• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA EKONOMI BERBASIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA EKONOMI BERBASIS"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA EKONOMI BERBASIS

KELURAHAN DI KOTA MANADO

Laporan Akhir

Kerjasama :

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA), KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

DENGAN

LEMBAGA MANAJEMEN DAN PENGKAJIAN PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan pimpinan Nya, Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ekonomi Berbasis Kelurahan di Kota Manado, dapat diselesaikan dengan baik.

Kajian ini bertujuan untuk : a) Memetakan karakteristik usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) berbasis kelurahan di Kota Manado, b) Mengidentifikasi kendala, masalah dan tantangan pengembangan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) berbasis kelurahan di Kota Manado, c) Menyusun strategi dan kebijakan yang seharssnya dilakukan untuk mengoptimalkan penguatan dan pengembangan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) berbasis kelurahan di Kota Manado.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala BAPPEDA Kota Manado yang telah mempercayakan kepada peneliti untuk melakukan kajian ini, juga diucapkan terima kasih banyak kepada segala pihak yang terlibat baik langsung dan tidak langsung atas terselenggaranya kajian ini.

Saran atau masukan yang membangun tulisan ini akan diterima dengan senang hati oleh peneliti. Akhir kata, semoga kajian ini bermanfaat bagi kita semua.

Manado, September 2013 Ketua Peneliti

(4)

DAFTAR ISI Halaman Kata pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iv Daftar Gambar v Daftar Lampiran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 1. 2 Tujuan Kajian 6 1. 3 Manfaat Kajian 6 1.4 Hasil Keluaran 6 1.5 Ruang Lingkup 7

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 UMKM di Perkotaan 8

2.2. Definisi Usaha Kecil 10

2.3. Definisi Usaha Menengah 11

2.4. Berbagai Kajian Terdahulu Tentang Ukm 13

2.5.Pengertian Kewirausahaan 17

2.6.Ciri ciri dan karakteristik Kewirausahaan 21

2.7.Proses wirausaha 29

2.8.Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan Wirausaha 30

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1.Disain Penelitian 33

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian 33

3.3.Sampel dan Tehnik Sampling 33

3.4.Tehnik Pengumpulan Data 34

3.5. Variabel Penelitian 34

3.6.Analisis Data 35

BAB 4 HASIL ANALISIS

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 36

4.2. Evaluasi Eksisting Pembiayaan Program Pemberdayaan

dan Pengem bangan UMKM Di Kota Manado 43

4.3. Kesesuaian Dengan Dokumen Dokumen Perencanaan 51

4.4. Hasil Analisis Persepsi Responden 72

4.5. Konsep Pengembangan Usaha Ekonomi (UMKM) di Kota Manado 113

(5)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan 143

5.2 Rekomendasi 144

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Kecamatan dan Kelurahan di Kota Manado 2 Tabel 2. PDRB harga Berlaku Kota Manado (nominal dan pertumbuhan) 5

Tabel 3.1. Responden Berdasarkan kecamatan 33

Tabel 3.2. Responden Berdasarkan Jenis Usaha UMKM 34 Tabel 4.1 Anggaran, Program dan Kegiatan yang terkait UMKM

oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Manado (Tahun 2008-2011) 43 Tabel 4.2. Anggaran, Program dan Kegiatan yang terkait UMKM

oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Manado

(Tahun 2008-2011) 45

Tabel 4.3. Anggaran, Program dan Kegiatan yang terkait UMKM oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Kelurahan Kota Manado (Tahun 2008-2011) 47

Tabel 4.4.Realisasi APBD Kota Manado 48

Tabel 4.5.Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado dan Sulawesi utara 49

Tabel 4.6 Rasio pekerja berbasis gender 79

Tabel 4.7. Siapa pelaksana pelatihan ? 81

Tabel 4.8. Distribusi alokasi dana ke kelurahan 90 Tabel 4.9 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Malalayang 94 Tabel 4.10 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Tuminting 95 Tabel 4.11 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Wanea 96 Tabel 4.12 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Mapenget 96 Tabel 4.13 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Wenang 97 Tabel 4.14 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Tikala 98 Tabel 4.15 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Singkil 99 Tabel 4.16 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Sario 100 Tabel 4.17 Karakteristik Umum UMKM Kecamatan Bunaken 100 Tabel 4.18. Peran Utama Masing Masing Komponen dalam

Pengembangan / Pemberdayaan UMKM 115 Tabel 4.19.Kondisi eksisting dan ideal peran Masing Masing Komponen

dalam Pengembangan / Pemberdayaan UMKM di Kota Manado 119 Tabel 4.20. Analisis Marketing MIX UMKM Kota Manado 121 Tabel 4. 21. Analisis SWOT Dan TOWS (matriks strategi) 131

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Usaha 73

Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Kecamatan 73

Gambar 4.3 Pihak yang mengisi kuestionare 74

Gambar 4.4 Umur pemilik Usaha 74

Gambar 4.5 Tingkat pendidikan pemilik usaha 75

Gambar 4.6 umur bisnis 76

Gambar 4.7 Jumlah Karyawan 76

Gambar 4.8 Jumlah karyawan wanita 77

Gambar 4.9 Rata rata penjualan / bulan 78

Gambar 4.10 Keuntungan bersih rata rata (%) 78

Gambar 4.11 Rasio Produktivitas (sales/employee0 79 Gambar 4.12 Rasio produktivitas (laba bersih (%) / employee 80

Gambar 4.13 Harga sudah termasuk pajak ? 80

Gambar 4.14 Pernah ikut pelatihan ? 81

Gambar 4.15 Gaji rata rata karyawan / bulan 82

Gambar 4.16 Asal tenaga kerja 82

Gambar 4.17 Jumlah usaha yang sejenis 83

Gambar 4.18 Status tempat usaha 83

Gambar 4.19 Status tanah usaha 84

Gambar 4.20 Sistem pembukuan 84

Gambar 4.21 Konsumen utama 85

Gambar 4.22 perkembangan penjualan 85

Gambar 4.23 Keuntungan bersih 86

Gambar 4.24 perkembangan biaya 87

Gambar 4.25 Persaingan usaha 87

Gambar 4.26 Perkembangan harga 88

Gambar 4.27 perkembangan konsumen 88

Gambar 4.28 Perkembangan pengeluaran keluarga 89

Gambar 4.29 Kondisi perekonomian Kota manado 89

Gambar 4.30 peluang mengembangkan usaha di Kota manado 90 Gambar 4.31 ALokasi untuk infrastruktur kelurahan 91 Gambar 4.32 Alokasi untuk perbaikan administrasi kelurahan 91 Gambar 4.33 Alokasi untuk peningkatan usaha kecil dan menengah 92 Gambar 4.34 Alokasi untuk pendidikan dan kesehatan 92

Gambar 4.35 Alokasi untuk aspek lainnya 93

Gambar 4.36Usaha : ojek (rata rata sales/ bulan) 102

Gambar 4.37 Usaha : ojek (laba bersih %) 102

Gambar 4.38 Usaha Ojek (gaji rata rata) 102

Gambar 4.39 Usaha : Warung Kelontong (rata rata sales/ bulan) 103 Gambar 4.40 Usaha : warung kelontong (laba bersih %) 103 Gambar 4.41 Usaha : warung kelontong (gaji rata rata) 103 Gambar 4.42 Usaha : Warung makanan (rata rata sales/ bulan) 104 Gambar 4.43 Usaha : warung makanan (laba bersih %) 104 Gambar 4.44 Usaha : warung makanan (gaji rata rata) 104 Gambar 4.45 Usaha : Mikrolet (rata rata sales/ bulan) 105

Gambar 4.46 Usaha : Mikrolet (laba bersih %) 105

Gambar 4.47 Usaha : Mikrolet (gaji rata rata) 105

Gambar 4.48 Usaha : Fotocopy (rata rata sales/ bulan) 106

(8)

Gambar 4.50 Usaha : Fotocopy (gaji rata rata) 106 Gambar 4.51 Usaha : Kios pulsa (rata rata sales/ bulan) 107 Gambar 4.52 Usaha : Kios pulsa (laba bersih %) 107 Gambar 4.53 Usaha : Kios pulsa (gaji rata rata) 107 Gambar 4.54 Usaha : Bengkel (rata rata sales/ bulan) 108

Gambar 4.55 Usaha : Bengkel (laba bersih %) 108

Gambar 4.56 Usaha : Bengkel (gaji rata rata) 108

Gambar 4.57 Usaha : Loundri (rata rata sales/ bulan) 109

Gambar 4.58 Usaha : Loundri (laba bersih %) 109

Gambar 4.59 Usaha : Loundri (gaji rata rata) 109

Gambar 4.60 Usaha : Toko Pakaian Jadi (rata rata sales/ bulan) 110 Gambar 4.61 Usaha : Toko Pakaian Jadi (laba bersih %) 110 Gambar 4.62 Usaha : Toko Pakaian Jadi (gaji rata rata) 110 Gambar 4.63 Usaha : Usaha Toko Pakaian jadi (rata rata sales/ bulan) 111 Gambar 4.64 Usaha : Usaha Toko Pakaian jadi (laba bersih %) 111 Gambar 4.65 Usaha : Toko bangunan (rata rata sales/ bulan) 111 Gambar 4.66 Usaha : Toko bangunan (laba bersih %) 111 Gambar 4.67 Usaha : Toko bangunan (gaji rata rata) 112 Gambar 4.68 Usaha : Warnet (rata rata sales/ bulan) 112

Gambar 4.69 Usaha : Warnet (gaji rata rata) 112

Gambar 4.70. Segitiga Emas Pengembangan / Pemberdayaan UMKM 114

Gambar 4.71.Komponen Pemberdayaan UMKM 119

Gambar 4.72.Tahapan Kematangan UMKM 124

Gambar 4.73.Tahapan Pengembangan UMKM di Kota Manado 125 Gambar 4.74.Konsep Strategi Logistik untuk UMKM di Kota Manado 127 Gambar 4.75 Pendekatan lintas Sektoral (pendekatan jangka pendek 133 Gambar 4.76 Pendekatan lintas Sektoral (pendekatan jangka panjang) 134

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuestionare 147

Lampiran 2. Biodata Tim Peneliti 154

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengembangan usaha ekonomi rakyat, saat ini seharusnya memberikan dua dampak sekaligus yaitu pertumbuhan dan pemerataan. Pertumbuhan berarti usaha ekonomi rakyat akan bertumbuh dalam ukuran dan cakupan usahanya, sedangkan aspek pemerataan berarti usaha ekonomi rakyat memberikan dampak kepada penyerapan tenaga kerja, pengurangan kemiskinan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan pengurangan pengangguran di suatu wilayah.

Saat ini, program program pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat telah masuk sampai pada level pemerintahan terendah yaitu desa atau kelurahan. Banyak usaha usaha yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan program pemberdayaan usaha ekonomi ini. Pemerintah Kota Manado juga telah melakukan program program yang sejenis yang melibatkan pihak swasta, misalnya: dengan perbankan untuk membiayai unit unit usaha ekonomi di Kota Manado.

Usaha usaha pemerintah Kota Manado, Khususnya Wali Kota Manado Dr. GS Vicky Lumentut, DEA, seperti yang dikutip oleh koran Komentar yang di upload pada tanggal 05 Mei 2013 dengan topik “siap bantu perkuat koperasi-UKM Manado Menkop jawab Lobbi GSVL” menunjukkan bahwa Pemkot Manado sangat serius mengenai aspek penguatan dan pengembangan UMKM din Kota Manado. Disamping itu, secara institusi pembiayaan, dalam berita yang diupload oleh WWW.Cybersulutnews.Com pada tanggal 11-oktober-2012 dengan tajuk berita “BNI target salurkan Kredit UMKM Rp. 1.8 Triliun. Dimana sampai pada bulan September 2012 BNI manado telah menyalurkan sekitar 1.6 triliun rupiah untuk kredit UMKM. Kedua contoh diatas menunjukkan bahwa kepedulian terhadap UMKM di Kota Manado, secara institusi sudah sangat serius.

(11)

Pemberdayaan usaha usaha ekonomi di Kota Manado, berarti level program haruslah sampai pada Kelurahan-Kelurahan yang ada di Kota Manado (lihat Tabel 1). Dengan masuknya program pemberdayaan usaha ekonomi pada level kelurahan maka tidak akan timbul disparitas antar kelurahan di Kota Manado. Untuk mencegah disparitas antar kelurahan atas program pemberdayaan usaha usaha ekonomi di Kota Manado, maka diperlukan suatu pemetaan atas karakteristik usaha usaha ekonomi yang tersebar di Kota Manado. Juga diperlukan suatu kajian yang dapat menentukan pokok pokok permasalahan yang timbul atau yang saat ini dihadapi oleh pelaku pelaku usaha ekonomi di Manado. Dengan diketahui karakteristik usaha usaha ekonomi dan problematik yang dihadapi maka program pemberdayaan usaha ekonomi pada level kelurahan dapat secara efektif tercapai.

Jadi suatu saat jika Pemerintah Kota Manado akan membuat program bantuan pada level kelurahan, maka kegiatan atau program yang khususnya menyangkut pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan dapat efisien dan efektif tercapai, karena telah diketahui karakteristik dan problematik yang dihadai oleh pelaku pelaku usaha kecil dan menengah di Kota Manado.

Tabel 1.1. Kecamatan dan Kelurahan di Kota Manado

kecamatan Kelurahan

1. Malalayang 1. Malalayang Dua 2. Malalayang Satu 3. Malalayang Satu Timur 4. Malalayang Satu Barat 5. Bahu 6. Kleak 7. Winangun Satu 8. Winangun Dua 9. Batu Kota 2. Sario 1. Ranotana

2. Sario Kota Baru 3. Sario

4. Sario Tumpaan 5. Sario Utara

(12)

6. Titiwungen Selatan 7. Titiwungen Utara 3. Wanea 1. Karombasan Utara

2. Karombasan Selatan 3. Raanotana Weru 4. Pakowa 5. Bumi Nyiur 6. Wanea 7. Tanjung Batu 8. Tingkulu 9. Teling Atas 4. Wenang 1. Bumi Beringin

2. Teling Bawah 3. Tikala Kumaraka 4. Mahakeret Barat 5. Mahakeret Timur 6. Wenang Utara 7. Wenang Selatan 8. Lawangirung 9. Komo Luar 10. Pinaesaan 11. Istiqlal 12. Calaca 5. Tikala 1. Banjer 2. Tikala Baru 3. Paal IV 4. Taas 5. Ranomut 6. Perkamil 7. Malendeng 8. Dendengan Dalam 9. Tikala Ares 10. Dendengan Luar 11. Paal Dua 12. Kairagi Weru 6. Mapanget 1. Kairagi Satu

2. Kairagi Dua 3. Paniki Bawah 4. Paniki Dua 5. Lapangan 6. Mapanget Bawah 7. Kima Atas 8. Bengkol 9. Buha 10. Pandu 11. Paniki Satu 7. Singkil 1. Karame 2. Ketang Baru

(13)

3. Wawonasa 4. Ternate Baru 5. Ternate Tanjung 6. Kombos Barat 7. Kombos Timur 8. Singkil Satu 9. Singkil Dua 8. Tuminting 1. Sindulang Satu

2. Kampung Islam 3. Sindulang Dua 4. Bitung Karang Ria 5. Maasing 6. Tuminting 7. Mahawu 8. Sumompo 9. Tumumpa Satu 10. Tumumpa Dua 9. Bunaken 1. Bailang 2. Molas 3. Meras 4. Tongkeina 5. Bunaken 6. Alung Banua 7. Manado Tua Satu 8. Manado Tua Dua Sumber : klasifikasi BPS

Sehingga dengan efektifnya program pemberdayaan usaha ekonomi pada level kelurahan maka dimasa depan, usaha usaha ekonomi yang ada di Kota Manado, akan dapat memberikan sumbangan yang lebih sigifikan terhadap peningkatan PAD, pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan peningkatan kesejahtraan penduduk Kota Manado.

Saat ini sektor ekonomi yang banyak berperan dalam PDRB adalah sektor Bangunan, jasa jasa, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (lihat tabel 2). Sehingga kajian ini akan lebih difokuskan pada usaha usaha ekonomi masyarakat di sektor – sektor tersebut.

(14)

Tabel 2. PDRB harga Berlaku Kota Manado (nominal dan pertumbuhan) PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku (nominal) 2011 2010 2009 2008 2007

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan

222,060.89 211,138.94 203,238.65 188,440.91 163,208.15 2. Pertambangan dan Penggalian 8,965.12 8,575.68 8,352.63 8,025.42 6,736.16 3. Industri Pengolahan 733,576.30 664,500.48 598,748.92 525,519.71 459,899.83 4. Listrik, Gas, Air Bersih

79,635.22 71,504.60 63,244.74 55,742.00 49,655.32 5. Bangunan 2,077,144.28 1,851,375.18 1,576,435.52 1,192,598.86 1,009,349.98 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 3,742,768.97 3,234,955.97 2,909,902.73 2,529,914.39 1,965,152.02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,272,253.51 2,039,946.69 1,796,494.41 1,516,756.70 1,475,818.79 8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

1,213,186.63 1,071,764.52 869,466.22 676,974.66 585,290.38 9. Jasa-jasa 3,097,243.38 2,767,996.94 2,461,712.75 2,036,214.96 1,718,740.95

PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku (%) 2011 2010 2009 2008 2007

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perkebunan 5.17 3.89 7.85 15.46 - 2. Pertambangan dan

Penggalian 4.54 2.67 4.08 19.14 -

3. Industri Pengolahan 10.40 10.98 13.93 14.27 - 4. Listrik, Gas, Air Bersih 11.37 13.06 13.46 12.26 -

5. Bangunan 12.19 17.44 32.18 18.16 -

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 15.70 11.17 15.02 28.74 -

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 11.39 13.55 18.44 2.77 -

8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 13.20 23.27 28.43 15.66 -

(15)

1. 2 Tujuan Kajian

Kajian ini bertujuan untuk :

a. Memetakan karakteristik usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) berbasis kelurahan di Kota Manado.

b. Mengidentifikasi kendala, masalah dan tantangan pengembangan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) berbasis kelurahan di Kota Manado.

c. Menyusun strategi dan kebijakan yang seharssnya dilakukan untuk mengoptimalkan penguatan dan pengembangan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) berbasis kelurahan di Kota Manado.

1. 3 Manfaat Kajian

Kajian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Bappeda Kota Manado, kajian ini dapat dijadikan dasar informasi dalam menyusun rencana rencana strategis penguatan dan pengembangan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM)di Kota Manado di masa depan.

b. Bagi Dinas UMKM dan koperasi Kota Manado, kajian ini dapat dijadikan dasar informasi dalam menyusun strategi dan kebijakan serta keputusan tentang penguatan dan pengembangan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) di Kota Manado di masa depan.

c. Bagi UMKM di Kota Manado, kajian ini dapat dijadikan dasar evaluasi tentang tingkat kewirausahaan, masalah dan kendala yang umumnya dihadapi serta alternatif alternatif solusi dalam menjalankan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM)yang lebih baik dimasa depan.

(16)

Kajian ini akan menghasilkan keluaran berupa : Satu berkas laporan (buku) Kajian strategi pengembangan usaha ekonomi berbasis kelurahan di Kota Manado, yang didalamnya akan memuat hasil seperti:

a. Informasi tentang karkateristik usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) di Kota Manado.

b. Informasi tentang kendala, masalah dan tantangan yang dihadapi usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) di Kota Manado.

c. Strategi dan kebijakan dimasa depan atas pengembangan dan penguatan usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) di Kota Manado.

1.5 Ruang Lingkup

Kajian ini memiliki ruang lingkup terbatas pada institusi usaha usaha ekonomi (khususnya UMKM) di Kota Manado.

(17)

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 UMKM di Perkotaan

Kawasan perkotaan di Indonesia, seperti juga perkotaan di dunia ketiga, banyak dijumpai berkembangnya industri kecil sebagai akibat tidak mampunya pemerintah mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Beberapa kegiatan industri kecil bahkan masuk dalam sektor informal. Namun keberadaan mereka belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada umumnya pemerintah daerah sebagai pengelola kota masih banyak memikirkan sektor formal yang lebih mudah dikontrol. Padahal sektor industri kecil (dan menengah) memiliki kontribusi yang nyata bagi pengatasan masalah pengangguran dan masalah perekonomian kawasan perkotaan. ILO melaporkan bahwa 60% buruh di kota-kota negara berkembang diserap oleh sektor informal dan kegiatan pada usaha kecil dan menengah (UKM). Dilaporkan juga bahwa peran sektor UKM sangat penting karena mampu menciptakan pasar-pasar, mengembangkan perdagangan, mengelola sumber alam, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, membangun masyarakat dan menghidupi keluarga mereka tanpa kontrol dan fasilitas dari pihak pemerintah daerah yang memadai (ILO, 1991 dan Reddy et.al., 2002). Di Indonesia, sektor UKM bahkan menjadi tumpuan kehidupan

yang semakin besar sejak terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 (Sarosa, 2000). (jaka, 2010)

Dalam pembahasan mengenai sektor usaha kecil tentunya tidak terlepas dengan permasalahan urbanisasi dan migrasi ataupun pengangguran. Kenyataan baru tersebut adalah terjadinya arus urbanisasi dan migrasi yang melanda negara-negara di dunia secara besar-besaran. Adanya perpindahan atau mobilisasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan tersebut secara berkait mau tidak mau adalah karena akibat strategi pembangunan yang dijalankan. Terlepas dari terdapatnya implikasi baik positif

(18)

maupun negatif yang ditimbulkan, ternyata keberadaan urbanisasi dan migrasi menjadikan suatu kasus tersendiri yang mutlak memerlukan pengelolaan dan perencanaan dari sisi kebijakan ekonomi (economic policy). (jaka, 2010)

Permasalahan urbanisasi dan migrasi dianggap sebagai kekuatan yang terus menerus memperburuk masalah pengangguran di perkotaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan struktural dan ekonomi antara daerah pedesan dan perkotaan, dimana lokasi perkotaan terus diberi insentif untuk mengembangkan kegiatan ekonominya, sementara lokasi pedesaan justru makin lama makin dijauhkan dari kemungkinan-kemungkinan untuk mengakselerasi tingkat kemajuannya. Dengan begitu, terjadinya proses urbanisasi dan migrasi tersebut pada hakekatnya merupakan refleksi perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain, dan untuk itu terdapat argumentasi bahwa model pembangunan ekonomi yang dilakukan selama ini tidak mengarahkan adanya suatu hasil atau pemerataan sejajar antar wilayah di daerah yang sama; dalam hal ini antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Pada tabel berikut ini dapat kita lihat sebarapa besar peranan migrasi desa ke kota sebagai sumber pertumbuhan penduduk perkotaan di beberapa negara berkembang.

Secara lebih lanjut, Todaro (2000) menganalisis ketidakseimbangan struktural desa dan kota dari dua sudut. Pertama, dari sisi penawaran (supply). Karena

perpindahan penduduk tersebut berlangsung terus-menerus maka akan terjadi arus urbanisasi secara berlebihan sehingga menaikkan tingkat pertambahan penduduk perkotaan. Pada akhirnya, kehadiran mereka cenderung untuk menambah jumlah penawaran tenaga kerja di perkotaan, sementara persediaan tenaga kerja yang sangat berarti di pedesaan sangat menipis.Kedua, dari sisi permintaan (demand). Disini

penciptaan tenaga kerja di perkotaan lebih sulit dan mahal daripada penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan, karena adanya kebutuhan terhadap input-input komplementer yang sangat banyak bagi kebanyakan pekerjaan di sektor industri.

(19)

Maksudnya, untuk membuka kesempatan kerja di sektor industri dibutuhkan lebih banyak biaya tambahan dibandingkan di sektor pertanian tradisional, sehingga mengakibatkan sedikitnya jumlah kesempatan kerja yang dapat dibuka di sektor industri perkotaan tersebut. ((jaka, 2010)

Dengan latar belakang seperti itulah, lahir fenomena perkembangan UKM di negara-negara berkembang pada umunya. Mereka yang melakukan urbanisasi dan tidak dapat tertampung di sektor formal terpaksa harus menciptakan lapagan kerja sendiri. Mereka yang menganggur di perkotaan tersebut untuk kembali lagi ke desa harus berpikir dua kali, karena di desa mereka menjumpai kondisi yang tidak menguntungkan, seperti sumber daya alam yang terbatas, upah rendah, tidak memiliki tanah dan lain sebagainya. Semakin metropolis sebuah daerah, maka semakin terbuka ruang bagi pengusaha untuk memasuki dan memenuhi sudut-sudut kota tersebut. Secara lebih mengerucut, keberadaan mereka biasanya tersebar di pusat-pusat kegiatan ekonomi yang memberikan peluang permintaan terhadap produk yang mereka tawarkan. (jaka, 2010)

2.2. Definisi Usaha Kecil

Badan Pusat Statistik mendefiniskan Usaha Mikro sebagai usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari 4 orang . Sedangkan Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). World Bank mendefinisikan Usaha

(20)

Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta; Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta (jaka, 2010)

Namun demikian pengertian terbaru mengenai Usaha Kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau mememiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (jaka, 2010)

2.3. Definisi Usaha Menengah

Pengertian Usaha Menengah menurut Badan Pusat Statistik adalah usaha yang memiliki tenaga kerja antara 20 orang hingga 99 orang. Sedangkan Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dariRp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp.10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). World Bank mendefinisikan Usaha

Menengah atau Medium Enterprise adalah usaha dengan kriteria : Jumlah karyawan

maksimal 300 orang; Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta; Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta (jaka, 2010)

Sedangkan pengertian Usaha Menengah menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

(21)

orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta upiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) (jaka, 2010)

Sebagai acuan utama pengertian UKM pada kajian ini mengacu pada Undang-undang UKM Nomor 20 Tahun 2008, yaitu:

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

(22)

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (jaka, 2010)

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4) Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. (jaka, 2010)

2.4. Berbagai Kajian Terdahulu Tentang Ukm

Susilo et al., (2008) melakukan kajian masalah dan kinerja industri kecil di

Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Survei dilakukan terhadap 100 pengusaha yang tergolong industri skala kecil dan menengah (IKM). Hail kajian tersebut menjelaskan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha adalah ketidakmampuan memenuhi kewajiban finansial terhadap pihak lain dan keterbatasan untuk menambah modal. Masalah lain yang dihadapi adalah menurunnya hasil produksi dan pemasaran

(23)

hasil produksi. Dengan indikator kinerja tingkat produksi maka sebagian besar unit usaha (65%) mengalami penurunan, sedangkan 23% produksinya tetap, dan sebanyak 12% mengalami peningkatan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa para pengusaha pada skala IKM memiliki kerentanan yang tinggi terhadap berbagai sumber goncangan. Adanya bencana gempa bumi berdampak cukup besar terhadap kemampuan finansial perusahaan. (jaka, 2010)

Tarigan dan Susilo (2008) melakukan kajian masalah dan kinerja industri kecil pada industri kerajinan perak di Kota Yogyakarta. Dari hasil kajian tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa, pengusaha/pengrajin perak menghadapi permasalahan yang terkait dengan terganggunya kegiatan produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi, terganggunya proses produksi menyebabkan berkurangnya jumlah produksi yang berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan permintaan pada gilirannya akanmengurangi pendapatan dan berimplikasi pada kemampuan memenuhi kewajiban finansial. Dalam hal perbedaan masalah yang dihadapi tergantung dari jenis dan karaketristik industri kecil. Ada yang menyatakan masalah pokok yang dihadapi adalah kemampuan bersaing di pasar, pemasaran produk, dan ketersediaan tenaga kerja terampil. Dalam hal dinamika usaha, persamaan diantara mereka terutama dalam diversifikasi produk. Pengusaha industri kecil melakukan diversifikasi dari sisi bahan baku dan hasil produksi. Perbedaan dinamika usaha terjadi dalam hal diversifikasi usaha. Pengusaha industri kecil melakukan diversifikasi usaha yang berbeda sama sekali dengan usaha sebelumnya, namun juga ada yang melakukan diversifikasi usaha yang terkait dengan usaha sebelumnya (Ali dan Swiercz, 1991).

Susilo dan Krisnadewara (2007) menyatakan bahwa, berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan tentang strategi bertahan industri pasca gempa di Yogyakarta, strategi yang bisa diterapkan untuk pengembanga UKM adalah berproduksi dengan fasilitas / peralatan terbatas, berproduksi dengan jumlah bahan baku terbatas,

(24)

berproduksi dengan jumlah tenaga kerja terbatas, berproduksi dengan modal finansial terbatas, membuka shoow-room/outlet, melakukan usaha sampingan. Rekomendasi

dari hasil kajian in berkaitan dengan upaya percepatan pemulihan kembali untuk berusaha adalah dengan melakukan kegiatan produksi kembali yang menekankan pada tambahan modal. Dengan tambahan modal maka berbagai keterbatasan dalam kegiatan produksi dapat diatasi, sehingga kegiatan produksi akan lebih lancar sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Menurut Priyono (2004), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Dalam kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, menciptakan

suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di

sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari

hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke

dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat

masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

(25)

kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus

dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Permberdayaan ekonomi rakyat adalah tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi, juga merupakan tanggung jawab masyarakat, terutama mereka yang telah lebih maju, karena telah terlebih dahulu memperoleh kesempatan bahkan mungkin memperoleh fasilitas yang tidak diperoleh kelompok masyarakat lain. Studi yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) seperti dikemukakan dalam Sethuraman (1993), dijelaskan bahwa aktivitas-aktivitas UKM tidak terbatas pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, tetapi bahkan juga meliputi berbagai aktivitas ekonomi yang antara lain ditandai dengan: mudah untuk dimasuki, bersandar pada sumberdaya lokal, usaha milik sendiri, opersinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, ketrampilan dapat diperoleh di luar sistem sekolah formal, dan tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif. Studi yang dilakukan ILO ini menyebutkan sektor UKM punya ciri: ukuran usaha kecil, kepemilikan keluarga, intensif tenaga kerja, status usaha individu, tanpa promosi, dan tidak ada hambatan masuk.

Menurut Chris Manning, dkk (1991) sektor UKM adalah bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum mendapatkan bantuan ekonomi dari pemerintah atau belum mampu menggunakan bantuan yang telah disediakan atau telah menerima

(26)

bantuan tetapi belum sanggup dikembangkan. Sektor UKM di Indonesia, umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia, tidak nmempunyai izin usaha, pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja, pada umunya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. Pada umumnya UKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagaipermasalahan yeng menghambat kegiatan usahnya. Berbagai hambatan etrsebut meliputi kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM berkualitas, masalah bahan baku, keterbatasan teknologi, infrastruktur pendukung dan rendahnya komitmen pemerintah (jaka, 2010)

2.5.Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa

Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.

Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan . Kata entrepreneur berasal dari

bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor,

pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya. Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola

sesuatu yang ada dalam diri Anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa meningkatkan taraf hidup Anda dimasa mendatang

Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif dalam usaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sedangkan menurut Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kuehl dalam buku Entrepreneurship (1999), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif

(27)

yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh

orang banyak.

Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13) :

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acad Sanusi,1994)

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda ( Drucker,1959)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer,1996)

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih

Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan baru kepada konsumen.

Kewirausahaan juga berasal dari kata enterpteneur yang berarti orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang

(28)

bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikian wirausaha dan wiraswasta sebenarnya memiliki arti yang berbeda . Wiraswasta tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan wirausaha mampu terus berkembang dan mencoba usaha lainnya. Istilah lainnya yang semakna dengan wirausaha adalah wiraswasta. Istilah wiraswasta lebih sering dipakai dan lebih dikenal daripada wirausaha. Padahal, keduanya bermakna sama dan merupakan padanan dari kata entrepreneur. Kata wiraswasta berasal dari gabungan wira-swa-sta dalam bahasa sansekerta. Wira berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri atau mandiri; sta berarti berdiri; swasta berarti berdiri ditas kaki sendiri atau dengan kata lain berdiri di atas kemampuan sendiri. Sedangkan wirausahawan mengandung arti secara harfah, wira berarti berani dan usaha berarti daya upaya atau dengan kata lain wirausaha adalah kemampuan atau keberanian yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih kesuksesan.

Berdasarkan makna-makna tersebut, kata wiraswasta atau wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas menjadi teladan di bidang usaha. Dengan kalimat lain, wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewiraswastaan atau kewira-usahaan. Ia bersikap berani unuk mengambil resiko. Ia juga memiliki leutamaan, kreatifitas, dan teladan dalam menangani usaha atau perusahaan. Keberaniannya berpijak pada kemampuan sendiri atau kemandiriannya. Pengertian lainnya menyebutkan kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya

(29)

pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi inikewirausahaan adalah lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

(30)

2.6.Ciri ciri dan karakteristik Kewirausahaan Ciri-ciri seorang wirausahaan adalah:

a. Percaya diri

b. Berorientasikan tugas dan hasil c. Pengambil risiko

d. Kepemimpinan e. Keorisinilan

f. Berorientasi ke masa depan g. Jujur dan tekun

Menurut Munawir Yusuf (1999), Ciri kewirausahaan yaitu: 1. Motivasi berprestasi

2. Kemandirian 3. Kreativitas

4. Pengambilan resiko (sedang) 5. Keuletan

6. Orientasi masa depan 7. Komunikatif dan reflektif 8. Kepemimpinan

9. Locus of Contro 10. Perilaku instrumental

11. Penghargaan terhadap uang.

Ciri dan Kemampuan Wirausahaan Tangguh: Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak besar dan dalam mengatasi masalah. Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan. berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan

(31)

perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern.— Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta pemupukan permodalan.

Sedangkan Ciri-ciri seorang wirausahaan adalah: Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan. dan Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 ) mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi :

a. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. b. Lebih memilih risiko yang moderat.

c. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil d. Selalu menghendaki umpan balik yang segera

e. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan

f. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik .

g. Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah

h. Selalu menilai prestasi dengan uang.

pendapat lain menyatakan bahwa Karakteristik Kewirausahaan adalah seseorang yang memiliki :

(32)

1. Motif Berprestasi Tinggi : Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu,yaitu motif berprestasi. Menurut Gede Anggan Suhada (dalam Suryana, 2003 : 32) motif berprestasi adalah suatu nilai social yang menekankan pada hasrat utuk mencapai yan terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seprti yang dikemukakan oleh Maslow (1943) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan tingkatan pemuasannya. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya.Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34):

1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.

2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi

4) Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan

5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang diembannya sangat ringan.maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pecapaian keberhasilan sangat rendah.

2. . Selalu Perspektif : Seorang wirausaha hendaknya seorang yang mampu menatap depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha

(33)

untuk berkarsa dan berkarya ( Suryana,2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan utnuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan resiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan.Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karya yang sudah ad. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

3. Memiliki Kreatifitas Tinggi : Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Oleh karena itu menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24), mengungkapkan bahwa ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari asalnya tidak ada.

Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian yaitu : 1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.

2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru 3. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik

4. . Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi : Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang. Fakta sejarah menunjukkan kepada kita bahwa para wirausaha yang paling berhasil sekalipun pada dasarnya adalah manusia biasa. Sebeer Bathia, seorang digital entrepreneur yang meluncurkan hotmail.com pada tanggal 1996, baru menyadari hal ini ketika ia berguru kepada orang-orang seperti Steve Jobs, penemu computer pribadi (Apple). Dan kesadaran itu membuatnya cukup percaya diri ketika menetapkan harga

(34)

penemuannya senilai 400 juta dollar AS kepada Bill Gates, pemilik mocrosoft yang juga manusia biasa.

5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab : Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang akan digelutinya, di dalam menjalankan usaha tersebut wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang menggebu-gebu dan menyala-nyala dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada di pasar. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digeluti maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu pentng sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya, serta memiliki etos keja dan tanggung jawab yang baik.

6. Mandiri atau Tidak Ketergantungan : Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempuyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha dalam pikrannya, dia dapat mandiri dalam usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada di sekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberkan kepuasan kepada knsumen.

(35)

7. Berani Mengambil Resiko : Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke 18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung resiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitugan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu wirasaha selalu berani engambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian resiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan obyektif, dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya ( Suyana, 2003 : 14-15 ).

8. Selalu Mencari Peluang : esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut.

9. Memiliki Jiwa Kepemimpinan : Wirausahawan yang berhasil juga merupakan pemimpin yang berhasil. Dikatakan sebagai pemimpin karena mereka harus mencari peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya ( bahan, manusia , teknologi, dan modal ) yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan, menentukan tujuan, baik untuk mereka sendiri maupun untuk orang lain, dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan.

10. Memiliki Kemampuan Manajerial : Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk managerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan

(36)

usaha, mengkoordinasikan usaha, mengelola usaha dan sumer daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaannya yang kesemuannya itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan eberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan usaha yang diperoleh.

Menurut McGraith & Mac Milan (2000), ada tujuh karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut. 1) Action oriented: Seorang entrepreneur selalu ingin segera bertindak, sekalipun

situasinya tidak pasti (uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah see and do. Bagi mereka, resiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.

2) Berpikir simpel: Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap.

3) Mereka selalu mencari peluang-peluang baru: Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama. Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu mau belajar yang baru, membentuk jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. Sedangkan dalam usaha yang sama, mereka selalu tekun mencari alternatif-alternatif baru, seperti model desain, platform, bahan baku, energi, kemasan, dan struktur biaya produksi. Mereka meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dengan cara-cara baru.

(37)

4) Mengejar peluang dengan disiplin tinggi : Seorang wirausahabukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang, atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu, tetapi mereka bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari, diciptakan, dibuka, dan diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dsn menanggung resiko, maka seorang wirausaha harus memiliki disiplin yang tinggi. Wirausah-wirausaha yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin pekerjaannya beres, dan apa ya g dipikirkan dapat dikerjakan segera. Mereka bertarung dengan waktu karena peluang selslu berhubungan dengan waktu. Apa yang menjadi peluang pada suatu waktu, belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang, belum tentu akan kembali lagi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah dan disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).

5) Hanya mengambil peluang yang terbaik: Cara penilaian peluang tersebut ada pada nilai-nilai ekonomis yang terkandung didalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan perubahan yang dihasilkan. Semua itu biasanya dikaitkan dengan "rasa suka" terhadap objek usaha atau kepercayaan bahwa dia "mampu" merealisasikannya. Pada akhirnya, sukses yang diraih setiap orang ditentukan oleh keberhasilan orang itu dalam memilih.

6) Fokus pada eksekusi : Wirausaha bukanlah orang yang bergulat dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesis, melainkan orang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran penuh keraguan. "Manusia dengan entrepreneur mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan yang dipikirkan daripada menganalisa ide-ide baru sampai mati" (McGraith dan Mac Millan,2000,hlm.3). Mereka juga adaptif terhadap situadi, yaitu mudah menyesuaikan diri dengan fakta-fakta baru atau kesulitan di lapangan.

(38)

7) Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti : Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian. Dia menggunakan tangan dan pikiran setiap orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya. Mereka membangun jaringan daripada melakukan impiannya sendiri. Ibarat seorang orkestraktor atu dirigen musik, dia mengumpulkan pemusik-pemusik yang ahli dalam memainkan instrumen-instrumen yang berbeda-beda untuk menghasilkan nada-nada musik yang disukai penonton. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan mengumpulkan orang, membangun jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan berkomunikasi.

2.7.Proses wirausaha

Menurut Srie Sulastri (2008) ,pengembangan kewirausahaan di awali dari proses sebagai berikut :

1) Proses Inovasi : Faktor yang mendorong terjadinya inovasi,yaitu keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, dan pengalaman

2) Proses Pemicu : Faktor yang mendorong seseorang terjun ke dunia bisnis yaitu adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang ada, terjadinya pemutusan hubungan kerja,keberanian menanggung resiko, dan komitmen yang tinggi terhadap bisnis

3) Proses Pelaksanaan : Faktor yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis yaitu kesiapan mental wirausaha secara total, adanya manager sebagai pelaksana kegiatan, dan adanya visi jauh kedepan untuk mencapai keberhasilan

4) Proses Pertumbuhan : Proses pertumbuhan didorong factor organisasi,yaitu adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha, adanya strategi yang mantap,

(39)

adanya struktur dan budaya organisasi yang baik dan adanya produk yang menjadi unggulan.

namun Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha terdiri dari :

1) Tahap Memulai : Tahap ini dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala seuatu yang diperlukan,di awali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin,apakah membuka usaha baru atau melakukan franchising. Juga memilih usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian,industri atau manufaktur, maupun produksi atau jasa.

2) Tahap melaksanakan usaha : Tahap ini seseorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya. Mencakup aspek-aspek : Pembiayaan, SDM, Kepemilikan, Organisasi, Kepemimpinan yang meliputi bagaimana pengambilan resiko dan mengambil keputusan pemasaran dan melakukan evaluasi.

3) Mempertahankan usaha : Tahap ini dimana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

4) Mengembangkan usaha : Tahap dimana jika hasil yang diperoleh tergolong psitif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha yang menjadi salah satu pilihan yang mungkin di ambil.

2.8.Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan Wirausaha

Menurut Hendro ( 2011 : 47-50 ) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha berhasil adalah : 1. Faktor Peluang 2. Faktor SDM 3. Faktor Keuangan 4. Faktor Organisasional 5. Faktor Perencanaan

(40)

6. Faktor Pengelolaan usaha 7. Faktor Pemasaran dan Penjualan 8. Faktor Administrasi

9. Faktor Peraturan Pemerintah, Politik, Sosial, dan Budaya Lokal 10. Catatan Bisnis

Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003:44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya :

1) Tidak kompeten dalam manajerial : Tidak kompeten atautidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan factor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil

2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan : Mengkoordinasikan, ketrampilan mengelola SDM, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan. 3) Kurang dapat mengendalikan keuangan : Agar perusahaan dapat berhasil dengan

baik factor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Yaitu mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.

4) Gagal dalam perencanaan : perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

5) Lokasi yang kurang memadai : Lokasi usaha yang strategis merupakan factor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakiatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.

6) Kurangnya pengawasan peralatan : pengawasan erat hubungannya dengan efisiensi dan efektifitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan efektif.

7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha : Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,kemungkinan gagal menjadi besar.

(41)

8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan: Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melaksanakan perubahan,tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu. (Dwi, 2012)

(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Disain Penelitian

K ajian ini menggunakan kombinasi disain kuantitatif dan kualitatif / deskriptif.

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Kajian ini direncanakan memakan waktu 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Juni, Juli dan agustus 2013. Tempat penelitian berada di Kota Manado.

3.3.Sampel dan Tehnik Sampling

Sampel penelitian adalah UMKM di Kota Manado sejumlah 111 responden. Reponden tersebar di 9 kecamatan di Kota Manado (penggunaan 9 kecamatan karena diambil dari klasifikasi Laporan BPS, 2012) dan 15 jenis usaha UMKM. Tehnik sampling yang digunakan adalah accidental sampling.

Tabel 3.1. Responden Berdasarkan kecamatan

No Kec Frek % 1 Malalayang 13 11.71 2 Tuminting 13 11.71 3 Wanea 23 20.72 4 Mapenget 6 5.41 5 Wenang 17 15.32 6 Tikala 17 15.32 7 Singkil 8 7.21 8 Sario 9 8.11 9 Bunaken 5 4.50 total 111

(43)

Tabel 3.2. Responden Berdasarkan Jenis Usaha UMKM

No Range Frek %

1 Usaha ojek 9 8.11

2 Toko / warung Kelontong 18 16.22

3 Warung / Rumah Makan 20 18.02

4 Usaha mikrolet 6 5.41

5 Usaha fotocopy 4 3.60

6 Kios Jual Pulsa 21 18.92

7 Bengkel 7 6.31

8 Loundry 3 2.70

9 Toko Pakaian Jadi 3 2.70

10 Salon 4 3.60

11 Toko Bangunan 5 4.50

12 warnet 4 3.60

13 play station 2 1.80

14 Air minum isi ulang 2 1.80

15 lain - lain 3 2.70

total 111

Sumber : data penelitian

3.4.Tehnik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1) Kuestionare, dengan membagikan daftar pertanyaan kepada pemilik usaha UMKM 2) Observasi, dengan melakukan pengamatan dilapangan.

3) Dokumentasi, dengan mempelajari dokumen dokumen yang relevan digunakan dalam memperkaya kajian ini.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah :

1. Dimensi Karakteristik responden yang berupa; inisial, alamat, umur, pendidikan, umur usaha,

(44)

2. Dimensi karakteristik usaha yang berupa : jumlah karyawan, rata rata penjulan, laba bersih, pajak, pelatihan, gaji karyawan, status kepemilikan tempat dan bangunan usaha, sistem pembukuan, dan konsumen.

3. Dimensi informasi perkembangan usaha yang berupa : perkembangan penjualan, keuntungan bersih, biaya, persaingan, harga dan konsumen.

4. Dimensi pandangan terhadap kondisi ekonomi / berusaha di Kota Manado. 5. Dimensi masalah masalah utama UMKM.

3.6.Analisis Data

(45)

BAB 4

HASIL ANALISIS

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

A. Sejarah Kota Manado

Nama Kota Manado menurut tutur legenda yang diceritakan berasal dari bahasa Etnik Toutemboan Minahasa yaitu "Manarow” yang artinya "Pergi ke Negeri Jauh". Jikalau seseorang Suku Minahasa asli hendak bepergian ke Manado, maka tetangganya akan menyapanya dalam bahasa daerahnya, "Mange-an isako..??" (Mau kemana engkau..??), maka dia akan menjawab, "Mange-an Manarow atau mau pergi ke tempat negeri yang Jauh". Dalam versi Bahasa Sangir Tua disebutMararau; Marau yang artinya Jauh. Nama lain yg lebih tua untuk Kota Manado adalah “Wenang/Benang”.. Wenang atau Benangitu sendiri adalah Pohon yang banyak tumbuh di pesisir Manado atau biasa disebut Pohon Bahu yg bisa kita jumpai disepanjang Pantai di Bahu Malalayang sampai di Kalasey.

Wenang atau Benang itu sendiri dalam versi Bahasa Sangir Tua adalah “Gahenang/Mahenang”, artinya api yang menyala/ bercahaya/ bersinar(suluh, obor, api unggun). Dan Kata “Manarow” itu sendiri merujuk pada sebuah Pulau yaitu Pulau Manado Tua.. dimana penghuni Pulau Manado Tua ini adalah Orang-orang dari Etnis Sangir Tua yaitu Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu. Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu itu berasal dari bahasa Sangir Tua yaitu “Bowong artinya Atas dan Kehu artinya Hutan.. jadi Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu adalah sebuah Kerajaan yg terletak diatas Hutan yg Rajanya disebut Kulano.

Kemudian pada sekitaran abad 14-15, kaum Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu itu melakukan perpindahan ke daratan tanah Minahasa.. Perpindahan dilakukan dengan menggunakan perahu (Bininta), melalui tempat yg bernama "Tumumpa di Tuminting Manado Utara" dlm bahasa Sangir yg artinya "Turun sambil

(46)

melompat,kemudian menetap di Singkil berasal dari bahasa Sangir Tua disebut "Singkile artinya pindah/menyingkir." Mereka menyebar sampai ke Pondol yg dalam bahasa Sangir disebut Pondole artinya di Ujung. (Pondol sekarang berada dikawasan Mega Mall Manado).

Tuturan versi lainnya juga mengatakan bahwa pada sekitar tahun 1600 Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu, mereka beralih ke daratan Minahasa diteluk Manado, disebelah Selatan Sungai Tondano kira-kira di Wilayah Calaca sekarang., dan Penghunian pertama ini merupakan inti kota Manado sekarang dan menjadi Negeri Baru sebab pada waktu itu Kota Manado tidak identik dgn Wenang, akan tetapi Negeri Manado sampai kira-kira Tahun 1830 hanya merupakan sebagian dari Calaca Barat dan wilayah Pelabuhan Manado dan sebelah Utara dari Pasar 45 sekarang. Oleh sebab itu diseputaran wilayah Calaca, Pelabuhan dan Pasar 45 dari dulu disebut “Bendar” atau “Bandar” atau “Pelabuhan” yaitu tempat Orang-orang dari Minahasa dan Sangir Tua, dan juga para pendatang lainnya seperti Etnis Tionghoa, Arab, Gorontalo dan Bolmong melakukan Barter Dagang.

Ada kemungkinan bahwa istilah atau sebutan "Mange-an isako..??" (Mau kemana engkau..??), ketika ada Orang bertanya pada tetangganya yg mau turun ke Kota Manado maka dia akan menjawab, “Mange-an Manarow” itu terjadi didaerah / wilayah ini ketika Orang-orang dari Gunung mau turun melakukan Barter Dagang di Kota Manado. Orang-orang Gunung ini atau Etnis Minahasa yg tinggal di Pegunungan ini oleh kaum dari Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu atau Orang Sangir Tua disebut “Tou Kaporo atau Orang Gunung”. Interaksi antara Sub-sub Etnis Minahasa pada Zaman dahulu dimana Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu dan Bantik adalah bagian di dalamnya sudah terjadi pada Abad-abad sebelumnya.

Deklarasi di Watu Pinabetengan menandai awal pembagian Tanah Adat bagi Etnis-etnis Minahasa tersebut dimana Etnis Tounsea, Toumbulu, Tountemboan, Toulour, Tounsawang, Pasan,Panosakan mendiami Daratan Minahasa, Etnis Bantik

Gambar

Tabel 2. PDRB harga Berlaku Kota Manado (nominal dan pertumbuhan)  PDRB Atas Dasar Harga
Tabel 3.1. Responden Berdasarkan kecamatan
Tabel 4.5.Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado dan Sulawesi utara  Tahun  Kota Manado (%)  Provinsi Sulut (%)
Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pardee (1969) mengusulkan super goal (sasaran super) sebagai atribut acuan dalam masalah pengambilan keputusan dengan tujuan jamak.. Super goal merupakan atribut yang

Perbedaan Web Library yang ditinjau dari perguruan tinggi dengan dimensi WebQual yaitu usability, service interaction adalah sangat jauh berbeda, karena nilai

Program non fisik merupakan program yang bertujuan untuk membuka dan mengubah pola pikir masyarakat dengan pemberian materi bersangkutan dengan bidang-bidang yang

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Developmeny (R&D), mengacu padamodel pengembangan Borg & Gall (1983) yang diadaptasisesuai dengan

Cikal bakal Sistem Jaminan Sosial (SJS) atau di Jerman dikenal sebagai Kesejahteraan Sosial (social welfare) dan jaminan sosial (social security) yang dimulai

Salah satu indikator kesejahteraan adalah kemiskinan maka penelitian ini akan menggunakan variabel-variabel dalam model dinamika Ibnu Khaldun sebagai varaibel-variabel yang

Sehingga dalam pelaksanaannya pegawai pengawas membuat suatu sistem skala prioritas untuk setiap perusahaan yang melapor kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa