Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah,
memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk
kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama
penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat
yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum
Film animasi singkat berjudul “IYATNA” yang bertemakan adventure fantasy dengan durasi 5 menit adalah tugas akhir dari penulis. Latar belakang dari film
animasi singkat ini yaitu sebuah dunia baru. Environment yang terdapat dalam
film animasi singkat ini menggabungkan dua teknik yaitu teknik 2d dan teknik 3d.
Teknik 2d dipakai untuk menghiasi background dan foreground sedangkan teknik
3d sebagai beberapa objek yang berinteraksi dengan karakter odi yang letaknya
adalah pada midleground. Environment dibuat berdasarkan teori hutan hujan
dataran rendah dengan referensi hutan pada kawasan Baduy yang adalah kawasan
perbukitan dan terdiri dari dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan.
Selain itu, environment tentunya diberi budaya Baduy didalamnya seperti dengan
adanya desa Baduy, jembatan akar dan arca. Kemudian semuanya akan
divisualisasikan menyesuaikan tema film animasi pendek ini yaitu adventure
fantasy. Untuk dapat melakukan perancangan environment pada film animasi
pendek “IYATNA” penulis melakukan pengumpulan data dengan metode observasi lapangan, yaitu dengan datang langsung ke daerah Baduy dan tinjauan
visual dengan pengumpulan referensi dari buku maupun internet.
3.1.1. Sinopsis
Film animasi singkat “IYATNA” bercerita tentang Odi, seorang pemuda dari kota yang baru pertama kali mencoba untuk berpetualang ke tempat yang jauh dari
keramaian kota dan tempat yang ditujunya itu adalah Desa Madami. Petualangan
dimulai ketika Odi mulai memasuki kawasan Madami, sepanjang perjalanan Odi
sering kali memotret semua yang dilihatnya. Di perjalanan Odi sempat
menyelamatkan seekor makhluk yang hampir terseret arus sungai. Di saat
bersamaan, ada seorang pemuda desa bernama Uwi yang merupakan penjaga
hutan dari suku Madami dan melihat kejadian tersebut. Karena penasaran Uwi
diam-diam mengikuti Odi semenjak kejadian tersebut. Pada akhir perjalanan, Odi
menjumpai daerah keramat tempat arca berada. Odi dengan polosnya memotret
arca tersebut sehingga membuat arca marah. Odi terikat oleh akar akar yang
mengamuk, tetapi tiba-tiba binatang yang tadi diselamatkan Odi datang menolong
dan arca dapat mengetahui kejadian tersebut lalu berhenti mengamuk. Uwi pun
keluar dari semak semak membantu Odi lalu mengantarnya pulang.
3.1.2. Posisi Penulis
Pada proyek ini, penulis tergabung dalam kelompok “Tenun” dengan posisi
penulis yang adalah sebagai environment artist untuk film animasi pendek
“IYATNA”.
3.1.3. Peralatan
Dalam mengerjakan tugas akhir ini, peralatan yang digunakan oleh penulis adalah
perangkat keras, berupa laptop serta beberapa perangkat lunak seperti Adobe
3.2. Acuan
Dua karya yang menjadi acuan penulis untuk hasil jadi film animasi “IYATNA”
adalah film animasi pendek “Ozo” dan “Azul”.
Gambar 3.1. Objek 3D Berupa Karakter dan Objek Tertentu
(Ozo, 2011)
Pertama, penulis akan menjelaskan film animasi singkat “Ozo” sebagai
acuan. Hal yang jadi acuan pada film animasi singkat ini adalah penggabungan
teknik 2d dan 3d dimana environment menggunakan teknik 2d sedangkan karakter
Gambar 3.2. Visual Film Animasi Singkat Ozo
(Ozo, 2011)
Meskipun menggunakan teknik yang berbeda namun hasil visual yang
ditampilkan dapat menyatu dan menghasilkan style kartun 2d, hal ini disebabkan
oleh teknik render pada semua objek 3d yang menggunakan teknik NPR (Non
Gambar 3.3. Penyederhanaan Bentuk Pada Environment “Ozo”
(Ozo, 2011)
Hal lainnya yang menjadi acuan pada film animasi ini yaitu
penyederhanaan bentuk pada environmentnya yang tentu saja untuk menguatkan
style kartun yang sederhana, seperti bentuk pohon pada bukit yang jauh
disederhanakan menjadi batang kecil dengan beberapa daun di atasnya serta
jumlahnya yang hanya satu sampai dua pohon tiap satu bukit. Penyederhanaan
bentuk lainnya dapat dilihat dari bentuk semak, dedaunan, batang dan tekstur
tanahnya. Dengan adanya penyederhanaan bentuk tentunya terjadi juga
pengulangan bentuk didalam susunan environmentnya, namun hal yang membuat
kesan pengulangan bentuk ini tidak terlihat jelas yaitu dengan komposisi atau tata
Gambar 3.4. Salah Satu Shot Film Animasi Singkat “Azul”
(Azul, 2013)
Film animasi singkat yang kedua yaitu “Azul” menggunakan teknik yang sama dengan ozo yaitu teknik 3d untuk karakter dan beberapa objek sedangkan
Gambar 3.5. Objek 3D Berupa Karakter dan Objek Tertentu
(Azul, 2013)
Sama halnya dengan film animasi singkat “Ozo”, film ini dapat
menyatukan teknik 2d dan 3d ke dalam hasil visual yang menyatu. Perbedaan film
ini dengan “Ozo” adalah dalam style envrironmentnya dimana painting yang detail dan rumit menghiasi film ini meskipun memang penyederhanaan bentuk
masih terlihat pada karakternya seperti bagian mata yang diganti dengan titik.
Film ini dapat menimbulkan kesan kartun dari warnanya yang berkontras tinggi
dan karakter yang disederhanakan pada bagian tertentu serta penggunaan kostum
3.3. Proses Perancangan Environment 3.3.1. Pra-Produksi
Pada tahap pra-produksi penulis melakukan pengumpulan referensi, konsep
deskriptif dan sketsa konsep environment secara keseluruhan.
3.3.1.1. Referensi
Berikut adalah beberapa referensi visual untuk mendukung dalam
pembuatan konsep environment untuk film animasi “IYATNA” dan telah
penulis pilih serta susun dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1. Desa Madami DESA MADAMI
No. Objek yang Dibutuhkan Referensi Storyboard
1 Gambar 3.6. Rumah Adat Suku Baduy 1
http://www.fotografer.net/images/forum/3/3193/3193714/3193714057.jpg
2 Gambar 3.7. Desa Baduy Tampak ¾ http://www.lenteratimur.com/wp-content/uploads/2011/02/Perkampungan-Baduy-di-tengah-hutan.jpg 3 Gambar 3.8. Jalan Setapak Berbatu http://cdn.indonesia.travel/media/images/upload/poi/_big_paper-article7-img2609_1006455(2)(1).jpg
Tabel 3.2. Jembatan Akar JEMBATAN AKAR N
o.
Objek yang Dibutuhkan Referensi Storyboard
1 Gambar 3.9. Jembatan Akar Tampak Samping
http://1.bp.blogspot.com/_bXq85qdspRU/TM0AqvgzbpI/AAAAAAAAACA/ cd8drYwVf8Q/s320/baduy-4-300x225+copy.jpg
2 Gambar 3.10. Jembatan Akar Tampak Depan
http://renjanatuju.files.wordpress.com/2010/11/img_6893.jpg?w=620
4 Gambar 3.11. Jurang Sungai
http://www.betterphoto.com/gallery/dynoGallDetail.asp?photoID=798711
Tabel 3.3. Bukit Tinggi BUKIT TINGGI N o. Objek yang Muncul/Dibutuhkan Referensi Storyboard 1 Gambar 3.12. Perbukitan
http://bacacontent.com/wp-content/uploads/2014/05/Bukit-Unik-Di-Filipina_2.jpg 2 Gambar 3.13. Bukit Tampak Dalam http://3.bp.blogspot.com/-S7sJ6bEVDfc/T7Zq_0CcH1I/AAAAAAAAAH4/5XGzS9pSOfM/s200/IMG_ 2030.JPG 3 Gambar 3.14. Bukit Tampak Samping http://indonesia360derajat.files.wordpress.com/2014/08/21.jpg?w=772&h=57 9 Tabel 3.4. Arca ARCA N o . Objek yang Dibutuhkan Referensi Storyboard 1 Gambar 3.15. Arca Baduy http://3.bp.blogspot.com/- vIgfbNH8Ktw/UQKGQ92c7OI/AAAAAAAADyM/Kdt09Ucn-Rc/s400/arca+domas+2.jpg Tabel 3.5. Vegetasi VEGETASI N o. Objek yang muncul/dibutuhkan Referensi Storyboard 2 Gambar 3.16. Jamur http://libregraphics.asia/sites/default/files/imagecache/home/jamur_hutan_yan g_indah.jpg
3 Gambar 3.17. Bunga Merambat http://www.rumahku.com/app/webroot/uploads/pilihan%20tanaman%20mera mbat%20untuk%20menghias%20rumah%202.jpg 4 Gambar 3.18. Tanaman Merambat, Terjuntai Kebawah http://1.bp.blogspot.com/- Q2esMn7hJmw/UKHaJCDP9PI/AAAAAAAAAEc/951LprblgsI/s320/l-_nummularifoium.jpg 6 Gambar 3.19. Batang Pohon Serta Semak Semak
http://1.bp.blogspot.com/-TisvdIoSNqc/VCnd062KkI/AAAAAAAAAOM/ SogZaYfPl5I/s1600/Hutan%2B1.jpg
3.3.1.2. Konsep Deskriptif
Environment yang ingin penulis buat didalam film animasi “IYATNA”
adalah environment pada dunia baru namun tetap berdasarkan pada
referensi environment di dunia nyata. Environment akan dibuat tidak
terlalu jauh dari bentuk asli sehingga masih dikenali bentuknya, tetapi
tetap akan ada perubahan bentuk untuk memberikan style tersendiri
didalamnya. Environment yang ada pada film animasi “IYATNA”
berdasarkan lokasinya dibagi menjadi hutan hujan dataran rendah, Desa
Madami, Jembatan akar, perbukitan, dan hutan sabana.
3.3.1.3. Sketsa
Gambar 3.20. Sketsa Peta Kawasan Madami
Pada sketsa yang pertama, terdapat gambaran peta mengenai pembagian
wilayah dan letak. Di peta ini dapat dilihat susunan perjalanannya yaitu
desa Madami, lalu lewat hutan lagi dan bertemu jembatan akar,
dilanjutkan dengan perbukitan dengan bukit paling tinggi sebagai bukit
terakhir lalu kemudian padang rumput tempat arca berada. Dari peta
menunjukan bahwa untuk menuju ke tujuan terakhir yaitu tempat arca
berada, dibutuhkan usaha yang keras melewati perbukitan yang cukup
banyak. Adapun sketsa ini menunjukan bahwa wilayah Madami adalah
wilayah perbukitan dengan sungai berliku melewati perbukitan serta
adanya padang rumput didaerah dalamnya.
Gambar 3.21. Sketsa Desa Madami
Pada sketsa yang kedua, penulis membuat gambaran dari desa suku
Madami yang terdapat di suatu bukit yang bila dilihat desanya memanjang
ke bawah mendekat ke arah sungai. Hal ini adalah untuk memudahkan
penduduk dalam mengambil air dan juga mengawasi wilayah sekitar dari
karena memang desa ini adalah sebagai pelindung kawasan Madami dan
juga sebagai gerbang masuknya pengunjung ke dalam kawasan Madami.
Adapun desa ini memiliki puncak di barat dan ekor di timur. Konstruksi
desa berbahan kayu dikarenakan penduduk yang adalah petani dan
berkebun.
Gambar 3.22. Sketsa Jembatan Akar
Di sketsa yang ketiga, menggambarkan jembatan akar dan
pancuran air sebagai tempat perbatasan antara wilayah desa dangan hutan
dalam. Akar yang menjulur dari kedua pohon dan saling mengarah untuk
bertemu menggambarkan ikatan yang terjalin antara alam dan manusia
yang akhirnya menjembatani hal hal baik di dunia, hal-hal buruk di dunia
digambarkan dengan jurang sungai yang cukup tinggi. Pancuran air disini
berfungsi sebagai “pembersihan” karena sesuatu yang dari luar akan memasuki wilayah dalam yang sakral. Jembatan ini berada pada
panjang kurang lebih 10 meter. Pohon terbilang sangat tua oleh karena itu
memiliki batang utama yang besar dan berdiameter kurang lebih 2 meter.
Dikarenakan jembatan ini berada di pedalaman maka batang kayu pada
jembatan pun berlumut dan menjadi licin.
Gambar 3.23. Sketsa Perbukitan dan Bukit Tinggi
Sketsa keempat menggambarkan perbukitan dengan satu bukit
tertingginya. Bukit tertinggi dibuat untuk menopang cerita dimana tokoh
Odi kelelahan dan hampir menyerah. Namun, ada pula bukit tinggi dibuat
sebagai penanda rintangan juga tempat pengambilan keputusan dimana
dari situ tokoh bisa melihat ke belakang dan perjalanan yang tokoh tempuh
ataupun melihat ke depan kepada tujuan terakhirnya yaitu arca. Jalan
setapak yang ada di perbukitan ini tersusun dari bebatuan yang telah
disusun oleh penduduk Madami sejak lama. Pada bagian puncak dari
setiap bukit, mayoritas vegetasinya adalah rerumputan dan ilalang, pada
Di bagian terbawah terdapat hutan yang cukup lebat serta sungai yang
mengalir berliku mengikuti alur perbukitan.
Gambar 3.24. Sketsa Hutan Sabana Beserta Arcanya
Sketsa kelima adalah hutan sabana atau padang rumput dimana
terdapat arca. Kesan luas dibuat sebagai penanda kebebasan dan
keberhasilan yang telah ditempuh. Lalu arca yang kedua tangannya
menutup ditengah menandakan alam yang terjaga yang bilamana
tangannya terbuka menandakan alam yang tak terkendali atau “murka”. Arca memiliki tinggi sekitar 1 meter, tetapi dalam keadaan “murka” arca
akan bertambah besar dengan tinggi menjadi sekitar 2 meter. Hutan sabana
terdiri dari rumput liar berupa ilalang serta bunga lavender yang menghiasi
keseluruhan vegetasi. Pada malam hari hutan sekitar hutan sabana ini akan
disana, sehingga pada malam hari akan terjadi perpaduan cahaya kuning
dari kunang kunang dan cahaya biru pada malam hari.
Gambar 3.25. Sketsa Tampak Dalam Hutan
Sketsa keenam menggambarkan pemandangan hutan selama
perjalanan yang jenisnya adalah hutan hujan dataran rendah yang memiliki
ciri khas daun lebar, tanaman menjalar dan berbagai jenis rerumputan pada
bagaian bawah hutan. Batang pohon tidak akan terlihat ujungnya karena
tingginya pohon serta lebih lebatnya hutan dibagian bawah bukit. Pohon
yang tinggi menjadikannya kanopi sehingga terdapat garis-garis cahaya
dan warna didalam hutan akan cenderung hijau dan kebiruan saat
menjelang malam. Semak-semak akan menjadi bagian yang banyak
menghiasi background dan beberapa tanaman serta dedaunan pohon akan
menghiasi foreground.
3.3.2. Produksi
Pada tahap produksi penulis mulai melakukan proses pembentukan objek, dengan
tersebut berdasarkan teori dan referensi, lalu penambahan detail ataupun
penggabungan menjadi bentuk baru.
3.3.2.1. Daun
Gambar 3.26. Bentuk Dasar Daun
Pertama, penulis memulai dari bentuk dasar daun. Dari dua puluh bentuk
yang telah dibuat, penulis memilih dua bentuk yang merupakan ciri
daripada daun monokotil yaitu memiliki lembaran yang tunggal. Hal ini
dikarenakan dari daun yang tunggal pun dapat disusun menjadi daun yang
bercabang. Kedua bentuk ini juga dipilih dikarenakan mayoritas hutan
adalah monokotil dan bentuknya yang tidak rumit membuatnya lebih
mudah membaur pada saat kompositing. Bentuk dasar daun ini nantinya
secara fleksibel akan diaplikasikan menjadi rumput, semak, tumbuhan
sebagai penambah pattern acak agar menambah kesan keberagaman namun
tetap tidak mendominasi.
Gambar 3.27. Bentuk Gabungan Menjadi Bentuk yang Baru
Tahap selanjutnya penulis mengaplikasikan bentuk dasar daun ke
dalam sebuah bentuk baru. Pada gambar diatas dapat kita lihat dimana
bentuk dasar daun dapat digabungkan dan dapat diatur posisi, ukuran,
perspektif untuk menghasilkan kompositing akhir dari sebuah shot yang
maksimal.
Berikutnya penulis memberikan pewarnaan. Contohnya, highlight akan
berubah sesuai atau tergantung arah datangnya cahaya, lalu warna akan
lebih gelap bila objek menjadi foreground dan saturasinya akan semakin
berkurang apabila objek berada semakin jauh dari kamera.
3.3.2.2. Jamur
Gambar 3.29. Beragam Bentuk Jamur
Dalam membuat jamur, tahap pertama adalah menentukan bentuk. Dari
sepuluh bentuk yang dibuat akhirnya penulis mengambil empat. Dua
jamur memiliki batang yang panjang dan sisanya pendek, lalu 2 kepala
jamur berbentuk setengah lingkaran dan satu lagi oval kemudian yang
terakhir menyerupai segitiga, hal ini dikarenakan bentuk bentuk tersebut
Gambar 3.30. Jamur yang Telah Diwarnai dan Diperbanyak
Seperti halnya daun, objek jamur harus disusun menjadi banyak,
tetapi tidak menjadi sebuah bentuk dari objek baru melainkan hanya
bertambah jumlahnya saja membentuk sebuah koloni. Jamur yang
berukuran kecil menjadi bahan pertimbangan untuk tidak menambahkan
pola atau detail lebih pada jamur sehingga akhirnya dipilihlah jamur
dengan warna putih polos kekuningan yang juga sesuai dengan teori
tentang jamur bahwa tumbuhan parasit cenderung berwarna putih.
3.3.2.3. Arca
Dari berbagai bentuk yang ada penulis membatasinya dengan hanya
menjadi arca sesuai referensi arca baduy saja, hal ini karena penulis tidak
mau bentuk arca madami terlalu berbeda jauh dengan yang di baduy.
Kemudian penulis mencoba mengembangkan dari bentuk awal yang telah
ada dengan konsep baduy sebagai pusat dunia, penulis pertama tama
membuat bola sebagai pengganti bumi atau dunia yang kemdian ditambah
setengah bola lagi diatasnya sebagai kepala. Penulis menganggap kepala
penting dikarenakan pada wujud arca diperlukan sebuah wajah dan badan
agar dapat menggambarkan sosok yang mewakili atau mendekati manusia.
Gambar 3.32. Arca Saat Kondisi Tangan Tertutup dan Terbuka
Setelah bentuknya jadi, penulis coba memberikan warna kepada
dua pose dari arca ini, yaitu pose terjaga dan pose terbuka. Ketika arca
3.3.2.4. Batang pohon
Gambar 3.33. Batang Pohon
Lanjut pada tahap berikut yaitu pembentukan batang pohon, dikarenakan
jenis kayu yang digunakan adalah sama dan mengikuti teori bahwa pada
lingkungan dengan ketinggian sekitar 500-1000 meter diatas permukaan
laut memiliki tanaman yang relatif tinggi maka ujung dari pohonpun tidak
akan nampak. Untuk perbedaan bentuk akan dapat terlihat dari besar
kecilnya batang serta tempat tumbuhnya ranting. Ukuran akan dapat
berubah begitupun dengan saturasi dan terang gelapnya sesuai dengan
3.3.3. Tahap compositting
Dalam tahap ini penulis melakukan variasi pewarnaan, perubahan ukuran dan
bentuk namun dengan tetap mengacu pada bentuk dasar yang telah dibuat. Pada
percobaan pertama penulis hanya berpacu pada penggabungan objek objek untuk
melihat hasil visualnya namun dari hasil yang ditunjukan dirasa terlalu datar oleh
karena itu diperlukan polesan brush agar dapat memperbaiki visual yang terkesan
datar ini.
Gambar 3.34. Percobaan Shot Untuk Melihat Hasil Visual
Maka kemudian penulis melakukan percobaan kedua. Percobaan kedua
sudah mengikuti storyboard yang ada disertai pengembangan framing dan
pemakaian aset yang dimodifikasi seperti yang nampak pada batang pohon. Dari
segi warna environment mengikuti waktu yang ada yaitu sore menjelang malam
sehingga warna biru mendominasi warna yang seharusnya hijau. Yang dapat
diambil dari percobaan pertama sehingga didapatkan percobaan kedua yang lebih
vector pada objek 2D yang harus dipoles dengan brush agar ketajamannya
berkurang dan tidak mengacaukan fokus pada karakter, serta pemilihan aset yang
dikurangi dan ditambahi contohnya pohon yang harus dikurangi mencegah efek
keseragaman namun semak yang perlu dirimbuni agar memberi efek kedalaman
dan menghilangkan efek datar yang lekat pada gaya vector. Faktor lainnya untuk
menghilangkan efek datar ini adalah dengan goresan brush yang kecil memenuhi
ruang kosong dengan ornamen lumut, jamur, maupun rumput yang jika
sebelumnya adalah objek vector berupa tumbuhan merambat kemudian menjadi
goresan brush.
Gambar 3.35. Hasil Shot 46 dan 47
Kemudian teknik compositting yang sama diterapkan pada shot 59 dan 63
menjadikan environment sebagai background yang jauh karena dipengaruhi lokasi
tempat dan storyboard, tentunya hal ini membuat detail harus dikurangi.
Gambar 3.36. Shot 59 Dan 63
Pada shot 59 penulis mengutamakan kesan ketenangan oleh karena itu fokus
penonton adalah karakter odi yang berjalan ditengah area kosong dan tidak
diganggu oleh detail detail lainnya, sedangkan pada shot 46 adalah shot yang
harus menunjukan karakter Odi yang terpental oeh karena itu penulis tidak