• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MENDONGENG TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI VERBAL ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MENDONGENG TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI VERBAL ANAK"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN “MENDONGENG” TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI VERBAL ANAK KELOMPOK B TK RAHAYU JOMBANG TAHUN AJARAN 2019/2020

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH SEMINAR PROBLEMATIKA PAUD

DOSEN PENGAMPU : FIKRI NAZARUL LAIL., M.Pd

OLEH : ENI TRI WAHYUNI

170651100022

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2020

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini (early childhood education) atau yang lebih sering dikenal dengan PAUD menurut Sujiono merupakan jenjang pendidikan sebelum ke jenjang pendidikan dasar yang merupakan sebuah upaya dalam memberikan binaan kepada anak usia dini sejak dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci dan bersih yang belum mengerti dan belum bisa apapun hingga anak berusia enam tahun yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.1 Proses pembinaan dilakukan dengan memberikan rangsangan-rangsangan dan stimulasi pendidikan kepada anak dengan tujuan untuk mengoptimalkan, meningkatkan, dan mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani (berkaitan dengan fisik/tubuh) dan rohani atau ruh (berkaitan dengan batiniah) agar anak memiliki kesiapan dari segi fisik dan mental ketika kelak akan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.

Pendidikan perlu dilakukan sejak anak berada di masa usia dini. Namun dalam faktanya masih banyak anak usia dini diluar sana yang tidak bisa memperoleh pendidikan yang layak karena kendala biaya, sehingga banyak kita jumpai anak usia dini yang bekerja, memulung sampah, dan ada pula yang mengemis untuk mendapatkan sesuap nasi untuk dimakan. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang mempunyai berbagai karakteristik yakni : mempunyai pribadi yang unik, berpikir konkrit,

1

(3)

3 bersifat egosentris, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dunianya adalah dunia bermain, senang berfantasi dan berimajinasi, aktif dan energik, berjiwa petualang, belajar banyak menggunakan tubuh, memiliki daya konsentrasi yang rendah, merupakan peniru ulung orang dewasa, pribadi yang spontan, memiliki semangat belajar yang tinggi, bertindak dengan pertimbangan yang singkat (kurang pertimbangan), merupakan masa belajar yang potensial, mudah merasa frustasi. Selain itu, anak usia dini merupakan individu yang berada pada masa gemilang usia atau masa emas (golden age) atau usia emas pada usia awal kehidupan yang proses perkembangannya berlangsung dengan cepat dan pesat dalam semua aspek-aspek perkembangan yang mencakup enam aspek perkembangan anak yaitu: perkembangan agama dan moral, fisik motorik (banyak menggunakan gerak atau fungsi tubuh/alat indra), kogntif (akal pikiran, kecerdasan, dan pengetahuan), bahasa, sosial-emosional (berkaitan dengan emosi yang muncul pada situasi yang dianggap penting dan proses sosial terhadap orang lain), dan seni kreativitas. Hal tersebut sesuai dengan modul yang diterbitkan oleh Kemdikbud (Kementerian sPendidikan dan Kebudayaan) yang ditulis oleh Supartini dan Wati yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini yakni usia 0-5 tahun yang sering disebut dengan fase “golden age”.2

Fase “golden age” merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan proses tumbuh kembang anak sedini mungkin sehingga dapat mendeteksi kelainan apabila terjadi kelainan dan mempertimbangkan hal apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir kelainan

2

Supartini, Elis dan Wati, Dini. 2016. Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok

(4)

4 dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga apabila terdapat kelainan yang bersifat permanen dapat dicegah atau setidaknya dapat dihentikan perkembangan kelainannya.

Sedangkan menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Bab 1 Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya dalam melakukan proses binaan kepada anak sejak anak lahir ke dunia yang tidak bisa dan mengerti apapun hingga anak berusia enam tahun yang dilakukan dengan cara memberikan rangsangan-rangsangan pendidikan untuk membantu mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani (ruh) agar anak memiliki kesiapan dari segi fisik maupun mental ketika akan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.3 Namun apabila tidak ada rangsangan yang diberikan ataupun ada kesalahan dalam memberikan rangsangan, maka hal tersebut akan berdampak di kehidupan anak pada masa yang mendatang, yang biasanya efek atau dampaknya akan terasa ketika anak beranjak dewasa. Maka dari itu, perlu kehati-hatian dan perhatian yang cukup ekstra dalam memberikan rangsangan pada anak agar tidak terdapat kesalahan. Terutama dalam memberikan rangsangan atau stimulus pada perkembangan komunikasi anak, karena dewasa ini perkembangan komunikasi dianggap sebagai hal yang cukup sepele, orangtua atau guru biasanya lebih menekankan pada perkembangan kognitif (pengetahuan) anak. Contohnya adalah dalam proses pembelajaran, guru hanya monoton menjelaskan materi pembelajaran tanpa mempertimbangkan bagaimana respon timbal balik dari anak.

3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. h.4

(5)

5 Manusia hidup di dunia sangat memerlukan komunikasi, karena dengan adanya komunikasi manusia dapat menyampaikan sebuah informasi atau pesan kepada penerima pesan (orang lain). Ketika manusia melakukan komunikasi yang baik dengan manusia lain, artinya manusia telah melakukan interaksi atau hubungan yang baik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Begitu pula dengan anak usia dini. Anak usia dini melakukan komunikasi atau berkomunikasi baik dengan orangtua, guru, keluarga, teman sebaya, ataupun teman satu sekolah. Komunikasi yang dilakukan anak usia dini biasanya bertujuan untuk mengungkapkan emosi, pikiran, gagasan, perasaan ataupun maksud tertentu anak dari kata-kata yang keluar melalui komunikasi lisan anak (mulut). Komunikasi berasal berasal dari bahasa Latin communicatio yang memiliki arti “pemberitahuan” atau pertukaran pikiran”. Jadi komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pikiran antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan).4 Sedangkan menurut Hardjana, komunikasi merupakan penyampaian pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan yang dikemas secara verbal (komunikasi menggunakan kata-kata) sebanyak 65% dalam sehari-hari atau nonverbal (komunikasi tanpa menggunakan kata-kata) sebanyak 35% dalam sehari-hari.5 Komunikasi verbal yang dilakukan oleh anak usia dini biasanya adalah penggunaan bahasa lisan yang disampaikan dari mulut anak, misalnya ketika anak bercakap-cakap dengan orang lain di lingkungannya. Komunikasi verbal anak tidak mula-mula langsung berkembang, perlu adanya

4

Tommy Suprapto. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo. h. 5

5 Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. h. 22

(6)

6 stimulus (cara meningkatkan dan mengembangkan) pada komunikasi verbal. Contoh cara yang digunakan dalam menstimulasi komunikasi verbal anak yaitu melalui metode pembelajaran mendongeng.

Mendongeng merupakan proses menceritakan tentang sesuatu dongeng, yaitu kisah atau cerita yang tidak benar-benar terjadi. Kebanyakan dari dongeng tersebut terkandung nasihat yang baik dan mendidik bagi anak-anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kurniawan yang menyatakan bahwa mendongeng adalah kegiatan berkomunikasi dengan anak, dimana kegiatan berkomunikasi itu untuk mengkomunikasikan sebuah cerita tentang hal-hal yang dapat menghibur anak.6 Namun, dewasa ini metode pembelajaran “mendongeng” sangat jarang diterapkan di Taman Kanak-Kanak ataupun di lembaga PAUD karena adanya beberapa alasan ataupun kendala yaitu kurangnya rasa percaya diri guru ketika proses mendongeng, tidak atau belum tersedianya media yang diperlukan ketika proses mendongeng, ataupun karena beberapa guru tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mendongeng yang mengakibatkan stimulasi perkembangan komunikasi verbal anak kurang efektif, sehingga komunikasi verbal anak kurang berkembang.

TK Rahayu yang berlokasi di Desa Purisemanding Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang merupakan salah satu TK yang mempunyai masalah yang telah dipaparkan diatas. Beberapa masalah yang terjadi di TK Rahayu Jombang yaitu anak kurang dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal khususnya kelompok B, contohnya anak sering bersikap malu-malu dan kurang

6 Heru Kurniawan. 2016. Kreatif Mendongeng untuk Kecerdasan Jamak Anak. Jakarta: Kencana. h. 13

(7)

7 bisa mengkomunikasikan apa yang ada di dalam pikiran otak anak ketika guru bercakap-cakap tentang tema yang akan diusung pada hari tersebut. Selain itu, guru di TK Rahayu jombang juga kurang menerapkan metode pembelajaran “mendongeng” dalam menstimulasi perkembangan anak perkembangan komunikasi verbal ana. Alasan kurangnya penerapan metode pembelajaran “mendongeng” mungkin karena kurangnya rasa percaya diri ketika membawakan dongeng, media yang digunakan untuk mendongeng masih belum tersedia, atau mungkin karena beberapa guru tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mendongeng ke anak, dan kurang mendapatkan seminar ataupun workshop tentang kemampuan mendongeng untuk anak. Guru di TK Rahayu Jombang hanya menerapkan metode pembelajaran yang sedikit membosankan bagi anak yaitu metode ceramah, karena dianggap praktis dan mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh metode pembelajaran “mendongeng” terhadap kemampuan berkomunikasi verbal anak kelompok B TK Rahayu Jombang Tahun Ajaran 2019/2020”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Perkembangan komunikasi dianggap sebagai hal yang cukup sepele, orangtua atau guru biasanya lebih menekankan pada perkembangan kognitif (pengetahuan) anak.

2. Metode pembelajaran “mendongeng” sangat jarang diterapkan di Taman Kanak-Kanak ataupun di lembaga PAUD.

(8)

8 C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh metode pembelajaran “mendongeng” terhadap kemampuan berkomunikasi verbal anak didik pada kelompok B TK Rahayu Jombang Tahun Ajaran 2019/2020?

D. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran “mendongeng” terhadap kemampuan berkomunikasi verbal anak Kelompok B TK Rahayu Jombang Tahun Ajaran 2019/2020?

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh suatu informasi tentang pengaruh metode pembelajaran “mendongeng” terhadap kemampuan berkomunikasi verbal anak.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak Didik

1) Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal anak melalui metode pembelajaran “mendongeng”.

2) Mendorong semangat belajar dan meningkatkan motivasi belajar anak dalam pembelajaran di TK Rahayu Jombang.

(9)

9 b. Bagi Guru

- Guru memiliki tambahan wawasan tentang metode pembelajaran “mendongeng” dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal.

c. Bagi Sekolah

- Sekolah dapat menerapkan metode pembelajaran “mendongeng” untuk proses pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengembangkan dan merangsang kemampuan berkomunikasi verbal anak.

(10)

10 BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI 1. ANAK USIA DINI

a) PENGERTIAN ANAK USIA DINI

Menurut Hamzah, anak usia dini (AUD) merupakan anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun, dan ketika anak telah menginjak usia 7 tahun maka anak dikatakan siap untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yakni sekolah dasar.7 Di Indonesia diterapkan batasan usia anak usia dini yakni 0-6 tahun sedangkan di banyak negara (luar negeri) memberikan batasan usia anak usia dini yakni 0-8 tahun. Batasan usia yang ditetapkan yakni : 1) kelompok bayi usia 0-12 bulan; 2) kelompok bermain usia 1-3 tahun; 3) kelompok pra sekolah usia 4-5 tahun; dan 4) kelompok usia sekolah berada pada rentang usia 6-8 tahun. Dari adanya batasan usia tersebut bertujuan agar dapat pendidik dan orangtua dapat mendidik dan mengajar anak dengan menggunakan konsep pendidikan yang sesuai yakni konsep pendidikan AUD.

Sedangkan menurut Agusniatih dan Monepa, para ahli psikologi menyatakan bahwa anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa “usia emas” atau yang sering disebut dengan golden age. Pada masa golden

7 Nur Hamzah. 2015. Pengembangan Sosial Anak Usia Dini. Pontianak: IAIN Pontianak Press. h. 1-2

(11)

11 age, perkembangan aspek kemampuan anak mulai melejit dengan pesat.8

Aspek perkembangan tersebut mencakup : kemampuan fisik (motorik), kognitif (pengetahuan dan daya nalar), bahasa (kemampuan berkomunikasi dan mengkomunikasikan), nilai-nilai agama dan moral (ajaran-ajaran yang ada di agama yang dianut), konsep diri, disiplin, kemandirian, seni (kreatiitas), dan sosial emosional (kemampuan menyatakan ekspresi dan berkespresi). Hal tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh NAECY (National Association of Education for Young Chidren) yang menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang memiliki beragam karakteristik yang sangat berbeda dengan karakteristik orang dewasa.9 Dan pada rentang usia 0-8 tahun itulah anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

b) KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Karakteristik anak usia dini menurut Hamzah dari hasil merangkum pendapat atau pernyataan dari beberapa ahli yaitu :10

1) Anak usia dini mempunyai sifat egosentris yang cukup tinggi

Sifat egosentris yang dimiliki oleh anak usia dini ini biasanya muncul ketika anak ingin mewujudkan keinginan atau kehendak yang dimilikinya. Keinginan atau kehendak yang dimiliki anak biasanya diwujudkan oleh anak melalui berbagai cara. Apabila keinginan atau

8

Andi Agusniatih dan Jane M. Monepa. 2019. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Teori dan

Metode Pengembangan. Tasikmalaya: Edu Publisher. h. 11

9 Andi Agusniatih dan Jane M. Monepa. Ibid 10 Nur Hamzah. Ibid. h. 2-6

(12)

12 kehendak yang dimilikinya tidak terwujud, maka usaha terakhir yang dilakukan oleh anak usia dini yakni memberontak dengan menangis keras, berteriak-teriak pada orang lain, meluapkan rasa marahnya, dan lain sebagainya. Upaya yang dapat dilakukan (intervensi) oleh orang tua atau orang dewasa disekeliling anak yaitu diberlakukannya intervensi melalui kegiatan pembelajaran/pendidikan, entah itu di sekolah ataupun di rumah.

2) Anak usia dini mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mendalam Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, anak usia dini selalu berusaha untuk mengeksplorasi/menjelajah dunia sekitarnya. Eksplorasi tersebut memunculkan reaksi anak tentang apa saja yang sudah dilihat, didengar, dirasakan dan dialami oleh anak sehingga anak akan mencari tahu informasi yang cukup detail tentang kejadian yang sudah dialami yaitu mencakup pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana. Dari situlah akhirnya anak akan mengalami proses trial and error.

Hasil dari eksplorasi dunia sekitarnya akan memunculkan berbagai pertanyaan yang diajukan oleh anak usia dini kepada orang tua atau orang dewasa yang berada disekelilingnya. Namun, terkadang pertanyaan-pertanyaan spontanitas yang dilontarkan oleh anak usia dini merupakan pertanyaan yang cukup sulit dan rumit untuk dijawab.

(13)

13 Dari benda-benda yang ada disekeliling anak biasanya akan memunculkan beragam imajinasi dan fantasi anak. Misalnya sebuah balok dijadikan sebagai pesawat terbang, benda-benda mati dijadikan seolah-olah hidup, boneka dijadikan sebagai partner bermain, berinteraksi dan berdialog.

4) Anak merupakan peniru ulung

Anak usia dini dikenal dengan peniru ulung karena kemampuan otaknya dalam menyerap, menguasai dan menerapkan pembelajaran yang sangat cepat dan biasanya tidak bisa diprediksi oleh orang dewasa. Maka dari itulah, orang dewasa diharuskan untuk memberikan contoh perilaku, berkata-kata yang baik kepada anak. 5) Anak meluapkan emosi

Emosi anak dapat muncul secara beragam. 6) Anak mempunyai daya konsentrasi yang relatif pendek

Anak usia dini biasanya hanya dapat berkonsentrasi sekitar 5 menit dan selebihnya anak akan lebih memfokuskan dirinya pada hal-hal lain yang ada disekelilingnya.

7) Anak usia dini merupakan individu yang penuh dengan eksplorasi Rasa ingin tahu anak usia dini biasanya dituangkan melalui pertanyaan yang dilontarkan kepada orang tua atau orang dewasa yang ada disekitarnya. Selain melalui pertanyaan, anak usia dini juga menuangkan rasa ingin tahunya melalui eksplorasi di dunia

(14)

14 sekitarnya dan aktivitas yang dilakukan yaitu mencoba hal-hal yang dianggap baru oleh anak.

2. METODE PEMBELAJARAN a) PENGERTIAN

Menurut Darmadi, metode pembelajaran adalah cara atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik (guru) untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik (siswa/murid/anak) untuk mencapai adanya tujuan pembelajaran.11 Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru diharuskan untuk mencari metode-metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran sehingga proses penyampaian materi pembelajaran dapat diterima dan diserap dengan baik oleh peserta didik. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran sangat menentukan cara mengajar yang efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Afandi dkk. yang menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara atau tahapan yang digunakan oleh pendidik (guru) untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan peserta didik (siswa/murid/anak) untuk mencapai tujuan pembelajaran.12 Jadi, dengan adanya pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

11

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar

Siswa. Yogyakarta: Deepublisher. h. 176

12 Muhamad Afandi, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: UNISSULA Press. h. 16

(15)

15 b) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METODE

PEMBELAJARAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran menurut Darmadi yaitu :13

1) Siswa atau peserta didik

Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkatan jenjang pendidikan peserta didik. Adanya penyesuaian tingkatan jenjang pendidikan dengan metode pembelajaran yang digunakan yaitu untuk menekankan perbedaan kemampuan peserta didik dalam berpikir abstrak.

2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Metode pembelajaran yang dipilih oleh pendidik harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai karena pendidik harus menyesuaikan taraf kemampuan yang akan diisi atau ditransferkan ke dalam diri peserta didik.

3) Faktor materi pembelajaran

Metode pembelajaran yang dipilih oleh pendidik harus sesuai dengan faktor materi pembelajaran karena tiap materi pembelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda.

4) Situasi belajar mengajar

(16)

16 Metode pembelajaran yang dipilih oleh pendidik harus sesuai dengan situasi belajar mengajar karena tiap-tiap situasi belajar mengajar yang diciptakan oleh guru tidak selamanya sama.

5) Fasilitas belajar mengajar

Metode pembelajaran yang dipilih oleh pendidik harus sesuai dengan fasilitas belajar mengajar karena fasilitas belajar mengajar merupakan alat atau media serta sarana prasarana yang digunakan untuk mempermudah jalannya proses dan pemenuhan kebutuhan pembelajaran. 6) Fator alokasi waktu pembelajaran

Metode pembelajaran yang dipilih oleh pendidik harus sesuai dengan faktor alokasi waktu pembelajaran karena dengan adanya alokasi waktu pembelajaran yang tepat maka pembelajarn akan berjalan dengan dinamis.

7) Guru

Metode pembelajaran yang dipilih oleh pendidik harus sesuai dengan guru karena tiap-tiap latar belakang guru sedikit banyak dapat mempengaruhi kompetensi guru.

c) MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN DI PAUD

Macam-macam metode pembelajaran yang umum diterapkan di PAUD menurut Ulfah yaitu :14

1). Metode pembelajaran melalui bermain

14 Sarrah Ulfah. 2019. Pahami 5 Metode Pembelajaran PAUD Sebelum Menyekolahkan Anak. (online) https://www.popmama.com/kid/1-3-years-old/sarrah-ulfah/metode-pembelajaran-paud-sebelum-menyekolahkan-anak/full diakses pada 15 Maret 2020 pukul 22.02

(17)

17 Metode pembelajaran melalui bermain merupakan pembelajaran yang menerapkan permainan sebagai wahana tempat pembelajaran peserta didik. Metode bermain dianggap sebagai metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain karena metode bermain didasarkan dengan penelusuran literatur maupun pengamatan sepintas yang ada di lapangan.

2). Metode pembelajaran melalui cerita

Metode pembelajaran melalui cerita dilakukan oleh guru melalui teknik bercerit suatu cerita, entah itu tentang suatu legenda, dongeng, mitos, ataupun kisah-kisah yang didalamnya terdapat pesan-pesan moral yang dapat dipetik hikmahnya oleh anak usia dini.

3). Metode pembelajaran melalui musik

Metode pembelajaran melalui musik merupakan metode pembajaran yang menggunakan media nyanyian seperti lagu-lagu dan alat musik sebagai wahana tempat belajar anak.

4). Metode pembelajaran melalui karyawisata

Metode pembelajaran melalui karyawisata biasanya identik dengan pembelajaran diluar ruang kelas. Metode pembelajaran karyawisata dilakukan dengan membawa anak ke tempat-tempat tertentu untuk memberikan pengalaman belajar yang tidak bisa didapatkan di dalam ruang kelas.

(18)

18 Metode pembelajaran melalui demonstrasi biasanya dilakukan oleh pendidik dengan menjelaskan materi pembelajaran dan menunjukkan cara-cara mengerjakan sesuatu.

3. MENDONGENG

a) PENGERTIAN MENDONGENG

Menurut Kurniawan, mendongeng adalah kegiatan berkomunikasi dengan anak, dimana kegiatan berkomunikasi itu untuk mengkomunikasikan sebuah cerita tentang hal-hal yang dapat menghibur anak.15 Selain untuk menghibur anak, mendongeng juga bertujuan untuk mendekatkan diri dengan anak melalui komunikasi yang menyenangkan melalui kegiatan mendongeng. Oleh sebab itu, hal yang perlu diperhatikan ketika akan mendekatkan diri dengan anak adalah anak itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan yakni semua kebutuhan anak, mulai dari kebutuhan perhatian, kasih sayang, kesenangan, dan keinginan anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Priyono yang menyatakan bahwa melalui kegiatan mendongeng, orangtua ataupun orang dewasa disekitar anak dapat melakukan kontak batin atau ikatan batin sekaligus berkomunikasi dengan anak sehingga terciptalah hubungan yang penuh dengan kasih sayang.16 b) MANFAAT MENDONGENG

Manfaat dari kegiatan mendongeng menurut Aprodita yaitu :17

15

Heru Kurniawan. 2016. Kreatif Mendongeng untuk Kecerdasan Jamak Anak. Jakarta: Kencana. h. 13

16 Kusumo Priyono. 2001. Terampil Mendongeng. Jakarta: Grasindo. h. 15

(19)

19 1). Mendongeng dapat mempererat hubungan kasih sayang dan kedekatan secara emosional antara orang tua dan anak.

2). Mendongeng dapat memberikan pelajaran budi pekerti yang cukup menyenangkan kepada anak.

3). Mendongeng dapat digunakan sebagai media penyampai pesan moral yang berguna bagi perkembangan anak.

4). Mendongeng dapat digunakan sebagai terapi untuk mencerdaskan otak anak.

5). Mendongeng dapat digunakan sebagai penghilang rasa setress.

4. KOMUNIKASI

a) PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi berasal berasal dari bahasa Latin communicatio yang memiliki arti “pemberitahuan” atau pertukaran pikiran”. Jadi komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pikiran antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan).18 Sedangkan menurut Hardjana, komunikasi merupakan penyampaian pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan yang dikemas secara verbal (komunikasi menggunakan kata-kata) sebanyak 65% dalam sehari-hari atau nonverbal (komunikasi tanpa menggunakan kata-kata) sebanyak 35% dalam sehari-hari.19

18 Tommy Suprapto. Ibid. h. 5 19 Agus M. Hardjana. Ibid. h. 22

(20)

20 Beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli yaitu :20

1) Komunikasi merupakan proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, dan kepada siapa (Laswell).

2) Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informsi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.

3) Komunikasi merupakan proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol berdasarkan perjanjian manusia).

b) MACAM-MACAM KOMUNIKASI

Macam-macam komunikasi menurut Hardjana yaitu :21

1) Dari segi cara penyampaian pesan yaitu komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik.

2) Dari segi bentuk kemasan pesan yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. 3) Dari segi keresmian pelaku, saluran, komunikasi yang digunakan, dan

bentuk kemasan pesan yaitu komunikasi formal dan informal.

4) Dari segi pasangan yang terlibat dalam komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal.

c) KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL ANAK

Komunikasi verbal menurut Hardjana adalah komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal, dimana penyampaian maknanya

20 Tommy Suprapto. Ibid. h. 5 21 Agus M. Hardjana. Ibid. h. 19-20

(21)

21 menggunakan kata-kata sebanyak 35% dalam sehari. 22 Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal juga merupakan jenis komunikasi yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi verbal yang dilakukan melalui kata-kata dapat diartikan sebagai pengungkapan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan ataupun maksud dari orang yang melakukan komunikasi verbal. Dalam melakukan komunikasi verbal, bahasa merupakan pemegang peranan penting dalam berkomunikasi.

Bahasa merupakan suatu sistem lambang yang memungkinkan seseorang untuk berbagi makna dari suatu gagasan atau pemikiran. Bahasa dari suatu bangsa (bahasa suatu negara) mulanya berasal dari interaksi dan hubungan antar warga satu sama lain, kemudian barulah tercetus bahasa. Pada awal mulanya bahasa terdiri dari lambang-lambang nonverbal seperti raut wajah, gerak mata, gerak anggota tubuh, dan tindakan-tindakan tertentu seperti bersalaman, berpelukan dan berciuman. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang digunakan entah lisan, tulisan pada kertas maupun melalui media elektronik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktavianingsih, menyatakan bahwa keterampilan berkomuniksi verbal merupkan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh anak usia 5-6 tahun. Keterampilan berkomunikasi verbal dapat digunakan oleh anak ketika bercakap-cakap,

(22)

22 mengungkapkan keinginan, dan bersosialisasi dengan teman sebaya maupun orang dewasa.23

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran untuk dapat memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul. Jarangnya penggunaan metode pembelajaran mendongeng membuat kemampuan berkomunikasi verbal anak tidak berkembang secara maksimal sehingga tujuan dari adanya proses pembelajaran tidak dapat tercapai sesuai harapan.

Mendongeng merupakan kegiatan berkomunikasi dengan anak melalui sebuah cerita/dongeng yang diceritakan atau didongengkan oleh seorang guru/pendidik ataupun orang tua. Tujuan dari kegiatan mendongeng selain untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal anak juga untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam dongeng.

Dalam hal ini seorang guru hendaknya menyadari perannya dalam penyampaiannya materi pembelajaran sekaligus fasilitator untuk anak yang dianggap sebagai seseorang yang dapat memberikan bantuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru atau pendidik diharuskan untuk mencari cara atau strategi suatu metode pembelajaran yang tepat untuk dapat digunakan atau diterapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

23 Eka Oktavianingsih. 2017. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Verbal Anak Usia Dini

(23)

23 Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan haruslah tepat, karena semakin tepat metode pembelajaran yang digunakan maka akan semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru yang profesional haruslah menguasai materi pembelajaran yang dijelaskan, memahami karakteristik dari tiap peserta didiknya, serta terampil dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum terampil dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan di dalam proses pembelajaran.

Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang dirasa tepat dengan permasalahan tersebut diatas yaitu metode pembelajaran mendongeng agar guru dan peserta didik aktif dalam pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Pengajuan hipotesis yang digunakan adalah pembelajaran menggunakan metode mendongeng yang dimulai dengan pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Penggunaan metode pembelajaran mendongeng tidak berpengaruh

(24)

24 H1 : Penggunaan metode pembelajaran mendongeng berpengaruh terhadap

(25)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesfikasinya adalah jujur/objektif, sistematis, terstruktur, ilmiah/rasional dan terencana dengan jelas dari awal hinga pembuatan desain penelitiannya. Menurut Sarmanu penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori-teori yang sudah ada dan telah berlaku selama ini apakah teori tersebut memang benar atau salah. Penelitian kuantitatif sering kali hanya membahas tentang hasil dari pengujian statistika bermakna atau tidak bermakna. Selain itu, penelitian kuantitatif juga sesuai untuk meneliti pemasalahan penelitian yang sudah jelas.24

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksperimen. Sheskin dalam Ismail menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan rencana khusus yang manfaatnya untuk menyelidiki masalah penelitian. Sedangkan menurut Gay yang dikutip oleh Emzir (2012) (dalam Ismail) menyatakan bahwa penelitian eksperimental merupakan satu-satunya metode penelitian yang fungsinya untuk

24 Sarmanu. 2017. Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Statistika. Surabaya: Airlangga University Press. h. 2

(26)

26 menguji secara benar hipotesis yang menyangkut hubungan kausal (sebab-akibat).25

2. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai-nilai yaitu adanya variabel dependent dan independent. Variabel dependent atau bisa disebut dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan adanya variabel independent. Sedangkan variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependent. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Varibel X (Variable Independent) adalah metode pembelajaran mendongeng.

b. Variabel Y (Variable Dependent) adalah kemampuan berkomunikasi verbal anak.

3. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkan dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup objek penelitian/objek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitin ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbunya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam

25 Fajri Ismail. 2018. Statistika untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Prenadamedia Group. h. 50

(27)

27 penelitian ini adalah metode pembelajaran mendongeng. Mendongeng adalah kegiatan berkomunikasi dengan anak, dimana kegiatan berkomunikasi itu untuk mengkomunikasikan sebuah cerita tentang hal-hal yang dapat menghibur anak.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan berkomunikasi verbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal juga merupakan jenis komunikasi yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi verbal yang dilakukan melalui kata-kata dapat diartikan sebagai pengungkapan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan ataupun maksud dari orang yang melakukan komunikasi verbal. Dalam melakukan komunikasi verbal, bahasa merupakan pemegang peranan penting dalam berkomunikasi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan wawancara. Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung. Sedangkan wawancara adalah kegiatan memberikan pertanyaan (dilakukan oleh peneliti) dan menjawab pertanyaan (dilakukan oleh narasumber).

(28)

28 5. Instrumen Penelitian

Menurut Sanjaya, instrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk membantu dalam proses pengumpulan data penelitian. Instrumen penelitian pun sering disebut sebagai teknik penelitian karena mencerminkan cara pelaksanaan dalam proses pengumpulan data penelitian.26 Penggunaan instrumen penelitian diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, yakni informasi dan data-data empiris yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan Alfianika menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam memecahkan suatu masalah penelitian dan juga alat yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah dalam sebuah penelitian.27

Sebelum menentukan instrumen atau teknik penelitian yang digunakan dalam proses penelitian, peneliti harus memahami terlebih dahulu sifat dan jenis data yang akan dikumpulkan. Data penelitian mempunyai dua sifat, yaitu data bersifat kuantitatif dan data bersifat kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang menggunakan analisis atau pengolahan data statistik (perhitungan statistik) yang biasanya disimbolkan dengan angka-angka (nominal) sedangkan data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kualitas tertentu seperti baik, sedang, dan kurang.

Sedangkan jenis data ada empat, yakni data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio. Data nominal adalah data yang penggolongannya berdasarkan kategorisasi. Data ordinal adalah data yang penggolongannya

26 Wina Sanjaya. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. h. 74

27 Ninit Afianika. 2018. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish. h. 117-120

(29)

29 berdasarkan kriteria tertentu, misalnya rangking atau urutan. Data interval merupakan data yang mempunyai sifat penggolongan, urutan dan harga atau nilai.

Jenis instrumen penelitian secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yakni tes dan non tes. Sedangkan menurut Alfianika jenis-jenis instrumen penelitian yaitu :28

a. Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, dan bakat yang dimiliki oeh individu ataupun kelompok. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan atau kognitif dari seseorang/individu. Tes dapat dibagi menjadi dua, yakni tes unjuk kerja dan tes objektif. Tes unjuk kerja digunakan untuk mengukur kemampuan menulis dari seseorang/individu. Sedangkan tes objektif digunakan untuk mengukur intelektual atau kemampuan selain variabel yang menggunakan kata menulis.

b. Non tes

Non tes merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur minat, kebiasaan, dan bakat seseorang/individu. Macam-macam dari jenis instrumen penelitian non tes ini yaitu angket atau kuesioner, lembar observasi, draf wawancara, skala bertingkat, dan dokumentasi.

c. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(30)

30 pribadi responden, atau hal-hal yang diketahui oleh responden. Angket atau kuesioner digunakan untuk menyebutkan metode ataupun instrumen penelitian. d. Interview atau wawancara

Interview atau wawancara sering disebut dengan kuesioner lisan ataupun

dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai (narasumber). Interview atau wawancara digunakan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang anak, orang tua, pendidikan, dan sikap seseorang terhadap suatu hal. e. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra manusia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sanjaya yang menyatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya menggunakan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti oleh peneliti.29

Observasi memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1) Ada beberapa hal atau gejala tingkah laku yang tidak memungkinkan untuk diungkapkan dengan menggunkan metode observasi, terutama hal-hal yang bersifat pribadi dan rahasia.

2) Observant (orang yang diamati) kemungkinan sesekali melakukan kegiatan yang dibuat-buat atau tidak sewajarnya kaarena mengetahui bahwa dirinya sedang diamati/diobservasi.

(31)

31 3) Sangat sulit bagi observant untuk bertindak secara objektif apabila yang

diamati mengenai tingkah laku. f. Skala Bertingkat

Skala bertingkat atau rating merupakan suatu ukuran subjek yang dibuat secara berkala. Skala bertingkat menghasilkan data yang kasar namun cukup memberikan informasi tertentu atau program atau orang.

g. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Peneliti dalam melaksanakan proses penelitian yang menggunakan metode dokumentasi biasanya meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku atau majalah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, yakni:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu alat/instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data pribadi dan tingkah laku dari seseorang/individu. Fokus dalam observasi anak adalah kemampuan berkomunikasi verbal anak dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan berkomunikasi verbal anak terhadap materi pembelajaran yang diajarkan melalui metode pembelajaran mendongeng dengan indikator yang meliputi :

a. Fokus pada pertanyaan

(32)

32 c. Memilih informasi yang relevan

d. Mendefinisikan istilah e. Mendifinisikan asumsi f. Mempertimbangkan definisi

g. Menemukan pola hubungan yang digunakan h. Menentukan tindakan

i. Menunjukkan pemecahan masalah

j. Memecahkan masalah menggunakan berbagai sumber k. Ketepatan menggunakan tindakan

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada : a. Guru

Wawancara kepada guru dilakukan untuk mengungkap informasi : permasalahan yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran di kelas yang dilakukan pada pra siklus dan wawancara terhadap kepuasan penerapan metode pembelajaran mendongeng.

b. Anak

Wawancara kepada anak dilakukan untuk mengetahui kemampuan berkomunikasi verbal anak terhadap materi pembelajaran yang diajarkan melalui metode pembelajaran mendongeng.

(33)

33 DAFTAR REFERENSI

Afandi, Muhamad. dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: UNISSULA Press.

Afianika, Ninit. 2018. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa

Indonesia. Yogyakarta: Deepublish

Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Agusniatih, Andi dan Monepa, Jane M. 2019. Keterampilan Sosial Anak Usia Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam

Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublisher

Aprodita, Maria. 2016. Dongeng Rakyat Indonesia. Jakarta Selatan: PT Happy Holy Kids

Eka Oktavianingsih. 2017. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Verbal

Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Berbasis Proyek. Universitas Negeri

Yogyakarta

Hamzah, Nur. 2015. Pengembangan Sosial Anak Usia Dini. Pontianak: IAIN Pontianak Press

Kurniawan, Heru. 2016. Kreatif Mendongeng untuk Kecerdasan Jamak Anak. Jakarta: Kencana

Priyono, Kusumo. 2001. Terampil Mendongeng. Jakarta: Grasindo Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

Sujiono, Y. Nurani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Supartini, Elis dan Wati, Dini. 2016. Modul Guru Pembelajar Taman

Kanak-kanak Kelompok Kompetensi A. Jakarta: Kemdikbud

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(34)

34 Ulfah, Sarrah. 2019. Pahami 5 Metode Pembelajaran PAUD Sebelum

Menyekolahkan Anak. (online) https://www.popmama.com/kid/1-3-years-

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Kegiatan mendongeng yang biasa dilakukan oleh orang tua bahkan juga para guru terhadap anak-anak dapat merangsang kecerdasan anak. Saat mendengarkan cerita, anak

Pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan, yang berarti orang tua mendidik, membimbing

Temuan penelitian ini adalah: (1) PAUD Restu 2 Malang melibatkan orang tua/wali murid dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan pendidikan anak usia dini; (2) kegiatan

1. Harapan orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik sebagai orang tua terhadap pendidikan anak. Upaya yang dilakukan orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik

Pembelajaran memasak pada anak-anak, saat ini diberikan sebagai salah satu kegiatan penunjang di sekolah dan dibimbing oleh guru maupun pembelajaran dengan orang tua di

Jika pada pembelajaran konvensional peran orang tua hanya di rumah hanya sebatas menjadi orang tua bagi anak-anaknya, sedangkan dalam pembelajaran daring selain sebagai orang tua di