BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan pendapat para wisatawan mancanegara sebanyak 110 orang yang menikmati produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua selama periode penelitian. Hasil pengisisan kuesioner oleh responden menunjukkan bahwa terdapat beberapa karakteristik mengenai responden antara lain berdasarkan: kelompok jenis kelamin, status perkawinan, umur, asal negara, pekerjaan, tujuan berkunjung, dan jumlah kunjungan ke Bali. Uraian tentang karakteristik responden dalam penelitian ini sangatlah penting mengingat ada beberapa aspek yang mempengaruhi kepuasan wisatawan terhadap suatu produk restoran. Kotler dkk (2010:151) menyatakan pembelian pelanggan dipengaruhi secara kuat oleh banyak hal seperti: budaya masing – masing daerah asal, sosial, personal (umur, jenis kelamin, dan pekerjaan), dan karakter psikologis, dimana hal tersebut tidak dapat dikontrol oleh pemasar tetapi harus dimasukkan dalam proses pemasaran.
Uraian tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan, umur, asal daerah (benoa), pekerjaan, tujuan berkunjung, dan jumlah kunjungan ke Bali dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berdasarkan jenis kelamin, dari 110 orang responden, teridentifikasi bahwa sebagian besar responden adalah laki laki yaitu sebanyak 69 orang atau 62,73% dan sisanya adalah perempuan sebanyak 41 orang atau 37,27%.
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden
Identitas Diri Distribusi Responden Jumlah
Orang Persentase
Jenis Kelamin Laki – laki 69 62,73
Perempuan 41 37,27
Jumlah 110 100
Status Perkawinan Menikah 92 83,64
Belum Menikah 18 16,36 Jumlah 110 100 Kelompok Umur (Tahun) 21 – 35 36 32,73 36 – 50 55 50 51 – 65 17 15,45 66 + 2 1,82 Jumlah 110 100 Daerah Asal (Benoa) Amerika 9 8,18 Eropa 48 43,64 Afrika 1 0,91 Australia 47 42,73 Asia 5 4,54 Jumlah 110 100 Pekerjaan Profesional 67 60,91 Bisnis 39 35,45 Pensiunan 4 3,64 Jumlah 110 100
Tujuan Berkunjung Bisnis 3 2,73
Berlibur 105 95,45
Pengembangan diri (seminar,
pendidikan,dll) 2 1,82 Jumlah 110 100 Jumlah Kunjungan ke Bali Sekali 52 47,27 Dua kali 23 20,91
Tiga kali atau lebih 35 31,82
Jumlah 110 100
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dari 110 orang responden, lebih banyak responden merupakan pasangan dengan status menikah yaitu sebesar 92 orang atau 83,64%, sisanya berstatus belum menikah sebanyak 18 orang atau 16,36%. Sedangkan berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa responden terbanyak berada pada
kelompok umur 36 sampai 50 tahun sebanyak 55 orang (50%), disusul kelompok umur 21 sampai 35 tahun sebanyak 36 orang (32,73%), kelompok umur 51 sampai 65 tahun sejumlah 17 orang (15,45%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 66 tahun keatas sejumlah dua orang (1,82%).
Berdasarkan daerah asal, jumlah responden terbesar berasal dari Benoa Eropa sebanyak 48 orang atau 43,64%, disusul oleh Australia dengan jumlah 47 orang atau 42,73%, Amerika sejumlah Sembilan orang atau 8,18%, dari Benoa Asia sejumlah lima orang atau 4,54%, dan jumlah terkecil dari Benoa Afrika sejumlah satu orang atau 0,91%. Negara – negara di Benoa Eropa meliputi: Jerman, Inggris, Swedia, Swiss, Irlandia, Rumania, dan Spanyol. Sedangkan dari Benoa Australia meliputi negara Australia dan New Zeland. Berdasarkan asal negara responden terbanyak adalah dari negara Australia yaitu sebanyak 43 orang, disusul dari negara Jerman sebanyak 23 orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis pekerjaan, teridentifikasi bahwa jenis pekerjaan responden terbanyak adalah profesional yaitu sebanyak 67 orang atau 60,91%, diikuti oleh pebisnis sebanyak 39 orang atau 35,45%; dan yang paling sedikit adalah pensiunan yaitu empat orang responden atau 3,64%.
Distribusi responden menurut tujuan berkunjung, didominasi oleh tujuan berlibur sebanyak 105 orang atau 95,45%; kemudian disusul oleh tujuan berbisnis sejumlah tiga orang atau 2,73%; dan yang terakhir untuk tujuan pengembangan diri seperti seminar, pendidikan, dan lain – lain sejumlah dua orang atau 1,82%.
Berdasarkan jumlah kunjungan responden ke Bali, paling banyak adalah sekali yaitu 52 orang atau 47,27%, diikuti tiga kali kunjungan atau lebih sebanyak 35 orang
atau 31,82%, dan yang terakhir adalah dua kali kunjungan sebanyak 23 orang atau 20,91%.
Berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat bahwa dari kelompok jenis kelamin lebih banyak responden berjenis kelamin laki – laki, sedangkan dilihat dari status perkawinan kebanyakan responden merupakan pasangan dengan status menikah. Mengacu pada kelompok umur, responden didominasi oleh kelompok umur matang yaitu antara umur 36 sampai 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata yang menikmati produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua adalah berusia matang dengan status menikah dan sudah mapan dari segi finansial.
Dilihat dari asal Benoa kebanyakan wisatawan berasal dari Benoa Eropa, disusul oleh wisatawan Australia, sedangkan berdasarkan asal negara didominasi oleh wisatawan dari Australia. Hal ini disebabkan karena secara umum jumlah kunjungan wisatawan Australia ke Bali cukup tinggi sehingga secara otomatis kunjungan wisatawan Australia ke Kawasan Nusa Dua juga cukup tinggi.
Berdasarkan dari tujuan berkunjung, kebanyakan responden bertujuan untuk berlibur dan sangat sedikit untuk tujuan bisnis dan pengembangan diri seperti seminar dan pendidikan. Hal ini disebabkan pada periode penelitian ini sedikit terdapat even MICE di Kawasan Nusa Dua walaupun kawasan ini terkenal dengan penyelenggaraan MICE. Dilihat dari jumlah kunjungan ke Bali, paling banyak responden baru pertama kali berkunjung terutama bagi wisatawan dari Eropa. Hal ini bisa disebabkan oleh jarak Eropa yang cukup jauh dari Bali, apalagi wisatawan Eropa berasal dari negara – negara seperti Swedia, Swiss, Irlandia, Rumania, dan Spanyol. Berikutnya di tempat kedua adalah responden yang berkunjung tiga kali atau lebih dan kebanyakan wisatawan pada kelompok ini berasal dari Australia. Hal ini disebabkan oleh faktor jarak Australia yang
cukup dekat dari Bali dan biasanya mereka sudah berkali – kali berkunjung ke Bali (repeated guest).
4.2 Tingkat Kepuasan Wisatawan Terhadap Produk Freestanding Restaurant Analisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua dimaksudkan untuk melihat tingkat kepuasan wisatawan terhadap masing – masing variabel produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Masing – masing variabel dicari rata – rata (average) dari jawaban para responden, kemudian dibuatkan class interval dengan rumus:
Cj = Range K Keterangan :
Cj = Class Interval
Range = selisih nilai tertinggi dengan nilai skala tertinggi dan terendah ( 5-1 = 4) K = Jumlah Kelas (5)
Cj = 4 = 0,8
5
Berdasarkan nilai class interval diatas, maka dibuatkan Tabel 4.2 untuk melihat level/kisaran tingkat kepuasan wisatawan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Kategori Tingkat Kepuasan Wisatawan
Skala Kategori Kisaran
1 Tidak Puas 1,0 - < 1,8
2 Kurang Puas 1,8 - < 2,6
3 Cukup Puas 2,6 - < 3,4
4 Puas 3,4 -< 4,2
5 Sangat Puas 4,2 – 5
Berdasarkan nilai rata – rata penilaian wisatawan untuk masing – masing variabel, kemudian dimasukkan ke dalam kategori tingkat kepuasan wisatawan, maka didapat hasil sebagai berikut :
a. Kurang Puas : variabel X2.3 (fasilitas reservasi atau pemesanan tempat), dan variabel X2.4 (ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit).
b. Cukup puas: variabel X1.1 (jenis/variasi pilihan menu makanan dan minuman), X1.3 (presentasi makanan dan minuman), X1.4 (ukuran porsi makanan dan minuman), X2.1 (kecepatan pelayanan), X2.2 ( ketepatan pelayanan), X2.6 (prilaku karyawan yang siap membantu), X2.7 (karyawan yang penuh perhatian), X3.1 (penampilan karyawan yang bersih dan rapi), X3.3 (kebersihan area keseluruhan), X4.1 (value for money), X4.2 (pemberian diskon), X4.3 (happy hour), X5.1 (desain dan dekorasi restoran), X5.4 (kenyamanan furnitur), dan variabel X5.5 (hiburan/entertainment).
c. Puas: variabel X1.2 (rasa makanan dan minuman), variabel X2.5 (jam operasional restoran), X3.2 (daftar makanan dan minuman/menu yang bersih dan rapi), dan X5.3 (penataan meja makan).
d. Sangat puas: variabel X5.2 (pencahayaan yang tepat).
Secara umum tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua ada pada level cukup puas dengan nilai rata – rata 3,103. Mengacu pada hasil analisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant diperoleh hasil variabel X2.3 (fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk) dan variabel X2.4 (ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit) ada pada level jawaban responden kurang puas. Berdasarkan hasil observasi
langsung ke lapangan, ditemukan bahwa fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk di freestanding restaurant Kawasan Nusa Dua masih sangat kurang. Hanya beberapa restoran memiliki fasilitas ini, padahal bagi wisatawan fasilitas reservasi ini cukup penting. Sedangkan ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit sudah tersedia, tetapi mungkin jenisnya yang masih terbatas sehingga perlu ditambah.
Variabel – varibel yang berada pada level cukup puas berjumlah 15 variabel, sehingga masih banyak hal yang perlu ditingkatkan oleh para pengelola freestanding restaurant antara lain: jenis/variasi pilihan menu, presentasi makanan dan minuman, kecepatan dan ketepatan pelayanan, prilaku karyawan, kebersihan dan higienitas, desain dan dekorasi restoran, penataan meja makan, kenyamanan furnitur dan hiburan. Freestanding restaurant perlu melakukan peningkatan kualitas makanan dan minuman, kualitas pelayanan, dan kualitas kebersihan area restoran.
Variabel X1.2 (rasa makanan dan minuman), variabel X2.5 (jam operasional restoran), X3.2 (daftar makanan dan minuman/menu yang bersih dan rapi), dan X5.3 (penataan meja makan) ada pada level puas. Hal ini menunjukkan suatu hal yang positif, tetapi empat variabel ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar kepuasan wisatawan dapat terpelihara dengan lebih baik. Sedangkan variabel pencahayaan yang tepat sudah mendapat penilaian sangat puas. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan memang terlihat suasana restoran di kawasan ini sangat bagus terutama pada malam hari dengan sistem pencahayaan yang sesuai. Hal ini dapat menambah daya tarik restoran mengingat hal pertama yang dilihat oleh wisatawan dan membuat mereka tertarik untuk masuk ke restoran adalah atmosfer restoran.
Hal tersebut diatas sesuai dengan teori kepuasan pelanggan oleh Schiffman dan Kanuk (2007:9) yang menyatakan bahwa hubungan tingkat kepuasan pelanggan dengan prilaku pelanggan dapat diidentifikasi lima tipe pelanggan yaitu: 1) apostles (pelanggan puas dan loyal), 2) defector (pelanggan yang cukup puas /netral dan siap berhenti membeli), 3) teroris (pelanggan yang mendapat pengalaman negatif yang dapat menyebarkan isu negatif), 4) hostages (pelanggan yang tidak senang yang masih membeli karena beberapa kondisi), dan 5) mercenaries (pelanggan yang sangat puas yang tidak sesungguhnya loyal, berhenti membeli jika mendapat harga murah di tempat lain). Perusahaan harus dapat menciptakan pelanggan apostles, meningkatkan kepuasan pelanggan defector dan menjadikan mereka loyal, hindari mempunyai pelanggan yang teroris dan hostages’ dan kurangi jumlah pelanggan yang mercenaries.
Berdasarkan hasil analisis diatas, freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua banyak memperoleh pelanggan (wisatawan) yang defector dimana wisatawan kebanyakan ada pada level cukup puas. Pelanggan freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua yang defector dapat dijadikan pelanggan yang apostles dengan cara meningkatkan beberapa variabel produk restoran seperti: menyediakan fasilitas reservasi, menyediakan fasilitas pembayaran dengan kartu kredit dengan pilihan yang lebih banyak, memperbanyak pilihan menu, meningkatkan presentasi makanan dan minuman, ukuran porsi makanan dan minuman, meningkatkan kecepatan dan ketepatan pelayanan, meningkatkan kompetensi karyawan, memberikan suasana restoran yang nyaman dengan menyediakan furnitur yang nyaman, dan menyediakan dekorasi yang indah.
Mengacu dari hasil analisis rata – rata tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant diatas, dimana secara umum tingkat kepuasan wisatawan berada pada level cukup puas, jika dilihat dari tiga aspek yang mempengaruhi kepuasan yaitu aspek supply (penyedia), aspek demand (permintaan), dan bridging element (aspek perantara), tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua lebih banyak dipengaruhi oleh demand (permintaan). Hal ini dapat dilihat dari asal negara, dimana wisatawan yang menikmati produk di freestanding restaurant Kawasan Nusa Dua berasal dari berbagai negara sehingga dilihat dari aspek permintaan yaitu wisatawan yang memiliki karakteristik yang berbeda – beda tentunya akan sulit memenuhi semua harapan wisatawan yang berbeda – beda pula. Contohnya saja pada saat penelitian dilakukan, jumlah kunjungan wisatawan didominasi oleh wisatawan dari Rusia, dimana wisatawan Rusia biasanya kurang bisa berbahasa Inggris sehingga pramusaji mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan wisatawan Rusia. Freestanding restaurant di Kawasan ini sebenarnya sudah menyiapkan menu berbahasa Rusia, tetapi masih sulit menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berbahasa Rusia. Hal ini tentunya berdampak pada kepuasan wisatawan terhadap produk restoran khususnya dari segi pelayanan.
Freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua ada yang menggunakan jasa perantara (bridging element) seperti bekerja sama dengan agen perjalanan, tetapi jumlahnya tidak begitu besar dan pengaruhnya juga tidak begitu besar, hal ini disebabkan karena sebagaian besar freestanding restaurant di kawasan ini mengandalkan walk in guest (tamu yang datang sendiri ke restoran).Hal ini terjadi karena lokasi freestanding restaurant di kawasan ini berdekatan dengan hotel – hotel berbintang.
4.3 Pengaruh Faktor - Faktor Terhadap Kepuasan Wisatawan pada Produk Freestanding Restaurant di Kawasan Nusa Dua
Seperti diketahui bahwa data mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena data merupakan gambaran variabel yang diteliti. Validitas berkaitan dengan ketepatan penggunaan indikator untuk menjelaskan arti konsep yang sedang diteliti, sedangkan reliabilitas berkaitan dengan keterandalan dan konsistensi suatu indikator. Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang dipergunakan dalam penelitian.
Setelah instrumen yang berupa kuesioner dibuat, dilakukan pengujian pada 33 orang responden (n= 33), untuk melihat validitas dan reabilitas instrumen. Validitas instrumen penelitian adalah suatu hasil penilaian yang menggambarkan bahwa suatu instumen benar – benar mampu mengukur variabel – variabel yang akan diukur di dalam penelitian (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:109). Sedangkan menurut Wardiyanta (2006:24) menjelaskan bahwa validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji validitas dapat dilakukan secara eksternal dengan test retest atau dengan cara mencobakan instrumen yang sama pada beberapa responden. Apabila nilai Ri > 0,3, maka instrumen tersebut dapat
dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.
Hasil uji validitas dari indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 8. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan 33 orang responden yang diteliti (n= 33). Hasil uji validitas dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat bahwa dikatakan telah valid dengan nilai koefisien korelasi item-total yang lebih besar sama dengan 0,03.
Reliabilitas adalah ketepatan atau keakuratan dan kemantapan suatu instrumen. Ketepatan suatu instrumen ditunjukkan oleh bagaimana kemampuan instrumen dapat mengukur dengan tepat (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:112). Sedangkan Sugiono (2003:92) berpendapat bahwa instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama mampu menghasilkan data yang relatif sama. Oleh sebab itu pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya dalam pengambilan data. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji varians alfa-Cronbanch. Apabila nila alfa-Cronbach ri > 0,6 maka instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 9 yang menunjukkan setiap pertanyaan dalam instrumen ini memiliki nilai alfa-Cronbach > 0,6 sehingga instrumen ini reliabel.
Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka akan dilanjutkan dengan melakukan analisis data, dimana dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor, yang berfungsi untuk menemukan pengaruh faktor – faktor yang ada terhadap kepuasan wisatawan pada produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua.
Analisis faktor utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel yang merupakan variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli. Di dalam analisis faktor, variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan tak bebas, tetapi merupakan seluruh set hubungan interdependen antar variabel yang diteliti. Berdasarkan dari banyaknya variabel yang diteliti dan
saling berkorelasi harus diperkecil jumlahnya agar mudah dikelola (Supranto, 2004:114).
Analisis faktor dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) analisis faktor eksploratori, yaitu analisis faktor dimana beberapa faktor yang akan terbentuk berupa variabel laten yang belum dapat ditentukan sebelum analisis dilakukan. Pada prinsifnya analisis faktor eksploratori membentuk faktor – faktor yang selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan faktor atau kelompok yang dibentuknya, (2) analisis faktor konfirmatori, yaitu analisis faktor dimana secara apriori berdasarkan teori dan konsep sudah dibuat beberapa faktor yang akan dibentuk, serta variabel laten apa saja yang termasuk dalam faktor – faktor tersebut sudah pasti tujuannya. Nilai skor faktor (SF) dari variabel laten yang terbentuk tergantung pada item atau sub variabel pembentuknya (Solimun, 2002:56).
Dalam penelitian ini dilakukan analisis faktor secara partial, menggunakan analisis faktor konfirmatori dari item – item penyusun setiap faktor yaitu sebanyak lima faktor. Kelima faktor ini diberi kode sebagai berikut :
a) F1: makanan dan minuman b) F2: pelayanan (service) c) F3: kebersihan dan higienitas d) F4: harga
e) F5: atmosfer/suasana
Berdasarkan analisis faktor konfirmatori, kelima faktor tersebut diatas ditentukan variabel – variabel atau komponen – komponen penyusunnya yang dapat teramati (Xi),
1. Faktor makanan dan minuman
Hasil analisis faktor makanan dan minuman (F1) merupakan hasil analisis gabungan skor faktor dari empat buah variabel teramati, yaitu: jenis/variasi makanan dan minuman (X1.1); rasa makanan dan minuman (X1.2); presentasi makanan dan minuman (X1.3); dan ukuran porsi makanan dan minuman (X1.4). Berdasarkan hasil analisis faktor didapat nilai KMO sebesar 0,692 yang lebih besar dari 0,5; yang berarti bahwa semua variabel yang teramati tersebut layak untuk difaktorkan (Tabel 4.3). Nilai KMO 0,692 (lebih besar dari 0,5) dan nilai Sig 0,000 (nilai sig < 0,05), menyatakan bahwa korelasi antar variabel pembentuk faktor bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor tepat dilakukan. Ini menunjukkan bahwa faktor makanan dan minuman memang benar ditentukan oleh jenis/variasi pilihan menu makanan dan minuman, rasa makanan dan minuman, presentasi makanan dan minuman dan ukuran porsi makanan dan minuman.
Tabel 4.3
Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Faktor Makanan dan Minuman
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .692
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 134.505
Df 6
Sig. .000
Sumber : Lampiran 10
Hasil analisis anti image correlation antar variabel pembentuk faktor makanan dan minuman yang disajikan pada Tabel 4.4 di bawah, tampak bahwa variabel – variabel penyusun faktor makanan dan minuman (X1.1; X1.2; X1.3;dan X1.4) secara statistik mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan nilai anti image correlation lebih dari 0,5.
Tabel 4.4
Matrik Korelasi Antar Variabel Pembentuk Faktor Makanan dan Minuman
Variabel X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 Anti-image Correlation X1.1 .848a -.049 -.255 -.111 X1.2 -.049 .665a -.602 .034 X1.3 -.255 -.602 .629a -.389 X1.4 -.111 .034 -.389 .761a Sumber : Lampiran 10 Keterangan :
X1.1 = Jenis/variasi Pilihan Menu Makanan X1.3 = Presentasi Makanan dan Minuman
Dan Minuman X1.4 = Ukuran Porsi Makanan dan Minuman
X1.2 = Rasa Makanan dan Minuman
Pengaruh dari setiap variabel terhadap faktor yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitasnya seperti terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Komunalitas Variabel – Variabel Faktor Makanan dan Minuman
Variabel Initial Extraction
X1.1 1.000 .444 X1.2 1.000 .635 X1.3 1.000 .802 X1.4 1.000 .505 Sumber: Lampiran 10 Keterangan :
X1.1 = Jenis/variasi Pilihan Menu Makanan X1.3 = Presentasi Makanan dan Minuman
Dan Minuman X1.4 = Ukuran Porsi Makanan dan
X1.2 = Rasa Makanan dan Minuman Minuman
Nilai komunalitas menunjukkan persentase pengaruh masing – masing variabel pembentuk faktor makanan dan minuman (F1) yang dapat diterangkan oleh faktor yang terbentuk, seperti variabel X1.1 (jenis/variasi pilihan menu makanan dan minuman) sebesar 44,4%; variabel X1.2 (rasa makanan dan minuman) sebesar 63,5%; variabel
X1.3 (presentasi makanan dan minuman) sebesar 80,2%; dan variabel X1.4 (ukuran porsi makanan dan minuman) sebesar 50,5% (Tabel 4.5),
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa faktor makanan dan minuman dapat mewakili komponen pembentuknya sebesar 59,631% dari total varians, yang berarti bahwa terbentuk satu faktor yang mewakili empat variabel X1.1 sampai X1.4 dengan nilai akar ciri (eigenvalues) sebesar 2,385 lebih besar dari 1,00.
Tabel 4.6
Nilai Eigenvalues, Persentase Varians dan Persentase Kumulatif Varians dari Empat Variabel Pembentuk Faktor Makanan dan Minuman
Componen t
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.385 59.631 59.631 2.385 59.631 59.631 2 .691 17.268 76.899 3 .660 16.494 93.393 4 .264 6.607 100.000 Sumber: Lampiran 10 Tabel 4.7
Matrik Faktor Makanan dan Minuman dengan Rotasi Varimax
Variabel Component 1 X1.1 .279 X1.2 .334 X1.3 .375 X1.4 .298 Sumber: Lampiran 10 Keterangan :
X1.1 = Jenis/variasi Pilihan Menu Makanan X1.3 = Presentasi Makanan dan Minuman
Dan Minuman X1.4 = Ukuran Porsi Makanan dan Minuman
X1.2 = Rasa Makanan dan Minuman
Hasil analisis komponen matrik pada Tabel 4.7 menunjukkan hubungan atau korelasi setiap variabel (X1.1 sampai X1.4) terhadap faktor yang terbentuk (F1).
Semakin tinggi nilai komponen matrik setiap variabel, maka semakin kuat hubungannya atau semakin besar pengaruhnya dalam pembentukan faktor makanan dan minuman (F1), demikian juga sebaliknya. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa variabel presentasi makanan dan minuman (X1.3) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap faktor makanan dan minuman (F1) dengan koefisien korelasi 0,375, diikuti oleh variabel rasa makanan dan minuman (X1.2) dengan koefisien korelasi 0,334, ukuran porsi makanan dan minuman (X1.4) dengan koefisien korelasi 0,298 dan yang paling lemah hubungannya adalah variabel jenis/variasi pilihan menu makanan dan minuman (X1.1) dengan koefisien korelasi 0,279.
Berdasarkan hasil analisis faktor makanan dan minuman diatas dapat diinterpretasikan bahwa dari keempat variabel pembentuk faktor makanan dan minuman, variabel presentasi makanan dan minumanlah yang paling besar pengaruhnya terhadap faktor makanan dan minuman, diikuti oleh variabel rasa makanan dan minuman, ukuran porsi makanan dan minuman dan yang paling kecil pengaruhnya adalah jenis/variasi pilihan menu makanan dan minuman. Hal menunjukkan bahwa wisatawan akan tertarik pada tampilan makanannya terlebih dahulu baru kemudian rasa makanan dan minuman, jenis/variasi pilihan menu, dan ukuran porsi makanan dan minuman. Pengelola freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua perlu memperhatikan presentasi makanan dan minuman. Wisatawan akan sangat tertarik dengan penampilan makanan yang indah dan dapat merangsang selera makan. Freestanding restaurant harus dapat menciptakan presentasi makanan dan minuman yang menarik dan unik, yang tentunya dibarengi dengan rasa makanan dan minuman yang enak serta ukuran porsi yang sesuai.
2. Faktor pelayanan (service)
Hasil analisis faktor pelayanan/service (F2) merupakan gabungan skor faktor dari tujuh buah variabel yang teramati yaitu: kecepatan pelayanan (X2.1); ketepatan pelayanan (X2.2); fasilitas reservasi atau pemesanan tempat (X2.3); ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit (X2.4); jam operasional restoran (X2.5); prilaku karyawan yang siap membantu (X2.6); dan karyawan yang penuh perhatian (X2.7). Hasil analisis faktor pelayanan didapat nilai KMO yang harus lebih besar dari 0,5. Nilai KMO untuk faktor pelayanan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Faktor Pelayanan
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .738
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 256.940 Df 21 Sig. .000 Sumber: Lampiran 11
Nilai KMO faktor pelayanan seperti terlihat pada Tabel 4.8 adalah sebesar 0,738 lebih besar dari 0,5; yang berarti bahwa semua variabel yang teramati tersebut layak untuk difaktorkan. Nilai KMO 0,738 dan nilai Sig 0,000 (nilai Sig< 0,05) , menyatakan bahwa korelasi antar variabel pembentuk faktor bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor tepat dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pelayanan memang benar ditentukan oleh kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan, fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk, ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit, jam operasional restoran, prilaku karyawan yang siap membantu, dan karyawan yang penuh perhatian.
Hasil analisis anti image correlation antar variabel pembentuk faktor pelayanan (service) yang disajikan pada Tabel 4.9 di bawah ini, tampak bahwa variabel – variabel penyusun faktor pelayanan (X2.1; X2.2; X2.3; X2.4; X2.5; X2.6; dan X2.7) secara statistik mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan nilai anti image correlation lebih dari 0,5.
Tabel 4.9
Matrik Korelasi Antar Variabel Pembentuk Faktor Pelayanan (Service)
Variabel X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 Anti-image Correlation X2.1 .793a -.219 -.283 .164 .029 -.170 -.232 X2.2 -.219 .834a -.173 .058 -.159 .061 -.130 X2.3 -.283 -.173 .628a -.557 -.259 -.021 .250 X2.4 .164 .058 -.557 .633a .086 -.109 -.225 X2.5 .029 -.159 -.259 .086 .821a -.329 -.127 X2.6 -.170 .061 -.021 -.109 -.329 .774a -.470 X2.7 -.232 -.130 .250 -.225 -.127 -.470 .724a Sumber: Lampiran 11 Keterangan :
X2.1 = Kecepatan Pelayanan X2.4 = Ketersediaan Pembayaran dengan Kartu
X2.2 = Ketepatan Pelayanan Kredit
X2.3 = Fasilitas Reservasi atau Pemesanan X2.5 = Jam Operasional Restoran
Tempat Duduk X2.6 = Prilaku Karyawan yang Siap Membantu
X2.7 = Karyawan yang Penuh Perhatian
Pengaruh dari setiap variabel terhadap faktor yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitasnya. Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa persentase pengaruh masing – masing variabel pembentuk faktor pelayanan/service (F2) yang dapat diterangkan oleh faktor yang terbentuk, seperti variabel X2.1 kecepatan pelayanan sebesar 51,7%, variabel X2.2 (ketepatan pelayanan) sebesar 35%, variabel X2.3 (fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk) sebesar 81,9%, variabel X2.4 (ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit) sebesar 73,3%, variabel X2.5 (jam operasional restoran) sebesar
54,7%, variabel X2.6 (prilaku karyawan yang siap membantu) sebesar 70,1%, dan variabel X2.7 (karyawan yang penuh perhatian) sebesar 69,8%.
Tabel 4.10
Komunalitas Variabel – Variabel Faktor Pelayanan (Service)
Variabel Initial Extraction
X2.1 1.000 .517 X2.2 1.000 .350 X2.3 1.000 .819 X2.4 1.000 .733 X2.5 1.000 .547 X2.6 1.000 .701 X2.7 1.000 .698 Sumber: Lampiran 11 Keterangan :
X2.1 = Kecepatan Pelayanan X2.4 = Ketersediaan Pembayaran dengan Kartu
X2.2 = Ketepatan Pelayanan Kredit
X2.3 = Fasilitas Reservasi atau Pemesanan X2.5 = Jam Operasional Restoran
Tempat Duduk X2.6 = Prilaku Karyawan yang Siap Membantu
X2.7 = Karyawan yang Penuh Perhatian
Tabel 4.11
Nilai Eigenvalues, Persentase Varians dan Persentase Kumulatif Varians dari Tujuh Variabel Pembentuk Faktor Pelayanan
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total
% of Variance Cumulative % 1 3.290 46.999 46.999 3.290 46.999 46.999 2 1.075 15.350 62.349 1.075 15.350 62.349 3 .874 12.481 74.831 4 .624 8.921 83.752 5 .555 7.934 91.686 6 .311 4.448 96.134 7 .271 3.866 100.000 Sumber: Lampiran 11
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa faktor pelayan (service) dapat mewakili komponen pembentuknya sebesar 46,999% dari total varians, yang berarti bahwa terbentuk satu faktor yang mewakili tujuh variabel X2.1 sampai X2.7 dengan nilai akar ciri (eigenvalues) sebesar 3,290 lebih besar dari 1,00.
Tabel 4.12
Matrik Faktor Pelayanan dengan Rotasi Varimax
Variabel Component X2.1 .210 X2.2 .179 X2.3 .201 X2.4 .177 X2.5 .222 X2.6 .239 X2.7 .222 Sumber: Lampiran 11 Keterangan :
X2.1 = Kecepatan Pelayanan X2.4 = Ketersediaan Pembayaran dengan Kartu
X2.2 = Ketepatan Pelayanan Kredit
X2.3 = Fasilitas Reservasi atau Pemesanan X2.5 = Jam Operasional Restoran
Tempat Duduk X2.6 = Prilaku Karyawan yang Siap Membantu
X2.7 = Karyawan yang Penuh Perhatian
Hasil analisis komponen matrik seperti pada Tabel 4.12 menunjukkan hubungan atau korelasi setiap variabel (X2.1 sampai X2.7) terhadap faktor yang terbentuk (F2). Semakin tinggi nilai komponen matrik setiap variabel, maka semakin kuat hubungannya atau semakin besar pengaruhnya dalam pembentukan faktor pelayanan/service (F2), demikian juga sebaliknya. Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa variabel prilaku karyawan yang siap membantu (X2.6) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap faktor pelayanan/service (F2) dengan koefisien korelasi 0,239; diikuti oleh variabel jam operasional restoran (X2.5), dan variabel karyawan yang penuh perhatian (X2.7) dengan koefidien korelasi sama besar yaitu
0,222; variabel kecepatan pelayanan (X2.1) dengan koefisien korelasi 0,210; variabel fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk (X2.3) dengan koefisien korelasi sebesar 0,201; variabel ketepatan pelayanan (X2.2) dengan koefisien korelasi 0,179; dan yang paling lemah hubungannya adalah variabel ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit dengan koefisien korelasi 0,177.
Berdasarkan hasil analisis faktor pelayanan diatas dapat diinterpretasikan bahwa dari tujuh variabel pembentuk faktor pelayanan, ditemukan bahwa variabel fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk yang berpengaruh paling besar terhadap faktor pelayanan, kemudian diikuti oleh variabel ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit, prilaku karyawan yang siap membantu, karyawan yang penuh perhatian, jam operasional restoran, kecepatan pelayanan, dan variabel ketepatan pelayanan. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan memang masih sedikit restoran yang menyediakan fasilitas reservasi padahal bagi wisatawan hal ini sangat penting, sehingga freestanding restaurant perlu menyediakan fasilitas reservasi dan pembayaran dengan kartu kredit yang lebih lengkap. Berdasarkan hasil analisis diatas, seharusnya para pengelola restoran menyediakan fasilitas reservasi khususnya pada saat low season dan meningkatkan kualitas pelayanan pramusaji melalui pelatihan secara rutin.
3. Faktor kebersihan dan higienitas
Hasil analisis faktor kebersihan dan higienitas merupakan hasil analisis gabungan dari tiga buah variabel teramati yaitu: penampilan karyawan yang bersih dan rapi (X3.1); daftar makanan dan minuman (menu) yang bersih dan rapi (X3.2); dan kebersihan area keseluruhan (X3.3). Berdasarkan hasil analisis faktor didapat nilai KMO sebesar 0,701 lebih besar dari 0,5; yang berarti bahwa semua variabel yang teramati tersebut layak untuk difaktorkan (Tabel 4.13). Nilai KMO 0,701 dan nilai Sig
0,000 (nilai Sig< 0,05), menyatakan bahwa korelasi antar variabel pembentuk faktor bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor tepat dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kebersihan dan higienitas memang benar ditentukan oleh penampilan karyawan yang bersih dan rapi, daftar makanan dan minuman/menu yang bersih dan rapi, dan kebersihan area keseluruhan.
.Tabel 4.13
Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Faktor Kebersihan dan Higienitas
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .701
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 174.729
Df 3
Sig. .000
Sumber: Lampiran 12
Hasil analisis anti image correlation antar variabel pembentuk faktor kebersihan dan higienitas yang disajikan pada Tabel 4.14 di bawah ini tampak bahwa variabel – variabel penyusun Faktor Kebersihan dan Higienitas (X3.1; X3.2; dan X3.3) secara statistik mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan nilai anti image correlation lebih dari 0,5.
Tabel 4.14
Matrik Korelasi Antar Variabel Pembentuk Faktor Kebersihan dan Higienitas
Variabel X3.1 X3.2 X3.3 Anti-image Correlation X3.1 .780a -.121 -.477 X3.2 -.121 .708a -.617 X3.3 -.477 -.617 .643a Sumber: Lampiran 12 Keterangan :
X3.1 = Penampilan Karyawan yang Bersih X3.2 = Daftar Makanan dan Minuman yang Bersih dan Rapi dan Rapi
Pengaruh dari setiap variabel terhadap faktor yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitasnya. Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa persentase pengaruh masing – masing variabel pembentuk faktor kebersihan dan higienitas (F3) yang dapat diterangkan oleh faktor yang terbentuk, seperti variabel X3.1 (penampilan karyawan yang bersih dan rapi) sebesar 73,4%; variabel X3.2 (daftar makanan dan minuman/menu yang bersih dan rapi) sebesar 78,9%; dan variabel X3.3 (kebersihan area keseluruhan) sebesar 85,6%.
Tabel 4.15
Komunalitas Variabel – Variabel Faktor Kebersihan dan Higienitas
Variabel Initial Extraction
X3.1 1.000 .734
X3.2 1.000 .789
X3.3 1.000 .865
Sumber: Lampiran 12
Keterangan :
X3.1 = Penampilan Karyawan yang Bersih X3.2 = Daftar Makanan dan Minuman yang Bersih dan Rapi dan Rapi
X3.3 = Kebersihan Area Keseluruhan
Tabel 4.16
Nilai Eigenvalues, Persentase Varians dan Persentase Kumulatif Varians dari Tiga Variabel Pembentuk Faktor Kebersihan dan Higienitas
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total
% of Variance Cumulative % 1 2.389 79.622 79.622 2.389 79.622 79.622 2 .407 13.555 93.177 3 .205 6.823 100.000 Sumber: Lampiran 12
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa faktor kebersihan dan higienitas dapat mewakili komponen pembentuknya sebesar 79,622% dari total varians, yang berarti bahwa terbentuk satu faktor yang mewakili tiga variabel X3.1 sampai X3.3 dengan nilai akar ciri (eigenvalues) sebesar 2,389 lebih besar dari 1,00.
Hasil analisis komponen matrik seperti pada Tabel 4.17 menunjukkan hubungan atau korelasi setiap variabel (X3.1 sampai X3.3) terhadap faktor yang terbentuk (F3). Semakin tinggi nilai komponen matrik setiap variabel, maka semakin kuat hubungannya atau semakin besar pengaruhnya dalam pembentukan faktor kebersihan dan higienitas (F3), demikian juga sebaliknya. Merujuk pada Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa variabel kebersihan area keseluruhan (X3.3) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap faktor kebersihan dan higienitas (F3) dengan koefisien korelasi 0,389; diikuti oleh variabel daftar makanan dan minuman/menu yang bersih dan rapi (X3.2) dengan koefisien korelasi 0,372; variabel yang paling lemah pengaruhnya adalah variabel penampilan karyawan yang bersih dan rapi (X3.1) dengan koefidien korelasi 0,359.
Tabel 4.17
Matrik Faktor Kebersihan dan Higienitas dengan Rotasi Varimax
Variabel Component X3.1 .359 X3.2 .372 X3.3 .389 Sumber: Lampiran 12 Keterangan :
X3.1 = Penampilan Karyawan yang Bersih X3.2 = Daftar Makanan dan Minuman yang Bersih dan Rapi dan Rapi
X3.3 = Kebersihan Area Keseluruhan
Mengacu pada hasil analisis faktor kebersihan dan higienitas diatas dapat diinterpretasikan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap faktor
kebersihan dan higienitas adalah variabel kebersihan area keseluruhan, diikuti oleh variabel daftar makanan dan minuman yang bersih dan rapi, dan variabel penampilan karyawan yang bersih dan rapi. Hal ini dikarenakan hal pertama yang dilihat oleh wisatawan adalah kebersihan restoran secara umum, baru kemudian mereka melihat menu yang bersih, dan penampilan karyawan yang bersih dan rapi. Kebersihan area keseluruhan termasuk area dapur, toilet, area restoran, dan bar perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh pihak pengelola freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua karena kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam layanan makanan dan minuman.
4. Faktor harga
Hasil analisis faktor harga (F4) merupakan gabungan skor faktor dari tiga buah variabel teramati yaitu: value for money (X4.1); pemberian diskon (X4.2); dan happy hour (X4.3). Hasil analisis faktor menunjukkan nilai KMO sebesar 0,605 yang lebih besar dari 0,5; yang berarti bahwa semua variabel yang teramati tersebut layak untuk difaktorkan (Tabel 4.18).
Tabel 4.18
Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Test Faktor Harga
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .605
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 139.276
Df 3
Sig. .000
Sumber: Lampiran 13
Nilai KMO 0,605 dan nilai Sig 0,000 (nilai Sig< 0,05), menyatakan bahwa korelasi antar variabel pembentuk faktor bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan
analisis faktor tepat dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor harga memang benar ditentukan oleh value for money, pemberian diskon, dan happy hour.
Hasil analisis anti image correlation antar variabel pembentuk faktor harga yang disajikan pada Tabel 4.19 di bawah ini tampak bahwa variabel – variabel penyusun faktor harga (X4.1; X4.2; dan X4.3) secara statistik mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan nilai anti image correlation lebih dari 0,5.
Tabel 4.19
Matrik Korelasi Antar Variabel Pembentuk Faktor Harga
Variabel X4.1 X4.2 X4.3 Anti-image Correlation X4.1 .828a -.274 -.031 X4.2 -.274 .566a -.765 X4.3 -.031 -.765 .577a Sumber: Lampiran 13 Keterangan :
X4.1 = Value for Money X4.3 = Happy Hour X4.2 = Pemberian Diskon
Pengaruh dari setiap variabel terhadap faktor yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitasnya.
Tabel 4.20
Komunalitas Variabel – Variabel Faktor Harga
Variabel Initial Extraction
X4.1 1.000 .474
X4.2 1.000 .851
X4.3 1.000 .803
Sumber: Lampiran 13
Keterangan :
X4.1 = Value for Money X4.3 = Happy Hour X4.2 = Pemberian Diskon
Mengacu pada Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa persentase pengaruh masing – masing variabel pembentuk faktor harga (F4) yang dapat diterangkan oleh faktor yang
terbentuk, seperti variabel X4.1 (value for money) sebesar 47,4%; variabel X4.2 (pemberian diskon) sebesar 85,1%; dan variabel X4.3 (happy hour) sebesar 80,3%.
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa faktor harga dapat mewakili komponen pembentuknya sebesar 70,927% dari total varians, yang berarti bahwa terbentuk satu faktor yang mewakili tiga variabel X4.1 sampai X4.3 dengan nilai akar ciri (eigenvalues) sebesar 2,128 lebih besar dari 1,00.
Tabel 4.21
Nilai Eigenvalues, Persentase Varians dan Persentase Kumulatif Varians dari Tiga Variabel Pembentuk Faktor Harga
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total
% of Variance Cumulative % 1 2.128 70.927 70.927 2.128 70.927 70.927 2 .682 22.735 93.662 3 .190 6.338 100.000 Sumber: Lampiran 13 Tabel 4.22
Matrik Faktor Harga dengan Rotasi Varimax
Variabel Component X4.1 .323 X4.2 .434 X4.3 .421 Sumber: Lampiran 13 Keterangan :
X4.1 = Value for Money X4.3 = Happy Hour X4.2 = Pemberian Diskon
Hasil analisis komponen matrik seperti pada Tabel 4.22 menunjukkan hubungan atau korelasi setiap variabel (X4.1 sampai X4.3) terhadap faktor yang terbentuk (F4). Semakin tinggi nilai komponen matrik setiap variabel, maka semakin kuat
hubungannya atau semakin besar pengaruhnya dalam pembentukan faktor harga (F4), demikian juga sebaliknya. Merujuk pada Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa variabel pemberian diskon (X4.2) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap faktor harga (F4) dengan koefisien korelasi 0,434; diikuti oleh variabel happy hour (X4.3) dengan koefisien korelasi 0,421; dan yang paling lemah hubungannya adalah variabel value for money (X4.1) dengan koefidien korelasi 0,323.
Berdasarkan hasil analasis faktor harga diatas dapat diinterpretasikan bahwa dari tiga variabel pembentuk faktor harga, variabel pemberian diskon memberikan pengaruh yang paling besar, diikuti oleh variabel happy hour, dan yang paling kecil pengaruhnya adalah variabel value for money. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan masih sangat menggemari segala jenis potongan harga walaupun harga. Pada saat penelitian dilakukan, kondisi pariwisata di Bali secara umum sedang low season (musim sepi wisatawan) dimana tingkat kunjungan wisatawan menurun, sehingga beberapa restoran menawarkan potongan harga. Tentunya potongan harga tidak akan diberikan pada saat high season (musim kunjungan wisatawan yang tinggi). Hal ini sesuai dengan teori permintaan dan penawaran, dimana jika terjadi penurunan permintaan dan penawaran tetap, maka akan terjadi perang harga (pemberian potongan harga). Variabel value for money berpengaruh paling lecil terhadap faktor harga disebabkan oleh terjadinya depresiasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing khususnya euro dan dolar Australia. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing khususnya euro dan dolar Australia mengalami penurunan, sehingga harga yang ditawarkan di freestanding restaurant terkesan murah bagi wisatawan tersebut.
Hasil analisis faktor atmosfer/suasana merupakan gabungan skor faktor dari lima buah variabel teramati yaitu: desain dan dekorasi restoran (X5.1); pencahayaan yang tepat (X5.2); penataan meja makan (X5.3); kenyaman furnitur (X5.4); dan hiburan /entertainment (X5.5). Melihat hasil analisis faktor didapat nilai KMO sebesar 0,771 lebih besar dari 0,5; yang berarti bahwa semua variabel yang teramati tersebut layak untuk difaktorkan (Tabel 4.23). Dengan nilai KMO 0,771 dan nilai Sig 0,000 (nilai Sig< 0,05), dapat dikatakan bahwa korelasi antar variabel pembentuk faktor bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor tepat dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor atmosfer/suasana memang benar ditentukan oleh desain dan dekorasi restoran, pencahayaan yang tepat, penataan meja makan, kenyamanan furniture, dan hiburan (entertainment).
Tabel 4.23
Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Faktor Atmosfer/Suasana
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .771
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 318.537
Df 10
Sig. .000
Sumber: Lampiran 14
Hasil analisis anti image correlation antar variabel pembentuk faktor atmosfer/suasana yang disajikan pada Tabel 4.24 di bawah ini tampak bahwa variabel – variabel penyusun faktor Atmosfer/suasana (X5.1; X2.2; X5.3; X5.4; dan X5.5) secara statistik mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan nilai anti image correlation lebih dari 0,5.
Tabel 4.24
Variabel X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 Anti-image Correlation X5.1 .796a -.497 -.073 .030 -.167 X5.2 -.497 .716a -.424 .012 .219 X5.3 -.073 -.424 .763a -.543 -.284 X5.4 .030 .012 -.543 .783a -.353 X5.5 -.167 .219 -.284 -.353 .809a Sumber: Lampiran 14 Keterangan :
X5.1 = Desain dan Dekorasi Restoran X5.4 = Kenyamanan Furniture X5.2 = Pencahayaan yang Tepat X5.5 = Hiburan (Entertainment) X5.3 = Penataan Meja Makan
Pengaruh dari setiap variabel terhadap faktor yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitasnya.
Tabel 4.25
Komunalitas Variabel – Variabel Faktor Atmosfer/Suasana
Variabel Initial Extraction
X5.1 1.000 .548 X5.2 1.000 .583 X5.3 1.000 .840 X5.4 1.000 .723 X5.5 1.000 .587 Sumber: Lampiran 14 Keterangan :
X5.1 = Desain dan Dekorasi Restoran X5.3 = Penataan Meja Makan X5.2 = Pencahayaan yang Tepat X5.4 = Kenyamanan Furnitur X5.5 = Hiburan (Entertainment)
Merujuk pada Tabel 4.25 dapat dilihat bahwa persentase pengaruh masing – masing variabel pembentuk faktor atmosfer/suasana (F5) yang dapat diterangkan oleh faktor yang terbentuk, seperti variabel X5.1 (desain dan dekorasi restoran) sebesar 54,8%; variabel X5.2 (pencahayaan yang tepat) sebesar 58,3%; variabel X5.3 (penataan meja makan) sebesar 84%; variabel X5.4 (kenyamanan furnitur) sebesar 72,3%; dan variabel X5.5 (hiburan/entertainment) sebesar 58,7%.
Nilai Eigenvalues, Persentase Varians dan Persentase Kumulatif Varians dari Lima Variabel Pembentuk Faktor Atmosfer/suasana
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total
% of Variance Cumulative % 1 3.282 65.635 65.635 3.282 65.635 65.635 2 .878 17.552 83.187 3 .415 8.303 91.490 4 .258 5.162 96.652 5 .167 3.348 100.000 Sumber: Lampiran 14
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa faktor atmosfer/suasana dapat mewakili komponen pembentuknya sebesar 65,635% dari total varians, yang berarti bahwa terbentuk satu faktor yang mewakili lima variabel X5.1 sampai X5.5 dengan nilai akar ciri (eigenvalues) sebesar 3,282 lebih besar dari 1,00.
Hasil analisis komponen matrik seperti pada Tabel 4.27 menunjukkan hubungan atau korelasi setiap variabel (X5.1 sampai X5.5) terhadap faktor yang terbentuk (F5). Semakin tinggi nilai komponen matrik setiap variabel, maka semakin kuat hubungannya atau semakin besar pengaruhnya dalam pembentukan faktor atmosfer/suasana (F5), demikian juga sebaliknya. Tabel 4.27 menunjukkan variabel penataan meja makan (X5.3) mempunyai pengaruh hubungan yang paling kuat terhadap faktor atmosfer/suasana (F5) dengan koefisien korelasi 0,279; diikuti oleh variabel kenyamanan furnitur (X5.4) dengan koefisien korelasi 0,259; variabel pencahayaan yang tepat (X5.2) dan variabel hiburan/entertainment dengan koefisien korelasi sama besar yaitu 0,233; dan yang paling lemah hubungannya adalah variabel desain dan dekorasi restoran (X5.1) dengan koefidien korelasi 0,226.
Tabel 4.27
Matrik Faktor Atmosfer/Suasana dengan Rotasi Varimax
Variabel Component X5.1 .226 X5.2 .233 X5.3 .279 X5.4 .259 X5.5 .233 Sumber: Lampiran 14 Keterangan :
X5.1 = Desain dan Dekorasi Restoran X5.4 = Kenyamanan Furniture X5.2 = Pencahayaan yang Tepat X5.5 = Hiburan (Entertainment) X5.3 = Penataan Meja Makan
Berdasarkan hasil analisis faktor atmosfer/suasana diatas dapat dilihat bahwa variabel penataan meja makan yang paling besar pengaruhnya terhadap faktor atmosfer/suasana, diikuti oleh variabel kenyamanan furnitur, hiburan, pencahayaan yang tepat, dan yang paling kecil pengaruhnya adalah variabel desain dan dekorasi restoran.
Mengacu pada hasil analisis diatas dapat diinterpretasikan bahwa penataan meja makan adalah hal terlihat kecil tetapi menjadi variabel yang sangat berpengaruh bagi wisatawan karena variabel inilah yang paling dekat dengan mereka, ada di meja mereka dan yang paling mereka rasakan manfaatnya. Demikian juga halnya dengan kenyamanan furnitur yang menjadi varibel kedua yang berpengaruh terhadap faktor atmosfer, karena variabel ini juga dirasakan langsung oleh wisatawan, setelah itu baru mereka akan menikmati hiburan. Freestanding restaurant perlu menyiapkan penataan meja makan dengan lebih indah dan kreatif, menyediakan furnitur yang nyaman, dan menyediakan hiburan (entertainment) bagi wisatawan sehingga kepuasan wisatawanpun meningkat.
Hasil analisis faktor kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua merupakan gabungan skor faktor dari lima buah faktor yaitu: faktor makanan dan minuman (F1), pelayanan/service (F2), kebersihan dan higienitas (F3), harga (F4), dan faktor atmosfer/suasana (F5). Mengacu pada hasil analisis faktor didapat nilai KMO sebesar 0,852 dengan nilai signifikan 0,000 yang lebih besar dari 0,5 (nilai Sig< 0,05); yang berarti bahwa semua faktor tersebut layak untuk difaktorkan (Tabel 4.28). Nilai KMO sebesar 0,852 dan nilai Sig 0,000; menunjukkan bahwa korelasi antar faktor pembentuk faktor gabung bisa diterangkan oleh faktor lainnya dan analisis faktor tepat dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kepuasan wisatawan memang benar ditentukan oleh kelima faktor yaitu makanan dan minuman (F1), pelayanan/service (F2), kebersihan dan higienitas (F3), harga (F4), dan atmosfer/suasana (F5), seperti terlihat pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28
Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Test Faktor Kepuasan Wisatawan
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .852
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 240.790
df 10
Sig. .000
Sumber: Lampiran 15
Tabel 4.29
Matrik Korelasi Antar Faktor Pembentuk Faktor Kepuasan Wisatawan
Faktor F1 F2 F3 F4 F5 Anti-image Correlation F1 .854a -.237 -.339 .026 -.156 F2 -.237 .848a -.272 -.222 -.288 F3 -.339 -.272 .853a -.079 -.175 F4 .026 -.222 -.079 .858a -.326
Faktor F1 F2 F3 F4 F5
F5 -.156 -.288 -.175 -.326 .849a
Sumber: Lampiran 15
Keterangan :
F1 = Makanan dan Minuman F3 = Kebersihan dan Higienitas F4 = Harga
F2 = Pelayanan (Service) F5 = Atmosfer/Suasana
Hasil analisis anti image correlation antar faktor (F1 sd F5) sebagai faktor pembentuk faktor kepuasan wisatawan disajikan pada Tabel 4.29 di atas tampak bahwa faktor F1 sampai dengan F5 secara statistik mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan nilai anti image correlation lebih dari 0,5.
Pengaruh setiap faktor terhadap faktor gabung yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitas pada Tabel 4.30 di bawah ini.
Tabel 4.30
Komunalitas Faktor – Faktor Pembentuk Faktor Kepuasan Wisatawan
Faktor Initial Extraction
F1 1.000 .601 F2 1.000 .733 F3 1.000 .671 F4 1.000 .526 F5 1.000 .698 Sumber: Lampiran 15 Keterangan :
F1 = Makanan dan Minuman F4 = Harga
F2 = Pelayanan (Service) F5 = Atmosfer/Suasana
F3 = Kebersihan dan Higienitas
Komunalitas menyatakan persentase pengaruh masing – masing faktor (F1 sd F5) terhadap faktor kepuasan wisatawan yang dapat diterangkan oleh faktor yang terbentuk, seperti faktor makanan dan minuman (F1) sebesar 60,1%; faktor pelayanan/service (F2) sebesar 73,3%; faktor kebersihan dan higienitas (F3) sebesar 67,1%; faktor harga (F4) sebesar 52,6%; dan faktor atmosfer/suasana (F5) sebesar 69,8% (Tabel 4.30).
Tabel 4.31
Nilai Eigenvalues, Persentase Varians dan Persentase Kumulatif Varians dari Lima Faktor Pembentuk Faktor Kepuasan Wisatawan
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total
% of Variance Cumulative % 1 3.229 64.589 64.589 3.229 64.589 64.589 2 .669 13.378 77.967 3 .384 7.690 85.657 4 .378 7.569 93.226 5 .339 6.774 100.000 Sumber: Lampiran 15
Tabel 4.31 menunjukkan bahwa faktor kepuasan wisatawan dapat mewakili komponen pembentuknya sebesar 64,589% dari total varians, yang berarti bahwa terbentuk satu faktor yang mewakili lima faktor (F1 sd F5) dengan nilai akar ciri (eigenvalues) sebesar 3,229 lebih besar dari 1,00.
Hasil analisis komponen matrik seperti pada Tabel 4.32 menunjukkan hubungan atau korelasi setiap faktor (F.1 sampai F5) terhadap faktor yang terbentuk (faktor gabung). Semakin tinggi nilai komponen matrik setiap faktor, maka semakin kuat hubungannya atau semakin besar pengaruhnya dalam pembentukan faktor kepuasan wisatawan, demikian juga sebaliknya. Mengacu pada Tabel 4.32 dapat diketahui bahwa faktor pelayanan /service (F2) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap faktor kepuasan wisatawan dengan koefisien korelasi 0,265; diikuti oleh faktor atmosfer/suasana (F5) dengan koefisien korelasi 0,259; faktor kebersihan dan higienitas (F3) dengan koefisien korelasi 0,254; faktor makanan dan minuman (F1) dengan
koefisien korelasi sebesar 0,240 dan yang paling lemah hubungannya adalah faktor harga (F4) dengan koefisien korelasi 0,225.
Tabel 4.32
Matrik Faktor Kepuasan Wisatawan dengan Rotasi Varimax
Variabel Component F1 .240 F2 .265 F3 .254 F4 .225 F5 .259 Sumber: Lampiran 15 Keterangan :
F1 = Makanan dan Minuman F4 = Harga
F2 = Pelayanan (Service) F5 = Atmosfer/Suasana
F3 = Kebersihan dan Higienitas
Berdasarkan hasil analisis faktor kepuasan wisatawan pada produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua, menunjukkan bahwa masing – masing faktor memiliki pengaruh tersendiri. Dari kelima faktor pembentuk kepuasan wisatawan, faktor pelayananlah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan wisatawan pada produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua, diikuti oleh faktor atmosfer, faktor kebersihan dan higienitas, faktor makanan dan minuman, dan yang pengaruhnya paling kecil adalah faktor harga. Interpretasi dari analisis faktor kepuasan wisatawan diatas adalah wisatawan mengutamakan pelayanan yang prima walaupun dengan harga yang tinggi. Harga tidak akan menjadi masalah bagi wisatawan asalkan pelayanan (services) yang mereka dapatkan prima (excellence).
Hal tersebut diatas sesuai dengan teori kepuasan pelanggan menurut Kotler dkk (2010:34-35), dimana disebutkan salah satu hal yang paling penting dalam bisnis hospitaliti adalah bagaimana mengembangkan pelayanan/service khususnya budaya
pelayanan yang kuat (strong service culture). Budaya pelayanan berfokus pada melayani dan memuaskan konsumen. Menurut Dittmer (2002:115) salah satu komponen penting dari produk restoran adalah pelayanan/service. Pelayanan di restoran adalah semua bentuk pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen termasuk di dalamnya cara penyajian makanan dan minuman, keramahan pegawai, pelayanan parkir, perhatian khusus, dan lain-lain. Pelayanan menjadi hal yang sangat penting dalam layanan makanan dan minuman khususnya di restoran sehingga temuan dalam penelitian ini yang menyatakan faktor pelayanan menjadi faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kepuasan wisatawan pada produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua sangat tepat.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdaleeb & Conway (2006) di Pennysylvania, USA dimana ditemukan bahwa faktor utama yang menentukan kepuasan wisatawan di industri restoran adalah responsiveness yang merupakan dimensi kualitas pelayanan. Demikian juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan Rozario (2009) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel service quality terhadap kepuasan konsumen.
Namun demikian bukan berarti keempat faktor lain dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan. Keempat faktor lainnya juga memberikan pengaruh terhadap kepuasan wisatawan yaitu faktor atmosfer/suasana (F5) menduduki tempat kedua. Atmosfer/suasana menjadi faktor yang cukup penting sesuai dengan pendapat Cousins dkk (2002:77) yang mengemukakan salah satu motivasi konsumen memutuskan untuk makan di restoran adalah karena kenyamanan (convenience) yang
salah satunya didapat dari atmosfer dan konsumen tidak memiliki waktu untuk memasak karena sedang berlibur. Para responden di dalam penelitian ini sebagian besar adalah wisatawan yang sedang berlibur sehingga salah satu motivasi mereka makan di freestanding restaurant adalah untuk mencari suasana/atmosfer.
Faktor kebersihan dan higienitas (F3) menduduki posisi ketiga, dimana dalam layanan makanan dan minuman, kebersihan dan higienitas memegang peran yang cukup penting. Posisi keempat diisi oleh faktor makanan dan minuman (F1) yang merupakan bagian dari tangible product restoran dan yang terkecil perannya adalah faktor harga (F4). Artinya bagi wisatawan di Kawasan Nusa Dua harga tidak menjadi masalah, asal pelayannya prima. Terjadinya depresiasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing khususnya terhadap euro dan dolar Australia juga menyebabkan faktor harga berpengaruh paling kecil terhadap kepuasan wisatawan. Hal ini menjadi wajar karena bagi para wisatawan mancanegara harga yang ditawarkan di restoran menjadi terkesan murah bagi mereka.
Merujuk pada hasil penelitian ini yang menemukan bahwa faktor yang paling menentukan kepuasan wisatawan adalah pelayanan (service) yang merupakan bagian dari people dan faktor yang paling rendah peranannya dalam menentukan kepuasan wisatawan adalah harga (price), dapat diintrepretasikan bahwa wisatawan lebih mengutamakan pelayanan yang bagus/prima walaupun dengan harga yang mahal/tinggi. Melihat hasil penelitian yang demikian maka dapat diambil strategi pemasaran yang disebut penetapan harga premium/premium price strategy yaitu penetapan harga yang tinggi/premium yang dibarengi dengan peningkatan kualitas produk. Menurut Morrison (2002:206) strategi pemasaran adalah memilih tindakan dari
beberapa alternatif meliputi grup konsumen, metode komunikasi, saluran distribusi dan struktur harga. Strategi pemasaran merupakan kombinasi dari target pasar dan bauran pemasaran. Dalam menentukan strategi pemasaran memerlukan beberapa komponen antara lain: (1) analisis segmentasi pasar, (2) merumuskan strategi pemasaran, (3) pendekatan positioning, (4) tujuan pemasaran, (5) bauran pemasaran, dan (6) perencanaan pemasaran.
Bagian terbesar dari perencanaan pemasaran adalah bagaimana perusahaan menggunakan 8 Ps yang merupakan bauran pemasaran dalam pemasaran hospitaliti yang terdiri dari product, people, packaging, programming, place, promotion, partnership, dan Pricing (Morrison, 2002:249). Strategi pemasaran berikutnya yang dapat diterapkan pada freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua adalah undifferentiated marketing strategi (strategi pemasaran yang tidak berbeda) yaitu salah satu strategi pemasaran yang memandang segmen pasar berbeda dan menggunakan bauran pemasaran yang sama untuk semua target pasar. Strategi ini memfokuskan pada kesamaan karakter antar konsumen dan mencoba menambahkan pilihan produk dan promosi dengan satu bauran pemasaran. Karakteristik dari strategi ini adalah perusahaan memiliki produk dengan daya tarik umum (Morrison, 2002:176).
Dengan melihat hasil dari penelitian ini dimana freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua memiliki karakteristik yang hampir sama baik dilihat dari lokasi, jenis pilihan produk/menu, atmosfer dan lain – lain, undifferentiated marketing strategi ini tepat diterapkan. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa faktor pelayanan/service yang menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, maka diperlukan strategi penambahan penawaran pelayanan kepada wisatawan misalnya menyediakan fasilitas reservasi atau pemesanan tempat, layanan
antar jemput wisatawan dari dan kembali ke hotelnya, peningkatan kualitas pelayanan karyawan dengan beberapa cara seperti pelatihan yang dilakukan secara rutin.
Menurut Kotler dkk (2010:35) suatu perusahaan harus membedakan produk/pelayanan dengan pesaingnya yang bisa dibedakan dari atribut pisik, pelayanan, sumber daya manusia, lokasi, dan image. Dalam dunia hospitaliti pembeda utamanya adalah pelayanan (service). Pelayanan sekecil apapun bisa berarti besar bagi pelanggan.
Disamping meningkatkan pelayanan/service, meningkatkan kualitas atmosfer/suasana juga penting seperti menyediakan hiburan/entertainment yang berbeda dengan kompetitor, penataan meja yang lebih baik dan kreatif, dan menyediakan furnitur yang nyaman, karena wisatawan dapat melihat langsung atmosfer restoran dan membuat mereka tertarik untuk melihat dan akhirnya membeli produk restoran. Itulah beberapa strategi pemasaran yang dapat dilakukan sebagai implementasi dari kepuasan wisatawan terhadap produk freestanding restaurant di Kawasan Nusa Dua.
4.4 Perbedaan Tingkat Kepuasan Antara Kelompok Wisatawan yang Menikmati Produk di Dalam Kawasan BTDC dengan Kelompok Wisatawan di Luar Kawasan BTDC
Penggunaan analisis diskriminan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur apakah ada perbedaan tingkat kepuasan yang signifikan antar kelompok wisatawan yang menikmati produk restoran di dalam Kawasan BTDC dengan kelompok wisatawan yang menikmati produk restoran di luar Kawasan BTDC. Dalam penelitian ini responden di dalam Kawasan BTDC diberi kode D=0 sebanyak 61
responden, dan responden di luar Kawasan BTDC diberi kode D=1 sebanyak 49 responden.
Merujuk pada Tabel Wilk’s Lambda (Tabel 4.33) di bawah ini, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nyata antara tingkat kepuasan kelompok wisatawan di dalam Kawasan BTDC dengan kelompok wisatawan di luar Kawasan BTDC yang dapat ditunjukkan oleh tingkat Signifikan 0,005. Nilai Sig yang kurang dari 10% (< 0,10) dapat dipakai dasar untuk menyatakan adanya perbedaan tingkat kepuasan antara kelompok wisatawan di dalam Kawasan BTDC dengan kelompok wisatawan di luar Kawasan BTDC. Dengan demikian perlu ditelusuri faktor apa yang membedakan jawaban responden tersebut.
Tabel 4.33 Nilai Wilk’s Lambda
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.
1 .643 42.883 22 .005
Sumber: Lampiran 16
Tabel 4.34
Variabel – Variabel yang Menunjukkan Perbedaan Tingkat Kepuasan Antara Kelompok Wisatawan di Dalam Kawasan BTDC dengan Kelompok Wisatawan di
Variabel Wilks' Lambda F df1 df2 Sig. X1.1 .943 6.541 1 108 .012 X1.2 .994 .684 1 108 .410 X1.3 .987 1.439 1 108 .233 X1.4 .917 9.801 1 108 .002 X2.1 .980 2.154 1 108 .145 X2.2 .998 .248 1 108 .620 X2.3 .998 .212 1 108 .646 X2.4 .981 2.049 1 108 .155 X2.5 .955 5.034 1 108 .027 X2.6 .928 8.418 1 108 .005 X2.7 .953 5.344 1 108 .023 X3.1 .975 2.738 1 108 .101 X3.2 .948 5.904 1 108 .017 X3.3 .924 8.851 1 108 .004 X4.1 .988 1.292 1 108 .258 X4.2 .997 .375 1 108 .542 X4.3 .983 1.913 1 108 .170 X5.1 .982 1.989 1 108 .161 X5.2 .997 .337 1 108 .563 X5.3 .984 1.742 1 108 .190 X5.4 .917 9.800 1 108 .002 X5.5 .910 10.632 1 108 .001 Sumber: Lampiran 16
Mengacu pada Tabel 4.34 terlihat bahwa variabel – variabel yang membedakan secara nyata antara kelompok wisatawan di luar Kawasan BTDC dengan kelompok wisatawan di dalam Kawasan BTDC. Diantara variabel - variabel yang dianalisis, didapat hasil bahwa variabel – variabel yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan adalah variabel yang memiliki nilai signifikan kurang dari 10% (,0,10), antara lain: jenis/variasi pilihan menu makanan dan minuman (X1.1), ukuran porsi makanan dan minuman (X1.4), jam operasional restoran (X2.5), prilaku karyawan yang
siap membantu (X2.6), karyawan yang penuh perhatian (X2.7), daftar makanan dan minuman (menu) yang bersih dan rapi (X3.2), kebersihan area keseluruhan (X3.3), kenyamanan furnitur (X5.4), dan hiburan/entertainment (X5.5), yang dapat dilihat dari nilai Sig yang dimiliki yaitu <0,10 atau 10%.
Variabel – variabel lainnya seperti : rasa makanan dan minuman (X1.2), presentasi makanan dan minuman (X1.3), kecepatan pelayanan (X2.1), ketepatan pelayanan (X2.2), fasilitas reservasi atau pemesanan tempat duduk (X2.3), ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit (X2.4), penampilan karyawan yang bersih dan rapi (X3.1), value for money (X4.1), pemberian diskon (X4.2), happy hour (X4.3), desain dan dekorasi restoran (X5.1), pencahayaan yang tepat (X5.2), dan penataan meja makan (X5.3) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok wisatawan.
Tabel 4.35
Faktor – Faktor yang Menunjukkan Perbedaan Tingkat Kepuasan Antara Kelompok Wisatawan di Dalam Kawasan BTDC dengan Kelompok Wisatawan di
Luar Kawasan BTDC
Faktor Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
F1 .951 5.611 1 108 .020 F2 .955 5.093 1 108 .026 F3 .938 7.104 1 108 .009 F4 .986 1.480 1 108 .226 F5 .950 5.652 1 108 .019 Kepuasan Wis .934 7.591 1 108 .007 Sumber: Lampiran 16
Mengacu pada Tabel 4.35 diatas dapat dilihat tampak bahwa faktor – faktor yang berbeda secara nyata antar kelompok wisatawan di luar Kawasan BTDC dengan kelompok wisatawan di dalam Kawasan BTDC. Faktor yang menunjukkan adanya