneum dapat menimbulkan in&eksi ke parenkim ren sehingga

menimbulkan in&eksi ke parenkim ren sehingga menyebabkan responsmenyebabkan respons in&lamasi secara tidak langsung.

in&lamasi secara tidak langsung. d.

d. MaMaknkna a dadari ri !e!es s s!s!a*a*ilili!i!as as 'e'el-l-is is dadan n "#"#*#*#ngnganannynya a dedengnganan kel#"an 'ada 'asien

kel#"an 'ada 'asien ;raktur pelis

;raktur pelis a. Stabil

a. Stabil

 b. nstable -? derajat unstability  b. nstable -? derajat unstability

..::ekekaanniismsme e ttrrauaumma a ppaadda a cciinncciin n ppaanngggguul l ttererddiiri ri aattaas s  E

E 77oommpprreessi i aanntteerrooppoosstteerriioor  r  

5 5

(7)

2al ini biasanya terjadi akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan kendaraan.%amus pubis mengalami &raktur, tulang inominata terbelah, dan mengalami rotasieksterna disertai robekan sim&isis. 7eadaan ini disebut sebagaiopen book injury . 8agian posterior ligamen sakro-iliaka mengalami robekan parsial atau dapat disertai &raktur bagian belakang ilium.

E7ompresi lateral

7ompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. 2al initerjadi apabila ada trauma samping karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dariketinggian. ada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami&raktur  dan bagian belakang terdapat strain dari sendi sakri-iliaka atau &raktur ilium ataudapat pula &raktur ramus pubis pada sisi yang sama.

E 4rauma ertikal

4ulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara ertikal disertai &raktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakro-iliaka  pada sisi yang sama. 2al ini terjadi apabilaseseorang jatuh dari

ketinggian pada satu tungkai.

E4rauma kombinasi

ada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan di atas Gejala klinis unstable "yeri sangat, perdarahan, syok, tidak   bisa kencing.

e. Kel#"an nyeri 'inggang di *aa" dan alasan 'asien di'eriksa 'e$eriksaan '#'il dan releks ca"aya dan la!eralisasi

ada dasarnya setiap penemuan kasus trauma harus dilakukan  primary surey, G#S $5 dikatikan dengan adanya cedera kepala. Secondary surey dilakukan pemeriksaan had to 4oe. G#S dikaitkan dengan cedera kepala termasuk ke dalam cedera kepala ringan. pabila ada lateralisasi melalui re&leks pupil, jika isokor artinya tidak  ada kelainan pada otak akibat hematom 'trauma*. %e&leks cahaya untuk melihat &ungsi dari nerus optikusnya.

7arena kasus trauma maka harus diberikan asessmen mulai dari

(8)

 primary sampai secondary.

2./ Meny#s#n Pen0elasan Men0adi S)l#si Se$en!ara

a. 7ecelakaan dengan kecepatan tinggi -? 4rauma tumpul abdomen -?  pelis dan urogenital -? kecurigaan &raktur dan ruptur 

o Btiologi o ato&isiologi

o :ani&estasi 7linis o Diagnosis

o 7omplikasi dan 4ata <aksana -? 4idak bisa kencing

 b. Syok 

c. emeriksaan ;isik dan enunjang

E Ginjal

E reter  

E esika rinaria

E rethra

2. Mene!a'kan T#0#an Pe$*ela0aran

a. engaruh usia dan jenis kelamin terhadap kejadian trauma abdomen dan pelis.

 b. enyebab gangguan yang menyebabkan pasien mengeluh nyeri pada  pinggang dan tidak bisa kencing.

c. emeriksaan enunjang.

d. 2ubungan ditemukan hematom pada perineum dengan keluhan  pasien.

e. Golden periode dalam penatalaksanaan &. realensi 7ecelakaan

g. rosedur %ectal 4ouche

2. Meng#$'#lkan In)r$asi dan Bela0ar Mandiri 2.3 Mela')rkan dan Me$*a"as (asil Bela0ar Mandiri

a. Pengar#" #sia dan 0enis kela$in !er"ada' ke0adian !ra#$a a*d)$en dan 'el-is.

<ebih sering pada laki-laki trauma uretra dan trauma pelis sia (- 3/ tahun

Disebabkan karena uretra pada laki-laki lebih panjang, rigid Btiologi

-jatuh dari ketinggian -pejalan kaki

-kecelakaan mobil

*. Penye*a* gangg#an yang $enye*a*kan 'asien $engel#" nyeri 'ada 'inggang dan !idak *isa kencing.

%uptur uretra, disebabkan karena &raktur pelis. 1. 4rak!#r Pel-is

(9)

I. 5E4INISI

;raktur pelis termasuk &raktur tulang proksimal &emur dan acetabulum. ;raktur pelis dapat mengenai orang muda dan tua. 8iasanya, pasien yang lebih muda dapat mengalami &raktur pelis sebagai akibat dari trauma yang signi&ikan, sedangkan pasien lansia dapat mengalami &raktur pelis akibat trauma ringan.

II. INSI5ENSI

;raktur pelis dan acetabulum dapat terjadi baik dengan trauma  berat atau trauma ringan atau trauma yang berulang.

8erdasarkan deskripti& retrospekti& dari rekam medik pasien dengan &raktur pelis dari bulan januari //F s.d :aret //.Didapatkan 3$ pasien &raktur pelis dengan kejadian tertinggi  pada usia $6-/ tahun '35A*, dan perbandingan antara laki-laki dan  perempuan F3. :ekanisme trauma tersering disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor 'FFA*. 5A pasien datang dengan syok   perdarahan, FA pasien mengalami trauma lain terutama urogenital

'$A*. asien yang meninggal adalah 1A dengan $3A meninggal kurang dari  jam setelah masuk rumah sakit.

(ig"6Energy 4rac!#res

;raktur pelis dengan taruma berat jarang terjadi. )3 pasien  juga memiliki cedera muskuloskeletal lain, dan lebih dari $) pasien memiliki cedera pada multisistem. ada F5A kasus disertai dengan  perdarahan, $A cedera urogenital, dan A cedera pleksus lumbosakral. Dalam sebuah penelitian didapatkan 55A merupakan kasus &raktur  cincin pelis stabil, 5A &raktur pelis tidak stabil di rotasi, $A tidak  stabil pada tranlasi, $6A merupakan &raktur pelis yang disertai &raktur  acetabulum.

7)6Energy 4rac!#res

(10)

;raktur pelis dan acetabulum dengan trauma ringan lebih sering terjadi daripada dengan trauma berat. Hanita lebih sering terkena, dan kebanyakan pasien tidak mengalami cedera lainnya. Dalam sebuah penelitian pada pasien usia 6/ tahun dan lebih, didapatkan cedera cincin pelis stabil pada 5 dari  pasien FA pasien adalah !anita. Dalam 3) kasus disebabkan oleh jatuh dengan kekuatan ringan. ;raktur pelis disertai dengan &raktur acetabulum terjadi pada 5A kasus.

III. TIPE &E5ERA

1. 4rak!#r 8ang Teris)lasi 5engan &incin Pel-is 8ang U!#" 4rak!#r a-#lsi

Sepotong tulang tertarik oleh kontraksi otot yang hebat &raktur  ini biasanya ditemukan pada para olahraga!an dan atlet. Sartorius dapat menarik spina iliaka anterior superior, rektus &emoris menarik spina iliaka anterior in&erior, adduktor longus menarik sepotong pubis, dan urat-urat lutut menarik bagian-bagian iskium. Semua pada pokoknya merupakan cedera otot, hanya memerlukan istirahat selama beberapa hari dan penentraman.

 "yeri dapat memerlukan !aktu beberapa bulan agar hilang dan karena sering tak ada ri!ayat cedera, biopsi pada kalus dapat mengakibatkan kekeliruan diagnosis dan disangka tumor. ulsi pada apo&isis iskium oleh otot-otot lutut jarang mengakibatkan gejala menetap, dan dalam hal ini reduksi terbuka dan &iksasi internal diindikasikan.

4rak!#r langs#ng

ukulan langsung pada pelis, biasanya setelah jatuh dari tempat tinggi, dapat menyebabkan &raktur iskium atau ala osis ilii. 8iasanya diperlukan istirahat di tempat tidur hingga nyeri mereda.

4rak!#r !ekanan

(11)

;raktur pada rami pubis cukup sering ditemukan 'dan sering tidak nyeri* pada pasien osteoporosis atau osteomalasia yang berat. Jang lebih sulit didiagnosis adalah &raktur-tekanan di sekitar sendi sakro-iliaka ini adalah penyebab nyeri Ksakro-iliakaL yang tak laMim  pada orang tua yang menderita osteoporosis. ;raktur tekanan yang tak   jelas terbaik diperlihatkan dengan scan radioisotop.

2. 4rak!#r Pada &incin Pel-is

4elah lama diperdebatka bah!a, karena kakunya pelis, patah di suatu tempat pada cincin pasti disertai kerusakan pada tempat kedua kecuali &raktur akibat pukulan langsung 'termasuk &raktur pada lantai asetabulum*, atau &raktur cincin pada anak-anak, yang sim&isis dan sendi sakro-iliakanya masih elastis. 4etapi, patahan kedua sering tidak  kelihatan-baik karena patah ini tereduksi dengan segera atau karena sendi-sendi sakro-iliaka hanya rusak sebagian dalam keadaan ini &raktur yang kelihatan tidak mengalami pergeseran dan cincin bersi&at stabil. ;raktur atau kerusakan sendi yang jelas bergeser, dan semua &raktur cincin ganda yang jelas, bersi&at tak stabil. erbedaan ini lebih  bernilai praktis daripada klasi&ikasi ke dalam &raktur cincin tunggal dan  ganda.

%. 4rak!#r Pada Ase!a*#l#$ /. 4rak!#r Sakr)k)ksigis

IV. MEKANISME TRAUMA

4rauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian. ada orang tua dengan osteoporosis atau osteomalasia dapat terjadi &raktur stress pada ramus pubis. @leh karena rigiditas panggul maka keretakan pada salah satu bagian cincin akan disertai robekan pada titik lain, kecuali pada trauma langsung. Sering titik kedua tidak terlihat dengan jelas atau mungkin terjadi robekan sebagian atau terjadi reduksi spontan pada sendi sakro-iliaka.

(12)

:ekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas  K)$'resi an!er)')s!eri)r

2al ini biasanya terjadi akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan kendaraan. %amus pubis mengalami &raktur, tulang inominata terbelah, dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan sim&isis. 7eadaan ini disebut sebagai open book injury. 8agian posterior ligamen sakro-iliaka mengalami robekan parsial atau dapat disertai &raktur   bagian belakang ilium.

K)$'resi la!eral

7ompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. 2al ini terjadi apabila ada trauma samping karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. ada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami &raktur dan  bagian belakang terdapat strain dari sendi sakri-iliaka atau &raktur ilium

atau dapat pula &raktur ramus pubis pada sisi yang sama. Tra#$a -er!ikal

4ulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara ertikal disertai &raktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakro-iliaka pada sisi yang sama. 2al ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian  pada satu tungkai.

Tra#$a k)$*inasi

ada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan di atas

V. K7ASI4IKASI

1. Men#r#! Tile 91:;;< a. Ti'e A  stabil 

i. A1  &raktur panggul tidak mengenai cincin

ii. A2  stabil, terdapat pergeseran cincin yang minimal dari

(13)

&raktur 

4ipe  termasuk &raktur aulsi atau &raktur yang mengenai cincin panggul tetapi tanpa atau sedikit sekali pergeseran cincin.  b. Ti'e B  tidak stabil secara rotasional, stabil secara ertikal 

i. B1  open book 

ii. B2  kompresi lateral  ipsilateral

iii. B%  kompresi lateral  kontralateral 'bucket handle*

4ipe 8 mengalami rotasi eksterna yang mengenai satu sisi  panggul 'open book * atau rotasi interna atau kompresi lateral yang dapat menyebabkan &raktur pada ramus isio-pubis pada satu atau kedua sisi disertai trauma pada bagian posterior tetapi sim&isis tidak terbuka 'closed book *.

c. Ti'e &  tidak stabil secara rotasi dan ertikal  i. &1  unilateral

ii. &2  bilateral

iii. &%  disertai &raktur asetabulum

4erdapat disrupsi ligamen posterior pada satu atau kedua sisi disertai pergeseran dari salah satu sisi panggul secara ertikal, mungkin juga disertai &raktur asetabulum.

(14)

Classification of pelvic fracture disruption. ( A ) Type B represents rotationally unstable but vertically stable fractures; type B1 injuries are external rotation or openbook injuries. ( B ) Type B!.1 injuries represent internal rotation of lateral co"pression injuries on the ipsilateral side. ( & ) Type B!.! injuries represent lateral co"pression injuries #ith contralateral fracturing of the pubic ra"i and posterior   structures. ( 5 ) Type C fractures are rotationally and vertically unstable

and are represented here as a unilateral$ unstable$ vertically disrupted   pelvis.(1%)

2. Men#r#! Key dan &)nell

a. 4rak!#r 'ada sala" sa!# !#lang !an'a adanya disrupsi  cincin

i. ;raktut aulsi

(15)

$. Spina iliaka anterior superior  . Spina iliaka anterior in&erior  3. 4uberositas isium

ii. ;raktur pubis dan isium

iii. ;raktur sayap ilium 'Duerney* i. ;raktur sakrum

. ;raktur dan dislokasi tulang koksigeus *. Kere!akan !#nggal 'ada cincin 'angg#l

i. ;raktur pada kedua ramus ipsilateral

ii. ;raktur dekat atau subluksasi sim&isis pubis iii. ;raktur dekat atau subluksasi sendi sakro-iliaka

c. 4rak!#r *ila!eral cincin 'angg#l

i. ;raktur ertikal ganda dan atau dislokasi pubis ii. ;raktur ganda dan atau dislokasi ':algaigne* iii. ;raktur multipel yang hebat

d. 4rak!#r ase!a*#l#$ i. 4anpa pergeseran ii. Dengan pergeseran

%. Klasiikasi 8)#ng6B#rgess 1::=

ngka kematian  <ateral compression - FA ntero  posterior - /A etikal shears- /A 'cause o& death is

usually :@; N %DS*.

(16)
(17)

/. Klasiikasi lain

a. 4rak!#r is)lasi dan rak!#r !#lang isi#$ dan !#lang '#*is !an'a gangg#an 'ada cincin

i. ;raktur ramus isiopubis superior  ii. ;raktur ramus isiopubis in&erior  iii. ;raktur yang mele!ati asetabulum

i. ;raktur sayap ilium

. ulsi spina iliaka antero-in&erior  *. 4rak!#r diser!ai r)*ekan cicncin

. Klasiikasi *erdasarkan s!a*ili!as dan k)$'likasi a. 4rak!#r a-#lsi

*. 4rak!#r s!a*il

c. 4rak!#r !idak s!a*il

d. 4rak!#r dengan k)$'likasi

Dengan menilai klasi&ikasi maka yang paling penting adalah stabilitas panggul apakah bersi&at stabil atau tidak  stabil, karena hal ini penting dalam penanggulangan serta  prognosis.

(18)

VI. >AMBARAN K7INIK  

;raktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipel yang dapat mengenai organ-organ lain dalam panggul. 7eluhan berupa gejala pembengkakan, de&ormitas serta perdarahan subkutan sekitar panggul. enderita datang dalam keadaan anemi dan syok karena  perdarahan yang hebat. 4erdapat gangguan &ungsi anggota

gerak ba!ah.

ada cedera tipe  pasien tidak mengalami syok   berat tetapi merasa nyeri bila berusaha berjalan. 4erdapat

nyeri tekan lokal tetapi jarang terdapat kerusakan pada isera pelis. Sinar-O polos dapat memperlihatkan &raktur.

ada tipe cedera 8 dan # pasien mengalami syok   berat, sangat nyeri dan tak dapat berdiri dia mungkin juga

tidak dapat kencing. :ungkin terdapat darah di meatus eksternus. "yeri tekan dapat bersi&at lokal tetapi sering meluas, dan usaha menggerakkan satu atau kedua ala osis ilii akan sangat nyeri. Salah satu kaki mungkin mengalami anestetik sebagian karena cedera sara& skiatika dan  penarikan atau pendorongan dapat mengungkapkan ketidakstabilan ertikal 'meskipun ini mungkin terlalu nyeri*. #edera ini sangat hebat, sehingga memba!a risiko tinggi terjadinya kerusakan iseral, perdarahan di dalam  perut dan retroperitoneal, syok, sepsis, dan %DS angka

kematiannya cukup tinggi. VII. 5IA>NOSIS

Penilaian Klinik

;raktur pelis harus dicurigai pada setiap pasien dengan cedera perut atau tungkai ba!ah yang berbahaya.

(19)

:ungkin terdapat ri!ayat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian atau cedera benturan. asien sering mengeluh nyeri hebat dan merasa seolah-olah dia telah terpisah-pisah, dan mungkin terdapat pembengkakan atau memar pada perut ba!ah, paha, perineum, skrotum atau ula. Semua daerah ini harus diperiksa dengan cepat, untuk mencari bukti ekstraasasi urine. Tetapi prioritas uta"a adalah selalu "enilai keadaan u"u" pasien dan "encari tandatanda kehilangan darah. &esusitasi dapat  di"ulai sebelu" pe"eriksaan selesai.

erut harus dipalpasi dengan hati-hati. 4anda-tand iritasi menunjukkan kemungkinan perdarahan intraperitoneal. #incin pelis dapat ditekan dengan pelan- pelan dari sisi ke sisi dan kembali ke depan. "yeri tekan  pada daerah sakro-iliaka sangat penting dan dapat

menandakan adanya gangguan pada jembatan posterior. emeriksaan rektum kemudian dilakukan pada semua kasus. 7oksigis dan sakrum dapat diraba dan diuji untuk mencari ada tidaknya nyeri tekan. 7alau prostat dapat diraba, yang sering sukar dilakukan akibat nyeri dan  pembengkakan, posisinya yang abnormal dapat

menunjukkan cedera uretra.

4anyakan kapan pasien membuang urine terakhir  kali dan cari perdarahan di meatus eksterna. 7etidakmampuan untuk kencing dan adanya darah di meatus eksterna adalah tanda klasik ruptur uretra. 4etapi, tiadanya darah di meatus tidak menyingkirkan cedera uretra, karena s&ingter luar mungkin mengalami spasme, sehingga menghentikan aliran darah dari tempat cedera. 7arena itu setiap pasien yang mengalami &raktur pelis harus dianggap menghadapi risiko cedera uretra.

(20)

asien dapat dianjurkan untuk kencing kalau dia dapat melakukannya, uretra itu utuh atau hanya terdapat sedikit kerusakan yang tidak akan diperburuk oleh aliran urine. 'angan "encoba untuk "e"asukkan kateter; karena ini dapat "engubah robekan uretra sebagian "enjadi robekan uretra lengkap.  7alau cedera uretra dicurigai, ini dapat didiagnosis dengan lebih tepat dan lebih aman dengan uretrogra&i retrograd.

%uptur kandung kemih harus dicurigai pada pasien yang tidak dapat kencing atau pada pasien yang kandung kemihnya tidak teraba setelah diberi penggantian cairan yang memadai. alpasi sering sukar dilakukan karena terdapat hematoma dinding perut. Gambaran &isik pada a!alnya dapat sedikit sekali, dengan bising usus yang normal, karena ekstraasasi urine yang steril tak banyak  menimbulkan iritasi peritoneum. 2anya sebagian kecil  pasien dengan ruptur kandung kemih yang mengalami hipotensi jadi kalau pasien itu hipotensi&, harus dicari  penyebab lainnya.

emeriksaan neurologik sangat diperlukan mungkin terdapat kerusakan pada pleksus lumbalis atau sakralis.

7alau pasien tak sadar, prosedur rutin yang sama diikuti. 4etapi, pemeriksaan sinar-O dini penting pada kasus ini.

Pe$eriksaan Radi)l)gis

Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan  pemeriksaan radiologis dengan prioritas pemeriksaan &oto rontgen posisi . emeriksaan rontgen posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan eksterna apabila keadaan umum memungkinkan.

Sinar6? Pada Pel-is

(21)

Sinar-O dapat memperlihatkan &raktur pada rami  pubis, &raktur ipsilateral atau kontralateral pada elemen  posterior, pemisahan sim&isis, kerusakan pada sendi sakro-iliaka atau kombinasi dari cedera-cedera itu. ;oto sering sulit dimengerti dan CT can merupakan cara yang terbaik  untuk memperlihatkan si&at cedera terutama kalau tersedia #4 3 dimensi.

Segera setelah keadaan pasien memungkinkan, &oto  polos  pelis harus diambil. ada umumnya &oto ini akan memberi in&ormasi yang cukup untuk membuat diagnosis  pendahuluan pada &raktur pelis. Si&at cedera yang tepat

dapat diperjelas dengan radiogra&i secara lebih rinci bila telah dipastikan bah!a pasien dapat tahan terhadap lamanya !aktu yang diperlukan untuk penentuan posisi dan reposisi di meja sinar-O. Diperlukan 5 &oto  anteroposterior,  pandangan inlet 'kamera se&alad terhadap pelis dan dimiringkan 3/ derajat ke ba!ah*, &oto outlet 'kamera kaudal terhadap pelis dan dimiringkan / derajat ke ata*, dan &oto oblik kanan dan kiri.

7alau dicurigai adanya cedera apa saja yang  berbahaya, CT can  pada tingkat yang tepat sangat  berman&aat ' beberapa ahli mengatakan harus dilakukan*. Ini terutama berlaku untuk kerusakan cincin pelis posterior  dan untuk &raktur asetabulum yang kompleks, yang tidak  dapat diealuasi secara tepat dengan sinar-O biasa.

%e&ormasi #4 3 dimensi terhadap &oto pelis memberi gambaran cedera secara paling tepat, ini adalah metode pilihan bila &asilitas itu tersedia.

VIII. PENATA7AKSANAAN

PENAN>ANAN 5INI

(22)

4erapi tidak boleh menunggu diagnosis yang lengkap dan rinci. rioritas perlu ditentukan dan bertindak   berdasrkan setiap in&ormasi yang sudah tersedia sementara  beralih ke pemeriksaan diagnostik berikutnya. 4ata laksana

dalam konteks ini adalah kombinasi penilaian dan terapi. 6 pertanyaan harus ditanyakan dan ja!abannya ditangani satu demi satu 

$. pakah saluran na&as bersih 9

. pakah paru-paru cukup membuat entilasi 9 3. pakah pasien kehilangan darah 9

. pakah terdapat cedera di dalam perut 9

5. pakah terdapat cedera kandung kemih dan uretra 9 6. Stabil atau tidakkah &raktur pelis ini 9

ada setiap pasien yang mengalami cedera berat, langkah yang pertama adalah memastikan bah!a saluran na&as bersih dan entilasi tak terhalang. %esusitasi harus dimulai segera dan perdarahan akti& dikendalikan. asien dengan cepat diperikas untuk mencari ada tidaknya cedera ganda dan, kalau perlu, &raktur yang nyeri dibebat. $ &oto sinar-O  pada pelis harus diambil.

7emudian dilakukan pemeriksaan yang lebih cermat, dengan memperhatikan pelis, perut, perineum, dan rektum. <iang meatus uretra diperiksa untuk mencari tanda-tanda perdarahan. 4ungkai ba!ah juga diperiksa untuk  mencari tanda-tanda cedera sara&.

7alau keadaan umum pasien stabil, pemeriksaan dengan sinar-O selanjutnya dapat dilakukan. 7alau dicurigai adanya robekan uretra, dapat dilakukan uretrogram secara pelan-pelan. 2asil penemuan sampai

(23)

tahap ini dapat menentukan perlu tidaknya urogram intraena.

Sampai saat ini dokter yang memeriksa sudah mendapat gambaran yang baik mengenai keadaan umum  pasien, tingkat cedera pelis, ada tidaknya cedera iseral dak kemungkinan berlanjutnya perdarahan di dalam perut atau retroperitoneal. Idealnya, tim ahli masing-masing menangani tiap masalah atau melakukan penyelidikan lebih  jauh.

engobatan harus dilakukan sesegera mungkin  berdasarkan prioritas penanggulangan trauma yang terjadi

'8#*, yaitu 1. Res#si!asi aal

a. erhatikan saluran na&as dan perbaiki hipoksia

 b. 7ontrol perdarahan dengan pemberian cairan %inger dan trans&usi darah

2. Ana$nesis

a. 7eadaan dan !aktu trauma  b. :iksi terakhir 

c. Haktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir 

d. 8ila penderita !anita apakah sedang hamil atau menstruasi e. 4rauma lainnya seperti trauma pada kepala

%. Pe$eriksaan klinik  a. 7eadaan umum

i. #atat secara teratur denyut nadi, tekanan darah dan respirasi ii. Secara cepat lakukan surey tentang kemungkinan trauma

lainnya  b. <okal

(24)

i. Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya perdarahan,  pembengkakan dan de&ormitas

ii. 4entukan derajat ketidak-stabilan cincin panggul dengan  palpasi pada ramus dan sim&isis pubis

iii. dakan pemeriksaan colok dubur  /. Pe$eriksaan !a$*a"an

a. ;oto polos panggul, toraks serta daerah lain yang dicurigai mengalami trauma

 b. ;oto polos panggul dalam keadaan rotasi interna dan eksterna serta pemeriksaan &oto panggul lainnya

c. emeriksaan urologis dan lainnya  i. 7ateterisasi

ii. reterogram

iii. Sistogram retrograd dan postvoiding  i. ielogram intraena

. spirasi diagnostik dengan laase peritoneal

. Peng)*a!an

a. 4indakan operati& bila ditemukan kerusakan alat-alat dalam rongga panggul

 b. Stabilisasi &raktur panggul, misalnya traksi skeletal,  pelvic  sling , spika panggul

Penanganan Perdara"an 8ang (e*a!

paya lain yang dapat diperlukan untuk menangani  perdarahan masi& mencakup penggunaan pakaian antisyok   pneumatik dan pemasangan segera &iksator luar.

(25)

Diagnosis perdarahan yang terus berlanjut sering sukar dilakukan, dan sekalipun tampak jelas bah!a  berlanjutnya syok adalah akibat perdarahan, tidaklah mudah untuk menentukan sumber perdarahan itu. asien dengan tanda-tanda abdomen yang mencurigakan harus diselidiki lebih jauh dengan aspirasi peritoneum atau pembilasan. 7alau terdapat aspirasi diagnostik positi&, perut harus dieksplorai untuk menemukan dan mengangani sumber   perdarahan. 4etapi, kalau terdapat hematoma retroperitoneal

yang besar, ini tidak boleh dieakuasi karena hal ini dapat melepaskan e&ek tamponade dan mengakibatkan perdarahan yang tak terkendali.

Penanganan Ure!ra 5an Kand#ng Ke$i"

#edera urologi terjadi pada sekitar $/A pasien dengan &raktur cincin pelis. 7arena pasien sering sakit  berat akibat cedera yang lain, mungkin dibutuhkan kateter 

urine untuk memantau keluaran urine, sehingga ahli urologi terpaksa membuat diagnosis kerusakan uretra dengan cepat.

4idak boleh memasukkan kateter diagnostik karena kemungkinan besar ini akan mengubah robekan sebagian menjadi robekan lengkap. ntuk robekan yang tek lengkap,  pemasukan kateter suprapubik sebagai prosedur resmi saja

yang dibutuhkan. Sekitar setengah dari semua robekan tak  lengkap akan sembuh dan tak banyak membutuhkan  penanganan jangka panjang.

4erapi robekan uretra lengkap masih kontroersial. enjajaran ulang 'realign"ent * primer pada uretra dapat dicapai dengan melakukan sistostomi suprapubik, mengeakuasi hematoma pelis dan kemudian memasukkan kateter mele!ati cedera untuk mendrainase kandung kemih. 7alau kandung kemih mengambang tinggi, ini harus

(26)

direposisi dan diikat dengan penjahitan melalui bagian anterior ba!ah kapsul prostat, melalui perineum pada kedua sisi uretra bulbar dan di&iksasi pada paha dengan plester  elastis. Suatu pendekatan alternati& = yang jauh lebih sederhana = adalah melakukan sistostomi secepat mungkin, tidak berusaha mendrainase pelis atau membedah uretra, dan mengangani striktur yang diakibatkan -6 bulan kemudian. :etode yang belakangan ini dikontraindikasikan kalau terdapat dislokasi prostat yang hebat atau robekan hebat pada rektum atau leher kandung kemih. ada kedua metode itu terdapat cukup banyak insidensi pembentukan striktur, inkontinensia dan impotensi di belakang hari.

Tera'i 4rak!#r

ntuk pasien dengan cedera yang sangat hebat, &iksasi luar dini adalah salah satu cara yang paling e&ekti&  untuk mengurangi perdarahan dan mela!an syok. 7alau tidak ada komplikasi yang membahayakan ji!a, terapi  pastinya adalah sebagai berikut.

 raktur tipe *$ ;raktur yang sedikit sekali bergeser  dan &raktur pelis yang terisolasi hanya membutuhkan istirahat di tempat tidur, barangkali dikombinasi dengan traksi tungkai ba!ah. Dalam -6 minggu pasien biasanya nyaman sehingga dapat diperbolehkan menggunakan  penopang.

 raktur tipe B$ salkan dapat dipastikan bah!a  pergeseran posterior tidak terjadi, cedera buku terbuka dengan celah kurang dari ,5 cm biasanya dapat diterapi secara memuaskan dengan beristirahat di tempat tidur kain gendongan posterior atau korset elastis yang berman&aat untuk Kmenutup bukuL. #elah yang lebih dari ,5 cm sering dapat ditutup dengan membaringkan pasien secara miring

(27)

dan menekan ala osis ilii. #ara yang paling e&isien untuk  mempertahankan reduksi adalah &iksasi luar dengan pen  pada kedua ala osis ilii yang dihubungkan oleh batang

anterior Kpenutupan bukuL juga dapat mengurangi jumlah  perdarahan. enempatan pen lebih mudah dilakukan kalau   pen sementara mula-mula dimasukkan sehingga merengkuh  permukaan medial dan lateral tiap ala osis ilii dan kemudian mengarahkan pen-pen pengikat itu diantara keduanya. ;iksasi internal dengan pemasangan plat pada sim&isis harus dilakukan  '$* selama beberapa hari pertama setelah cedera, hanya jika pasien memerlukan laparotomi dan '* di  belakang hari jika celah itu tidak dapat ditutup dengan

metode yang tidak begitu radikal.

ada cedera buku tertutup penggunaan kain gendongan atau korset tidak tepat. 8eristirahat di tempat tidur selama sekitar 6 minggu tanpa &iksasi apapun biasanya memadai, tetapi, kalau perbedaan panjang kaki melebihi $,5 cm atau terdapat de&ormitas pelis yang nyata, reduksi dengan pen pada satu krista iliaka dapat dicoba dan, kalau  berhasil, dipertahankan dengan menghubungkan pen-pen itu dengan pen pada sisi yang lain sehingga membentuk  &iksator luar. 7erangka &iksasi biasanya diperlukan selama 6- minggu tetapi pada stadium yang belakangan, kalau telah nyaman pasien diperbolehkan bangun dan berjalan.

 raktur tipe C$ #edera ini adalah yang paling  berbahaya dan paling sulit diterapi. 7emungkinan beberapa atau semua pergeseran ertikal dapat direduksi dengan traksi kerangka yang dikombinasi dengan &iksator luar meskipun demikian, pasien perlu tinggal di tempat tidur  sekurang-kurangnya $/ minggu. 7alau reduksi belum dicapai, &raktur dislokasi dapat direduksi secara terbuka dan mengikatnya dengan satu plat kompresi dinamis atau lebih.

(28)

@perasi berbahaya bila dilakukan 'bahayanya mencakup  perdarahan masi& dan in&eksi* dan harus dilakukan hanya oleh ahli bedah yang berpengalaman dalam bidang ini. emakaian traksi kerangka dan &iksasi luar mungkin lebih aman, meskipun malposisi mungkin akan meninggalkan nyeri di bagian posterior. erlu ditekankan bah!a ? 6/A &raktur pelis tidak memerlukan &iksasi.  raktur pelvis terbuka ditangani dengan &iksasi luar. 7olostomi diersi mungkin diperlukan.

2. R#'!#r Ren

I. INSI5EN

;rekuensi terjadinya trauma ginjal tergantung pada populasi  pasien. +umlah trauma ginjal biasanya 3A dari jumlah semua trauma yang ada di seluruh rumah sakit dan sebanyak $/A dari total pasien yang mengalami trauma abdomen.

ada anak-anak, umumnya lebih mudah terjadi rupture ginjal, terkait dengan ukuran ginjal anak yang relati& besar, lebih bersi&at mobile dan perirenal fat  yang minim.

II. ETIO7O>I

4rauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia. 7urang lebih $/A dari trauma pada abdomen mencederai ginjal. #edera ginjal dapat terjadi secara '$* langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang atau '* tidak  langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum. +enis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka tusuk, ataupun luka tembak.

4erdapat dua macam trauma abdominal, yaitu trauma tumpul dan trauma penetrasi. 4rauma tumpul dihasilkan oleh kekerasan yang diberikan pada tubuh tanpa menyebabkan adanya luka

(29)

terbuka. enyebab trauma tumpul adalah pukulan langsung 'akibat olahraga, kekerasan*, tekanan 'akibat pekerjaan industrial seperti terperangkap di dalam alat-alat berat*, atau deselerasi 'kecelakaan motor atau jatuh dari ketinggian yang signi&ikan*.

ada beberapa kejadian namun tak banyak, kehamilan dapat mengakibatkan ruptur ginjal spontan dan umumnya terjadi pada ginjal kanan. 2al ini bisa saja terjadi pada ginjal dengan atau tanpa didahului proses patologis pada ginjal.

III. PATO>ENESIS

%uptur ginjal adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa.

Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. %obekan ini akan memicu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.

#edera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, antara lain hidrone&rosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.

:enurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal dibedakan menjadi '$* cedera minor, '* cedera major, '3* cedera pedikel atau pembuluh darah ginjal.

4erdapat dua penggolongan derajat pada ruptur ginjal yaitu sebagai berikut.

Ta*el 1. Kalsiikasi !ra#$a@cedera gin0al

7lasi&ikasi pencitraan ;ederle 7lasi&ikasi S4 ' *"erican *ssociate of  urgery*

7ategori 4ingkat cedera Derajat 4ingkat cedera

I :I"@%   7ontusi <aserasi korteks 'tidak meluas ke $ 

7ontusio dan)atau hematoma subkapsular 

<aserasi korteks > $ cm, tidak  sampai kaliks

(30)

II III I caly0* :+@%  <aserasi korteks 'meluas ke caly0* %uptur ginjal #424%@2I# 4rauma sampai ke  pedikulus ginjal S244B%BD 7ID"BJ erlukaan sampai di  peliureteric junction

3 <aserasi korteks ? $ cm, tidak   sampai kaliks

 <aserasi korteks hingga cortico"edullary junction  atau hingga collecting syste"

5 #edera arteri atau ena renalis disertai perdarahan

ulsi pedikel ginjal

Ginjal terbelah ' shattered  kidney*

 "amun klasi&ikasi yang paling sering digunakan dalam  pencitraan adalah klasi&ikasi ;ederle. Sistem ;ederle mengkategorikan cedera ginjal menjadi empat kelompok 'minor, mayor, catastrophic, dan pelviureteric junction injuries*.

>a$*ar 1. Klasiikasi cedera gin0al 9$en#r#! AAST<

IV. 5IA>NOSIS

G:8%" 7<I"IS

Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat berariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang menyertainya. ada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah

(31)

 pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.

Derajat cedera pada ginjal tidak selalu berbanding lurus dengan parah tidaknya hematuria yang terjadi hematuria makroskopik dapat terjadi pada trauma ginjal yang ringan dan hanya hematuria ringan pada trauma mayor.

ada trauma mayor atau rupture pedikel sering kali pasien datang dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan I karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup banyak. ntuk itu harus segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.

atut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat

a. 4rauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah ba!ah, dan  perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya  jejas pada daerah itu

 b. 2ematuria

c. ;raktur costa ba!ah '4-$* atau &raktur prosessus spinosus ertebra

d. 4rauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang

e. #edera deselarasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas

 <8@%4@%I:

emeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis. ada pemeriksaan ini diperhatikan kekeruhan, !arna,  p2 urin, protein, glukosa dan sel-sel. 2ematuria makroskopik 

atau mikroskopik seringkali ditemukan pada pemeriksaan ini. +ika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik. :eskipun secara umum terdapat derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah

(32)

dilaporkan juga kalau pada trauma 'ruptur* ginjal dapat juga tidak  disertai hematuria. kan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal masih didapatkan kesulitan.

V. PENATA7AKSANAAN

 "on-@perati& dan 7onserati& 

4indakan konserati& ditujukan pada trauma minor. ada keadaan ini dilakukan obserasi tanda-tanda ital 'tensi, nadi, suhu tubuh*, kemungkinan adanya penambahan massa di  pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut, penurunan kadar 

hemoglobin darah, dan perubahan !arna urin pada pemeriksaan urine serial.

@perati& 

enanganan operati& pada ruptur ginjal ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan untuk segera menghentikan  perdarahan. Selanjutnya, mungkin dilakukan debridement, reparasi ginjal 'berupa renora&i atau penyambungan askuler* atau tidak jarang harus dilakukan ne&rektomi parsial bahkan ne&rektomi total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.

VI. PRO>NOSIS

Dengan &ollo!-up yang dilakukan secara hati-hati, kebanyakan kasus ruptur ginjal memiliki prognosis yang baik, dengan proses penyembuhan yang berlangsung secara spontan dan mengembalikan &ungsi ginjal. enga!asan terhadap excretory urography dan tekanan darah juga dapat menjamin deteksi dan manajemen yang tepat akan kejadian hidrone&rosis dan hipertensi.

%. R#'!#r Ure!"ra I. ETIO7O>I

(33)

4rauma tumpul merupakan penyebab dari sebagian besar  cedera pada uretra pars posterior. :enurut sejarahnya, banyak  cedera semacam ini yang berhubungan dengan kecelakaan di  pabrik atau pertambangan. kan tetapi, karena perbaikan dalam hal keselamatan pekerja pabrik telah menggeser penyebab cedera ini dan menyebabkan peningkatan pada cedera yang berhubungan kecelakaan lalu lintas. Gangguan pada uretra terjadi sekitar $/A dari &raktur pelis tetapi hampir semua gangguan pada uretra membranasea yang berhubungan dengan trauma tumpul terjadi  bersamaan &raktur pelis. ;raktur yang mengenai ramus atau

sim&isis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin pelis, menyebabkan robekan uretra pars prostato-membranasea. ;raktur   pelis dan robekan pembuluh darah yang berada di dalam kaum  pelis menyebabkan hematoma yang luas di kaum retMius sehingga jika ligamentum pubo-prostatikum ikut terobek, prostat  berada buli-buli akan terangkat ke kranial.

;raktur pelis yang menyebabkan gangguan uretra  biasanya penyebab sekunder karena kecelakaan kendaraan  bermotor '6A-A* atau jauh dari ketinggian dan tulang pelis hancur '6A-5A*. ejalan kaki lebih beresiko, mengalami cedera uretra karena &raktur pelis pada kecelakaan bermotor dari pada  pengendara.

II. EPI5EMIO7O>I

;raktur pelis merupakan penyebab utama terjadinya ruptur uretra posterior dengan angka kejadian / per $//.///  populasi dan penyebab utama terjadinya &raktur pelis adalah kecelakaan bermotor '$5,5A*, diikuti oleh cedera pejalan kaki '$3,A*, jatuh dari ketinggian lebih dari $5 kaki '$3A*, kecelakaan pada penumpang mobil '$/,A* dan kecelakaan kerja '6A*. ;raktur pelis merupakan salah satu tanda bah!a telah terjadi cedera intraabdominal ataupun cedera urogenitalia yang

(34)

kira-kira terjadi pada $5-/A pasien. #edera organ terbanyak   pada &raktur pelis adalah pada uretra posterior '5,A-$,6A*,

diikuti oleh cedera hati '6,$A-$/,A* dan cedera limpa '5,A-5,A*.

ngka kejadian cedera uretra yang dihubungkan dengan &raktur pelis kebanyakan ditemukan pada a!al dekade keempat, dengan umur rata-rata 33 tahun. ada anak '>$ tahun* angka kejadiannya sekitar A. 4erdapat perbedaan persentasi angka kejadian &raktur pelis yang menyebabkan cedera uretra pada anak dan de!asa. ;raktur pelis pada anak sekitar 56A kasus yang merupakan resiko tinggi untuk terjadinya cedera uretra.

4rauma uretra lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding !anita, perbedaan ini disebabkan karena uretra !anita pendek, lebih mobilitas dan mempunyai ligamentum pubis yang tidak  kaku.

III. MEKANISME TRAUMA

#edera uretra terjadi sebagai akibat dari adanya gaya geser   pada prostato"e"branosa junction sehingga prostat terlepas dari

&iksasi pada dia&ragma urogenitalia. Dengan adanya pergeseran  prostat, maka uretra pars membranasea teregang dengan cepat dan kuat. retra posterior di&iksasi pada dua tempat yaitu &iksasi uretra pars membranasea pada ramus ischiopubis oleh dia&ragma urogenitalia dan uretra pars prostatika ke simphisis oleh ligamentum puboprostatikum.

IV. K7ASI4IKASI

:elalui gambaran uretrogram, #olapinto dan :c#ollum '$1F6* membagi derajat cedera uretra dalam 3 jenis 

$. retra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching 'perengangan*. ;oto uretrogram tidak menunjukkan adanya ekstraasasi, dan uretra hanya tampak memanjang

(35)

. retra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea, sedangkan dia&ragma urogenitalia masih utuh. ;oto uretrogram menunjukkan ekstraasai kontras yang masih terbatas di atas dia&ragma

3. retra posterior, dia&ragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak. ;oto uretrogram menunjukkan ekstasasi kontras meluas hingga di ba!ah dia&ragma sampai ke  perineum.

V. >AMBARAN K7INIS

ada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang  pelis. ada daerah suprapubik dan abdomen bagian ba!ah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan. 8ila disertai ruptur kandung kemih, bisa dijumpai tanda rangsangan peritoneum. asien biasanya mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian ba!ah.

7emungkinan terjadinya cedera uretra posterior harus segera dicurigai pada pasien yang telah didiagnosis &raktur pelis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, beberapa jenis &raktur pelis lebih sering berhubungan dengan cedera uretra  posterior dan terlihat pada FA sampai 13A kasus. kan tetapi,  banyaknya darah pada meatus uretra tidak berhubungan dengan  beratnya cedera. 4eraba buli-buli yang cembung 'distended*, urin tidak bisa keluar dari kandung kemih atau memar pada perineum atau ekimosis perineal merupakan tanda tambahan yang merujuk   pada gangguan uretra. 4rias diagnostik dari gangguan uretra  prostatomembranosa adalah &raktur pelis, darah pada meatus dan

urin tidak bisa keluar dari kandung kemih.

7eluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling penting dari kerusakan uretra. ada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan pemasangan kateter, karena dapat menyebabkan in&eksi pada periprostatik dan periesical dan

(36)

konersi dari incomplete laserasi menjadi complete laserasi. #edera uretra karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstuksi karena edema dan bekuan darah. bses periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Bkstraasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh tergantung &ascia yang rusak. ada ekstraasasi ini mudah timbul in&iltrat urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi in&eksi. danya darah pada ostium uretra eksterna mengindikasikan  pentingnya uretrogra&i untuk menegakkan diagnosis.

ada pemeriksaan rektum bisa didapatkan hematoma pada  pelis dengan pengeseran prostat ke superior. 8agaimanapun  pemeriksaan rektum dapat diinprestasikan salah, karena hematoma pelis bisa mirip denagan prostat pada palpasi. ergeseran prostat ke superior tidak ditemukan jika ligament  puboprostikum tetap utuh. Disrupsi parsial dari uretra

membranasea tidak disertai oleh pergeseran prostat.

rostat dan buli-buli terpisah dengan uretra pars membranasea dan terdorong ke atas oleh penyebaran dari hematoma pada pelis.  +igh riding prostat  merupakan tanda klasik yang biasa ditemukan pada ruptur uretra posterior. 2ematoma pada pelis, ditambah dengan &raktur pelis kadang-kadang menghalangi palpasi yang adekuat pada prostat yang ukurannya kecil. Sebaliknya terkadang apa yang dipikirkan sebagai prostat yang normal mungkin adalah hematoma pada  pelis. emeriksaan rektal lebih penting untuk mengetahui ada tidaknya jejas pada rektal yang dapat dihubungkan dengan &raktur   pelis. Darah yang ditemukan pada jari pemeriksa menunjukkan

adanya suatu jejas pada lokasi yang diperiksa.

VI. PENATA7AKSANAAN

Bmergency

Syok dan pendarahan harus diatasi, serta pemberian

(37)

antibiotik dan obat-obat analgesik. asien dengan kontusio atau laserasi dan masih dapat kencing, tidak perlu menggunakan alat-alat atau manipulasi tapi jika tidak bisa kencing dan tidak ada ekstraasasi pada uretrosistogram, pemasangan kateter harus dilakukan dengan lubrikan yang adekuat.

8ila ruptur uretra posterior tidak disertai cedera intraabdomen dan organ lain, cukup dilakukan sistotomi. %eparasi uretra dilakukan -3 hari kemudian dengan melakukan anastomosis ujung ke ujung, dan pemasangan kateter silicon selama 3 minggu.

embedahan

Bkstraasasi pada uretrosistogram mengindikasikan pembedahan. 7ateter uretra harus dihindari.

$.  ,""ediate "anage"ent 

enanganan a!al terdiri dari sistostomi suprapubik untuk  drainase urin. Insisi midline pada abdomen bagian ba!ah dibuat untuk menghindari pendarahan yang banyak pada pelis. 8uli- buli dan prostat biasanya eleasi kearah superior oleh pendarahan

yang luas pada periprostatik dan periesikal. 8uli-buli sering distensi oleh akumulasi olume urin yang banyak selama periode resusitasi dan persiapan operasi. rin sering bersih dan bebas dari darah, tetapi mungkin terdapat  gross  hematuria. 8uli-buli harus dibuka pada garis midline dan diinspeksi untuk laserasi dan jika ada, laserasi harus ditutup dengan benang yang dapat diabsorpsi dan pemasangan tube sistotomi untuk drainase urin. Sistotomi suprapubik dipertahankan selama 3 bulan. emasangan ini membolehkan resolusi dari hematoma pada pelis, dan prostat N  buli-buli akan kembali secara perlahan ke posisi anatominya.

8ila disertai cedera organ lain sehingga tidak mungkin dilakukan reparasi - 3 hari kemudian, sebaiknya dipasang kateter  secara langsir 'railroading*.

(38)

.  -elayed urethral reconstruction

%ekonstruksi uretra setelah disposisi prostat dapat dikerjakan dalam 3 bulan, diduga pada saat ini tidak ada abses  pelis atau bukti lain dari in&eksi pelis. Sebelum rekonstuksi,

dilakukan kombinasi sistogram dan uretrogram untuk menentukan  panjang sebenarnya dari striktur uretra. anjang striktur biasanya

$- cm dan lokasinya dibelakang dari tulang pubis. :etode yang dipilih adalah K singlestage reconstructionL pada ruptur uretra dengan eksisi langsung pada daerah striktur dan anastomosis uretra pars bulbosa ke apeks prostat lalu dipasang kateter uretra ukuran $6 ; melalui sistotomi suprapubik. 7ira-kira $ bulan setelah rekonstuksi, kateter uretra dapat dilepas. Sebelumnya dilakukan sistogram, jika sistogram memperlihatkan uretra utuh dan tidak ada ekstraasasi, kateter suprapubik dapat dilepas. +ika masih ada ekstraasasi atau striktur, kateter suprapubik harus dipertahankan. retrogram dilakukan kembali dalam  bulan untuk melihat perkembangan striktur.

3.  ,""ediate urethral realign"ent 

8eberapa ahli bedah lebih suka untuk langsung memperbaiki uretra. erdarahan dan hematoma sekitar ruptur  merupakan masalah teknis. 4imbulnya striktur, impotensi, dan inkotinensia lebih tinggi dari i""ediate cystoto"y  dan delayed  reconstruction. Halaupun demikian beberapa penulis melaporkan keberhasilan dengan i""ediate urethral realign"ent .

VII. KOMP7IKASI

Striktur, impotensi, dan inkotinensia urin merupakan komplikasi rupture prostatomembranosa paling berat yang disebabkan trauma pada sistem urinaria. Striktur yang mengikuti  perbaikan primer dan anastomosis terjadi sekitar 5/A dari kasus.

(39)

+ika dilakukan sistotomi suprapubik, dengan pendekatan K delayed  repair L maka insidens striktur dapat dikurangi sampai sekitar 5A. Insidens impotensi setelah K pri"ary repair L, sekitar 3/-/A 'rata-rata sekitar 5/A*. 2al ini dapat dikurangi hingga 3/-35A dengan drainase suprapubik pada rekontruksi uretra tertunda. +umlah pasien yang mengalami inkotinensia urin > A biasanya  bersamaan dengan &raktur tulang sakrum yang berat dan cedera

nerus S-.

VIII. PRO>NOSIS

+ika komplikasinya dapat dihindari, prognosisnya sangat  baik. In&eksi saluran kemih akan teratasi dengan penatalaksaan

yang sesuai.

%4% %B4% "4B%I@%  I. ETIO7O>I

retra anterior adalah bagian distal dari dia&ragma urogenitalia. traddle injury dapat menyebabkan laserasi atau contusion dari uretra. Instrumentasi atau iatrogenik dapat menyebabkan disrupsi parsial.

#edera uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera langsung pada pelis dan uretra. Secara klasik, cedera uretra anterior disebabkan oleh  straddle injury atau tendangan atau  pukulan pada daerah perineum, dimana uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul. #edera tembus uretra 'luka tembak atau luka tusuk* dapat juga menyebabkan cedera uretra anterior. enyebab lain dari cedera uretra anterior  adalah trauma penis yang berat, trauma iatrogenic dari kateterisasi, atau masuk benda asing.

II. MEKANISME TRAUMA

(40)

4rauma tumpul atau tembus dapat menyebabkan cedera uretra anterior. 4rauma tumpul adalah diagnosis yang sering dan cedera pada segmen uretra pars bulbosa paling sering '5A*, karena &iksasi uretra pars bulbosa diba!ah dari tulang pubis, tidak  seperti uretra pars pendulosa yang mobile. 4rauma tumpul pada uretra pars bulbosa biasanya disebabkan oleh straddle injury atau trauma pada daerah perineum. retra pars bulbosa terjepit diantara ramus in&erior pubis dan benda tumpul, menyebabkan memar atau laserasi pada uretra.

4idak s eperti c edera pada uretra pars  prostatomembranous, 4rauma tumpul uretra anterior jarang  berhubungan dengan trauma organ lainnya. 7enyataannya,  straddle injury menimbulkan cedera cukup ringan, membuat  pasien tidak mencari penanganan pada saat kejadian. asien  biasanya datang dengan striktur uretra setelah kejadian yang

interalnya bulan atau tahun.

#edera uretra anterior dapat juga berhubungan dengan trauma penis '$/A sampai /A dari kasus*. :ekanisme cedera adalah trauma langsung atau cedera pada saat berhubungan intim, dimana penis yang sementara ereksi menghantam ramus pubis !anita, menyebabkan robeknya tunika albuginea.

III. K7ASI4IKASI

7lasi&ikasi rupture uretra anterior dideskripsikan oleh :cninch dan rmenakas berdasarkan atas gambaran radiologi

• 7ontusio  Gambaran klinis memberi kesan cedera uretra, tetapi

uretrogra&i retrograde normal

•  ,nco"plete disruption  retrogra&i menunjukkan ekstraasasi,

tetapi masih ada kontinuitas uretra sebagian. 7ontras terlihat mengisi uretra proksimal atau esika urinaria.

• Co"plete disruption  retrogra&i menunjukkan ekstraasasi

dengan tidak ada kontras mengisi uretra proksimal atau esika urinaria. 7ontinuitas uretra seluruhnya terganggu.

(41)

IV. >AMBARAN K7INIS

ada rupture uretra anterior terdapat memar atau hematom  pada penis dan skrotum. 8eberapa tetes darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera uretra. 8ila terjadi rupture uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak  terjadi trauma dan nyeri perut bagian ba!ah dan daerah suprapubik. ada perabaan mungkin ditemukan kandung kemih yang penuh.

#edera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstuksi karena udem atau bekuan darah. bses periuretral atau sepsis mengakibatkan demam. Bkstraasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh, tergantung &ascia yang turut rusak. ada ekstraasasi ini mudah timbul in&iltrate yang disebut in&iltrate urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi in&eksi.

7ecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada ri!ayat cedera kangkang atau instrumentasi dan darah yang menetes dari uretra.

+ika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih terbatas pada &asia 8uck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada  penis. "amun jika &asia 8uck ikut robek, ekstraasai urin dan darah hanya dibatasi oleh &asia #olles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. @leh karena itu robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly he"ato"a atau hematoma kupu-kupu.

V. PENATA7AKSANAAN

enanganan !al

7ehilangan darah yang banyak biasanya tidak ditemukan  pada  straddle injury. +ika terdapat pendarahan yang berat

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian untuk variabel melatonin 1 dan melatonin 2 pada kelompok kontrol maupun perlakuan diperoleh nilai p masing-masing 0,671 dan 0,153, sehingga dapat disimpulkan

VIII. Kapang merupakan multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di

Dalam kaitannya dengan besarnya biaya dan mutu pelayanan, maka terdapat berbagai hal penting yang perlu diperhatikan dalam etika bisnis rumah sakit: pelayanan

Pengujian dilakukan dengan mencoba semua kemungkinan yang terjadi dan pengujian dilakukan berulang-ulang. Jika dalam pengujian ditemukan kesalahan, maka akan

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sedang terjadi dengan judul penelitian

Untuk mengetahui kesesuaian antara Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang telah ditetapkan di Universitas Dharmas Indonesia dengan pelaksanaan yang terjadi dalam

Islam membedakan antara sistem ekonomi dengan ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi, dalam Islam didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang produksi dan peningkatan kualitas

Hasil uji beban statis untuk muka air tanah di atas dasar fondasi dengan berbagai variasi persentase campuran styrofoam pada lubang uji dengan media tanah lempung