• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan Etnis Di Kalimantan Barat: Konflik Etnis Atau Kegagalan Kebijakan Orde Baru?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kekerasan Etnis Di Kalimantan Barat: Konflik Etnis Atau Kegagalan Kebijakan Orde Baru?"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume

10, Nomor

1, Maret

2006

I S S N

: 1 4 1 0 - 3 1 3 3

' 4

-i /:> )

Pctr'*

JurnaI Masalah-masalah

Kebijakan

-Reformasi Administrasi Pajak Bumi Dan Bangunan Dalam Rangka Menuiu SeyAssesn eat S! stefi

ItidturIIerry Sisuanto

Aplikasi Statistik Dalan Kajian Ilmu Komunikasi Bnsuki

Mendekatkan Lembaga Keuangan Dengan Masyarakat : Altelnatif Untuk Menanggulangi Kemiskinan

Didlk Iiidnt.,s)tla Huurrrr S,rrtL,ir Llnr',rLl

Kekerasan Etnis Di Kalimantan Barat:

- - K o n f l i k F t n i . \ t a u K e B J F , r l J n K e [ . i j . J L . r n O r d e B a r u ] V t r t t , , , 1

Kajian Empiris Atas Jenis Kelamin Dan Peran Jenis Terhndap Kecerdasan Emosional Pada Mahasiswa Akuntasi

Sucahyallctry lmas Suldstri

Peran Komunikasi Dalam Meningkatkan Penerapan Hasil Litbang (Hasil Penelitian di Balai Besar Ketajinan Kerarnik Yogyakarta setta di Sentra Keraiinan Gerabah Kasongan Bantul)

Pujit,estari Poppv Ruliann

Citra Perempuan Dalam Iklan Bias Gender Di Radio (Studi Semiotik tentang Citra Pelempuan dalam Iklan Radio Bias Gender yang Disiarkan oleh Radio di Wilayah Eks-Kalesidenan Surakafi a)

Zae nlAtif n lsbtu tli Sufri.tN

Analisis Br.rnd Loyalty

Pengguna HdrllPft orreNOKIA Zntttal:\rifin

{f } {"t

Fakultas llmu Soslal dan llmu Folitik

(2)

KEKERASAN ETNIS DI KALIMANTAN BARAT:

KONFLIK ETNIS ATAU KEGAGALAN KEBIJAKAN

ORDE BARU?

Pra''udi

Jurusan ILmu Komuniksai FISIP UPN "Veteran" Yogayakarta

Absfiak

EthnicmnJlictocctlrs10tunthereirediferencestuthephysirAlch&acEristicsand ltudbehsuioi, behoee groups. Howet)er these diferences uill not lead to oiolence nless thev ore lolloued by tht doninahon af o e ethnic groltp o1)er a other in social, ecotumic, md political a-spects. Mea whtl. political canfLict occurs roha therc is domitation jlom one gro p uho holds political pouel ort s11otfurardusesarepressioeapfoflchtolegitiniseitsp&mr.misparyrexiani esoaiou$ aryument thit erplain how eth icuiolence i theFraoitce ofwest Kalimantan,Indonesia has ocatneil and t: uhatertefit theNeo Ordrr gonernnzntpolittls cotrtrib ted to theoiole ce.

I<atak ci : kekerosan ehis. O e Baru

Pendahuluan

Sentmlisasi kekuasaan rejim Orde Baru di tangan Suharto dipengaruhi oleh konsep kekuasaan dalam budaya Jawa. Hal ini menginspirasi Suharto untuk menjaiankan pemerintahan Indonesia sepeti s€buah K e r a j d a n Jawa. Walaupun kebiiakan pembanguran nasional dimaksudkan untuk membangun Indonesia setelah tumban$ya r e j i m o r d e L a m a , k e b i t a k a n i n i telah digunakan oleh Suharto, melalui rgimnya y a n g a u t o r i t a r i a n d e n g a n p e n d e k a t a n milit€ristik, untuk mempertahankan k e k u a s a a n n y a d a n m e n g u n t u n g k a n keluarga serta kroninya- Kebijakan SAR,A diterapkan untuk memastikan bahwa orang hanya mendiskusikan sisi positif da isu yang berhubungan dengan suku, agama, ras dan antar golongan. Bukannya menciptakan harmonisasididalammasyarakat, kebijakan ini telah menciptakan eksklusivisme €tnis tertentu 0awa) atas etnis yang lainnya (non-lawa). Krisnamurthi (2002) menjelaskan bahwa poltik SARA yang diperkenalkan melalui kekuartan represif, baik secara l a n g s u n g m a u p u n t i d a k l a n g s u n g , merupakan politik isolasi t€rhadap elemm etnis, agama, ras dan antar golongan dalam kehidupan negara dan bangsa. Lebih jaul,

konsep SARA itu sendiri bertentangan dengan pfinsip demokrasi karena menolal pemhamall pluralitas dan menuntut adaN a k e s e r a g a m a n d a i m a s y a r a k a t y a n t pluralistik (Mukhan 2002).

Artikel ini memunculkan klaim ban\aa sesungguhnya konJlil( etnis yang te4adi antara suku Dayak dan Madura di propinsi Kalimantan Barat, baik pada era Orde baru maupun era reformasi, bukanlah kerusuhan yang berlatar belakang etnis. Oleh karma itu, penulis menggunakan terminologi kekemsan ehris daripada kerusuhan etnis, karena pada p nsipnya kedua suku yang berkon{lik sama-sama dirugikan 6ebagai akibat kebijakan politik darl ekonomi Orde Baru Klaim ini diperkuat dengan memuncuikan b u k t i b e r u p a b e r a g a m argumen yang mendasari munculnya kekerasan etnis. Secara spesifik, tulisan ini mencermati bagaimana politik pembangunan Orde Baru yang meliputi iuga politik etnisitas telah menciptakan kekerasan etds yallg mmelan ratusan iiwa manusia dall hancumva dbuan h a r t a b e n d a m a s v a r a k a t . Perhatian orroKusKan paoa KeKeras,an eBfy4rg-retad

' pada tahlrn 197 dan 1999 y4[g-IneErp.akan kasus \ekerasan etnis terbaqdan terbesar

(3)

k@1 Etnis di Ktlitunbn ....

Fg pemah te4adi di Propinsi Kalimantan kai

Llim.ntan Bant Tiniauan Kritie

Meskipun kekerasan ehris di Iclimantan ]rat melibatlGn suku Dayak dall Madura, tasitiwa ini tidal bisa serrata dilihat sebagai lnflik etnis antara kaum pendatang dengan Fdudul pdbund. Walau p€rbedaan etnis nrn kultural dapat menyebabkan dskomunikasi mereka tidal secara otomads a€mic1r tetidaksukaan antaretnis atau Ergarah pada kekemsan. 'Perbedaan etnis' d.patFga merrciptakan s€buah pemahaman 'rrru antara dua etnis iika mereka memiliki daj-nilai yang diakui bersama dan hidup Llam kondisi yang setara. Menurut Kleden

:m1), hubuwan antarehis akan memicu i.*emsan iika perHaan ehis diikuti denSan lominasi satu kelompok ehjs tertentu atas f€bmpok etni! lainnya, baik secara ekonomi naupun politik. Jika dominasi ini diikuti J€rtgan tekanan politjs da kelompok yang L$ih kuat, atau ketimpangan yang tinggr &Iam pengguiaan aset dan sumber daya ekonomi, maka akan memunculkan Flawanan dad kelompok yang tertekan dan lelaniutnya memicu kekerasan.

Dalam konteks ketidakseimbangan, Jumber daya alam propinsi Kalimantan Barat teiah dieksploitasi untuk kepentingan iransial kroni Sularto dan elit tertentu di i.tarta. Akibatnya, penduduk pdbumi (suku Dayak) termaiinalisasi. Setelah frustasi .kibat diabaikan oleh pemerintah, penduduk pflbuni masih harus menghadapi kenyataan lahwa orang Madum, s€bagai migran yang dbpnsorioleh pemerint h, dilayani dengan baik oleh pemerintah melalui program h-ansmigrasi Mereka secara perlahan mulai mengambil alih lahary sumber daya dan p€keiaan yang biasa diSarap oleh penduduk pribumi Sehingga orang Madura dianggap setragai representasi'kekuasaan ekternall rang berupaya mengambil alih apa yang ditlaim oleh penduduk pribumi sebagai tara[ sumber daya dan lingkungan mereka. Dalam konteks inilah upaya menganalisis

dan menjelaskan latar belakang historis politis kekerasan etnis di Kalimantan Barat dilakukan.

Kalimantan merupakan tempat ringgal suku Dayak. Di propinsi Kalimantan Barat, populasi suku Dayak mmcapai 41 persen dari total populasi 9 iuta iiwa. Sl1h Da)'ak terdiri dari lebih 200 sub suku dengan beragam budaya, adat istiadat dan bahasa. B a n y a k d i a n t a r a m e r e k a t i n g g a l d i pedalaman dan belum tersentuh proses modemjsasi. Suku Dayak memiliki sistem manajemen hutan yang baik. Sistem mercka didasarkan pada keberlaniutan dan respek pada keberagaman ta]lama]l, tidak semata-mata nilai ekonomis. Mereka bercocok tanam padi namun iuga menggantungkan diri pada hasil hutan, khususnya buah dan karet.

S u k u M a d u r a , d i s i l a i n , m e m i l i k i sbati{ikasi sosial yang kuat. Mereka mengenal empat kelas: burulr pedagan& pegawai sipil, dan aristokrat. Kondisi geografis pulau Madura yang gersang membuat banyak warganya beke4a sebagai buruh garam di tepi pantai, sementara angka buta huruf mencapai 57,5 persen (Sudagung 2001). Kenyataan hidup yang kems lnemaka olang Madura merantau ke pulau lain demi hidup yang lebih baik. Hal ini juga yang membuat banyak warga Madura memilih ikut program transmigrasi pemerjntah. Tingginya buta huruf dan r€ndahnya tingkat pendidikan mcnyebabkan keterbatasan pemahaman suku Madura atas daerah barunya.

Kekerasar etnis yang melibatkan suku Dayak dan miBran dad pulau Madura te4adi di Kalimantan Barat pada akhir Desember 1 9 9 6 d a n b e r l a n g s u n g e n a m m i n g g u lamanya. Beberapa laporan menyatakan bahwa semua bermula dari perselisihan antara remaia Dayak dan Madura. Segera s e t e l a h d u a o i a n g D a y a k d i t i k a m d a n laporan pihak keluarga ke polisi tidak mendapatkan respon positif, suku Dayak menyelenggarakan ritual perang melarvan komunitas Madura, membunuh penduduk dan melakukan perbuatan sadisme tcrhadap korban yang sudal tidak bemlrawa. Sekitar

(4)

K.tunsnn l|l1is dt knl1lkanttut . .

20.000 orang diungsilar dan 500 orangyang keban]akan suku Nladura meninggal, dan 3 0 5 . 1 r u m a h d i b a k a r dan dihancurkarl (HRW Rcport 1994. B€berapa orang Madura memilih kenbali ke pulau Madura, pindah ke tempat kerabat mereka di Kalimantan Barat clan sisanya ditenpatkan di bark-barak cjan tempat penampungan di Kota Pontianak. Pada bulan Maret 1999, kekerasan etnis yang juga besar kenbali pecah di pesisir pantai Kabupaten Sambas. SukuDayak dar| M e l a y u menyerang suku Madura. Kerusuhan bcrawal ketika seorang Madura menolak membayarbeaya angkutan kepada seorang sopir Melayu yang sclanju tnya pecah m e n j a d i p e r k e l a h i a n . K e r u s u h a n mengakibatkan banyalnya nyasa manusia y a n g n€layang dan harta benda yang hancur. Angka kematial resmi yang terca ta t nenunjukkan 186 orang (154 diantaranya adalah orang Madura), sementara 81 orang terluka dan 53 diantaranya tcrluka sangat parah. Sementara itu, sebanyak 2.161 ruman dibakar, 2.022 diantaranya rumah milik or-ang Madura (IDPPrqcdDocument2000).

Sebetum kedua kekerasan etnis teiadi, sebenarnya sudah beberapa kali teriadi k e r u s u h a n e t n i s di Kalimantan Barat, ktLususnya scjak tahun1967. Perlo dipahami bahwa kckelasan ernis di Kalimantan Barat tidak bcrhubungandenganseparatisme atau instabilitas sebagaimana terjadi di propinsi lainnya di Indonesia s€perti Nangroe Aceh D d r u s s a l a m dan I'apua. Selain itu, pandangan yang menyeclerhanakan konflik yang teiadi antara ka(mlslam dan Kristen atau Katolik mengaburkan surnber kek€rasan yang s€sungguhnya. Mengapa konflik anta ra suku Dayak dan Madura begitu gampang t c l j a d i d i P r o p i n s i Kalinantan Barat? Mengapa konfl ik hanya terjadi antara kedua s u k u j n i s a j a ? F a k t o r - I a k t o r a p a y a n g menyebabkan konflik ini menjadi konflik laten?

Akar Kek€rasan Etnis

Sebagaimana dijelaskan dengan ringkas di bagian pendahuluan, penulis berargumen

b a h w a j n i semua bcrhubungan dengan tindakan-tindakan penerintah Ordc Barr yang secara politjs ekonomis nremanipuiasl i s u e t n i s i t a s s e b a g a i s t r a t e g i m e m p e r t a h a n k a n

Mempcrtinbangkan kekerasan etnis yang berlangsung sejak tahun 1967 dan sudah lebih dari 10 kali terjadi, adalah terlalu m e n y e d e r h a n a k a n j i k a mcnjelaskan kekerasan ini sebagai akibat pcrbedaan €tnis D a l a m konteks ini, penulis uengajukai e m p a t a r g u m e n untuk menjelaskar kekerasan etnis di Kalimantan Barat lioulil. trcses ntjlitatisnsi, proynm tnns,rigrasi dan kthi|lrkan kch a n .

Argumen Politik

A d a b € b e r a p a i s u p e n t i n g yang b e r h u b u n g a n d e n g a n argumcn politik P?,'ldnd, sebelum terbentuknya rejim Orde Baru, scjarah menunjukkan banyak orang Dayak 1,ang menduduki jabatan penting d a l a m struktur p€mcrintahan lokal Kotamadya Pontianak pemah dipimpin oleh Agustnrus Djaelani (1958-1963), Kabupaten sangSau oleh MrM Djaman (11958,1963), dan Kabupaten Sintang olch GP Dtaoeng ('1958-1967J. I.C. Oevang Oeray menjadi Gubernur Kalimantan Barat (1959-1967) N a m u n sejak Suharto terpilih menjadi presiden padatahun196Z tidak ada satupun t o k o h D a y a k yang mcnduduki jabaran panting dalan sistem pemerintahan (Berita Bnana 6 / 2/ 1997). Plmpinan pemerintahan daerah ditentukan olch pemerintah pusat y a n g n o t a b e n e n y a orans 'lawa' yans m e m i l i k i latar belakang setia tcrhadaF Suharto. Secara politis, ini m€nandakan m e l e n a h n y a r c p r e s e n t a s i kcpentingar. politik suku pribumi (Dayak).

Irerubahan slruktur pemcrhtahan lokal nerupakan bagiar penting dari sFategi rcjinl Orde Baru . Konftontasi dcngan pemerinralr Malaysia di ara'al tahun 1960-an dan operasr 'pemb€rsihan' yang menggusur etnis China ke kota kota pesisir pantai di tahun 1967 telah menyadaikan elit di Jakarta alan pentingnya p o s i s i strategis propinsi ini Untul

(5)

hatal dan markas militer dibangun distrlk Sambas, San88au, sintang sr daeral perbatasan, Pemeintah

patkan tentara di semua daerah :\alasan langsung dengan Malaysia.

p e m a h a m a n in i b i s a j a d i m e m b e r i k a n kontribusi pada iuang lingkup kekerasan etnis 1997 dan 1999 yang jauh lebih besar daripada kekemsan ehis seb€lunnya. Lebih jauh, ketika euforia reformasi mencapai K a l i m a n t a n B a r a t , t i d a k m e n u t u p kemungkinan suku Dayak menemukan m o m e n y a n g s a n g a t t e p a t u n t u k mengekspresikan keberlindasannya.

Isu politik lainnya berhubungan dengan pemilihan umunl dan upaya rejim Orde Baru u n t u k m e m o b i l i s a s i m a s y a r a k a t a g a i memilih Golongan Karya, kendaraan Politik r e i i m O r d e B a r u S u h a r t o . S a a t Yang bersamaan warga desa harus mcndukung pemerintah dengan memilih Colonga]l Karya karena warga desa dianggap sebagai massa men8ambang vdnS tidaLboleh terlibat parta p o l i l i L . K o n d i 5 i i n i m e n i d d j b c n i t ketidaksukaan terhadap pemerintah.

S e m e n l a r a it u . h d r g a V a d u r d v d n g pengikut Nanddthul Ulama (NU) suddn Pd<ti memilil partai Islam yang sqak tahun 1970 an d ireprese nldsiLd n oleh PartaiPersatudn

P e m b a n g u n a n . D e n g a n d e m i l i a n . a d a kem unglindn lorflil anlrrd su-( u Da) a k dan Madura dibidrkan tetap daram sunu fin8gi s e b a B a i p e n g a l i h a n d a r i L o n s o l i d d s i k e k u a s a a n d i d a l a m P a r t a i I s l a m y a n g merupalan pesaing GolonSan Karya.

Proses Mar,inalisasi

s e l d m a b e r l u . r s d n l d r. j i m O r J e B a r u , p r o p i r u i K a l i m a n t d n B d r d l m c n j a d i s u m b e r finaffial bagi semua kelompok kepentingan d i Jal,,trrd. bait sipil maupun mililer. t l s p l o i t a . i y d n g d i l d l u k a n n c g a r a le l a h memarjiralkan p€nduduk lokal secara sosial, elonomi dan budaya. SebdSdi bdgian dari

u p d y a i n i , p e m e r i n t a h I o L a l m e r e l o l a s i p e n d u d u l p r r b u m i v a n g l i n S S a l d i pedalaman dan hidup berpindah-Pindal, ledaldm sdtu tempalyan8 Ftap. Melalui pro-gram'rcstmkturiiasi daerai pedesaan', dera d e s d d m g a n p e n d u d u l d i b a w a h \ e r a t u s o r -a n g d i s -a t u l d n m e n i -a d i l 2 q 7 d e s -a b -a r u (Sudagung 2001). Motifnya adalah untuk Le-ras Hulu. Seial saat itu,

orang-or-nng ditunjuk dari iaka a menduduki s e m u a tabatan penting dalam Fmerintaian. Merupakan hal yang f3da era Suharto dimana pejabat i d i t u n j u k m e n j a d i g u b € r n u r a t a ' r walaupun peme ntah mengklaim r rEnempatan militer di Kalimantan kI: untuk mengamankan Perbatasan, rn rt mungkin alasan lainnya adalah

nr:a mengamankan kePentingan FEmtah Orde Baru di proPinsi ini.

!--gumen politik yang kedua adalah lE-(embangnya Lembaga Swadaya x6aJalat (lSM) yanS berodentasi Pada r-j-,tingan suku Dayal. tSM dip€rcaya r€:1b€ri kontdbusi ba8i meningkatnya €rdaran politik diantara suku Dayak. Hal f, misalnya, disampaikan oleh Davidson

:IrB),

-{though thes€ Nms neither incited not =dn€€red the violenca tl€se activists fos-Eed a complicat€d yet tangible aware.ness

i leprivation among disparate communities. :rpping into a consciousness of Dayak Sriev-m.e, they encouraged, facilitated and PrG .lded the mearrs by which ftustration could

-

productively moulded, articulated and ul-:filately, could confront state authority

t.SM LSM ini mengadakan penelitian, i€minar dan menerbitkan iuJnal dan hku v a n g p a d a p r i n s i p n y a m e m b a w a k € p€rmukaan isu-isu politik, ekonomi dan $sial yang telah memariinalisasikan suku Dayak. B€rbaSai aktivitas ini menumbul*an kesadaran dikalangan warga Dayak untuk mengartikulasikan kepentinga nnya kepada p€merintah. Ketika pemerintah tidak merespon dengan baik dan cenderung menggunakan kekerasan dan implementasi kebijakan yang timpang, aka suku Dayak sebagai kelompok yang tertindas bangkit memberikan perlawanan. Perkembangan

(6)

r' I'ra\an Et|)' dt Knhrarhr

mempermudah pemerintah menjalankan P r o S r a m P e m b a n g u n a n d a n p r o s e s modelnisasi. Motif lainnya adahn dengan menyatukan warga suku Dayak ke dalam beberapa desa, maka dilarapkan mobilsasi massa untuk pemili}lan umum akan lebih

Program ini secara signifkan merubah pola dan shuktur kepenimpinan tradisional dimana kekuasaan pemimpin kelompok etnis dirampas dan dibeikan pada kepala desa yang secara administratif merupakan k e p a n j a n g a n ta n g a n p e m e r i n t a h . P a r a p e m i m p i n kelompok etnis ini hanya m e n j a l a n k a n p e r a n simbolik dalam komunitas mereka. Kebijakan ni merusak sh'uktur kesukuan penduduk pribuni dan kekuatan hukum tradisional

P a d a tahun 1 9 6 0 , p e n e r i n t a h mengeluarkan Urdang-UndangAgraria No. 5 yang ditujukan untuk merubah dominasi negara atas kepemiliten tanah (IDRD 1998). Tujuan utamanya untuk reformasi lahan dengan membatasi kepemilikan tahan. Undang undang ini seharusnya netindungi h a k t a n a h a d a t p e n d u d u k p r i b u m i -K e n y a t a a n n y a , p e m e r i n t a h O r d e B a r u nendeklarasjt€n banwa semua tanah yang tidak memiliki seritifikat menjadi rnilik n e g a r a . K e b i j a k a n i n i s e c a r a efektif menghilangkat tanan adat suku Dayak.

Melatui Undang-undang Agararia dan program restrukturisasi daerah pedalaman, pemerintah Orde Baru telah secara politis mengambil alih tanah dan hutan dimana kehidupan penduduk pribumi bergantung. K e b i j a k a n i n i d a p a t d i l i h a t d e n g a n p e m b a n g u n a n j a l a n Trans-Kalimantan, dimana lahan penduduk dianbil alih tanpa a d a k o m p e n s a s i . D e n g a n d e m i k i a n , penduduk pribumi dimarginalisasi oleh proses pen'$angunan Orde Baru yang dalam penerapannya telah mengabaikan hak-hak p e n d u d u k p r i b u m i . Walau dalam kenyataannya pembanSunan jalan ini sarat d e n g a n m a s a l a h k a r e n a b e a y a pembangunannya yang salgat mahal. K e n y a t a a n i n i m e m b u a t k r i s t a l i s a s i

keben.ian terhadap pemerintah semakin menSuat.

Progam Transmigrasi

S e j a k a w a l t a h u n 1 9 7 0 an, propinsi Kalimantan Barat oleh pemerintah pusat dijadikan daerah tujuan utama program transnigrasi bersama dengan beberapa propinsi lain di Sumatera dan Papua. Pro-gram ini diciptakan oleh pemerintal Orde Baru sebagai konsekuensi pertumbuhan populasi yan8 p€sat dan tidak meratanya p e n y e b a r a n p e n d u d u k Jawa-luar jawa. Timpan$ya penyebaran populasi ini s€dikit b a n y a k b e r h u b u n g a n d e n g a n k€cenderungan p€nerintahanSuharto yang m€ngadopsi pola pcmcrintahan kerajaan Jawa dimana sistem ekonotni, sosial dan pemcrintahan cenderungterpusat. S€hingga pembangunan lebih dominan darl pesat di pulau Jawa daripadapulau-pulau luarlawa. HaI ini menjadi daya taril tersendiri bagi or, ang-orarlg uar Jawa untuk mengadu nasib mereka di Pulau Jawa. Ketika akhirnya tingkat kepadatan penduduk semakin tinggi, maka yang tetadi adatah transmigrasi penduduk asli lawa keluar la$'a. Hal ini m e n i m b u l k a n p e m a h a m a n adanya 'imperialisme' masyarakat Javra terhadap nasyaralat lua r lawa. Dengan pola kebijalan yang cenderung top tloun dan bergaya militeristik, maka tidak ada alternati bagi penduduk lua r Jawa untuk menertura kondisi ini.

Untuk mendl*ung warga masyarakat yang baru tiba di daerah transmigrasi, pemerintah lokal menyediakan rumah, tallah u n t u k b e r c o c o k tanam dan ternak. P e m e r i n t a h ju g a m e m b a n g u n fasilitas pendukung seperti sekolat! pusk€smas dan koperasi, namun tidak ada atau sangat kecil sekali kompensasi yang dibedkan kepada p e n d u d u k p r i b u m i - K o n d i s i i n i menimbulkan emosi kecewa dan narah p e n d u d u k p r i b u m i . Walaupun pada akhimya mereka dilibatkan dalam proyek transmigrasi ini, semuanya tidak be4alan dengan baik karena mereka tidal dibekali

(7)

,s&n Elnis di Yrlnnditdn ...

: - . : r g e t a h u a n d a n p e l a t i h a n y a n g b i s a .:mbantu mereka berubah dari praktek : : d i s i o n a l b e r c o c o k ta n a m b e r p i n d a h -:.rdah ke bercocok tanam dan bertani di aian yang sama. Arhnya bahwa ketertibatan -.r semata untuk meredam emosi warga r:rbumi dan bukan sebuah skenario untuk r:njadikan warga pribumi sebagai bagian :rn proyek besar transmigrasi ini.

Disamping itu, ada hal krusial yang tidak ::pe.timbangkan pemerintah yakni para : : . n s m i g r a n tidak dibekali informasi r e n g e n a i d a e r a h d i m a n a m e r e k a d k a n -,nggal dan mereka tidak dilengkapi dmgan

-Jormasi yang cukup mengenai wilayah, trasyarakat lokal kultur dan norma sosial.

,.bih jauh, banyak dari mereka yang berasal :ari keluarga miskin dan berpendidikan :.ndah. Yang ada di benak pemerintah :nhwa mereka bisa mendapatkan tenaga \eia murah untuk proyek infrashuktur yang =]ah direncanakan, sedangkan penduduk rribumi tidak dilibatkan. Karakteristik :ransmigran seperh suku Madura yan8 : e n d e r u n g e k s k l u s i f , t i d a k m e n j a d i \epedulian pemerintah- Konsekuensinya, ronflik sering teiadi antara migran dengan lpnduduk lokal karena rendalnya upaya rcmahami penduduk pdbuni dengan segala i a r a k t e r i s t i k n y a , y a n g m e m a n g t i d a k liupayakan oleh rejim yang berkuasa.

Faktor lain yangiuga bcrpengaruh adalalr 3darlya jenis transmigrasi 'bedol dcsa', yakni pemindahan seluruh warga satu desa di pulau Jawa ke lokasi hansmigasi di pulau lain. HaI ini secara psikologis sesungguhnya b€rdampal tidak bait bagi perkembangan l e h i d u p a n s o s i a l m a s y a r a k a t te r s e b u t . lvarga desa yang dipinda]&a4 karena sudah jaling mengenal satu sama lain akhirnya menciptakan ekslusivisme di kalangan nereka. Mereka enggan berbau dengan pribumi y a n g termaiinalisasikan karena lahan mereka diambil secara 'paksa' oleh pemerintah. Hal iniberdampakmenimbulkankecemburuan sosial dan akhimya warga pribumi melihat narga pendatang sebagai representasi dad

kekuasaan peme ntah pusat.

Kebiiakan Kehutanan

Rejim Orde Baru melalui kebijakan yang seharusnya melindungi tanah adat, telah m e n g g u n a k a n k e k u a s a a n n y a u n t u k mengambil alih tanah adat tersebut untuk keuntungan finansial elit diJakarta dengan memberikan ijin eksploitasi sumber daya alam. Banyak dari elit ini merupakan anggota k e l u a r g a S u h a r t o , r e k a n b i s n i s a t a u perusahaan yang berhubungan dengan militer. Untuk melegalkan tindakannya, pemerintah mengeluarkanUndang-Undang K e h u t a n a n N o . s / 1 9 6 7 y a n g m e n g a k u i keberadaan tanah negara dan pdbadi. Pada bagian penjelasan ditekankan bahwa tanah negara termasuk tanal adat yang dimiliki oleh kelompok etnis (IDRD 1998). Dsengan dileluarkarlrya undang undang ini maka s e c a r a o t o m a t i s w a r g a p r i b u m i t i d a k memiliki hak atas tanah adat. Lebih jauh, masalah muncul karena sangat susah bagi penduduk pribumi untuk mencari sertifikat tanah karena tanah tersebut diwariskan secara turun temurun. Undang-undang tersebutjelas tidak mengakli tanal adat yang dimiliki kelompok etnis.

Sebagian besar lahan dikonversi menjadi perkebunan karet minydk sawit dan kayu a t a u d i a t o k a s i k a n u n t u k p e r u s a h a a n tambang asing. Sekitar 2,3 ju ta hektar lahan dialokasikan oleh pemedmtah Orde Baru untuk perkebunan komersial, menjadikan K a l i m a n t a n B a r a t s e b a g a i w i l a y a h perkebunan kedua terb€sar setalah Riau (the l^kattaPost,2/ 3 / 1997). Ironi dibalik semua ini adalah setelah tanah adat mereka diambil dan sumber daya alam mereka dieksploitasi untuk kesejahteraan kelompok tertentu di lakata, para pemilik perkebunan lebih m e m i l i h m e n g g u n a k a n o r a n g M a d u r a sebagai buruh di indust mereka dengan alasan mereka membutuhkan uang setelah baru saja tiba dari pulau Madura dan bersedia dibayar murah.

Dampak dari proyek yang didasarkan pada p€ngelolaan hutar telal penicu bagi

(8)

k.k rasd, Lhlis nl Kal'rnntni .. .

m e n g a k i b a t k a n ti d a k h a n y a k e r u s a k a n lingkungan, tapi juga memotong sumber c k o n o n l i p c n d u d u k p r i b u m i . P r o y e k p e m b a n g u n a n d i K a l i m a n t a n i n i t e l a h menga bil alih tanah pertanian suku Dayak dan menebang pohon karet, kopi dan buah y a n g r n e n j a d i ta n a m a n c k o n o m i s s u k u Dayak. Terlcbin hgi tuduhan pemerintah Orde Raru bahwa sistem bercocok tanarn dengan b€rpindah-pindah yang dilakulan m a s y a r a k a t D a y a k t e l a h m e n y e b a b k a n k e b a k a r a n y a n g m e n g h a n g u s k a n a r e a l hutan. Padahal fakta menunj ukkkan bahwa pola berpindah lahan yang dilakulan oleh masyarakat Dayak temyata juga diba,rengi dengan pelcstarian hutan. Hal ini patut diingat karena masayarakat pibumi sudalr melakukannya dari generasi ke gcnrasi. DavidBo)ce, konsultan pertanjan dari Aus-tralia percaya bahwa sebenarnya penduduk pribumi merupakan korban utama dari adanya proyek Lehutanan pem€rintah ini. Sedangkan lembaga swadaya masyarakat menyalahkan perusahaan perkebunan dan perkalaran scbagai sunber uta a kerusakan hutan. Mcreka percaya bahwa api barasal dari pembersihan lahan dengan pembakaran unnrk kepen lingan perkebunan minyak sawit (lCE Case Sstudics 94. Kitikan pemerintah telah neningkatkan solidaritas di kalangan masyarakat Dayak s€bagai kelompok yang tcrmarjinalisasj. Argumentasi kebijakan k e h u t a n a n m e n u n j u k a n b a h w a p e m e r i n t a h a n O r d e B a r u S u h a r t o n e n g e k s p l o i t a s i s u m b e r d a y a a l a m d i Kalimantan Barattanpa mempertimbangkan k e b e r a d a a n p e n d u d u k p r i b u m i y a n g hidupnya sangat bergantung pada hutan.

Berdasarkan keempat isu diatas sebagai argumentasi, bisa .{isimpulkan bahwa rqim Orde Baru secara politjs dan kultural telah Drenggunakan konsep SAITA sebagai bagjan s t r a t e g i n y a u n t u k m e m P e r t a h a n k a n kekuasaan di lJropinsi Kalimantan Baral Konsep tersebut disebarluaskan melalui b e r a g a m k e b i j a k a n p o l i t i k a t a s n a m a p e m b a n g u n a n n a s i o n a l . K e b i j a k a n p e l n l ] r i n t a h u n t u k t e t a p m e n g i r i m k a n

transmigran dad pulau Maclura kepropnlsl K a l i m a n t a n B a r a t d a n a n t i s i p a s i y a n g l a m b a n a t a s p c c a h n y a k e r u s u h a n m e n i m b u l k a n p e r t a n y a a n a p a k a h pemerintah Orde Baru sungguh-sung$h ingin menghentikan kekerasan etnis yang terjadi. Dengan membiarkan kekerasan te4adi, sangat mungkin pemeintah ingin a g a r p e n d u d u k p r i b u m i m e n g a l i h k a n perhatian pada isu kerusuhan daripada eksploitasi pemerintah atas sumber daya alanl.

Sementara konflik antara suku Dayak .Ian M a d u r a d a p a t d i c e r m a t i s e b a g a i u p a y a masyarakat pribunri melawan penindasan yang dilakukan oleh pemcrintah pusat. W a r g a M a d u r a n e n j a d i s a s a r a n k a r e n a d i a n g g a p s c b a g a i r e p r e s e n t a s i d a r i penerintah pusat baik melalui progra transmigrasi, penggunaan tenaga warga Madura pada perusahaan perusahaanyang berbasis di Jakata dan rendahnya upaya pemcdntah urltul memberikan pernahaman terhadap warga p€rdatang (suku Madura) akan pentingnya m€njunjung tinggi adat i s t i a d a t m a s y a r a k a t d a e r a h t u j u a n d a n menghilangkan kebiasaankekerasan(carok) y a n g m e n j a d i c i r i k h a s w a r g a M a d u r a . Sehingga konflik yang tcrjadi lebih t€pat d i k a t a k a n k e k e r a s a n c t n i s d a r i p a d a kerusulan ehis karena konflik teiadi bukan karena faltor ehisitas hpi lebih karena faktor kebijalan politik ekononj Ordc Baru yang meliba&an isu SARA didalamnya.

Kesimpulan

D€ngan demikian, kekerasan ctnis atau kekcrasan bernuansa SARA yang teiadi di K a l i a n t a n B a r a t d a n I n d o n e s i a p a d a umunnya selama pemerintahan Orde Baru dan setelahnya, tidak s€lalu berhubungan dengan isu ernisitas. Scbaliknya hal ini justru berkorelasi dengan hubungan kekuasaan ekonomi dan politik. Dominasi negara yang berlebihan atas satu kelompok etris tertentu tanpa mempertimbangkan dan m€ngakui keberadaan kelompok ehris tersebut secara €konomi, politik dan kultural memb€rikan

(9)

*kt/tsm Etnis di Kabnantan ....

munculnya ketegangan.Kelompok migran \ladura yang didukung dengan sangat bail oleh pemerintah akhimya dianggap sebagai a n c a m a n d a n r e p r e s € n t a s i k e k u a s a a n dominan, yakni negard. Kekerasan antar lelompok etnis yanS athtunya te4adi tidak seharusnya dilihat dalam konteks konflik antar etnjs, namun sebagai p€rlawanan atns dominasi politik dan ekonomi yang telah menekan penduduk gibumi, suku Dayal.

Daftar Pustaka

Bedta Buana, Krsah Mdngkok Meruh dtn Or an8 Daydk yang Tefinnpit, 6 Febtlu-aty 1997.

Davidsor! Jamie S., 2003, 'The Politics of Vio-lence on an lndonesian Periphery', S outh East Asia Rese irch I onrr.al, V ol. 1 1 N o . - 1 .

HRW Report Vol.9 No- L0,7997, Com unal Viobnce in West Kliinintm, lonli'r.el. Availablq htto:/

/wl^'w.hrw.orq/re-pe!:EJ-1992J-v!2!/

E ! !se9z-4:

06.htn [2001, S€ptember 3]

I C E C a s e S t u d i e s , E t h n i c C o n f l i c t I n Kalimantan, lonline]. Available at: h t t p : / / w w w . a m e r i c a n . e d u / D r o i e c t s / m a n d a l a / T E D / i c e / kaliman.htm [2001, S€ptember 4] ICG Asia Report No. 19,2{n1, Comn

ruMo-lence i lnilonesia: Lessons frolt| Kdlima tan, Ionlinel. Availabl€: http: / /www.crjsisweb.org [2001, October 5l

IDP Project Document Ethrric Violincein West Kalirunta Has Caused Massi,eDe-struction ta Properties, lo^linel.

A\tartr-IDRD, 1$8, Are the Dayak on thL Way to Er tr,chio' ? lonline]. Available at b$pfl / w w w . g n . a p c . o r q / d a v a k o l o g v / 11.hhl 12001, August 311

Klede& Ignas, 2001, Menulis Politik: Indone-sia Sebagai Utopia, Penerbit buku Kompas: Jakarta.

Krisn murdri Indra 2002, Kerus ha , Stisma SARA, ddn Partar, lonline]. Available aL httD:/ / w w.bubu.com / LamDus / is!i9E4p!!$@ [2002, D€cember

201

Mukhan, Abdul M.ulr.'I, 2002, Etika Kebangsian Dalam Pluralitas Sosi,'l D M Keagamaan, lornj'j.el. Available at: httprl J{]{]{.qi!!e!.!9.!U index.htrn [2002, December 20] Sudagun& Hendro Suroyo, 2001, Mengurai

Psrlrkiridn Elnit Institut Studi Arus lnformasi: Jakarta.

The Jakarta Posl ?tnl'e7 Estatrs Threah Nah. ral Forest,lo od.abet 7997 .

a b l e www. db. i dpprqi€qLlr_8:lsile!-l

I d p!---j-s.6s.6.b-altz-4

618

b2s

1255970004fa4cd?OpenDocument [2001, September 4 httot / /

Referensi

Dokumen terkait

terdiferensiasi menjadi unsur jaringan pembuluh yang akan menyambung dengan unsur pembuluh pada organ tempat terbentuknya akar adventif tersebut.. Pembentukan primordia akar

Dengan demikian, penyuluhan melalui metode PRA dengan bentuk pesan negatif cenderung lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman SUT Konservasi responden,

Subtitusi tepung daun kelor 75% yang ditambahkan dengan 25% pakan komersil menunjukkan nilai terbaik terhadap sintasan dan konversi pakan benih ikan Nila

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sambungan kayu yang memenuhi persyaratan sebagai bahan elemen struktur dengan memperhatikan teknik penyambungan finger

Untuk mengetahui perilaku hama, dilakukan dengan cara mengambil sampel hama yang ditemukan pada lahan penelitian, kemudian masukan ke dalam gelas plastik, setelah itu

Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan koefisien regresi dari variabel Persepsi Kualitas (PK), dan Kepuasan Pelanggan (KP) menunjukkan nilai yang positif yang

Penelitian di Indonesia yang membahas topik kecemasan terhadap kematian, antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Wisudawanto (2009) mengenai hubungan

Untuk membuktikan hipotesis yang telah disusun maka akan diteliti variabel- variabel penelitian yaitu tujuan dari promotion mix dalam usaha untuk meningkatkan volume