• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS: STUDI KASUS PADA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNISMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS: STUDI KASUS PADA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNISMA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS: STUDI KASUS PADA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNISMA

Oleh Heri Yusuf

Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi

Abstract

This research reports the orientations that become the foundations of students’ motivation in learning English and their attitude towards courses and their instructors. The method used is a survey by randomly asking the students in English Department of UNISMA Bekasi to fill out a questionnaire adapted from Attitude Motivation Test Battery (AMTB) designed by R.C. Gardner. The purpose of the research is to uncover the students’ orientations in learning English and to see their attitude towards courses and their instructors. The result shows that out of 68 returned questionnaires, 60 students appear to have not only integrative but also instrumental orientations. 47 students responded positively towards course instructors and nine of them responded negatively. As for the attitude towards courses, 39 students show positive response, while 17 of them seem to have negative one.

Keywords: English Learning, Orientation, Motivation PENDAHULUAN

Pengajaran bahasa asing, terutama bahasa Inggris, di Indonesia hingga saat ini belum dapat dikatakan berhasil. Sebagian besar kemampuan berbahasa Inggris para siswa yang secara formal telah mempelajari bahasa Inggris sejak tingkat sekolah dasar masih dapat dikatakan belum memadai. Beberapa temuan di lapangan menunjukkan hal tersebut, seperti nilai mata pelajaran bahasa Inggris para siswa yang masih rendah pada ujian nasional dan rendahnya frekuensi penggunaan bahasa Inggris di kalangan para siswa. Beradasarkan laporan yang dimuat di Kompas.com melalui situs Klub Guru Indonesia, hasil ujian nasional 2009 untuk mata pelajaran bahasa Inggris menduduki peringkat bawah dibanding mata pelajaran lainnya, meskipun tingkat kelulusan tahun tersebut lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Namun, laporan kelulusan ini masih diragukan oleh salah satu anggota Pembina Komunitas Air Mata Guru (KAMG), yang menyebutkan bahwa pada saat dilakukan uji coba (Tryout) rata-rata tingkat kelulusan siswa hanya sekitar 40% (Saragih, Kompas.com). Hal ini mengindikasikan adanya kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional, yang tentunya menyangkut kemampuan sebenarnya siswa ketika mereka menjawab soal-soal mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu, kondisi yang dpertanyakan di tingkat universitas juga menunjukkan hal tersebut. Direktur Jendral Pedidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengemukakan bahwa

kebanyakan mahasiswa lulusan perguruan tinggi Indonesia masih kurang memiliki kepercayaan diri dan sedikit keberanian ketika mereka harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris, meski kemampuan akademisnya bisa dikatakan cukup bagus (tempointeraktif.com). Para mahasiswa kesulitan ketika harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris, menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris, dan juga ketika membaca buku-buku teks dalam bahasa Inggris. Dari dunia kerja juga diperoleh informasi bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang rendah. Data terbaru kemampuan bahasa Inggris guru SMP, SMA dan SMK dari rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) di seluruh Indonesia menurut laporan KOMPAS yang dimuat melalui situs infojambi.com, terungkap

(2)

bahwa penguasaan bahasa Inggris guru dan kepala sekolah masih jauh dari memadai, bahkan 60 persennya berada di tingkat paling rendah (Mukminin, infojambi.com). Berita ini bisa dikatakan memprihatinkan mengingat guru-guru yang mengikuti tes bahasa Inggris tersebut adalah mereka yang mengampu pelajaran di sekolah-sekolah RSBI yang materi ajarnya mesti disampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, setelah memperhatikan berbagai temuan di atas, perhatian lebih selayaknya diberikan oleh para pengajar bahasa Inggris di Indonesia demi meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Inggris yang efektif dan tepat sasaran, mengingat globalisasi yang saat ini sudah merambah ke berbagai aspek kehidupan menuntut penguasaan bahasa Inggris oleh masyarakat yang berperan serta di dalamnya.

Berbagai kajian dan penelitian tentang pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia telah banyak dilakukan. Beberapa faktor dianggap memiliki peran yang sangat signifikan dalam keberhasilan pengajaran bahasa Inggris. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pengajar, siswa, kurikulum, materi ajar, dan fasilitas pembelajaran. Berbicara tentang siswa sebagai salah satu unsur pembelajaran yang penting, tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai motivasi. Motivasi siswa hingga saat ini diyakini sebagai unsur pembelajaran yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa hasil penelitian tentang motivasi dalam pembelajaran bahasa asing menunjukkan bahwa motivasi pemelajar dalam mempelajari bahasa asing merupakan penggerak utama yang membawanya pada keberhasilan mempelajari bahasa asing tersebut.

Motivasi dalam mempelajari bahasa asing bervariasi. Seorang individu dapat mempelajari bahasa asing karena ia memiliki kepentingan dengan bahasa tersebut, misalnya ia hendak bekerja di negara berbahasa asing tersebut sehingga memiliki keahlian berbahasa negara tersebut mutlak diperlukan. Selain itu, bisa saja seseorang mempelajari bahasa asing karena ingin mempelajari kebudayaan bangsa lain. Motivasi lain yang sangat mungkin muncul adalah keinginan seseorang untuk menguasai bahasa asing, terutama bahasa-bahasa internasional seperti bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Mandarin, dan sebagainya untuk membuatnya mudah mencari pekerjaan.

Fenomena tersebut dipertanyakan pada sebagian besar pemelajar bahasa Inggris ditingkat perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2007) mengenai motivasi mahasiswa dalam mempelajari bahasa Inggris menunjukkan bahwa motivasi yang paling banyak mendasari mahasiswa mempelajari dan menguasai bahasa Inggris adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan karena bahasa Inggris saat ini merupakan bahasa yang penting di dalam perkembangan dunia ekonomi. Dorongan motivasi semacam itu yang diyakini mampu menunjang keberhasilan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Unisma Bekasi sebagai salah satu universitas swasta yang besar di Bekasi memiliki program studi Sastra Inggris. Mahasiswa Sastra Inggris Unisma Bekasi memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang bervariasi. Motivasi yang melatari mahasiswa dalam mengambil program studi Sastra Inggrispun diyakini berbeda-beda. Oleh karena itulah, kami hendak melakukan penelitian terhadap motivasi mahasiswa Sastra Inggris Unisma dalam mempelajari Bahasa Inggris untuk mengetahui orientasi apa saja yang melatari motivasi mahasiswa Sastra Inggris Unisma Bekasi dalam mempelajari bahasa Inggris dan bagaimana sikap dan perilaku mahasiswa terhadap pengajar dan mata kuliah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat survei dengan menyebarkan kuesioner yang diadaptasi dari Attitude Motivation Test Battery (AMTB) yang kemudian hasil kuesioner tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(3)

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden, yaitu mahasiswa Sastra Inggris UNISMA Bekasi. Kuesioner tersebut merupakan adaptasi dari Attitude Motivation Test Battery (AMTB). Kuesioner tersebut terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari orientasi integratif (7 pertanyaan), orientasi instrumental (7 pertanyaan), prilaku terhadap pengajar (6 pertanyaan), dan perilaku terhadap mata kuliah (10 pertanyaan)

Responden

Responden adalah mahasiswa Sastra Inggris Unisma Bekasi yang berasal dari tiga angkatan yaitu 2007, 2008, dan 2009. Meskipun mahasiswa Sastra Inggris UNISMA Bekasi telah memilih Sastra Inggris sebagai program studi mereka, bahasa Inggris bagi sebagian dari mereka masih merupakan bahasa asing. Hal tersebut ditunjukkan dengan kesulitan yang dihadapi oleh sebagian mahasiswa Sastra Inggris Unisma Bekasi dalam berbahasa Inggris. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah, diklasifikasikan, dianalisis secara kuantitatif dan dijabarkan secara deskriptif.

Kuesioner

Kuesioner terdiri atas empat (4) bagian, yaitu:

a. Integrative Orientation (Cultural and Social Goals), terdiri atas 7 pernyataan.

b. Instrument Orientation (Career-related and Academic Goals), terdiri atas 7 pernyataan. c. Attitudes towards Teachers, terdiri atas 6 pernyataan.

d. Attitutes towards Courses, terdiri atas 10 pernyataan. PEMBAHASAN

Motivasi dapat didefinisikan sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, “Motivation relates to the drive to do something, to study new things, and encourages us to try again when we fail.” (Tileston dalam Marlina: 2007). Dalam pembelajaran bahasa asing, Hines and Rutherford menyatakan “Motivation is the feeling nurtured primarily by the classroom teacher in the learning situation as he engages in carefully planned as well as intuitive practices which will satisfy one or more of the basic, universal, cognitive, and affective human needs” (1982).

Brown (2007) menyatakan bahwa motivasi merupakan variabel afektif yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran bahasa. Teori Motivasi berkembang melewati beberapa periode dan perspektif. Beberapa perspektif yang mengkaji motivasi, diantaranya adalah perspektif behavioristik yang memandang motivasi dalam pengertian bahwa motivasi muncul karena adanya keinginan untuk mendapatkan imbalan. Dalam perspektif kognitif, motivasi muncul karena kebutuhan dasar manusia. Motivasi dipandang sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh individu demi tujuan tertentu yang hendak ia capai. (Keller: 1983 dalam Brown: 2007). Sedangkan perspektif konstruktif memandang motivasi sebagai hasil konstruksi sosial dalam masyarakat, hasil interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya, dan juga berperan sebagai status sosial.

Kajian tentang motivasi dalam pembelajaran bahasa asing tidak dapat dilepaskan dari kajian yang dilakukan oleh Gardner dan Lambert ( 1972, 1985, 2005). Gardner dan Lambert (1972) menelaah motivasi sebagai sebuah faktor dari berbagai sikap yang yang berbeda-beda. Dua himpunan sikap yang berbeda membagi dua tipe dasar yang oleh Gardner dan Lambert diidentifikasikan sebagai orientasi instrumental dan integratif pada motivasi. Gardner (1985) mengembangkan suatu alat ukur terhadap motivasi siswa yang mempelajari bahasa asing. Menurut Gardner, tujuan dari pengajaran bahasa asing sebagian bersifat linguistis dan sebagian lagi non-linguistis. Tujuan linguistis menekankan pada pengembangan kemahiran berbahasa individu yang mencakupi membaca, menulis, berbicara, dan memahami bahasa asing tersebut. Untuk tujuan kemahiran berbahasa ini telah banyak alat ukur yang dapat

(4)

digunakan. Sementara itu, tujuan non-linguistis menekankan pada aspek-aspek seperti pemahaman terhadap komunitas lain, keinginan untuk terus mempelajari bahasa lain selain bahasa ibu. Alat ukur untuk tujuan ini masih sedikit, oleh karena itulah Gardner mengembangkan suatu alat ukur yang disebut dengan The Attitude/Motivation Test Battery (AMTB). AMTB ini difokuskan untuk mengkaji beberapa komponen afektif yang mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing. AMTB mengkaji pembelajaran bahasa ke dalam tiga bagian yaitu prilaku, motivasi dan kecemasan kelas; intensitas motivasional; dan guru dan kurikulum.

Lebih jauh lagi Dornyei (2001) mengatakan bahwa pembagian motivasi yang dinyatakan oleh Gardner dan Lambert sebagai motivasi, bukanlah benar-benar tipe motivasi, melainkan lebih tepat disebut dengan orientasi. Orientasi inilah yang akan menimbulkan motivasi pada diri seorang pemelajar. Orientasi ini dapat saja terkait dengan kepentingan akademis atau karir (instrumental), atau berorientasi sosial atau kultural (integratif).

Beberapa kajian dan penelitian mengenai hal ini telah dilakukan. Shams (2008) meneliti prilaku, motivasi, dan kecemasan siswa terhadap pengajaran bahasa Ingris di Pakistan. Hasil penelitiannya yang dimuat dalam artikelnya yang berjudul Students’ Attitudes, Motivation and Anxiety towards English Language Learning menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang diteliti memiliki motivasi yang bersifat instrumental sekaligus integratif. Para siswa ingin mempelajari bahasa Inggris karena ingin menguasai bahasa Inggris agar dapat berperan serta dalam perkembangan dunia yang bersifat global. Sementara itu Marlina (2007) meneliti mahasiswa Sastra Inggris di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Penelitian tersebut meneliti motivasi dilihat dari komponen motivasi course-spesific dan komponen motivasi teacher-spesific. Dari kedua komponen tersebut diperoleh hasil bahwa sebagian besar mahasiswa Sastra Inggris memiliki orientasi integratif sekaligus instrumental yaitu mahasiswa mempelajari bahasa Inggris untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan juga ingin menguasai bahasa Inggris karena bahasa Inggris adalah bahasa yang penting dalam perkembangan ekonomi di dunia global.

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang motivasi pembelajaran bahasa Inggris pada mahasiswa diperoleh :

Integrative Orientation (Cultural and Social Goals)

Terdapat 7 pernyataan untuk mengetahui apakah mahasiswa Sastra Inggris memiliki orientasi integratif atau tidak, yaitu :

1. Studying English is important because it will make me more educated.

2. Studying English is important because it will enable me to better understand and appreciate the English way of life.

3. Studying English is important because other people will respect me more if I know English.

4. I wish I were fluent in English.

5. I want to better understand and appreciate English art and Literature 6. I wish I could have many native English speaking friends.

7. I want to learn other culture to understand the world better.

Total keseluruhan presentase pilihan mahasiswa ketika dihadapkan pada tujuh pernyataan yang orientasinya bersifat integratif adalah sebagai berikut; pemilih ‘sangat tidak setuju’ ada 0,62 %, pemilih ‘tidak setuju’ ada 5,24%, pemilih ‘abstain’ ada 3,57%, pemilih ‘setuju’ ada 45,17%, dan pemilih ‘sangat setuju’ ada 44, 94%, dengan jumlah mahasiswa yang melewatkan salah satu pernyataan sebanyak 0,46 %. Setelah dikalkulasikan, dari 68 mahasiswa yang mengisi responden, sekitar 61 orang dapat dikatakan memiliki orientasi integratif dan sisa tujuh orang lainnya tidak memiliki orientasi yang bersifat sosiokultural ini.

(5)

Instrumental Orientation (Career-Related and Academic Goals)

Pada bagian ini, terdapat 7 pernyataan untuk mengetahui apakah mahasiswa Sastra Inggris memiliki orientasi instrumental atau tidak, yaitu :

1. Studying English is important because I will need it for my career. 2. I wish I could read newspapers and magazines in English language

3. Studying English is important because it will be useful in getting a good job. 4. I want to get grade “A” in my English class all the time.

5. If I can speak English, I will use it for travelling abroad.

6. I would feel calm and sure of myself if I had to order a meal in English. 7. I would feel quite relaxed if I had to give street directions in English.

Total keseluruhan presentase pilihan mahasiswa ketika dihadapkan pada tujuh pernyataan yang orientasinya bersifat instrumental adalah sebagai berikut; pemilih ‘sangat tidak setuju’ ada 0%, pemilih ‘tidak setuju’ ada 4,42%, pemilih ‘pemilih ‘setuju’ ada 52,1%, dan pemilih ‘sangat setuju’ ada 36,7%, dan sisanya yaitu 5,8% adalah mereka yang memilih ‘abstain’. Setelah dikalkulasikan, dari 68 mahasiswa yang mengisi responden, sekitar 60 orang dapat dikatakan memiliki orientasi instrumental dan sisa delapan orang lainnya antara tidak memiliki orientasi ini atau tidak dapat ditentukan karena ‘abstain’.

Attitudes Towards Teachers

Hasil selanjutnya adalah mengenai sikap dan perilaku mahasiswa terhadap pengajar mata kuliah. Ada enam (6) pernyataan yang diajukan kepada para mahasiswa yang menjadi responden, yaitu:

1. I look forward to going to class because my English teacher is so good. 2. I don’t think my English teacher is very good.

3. The less I see my English teacher, the better.

4. My English teacher has a dynamic and interesting teaching style. 5. My English teacher is a great source of inspiration to me.

6. My English teacher doesn’t present materials in an interesting way.

Mengenai sikap dan perilaku mahasiswa terhadap pengampu mata kuliah, 70% atau 47 memiliki respon yang positif terhadap pengajar di Program Studi Sastra Inggris UNISMA. Sementara sisanya, sekitar 14% atau sembilan orang memiliki respon yang negatif terhadap pengajar mata kuliahnya, dan sisanya 16 % atau 12 orang tidak dapat ditentukan karena memilih ‘abstain’ ataupun melewatkan pernyataan-pernyataan yang diajukan.

Attitudes Towards Courses

Hasil selanjutnya adalah mengenai sikap dan perilaku mahasiswa terhadap mata kuliah. Hasil kuisioner untuk masing-masing pernyataan dapat terlihat dalam tiap-tiap tabel.

1. I don’t pay much attention to the feedback I receive in my English class. 2. My English Skill class is really a waste of time.

3. I don’t get anxious when I have to answer a question in my English class. 4. I would rather spend more time in my English class and less in other classes.

5. I don’t bother checking my assignments when I get them back from my English teacher. 6. I think my English-skill class is boring.

7. I enjoy the activities of our English class much more than those of my other classes. 8. I put off my English homework as much as possible.

(6)

Mengenai sikap dan perilaku mahasiswa terhadap mata kuliah, 58% atau 39 orang memiliki respon yang positif terhadap mata kuliah yang diajarkan di Program Studi Sastra Inggris UNISMA. Sementara itu, ada 26% atau 17 orang yang memiliki respon yang negatif terhadap mata kuliahnya, dan sisanya 16% atau 12 orang tidak dapat ditentukan karena memilih ‘abstain’ ataupun melewatkan pernyataan-pernyataan yang diajukan.

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan survey dengan menggunakan kuisioner terhadap 68 responden yang semuanya merupakan mahasiswa Sastra Inggris UNISMA Bekasi , diperoleh hasil analisa kuantitatif sebagai beikut:

Untuk orientasi integratif, ditemukan pemilih ‘sangat tidak setuju’ ada 0,62 %, pemilih ‘tidak setuju’ ada 5,24%, pemilih ‘abstain’ ada 3,57%, pemilih ‘setuju’ ada 45,17%, dan pemilih ‘sangat setuju’ ada 44, 94%, dengan jumlah mahasiswa yang melewatkan salah satu pernyataan sebanyak 0,46 %. Setelah dikalkulasikan, dari 68 mahasiswa yang mengisi responden, 61 orang dapat dikatakan memiliki orientasi integratif dan sisa tujuh orang lainnya tidak memiliki orientasi yang bersifat sosiokultural atau tidak dapat ditentukan karena memilih ‘abstain’.

Kemudian, untuk orientasi instrumental, temuannya adalah pemilih ‘sangat tidak setuju’ ada 0%, pemilih ‘tidak setuju’ ada 5 %, pemilih ‘pemilih ‘setuju’ ada 52%, dan pemilih ‘sangat setuju’ ada 37 %, dan sisanya yaitu 6 % adalah mereka yang memilih ‘abstain’. Setelah dikalkulasikan, dari 68 mahasiswa yang mengisi responden, sekitar 60 orang dapat dikatakan memiliki orientasi instrumental dan sisa delapan orang lainnya antara tidak memiliki orientasi ini atau tidak dapat ditentukan karena ‘abstain’.

Jadi, kesimpulan akhirnya, rata-rata mahasiswa Sastra Inggris UNISMA Bekasi memiliki orientasi integratif sekaligus instrumental. Mereka selain memiliki motivasi yang sifatnya sosiokultural, tetapi juga memiliki motivasi yang berhubungan dengan karir masa depan dan pekerjaan, yang diharapkan bisa didapat setelah menyelesaikan kuliah di Sastra Inggris.

Penelitian berikutnya hendaknya memasukan variabel motivasi eksternal dan internal supaya analisa motivasinya menjadi lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H.D. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York. Longman. Brown, H.D. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi Kelima. Pearson

Education.

Gardner, R. & Lambert, W. 1972. Attitudes and Motivation in Secondary Language Learning. Rowley, M. A: Newbury House.

Gardner, R. C. 1985. The Attitude Motivation Test Battery: Tehcnical Report 1.University of Western Ontario: London.

Dornyei,Z. 2001. Teaching and Researching Motivation. England.Longman.

Marlina, Lenny. 2007.Motivation and Language Learning: A Case of EFL Students. Jurnal KOLITA. Unika Atma Jaya.

Tileston, D.W.2004. What Every Teacher Should Know about StudentMotivation.California:Corwin.

(7)

Sumber Lain

Jalal, Fasli. "Mahasiswa Indonesia Kurang Pede Berbahasa Inggris." 6 Juli 2008. tempointeraktif.com.7Maret2010<http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/mahas iswa-indonesia-kurang pede-berbahasa inggris.html>.

Mukminin, Amirul. "Kemampuan Guru Bahasa Inggris di Indonesia Rendah." 2 Juli 2009. infojambi.com. 7 Maret 2010 <http://infojambi.com/if/headline/6130-kemampuan-guru-bahasa inggris di Indonesia-rendah.html>.

Shams, Meenaz. Students’ Attitudes, Motivation and Anxiety towards English Language Learning.Journal of Research and Reflections in Education. December 2008, Vol. 2, No.2, pp 121 -144 http://www.ue.edu.pk/jrre

Saragih, Denni boy. 19 Juni 2009. Klubguru.com. 7 Maret 2010 <http://www.klubguru.com/2-view.php?>.

Referensi

Dokumen terkait

adanya tempat ibadah yang mempunyai beberapa fungsi, diantaranya untuk melaksanakan shalat maupun untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Ketiga , bidang akhlak obyek

2) Adapun mandi besar yang disunatkan (mandi besar yang dianjurkan) diantaranya : Mandi hari Jum’at, mandi untuk shalat Jum’at ini hukumnya sunat muakat (ditekankan), kecuali

fenomena yang timbul adalah pada saat musim hujan adalah ketersediaan air sangat melimpah bahkan pada tempat-tempat tertentu sampai menimbulkan genangan dan banjir

Makalah ini hanya menguraikan mengenai mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang termasuk dalam unsur makro mineral, yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar

NXDW6HODQMXWQ\DGLWHJDVNDQGDODP3HUDWXUDQ 3HPHULQWDK 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3HQGDIWDUDQ 7DQDK VHODQMXWQ\D GLVHEXW 33 1R 7DKXQ EDKZD SHODNVDQDDQ NHJLDWDQ SHQGDIWDUDQ WDQDK SHUWDPD

Objektif kajian adalah 1 untuk menentukan kadar pemangsaan sa rang burung dart pinggir hutan hingga ke bahagian dalaman hutan, 2 mengenalpasti pemangsa sarang burung yang terdapat

Dari uraian di atas mengenai manfaat krim yoghurt Activia maka dapat dilihat bahwa responden lebih mengutamakan manfaat utilitarian (fungsional) krim yoghurt

• Hasil pengujian dari kinerja Load Balancing dengan algoritma Never Queue dan Destination Hashing pada konfigurasi IPv6 dilihat dari hasil Time per Request