• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah STT Tawangmangu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Sejarah STT Tawangmangu"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah STT Tawangmangu

STT Tawangmangu merupakan pengembangan dari Sekolah Alkitab Tawangmangu (SAT) yang didirikan oleh Rev. Dal dan Dorothy Walker pada tahun 1968. Rev. Dal dan Dorothy Walker memimpin dan menyelenggarakan SAT dari tahun 1968 sampai tahun 1980.

Semangat untuk medirikan SAT pada saat itu dikarenakan adanya temuan di lapangan dimana

“pekerja-pekerja” injil masih jarang di Indonesia, sementara “tuaian” sudah menguning. Selang beberapa waktu lamanya setelah kematian dari Rev. Dal Walker, maka kepemimpinan dijalankan oleh ibu Dorothy Walker. Kemudian pada tahun 1983 tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada Rev. Samuel dan Carolyn Soukotta. Hingga saat ini, kedua figur ini masih terus menjadi pimpinan tertinggi di STT Tawangmangu.

Tujuan didirikannya STT Tawangmangu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga pelayan Tuhan yang berkarakter Kristus, serta bersedia melayani Tuhan sesuai dengan rencana Allah. Sejak tahun 1985 sampai saat ini, masa pendidikan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai awal bulan Desember untuk semester Gasal, dan bulan Januari sampai awal bulan Mei untuk semester genap. Pada tahun 1993 SAT memasuki masa transisi dari SAT menjadi ST3 atau STT Tawangmangu dalam upaya mengikuti kebijakan pemerintah yang berlaku. Pada tahun yang sama, STT Tawangmangu memulai perkuliahan bagi mahasiswa angkatan I, dan baru menyelesaikan wisuda pertamanya pada tahun 1997.

Perubahan nama tersebut, dari SAT menjadi ST3 atau STT Tawangmangu tidak mengubah semangat para pendiri (founding father) untuk memenuhi visi dan misinya dalam untuk mendidik, mencetak dan menghasilkan hamba Tuhan yang berkarakter Kristus, berjalan dalam karunia Roh serta siap melayani di manapun diutus oleh Nya. STT Tawangmangu menyelenggarakan dua prodi saitu prodi Teologi dan prodi pendidikan agama Kristen dengan beban mata kuliah sebanyak 148 SKS, yang ditempuh selama 8 sampai 14 semester (maksimal waktu pendidikan selama 7 tahun) dengan gelar Sarjana Teologi (S.Th) dan Sarjana PAK (S.Pd). Saat ini STT Tawangmangu juga menyelenggarakan program kuliah intensif (non reguler) dengan gelar sarjana teologi (S.Th) yang dibuka pada tahun akademik 2023/2014 dan untuk program sarjana pendidikan kristen (S.Pd) dimulai pada tahun 2014/2015. Program perkuliahan non-reguler ini dikhususkan bagi para paktisi gereja atau warga gereja yang tidak dapat mengikuti sistem perkuliahan reguler (asrama). STT Tawangmangu saat ini memiliki 12 dosen tetap dan 3 dosen tidak tetap, tenaga kependidikan terdiri dari 12 orang, serta fungsionaris 6 orang.

(2)

Penyusunan dan Laporan Keuangan STT Tawangmangu

Dalam pelaporan dan pencatatannya, STT Tawangmangu hanya mencatat pemasukan dan pengeluaran serta menyajikan 3 Laporan Keuangan. Pertama, membuat jurnal umum yang adalah formulir khusus digunakan untuk mencatat semua aktivitas transaksi keuangan, dicatat secara kronologis sesuai urutan tanggal dengan mencantumkan kelompok kode perkiraan, nama transaksi dan nominal di kolom debit & kredit. Jurnal umum itu sendiri memiliki tujuan untuk memudahkan proses pemindahan dampak transaksi yang terjadi ke dalam sebuah kode perkiraan sesuai transaksi. Kedua, pencatatan Cashes and Banks serta rekonsiliasi Bank digunakan untuk input transaksi yang terkait dengan kas dan bank, seperti transaksi kas masuk dan kas keluar, transfer kas, rekonsiliasi bank. Transaksi kas masuk akan menambah saldo rekening kas/bank sebagai akibat dari adanya transaksi ini, seperti setoran mahasiswa, penerimaan uang hibah dari donatur, pengembalian hutang karyawan, dan lain-lain. Transaksi kas keluar akan mengurangi saldo rekening kas/bank sebagai akibat dari adanya transaksi ini, seperti pembayaran listrik/telepon, pembayaran gaji atau pembelian asset. Rekonsiliasi bank adalah suatu proses untuk menghilangkan perbedaan saldo dari hasil pencatatan transaksi bank menurut STT Tawangmangu dengan laporan rekening koran dari bank. Yang terakhir yaitu yang ketiga adalah pencatatan laba rugi. Adapun siklus pendapatan STT Tawangmangu, pertama, menyusun jenis biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa berdasarkan masing- masing tingkat pendidikan (Tingkat 1, II, III dan IV), kedua, melakukan penagihan lewat invoice dan terbaru mahasiswa dapat melihat jumlah penagihan melalui sistem informasi akademik (SIA), dan ketiga, mencatat dan hanya mengakui transaksi saat kas diterima meskipun perkuliahan sudah dan sedang berjalan (jasa sudah diberikan kepada customer).

Siklus pengeluaran di STT Tawangmangu melalui beberapa tahap yaitu; pertama, di awal tahun masing-masing unit membuat RAB, kedua, saat diperlukan unit yang bersangkutan membuat form verifikasi pengajuan kepada Wakil Ketua II, ketiga bendahara mencatat bon sementara terhadap uang yang sudah keluar dan keempat, jika transaksi telah selesai dan laporan diterima oleh bendahara maka akan dilakukan pencatatan pengeluaran kas sehingga terdapat pengakuan biaya sebagai kas keluar.

Faktor utama mengapa STT Tawangmangu hingga kini masih menggunakan sistem cash basis meski disediakan fasilitas sistem keuangan disebabkan beberapa hal, pertama karena SDM yang kurang memadai atau tidak mempuni sebab sepanjang tahun berdirinya STT Tawangmangu, semua staff bagian keuangan termasuk Wakil Ketua II masih berlatarbelakang Theologi. Masih belum ada yang memenuhi kualifikasi pendidikan yang linear dengan bagian

(3)

keuangan. Kedua karena tidak adanya keinginan untuk belajar mengenai Akuntansi Keuangan, ketiga, kurangnya dukungan dan perhatian terhadap tenaga kependidikan khususnya dibagian keuangan dalam hal memberikan berbagai pelatihan ataupun pendampingan oleh pihak yang sudah senior dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku dan diberlakukan oleh pemerintah untuk entitas nirlaba.

Selanjutnya, laporan keuangan yang telah di susun kemudian dilaporkan kepada Yayasan untuk mendapatkan penandatanganan sebagai salah satu upaya pengendalian agar keuangan tetap terpantau dan dijaga kredibilitasnya. Adapun yang termasuk dalam pencatatan pelaporan keuangan adalah catatan penerimaan dan pengeluaran dari kas kecil dan kas besar serta catatan mutasi bank baik itu pendapatan dari mahasiswa, hibah atau sumbangan maupun pendapatan yang diperoleh dari Yayasan, sedangkan pencatatan pengeluaran meliputi; biaya akomodasi asrama mahasiswa, biaya internet, biaya telepon, biaya gas LPJ, biaya pembangunan serta biaya lainnya.

Dalam laporannya, STT Tawangmangu belum memiliki catatan tersendiri mengenai catatan hutang, piutang, catatan mengenai aset serta penyusutannya hingga catatan lainnya yang diperlukan agar pihak staheholder yang membacanya dapat jelas dan mengerti, namun STT Tawangmangu hanya melaporkan keuangannya secara cash basis dengan mengakui dan mencatat penerimaan saat uang diterima serta mencatat pengeluaran atau penggunaan dana saat transaksi benar-benar terjadi.

Analisis SWOT di Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Penelitian lapangan kualitatif dilakukan di Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu untuk melihat aspek-aspek laporan keuangan dan menyesuaikannya dengan laporan keuangan berdasarkan ISAK No.35. Responden penelitian ini adalah Ketua Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu, Wakil Ketua II, Kabag Keuangan dan staff dari Kantor Audit Payamta (KAP) sedangkan objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu.

Ketua STT Tawangmangu menyebutkan berkaitan dengan proses pencatatan dan penyajian laporan keuangan di STT Tawangmangu, ketua STT Tawangmangu mengatakan bahwa saat ini STT Tawangmangu sudah mulai mengalami kemajuan dengan adanya tuntutan administrasi keuangan yang transparan dan akuntabel STT Tawangmangu ditunjukan dengan

(4)

adanya aplikasi sistem informasi akademik (SIA) dengan basis PSAK 45. Meski STT Tawangmangu sudah memakai sistem informasi tersebut, yang sebelumnya STT Tawangmangu hanya melaporkan keuangannya dengan metode cash basic, ketua STT Tawangmangu mengatakan masih ada kendala atau masalah lainnya yaitu belum adanya SDM yang mempuni dalam hal ini SDM yang sesuai dengan kualifikasi di bidang keuangan & belum ada sertifikasi yang dipenuhi sehingga hal itu yang menjadi concern utama dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dengan harapan adanya SDM yang memenuhi kualifikasi setidak- tidaknya S1 Akuntansi ataupun S1 Managemen. Tidak terpenuhinya kualifikasi SDM berpengaruh dalam proses pencatatan keuangan STT Tawangmangu yang belum memenuhi standar akuntansi yang ditetapkan oleh pemerintah. STT Tawangmangu dikatakan kuat karena adanya peran dari alumnus yang memiliki kepedulian dan kontribusi bagi almamater mereka yang berdampak baik pada jumlah penerimaan mahasiswa baru di kampus sebab sebagian besar mereka yang datang untuk belajar dan menempuh pendidikan berasrama di STT Tawangmangu berasal dari utusan atau rekomendasi para alumni. Mengingat hal itu ketua STT Tawangmangu menyebutnya sebagai satu keunggulan bagi STT Tawangmangu jika dibandingkan dengan kompetitor lainnya, terlebih jika mengingat ada pengaruh yang signifikan bagi keuangan di STT Tawangmangu sehingga lembaga ini dapat terus berjalan. Di samping itu ketua STT Tawangmangu menyebutkan bahwa dengan adanya transparansi dalam pelaporan keuangan bagi stakeholders dalam hal ini yang dimaksud seperti para donatur, sponsorship, dan alumni yang berkontribusi dapat mempertahankan citra sekolah. Ketua STT Tawangmangu juga setuju bahwa peran dari dukungan konsultan luar seperti kantor audit yang telah bekerjasama dengan STT Tawangmangu, peraturan kemendagri serta berbagai pelatihan guna pemenuhan sertifikasi bagian keuangan menjadi peluang besar yang terbuka bagi STT Tawangmangu untuk dimanfaatkan. Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi STT Tawangmangu jika dibandingkan dengan kompetitor lainnya adalah yang pertama, STT lain memberikan beasiswa penuh 100% sedangkan STT Tawangmangu terbatas, hanya sebesar 80% dari seluruh biaya pendidikan dengan demikan mempengaruhi jumlah penerimaan mahasiswa baru. Kedua, kinerja dan kebijakan sistem akuntansi STT Tawangmangu yang belum sempurna terhadap accrual basic, ketiga, belum adanya sinergitas antara Yayasan dengan STT Tawangmangu, unit kerja yang satu dengan yang lainnya dalam menyampaikan data-data keuangan.

Di sisi lain, Wakil ketua II STT Tawangmangu mengatakan bahwa pencatatan keuangan sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan dengan alasan setiap perguruan tinggi

(5)

harus memenuhi standar akuntansi yang diberlakukan oleh pemerintah. Wakil Ketua II menuturkan bahwa kelemahan STT Tawangmangu ada pada tata kelola, penyusunan rancangan anggaran, sistem keuangan yang perlu ditingkatkan dan lebih update mengikuti perkembangan zaman serta proses pelaporan keuangan kepada pihak Stakeholder yang membutuhkan. STT Tawangmangu juga kurang adanya perluasan jaringan atau net working sehingga berjalan lebih lambat hal itu dapat dilihat saat dibandingkan dengan STT lainnya khususnya yang ada di wilayah Jawa Tengah yang unggul karena mereka selangkah lebih maju dalam berjejaring. Selain itu, peran Yayasan dalam memayungi STT Tawangmangu dikatakan masih minim, dilihat dari keterlibatannya dalam berbagai aspek dan belum masih belum mapan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di STT Tawangmangu. Namun, hal baik dikatakan oleh Wakil ketua II bahwa disamping adanya kelemahan dalam proses penyusunan laporan keuangannya ada keunggulan dalam pengendalian internal sebab dalam pelaporan keuangannya diawasi oleh Yayasan, kemudian diawasi dan dilakukan audit mutu internal (AMI), selain itu, terpantau juga dalam badan penjaminan mutu (SPMI), dan yang terakhir adanya audit eksternal. Wakil ketua II menyebutkan bahwa ada peluang yang potensial bagi STT Tawangmangu ditandai dengan biaya pendidikan yang terjangkau, adanya kerjasama dengan kantor audit serta adanya sertifikasi.

Kabag Keuangan mengatakan bahwa pencatatan, pelaporan dan penyajian keuangannya sesuai dengan standard atau kebijakan yang ada dalam STT Tawangmangu, namun STT Tawangmangu dikatakan belum memenuhi standar tertentu yang diakui atau yang ditetapkan oleh pemerintah, hal itu terbukti nyata saat STT Tawangmangu melakukan proses akreditasi dan divisitasi oleh utusan kementrian agama (kemenag).

Selain wawancara dengan Ketua, Wakil Ketua II serta kabag keuangan STT Tawangmangu, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu staff dari kantor audit eksternal yang memiliki pengalaman melakukan audit terhadap laporan keuangan di STT Tawangmangu dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2021. Menurut penuturannya, proses pelaporan keuangan di STT Tawangmangu masih banyak yang harus dibenahi agar sesuai dengan standar akuntansi. Hal itu ditandai dengan banyaknya transaksi manual dan belum ada pembukuan tersendiri berkaitan dengan pencatatan aset tetap, hutang, piutang, penyusutan dan lain sebagainya. Selain itu, berdasarkan pengalaman mengaudit beberapa sekolah tinggi, khususnya daerah Jawa Tengah, STT Tawangmangu dikatakan masih tertinggal dengan STT lainnya sebab utamanya adalah masih cash basis dan perlu adanya perbaikan. Namun, berdasarkan pengalaman melakukan audit di STT Tawangmangu, dikatakan bahwa STT

(6)

Tawangmangu baik sebab pelaporan keuangannya tidak rumit seperti perusahaan atau instansi lainnya, selain itu STT Tawangmangu juga terbuka, saat di minta informasi langsung diberikan tidak seperti instansi lainnya yang sulit dan terlihat menutup-nutupi ataupun menunda memberikan keterangan informasi yang diinginkan sehubungan dengan audit. Selain itu, keunggulan atau kelebihannya dalam pencatatan keuangannya STT Tawangmangu mencatat semua transaksi secara detail, tidak hanya nota saja. Namun yang sangat disayangkan, STT Tawangmangu sudah memiliki sistem yang memadai namun kurang dikembangkan, kurang memahami alur pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi nirlaba, untuk itu perlu adanya pengembangan serta pendampingan pembuatan laporan keuangan.

Peluang yang ada di STT Tawangmangu terdapat pada pengelola atau SDM nya. Adanya keinginan untuk maju dan memperbaiki laporan keuangannya, terlebih hal tersebut sangat berpengaruh pada stakeholders yang akan membaca laporan keuangan tersebut. Di samping itu, hal yang harus diwaspadai adalah sistem pencatatan yang masih cash basis belum accrual basis. Suatu saat jika laporan keuangan STT Tawangmangu dibutuhkan maka stakeholders yang membacanya akan bingung. Oleh karena itu KAP memberikan beberapa saran dalam audit managemen letter STT Tawangmangu. KAP juga menuturkan dalam buku penilaiannya bahwa keadaan administrasi keuangan serta sistem pengendalian intern perusahaan secara umum sudah cukup baik, namun selama pemeriksaan berlangsung ditemukan beberapa hal yang kurang maksimal dalam fungsinya yang perlu mendapat perhatian managemen untuk ditingkatkan. STT Tawangmangu sudah memiliki sistem Akuntansi akan tetapi belum maksimal dalam penggunaan aplikasi tersebut. Adanya keterbatasan staff dan kompetensinya yang masih kurang sehingga menyebabkan aplikasi akuntansi belum dapat digunakan secara maksimal sehingga berdampak pada catatan akuntansi serta beberapa laporan keuangan yang dihasilkan masih sangat kurang informatif. Dengan demikian disarankan agar perlu dimaksimalkan penggunaan aplikasi tersebut dengan melakukan pelatihan terhadap karyawan bidang Akuntansi. Pihak audit juga memberi saran, karena sudah disosialisasikan untuk melaporkan keuangan menggunakan ISAK 35, alangkah baiknya STT Tawangmangu mengikuti agar kemudian dapat mengerti secara gamblang bagaimana posisi keuangan STT Tawangmangu dengan demikian diharapkan adanya perbaikan dan kemajuan dalam mengelola keuangan beserta penyajian laporan keuangannya. Jika STT Tawangmangu menggunakan penyajian laporan keuangan berbasis ISAK 35, saat di lakukan audit pada waktu akreditasi, laporan keuangan yang disediakan lebih dapat diterima serta memungkinkan untuk mendapatkan poin atau nilai plus pada bagian keuangan sehingga dapat meningkatkan rating STT Tawangmangu pada saat re-akreditasi.

(7)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara narasumber, dapat disusun sebuah matrik internal mengenai kekuatan dan kelemahan, sebagai berikut :

Tabel 1

Matriks Internal analisis SWOT (Kekuatan & Kelemahan)

No Kekuatan Keterangan

1

Lembaga ini dibangun tidak hanya bertujuan sebagai lembaga pendidikan formal namun juga sebagai lembaga pendidikan karakter

Lembaga ini memiliki asrama untuk mahasiswa & mahasiswi yang menempuh pendidikan S1 Theologi dan Pendidikan

2 Beasiswa bagi siswa berprestasi dan 3T

Tersedia beasiswa bagi siswa berprestasi dan orang yang sungguh-sungguh ingin belajar dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar)

3 Menggunakan sistem

keuangan yang memadai

Unit keuangan melaporkan keuangannya dengan dibantu sistem keuangan Whizeva dan SIA.

4

Ketersediaan tenaga kependidikan di bagian keuangan yang cukup

Staff yang bekerja di bagian keuangan cukup untuk menyelesaikan pelaporan keuangan

5 Flowchart yang jelas Adanya pengawasan yang ketat dalam proses pengelolaan keuangan

No Kelemahan Keterangan

1 Masih menggunakan cash basis dan bukan accrual basis

Dalam melaporkan keuangannya, lembaga ini masih menggunakan laporan cash basis yang hanya mencatat pendapatan dan pengeluaran

2 SDM yang belum memenuhi kualifikasi

Unit keuangan belum memenuhi kualifikasi ataupun sertifikasi yang linear dalam melakukan pekerjaannya 3

Kemampuan tata kelola dan managerial masih sangat rendah

Keterbatasan dan ketidaksinkronan dalam tata kelola serta managerial lembaga baik hubungan antar lembaga maupun hubungan lembaga dengan Yayasan.

4 Net working yang lemah

Kurang mampu melakukan perluasan jaringan ataupun kerjasama sehingga lembaga ini lemah dan tertinggal

5 Belum memenuhi standard akuntansi

Laporan keuangan yang disajikan belum memenuhi standard Akuntansi yang sesuai untuk instansi nirlaba yaitu ISAK 35

(8)

Berikutnya dapat disusun rumusan peluang serta ancaman dalam analisis eksternal sebagai berikut:

Tabel 2

Matriks Eksternal analisis SWOT (Peluang dan Ancaman)

No Peluang Keterangan

1

Masyarakat luas yang menginginkan suatu lembaga pendidikan dengan landasan pendidikan karakter

banyak kenakalan dikalangan remaja

2 Biaya pendidikan yang terjangkau

Dibandingkan dengan instansi lainnya yang masih terbilang cukup mahal 3 Dukungan KAP

Adanya dukungan dari KAP untuk memperbaiki penyajian laporan keuangan agar menjadi WTP

4 Peran alumni

kepedulian dan kontribusi alumni bagi almamater mereka yang berdampak baik pada jumlah penerimaan mahasiswa baru di kampus

5 Pelatihan dan sertifikasi

Pelatihan dan sertifikasi akuntansi untuk tenaga kependidikan berdampak pada proses penyajian laporan keuangan

No Ancaman Keterangan

1 Lembaga pendidikan sejenis

Semakin banyak lembaga pendidikan sejenis yang mengacu pada landasan pendidikan karakter dan memakai sistem boarding school

2 Kebijakan sistem akuntansi STT Tawangmangu

Kebijakan sistem akuntansi STT Tawangmangu belum sempurna terhadap accrual basis

3 Keterbatasan pemberian beasiswa

Beasiswa yang diberikan hanya 80%

berbeda dengan pesaing lain yang memberikan beasiswa penuh atau sama dengan100%

4 Internal control lemah Audit internal yang masih lemah 5 Sinergitas lemah

Unit kerja terlambat dalam menyampaikan laporan keuangannya serta ada biaya yang timbul di luar RAB.

(9)

Pengumpulan data telah selesai, proses selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisa SWOT yang dituang dalam bentuk matriks dengan merumuskan variabel strength, weakness, opportunity and threath dengan susunan; SO, WO, ST dan WT.

Tabel 1

Rumusan variabel SWOT

No

Internal

STRENGTH (S) WEAKNESS (W) Eksternal

1 OPPORTUNITY (O)

STRATEGI SO STRATEGI WO

- Mengembangkan lembaga

pendidikan dengan landasan pembentukan karakter sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang menginginkan lembaga pendidikan dengan dasar pembentukan karakter

Manfaatkan pelatihan dan sertifikasi agar SDM tenaga kependidikan unit keuangan

memenuhi persyaratan

sertifikasi yang linear agar dapat menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang diberlakukan

- Manfaatkan biaya

pendidikan yang terjangkau untuk 3T

Menjalin

hubungan baik dengan para alumni yang telah lulus dan melalui itu

mengembangkan serta memperluas jaringan (net working) salah satunya agar dapat mengikuti

perkembangan dan peraturan

pemerintah terkait pelaporan

keuangan

(10)

- Memaksimalkan dukungan dari KAP untuk mengembangkan sistem keuangan yang memadai dan mengubah laporan keuangan dari cash basis menjadi accrual basis serta menyesuaikannya dengan standar akuntansi nirlaba yaitu ISAK 35

Meningkatkan internal control termasuk

menyesuaikan proses pelaporan keuangan STT Tawangmangu

Tabel 2

Rumusan variabel SWOT

2 THREAT (T)

STRATEGI ST STRATEGI WT

- Melakukan inovasi

dan pengembangan sehingga memiliki nilai lebih dan mampu bersaing dengan lembaga lain yang sejenis

- Meningkatkan

kemampuan dalam menyusun laporan keuangan agar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu ISAK 35 sehingga laporan keuangan dapat diterima oleh stakeholder

Gunakan flowchart untuk memaksimalkan dan memperbaiki pelaporan keuangan serta kebijakan sistem akuntansi

Tingkatkan sinergitas antar unit, perbaiki tata kelola dan proses pelaporan keuangan agar dapat memperbaiki kinerja dan memajukan lembaga pendidikan ini

Melalui analisis yang telah dilakukan diharapkan STT Tawangmangu terus berusaha untuk meningkatkan kekuatan STT Tawangmangu salah satunya dengan memperbaiki pencatatan laporan keuangan dari cash basis menjadi accrual basis berbasis ISAK 35 secara komprehensif agar dapat menekan dan mengatasi kelemahan yang ada, serta memanfaatkan setiap peluang untuk mengantisipasi ancaman yang akan dihadapi oleh STT Tawangmangu.

Pencatatan laporan keuangan Sekolah tinggi teologi tawangmangu dicatat dengan menggunakan sistem aplikasi Whizeva dan dilaporkan setiap bulan kepada Yayasan. Laporan keuangan disusun oleh bendahara dan ketua bendahara kemudian ditandatangani oleh ketua bendahara yang selanjutnya diserahkan kepada wakil ketua II Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu untuk disetujui dan ditandatangani, terakhir laporan keuangan diserahkan kepada Yayasan. Adapun laporan keuangan yang disajikan oleh Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu dengan cash basis meliputi; laporan laba rugi serta bukti lampiran rekening koran bank. Rekomendasi yang dapat diberikan agar catatan laporan keuangan STT

(11)

Tawangmangu memenuhi standar yang diberlakukan yaitu sesuai dengan ISAK 35 setidaknya harus mencatat beberapa laporan seperti laporan posisi keuangan, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan.

Evaluasi penyajian laporan keuangan STT Tawangmangu dengan ISAK 35

Berikut evaluasi penyajian laporan keuangan berdasarkan ISAK 35 secara komprehensif Tabel 1

Evaluasi penyajian laporan keuangan berdasarkan ISAK 35

No Kriteria ISAK No. 35 STT Tawangmangu

S TS

1 Paragraf 01

Laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba yang mencakup laporan posisi keuangan, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan

2 paragraf 02

dalam laporan keuangan menggunakan istilah

"penghasilan komprehensif" untuk menunjukkan jumlah surplus (defisit) dan penghasilan komprehensif lain.

laporan keuangan STT Tawangmangu dalam pencatatannya belum menggunakan istilah "penghasilan komprehensif" untuk menunjukkan jumlah surplus (defisit)

3 paragraf 03

untuk tujuan penyederhanaan, laporan keuangan hanya memberikan penyajian tunggal dalam bentuk satu laporan

"penghasilan komprehensif" untuk menunjukkan jumlah surplus (defisit) dan penghasilan komprehensif lainnya

Laporan keuangan STT Tawangmangu belum menyajikan informasi keuangan mengenai laporan penghasilan komprehensif

Laporan Posisi Keuangan 2 paragraf 11

laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan total aset, liabilitas dan aset neto

dalam menyusun Laporan Keuangan STT Tawangmangu telah menyajikan total aset, liabilitas dan aset neto

paragraf 12

Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aset dan liabilitas. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aset dan karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. seperti;

a. Kas dan setara kas

b. Piutang,pelajar,anggota dan penerima jasa c. Persediaan

d. Sewa asuransi dan jasa lain yang dibayar e. Surat berharga dan investasi jangka f. Tanah,gedung,peralatan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa

laporan keuangan yang di susun oleh STT

Tawangmangu belum relevan dengan standar ISAK No.

35

laporan keuangan yang di susun oleh STT

Tawangmangu belum relevan dengan standar ISAK No.

35

Laporan posisi keuangan STT Tawangmangu relevan ditandai dengan adanya perhitungan total aset, liabilitas dan aset neto Kesesuaian Keterangan

Proses penyusunan laporan keuangan yang dibuat oleh STT Tawangmangu hanya mencakup laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas, laporan rugi laba

Laporan Keuangan STT Tawangmangu belum membuat laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto dan catatan atas laporan keuangan

3

STT Tawangmangu juga mengelompokkan aset dan liabilitas kedalam kelompok yang relatif homogen sepert kas, tanah, gedung, dan peralatan.

Laporan posisi keuangan STT Tawangmangu menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan diklasifikasikan kedalam pencatatan aset dan liabilitas.

(12)

Keterangan : S : Sesuai TS : Tidak Sesuai

Tabel 2

Evaluasi penyajian laporan keuangan berdasarkan ISAK 35

(13)

Tabel 3

Evaluasi penyajian laporan keuangan berdasarkan ISAK 35

paragraf 13

Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut:

a. Menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas, dan liabilitas berdasarkan tanggal b. Mengelompokkan aset ke dalam kelompok lancar dan tidak lancar, dan liabilitas ke dalam kelompok jangka pendek dan jangka c. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh tempo liabilitas termasuk pembatasan penggunaan aset, dalam catatan atas laporan keuangan.

5 paragraf 14

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, yaitu: tanpa pembatasan (without restrictions) dari sumber daya dan dengan pembatasan (with restrictions) dari sumber daya

STT Tawangmangu dalam laporan keuangannya belum memberikan pembatasan atau pembedaan berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan dari sumber daya

6 paragraf 15

Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan diungkapkan dengan menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan

STT Tawangmangu belum menggunakan pelaporan aset neto berdasarkan pembatasan dan menuangkannya dalam catatan laporan keuangan

7 paragraf 16

Pembatasan terhadap aset, seperti tanah atau karya seni, yang diberikan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual;

atau aset yang diberikan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi.

STT Tawangmangu belum mencatat pembatasan terhadap aset, tanah dan mencatatnya dalam catatan laporan keuangan. STT Tawangmangu hanya mencatat dan mengakui hibah dari Yayasan juga donatur tetap dan tidak tetap.

STT Tawangmangu belum mengelompokan aset neto berdasarkan pemberian batasan dari sumber daya

Informasi keuangan aset neto beserta batasannya belum dicatat dalam catatan atas laporan keuangan sehingga dalam catatan ini STT Tawangmangu belum sesuai dengan standar yang berlaku yaitu ISAK 35

STT Tawangmangu belum membuat laporan aset dan likuiditas serta melakukan pembatasan sehingga belum sesuai dengan standar yang berlaku yaitu ISAK 35

4

Laporan aset dan likuiditas yang disajikan dalam laporan keuangan oleh STT Tawangmangu telah sesuai dengan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan No. 35 Informasi yang diberikan berkaitan

dengan pengelompokan aset dan likuiditas telah disajikan dengan baik beserta pengungkapannya

(14)

Tabel 4

Evaluasi penyajian laporan keuangan berdasarkan ISAK 35

8 paragraf 17

Pembatasan terhadap sumber daya berupa aktivitas operasi tertentu; investasi untuk jangka waktu tertentu; penggunaan selama periode tertentu di masa depan; atau pemerolehan aset tetap; dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunannya dibatasi secara atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya.

STT Tawangmangu belum mencatat pembatasan terhadap sumber daya seperti pemerolehan aset tetap dan menyajikannya dalam catatan atas laporan keuangan

9 paragraf 18

Aset neto tanpa pembatasan umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset neto umumnya disajikan

STT Tawangmangu belum mencatat aset neto tanpa pembatasan seperti pendapatan jasa, sumbangan, dan dikurangi beban serta belum membuat Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Arus Kas 20 Paragraf 34

Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2:

Laporan Arus Kas atau SAK ETAP Bab 7 dengan tambahan berikut ini:

1. Aktivitas Pendanaan:

a. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali yang penggunaannya dibatasi dalam b. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan c. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya dalam jangka panjang.

2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas, misalnya sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.

STT Tawangmangu belum mencatat keuangan berdasarkan pembatasan sumber daya oleh karena itu belum sesuai dengan standar ISAK 35

Pencatatan aset neto tanpa pembatasan STT Tawangmangu belum sesuai dengan standar ISAK 35

STT Tawangmangu belum mencatat laporan Arus Kas secara komprehensif sehingga belum sesuai dengan standar yang berlaku yaitu ISAK 35

STT Tawangmangu belum membuat laporan arus kas seperti yang terlampir dalam PSAK No 2 Mengenai Laporan Arus Kas, dan mencatat aktivitas pendanaan serta pengungkapan informasi mengenai sumbangan beruoa bangunan atau aset investasi.

(15)

Setelah dilakukan analisis mengenai penyajian laporan keuangan STT Tawangmangu berbasis ISAK 35 dan dalam analisis penyajian laporan keuangan berdasarkan ISAK No. 35 STT Tawangmangu tidak memenuhi kriteria dalam penyajian laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba hanya laporan tertentu seperti laporan posisi keuangan dan laporan arus kas. Melalui evaluasi tersebut ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh STT Tawangmangu yaitu; pertama, paragraf 01,02,03, STT Tawangmangu perlu mencatat laporan posisi keuangan, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan agar jelas dan laporan keuangannya lebih mudah dimengerti. Kedua, STT Tawangmangu perlu mencatat penghasilan komprehensif guna menunjukkan jumlah surplus (defisit) serta penghasilan komprehensif lain. Ketiga, berdasarkan evaluasi paragraf 14,15,16,17,18 tentang pencatatan aset neto STT Tawangmangu perlu mencatat laporan posisi keuangan dengan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, yaitu: tanpa pembatasan (without restrictions) dari donatur, sponsor dan owner atau sumber daya dan dengan pembatasan (with restrictions) dari sumber daya seperti sponsorship mahasiswa, serta pencatatan pembatasan seperti aset, tanah, karya seni yang berasal dari hibah atau wakaf. Keempat, paragraf 34, STT Tawangmangu perlu mencatat lpaoran arus kas dengan mencatat secara rinci mengenai aktifitas pendanaan dan membaginya sesuai dengan peruntukannya serta mengungkapkan aktivitas investasi dan pendanaan nonkas seperti pembangunan asrama dan juga ruang perpustakaan. Kelima, paragraf 10 & 13, STT Tawangmangu perlu mengupayakan pencatatan arus kas selama satu tahun akademik dan mengklasifikasikannya menurut aktifitas operasi investasi dan pendanaan.

Laporan Arus Kas (PSAK 2) 21 Paragraf 10

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan

STT Tawangmangu belum membuat laporan arus kas dan

mengklasifikasikannya menurut aktivitas operasi, investasi juga pendanaan.

22 Paragraf 13

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis

STT Tawangmangu belum membuat catatan tersendiri mengenai jumlah arus kas historis

Pencatatan laporan Arus Kas STT Tawangmangu belum sesuai dengan standar ISAK 35

Pencatatan laporan Arus Kas STT Tawangmangu belum sesuai dengan standar ISAK 35

(16)

STT Tawangmangu dalam proses pencatatan keuangannya belum secara komprehensif atau menyeluruh dan sesuai dengan standar yang berlaku sebab hanya menyajikan laporan keuangan, pencatatan aktivitas, belum mencatat laporan posisi keuangan, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Dengan demikian, untuk dapat menyusun laporan keuangan yang memenui standar terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh STT Tawangmangu dalam membuat laporan keuangan berdasarkan ISAK 35 secara komprehensif, yaitu;

Laporan posisi keuangan

Laporan posisi keuangan entitas nirlaba terdiri dari 3 unsur yaitu, aset, liabilitas dan aset neto. Pencatatan laporan keuangan dalam ISAK 35 terdapat 2 contoh format penyajian laporan keuangan dan masing-masing format memiliki keunggulan. Format yang pertama, yaitu format A, merupakan informasi penghasilan komprehensif yang disajikan tersendiri sebagai bagian dari aset neto tanpa pembatasan dari pemberi sumber daya. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan dalam laporan ini, jika penghasilan komprehensif lain berasal dari aset neto dengan pembatasan, maka entitas diharuskan menyajikan informasi penghasilan komprehensif lain tersebut sesuai dengan kelas aset netonya, berbeda dengan penyajian yang tertera dalam format B, bahwa Format B tidak menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri.

Laporan penghasilan komprehensif

ISAK 35 menggunakan istilah “Laporan penghasilan Komprehensif” untuk menggantikan sebutan “Laporan Aktivitas” yang tersusun dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK 45. Laporan penghasilan komprehensif memberikan gambaran terhadap kenaikan dan penurunan manfaat ekonomi entitas nirlaba yang bersumber dari pendapatan atau penerimaan dan pengeluaran atau beban. Contoh laporan penghasilan komprehensif juga terdapat dua format yang berbeda dan masing- masing memiliki keunggulan. Format A menyajikan informasi dalam bentuk kolom tunggal dengan memberi

(17)

keuntungan bahwa format ini memberikan kemudahan dalam menyusun laporan keuangan secara komparatif atau dengan format B yang menyajikan laporan keuangan sesuai dengan klasifikasi aset neto.

Laporan perubahan aset neto

Laporan perubahan aset neto merupakan istilah lain dari laporan perubahan ekuitas yang terdapat dalam laporan keuangan pada entitas bisnis suatu usaha yang berorientasi pada profit atau keuntungan. Pengelompokan aset neto dalam entitas nirlaba dikelompokkan dalam dua bagian yaitu; pertama, Aset neto tanpa pembatasan dari pemberi sumber daya, dan kedua, aset neto dengan pembatasan dari pemberi sumber daya.

Laporan Arus Kas

Enititas nirlaba juga harus membuat laporan arus kas seperti yang terdapat dalam laporan entitas bisnis. Laporan arus kas terbagi menjadi tiga aktivitas utama yaitu; pertama, aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan yang terakhir aktivitas pendanaan. Laporan arus kas dapat disusun dengan dua metode yang dapat dilakukan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

Catatan atas laporan keuangan – CALK

Catatan laporan keuangan mempunya tugas untuk memberikan keterangan terhadap laporan keuangan secara lebih terperinci. Catatan A menguraikan kebijakan pengungkapan yang diwajibkan sehingga Catatan B wajib disajikan. Disamping itu, Catatan C, D, dan E bertugas menyediakan informasi yang dianjurkan untuk diungkapkan oleh entitas tidak berorientasi kepada laba atau keuntungan. Adapun, pencatatan jumlah dicatat dalam jutaan rupiah. Catatan atas laporan keuangan kategori catatan A, berisi catatan mengenai entitas menyajikan hibah atau wakaf berupa kas atau aset lain sebagai sumbangan dengan pembatasan, dengan syarat jika hibah atau wakaf tersebut diterima dengan persyaratan pembatasan baik untuk penggunaan aset atau memiliki manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut. Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah, jika pembatasan dari pemberi sumber daya sudah tidak

(18)

berlaku atau kadaluarsa, terhitung pada saat masa pembatasan telah berakhir atau pembatasan terpenuhi, maka dengan demikian aset neto dengan pembatasan digolongkan kembali menjadi aset neto tanpa pembatasan dan dalam laporan perubahan aset neto disajikan sebagai aset neto yang dibebaskan dari pembatasan. Disamping itu, entitas menyajikan hibah atau wakaf berupa tanah, bangunan dan peralatan sebagai sumbangan tanpa pembatasan, kecuali jika ada pembatasan yang secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aset atau penggunaan manfaat ekonomik masa depan yang diperoleh dari aset tersebut yang didapatkan dari pemberi sumber daya. Hal yang perlu diperhatikan adalah hibah atau wakaf untuk aset tetap dengan pembatasan secara eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aset serta sumbangan berupa kas atau aset lain yang harus digunakan untuk memperoleh aset tetap disajikan sebagai sumbangan dengan pembatasan. Jika tidak ada pembatasan secara eksplisit dari pemberi sumbangan mengenai pembatsan jangka waktu penggunaan aset tetap tersebut, pembebasan pembatsan dilaporkan pada saat aset tetap tersebut dimanfaatkan.

Catatan B yang merupakan aset neto dengan pembatasan dari pemberi sumber daya atau owner yang dibatasi oleh periode atau jangka waktu tertentu. Catatan C yaitu aset neto yang dibebaskan dari pembatasan pemberi sumber daya disebabkan karena terjadinya satu beban tertentu untuk memenuhi tujuan pembatasan atau tercapainya periode waktu atau kejadian lain yang disyaratkan oleh pemberi sumber daya. Catatan D yaitu investasi dicatat pada nilai wajar. Catatan E merupakan suatu catatan atas laporan keuangan untuk beban yang terjadi.

Stewardship Theory dalam managemen keuangan di STT Tawangmangu

Teori stewardship sangat cocok dalam mendukung penelitian ini. Hal itu nampak saat seorang steward atau pelayan harus menyadari bahwa kepentingan dari principal merupakan kepentingan yang utama diatas segalanya termasuk kepentingan dari steward itu sendiri, sebab teori stewardship mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang didesain untuk menjelaskan situasi dimana manager sebagai steward bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik Dalam kaitannya, owner atau pemilik STT Tawangmangu ingin memajukan STT Tawangmangu, pertama-tama dimulai dengan menaikan nilai Akreditasi. Jika rencana tersebut ingin berjalan dengan baik, tentu ketua STT Tawangmangu harus memenuhinya dengan memperbaiki setiap lini yang ada termasuk bagian keuangan. Tidak saja hanya didasarkan pada pengertian itu sendiri, berdasarkan identifikasinya, seorang steward dikatakan sukses jika ia berhasil

(19)

mengidentifikasikan dirinya dengan atribut organisasi. Atribut itu sendiri berkontribusi terhadap image serta konsep diri sendiri secara individu. Seorang manager yang mengidentifikasikan diri dengan organisasi secara otomatis akan bekerja sedemikian rupa demi mencapai tujuan organisasi, memecahkan masalah, mengatasi hambatan yang mencegah tercapainya kesuksesan tugas dan tanggungjawab untuk pemenuhan keinginan dari principal atau owner itu sendiri. Disamping identifikasi, hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang steward adalah konsep komitmen organisasi. Secara proposisi seorang steward harus mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan menilai tinggi komitmen dalam hubungan principal – steward.

Referensi

Dokumen terkait

Yayasan secara periodik menyusun laporan keuangan yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan penhasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, dan laporan arus

 Laporan Penghasilan Komprehensif menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau pengurang aset neto

Laporan aktivitas adalah laporan yang menyajikan perubahan jumlah aset neto sela- ma suatu periode, dimana perubahan tersebut terjadi karena aktivitas yang terjadi

Risiko nilai tukar timbul sebagai akibat adanya Posisi Devisa Neto (PDN) laporan posisi keuangan konsolidasian dan rekening administratif baik pada sisi aset maupun

Laporan posisi keuangan merupakan laporan mengenai aset, liabilitas, dan aset neto serta informasi tentang unsur tersebut dalam jangka waktu tertentu. Informasi dari

Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, aset neto, dan

Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai pengurang

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, aset neto dan perubahan aset neto Dana Pensiun Bank