• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Belajar adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Belajar adalah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap dan perubahan itu bersifat reality (Winkel, 1991:36). Dipertegas dalam Hilgard dan Bower (1975) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.

Tulus Tu’u (2004:75) mengemukakan bahwa prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran disekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah.

(2)

7

2. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Tulus Tu’u, (2004:23) mengemukakan bahwa di antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotor, maka ranah kongnitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. S. Nasution (1996:17) mendefinisikan pengertian prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan dengan nilai. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggung jawabkan. Prestasi ini ditandai adanya nilai tambah dari hasil yang sebelumnya.

(3)

8 B. SOSIOLOGI

1. Sejarah Lahirnya Sosiologi

Dalam suatu bentuk sosial masyarakat pasti didalamnya terdapat berbagai macam perbedaan didalamnya yang akan menimbulkan konflik sosial. Hal ini memicu munculnya suatu ilmu yang dinamakan sosiologi. Sosiologi lahir karena keinginan untuk memahami kehiduan sosial dan cara orang bertindak di dalamnya. (Cabin, 2004: xii). Dalam sejarahnya, sosiologi berusaha untuk menjawab berbagai pertanyaan, yaitu:

a. Pengetahuan tentang fenomena-fenomena kolektif. Sosiologi dianggap dapat menjawab perilaku patologis manusia sehingga dapat mewujudkan harmonisasi dalam masyarakat

b. Sosiologi bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya. Hal ini berangkat dari prinsip bahwa materi dasar kehidupan manusia adalah tindakan manusia sebagai individu (aktor).

c. Kepedulian manusia untuk memahami kehidupan sosial secara ilmiah dan rasional sehingga sosiologi mampu membuktikan hukum-hukum fungsional dalam masyarakat

d. Munculnya kritik dalam masyarakat untuk mengungkapkan suatu tatanan sosial yang tersembunyi.

Berbagai pertanyaan mendasar itu melahirkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir sebagai ilmu yang paling muda dari ilmu-ilmu sosial lainnya lahir dari suatu kekacauan yaitu pada masa transisi ke arah masyarakat baru yang merupakan titik pertemuan antara tiga

(4)

9 peristiwa, yaitu:

a. Revolusi Politik (Revolusi Perancis)

Perubahan masyarakat yang terjadi selama revolusi politik sangat luar biasa baik bidang ekonomi, politik dan sosial. Adanya semangat liberalisme muncul di segala bidang seperti penerapan dalam hukum dan undang-undang. Pembagian masyarakat perlahan-lahan terhapus dan disemua diberikan hak yang sama dalam hukum.

b. Revolusi Ekonomi (Revolusi Industri)

Abad 19 merupakan saat terjadinya revolusi industri. Berkembangnya kapitalisme perdagangan, mekanisasi proses dalam pabrik, terciptanya unit-unit produksi yang luas, terbentuknya kelas buruh dan terjadinya urbanisasi merupakan manifestasi dari hiruk-pikuknya perekonomian Struktur masyarakat mengalami perubahan dengan munculnya kelas buruh dan kelas majikan dengan kelas majikan yang menguasai perekonomian semakin melemahkan kelas buruh sehingga muncul kekuatan-kekuatan buruh yang bersatu membentuk perserikatan.

c. Revolusi Intelektual (Kemenangan rasionalisme, ilmu pengetahuan, dan positvisme).

Auguste Comte yang mengumumkan datangnya zaman positivisme yaitu sebuah dunia yang didasarkan pada penjelasan ilmiah, yang tunduk pada pengetahuan tentang tindakan dan percobaan (eksperimental). Bahwa sebuah ilmu harus berdasarkan observasi

(5)

10

empiris dan eksak tentang fenomena-fenomena sosial.

Dari ketiga peristiwa diatas semua berawal dari kondisi yang memprihatinkan. Terjadinya perubahan besar-besaran di tengah-tengah masyarakat yang mempengaruhi kehidupan ekonomi, sosial dan politik melahirkan suatu pemikiran bagaimana mengatur masyarakat sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan masyarakat.

Istilah sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah paragraf dalam pelajaran ke 47 Cours de la Philosophie (Kuliah Filsafat) karya Auguste Comte. Tetapi sebelumnya Comte sempat menyebut ilmu pengetahuan ini dengan sebutan fisika sosial tetapi karena istilah ini sudah dipakai oleh Adolphe Quetelet dalam studi ilmu barunya yaitu tentang statistik kependudukan maka dengan berat hati Comte harus melepaskan nama fisika sosial dan merumuskan istilah baru yaitu sosiologi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu socius (masyarakat) dan logos (ilmu). Dengan harapan bahwa tujuan sosiologi adalah untuk menemukan hukum-hukum masyarakat dan menerapkan pengetahuan itu demi kepentingan pemerintahan kota yang baik.

Sosiologi lahir di tempat yang berbeda yaitu Perancis, Jerman dan Amerika Serikat yang kemudian melahirkan mazhab-mazhab yang menunjukkan adanya beberapa kemajuan intelektual yang secara radikal bertentangan. Mazhab Perancis ditandai dengan personalitas Emile Durkheim melalui pendekatan yang obyektif dengan menggunakan model ilmu pengetahuan alam. Mazhab Jerman, membedakan antara ilmu

(6)

11

pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan kejiwaan, penjelasan, serta cakupannya. Sedangkan di Amerika terkenal dengan Mazhab Chicago bertujuan untuk mengintervensi dan membahas permasalahan yang konkret secara empiris dengan membangun laboratoium, melakukan penelitian sampai mempublikasikan buku-buku dan majalah.

Dari tempat-tempat lahirnya Sosiologi tersebut memunculkan banyak tokoh perintis sosiologi dan mulai menggeluti ilmu pengetahuan ini dan melakukan banyak penelitian tentang sebuah masyarakat dan permasalahan sosialnya. Mereka mencoba mencari sebuah pemikiran yang murni sosiologi karena selama kurun waktu tersebut sosiologi masih banyak terpengaruh dari ilmu filsafat dan psikologi yang telah terlebih dahulu ada.

2. Pengertian Sosiologi

Setelah mengetahui perkembangan awal sosiologi, dapat diketahui bahwa sosiologi adalah salah satu ilmu sosial yang berumur paling muda diantara ilmu sosial lainnya yang dikenalkan oleh Auguste Comte. Satu pertanyaan yang menarik adalah apa yang sebenarnya menjadi pokok pembahasan dalam sosiologi?

Sebelumnya telah melihat bahwa ilmu sosiologi muncul ketika terjadinya kekacauan-kekacauan dalam masyarakat dunia sehingga melahirkan tokoh-tokoh sosiologi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertian sosiologi dari sudut pandang tokoh sosiologi

(7)

12

klasik mulai Auguste Comte sampai tokoh sosiologi modern George Simmel.

a. Auguste Comte

Sosiologi adalah studi tentang statika sosial (sosial statics) dan dinamika sosial (sosial dynamics). Dalam hal ini statika sosial mewakili stabilitas sedangkan dinamika mewakili perubahan. Dengan memakai analogi biologi, Comte menyatakan hubungan antara statika sosial dengan dinamika sosial dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi dan menganggap masyarakat seperti organisme hidup artinya masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain. Akan tetapi pada akhirnya Comte tidak benar-benar mengembangkan pemikiran ini.

b. Emile Durkheim

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu. Adapun ciri fakta sosial adalah: 1) Bersifat eksternal terhadap individu artinya fakta sosial berada di

luar individu.

2) Bersifat memaksa individu.

3) Bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam satu masyarakat. Fakta sosial dibagi menjadi 2 yaitu fakta sosial yang bersifat material dan non material. Adapun ciri-ciri fakta sosial yang bersifat

(8)

13 material adalah:

1) Berusaha menjelaskan ciri-ciri dasar kehidupan kaitannya dengan kondisi praktis material dari eksistensi manusia. Kondisi tersebut meliputi lingkungan fisik, tingkat teknologi, dan sistem organisasi ekonomi

2) Sifat-sifat tersebut sebagai pembentuk prasyarat dasar eksistensi manusia

3) Jenis teknologi dan sistem ekonomi yang berbeda akan melahirkan jenis pola-pola sosial yang berbeda

4) Menganggap gagasan dan nilai-nilai berasal dari pola-pola yang diciptakan sebelumnya

5) Gagasan dan nilai-nilai bukanlah sesuatu yang lahir sebagai respon terhadap berbagai kondisi material dan sosial yang telah mapan. 6) Contoh fakta sosial yang bersifat material adalah bentuk-bentuk

arsistektur sebuah bangunan (masjid, gereja, rumah adat, dll), komponen morfologi masyarakat (distribusi penduduk, tata ruang daerah,dll).

Sedangkan ciri-ciri fakta sosial non material adalah:

1) Berusaha memahami (verstehen), makna, kepercayaan dan nilai-nilai dasar yang membentuk pola-pola perilaku (tindakan) masyarakat, tentang realitas sosial

2) Setiap masyarakat merupakan jalinan makna, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut bersama, kepercayaan dan nilai-nilai suatu

(9)

14

masyarakat yang dapat membentuk struktur dan cara-cara dasar masyarakat dalam mengorganisir kehidupan sosial

3) Contoh fakta sosial yang bersifat non materiil adalah adat istiadat, nilai-nilai/norma yang disepakati bersama dalam masyarakat, kesadaran sosial, maupun situasi sosial yang sedang terjadi.

c. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang tindakan sosial. Masyarakat adalah produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai, motif, dan kalkulasi rasional. Lebih lanjut, Weber menjelaskan sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dengan cara melakukan interprestasi atas tindakan sosial. Bertitik tolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial, Weber menyebutkan ada lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian ilmu sosiologi:

1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

(10)

15 3. Objek Kajian Sosiologi

Dalam perspektif struktural fungsional, Talcott Parsons mendeskripsikan masyarakat sebagai suatu sistem yang stabil dan terorganisasi melalui 4 fungsi Adaptation, Goal, Integration, dan Lattent pattern (AGIL). Sebuah masyarakat akan tetap eksis apabila fungsi adaptasi (A) terhadap lingkungannya dapat menjamin kelangsungan hidup masyarakat tersebut lebih lama, selanjutnya mengejar tujuan (G) sebab suatu sistem hanya akan berfungsi jika diorientasikan menuju suatu tujuan yaitu integrasi (I) para anggota terhadap kelompok, dan akhirnya terpeliharanya model-model dan norma (L). (Dortier, 2004:107-108) 4. Pelajaran Sosiologi Di Sekolah Menengah Atas

Sebagaimana telah dideskripsikan Departemen Pendidikan Nasional (2004) dalam "Kurikulum Sosiologi tahun 2004", bahwa pembelajaran Sosiologi berperan sebagai wahana pengembangan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pemahamannya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari. Sebagai wahana pengembangan kemampuan siswa, materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata hidup bermasyarakat. Materi tersebut sekaligus menjadi pengantar bagi siswa-siswa yang berminat mendalami Sosiologi lebih lanjut. Sosiologi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dalam keragaman realitas sosial dan budaya berdasarkan etika. Guna

(11)

16

mengejawantahkan fungsi mata pelajaran ini, maka keterampilan sosial siswa harus dikembangkan secara optimal, sehingga pada gilirannya siswa memperoleh kecakapan hidup (life skills) yang bermanfaat bagi kehidupannya kini dan masa depannya kelak.

C. Metode jigsaw II

Pada awalnya metode jigsaw dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin menjadi Jigsaw II (Nurhadi, 2004:65).

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan masalah-masalah komplek untuk di cari solusinya, selanjutnya

(12)

17

menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana dan keterampilan yang diharapkan.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw adalah teori konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Dalam metode pembelajaran kooperatif ini guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus juga membangun dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaasn konsep dari pada penguasaan kemampuan.

Dalam Jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen dan diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing saat mereka membaca. Kunci metode Jigsaw adalah interdependensi yaitu tiap siswa bergantung pada teman satu timnya untuk

(13)

18

dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik pada saat penelitian.

Tahap dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw II adalah: a. Tahap kooperatif (kelompok awal)

Siswa mengelompok sesuai kelompoknya masing-masing. Setiap anggota kelompok mendapat tugas pertanyaan yang berbeda. Dalam waktu 5 menit siswa menelaah materi bahan ajar serta memahami tugasnya masing-masing.

b. Tahap ahli

Siswa membentuk kelompok ahli sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dalam waktu 25 menit siswa menelaah, mencari dan menentukan jawaban dari pertanyaan yang menjadi tugasnya masing-masing melalui diskusi.

Siswa merencanakan cara menjelaskan kepada anggota kelompok kooperatif.

c. Tahap kolaboratif

Dalam waktu 40 menit secara bergantian dan berurutan sesuasi tugasnya, siswa saling mengerjakan atau menjelaskan hasil diskusinya dan anggota yang lain mendengarkan, memahami, dan mencatat pokok-pokok materi yang dijelaskan.

(14)

19 d. Tahap review dan evaluasi

Dalam waktu 10 menit guru bersama siswa meninjau kembali atau mengulas pokok materi yang telah dibahas dalam kelompok untuk mendapatkan kesimpulan.

Jigsaw II merupakan teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.

a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur (2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat.

(Davidson : 1991 dalam Slavin) memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar ilmu sosial dengan menggunakan strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut:

(15)

20

1) Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar dengan membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.

2) Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial dan sebagainya. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah

3) Masalah siswa dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial dan sebagainya idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.

4) Ruang lingkup Sosiologi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut

a) tujuan kelompok,

b) tanggung jawab individual,

c) kesempatan yang sama untuk sukses d) kompetisi kelompok,

e) spesialisasi tugas, dan

(16)

21

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi ‘pengganjal’ aplikasi metode ini di lapangan yang harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy Killen, dalam Danang dan Mustakim : 20101) adalah: a) Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah “peer teaching”,

pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak diperlukan, agar jangan sampai terjadi “missconception”.

b) Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik harus mempu memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.

c) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut. d) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya

butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum metode pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

e) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan metode “team teaching”.

(17)

22

Berdasarkan uraian di atas, dapat disederhanakan baik kelebihan maupun kelemahan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:

1) Guru berperan sebagai pedamping, penolong, dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada teman-temannya.

2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.

3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan atau kelemahan-kelemahan, yaitu:

1) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua.

2) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.

3) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

4) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadinya kesalahan (miskonsepsi).

(18)

23

c. Solusi Untuk Mengatasi Kelemahan

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Pengelompokan dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam kelas (siswa tidak perlu tahu). Misalnya jumlah siswa dalam kelas 32 orang, kita bagi dalam bagian 25% (rangking 1-8) kelompok sangat baik, 25% (rangking 9-16) kelompok baik, 25 % selanjutnya (rangking 17-24) kelompok sedang. 25% (rangking 25-32) rendah. Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 8 grup (A-H) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan belajar sosiologi, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah.

b) Sebelum tim ahli kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka. Bila ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka dilakukan remedial yang dilakukan oleh teman satu tim.

(19)

24 D. Penelitian yang relevan

Saroyo, Boko Adi. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Sejarah Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri I Mrebet Purbalingga Semester Gasal 2011-2012”.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Sejarah Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri I Mrebet Purbalingga Semester Gasal 2011-2012.

Latar belakang penelitian ini adalah karena hasil belajar siswa rendah, minat belajar terhadap IPS Sejarah juga rendah, siswa kurang tertarik pada penjelasan guru karena penyampaiannya tidak sistematis, metodenya kurang bervariasi dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Mrebet Purbalingga tahun pelajaran 2011-2012.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas dua siklus dan masing-masing dilaksanakan dalam lebih dari satu pertemuan. Kemudian pengumpulan datanya menggunakan lembar observasi dan evaluasi pada siklus I maupun siklus II sedangkan teknik analisis datanya menggunakan Deskriptif Komparatif. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini adalah lokasi dan subjek peneltiannya.

(20)

25 E. Kerangka Berfikir

Penelitian sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, menyajikan kerangka berpikir sebagai berikut:

F. Hipotesis tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw II diduga dapat meningkatkan prestasi belajar Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 2 Salatiga 2013/2014 pada Mata Pelajaran Sosiologi Materi Konflik Sosial dan Mobilitas Sosial.

KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR

Belum Menggunakan Jigsaw II Prestasi belajar sosiologi siswa rendah Menggunakan Metode Jigsaw II Siklus 1 JIGSAW II Siklus 2 JIGSAW II Prestasi Belajar sosiologi Meningkat Prestasi Belajar sosiologi Meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa

Pada penelitian ini dirancang sebuah prototipe alat keseimbangan tubuh manusia dan membuat perangkat lunak yang akan menghasilkan informasi yang dapat membantu seorang dokter

Untuk memenuhi kebutuhan dan pendukung pariwisata, di kawasan wisata dibangun berbagai fasilitas yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek

Untuk mencapai keadaan bebas dari rasa nyeri, baik saat tindakan injeksi bahan anestesi lokal mau- pun melakukan tatalaksana tindakan perawatan rongga mulut yang memerlukan

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.