PENERAPAN PSAK NO. 45 PADA PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH LIMA KAUM
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah
Oleh
BETRI YULIANI NIM 15301210020
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
i ABSTRAK
BETRI YULIANI, NIM 15301210020. Judul Skripsi “Penerapan PSAK No. 45 Pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum” Jurusan Ekonomi Syariah/ Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum dalam pembuatan laporan keuangannya terindikasi belum menerapkan PSAK 45. Laporan yang dipublikasikan hanya dalam bentuk laporan kas masuk dan kas keluar. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan PSAK 45 pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum tentang organisasi nirlaba. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode Kualiitatif. Teknik pengumpulan data keuangan dengan cara dokumentasi berupa bukti-bukti transaksi dan laporan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada PSAK 45 tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba. Sehingga penelitian ini nantinya akan memberikan hasil bagaimana Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas Dan Catatan Atas Laporan Keuangan Pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum yang sesuai dengan PSAK 45.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum mengambarkan penerimaan kas dan pengeluaran kas sehingga laporan keuangan yang disajikan sangat sederhana. Laporan keuangan yang telah dilakukan mulai dari membuat jurnal, buku besar, neraca saldo, ayat jurnal penyesuaian, neraca saldo penyesuaian, dan pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No. 45 harus menyajikan laporan keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Kata Kunci : Laporan Keuangan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45
ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAGAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 4 D. Rumusan Masalah ... 4 E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 5
G. Definisi Operasional ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Landasan Teori... 7
1. Pengertian Akuntansi ... 7
2. Pemakai Informasi Akuntansi ... 9
3. Prinsip Akuntansi ... 9
4. Peranan Akuntansi... 10
5. Pentingnya Prinsip Akuntansi ... 10
6. Siklus Akuntansi ... 11
B. Akuntansi Keuangan ... 13
1. Pengertian Akuntansi Keuangan ... 13
2. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia mengadopsi IFRS (international financial reporting standard) ... 13
3. Tujuan Laporan Keuangan ... 14
iii
C. AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS NIRLABA ... 16
1. Konsep Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 ... 16
2. Tujuan Laporan Keuangan Entitas Nirlanba ... 18
3. Istilah-Istilah yang Digunakan dalam PSAK No. 45 ... 19
4. Laporan Keuangan yang Dihasilkan ... 19
D. Yayasan ... 25
1. Pengertian Yayasan ... 25
2. Jenis-Jenis Pendapatan Yayasan ... 26
3. Konsep Yayasan Panti Asuhan ... 27
E. Penelitian Yang Relevan ... 27
F. Kerangka Berpikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A. Jenis Penelitian... 31
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 31
C. Instrumen Penelitian ... 33
D. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39
A. Gambaran Umum Penelitian ... 39
1. Sejarah Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum ... 39
2. Visi dan Misi Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum . 39 3. Susunan Pengurus Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum ... 41
B. Laporan Keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Berdasarkan PSAK 45 ... 42
1. Jurnal Umum Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum ... 42
2. Buku Besar Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum ... 88
3. Neraca Saldo Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum... 141
4. Jurnal Penyesuaian ... 142
iv
6. Laporan Posisi Keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum 147
7. Laporan Aktivitas Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum ... 148
8. Laporan Arus kas Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum... 150
BAB V PENUTUP ... 154
A. Kesimpulan ... 154
B. Saran ... 154 DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Laporan Keuangan Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Tahun 2018 ... 3 Tabel 3. 1 Time Scedule Penelitian... 32 Tabel 3. 2 Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember (Dalam
Jutaan Rupiah) ... 35 Tabel 3. 3 Entitas Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember (Dalam Jutaan Rupiah) ... 36 Tabel 3. 4 ENTITAS NIRLABA Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir
Pada 31 Desember (dalam jutaan rupiah) ... 37 Tabel 4. 1 Jurnal Umum Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum P er 31
Desember 2018 ... 42 Tabel 4. 2 Buku Besar Buku Besar Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
Per 31 Desember 2018 ... 88 Tabel 4. 3 Neraca Saldo Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Per 31
Desember 2018 ... 141 Tabel 4. 4 Ayat Jurnal Penyesuaian Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
Per 31 Desember 2018 ... 145 Tabel 4. 5 Neraca Saldo Setelah Penyesuaian Panti Asuhan Muhammadiyah
Lima Kaum Per 31 Desember 2018 ... 146 Tabel 4. 6 Laporan Posisi Keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
Per 31 Desember 2018 ... 147 Tabel 4. 7 Laporan Aktivitas Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Per 31
Desember 2018 ... 148 Tabel 4. 8 Laporan Arus Kas Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Per 31
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Siklus Akuntansi ... 12 Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ... 30 Gambar 4. 1 Susunan Pengurus Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani “organ” yang berarti “alat”. Dalam pengertian umum, organisasi dapat dipahami sebagai alat atau wadah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah ditetapkan bersama. Entitas nirlaba adalah organisasi yang dapat dimiliki pemerintah maupun dimiliki sektor swasta, tujuan utamanya tidak untuk mendapatkan keuntungan (Mahsun, dkk, 2011: 1).
Berdirinya yayasan sudah dimulai sejak zaman prakemerdekaan. Ketika itu tujuan pendirinya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat disuatu daerah. Sektor ditempat yayasan terlibat umumnya adalah pendidikan dan kesehatan. Sektor-dektor lain yang menurut pengusaha komersial tidak menguntungkan dan bagi pemerintah belum menjadi prioritas juga menjadi lahan garapan bagi banyak yayasan. Yayasan secara mudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari laba (Nirlaba). Walaupun dalam perjalananya ia membutuhkan dana yang diperoleh dari kegiatan bisnis, hal ini tetap bearti bahwa kegiatan bisnis hanya untuk memperoleh dana saja bukan kegiatan utamanya yayasan (Nainggolan, 2007:1).
Undang No. 28 Tahun 2004 atas perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 menyebutkan yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan diperuntukkan dalam mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, kegamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatanya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.
Menurut standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 Revisi 2016 tentang pelaporan keuangan entitas
2
nirlaba, memiliki karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari entitas nirlaba tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam entitas nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau tidak pernah terjadi dalam entitas bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik entitas nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk, sehingga sering kali dibedakan dengan entitas bisnis pada umumnya.
Pada beberapa bentuk entitas nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari hutang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi penguna laporan keuangan entitas nirlaba tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Entitas semacam ini memiliki karakteeristik yang tidak jauh dengan entitas bisnis pada umumnya. Para penguna laporan keuangan entitas nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan entitas bisnis (PSAK No. 45 Revisi 2016).
Dalam standar akuntansi yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 Revisi 2016 tentang pengelolaan keuangan entitas nirlaba, bahwanya entitas nirlaba memiliki ciri-ciri sebagai berikut seperti sumbangan donasi entitas nirlaba berasal dari para penyumbang ataupun donasi yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan atau tidak sama sekali. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pendanaan untuk keuangan lembaga nirlaba antara lain: mengelola pendanaan untuk menjalankan program dan mencapai
tujuan-3
tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang di sepakati dengan pihak donatur, juga bagaimana lembaga nirlaba ini dapat menyisihkan sebagian dananya untuk membayar berbagai keperluan operasional seperti pembayaran gaji, tagihan listrik dan lain sebagainya. Dalam PSAK No .45 menyebutkan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh entitas nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan (Neraca), laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan, dapat dipahami untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota lembaga, kreditur dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi lembaga nirlaba (PSAK Nomor 45 Revisi 2016).
Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum dalam pembuatan laporan keuangannya terindikasi belum menerapkan PSAK No. 45. Laporan yang dipublikasikan hanya dalam bentuk laporan kas masuk dan kas keluar. Laporan keuangan yang telah dibuat oleh Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum sebagai berikut:
Tabel 1. 1
Laporan Keuangan Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Tahun 2018
Keterangan kas masuk kas keluar
Januari Rp 274.440.000 Rp 5.959.000 Februari Rp 5.718.000 Rp 12.266.000 Maret Rp 8.642.000 Rp 6.893.000 April Rp 19.015.000 Rp 4.360.000 Mei Rp 11.813.000 Rp 1.748.000 Juni Rp 27.012.000 Rp 6.282.000 Juli Rp 16.995.000 Rp 5.021.000 Agustus Rp 8.017.000 Rp 4.480.000 September Rp 7.672.000 Rp 6.764.000 Oktober Rp 27.725.000 Rp 6.517.000 November Rp 19.786.000 Rp 5.632.000 Desember Rp 6.899.000 Rp 7.618.000 Jumlah Rp 433.734.000 Rp 73.540.000
Sumber: Laporan Keuangan Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
4
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PENERAPAN PSAK No. 45 PADA PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH LIMA KAUM”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pencatatan dan pelaporan Keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum.
2. Pencatatan dan pelaporan keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum tidak disajikan berdasarkan PSAK No. 45
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasan masalah yaitu Pencatatan dan pelaporan keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum berdasarkan PSAK No. 45.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang penulis maksud adalah bagaimana pencatatan dan pelaporan keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum berdasarkan PSAK No. 45.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menerapkan pencatatan dan pelaporan keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum berdasarkan PSAK 45.
5
F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain: a. Bagi Penulis
1) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkat.
2) Dapat menambah pengetahuan mengenai PSAK No. 45 tentang organisasi nirlaba.
b. Bagi Pihak Akademik
1) Untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2) Sebagai tambahan wacana akademik di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
c. Bagi Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengelola panti asuhan muhammadiyah lima kaum dalam membuat laporan keuangan berdasarkan dengan PSAK No. 45.
2. Luaran Penelitian
Adapun luaran penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah referensi bagi perpustakaan IAIN Batusangkar.
G. Definisi Operasional
Yayasan adalah suatu organisasi atau badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.45 merupakan standar khusus untuk organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara organisasi memperoleh
6
sumberdaya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi memperoleh sumberdaya dari para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan sistem sosial. Keputusan-keputusan yang diambil oleh individu-individu, pemerintah, bangsa. Tujuan utama akuntansi adalah untuk mencatat, melaporkan dan menginter pretasikan data-data ekonomi untuk digunakan sebagai pengambil keputusan. Ada banyak definisi dan pengertian akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan peneliti yang merupakan pakar bidang akuntansi. Akan tetapi akuntansi pada umumnya merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memberilak tindakan yang paling baik dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Berikut penjelasan pengertian akuntansi dari berbagai sudut pandang.
Akuntansi menurut FASB (Finansial Accounting Standard Board) akuntansi adalah pengetahuan badan dan fungsinya terkait dengan sistematika pencatatan, pengklasifikasian, pengolahan, peringkasan, penganalisisan, penafsiran dan tuntutan informasi yang andal dan signifikan meliputi, transaksi dan kejadian-kejadian yang terkait, setidaknya untuk sebagian karakter keuangan, yang diperlukan oleh manajemen dan operasionalisasi suatu entitas dan untuk suatu pelaporan yang harus disampaikan guna memenuhi fiduciary dan tanggung jawab lainya (Ikhsan, dkk, 2018: 25).
Menurut APB statemen No.4 (Tahun 1970) yang berjudul “Basic
Concepts and Accounting Principles Underlying Dfinancial Statemens Of Business En-Terprise”, akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, dimana
8
fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai keuangan dan entitas ekonomi, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan diantara berbagai alternatif yang ada).
Menurut A Statemen of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang di terbitkan oleh American Accounting Association (AAA) pada tahun 1966, akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi bagi para pengunanya dalam mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dan membuat kesimpulan.
Menurut American Institute of certifiet Publik Accountan (AICPA) akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengiktisaran transaksi dan peristiwa keuangan dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, termasuk penaksiran atas hasil-hasilnya (Hery,2012:1).
Akuntansi (accounting) adalah bahasa bisnis dan sistem dan sistem informasi yang mengukur aktivitas, memproses data menjadi laporan serta mengkomunikasikan hasilnya bagi pengambilan keputusan. Accounting
principle board (APB) statement (1970) menyebutkan bahwa akuntansi
adalah sustu kegiatan jasa dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, yang dimaksut untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi terhadap suatu entitas (Sirait, 2014:2).
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengolongan, pengiktisaran, dan pelaporan atas suatu transaksi dengan cara sedemikian rupa, sistematis dari segi isi dan berdasarkan standar yang berlaku umum (Bahri, 2016: 2).
Ditinjau dari beberapa definisi tersebut, akuntansi dipandang sebagai suatu proses, seni dan seperangkat pengetahuan yang mengarah pada suatu aktivitas atau kegiatan dalam akuntansi itu sendiri. Karena itu, pengertian akuntansi menjadi suatu proses, seni atau seperangkat pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam bidang tersendiri, pengolongan, peringkasan dan pelaporan atas suatu kejadian pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
9
2. Pemakai Informasi Akuntansi
a. Investor, penenem modal, penasihat dan pemegang saham membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasinya serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.
b. Karyawan membutuhkan informasi keuangan mengenai stabilitas dan protabilitas perusahaan, dan untuk menilai kemampuan perusahaan. c. Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan untuk
memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapat dibayar pada jatuh tempo atau tidak.
d. Pemasok dan kreditur usaha lainya. Informasi keuangan digunakan untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan. Informasi keuangan digunakan untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan.
f. Pemerintah. Informasi keuangan dibutuhkan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
g. Masyarakat. informasi keuangan digunakan untuk membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan (Sumarsan, 2013:3-4). 3. Prinsip Akuntansi
a. Kontinuitas usaha (going concern) adalah kesinambungan usaha. Konsep ini mengangap bahwa suatu perusahaan akan terus berlanjut dan diharapkan tidak terjadi likuidasi dinmasa yang akan datang.
b. Kesatuan usaha (bisinees entity). Konsep ini mengangap bahwa perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya.
c. Periode akuntansi (accounting periode) adalah kegiatan perusahaan yang disajikan dalam laporan keuangan disusun per periode pelaporan.
10
d. Kesatuan pengukuran (measurent). Konsep ini menganggap bahwa semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan dalam bentuk unag (dalam artian mata uang yang digunakan adalah dari negara tempat perusahaan berdiri).
e. Bukti yang objektif (objektive evidences) informasi yang terjadi harus disampaikan secara objektif. Suatu informasi dikatakan objektif apabila informasi dapat diandalkan, sehingga informasi yang disajikan harus disajikan pada bukti yang ada.
f. Pengungkapan sepenuhnya (full disclousere) konsep ini menganggap bahwa hal-hal yang berhubungan dengan laporan keuangan harus diungkapkan secara memadai.
g. Konsistensi (concistency) konsep ini menghendaki bahwa perusahaan harus menerapkan periode akuntansi yang sama dari suatu periode ke periode yang lain agar laporan keuangan dapat diperbandingkan.
h. Realisasi (matching expense with revenue) prinsip ini mempertemukan pendapatan periode berjalan dengan dengan bahan periode berjalan untuk mengetahui berapa besar laba-rugi periode berjalan (Bahri, 2016: 2-4)
4. Peranan Akuntansi
Akuntansi menyajikan informasi keuangan secara kuantitatif dan relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Baik dalam mengukur keberhasilan perusahaa, maupun membuat rencana dimasa yang akan datang. Pimpinan perusahaan memerlukan catatan dan laporan akuntansi dalam menentukan sejauh mana hasil-hasil yang dicapai sesuai rencana (Sadeli, 2015:3).
5. Pentingnya Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi yang diterima umum merupakan pedoman dalam menyusun laporan keuangan. Dengan adanya prinsip akuntansi, terdapat korelasi pada informasi yang dihasilkan. Hal ini karena adanya suatu keseragaman cara, metode, dan prosedur untuk mengolah
transaksi-11
transaksi, sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya (Sadeli, 2015:4).
6. Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan serangkaian kegiatan akuntansi yang dilakukan secara sistematis, dimulai dari pencatatan akuntansi sampai dengan penutupan pembukuan. Secara rinci, kegiatan yang membentuk siklus akuntansi dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Menganalisis transaksi perusahaan dan menyiapkan bukti pembukuan (dokumentasi).
b. Mencatat akun kebuku jurnal. c. Memposting akun ke buku besar. d. Menyusun neraca saldo.
e. Membuat jurnal penyesuaian. f. Menyusun neraca lajur. g. Menyusun laporan keuangan. h. Membuat jurnal penutup.
12 Kegiatan-kegiatan dalam siklus akuntansi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Siklus Akuntansi (Pura,2013:18) Dokumen / bukti transaksi Siklus Kegiatan Pencatatan & Pengolongan Peringkasan Media Pelaporan Buku Jurna l Buku Besar Neraca Saldo Neraca Lajur Jurnal Penyesuaian Pelaporan Laporan Keuangan Jurnal pembelian Jurnal Penjualan Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Penerimaan Kas Jurnal Memorial
Buku Pembantu
Buku Bantu Utang Buku Bantu Piutang
Laporan
Laba-Rugi Lap. Ekuitas/ Lb. Ditahan Laporan Neraca
Laporan Arus Kas Neraca Penutup Jurnal Balik Jurnal Penutup
13
B. Akuntansi Keuangan
1. Pengertian Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi perusahaan sampai dihasilkan laporan keuangan secara periodik yang berpedoman kepada standar akuntansi keuangan. Laporan keuangan itu dapat digunakan sebagai informasi internal maupun eksternal perusahaan (Sumarsan, 2013:5).
2. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia mengadopsi IFRS (international financial reporting standard)
Para pemakai laporan keuangan, seperti: invesror, kreditur, analisis keuangan, dan penguna laporan keuangan lainya mengharuskan adopsi standar akuntansi yang memberikan informasi berkualitas tinggi, transparan dan dapat diperbandingkan. Pengunaan seperangkat standar akuntansi berkualitas tinggi akan memberikan fasilitas investasi dan pengambilan keputusan ekonomis lainya melewati lintas batas, meningkatkan efisiensi pasar, dan mengurangi biaya untuk peningkatan modal. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) semangkin menjadi perangkat standar akuntansi yang diterima secara global untuk memenuhi kebutuhan dunia dengan bertanbahnya pasar modal global yang terintegrasi.
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) telah diadopsi oleh lebih 120 negara, dengan pengadopsian IFRS oleh Amerika yang dijadwalkan pada tahun 2016. Konvergensi standar akuntansi keuangan ke IFRS yang tak terhindari, akan tetapi sebagian besar perusahaan bahkan belum memulai prosesnya.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia mulai tahun 2012 telah mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standard) sepenuhnya. Perusahaan di Indonesia mengunakan Standar Akuntansi keuangan IFRS (SAK-IFRS) dan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Standar Akuntansi Keuangan IFRS digunakan
14
oleh perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam bursa efek Indonesia, perusahaan perbangkan, perusahaan asuransi dan perusahaan yang memiliki tanggung jawab kepada publik (Sumarsan, 2013: 2-3).
3. Tujuan Laporan Keuangan
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat di percaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan dalam mengentimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktifitas pembelanjaan dan penerimaan.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan (Sugiri, 2013:4-6).
4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Laporan keuangan berisikan informasi keuangan yang pada hakikatnya adalah informasi kuantitatif. Agar informasi tersebut berguna bagi pemakai, informasi tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif. Dengan karakteristik kualitatif tersebut, informasi kualitatif dalam laporan keuangan dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Menurut PSAK No. 1, ada empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
15
a. Dapat di Pahami
Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Untuk dapat dipahami para pemakai laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.
b. Dapat Dibandingkan
Untuk dapat menganalisis tren kinerja entitas dan melihat posisi entitas dalam lingkungan usaha, pemakai perlu membandingkan laporan keuangan entitas antar periode yang membandingkannya dengan entitas lain, maka pengukuran dan penyajian transaksi dan peristiwa lain harus dilakukan secara konsisten antar periode dan konsisten dengan entitas lain.
c. Relevan
Agar bermangfaat, informasi harusnya relevan bagi penerima atau penguna dalam mengambil suatu keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan. Suatu proses menghasilkan informasi memerlukan biaya, tenaga dan waktu. Suatu informasi yang tidak relevan kecuali menimbulkan pemborosan juga malah dapat menyesatkan pengambilan keputusan.
d. Kendala
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi dapat dikatakan berkualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur tentang sesuatu yang seharusnya atau secara wajar dapat disajikan. Agar penyajian informasi dapat dikatakan andal harus memenuhi pernyataan berikut:
16
1) Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan informasi yang menyajikan dengan jujur dan wajar transaksi dan peristiwa lainya yang seharusnya disajikan.
2) Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi dan peristiwa lain seharusnya disajikan sesuai dengan substansi dan realisasi ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dari bentuk hukum.
3) Netralitas
Informasi digujakan untuk kebutuhan umum pemakai serta bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
4) Pertimbangan Sehat
Dalam ketidak pastian penyusunan laporan keuangan harus mengunakan pertimbangan yang sehat.
5) Kelengkapan
Agar dapat diandalkan informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan mempertimbangkan biaya penyusunan.
6) Penyajian Wajar
Laporan keuangan harus mengambarkan atau menyajikan dengan wajar posisi keuangan, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas. Penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi yang sesuai akan menghasilkan laporan keuangan yang wajar (Martani, dkk, 2012: 37).
C. AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS NIRLABA
1. Konsep Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45
Menurut IAI dalam PSAK No. 45 revisi 2016, karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang
17
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau mangfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang telah diberikan. Akibat dari karakteristik tersebut, timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam entitas bisnis.
Meskipun tidak memiliki kepemilikan, entitas nirlaba menandai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atau jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah dan kepastian arus kas menjadi ukuran kinerja penting bagi penguna laporan keuangan, seperti kreditur dan pemasok dana lain. Entitas tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan entitas bisnis pada umumnya.
Pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan entitas bisnis, yaitu untuk menilai jasa yang diberikan oleh entitaas nirlaba dan kemampuanya untuk terus memberikan jasa tersebut dan cara menejer melaksanakan tanggung jawab dan aspek kinerjanya. Kemampuan keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, aset neto, dan informasi aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini menyajikan secara terpisah aset neto yang terkait maupun yang tidak terkait pengunaannya. Pertanggung jawaban manajer mengenai kemampuan mengelila sumber daya entitas nirlaba yang diterima dari para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam aset neto.
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba. Dengan adanya pedoman pelaporan, diharapkan laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi. Pernyataan ini
18
berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh entitas nirlaba yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Sumber daya entitas berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan mangfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
b. Menghasilkan barang atau jasa tampa bertujuan untuk mendapatkan laba.
c. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis. 2. Tujuan Laporan Keuangan Entitas Nirlanba
Menurut PSAK No. 45 revisi 2016, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberi sumberdaya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali anggota, kreditur dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba. Pihak penguna laporan keuangan memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:
a. Jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuanya untuk terus memberikan jasa tersebut.
b. Cara menejer melaksanakan tanggung jawab dan aspek lain dari kinerjanya.
Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan adalah untuk menyajikan informaasi mengenai a. Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba.
b. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat aset neto.
c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu periode dan hubungan antar keduanya.
d. Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang mempengaruhi likuiditasnya.
19
3. Istilah-Istilah yang Digunakan dalam PSAK No. 45
Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam PSAK No. 45 sebagai berikut:
a. Pembatasan Permanen
Pembatasan permanen yaitu pembatasan pengunaan sumber daya yang diterapkan oleh pemberi sumber daya yang tidak pengharapkan pembayaran kembali agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi entitas nirlaba diizinkan untuk mengunakan sebagian atau semua pengkasilan atau mangfaat ekonomik lain yang berasal dari sumber daya tersebut.
b. Pembatasan Temporer
Pembatasan temporer yaitu pengunaan sumber daya oleh pemberi daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai terpenuhinya keadaan tertentu.
c. Sumber Daya Tidak Terikat
Sumber daya tidak terikat yaitu sumber daya yang pengunaanya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali.
d. Sumber Daya Terikat
Sumber daya terikat yaitu sumber daya yang pengunaanya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atupun temporer.
4. Laporan Keuangan yang Dihasilkan
Adapun laporan keuangan yang dihasilkan menurut PSAK No. 45 adalah sebagai berikut:
a. Laporan posisi Keuangan (Neraca) 1) Tujuan laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas dan aset neto serta informasi
20
mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan lain dapat membantu pemberi sumber daya tidak mengharapkan pembayaran kembali anggota, kreditur dan pihak lain untuk menilai:
a) Kemampuan entitas nirrlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan.
b) Likuiditas, fleksibelitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajiban dan kebutuhan pendapatan eksternal.
c) Kemampuan memenuhi kewajiban, dilihat dari jumlah utang serta harta lancar yang dapat digunakan untuk melakukan pelunasan utang.
Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan total aset, liabilitas dan aset neto. 2) Klasifikasi Aset dan Liabilitas
Laporan posisi keuangan termasuk catatan atas laporan keuanga, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibelitas keuangan, dan hubungan antara aset dan liabilitas. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan mengumoulkan aset dan liabilitas yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh entitas nirlaba biasanya melaporkan masing-masing unsur aset dalam kelompok yang homogen, seperti :
a) Kas dan setara kas
b) Piutang pasien, pelajar, anggota dan penerima jasa lain c) Persediaan
d) Sewa, asuransi, dan jasa lain yang dibayar dimuka e) Intrumen keuangan dan investasi jangka panjang
f) Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lain yang digunakan untuk menghasilkan barang jasa.
21
Kas atau aset lain yang dibatasi pengunaanya oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali disajikan secara terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat pengunaanya. Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut:
a) Menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas, dan liabilitas berdasarkan jatuh tempo.
b) Mengelompokkan aset kedalam kelompok lancar dan tidak lancar, dan liabilitas kedalam kelompok jangka pendek dan jangka panjang.
c) Mengunakan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh tempo liabilitas termasuk pembatasan pengunaan aset dalam catatan atas laporan keuangan.
3) Klasifikasi Aset Neto Terikat dan tidak Terikat
a) Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, yaitu terkait secara permanen, terikat secara temporer atau tidak terikat.
b) Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.
c) Pembatasan temporer terhadap aset, seperti tanah atau karya seni, yang diberikan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau aset yang diberikan investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang pengunaanya dibatasi secara permanen atau di sajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok
22
kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi milik abadi.
d) Pembatasan temporer terhadap sumber daya berupa aktivitas operasi tertentu, investasi untuk jangka waktu tertentu, pengunaan selama periode tertentu dimasa depan atau pemerolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang pengunaanya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan pengunaan.
e) Aset neto tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap pengunaan aset neto tidak terikat dapat berasal dari sifat entitas nirlaba. Informasi mengenai batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan (PSAK No.45 revisi 2016).
b. Laporan Aktivitas 1) Tujuan Laporan
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, hubungan antar transaksi dan peristiwa lain dan bagaimana pengunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dalam pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainya, dapat membantu memberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali anggota, kreditur, dan pihak lain untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, menilai upaya, kemampuan dan
23
kesinambungan entitas nirlaba dan memberikan jasa, dan menilai pelaksanaan tangung jawab dan kinerja manejer.
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset neto dalam laporan aktivitas tercemin pada aset neto dan ekuitas dalam posisi keuangan. 2) Perubahan Kelompok Aset Neto
a. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
b. Pendapatan dan keuntungan yang menambah aset neto, serta beban dan kerugian yang mengurangi aset neto.
3) Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan, dan Kerugian
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika pengunaanyadibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, dan menyajikan beban sebagai aset neto tidak terikat (PSAK No.45 revisi 2016).
c. Laporan Arus Kas
1) Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menjajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
a. Aktifitas Pendanaan
1) Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali yang pengunaanya dibatasi dalam jangka panjang.
2) Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan investasi yang pengunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi.
24
3) Bunga dividen yang dibatasi pengunaanya dalam jangka panjang.
4) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas, misalnya sumbangan berupa bangunan dan aset investasi.
b. Aktivitas Investasi
Aktivitas ini meliputi pemberian dan penagihan pinjaman, pembelian atau perwakafan tanah, bangunan, dan peralatan, yakni aktiva yang digunakan untuk menyelengarakan pelayanan bagi masyarakat. pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi harus dilakukan agar menyajikan seberapa besar arus kas yang telah dikeluarkan untuk memperoleh sumber daya yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan masa depan organisasi sektor pablik. c. Aktivitas Pembelanjaan/Pembiayaan (financing)
Meliputi perolehan sumber daya, pemberian layanan bagi masyarakat, meminjam uang atau membantu masyarakat yang memerlukan dan membayar kembali jumlah yang dipinjam, serta memperoleh dan membayar sumber-sumber lainya. aktivitas pembiayaan merupakan pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan harus dilakukan agar berguna dalam memprediksi klaim-klaim atas arus kas masa depan oleh dana yang tersedia untuk organisasi sektor pablik.
d. Aktivitas Operasi
Meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam aktivitas investasi serta pembiayaan. Aktivitas operasi umumnya meliputi penyediaan layanan. Arus kas dari aktivitas operasi umumnya adalah dampak kas dari transaksi dan peristiwa lain yang diperhitungkan. Jumlah arus kas bersih yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama
25
seberapa besars operasi suatu organisasi sektor pablik didanai oleh hibah dan donor yang dilayani oleh organisasi sektor pablik (PSAK No.45 revisi 2016).
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan keuangan diatas yang bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan ini berupa perincian dari suatu perkiraan yang disajikan. Catatan atas laporan keuangan memberikan rincian nama aset, liabilitas, aset neto.
Catatan atas laporan keuangan juga digunakan untuk memberi informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dilakukan seperti metode penyusutan apa yang digunakan dalam menghitung biaya depresiasi aktiva tetap, berapa estimasi usia pakai aktiva (Nainggolan, 2007:69).
D. Yayasan
1. Pengertian Yayasan
Keberadaan yayasan dalam masyarakat untuk mencapai berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai kegiatan, maksud dan tujuannya, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2008 tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang yayan.(Undang-Undang Nomor 63 Tahun 2008 Tentang pelaksanaan Undang-Undang tentang yayasan).
Yayasan merupakan salah satu jenis dari organisasi nirlaba. Yayasan memiliki orientasi yang berbeda-beda tergantung tujuan
26
yayasan tersebut. Dalam berbagai tempat, kebanyakan yayasan yang sering di jumpai adalah yayasan berorientasi pendidikan dan keagamaan, atau bahkan keduanya, seperti sekolah, taman pengajian, serta pondok pesantren (wahyuningsih, dkk, 2018: 515).
2. Jenis-Jenis Pendapatan Yayasan
Menurut Nainggolan (2007:81), pendapatan yayasan dibagi atas tiga kategoti yaitu:
a. Pendapatan tidak terikat
Pendapatan yayasan yang masuk dalam kategori tidak terikat merupakan pendapatan yang sama dengan pendapatan dalam perusahaan komersial. Dengan demikian, pengunaan endapatan ini tergantung pada kebijakan manajemen atau internal yayasan. Termasuk dalam pendapatan yang tidak terikat adalah sumbangan yang tidak terikat dan pendapatan usaha sendiri.
Sumbangan atau donasi yang diterima yang tidak menyebutkan limitasi atau pengunaan yang diinginkan oleh pemberinya adalah sumbangan yang termasuk dalam golongan sumbangan tidak terikat. Dengan demikian yayasan memiliki kebebasan penuh untuk mengaslikasikan pengunanya.
b. Pendapatan terikat sementara
Pendapatan ini umumnya diperoleh dari lembaga donor yang secara khusus menyebutkan tujuan pengunaanya serta jangka waktu pengunaanya.
c. Pendapatan terikat permanen
Kategori sumber dana lain adalah sumber dana dari batasan atau retriksi permanen. Sumber dana ini biasanya diperoleh dengan batasan yang jelas untuk pengunaanya dan dan di asumsikan bahwa waktu pengunaanya selamanya. Artinya, hanya untuk tujuan yang dimaksud dan berlaku selamanya. Misalnya, suatu yayasan yang memperoleh donasi dalam bentuk gedung kantor yang diberikan
27
batasan bahwa gedung tadi hanya boleh digunakan untuk kegiatan operasional yayasan. Dengan semikian gedung tidak boleh diperjual belikan baik sekarang maupun dimas depan untuk alasan apapun.
3. Konsep Yayasan Panti Asuhan
Yayasan adalah badan hukum yang didirikan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Pendirian yayasan diawali dengan pemisahan harta kekataan pendiri untuk dimasukkan sebagai modal awal yayasan. Pemisahan harta kekayaan pendiri kedalam yayasan tidak dapat diberi makna investasi karena secara filosofi pendirian yayasan bersifar nirlaba. Karakteristik badan hukum yayasan sebagai berikut:
a. Yayasan sebagai badan hukum, yayasan adalah badan hukum yang tergolong badan hukum privat.
b. Kekayaan yang dipisahkan, elemen utama dari yayasan adalah harta kekayaan yang di pisah dari kekayaan pendirinya.
c. Tujuan pendirian yayasan, ditujukan untuk tujuan tertentu dalam lingkungan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
d. Pendirian yayasan dan anggaran dasar (Simamora, 2012: 176-180).
E. Penelitian Yang Relevan
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung yang menurut peneliti perlu di jadikan bagian tersendiri adalah peneliti terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini. Fokus penelitian terdahulu yang di jadikan acuan adalah terkait dengan masalah peneranpan pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK N0. 45 pada yayasan. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian beberapa hasil jurnal yang telah di publikasikan melalui internet
28
ataupu penelitian terdahulu yang membahas tentang penerapan psak 45 anta lain:
Chenly Ribka S. Pontoh (2013) yang berjudul penerapan laporan keuangan organisasi nirlaba berdasarkan psak no 45 pada gereja BZL. Penelitian ini memaparkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah laporan keuangan yang ada di gereja BZL menyusun laporan keuangan sesuai dengan tata dasar dan peraturan gereja, hal ini bearti gereja BZL belum menerapkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan format penyusunan laporan keuangan nirlaba. Dan gereja BZL tidak menyajikan laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Norita Citra Yuliarti (2014) yang berjudul studi penerapan PSAK No. 45 yayasan panti asuhan yabappenatim jember. Penelitian ini memaparkan bahwa panti asuhan yabappenatim belum membuat catatan atas laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45.
Moh Farih Zamroni (2015) yang berjudul penyusunan laporan keuangan dalam perspektif PSAK No. 45 di yayasan darul mustaghitsin . pada penelitian ini peneliti memaparkan objek yang digunakan dalam penelitiannya yaitu berupa yayasan yang memiliki trasparansi sehingga pencatatan atas jurnal, pengakuan, pengukuran, penilaian, penyajian dan pengungkapan atas laporan keuangan yang dimiliki dapat diketahui dan diberikan rekomendasi agar laporan keuangan yang dimiliki sesuai dengan pencatatan standar akuntansi keuangan yang berlaku di indonesia.
Tinungki dan Pusung (2014) dengan judul penerapan laporan keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 pada panti sosial tresna werdha hana. Penelitian ini menunjukan bahwa laporan keuangan yang ada pada panti sisial tresna werdha hana belum sesuai dengan penyusunan laporan keuangan berdasarkan format laporan keuangan nirlaba yang ada pada PSAK No.45. laporan keuangan yang ada berupa laporan pengeluaran, laporan realisasi dan laporan posisi kas.
29
Ronny Hendrawan (2011) melakukan penelitian berjudul Analisis Penerapan PSAK NO. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Rumah Sakit Berstatus Badan Layanan Umum di RSUD Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan perhitungan antara laporan keuangan BLU RSUD Kota Semarang dengan PSAK No. 45. PSAK NO. 45 dapat diterapkan secara penuh dalam laporan keuangan BLU khususnya rumah sakit.
Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menerapkan PSAK NO. 45 yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, perbedaan dari penelitian ini terletak pada lokasi, metode penelitian dan data yang digunakan, perbedaan lokasi dan data yang di teliti tersebut yang akan menghasislkan informasi serta hasil penelitian yang berbeda sesuai dengan keadaan yayasan yang di teliti
30
F. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah pemikiran peneliti yang sistematis dari hasil deskripsi teoritik dan penjelasan operasional variabel kerangka berfikir peneliti adalah
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir
Laporan Keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum belum
dicatat berdasarkan PSAK No. 45
Menyusun laporan Keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
berdasarkan Dengan PSAK No.45
Laporan Posisi Keuangan Laporan Aktivitas Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Arus Kas
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) yang berbentuk deskriptif kualitatif. Adapan penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan turun langsung kelapangan untuk memperoleh data-data yang relefan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini tentang penerapan PSAK No. 45.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum yang beralamat di Jl. Sudirman Tigo Tumpuak Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Penelitian untuk penulisan skripsi ini yang berlangsung dari bulan Oktober 2018 sampai dengan September 2019 .dapat dilihat pada tabel berikut:
32 Tabel 3. 1
Time Scedule Penelitian
No Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep
1 Survei awal
2 Pembuatan proposal
3 Proses bimbingan seminar
4 Seminar proposal
5 Revisi pasca seminar
6 Penelitian
7 Bimbingan skripsi
9 Munaqasyah
33
C. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah diri peneliti sendiri dan alat bantu yang digunakan seperti, buku, pena. Pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode-metode penelitian seperti dokumentasi, studi pustaka, artikel dan jurnal dari penelitian terdahulu. Dokumentasi adalah suatu metode terpenting dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang berasal dari catatan-catatan tertulis seperti profil atau sejarah yayasan, struktur kepengurusan yayasan dan pencatatan dan pelaporan keuangan yayasan.
D. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber data penelitian yang penulis peroleh secara tidak langsung dari sumber aslinya. Sumber data dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah lima Kaum Tahun 2018.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Metode wawancara
Dalam penelitian ini yang dilakukan wawancara langsung dan tanya jawab dengan bendahara Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum untuk mengetahui tentang sejarah atau profil pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan yakni mengumpulkan data-data, dokumen-dokumen, laporan keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Tahun 2018.
34
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, data lapangan dan dokumtasi, dengan cara mengelompokkan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2014: 42).
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dari sumber data sekunder peneliti mengamati dan menganalisa pencatatan dan pelaporan keuangan yayasan yang disajikan oleh yayasan panti asuhan muhammadiyah lima kaum serta menyesuaikan dengan PSAK No. 45 mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan nirlaba.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan wawancara dengan pihak yayasan panti asuhan muhamadiyah lima kaum untuk memperoleh data dan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitia. Serta mengumpulkan informasi mengenai gambaran umum yayasan panti asuhan muhamadiyah lima kaum.
2. Mengumpulkan data mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan yayasan yang di lakukan oleh yayasan muhammadiyah lima kaum. 3. Penulisan penerapan penyususnan laporan keuangan yayasan yang
mengacu pada pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 45 tentang pencatatan dan pelaporan keuangan nirlaba, dimulai dari pencatatan transaksi, pencatatan ke jurnal umum, posting kebuku besar dan neraca saldo. Dimana dalam PSAK No. 45 ada empat komponen yang akan disajikan seperti:
35
a. Neraca ( Laporan Posisi Keuangan). Tabel 3. 2
Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember
(Dalam Jutaan Rupiah) ASET
Aset Lancar
Kas Dan Setara Kas XXX
Piutang Bunga XXX
Persediaan Dan Biaya Dibayar Dimuka XXX
Piutang Lain-Lain XXX
Investasi Jangka Pendek XXX
Aset Tidak Lancar
Properti Investasi XXX
Aset Tetap XXX
Investasi Jangka Panjang XXX
Jumlah Aset XXX
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang Dagang XXX
Pendapatan Diterima Dimuka Yang Dapat
Dikembalikan XXX
Utang Lain-Lain XXX
Utang Wesel XXX
Liabilitas Jangka Panjang
Kewajiban Tahunan XXX
Utang Jangka Panjang XXX
Jumlah Liabilitas XXX Aset Neto Tidak Terikat XXX Terikat Temporer XXX Terikat Permanen XXX
Jumlah Aset Neto XXX
Jumlah Liabilitas Dan Aset Neto XXX
36
b. Laporan Aktivitas.
Tabel 3. 3
Entitas Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember (Dalam Jutaan Rupiah)
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT Pendapatan
Sumbangan XXX
Jasa Layanan
Penghasilan Investasi Jangka Panjang XXX
Penghasilan Investasi Lain-Lain XXX
Penghasilan Neto Investasi Jangka Panjang Belum
Direalisasi Lain-Lain XXX
Jumlah XXX
Aset Neto Yang Berakhir Pembatasanya
Pemenuhan Program Pembatasan XXX
Pemenuhan Pembatasan Pemerolehan Peralatan XXX
Berakhirnya Pembatasan Waktu XXX
Jumlah XXX Jumlah Pendapatan XXX Beban Program A XXX Program B XXX Program C XXX
Manajemen Dan Umum XXX
Pencairan Dana XXX
Jumlah Beban XXX
Kerugian Akibat Kebakaran XXX
Jumlah XXX
Kenaikan Aset Neto Tidak Terikat XXX
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER
Sumbangan XXX
Penghasilan Investasi Jangka Panjang XXX
Penghasilan Neto Terealisasi Dan Belum Terealisasi
Dari Investasi Jangka Panjang XXX
Kerugian Aktuarial Untuk Kewajiban Tahunan XXX
37
Kenaikan / Penuruna Aset Neto Terikat Temporer XXX
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT PERMANEN
Sumbangan XXX
Penghasilan Investasi Jangka Panjang XXX
Penghasilan Investasi yang Sudah dan Belum Terealisasi XXX Kenaikan/ Penurun Aset Neto Terikat Permanen XXX
KENAIKAN ASET NETO XXX
ASET NETO AWAL TAHUN XXX
ASET NETO AKHIR TAHUN XXX
Sumber: PSAK No. 45 Revisi 2016
c. Laporan Arus Kas
Tabel 3. 4
ENTITAS NIRLABA Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember (dalam jutaan rupiah)
AKTIVITAS OPERASI
Kas Dan Pendapatan Jasa XXX
Kas Dari Pemberi Sumber Daya XXX
Kas Dari Piutang Lain-Lain XXX
Bunga Dan Dividen Yang Diterima XXX
Penerimaan Lain-Lain XXX
Bunga Yang Dibayarkan XXX
Kas Yang Dibayarkan Kepada Karyawan Dan Supplier XXX
Utang Lain-Lain Yang Dilunasi XXX
Kas Neto Yang Diterima (Digunakan) Untuk Aktivitas
Investasi XXX
AKTIVITAS INVESTASI
Ganti Rugi Dari Asuransi Kebakaran XXX
Pembelian Peralatan XXX
Penerimaan Dari Penjualan Investasi Pembelian Investasi
Kas Neto Yang Diterima (Digunakan Untuk Aktivitas
Investasi XXX
AKTIVITAS PENDANAAN
38
Investasi Dalam Endowment XXX
Investasi Dalam Endowment Berjangka XXX
Investasi Bangunan XXX
Investasi Perjanjian Tahunan XXX
XXX Aktivitas Pendanaan Lain:
Bunga Dan Dividen Berbatas Untuk Reinvestasi XXX
Pembayaran Kewajiban Tahunan XXX
Pembayaran Utang Wesel XXX
Pembayaran Liabilitas Jangka Panjang XXX
Kas Neto Yang Diterima (Digunakan) Untuk Aktivitas
Pendanaan XXX
KENAIKAN (PENURUNAN) NETO DALAM KAS
DAN SETARA KAS XXX
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN XXX
KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN XXX
Sumber: PSAK No.45 Revisi 2016
d. Catatan Atas Laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan yang merupakan informasi tentang pos-pos dalam laporan pos-posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas. Keempat komponen tersebut yang akan penulis terapkan pada Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum karena yayasan tersebut belum menerapkan pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 45.
39 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Sejarah Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Panti Asuhan Muhammadiyah adalah suatu panti dengan status swasta yang beramat di Jalan Sudirman Jorong Tigo Tumpuk Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum merupakan suatu tempat pelayanan kesejahteraan sosial dibawah naungan perserikatan muhammadiyah, dulu bernama majelis pembina kesejahteraan umat, dan saat ini bernama majelis pelayanan sosial muhammadiyah lima kaum.
Keberadaan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum merupakan peralihan atau melanjutkan usaha panti asuhan Nurul Qaiyum yang resmi dibubarkan pada awal juli 2006. Sebelum Panti Asuhan Nurul Qaiyum dibubarkan, maka pengurus Panti Asuhan Nurul Qaiyum menawarkan kepada pimpinan muhammadiyah lima kaum kiranya menerima dan melanjutkan pengelolaan dan pembinaan anak asuh yang sudah ada, yang diganti namanya dengan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum.
2. Visi dan Misi Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
Visi
Membentuk generasi yang Islami, beriman, bertaqwa, dan berakhlaqul karimah dan menjadi contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
40
a. Membentuk pribadi anak asuh menjadi pribadi yang selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, menurut tuntunan Al-Quran dan sunnah Rasulullah SWA.
b. Menjadikan anak asuh sebagai panutan dan contoh teladan di tengah masyarakat dengan memperteguh keimanan, mempergiat ibadah dan mempertinggi akhlaq..
c. Membina dan mengerakkan anak asuh sebagai generasi muda ke arah yang positif, sehingga menjadi manusia yang berguna kedua orang tua, agama, nusa, dan bangsa.
d. Meningkatkan harkat, martabat dan kualitas anak asuh menurut tuntunan islam dengan bekal keterampilan atau keahlian.
e. Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa di bidang sosial, pengembangan masyarakat dan kesejahteraan.
41 3. Susunan Pengurus Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum
Gambar 4. 1
Susunan Pengurus Yayasan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Ketua
Hariyadi, S.Ag, M.I. Kom
Wakil Ketua Drs. M. Nasir Naid
Bendahara H. Yunan Sekretaris
Antoni Aries, S.Ag, M.Pd
Seksi Keterampilan Tono Arianto. S. Hut
Yulhendri Seksi Pendidikan Bulkisman, S. Ag Dra. Yasmainar Seksi Humas Tarmizi S.Ag Misriadi S. Ps.I Seksi Dakwah Drs. H. Ermanto Hj. Asiah Ramli Seksi Dana Hj. Konstituante Amril. S. Ag
42 B. Laporan Keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Berdasarkan PSAK 45
Untuk memudahkan menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Penulis melakukannya sesuai dengan siklus akuntansi, yaitu membuat jurnal, buku besar, neraca saldo, ayat jurnal penyesuaian dan seterusnya, langkah awal yang di lakukan yaitu:
1. Jurnal Umum Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum Tabel 4. 1 Jurnal Umum
Panti Asuhan Muhammadiyah Lima Kaum P er 31 Desember 2018
Hal 1 Jan-18
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
01-Jan-18 Beban Konsumsi (Belanja Dapur) 513 Rp 235.000
Kas 111 Rp 235.000
04-Jan-18 Kas 111 Rp 100.000
Aset Neto Tidak Terikat (Sumbangan) 421 Rp 100.000
Beban Konsumsi (Belanja Dapur) 513 Rp 45.000 Beban Lain-Lain (Cetak Foto) 519 Rp 100.000
Beban Komunikasi 526 Rp 203.000
Kas 111 Rp 348.000
05-Jan-18 Kas 111 Rp 400.000
Aset Neto Tidak Terikat (Infak) 422 Rp 400.000
Beban Trasportasi (Ojek) 520 Rp 20.000
Kas 111 Rp 20.000
06-Jan-18 Kas 111 Rp 100.000
43
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Beban Konsumsi (Belanja Dapur) 513 Rp 65.000
Kas 111 Rp 65.000
07-Jan-18 Kas 111 Rp 190.000
Aset Neto Tidak Terikat(Sumbangan) 421 Rp 190.000
Beban Belanja Harian Anak 514 Rp 97.000 Beban Konsumsi (Belanja Dapur) 510 Rp 500.000
Kas 111 Rp 597.000
08-Jan-18 Kas 111 Rp 313.000
Aset Netto Tidak Terikat (Infak) 422 Rp 313.000
09-Jan-18 Beban Trasportasi (Ojek) 515 Rp 10.000
Kas 111 Rp 10.000
10-Jan-18 Beban Trasportasi (Ojek) 515 Rp 8.000
Kas 111 Rp 8.000
Beban Trasportasi (Ke Padang Panjang) 515 Rp 40.000 Beban Konsumsi (Belanja Dapur) 513 Rp 25.000
Perlengkapan (Spanduk) 113 Rp 30.000
Beban Konsumsi (Beli Kelapa) 512 Rp 10.000
Beban Komunikasi 526 Rp 12.000
Kas 111 Rp 117.000
11-Jan-18 Beban Belanja Harian Anak 514 Rp 50.000
Kas 111 Rp 50.000
12-Jan-18 Kas 111 Rp 275.000
Aset Neto Tidak Terikat (Infak) 422 Rp 275.000
Kas 111 Rp 80.000
Aset Neto Tidak Terikat (Sumbangan) 421 Rp 80.000