• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN PRIBADI, KELUARGA, SEKOLAH, MATA PELAJARAN FISIKA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Catria Yuliani NIM: 081424034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(2)
(3)
(4)

iv

Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

Bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa

kemenangan. (Yesaya, 41;10)

Jangan pernah menyerah dengan kegagalan dan jadikanlah kegagalan sebagai suatu pengalaman untuk memulai hidup yang lebih baik

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapa, Putera dan Roh Kudus Bunda Maria sebagai perantaraku kepada Tuhan Yesus Orang tuaku dan kakek nenekku tercinta yang selalu mendoakanku Kakakku Ika Fitriana yang selalu mendukungku My Lovely... Almamaterku Semua orang yang kukasihi

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN PRIBADI, KELUARGA, SEKOLAH, MATA PELAJARAN FISIKA, DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SISWA

Studi Kasus pada Siswa Kelas XII Tahun Ajaran 2012/2013 SMA Negeri 11 Yogyakarta

Catria Yuliani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) apakah ada hubungan antara keadaan pribadi siswa dengan prestasi belajar fisika siswa; (2) apakah ada hubungan antara keadaan keluarga siswa dengan prestasi belajar fisika siswa; (3) apakah ada hubungan antara keadaan sekolah siswa dengan prestasi belajar fisika siswa; (4) apakah ada hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa; (5) apakah ada hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta, pada bulan November 2013. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 6 di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jumlah siswa kelas XII IPA 2 ada 32 siswa dan kelas XII IPA 6 berjumlah 29 siswa. Sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi subyek penelitian berjumlah 61 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dokumentasi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Korelasi Product Moment Pearson dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terjadi hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah antara keadaan pribadi dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan r = -0,089 nilai sig (0,497>α); (2) terjadi hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan searah antara keadaan keluarga dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan r = 0,081, nilai sig (0,535>α); (3) terjadi hubungan yang cukup kuat, signifikan dan tidak searah antara keadaan sekolah dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan r = -0.256 nilai sig (0,046<α); (4) terjadi hubungan yang cukup kuat, signifikan dan tidak searah antara mata pelajaran fisika dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan r = -0.255 nilai sig (0,047<α); (5) terjadi hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan searah antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan r = 0,012 nilai sig (0,927>α).

(7)

vii

ABSTRACT

The Correlation of Personal Condition, Family, School, Physics Subject and Student’s Environment to Senior High Student’s Achievement in Physics

Case Studies on Class XII students in Academic Year 2012/2013 SMA 11 Yogyakarta

Catria Yuliani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The purpose of this research to find out: (1) whether personal condition of students has relationship with physics learning achievement (2) whether family circumstances of students has relationship with physics learning achievement (3) whether state school students has relationship with physics learning achievement (4) whether physics subjects has relationship with physics learning achievement (5) whether state of the environment students has relationship with physics learning achievement. The research was conducted in SMA N 11 Yogyakarta on November 2012. The subjects of this research were the students of grade XII IPA 2 and the students of grade XII IPA 6 of SMA N 11 Yogyakarta. They were 32 student from XII IPA 2 and 29 students from XII IPA 6. Data was collected using questionnaire and documentation. Research data was analyzed using Product Moment Pearson correlation analysis with significance level 5%.

The research result show that: (1) there is a weak relationship, no significant, and direct, personal of students with physics learning achievement , with r = -0,089 sig (0,497>α); (2) there is a weak relationship, no significant, and direct, family of students with physics learning achievement, with r = 0,081 sig (0,535>α); (3) there is a strong relationship, significant, and no direct, state school students with physics learning achievement, with r = -0,256 sig (0,046<α); (4) there is a strong relationship, significant, and no direct, physics subjects with physics learning achievement, with r = -0,255 sig (0,047<α); (5) there is a weak relationship, no significant and direct, state of the environment students with physics learning achievement, with r = 0,012 sig (0,927>α).

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Catria Yuliani

Nomor Mahasiswa : 081424034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN PRIBADI, KELUARGA, SEKOLAH, MATA PELAJARAN FISIKA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 Agustus 2013 Yang menyatakan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Keadaan Pribadi, Keluarga, Sekolah, Mata Pelajaran Fisika dan Lingkungan Masyarakat Siswa Dengan Prestasi Belajar Fisika”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Univrsitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang mendukung penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi, oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkatnya sehingga terselesaikan skripsi ini.

2. Bunda Maria yang telah mencurahkan berkat dan kasihnya sehingga terselesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran, serta

(10)

x

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk masa depan yang akan datang. 7. Ibu Drs. Baniyah selaku Kepala Sekolah SMA N 11 Yogyakarta yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Drs. Harjendro, ESJ. M.Pd. selaku guru di SMA N 11 Yogyakarta yang sudah rela meluangkan waktunya untuk membimbing selama penulis melakukan penelitian.

9. Para Staf Karyawan serta siswa-siswi kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 6 di SMA Negeri 11 Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

10. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendoakan, memberikan semangat, cinta dan kasihnya kepada penulis.

11. Kakak tersayang Mbak Ika yang telah dukungan dan semangat kepada penulis yang senantiasa mendambakan keberhasilanku.

12. Teman baikku Rusmi Togatorop yang selalu menemaniku dalam melakukan penelitian dan teman yang selalu menemaniku dalam suka dan duka.

13. Buat teman-temanku Pendidikan Fisika angkatan 2008 yang sudah menemaniku selama kuliah.

(11)

xi

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas segala bantuan dan dukungan serta doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis berusaha dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 12 Juni 2013

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 8

(13)

xiii

1) Faktor Jasmaniah ... 9

2) Faktor Psikologis ... 10

b). Faktor dari Luar Diri Siswa (Eksternal) ... 13

1) Faktor Keluarga ... 14

2) Faktor Sekolah ... 17

3) Mata pelajaran Fisika ... 25

4) Faktor Lingkungan Masyarakat ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subyek Penelitian ... 31

D. Design Penelitian ... 31

E. Variabel Penelitian dan Variabel Pengukuran ... 33

Variabel Penelitian ... 33

F. Instrumen ... 34

1. Kuesioner ... 34

2. Dokumentasi ... 41

G. Validitas ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Kegiatan ... 46

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Analisis Data ... 49

1. Hubungan Antara Keadaan Pribadi dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 49

(14)

xiv

2. Hubungan Antara Keadaan Keluarga dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 51 3. Hubungan Anatara Keadaan Sekolah dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 52 4. Hubungan Antara Mata Pelajaran Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 53 5. Hubungan Antara Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 54 D. Pembahasan ... 56 E. Keterbatasan Penelitian ………. 57 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 61

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi – kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan

masyarakat ... 34 Tabel 1.2 Penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif ... 43 Tabel 2.1 Hasil skor keadaan pribadi, keadaan keluarga,

keadaan sekolah, mata pelajaran fisika,

keadaan masyarakat dan nilai prestasi fisika siswa ... 46 Tabel 2.2 Korelasi Keadaan Pribadi Siswa Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 49 Tabel 2.3 Korelasi Keadaan Keluarga Siswa Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 50 Tabel 2.4 Korelasi Keadaan Sekolah Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 51 Tabel 2.5 Korelasi Mata Pelajaran Fisika Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 53 Tabel 2.6 Korelasi Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa Dengan

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema paradigma hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

LAMPIRAN 1 Surat Ijin penelitian dari dinas. ... 64

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian. ... 65

LAMPIRAN 3 Surat Permohonan Validasi ... 66

LAMPIRAN 4 Instrumen Validasi Desain Kuesioner ... 68

LAMPIRAN 5 Kuesioner Keadaan Pribadi, Keluarga, Sekolah, Mata Pelajaran Fisika, dan Keadaan Lingkungan Masyarakat 78 LAMPIRAN 6 Data Hasil belajar Siswa ... 84

LAMPIRAN 7 Tabel Penyekoran Keadaan pribadi ... 86

LAMPIRAN 8 Tabel penyekoran Keadaan Keluarga. ... 89

LAMPIRAN 9 Tabel penyekoran Keadaan Sekolah. ... 92

LAMPIRAN 10 Tabel penyekoran Mata pelajaran Fisika. ... 94

LAMPIRAN 11 Tabel penyekoran Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa ... 98

LAMPIRAN 12 Data Hasil Penelitian ... 101

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka (Muhibbin Syah, 1999: 1). Menurut Sudarwan Danim (2010: 3) pemerintah Republik Indonesia telah bertekad untuk memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara Indonesia menikmati pendidikan yang bermutu, tetapi sayangnya di Indonesia kualitas pendidikan masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain.Kenyataan itu menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi belajar siswa di Indonesia.

Menurut Slameto (2010: 54) untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan dipengaruhi faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1) faktor dari dalam diri siswa (seperti jasmaniah, psikologis); 2) faktor dari luar siswa (seperti keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan lingkungan masyarakat).

Fisika termasuk salah satu mata pelajaran yang “ditakuti” di kalangan siswa. Banyak teori, rumus dengan segala perhitungan dan kegiatan dalam mempelajari fisika sering membuat siswa menyerah di

(19)

tengah jalan dan tidak berminat menekuninya. Hal itu mengakibatkan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika relatif rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Dalam mempelajari mata pelajaran fisika dibutuhkan jasmani yang sehat. Karena orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan (Mubiar Agustin, 2011: 12). Selain jasmani yang sehat, faktor psikologis seperti minat juga berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Untuk itu adanya dorongan dari dalam diri individu juga sangat diperlukan, dorongan dari dalam inilah yang disebut motivasi. Dengan demikian, pelajaran fisika akan berhasil mencapai sasarannya jika siswanya mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar fisika, ia akan selalu terdorong untuk berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

Sedangkan faktor dari luar seperti faktor keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, seperti cara orang tua mendidik, dalam kegiatan belajar seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Karena dorongan dari orang tua dapat menolong seorang anak untuk mengembangkan kepercayaan dirinya sendiri. Relasi antar anggota keluarga juga turut mempengaruhi belajar anak, menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 178) hubungan antar anggota keluarga

(20)

yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan, tenang, tenteram dan penuh kasih sayang selain anak betah tinggal di rumah, juga akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 pasal 25 ayat 1 menyatakan, „pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah yang berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan.”(Ichsan,1996: 45).Status sosial ekonomi orang tua juga berpengaruh besar terhadap prestasi belajar anak. Dengan adanya perekonomian yang cukup, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya (Gerungan,1983: 182). Penelitian mengenai status ekonomi keluarga juga pernah di teliti oleh Matius Heru Wijayatno (2004) salah satu mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Kemampuan Berhitung Siswa Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX Semester I SMP Negeri 2 Belitang Hilir Kalimantan Barat, dengan sampel yang berjumlah 62 siswa dan hasil yang didapat yaitu tidak ada pengaruh antara tingkat penghasilan orang tua dengan prestasi belajar siswa.

Proses belajar memerlukan suatu fasilitas belajar yang memudahkan siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai prestasi

(21)

belajar yang optimal. Tentunya bagi siswa yang kurang mampu dan mempunyai minat yang tinggi dalam belajar haruslah kreatif dalam memanfaatkan keterbatasan yang dimilikinya dengan memanfaatkan fasilitas belajar yang ada di sekolah. Proses belajar mengajar akan berjalan lancar kalau ditunjang dengan sarana yang lengkap. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan, maka siswa-siswanya kurang bersemangat untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Tidak kalah penting juga peran guru, karena guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses penilaian belajar, untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar, guru diharapkan memiliki keterampilan dalam mengajar, karena keterampilan mengajar dianggap keterampilan yang amat penting untuk dikuasai oleh seorang guru (Raflis Kosasi,1984: 3-4).

Masyarakat adalah lingkungan ketiga bagi perkembangan jiwa siswa setelah keluarga dan sekolah, didalam masyarakat siswa menerima berbagai macam pengaruh, ada pengaruh positif dan pengaruh negatif dari masyarakat, misal pengaruh positif; jika di dalam suatu masyarakat kebanyakan anak-anaknya terpelajar, maka siswa tersebut juga akan terpengaruh terhadap teman-temannya, demikian juga sebaliknya apabila lingkungannya banyak anak yang tidak terpelajar, dan selalu melakukan hal-hal yang tidak baik, maka siswa tersebut juga akan terpengaruh akibatnya belajarnya terganggu (Slameto,2010: 71).Penelitian mengenai

(22)

lingkungan tempat tinggal siswa juga pernah dilakukan oleh salah satu mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma yaitu Wida Nurtiani (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Korelasi Lingkungan Tempat Tinggal Dengan Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas II di SMU N 1 Tirtonirmolo Kasihan Bantul” dan hasil yang diperoleh terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial tempat tinggal dengan prestasi belajar fisika di SMA.

Berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan bahwa keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa akan berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi berkenaan dengan hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika siswa di SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang diatas, penulis menuliskan rumusan masalah: 1. Apakah ada hubungan antara keadaan pribadi dengan prestasi

belajar fisika siswa?

2. Apakah ada hubungan antara keadaan keluarga dengan prestasi belajar fisika siswa?

3. Apakah ada hubungan antara keadaan sekolah dengan prestasi belajar fisika siswa?

(23)

4. Apakah ada hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa?

5. Apakah ada hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang disebutkan diatas. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara keadaan pribadi dengan prestasi belajar fisika siswa

2. Hubungan antara keadaan keluarga dengan prestasi belajar fisika siswa

3. Hubungan antara keadaan sekolah dengan prestasi belajar fisika siswa

4. Hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa

5. Hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian, masalah dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada: keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan lingkungan masyarakat siswa.

(24)

Sedangkan untuk prestasinya, peneliti mengambil nilai fisika yaitu pada nilai kenaikan kelas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan ada manfaat, antara lain bagi: 1. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna bagi sekolah dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar fisika.

2. Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar fisika. Guru dapat mengubah atau merancang suatu pembelajaran yang baru bagi siswa yang menarik dan tidak membosankan. Sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam belajar fisika.

3. Orang tua siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi para orang tua untuk menentukan langkah-langkah dalam membimbing anaknya agar dapat meningkatkan prestasi belajar. 4. Peneliti

Penelitian ini bisa menjadi acuan bagi peneliti, kelak apabila sudah menjadi guru, peneliti akan merancang suatu metode pembelajaran yang cocok bagi siswa.

(25)

8

BAB II DASAR TEORI

A. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu dilakukan suatu evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Menurut Winkel (1996) prestasi belajar seseorang merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi menurut Slameto (2010: 54-72) secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar siswa (eksternal).

(26)

a) Faktor dari dalam diri siswa (internal)

Faktor internal ini meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis.

Faktor dari dalam diri siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

1) Faktor jasmaniah

Menurut Mubiar Agustin (2011: 17) kondisi jasmaniah pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran. Gizi ini dapat dilihat apakah tiap hari anak selalu makan makanan empat sehat lima sempurna atau tidak, apakah setiap pagi anak selalu sarapan atau tidak, apakah anak selalu makan tiga kali sehari atau tidak. Menurut Ridwan Idris, seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna selain itu adanya cacat tubuh seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan dan lain sebagainya. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain (Slameto, 2010: 55).

(27)

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis ini terdiri dari faktor-faktor antara lain: faktor minat, motivasi dan kesiapan.

a) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus dan disertai rasa senang (Slameto, 2010: 57). Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya, siswa malas - malasan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah intensitas kegiatan belajar siswa. Menurut Nurhidayati (2006: 329) ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah. Diantaranya:

a. Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran fisika, maka ia akan mempelajari fisika dengan rasa yang sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajarinya. b. Perhatian dalam belajar

Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan obyek tersebut, misalnya,

(28)

seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran fisika, maka ia akan berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari guru.

c. Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik, guru yang pandai, baik, ramah, disipilin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid.

Jadi dapat disimpulkan untuk mengetahui minat: siswa tersebut selalu merasa senang selama pelajaran fisika, siswa selalu mengulang sendiri pelajaran fisika dirumah, siswa selalu memperhatikan penjelasan guru selama guru mengajar, siswa menyukai cara mengajar guru sehingga dapat menumbuhkan minat dalam diri siswa untuk belajar fisika.

b) Motivasi

Motivasi adalah setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang untuk meningkatkan kemampuannya secara maksimal, untuk mencapai tujuan (Ngalim Purwanto, 1990: 60). Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

(29)

berhubungan/menunjang belajar (Slameto, 2010: 58). Menurut Sardiman (1996: 83) mengemukakan motivasi yang ada disetiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas yaitu dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan tidak berhenti sebelum selesai;

b. Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa, tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai;

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah soal;

d. Lebih senang bekerja mandiri;

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (berulang-ulang sehingga kurang kreatif);

f. Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin dengan sesuatu;

g. Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Menurut Nurhidayati (2006: 14) siswa yang mempunyai motivasi tinggi, apabila nilai ujiannya tidak baik ia akan merasa menyesal dan marah pada diri sendiri, karena seharusnya ia dapat mencapai hasil yang lebih baik. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi rendah menganggap bahwa belajar hanya untuk menghindari kegagalan, jadi kalau ia mendapat nilai baik berarti hanya suatu keberuntungan saja.

(30)

Berdasarkan uraian ciri-ciri individu yang memiliki motivasi diatas dapat diambil kesimpulan aspek-aspek motivasi yang dipakai dalam penelitian antara lain adalah menyukai tugas dan latihan-latihan soal, pantang menyerah dan tidak cepat puas dengan hasil yang didapat.

c) Kesiapan

Kesiapan menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respon

or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kegiatan (Slameto, 2010: 59).

Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Misalnya: siswa dirumah sebelumnya telah mempelajari materi yang akan diajarkan esok harinya disekolah, siswa sudah menyiapkan perlengkapan seperti buku atau peralatan belajar sebelum berangkat kesekolah dll

b) Faktor dari luar diri siswa (eksternal)

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor eksternal dibedakan menjadi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor mata pelajaran fisika dan faktor lingkungan masyarakat siswa.

(31)

1. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar ini mencakup cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

a. Cara orang tua mendidik

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 177) dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, anak selalu dipantau kegiatan belajarnya, orang tua selalu memeriksa hasil belajar anak. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan semaksimal mungkin guna membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Menurut Charles Schaefer (1979: 154) dorongan dari orang tua berfungsi sebagai suatu penyokong, di kala anak-anak dihadapkan dengan tugas-tugas yang sukar atau kejadian-kejadian yang menekan. Sokongan seperti itu menolong seorang anak untuk mengembangkan kepercayaan terhadap dirinya sendiri, sifat inisiatif, dan ketekunan serta kekerasan hati. Orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut, tidak supel dalam bergaul, dan mengisolasi diri.

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak

(32)

menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya (Slameto, 2010: 61).

b. Relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah.

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan kakak/adiknya turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu, apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya, demikian pula jika relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik (Slameto, 2010: 62). Relasi antar anggota keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mubiar Agustin (2011: 30-31) misalnya; keretakan hubungan orang tua (ayah dan ibu) sering menimbulkan percekcokan dalam rumah tangga yang pada akhirnya menjurus ke perceraian, selain itu orang tua yang sering membanding-bandingkan anaknya yang satu dengan anaknya yang lain.

Menurut Menurut Eveline Siregar &Hartini Nara (2010: 178) Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.

(33)

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Menurut Slameto (2010: 63) Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak untuk belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antaranggota keluarga menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan, tenang, tenteram dan penuh kasih sayang selain anak betah tinggal di rumah, juga akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

c. Keadaan Ekonomi Keluarga

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 178) hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, bahkan buku bacaan yang menyangkut pelajaran.

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin,kebutuhan pokok anak kurang

(34)

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak terganggu (Slameto, 2010: 63).

Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan anaknya itu secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang besangkutan akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.

2. Faktor sekolah

a. Sarana dan Prasarana

1) Pengertian sarana dan prasarana

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup sarana dan prasarana sekolah, karena keberadaan sarana dan prasarana secara langsung dan tidak langsung di gunakan dalam proses belajar mengajar dan sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, sehingga siswa termotivasi dalam pencapaian keberhasilan belajar secara maksimal. Agar seorang guru dapat melakukan proses pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat dan efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, diharapkan seorang guru agar benar-benar memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan sarana dan prasarana sebaik mungkin.

Tulus Tu‟u (2003: 81-83) mengungkapkan bahwa sarana belajar biasanya menjadi penunjang prestasi belajar, namun demikian bila kelengkapan fasilitas belajar sebagai sarana penunjang belajar di sekolah

(35)

memadai, sebaliknya dapat menjadi faktor penghambat apabila kelengkapan fasilitas belajar di sekolah kurang memadai.

2) Jenis - jenis sarana pendidikan

Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

Jenis – Jenis Sarana Pendidikan:

Kapur tulis/spidol, papan tulis, almari, bangku, meja, atlas, globe, buku pelajaran, beberapa bahan fisika untuk praktik guru dan siswa, alat peraga, peralatan olah raga, media audio, media visual, dan media audio visual. Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 180) sarana yang terdapat disekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang tidak lengkap, dan tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tetapi tidak diikuti pelayanan yang baik. Contohnya, pegawai perpustakaan yang cenderung tidak ramah, dan tidak membantu, sikap arogan petugas yang menganggap bahwa pusat-pusat layanan itu adalah miliknya.

(36)

3) Jenis – jenis prasarana pendidikan:

Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori/kelas, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium.

2. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 180) dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, sedangkan keadaan gedung masih sangat kurang. Maka mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa di sekolah.

Jadi yang akan peneliti teliti tentang sarana dan prasarana ini yaitu; apakah disekolah memiliki sarana belajar yang lengkap, apakah pelayanannya sudah baik atau kurang baik dari pihak sekolah, keadaan

(37)

gedung apakah masih layak atau tidak layak, jumlah gedung apakah mencukupi seluruh siswa atau tidak.

b. Tata tertib Sekolah dan Kedisiplinan

Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Soelaeman (1985: 82) berpendapat bahwa peraturan tata tertib itu merupakan alat guna mencapai ketertiban. Dengan adanya tata tertib itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang.

Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 85), yaitu:

a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan. Misalnya anak atau siswa yang menyerahkan tugasnya, yang merupakan cara yang dapat diterima sekolah untuk menilai prestasinya.

b. Peraturan dapat membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi diatas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh siswa. Jadi kesimpulannya bahwa tata tertib berfungsi mendidik dan membina perilaku siswa disekolah, karena tata tertib berisikan keharusan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata tertib juga berfungsi sebagai pengendali bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah berisikan

(38)

larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya.

Contoh tata tertib disekolah, misalnya tata tertib di kelas : siswa datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan, tidak makan di kelas ketika jam pelajaran berlangsung, dll. Contoh tata tertib di perpustakaan: berbuat sopan, menjaga ketenangan, dan kebersihan ruang perpustakaan, dilarang membawa barang-barang yang mengganggu ketenangan, tidak membawa makanan dan minuman ke ruang perpustakaan dll. Contoh tata tertib di laboratorium : berpakaian rapi dan sopan, menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati, membereskan peralatan setelah selesai digunakan dll.

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa di sekolah dan juga dalam belajar. Menurut Slameto (2010: 67) kedisiplinan sekolah mencakup kediplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kediplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengolah seluruh staff beserta siswa-siswinya, dan kediplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

Selain itu disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa, disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku yang akan

(39)

mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya.

Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Dilingkungan internal sekolah pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan, dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus membolos, perkelahian, menyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk – bentuk penyimpangan perilaku lainnya.

Dari keterangan diatas maka dapat diambil kesimpulan yang termasuk faktor dari tata tertib sekolah dan kedisiplinan adalah; siswa yang selalu mentaati peraturan di kelas, perpustakaan dan peraturan di laboratorium, tidak pernah membolos, tidak berkelahi, tidak menyontek, tidak mencuri dll, ada sanksi bagi siswa kalau tidak mentaati peraturan, guru selalu mengajar dengan disiplin, pegawai atau karyawan selalu melaksanakan tugasnya dengan baik dan disiplin.

c. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan

(40)

pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. (Slameto, 2010: 65)

Menurut S. Nasution (2003: 10) kurikulum dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.

b. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan pramuka, dan lain-lain

c. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.

d. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Pandangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.

Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik. Dengan kata

(41)

lain kurikulum haruslah menunjukkan apa yang sebenarnya harus dipelajari oleh peserta didik.

Dari pengertian diatas maka yang akan peneliti teliti yaitu mengenai tugas keluar sekolah, apakah siswa mengikuti program seperti study tour antar sekolah, apakah waktu yang dibutuhkan guru untuk mengajar khususnya fisika itu cukup dan materi habis tepat waktu, dan apakah materi yang diajarkan dengan silabus itu sesuai.

d. Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa

Menurut Winarno Narmoatmojo secara sederhana istilah kegiatan ekstrakurikuler mengandung pengertian yang menunjukkan segala macam aktivitas disekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran.

Menurut Winarno Narmoatmojo ektrakurikuler sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan mempunyai peranan utama sebagai berikut:

1) Memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa, dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum yang ada.

2) Melengkapi upaya pembinaan, pemantapan, dan pembentukkan nila-nilai kepribadian siswa.

3) Membina serta meningkatkan bakat, minat, dan keterampilan, dan hasil yang diharapkan ialah untuk memacu anak kearah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif.

(42)

Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.

Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler akan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian diatas yang akan diteliti yaitu; apakah siswa mengikuti ekstrakurikuler yang ada disekolah, siswa sering masuk/mengikuti ekstrakurikuler yang mereka ikuti, apakah waktu ekstrakurikuler menghambat atau mengurangi waktu belajar dll.

3. Mata Pelajaran Fisika

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam faktor mata pelajaran fisika yaitu:

(43)

1. Guru

Strategi atau cara guru dalam mengajar menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 178) yaitu:

a. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada jarak dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi seharusnya guru sering melakukan interaksi atau berkomunikasi dengan siswa. Guru harus menerima murid menurut pribadi masing-masing, dan dapat menghargai sifat-sifat mereka walaupun menyimpang dari apa yang umumnya dianggap baik. Guru menerima murid dalam keadaan ia menjengkelkan atau menyenangkan, dalam keadaan ia marah atau bersifat ramah terhadap temannya ( S. Nasution 2003: 87) b. Hubungan antar murid

Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus mampu membina siswa supaya dapat hidup bergotong royong dalam belajar bersama, misalnya : membuat tugas secara

(44)

berkelompok dan anggotanya dipilihkan oleh guru, sehingga siswa mau tidak mau harus bekerja dalam kelompok tersebut. c. Cara penyajian bahan pelajaran

Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Jadi menjadi guru itu harus yang progresif artinya guru yang berani mencoba metode-metode lain yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kondisi belajar siswa. Menurut Mubiar Agustin (2011: 17) cara guru mengajar harus bisa membuat siswanya tertarik agar mereka semangat untuk belajar. Misalnya, dengan mengadakan permainan di tengah-tengah pelajaran agar siswa tidak merasa jenuh.

Jadi dapat berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan yang akan diteliti yaitu; apakah guru sering berkomunikasi dengan siswa, apakah guru sering memberikan tugas kelompok dengan anggota kelompok yang acak, apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar menyenangkan dan guru sering menggunakan metode yang menarik.

2. Media

Faktor media pembelajaran membantu guru untuk memvisualisasi atau mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada peserta didik. Bahan pelajaran akan lebih mudah diketahui, dipahami, dan dikuasai jika peserta didik tidak hanya

(45)

menggunakan aspek auditif (pendengaran) dan aspek visual (penglihatan) tetapi peserta didik juga perlu dilibatkan. Menurut Faktor instrumen atau peralatan pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, apalagi di laboratorium, misalnya alat-alat yang digunakan untuk praktikum fisika tersedia di laboratorium.

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 180) selain alat-alat dilaboratorium yang berkontribusi besar terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar, buku-buku di perpustakaan, OHP (Overhead Projector), slide, papan tulis (putih dan hitam), infocus (LCD), komputer, layanan internet, dan lainnya juga memegang peranan yang besar dalam membantu guru dan peserta didik dalam menyukseskan proses dan hasil pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di berbagai tempat lainnya. Tetapi pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media tersebut, baik dalam jumlah maupun kualitas. Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah atau lembaga pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar dalam membantu memfasilitasi guru dan peserta didik di kelas atau di tempat belajar lainnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar.

(46)

Jadi faktor media sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolah seperti, apakah sekolah memiliki alat-alat seperti audio dan visual yang lengkap, apakah alat-alat-alat-alat untuk praktikum di laboratorium lengkap, dan apakah buku-buku diperpustakaan lengkap.

4. Faktor Lingkungan Masyarakat

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 179) hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat yaitu:

a. Teman bergaul. Pergaulan dan teman-teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak yang lain.

b. Pola hidup lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada disekitar rumah dimana anak itu berada, mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam alat-alat belajar.

(47)

c. Kegiatan dalam masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.

d. Mass media. Mass media adalah sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil dari belajar seperti TV, novel, majalah, dan lain-lain dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Banyak anak yang terlalu lama menonton TV, membaca novel, majalah yang tidak dibertanggung jawabkan dari segi pendidikan, sehingga mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka dari itu, buku bacaan, novel, TV dan mass media lainnya perlu di adakan pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti. Mass nedia yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita-cerita fiktif, pergaulan bebas, percabulan, akan kecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang tua, pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali. (Slameto, 2010:70).

(48)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan model korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata Sumadi, 1983: 26). Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2012.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 2 yang berjumlah 32 siswa dan kelas XII IPA 6 yang berjumlah 29 siswa di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

D. Design Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat enam variabel, yaitu lima variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel dari keadaan pribadi siswa, keluarga, sekolah, mata pelajaran

(49)

fisika, dan lingkungan masyarakat siswa sedangkan variabel terikatnya adalah variabel prestasi belajar fisika. Sesuai dengan kerangka berfikir dan pengajuan hipotesa tentang hubungan antara kelima variabel dalam penelitian, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gb.1. Skema paradigma hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika.

Keterangan:

= keadaan pribadi = keluarga

= sekolah

= mata pelajaran fisika = lingkungan masyarakat Y = prestasi belajar fisika

= hubungan antara keadaan pribadi siswa dengan prestasi belajar fisika

Y

(50)

= hubungan antara keluarga dengan prestasi belajar fisika = hubungan antara sekolah dengan prestasi belajar fisika

= hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika = hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat dengan prestasi

belajar fisika

E. Variabel Penelitian dan Variabel Pengukuran

1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2007: 4).

Variabel bebas dalam penelitian ini menyangkut faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang terdiri dari: faktor keadaan pribadi siswa, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor mata pelajaran fisika dan faktor keadaan lingkungan masyarakat siswa. b. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 4) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, yang merupakan suatu transformasi terhadap suatu masukan yang berupa materi pelajaran. Jadi prestasi belajar adalah sampai sejauh mana

(51)

anak menguasai dan memahami materi pelajaran. Prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai yang berhasil dicapai sisswa.

F. Instrumen

1. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membagikan suatu bendel yang didalamnya berisi sejumlah daftar pertanyaan kepada seluruh sampel. Jawaban dari kuesioner tersebut digunakan sebagai data mentah. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan sebagai alat untuk mencari data mengenai masalah belajar, baik dalam keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan faktor lingkungan masyarakat. Berikut kisi-kisi mengenai keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaranfisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa:

Tabel 1.1 kisi-kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah, masyarakat, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa.

Variabel Dimensi Indikator No item Jumlah item

Keadaan pribadi

Faktor jasmani Makan makanan empat sehat lima sempurna

1 1

Sarapan setiap pagi 2 1 Makan teratur tiga

kali sehari

3 1

(52)

di kelas

Mudah merasa capek atau lelah

5 1

Keadaan kesehatan siswa

6, 7 2

Ada tidaknya cacat tubuh pada siswa

8, 9, 10 3 Faktor psikologis - Minat Kesenangan mempelajari mata pelajaran fisika 11 1

Sikap dan perhatian siswa

12, 13 2

Ketertarikan cara mengajar guru fisika

14 1

Antusias siswa selama pelajaran fisika

15 1

- Motivasi Kerajinan siswa mengerjakan tugas

16 1

(53)

asa

Kerajinan siswa mengerjakan soal fisika di kelas

18, 19 2

- Kesiapan Persiapan materi sebelum pelajaran fisika 20 1 Persiapan perlengkapan belajar fisika 21 1 Keadaan keluarga Cara mendidik orang tua

Orang tua yang tidak membebani anak dengan pekerjaan rumah 22 1 Pemantauan belajar anak 23 1 Memeriksa hasil belajar anak 24 1 Pemberian dorongan belajar 25 1 Relasi antar anggota keluarga dan

Orang tua yang cekcok

(54)

suasana rumah

Orang tua yang membanding-bandingkan kemampuan antar anaknya 27 1 Hubungan dengan saudara kandung 28 1

Sikap orang tua terhadap anak 29, 30 2 Suasana rumah 31 2 Keadaan ekonomi Tersedianya alat-alat belajar 32 1 Tersedianya biaya sekolah 33, 34 2 Tersedianya tempat belajar yang baik

35 1

Sekolah Sarana dan prasarana

Kelengkapan sarana belajar disekolah

36 1

Keadaan papan tulis 37 1 Pelayanan yang baik

dari pihak sekolah

38 1

(55)

Pencahayaan 42 1 Jumlah gedung apakah mencukupi 43 1 Tata tertib sekolah dan kedisiplinan Siswa mentaati peraturan di kelas 44, 45, 46 3 Siswa mentaati peraturan di perpustakaan 47, 48, 59 3 Siswa mentaati peraturan di laboratorium 50, 51, 52 3

Hukuman bagi siswa yang tidak mentaati peraturan sekolah 53 1 Siswa yang membolos 54 1 Perkelahian antar siswa 55 1 Siswa yang menyontek pada waktu ulangan 56 1 Pengumpulan tugas 57 1

(56)

Kedisiplinan guru 58 1 Sikap dan kedisiplinan pegawai atau karyawan sekolah 59, 60 2 Infrastruktur sekolah

Kondisi gedung dan halaman

61, 62 2

Pemanfaatan gedung sekolah

63, 64 2

Kurikulum Kunjungan atau study tour ke sekolah lain 65 1 Waktu yang dibutuhkan guru dalam mengajar fisika 66 1

Ekstrakurikuler Keaktifan siswa mengikuti program ekstrakurikuler 67, 68 2 Waktu untuk kegiatan ekstra kurikuler 69 1

(57)

pelajaran fisika

tentang fisika

Guru Sikap guru terhadap siswa 73, 74 2 Metode yang digunakan guru 75, 76, 77, 78 4

Media Kelengkapan alat-alat audio dan audio visual 79 1 Kelengkapan alat praktikum di laboratorium 80, 81 2 Penggunaan buku 82 1 Lingkungan masyarakat Pergaulan siswa dengan teman sepermainan 83 1 Kondisi lingkungan dan masyarakat tempat tinggal siswa

84, 85, 86, 87, 88 5 Pergaulan siswa dengan temanpengangguran 89 1 Keaktifan siswa 90 1

(58)

dalam kegiatan di masyarakat

Keterkaiatan siswa dengan mass media

91, 92 2

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 158) dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda tertulis, seperti daftar nilai siswa ketika siswa berada di kelas XI. Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa. Dari prestasi belajar diambil dari dokumentasi hasil ujian kenaikkan kelas.

G. Validitas

Validitas adalah ukuran menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006: 68). Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity (validitas isi) yang isi dari instrumen yang digunakan sungguh mengukur isi domain yang akan diukur (Suparno, 2007: 62). Pada penelitian ini peneliti sebelum melakukan penelitian melakukan uji validitas isi dengan cara peneliti memberikan lembar uji validasi kuesioner kepada tiga pakar ahli yang disini peneliti meminta bantuan kepada tiga dosen, yang salah satunya adalah dosen pembimbing,

(59)

setelah penguji memberikan penilaian dan saran terhadap lembar validitas dan sudah dirasa cukup memenuhi konsep yang tercantum didasar teori kemudian peneliti baru melakukan penelitian terhadap siswa SMA. Menurut Sukardi (2003: 123) pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan faktor-faktor atau isi di dasar teori dan dibantu oleh pakar ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti.Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes validasi dengan menggunakan validasi isi, pertimbangan ahli tersebut dilakukan dengan cara seperti berikut: para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa berupa kuesioner. Kuesioner dikembangkan dari indikator-indikator seperti tampak pada tabel 1.1 item pernyataan pada kuesioner disesuaikan dengan indikator setiap bagian yang akan diukur. Selain menggunakan kuesioner, penelitian ini juga menggunakan instrumen dokumentasi untuk mengetahui prestasi belajar fisika.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket atau kuesioner. Angket yang sudah diisi oleh siswa kemudian dianalisis menggunakan

(60)

skor-skor yang telah ditentukan dan secara kuantitatif akan dihubungkan dengan prestasi belajar fisika siswa, yaitu nilai dari akhir tahun.

Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis dengan tahap-tahap, kuesioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan kedalam pernyataan positif dan negatif, kemudian masing-masing kategori diberi skor.

Tabel 1. 2 penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif

Skor nilai Item positif Item negatif

Sangat sesuai 3 0

Sesuai 2 1

Tidak sesuai 1 2

Sangat tidak sesuai 0 3

Untuk menganalisis data sekaligus uji hipotesis menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson, dengan rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

rxy = koefisien validitas item

Σx = jumlah skor dalam sebaran x Σy = jumlah skor dalam sebaran y

Σxy = jumlah hasil skor x dan y yang berpasangan Σx2

= jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x Σy2

= jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N = banyaknya subyek

(61)

Dalam penelitian ini untuk mencari korelasi antara dua variabel digunakan program SPSS 16.

Nilai r dapat bernilai positif atau negatif. Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik. Korelasi sama dengan -1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun (dan sebaliknya).Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel maka menurut Sarwono (2006) kriterianya sebagai berikut ;

o 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel o >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

o >0,25 – 0,5: Korelasi cukup o >0,5 – 0,75: Korelasi kuat

o >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat o 1: Korelasi sempurna

Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis: H0 : tidak ada hubungan antara dua variabel

H1 : ada hubungan antara dua variabel

Bila probabilitasnya < 0,05 maka H0 di tolak dan berarti bahwa ada

(62)

Bila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan berarti bahwa tidak

(63)

46

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian ini mengambil data kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 6 di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jumlah siswa kelas XII IPA 2 ada 32 siswa dan kelas XII IPA 6 berjumlah 29 siswa. Sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi subyek penelitian berjumlah 61 siswa.

Penelitian ini dilakukan selama satu hari, pada pertemuan itu yang pertama kali dilakukan oleh peneliti adalah berkenalan dengan siswa terlebih dahulu, kemudian memberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan.Peneliti membagikan angket, kemudian para siswa mengisi angket dengan suasana yangtenang selama satu jam pelajaran untuk masing-masing kelas, peneliti beberapa kali mengingatkan kalau para siswa harus mengisi angket sesuai dengan keadaan mereka, selain itu peneliti juga mengingatkan supaya tidak ada pertanyaan yang terlewatkan atau tidak diisi. Setelah angket selesai diisi oleh para siswa, kemudian peneliti mengambil kembali angket tersebut.

B. Hasil Penelitian

Data keadaan Pribadi, keadaan keluarga, keadaan sekolah, mata pelajaran fisika, dan keadaan masyarakat diambil dari hasil skor kuesioner.

Gambar

Tabel 1.1  Kisi – kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah,   mata pelajaran  fisika dan keadaan lingkungan
Gambar 1.1  Skema paradigma hubungan antara keadaan pribadi,   keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan keadaan  lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi
Tabel 1.1 kisi-kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah, masyarakat, mata    pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa
Tabel 1. 2 penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]

Konselor :”Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat Bapak simpulkan bahwa Anda mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi dalam belajar oleh karena itu mulai besok anda

Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik