• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Umum Penerapan Smk3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Petunjuk Umum Penerapan Smk3"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK UMUM

PENERAPAN SISTEM

MANAJEMEN K3

Sesuai

Permenaker No. 05/MEN1996

(2)

BAB 1

Ruang Lingkup

Ebook ini memberikan pedoman mengenai pengembangan dan pelaksanaan sistem manajemen K3 serta prinsip dan integrasinya dengan sistem manajemen lain. Ebook ini dapat diaplikasikan pada setiap perusahaan, dengan tidak memperhatikan besar perusahaan, jenis industri atau tingkat pemahamannya terhadap pelaksanaan K3, yang memiliki keinginan untuk mengembangkan, menerapkan atau meningkatkan sistem manajemen K3.

Ebook ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau sumber referensi bagi perusahaan sehingga dapat mulai menerapkan sistem manajemen K3-nya sendiri di tempat kerja.

(3)

BAB 2

Definisi

2.1 Audit

Pemeriksaan secara sistematis dan independen untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.

2.2 Ahli K3 (AK3)

Tenaga tehnis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-Undang Keselamatan Kerja.

2.3 Bahaya

Sumber atau kondisi yang berpotensi menimbulkan cidera, sakit, dan atau kematian pada manusia.

2.4 Insiden

Suatu kejadian yang tidak diinginkan/direncanakan yang dapat atau menimbulkan cidera, sakit dan atau kematian pada manusia.

2.5 Kecelakaan

Suatu kejadian yang tidak diinginkan/direncanakan yang menimbulkan cidera, sakit dan atau kematian pada manusia.

2.6 Penilaian Risiko

Keseluruhan proses terhadap penentuan besarnya risiko yang ada serta menentukan apakah risiko tersebut masih berada dalam batas toleransi sehingga dapat ditentukan prioritas untuk pengendaliannya.

2.7 P2K3

Organisasi yang dibentuk sebagai media kerjasama antara pengusaha/pengurus dengan wakil tenaga kerja untuk mambahas masalah-masalah K3 di tempat kerja.

2.8 Risiko

Kombinasi antara kemungkinan terjadi dan akibat yang ditimbulkan dari suatu kejadian yang berbahaya.

(4)

BAB 3

Prinsip & Unsur SMK3

3.1 Umum

Model umum yang digunakan dalam penerapan dari sistem manajemen K3 mengikuti model yang dikembangkan oleh W. Edward Deming dengan pola PDCA (plan do check action), dimana terdapat 5 prinsip penerapan sistem manajemen K3 sesuai lampiran-1 Permenaker No. 05/MEN/1996;

Prinsip-1 Komitmen dan Kebijakan. Perusahaan harus mendefinisikan kebijakan K3

dan menjamin komitmennya terhadap SMK3

Prinsip-2 Perencanaan. Perusahaan harus merencanakan untuk mencapai kebijakan,

tujuan dan sasaran K3.

Prinsip-3 Penerapan. Agar penerapan SMK3 dapat efektif, maka perushaan perlu

mengenmbangkan kemampuan dan mendukung mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3.

Prinsip-4 Pengukuran dan Evaluasi. Perusahaan harus mengukur, memantau dan

mengevaluasi kinerja K3-nya serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.

Prinsip-5 Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen. Perusahaan perlu

secara rutin melakukan peninjauan ulang dan terus menerus meningkatkan SMK3, dengan sasaran meningkatkan kinerja K3.

(5)

3.2 KOMITMEN DAN KEBIJAKAN

3.2.1 Kepemimpinan dan Komitmen.

Manajemen senior perlu menunjukkan kepemimpinan dan komitmennya terhadap K3 dengan mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk menjamin kemajuan. Semua tingkatan personil dalam perusahaan juga harus menunjukkan komitmennya terhadap K3, sehingga SMK3 yang ada dapat dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik.

Komitmen ini juga turut harus dimiliki oleh setiap personil/tenaga kerja di perusahaan dengan cara memberikan penyadaran kepada mereka mengenai pengaruh dari tindakan dan kelalaian yang mereka lakukan terhadap efektifitas SMK3. Tenaga kerja juga perlu diberikan kesempatan untuk dapat berperan serta dalam perencanaan, penerapan, pengendalian dan peningkatan SMK3.

Bentuk wujud komitmen dari pihak manajemen dalam SMK3 dibuktikan dengan antara lain;

a. Membentuk organisasi K3 (misal; P2K3) dan menempatkannya dalam posisi yang dapat

menentukan keputusan perusahaan.

b. Menyediakan anggaran khusus untuk penerapan K3 di perusahaan.

c. Menyediakan sarana-sarana serta tenaga kerja yang berkualitas yang diperlukan dalam

penerapan K3.

d. Menetapkan tanggung jawab K3 yang jelas pada semua tingkatan personil dalam perusahaan.

e. Terlibat dalam kegiatan perencanaan, penerapan dan koordinasi pelaksanaan K3.

f. Melakukan kegiatan pengukuran terhadap kinerja penerapan K3.

Dengan dilakukannya kegiatan meninjau ulang pelaksanaan SMK3 oleh pihak manajemen senior maka hal tersebut dapat menunjang keberhasilan penerapan SMK3 di perusahaan.

Prinsip-1 Komitmen dan Kebijakan. Perusahaan harus mendefinisikan kebijakan K3 dan

menjamin komitmennya terhadap SMK3

Bantuan Praktis : Organisasi P2K3

P2K3 merupakan organisasi K3 di tempat kerja yang pembentukannya diatur dalam peraturan perundangan K3 di Indonesia. Setiap perusahaan dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih maka wajib membentuk P2K3. P2K3 dibentuk dengan komposisi terdiri dari manajemen dan perwakilan tenaga kerja di perusahaan. Tujuan dibentuknya P2K3 sebagai media kerja sama antara manajemen dengan tenaga kerja dalam membahas masalah-masalah K3 di tempat kerja.

Detil pembentukan, struktur organisasi, peran dan tugas P2K3 dapat dibaca dalam Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 04/MEN/1987.

(6)

Bantuan Praktis : Ahli K3 Umum

Salah satu penanggung jawab K3 yang harus ada di perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam Permenaker No. 04/MEN/1987 dan No. 02/MEN/1992 adalah ditunjuknya minimal 1 orang sebagai Ahli K3 perusahaan. Ahli K3 adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker & Trans RI yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi untuk mengawasi ditaatinya Undang-Undang Keselamatan Kerja. Seseorang dapat ditunjuk sebagai Ahli K3 bila telah menyelesaikan pelatihan Ahli K3 yang diselenggarakan oleh Depnaker & Trans RI dan berhasil lulus ujian.

Untuk dapat ditunjuk sebagai Ahli K3 suatu perusahaan maka harus memenuhi beberapa persyaratan seperti; 1. Personil bekerja penuh pada perusahaan/instansi yang bersangkutan.

2. Berbadan sehat. 3. Berkelakuan baik.

4. Memiliki pendidikan minimal sarjana dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun atau sarjana muda atau sederajat dengan pengalaman kerja minimal 4 tahun.

5. Lulus dari tim penilai (lulus ujian dalam pelatihan AK3 yang diikutinya)

Penunjukkan seseorang sebagai Ahli K3 berlaku untuk jangka waktu 3 tahun. Penunjukkan atau surat keputusan penunjukan sebagai Ahli K3 di perusahaan yang bersangkutan tidak berlaku apabila;

1. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain. 2. Mengundurkan diri

3. Meninggal dunia

Kewajiban seorang Ahli K3 yaitu ;

1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan K3 sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukkannya;

2. Memberikan laporan kepada Menaker atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut;

 Untuk AK3 di tempat kerja satu kali dalam 3 bulan, kecuali ditentukan lain

 Untuk AK3 di perusahaan yang memberikan jasa K3 setiap saat setelah selesai melakukan kegiataannya.

3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat berhubung dengan jabatannya.

(7)

3.2.2 Tinjauan Awal K3.

Untuk melihat kondisi yang berhubungan dengan pelaksanaan K3 di dalam perusahaan pada saat ini maka dilakukan peninjauan awal terhadap pengaturan K3 dengan maksud untuk:

a. Mengidentifikasikan kesenjangan antara sistem yang telah ada dan standar yang sudah

ditentukan.

b. Mengidentifikasi potensi bahaya yang ada dalam proses operasi perusahaan.

c. Menilai tingkat pengetahuan dan pemenuhan terhadap standar K3 serta perundangan.

d. Membandingkan penerapan yang ada sekarang dengan praktek dan kinerja yang terbaik dari

perusahaan lain.

e. Meninjau ulang pengalaman masa lampau dalam hal ini seperti kejadian insiden, hasil penilaian

sebelumnya, ganguan dan hal lain yang berkaitan dengan K3.

f. Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.

Informasi yang didapatkan dari kegiatan tinjauan awal ini akan menjadi petunjuk bagi perusahaan dalam merencanakan penerapan elemen-elemen dari SMK3 ini.

Bantuan Praktis : Tinjauan Awal

Dalam kegiatan tinjauan awal, perusahaan melakukan identifikasi terhadap kekurangan yang harus dilengkapi oleh perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan elemen-elemen penerapan SMK3 sesuai lampiran-1 Permenaker No. 05/MEN/1996. Selain itu pendekatan yang dapat diambil oleh perusahaan adalah dengan membandingkan sistem yang telah ada di perusahaan terhadap kritera audit SMK3 sesuai lampiran-2 Permenaker 05/MEN/1996.

Teknik atau metode dalam tinjauan awal yang dapat dilakukan antara lain; a. Daftar periksa

b. Wawancara c. Kuesioner

d. Pemeriksaan dan pengukuran langsung

e. Penilaian yang dilakukan oleh pihak luar seperti oleh konsultan f. Tinjauan ulang catatan

(8)

3.2.3 Kebijakan K3.

Kebijakan K3 dari suatu perusahaan adalah merupakan pernyataan umum yang ditandatangani oleh manajemen senior yang menyatakan komitmennya dan kehendaknya untuk bertanggung jawab terhadap K3. Untuk dapat mengkomunikasikan kebijakan K3 tersebut kepada semua personil di dalam perusahaan, maka perlu dibuat suatu kebijakan yang jelas.

Kebijakan K3 perusahaan harus sesuai dengan visi dan tujuan perusahaan, bersifat dinamis dan dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, isinya menyatakan komitmen perusahaan untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta komitmen perusahaan untuk meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan.

Kebijakan K3 ini dimaksudkan untuk menjelaskan kepada karyawan, mitra kerja, pemasok, dan pelanggan bahwa K3 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh operasi. Komitmen juga harus diperkuat dengan adanya bukti keterlibatan aktif dari manajemen dalam penerapan K3 dan kegiatan peninjauan ulang serta peningkatan kinerja K3.

Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara manajemen dengan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan.

Perusahaan secara rutin juga harus melakukan peninjauan terhadap kesesuaian isi kebijakan K3 terhadap kondisi terkini di dalam perusahaan serta perubahan yang terjadi. Perubahan ini mencakup; perubahan peraturan perundangan K3, perubahan organisasi dalam perusahaan dan perubahan terhadap operasi, peralatan, cara kerja dan material yang digunakan.

Bantuan Praktis : Penyusunan Kebijakan K3

Pertanyaan berikut dapat membantu dalam menetapkan atau menuliskan suatu kebijakan K3 di perusahaan. 1. Integrasi dan relevansi Apakah kebijakan telah mencakup dan sesuai dengan ;

(a). Pernyataan visi, misi dan nilai-nilai yang diyakini ? (b). Keseluruhan sistem manajemen ?

(c). Kegiatan, produk serta jasa ?

2. Pertanggungjawaban Apakah kebijakan K3 menetapkan tanggung jawab dalam hal ;

(a). Penetapan tujuan dan sasaran untuk mencegah cidera dan sakit ? (b). Mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi tujuan & sasaran ? (c). Meninjau ulang pernyataan komitmen dalam kebijakan K3 ? 3. Pencegahan Apakah kebijakan K3 menggunakan pendekatan secara preventif ? 4. Pemenuhan Apakah kebijakan K3 mencakup pernyataan pemenuhan atau

kepatuhan terhadap ;

(a). Perundangan K3 yang relevan ?

(9)

KEBIJAKAN K3

PT ABC

Kepedulian PT ABC terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan operasional dan bisnis perusahaan yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab semua jajaran di perusahaan.

PA ABC bertekad untuk melaksanakan kegiatan industri yang bergerak dalam bidang manufakturing telekomunikasi yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja , sehingga dapat tercipta tempat kerja yang aman serta nyaman bagi siapapun yang berada di tempat kerja. Untuk dapat memenuhi hal tersebut maka PT ABC berkomitmen ;

 Mematuhi peraturan perundangan K3 yang terkait dengan kegiatan dan operasi PT ABC

 Memberikan perlindungan bagi semua personil di tempat kerja sehingga dapat dicegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

 Memberikan pelatihan dan kompetensi yang sesuai dan memadai agar tenaga kerja dapat bekerja secara aman dan selamat

 Memperhatikan aspek K3 dalam semua kegiatan operasinya

 Melakukan peninjauan dan peningkatan kinerja dari pelaksanaan K3 secara teratur

Komitmen di atas akan menjadi landasan dan acuan bagi manajemen dan semua tenaga kerja PT ABC dalam pelaksanaan aktifitasnya sehari-hari. Pihak manajemen bersama dengan semua tenaga kerja akan berusaha untuk dapat melaksanakan komitmen tersebut dan berpartisipasi akftif dalam kegiatan dan program manajemen K3.

Jakarta, 10 Juli 2008 PT ABC

Ir. Nizar Zulmi Direktur Utama

(10)

3.3 PERENCANAAN

3.3.1 Umum

Keberhasilan penerapan dan pelaksanaaan SMk3 memerlukan suatu proses perencanaan yang efektif dengan hasil (output) yang terdefinisi yang baik serta dapat diukur. Proses perencanaan harus mencakup kegiatan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta identifikasi kesesuaian dengan peraturan dan persyaratan K3 yang terkait dengan operasi perusahaan.

Dalam perencanaan perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran K3 yang spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, sesuai dengan kondisi perusahaan dan memiliki jangka waktu penyelesaiannya. Selain itu dalam penetapan tujuan dan sasaran tersebut, perusahaan juga menetapkan indikator kinerja dari tujuan dan sasaran K3 tersebut. Penetapan indikator menjadi penting untuk dapat diukur kinerja dari tujuan dan sasaran K3 yang telah ditetapkan.

3.3.2 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertmbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu perusahaan harus menetapkan, memelihara dan melaksanakan prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Penerapan dari prosedur tersebut juga harus mempertimbangkan bahwa perusahaan telah menunjuk personil yang kompeten untuk melakukan kegiatan identifikasi bahaya dan penilaian risiko tersebut.

Prinsip-2 Perencanaan. Perusahaan harus merencanakan untuk memenuhi kebijakan, tujuan

dan sasaran K3.

Bantuan Praktis : Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang disusun oleh perusahaan dapat mencakup berbagai bidang, misalnya ; a. Rencana yang bersifat spesifik untuk mengelola dan mengendalian risiko K3

b. Rencana untuk menghadapi keadaan darurat yang mungkin timbul di perusahaan c. Rencana untuk memenuhi tujuan dan sasaran K3 yang telah ditetapkan perusahaan d. Rencana yang terkait dengan hasil dari tinjauan awal SMK3

e. Rencana yang terkait dengan tindakan perbaikan dan pencegahan dari suatu kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Tingkat dan kompleksitas dari perencanaan harus sesuai dengan ukuran, kompleksitas dan kondisi perusahaan serta risiko yang harus dikelolanya.

(11)

Bantuan Praktis : Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko K3

Tahapan dalam melaksanakan kegiatan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko mengikuti diagram alir berikut ini;

Menetapkan Konteks

Kegiatan menetapkan ruang lingkup kegiatan & operasional perusahaan, metode identifikasi bahaya dan penilaian risiko, pelaksana kegiatan, dan dokumentasi proses identifikasi bahaya & penilaian risiko.

Identifikasi Bahaya

Proses identifikasi potensi bahaya yang memungkinkan terjadinya cidera, sakit atau kematian manusia. Bahaya dapat berasal dari bahan, peralatan, cara kerja dan kondisi lingkungan kerja.

Analisa Risiko

Proses menganalisa seberapa besar peluang untuk terjadi kerugian dan akibat yang dapat ditimbulkan dari suatu potensi bahaya. Pada penilaian risiko ini mempertimbangkan bentuk pengendalian yang sudah ada. Metodologi dalam analisa ini dapat secara kualitatif, semikuantitatif dan kuantitatif.

Evaluasi Risiko

Proses membandingkan tingkat risiko terhadap kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tingkat risiko yang didapat mempengaruhi terhadap prioritas tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Penanganan Risiko

Proses yang melibatkan identifikasi pilihan tindakan untuk menangani risiko yang telah dievaluasi. Selain itu pada tahap ini juga dilakukan perencanaan tindakan penanganan risiko , penetapkan sumber daya dan pelaksana serta bagaimana rencana penanganan risiko tersebut dimonitor.

Monitor dan Tinjau

Penanganan risiko yang telah diterapkan harus dimonitor dan ditinjau secara berkala terutama bila terjadi perubahan terhadap proses, material dan metode kerja yang dapat mempengaruhi derajat dari risiko yang ada.

Komunikasi dan Konsultasi

Semua tahapan dalam proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dikomunikasikan dan

Menetapkan Konteks

Identifikasi Bahaya

Analisa Risiko

Evaluasi Risiko

Penanganan Risiko

Monitor dan Tinjau

(12)

3.3.3 Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

Perusahaan harus menyusun dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi, menginventarisasi dan mengkomunikasikan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

Untuk menjaga pemenuhan terhadap peraturan, perusahaan harus menyimpan semua catatan yang berhubungan dengan persyaratan perundangan tersebut dan persyaratan lainnya serta perubahan yang mungkin ada. Catatan ini juga harus memberikan informasi yang bersangkutan mengenai persyaratan perundangan dan lainnya, kepada seluruh karyawannya.

Bantuan Praktis : Peraturan dan Persyaratan Lainnya

Peraturan yang harus dipenuhi oleh perusahaan sangat tergantung dari kondisi yang ada di perusahaan tersebut. Biasanya peraturan K3 yang terkait mencakup;

a. Hal yang spesifik terhadap suatu kegiatan

b. Hal yang spesifik terhadap produk atau jasa perusahaan c. Hal yang spesifik terhadap jenis industri perusahaan d. Mengenai perijinan alat/instalasi

e. Mengenai kompetensi seseorang / lisensi K3

Dalam melakukan updating dari daftar perusahaan yang diikuti oleh perusahaan dapat dicari melalui sumber informasi yaitu ;

a. Kantor pemerintahan b. Asosiasi industri c. Database di internet d. Jasa profesional K3

(13)

Daftar Peraturan Perundangan K3

Berikut ini daftar peraturan perundangan K3 yang berlaku di Indonesia.

UU & Peraturan Pemerintah

No Judul Peraturan Judul Peraturan 1 UU No. 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja 2 UU No. 30 tahun 1930 Undang-Undang Uap

3 PP No.7 tahun 1973 Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida 4 PP No.74 tahun 2001 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

5 PP No. 63 tahun 2000 Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion

Permenaker

1 No. 01/MEN/1976 Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan 2 No. 01/MEN/1980 K3 pada Konstruksi Bangunan

3 No. 02/MEN/1980 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

4 No. 04/MEN/1980 Syarat-Syarat Pemasangan & Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan 5 No. 01/MEN/1981 Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

6 No. 01/MEN/1982 Bejana Tekan 7 No. 02/MEN/1982 Kwalifikasi Juru Las 8 No. 03/MEN/1982 Pelayanan Kesehatan Kerja

9 No. 02/MEN/1983 Instalasi Alarm Kebakaran Automatik 10 No. 03/MEN/1985 Pemakaian Asbes

11 No. 04/MEN/1985 Pesawat Tenaga dan Produksi 12 No. 05/MEN/1985 Pesawat Angkat dan Angkut 13 No. 04/MEN/1987 P2K3 dan Penunjukan Ahli K3

14 No. 01/MEN/1988 Kwalifikasi dan Syarat-Syarat Operator Pesawat Uap 15 No. 01/MEN/1989 Kwalifikasi dan Syarat-Syarat Operator Keran Angkat 16 No. 02/MEN/1989 Pengawasan Instalasi Penyalur Petir

17 No. 02/MEN/1992 Ahli K3 18 No. 05/MEN/1996 SMK3

19 No. 03/MEN/1998 Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Kerja 20 No. 03/MEN/1999 K3 Lift Orang dan Barang

21 No. 15/MEN/2008 P3K di Tempat Kerja

Kepmenaker

1 No. 51/MEN/1999 Nilai Ambang Faktor Fisika di Tempat Kerja 2 No. 186/MEN/1999 Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja 3 No. 187/MEN/1999 Pengendalian Bahan Kimia di Tempat Kerja No Judul Peraturan Judul Peraturan

(14)

3.3.5 Indikator Kinerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3 perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3.

Dengan adanya indikator kinerja maka akan dihasilkan suatu sasaran K3 yang khusus dimana sasaran tersebut dapat diukur, dicapai, sesuai dengan kenyataannya serta memiliki jangka waktu pencapaiannya.

Misalnya ;

Tujuan : Melaksanakan SMK3

Sasaran : Penerapan SMK3 secara penuh dalam waktu enam bulan

Indikator : % unit kerja yang memenuhi kriteria

Sasaran khusus : Seluruh unit kerja dalam perusahaan memenuhi seluruh kriteria audit SMK3 dalam waktu 6 bulan.

Tujuan : Mengurangi cidera akibat penanganan manual di gudang

Sasaran : Pengurangan cidera sebesar 50% dari data tahun lalu

Indikator : % jumlah cidera akibat penanganan manual

Sasaran khusus : Mengurangi jumlah cidera akibat penanganan manual di gudang sebesar 50% dari data cidera tahun lalu.

Beberapa indikator K3 lainnya yang dapat digunakan yaitu ; Indikator Negatif

 Angka kecelakaan kerja

 Angka kasus penyakit akibat kerja

 Jumlah laporan pelanggaran K3

 Jumlah ketidaksesuaian pelaksanaan SMK3

Indikator Positif

 Penyelesaian suatu program kerja

 Jumlah pelatihan yang terlaksana

 Penyelesaian tindakan pengendalian risiko

 Angka hasil pengukuran lingkungan kerja

 Jumlah pemakaian alat pelindung diri

 Jumlah alat K3 yang tersedia

(15)

3.4 PENERAPAN

3.4.1 Umum

Untuk mencapai sasaran K3, maka perusahaan harus melibatkan setiap personil yang ada serta memfokuskannya ke dalam sistem, strategi, sumber daya dan strukturnya.

3.4.2 Jaminan Kemampuan

3.4.2.1 Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana.

Sumber daya manusia, sumber daya fisik (misalnya sarana, peralatan), serta sumber daya finansial penting bagi penerapan kebijakan K3 dari suatu perusahaan. Oleh karena itu menjadi tugas perusahaan agar dapat mengalokasikannya secara tepat dan sesuai kepetingannya.

Penetapan sumber daya manusia yang diperlukan dalam penerapan SMK3 perlu mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait serta hasil identifikasi bahaya yang ada. Beberapa peraturan K3 di Indonesia mensyaratkan mengenai tersedianya personil dengan tanggung jawab K3 yang khusus/ memerlukan lisensi K3 yang spesifik.

Penetapan sumber daya fisik berupa peralatan yang dibutuhkan dalam penerapan SMK3 juga terkait dengan beberapa ketentuan dalam perundangan K3 atau berdasarkan potensi bahayanya.

Prinsip-3 Penerapan. Agar penerapan dapat berjalan efektif, maka perusahaan harus

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3

Bantuan Praktis : Penyediaan Sumber Daya

Berikut ini beberapa kompetensi K3 yang perlu dimiliki oleh personil dalam perusahaan ; a. Personil Ahli K3 (AK3) Umum

b. Personil Ahli K3 Khusus seperti ahli K3 kebakaran, ahli K3 kimia, ahli K3 konstruksi, dll c. Petugas dari tim penanggulangan kebakaran

d. Petugas P3K

e. Dokter/paramedis dari pihak perusahaan

f. Petugas pelaksana identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko g. Personil pelaksana penyelidikan kecelakaan kerja

h. Operator alat seperti operator forklift, operator boiler, operator keran angkat, juru las. Berikut ini sarana K3 yang diperlukan sesuai SMK3 ;

a. Alat pemadam kebakaran (APAR, Hidran, Sprinkler) b. Alat deteksi (Detektor Kebakaran)

c. Alat P3K (kotak, tandu, eye wash station, safety shower) d. Alat ukur & uji K3 (optional)

(16)

3.4.2.2 Integrasi

Perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang terdokumentasi dan dilaksanakan akan merasa mudah mengembangkan serta mengintegrasikan sistemnya ke dalam SMK3. Perusahaan lain mungkin lebih memilih memperkenalkan sistem yang terdokumentasi secara terpisah. Dalam melaksanakan komitmen K3, perusahaan harus mengarahkan pada;

a. Penentuan kapasitas untuk menyeimbangkan dan menyelesaikan konflik antara K3 serta tujuan

dan prioritas perusahaan yang lain;

b. Penyatuan K3 ke dalam keseuruhn proses manajemen, misalnya sistem yang sesuai dengan

salah satu standar seri ISO 9000 ataupun 14000..

3.4.2.3 Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Agar K3 dapat berjalan efektif maka seluruh karyawan dari seluruh tingkatan dalam perusahaan harus didorong untuk ikut serta dalam pengembangan dan pelaksanaan program-program K3. Guna menjamin efektifnya pengembangan dan pelaksanaan SMK3 maka perlu suatu budaya perusahaan yang mendukung terhadap SMK3 tersebut.

Disini perusahaan perlu;

a. Mendefinisikan, menetapkan, mendokumentasikan dan meyebarluaskan tanggung jawab dan

tanggung gugat K3, wewenang untuk bertindak, serta laporan dimana berhubungan dengan semua manajer, karyawan, kontraktor dan pengunjung.

b. Mempunyai proses dalam memantau dan menginformasikan setiap perubahan tanggung jawab

dan tanggung gugat apabila ditimbulkan oleh perubahan sistem atau proses K3; dan

c. Dapat memberikan respon dengan cepat dan tepat waktu serta efektif terhadap perubahan

keadaan atau situasi.

Pada saat tanggung jawab pokok mengenai K3 berada di tangan pihak manajemen;

a. Orang pada tingkat manajemen senior diberi tugas untuk menjamin bahwa SMK3 telah

dilaksanakan, dimana kinerjanya juga sesuai dengan yang diharapkan di setiap lokasi dan bidang operasi dari perusahaan; dan

b. Perusahaan perlu menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman dari tenaga kerja

merupakan sumber yang paling berharga sehingga dapat mendorong dalam pelimpahan tanggung jawab dan wewenang untuk pengembangan dan penerapan SMK3.

(17)

Pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja juga merupakan salah satu cara untuk penyampaian informasi K3 yang berkaitan dengan peringatan suatu potensi bahaya di tempat kerja atau suatu aturan/larangan yang harus ditaati oleh semua personil yang ada di lokasi kerja.

Berikut ini jenis-jenis rambu K3 yang ada di lokasi kerja.

Mandatory Sign

Yaitu rambu-rambu yang berisi informasi berupa kewajiban/ sesuai yang harus dipatuhi/dipenuhi. Pada contoh di samping adalah rambu untuk wajib menggunakan alat pelindung telinga (hearing protection).

Prohibition Sign

Yaitu rambu-rambu yang berisi informasi berupa larangan/ sesuai yang harus dihindari/tidak boleh dilakukan. Pada contoh di samping adalah rambu untuk larangan merokok (no

smoking).

Warning Sign

Yaitu rambu-rambu yang berisi informasi berupa peringatan akan suatu potensi bahaya. Pada contoh di samping adalah rambu untuk peringatan bahaya bahan korosif.

Emergency Sign

Yaitu rambu-rambu yang berisi informasi mengenai lokasi alat

penyelamat dalam keadaan darurat/fasilitas untuk

keselamatan diri dalam keadaan darurat. Pada contoh di samping adalah rambu untuk lokasi safety shower.

Fire Equipment Sign

Yaitu rambu-rambu yang menunjukkan fasilitas pemadam kebakaran. Pada contoh di samping adalah rambu untuk lokasi selang kebakaran untuk hidran.

(18)

3.5 PENGUKURAN DAN EVALUASI

3.5.1 Umum

Pengukuran, pemantauan dan evaluasi adalah kegiatan kunci yang menjamin bahwa perusahaan telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijakan K3, tujuan dan sasaran serta perencanaan awal yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perusahaan harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk melakukan kegiatan pengukuran dan evaluasi terhadap kinerja SMK3 dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan.

Hasil dari kegiatan pengukuran kinerja SMK3 tersebut kemudian harus dianalisa dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam menerapkan SMK3 dan mengidentifikasi pada bidang apa perusahaan perlu melakukan tindakan korektif dan pencegahan. Perusahaan juga harus menetapkan metode pengukuran, pemantauan dan pengujian yang akan digunakan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dan aktual serta menjamin alat ukur yang digunakan telah melalui proses kalibrasi sesuai standar yang berlaku.

3.5.2 Inspeksi dan Pengujian

Perusahaan perlu menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur dalam melakukan perencanaan terhadap pemeriksaan, pengujian serta pemantauan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan dan sasaran K3

Dalam prosedur tersebut mencakup;

a. Penetapan frekuensi kegiatan

b. Alokasi personil yang memiliki keahlian yang memadai untuk melakukan kegiatan pemeriksaan,

pemantauan dan pengujian

c. Penyimpanan dan pemeliharaan catatan-catatan hasil pemeriksaan, pemantauan dan

pengujian dan disediakan untuk manajemen atau pihak lain yang berkepentingan

d. Penetapan alat dan prosedur pengujian yang sesuai dengan standar yang berlaku

e. Memastikan dilakukannya tindakan perbaikan atas hasil inspeksi, pengujian dan pemantauan

yang tidak sesuai standar/persyaratan K3

f. Pelaksanaan kegiatan tinjauan ulang terhadap penyelesaian dan efektifitas dari tindakan

perbaikan yang diusulkan.

Prinsip-4 Pengukuran dan Evaluasi. Perusahaan perlu mengukur, memantau dan

(19)

: : : Subject Check point Standard Aktual Temuan Keterangan Yes No   Kondisi lantai

Permukaan utuh (tidak pecah, berlobang), bersih dari sampah dan debu.

Display / Petunjuk

Ada, baik dan Jelas.

Garis batas

Yellow line terlihat jelas.

Rak, meja, cabinet

Kondisi tidak rusak, bersih, rapi, jelas identitasnya

Tempat sampah

Isinya sesuai / tidak campur (B3 / Non B3) , rapi (tidak berantakan)

Kondisi

Komponen masih lengkap, bersih dari debu, oli

Label peringatan

Ada sesuai kebutuhan dan kondisi baik dan Jelas

Pedoman bekerja

Ped. Bekerja, Check sheet harian ada dan dilaksanakan

Safety device

Berfungsi normal dan difungsikan (tidak diganjal, dsb).

Kondisi

Tidak rusak, berkarat , bersih dari oli dan debu.

Penempatan

Tertata rapi, sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

Label

Ada dan Jelas.

  -barang   Kondisi

Baik, bersih dari kotoran dan debu.

Status / label

Jelas. Good/ defect, Isi, kosong, dipakai, dsb

Safety/ Quality

Penyimpanan aman, sesuai standard safety dan Quality

Penempatan

Sesuai standard penempatan (box /Pallet) dan tidak bercampur.

Kondisi

Baik, Bersih, lampu / bel berfungsi.

Label peringatan

Ada, sesuai kondisi termasuk penanggung jawab

Pedoman bekerja

Pedoman Bekerja, Check sheet harian ada dan dilaksanakan

Penempatan

Sesuai standard, dalam batas line , Fork diturunkan

  -bahan   Kondisi

Tertutup, tidak bocor, tidak ada tumpahan.

    Penempatan Didalam rak     Pedoman bekerja

Ada Ped. Bekerja, Pedoman Safety (MSDS)

Identitas

Ada label dan Jelas.

PPE

Dipakai dengan benar.

    Pekerjaan / Tugas Tugas masing

-masing jelas (in Line & Off Line).

Tingkah laku

Bekerja dengan sungguh

-sungguh

Safety & Quality

Bekerja sesuai Pedoman Bekerja (Manual) dan Safety.

File / dokumen

Tersusun rapi pada tempatnya, tidak berantakan,

Kabel / stop kontak

Tidak melintang di jalan, tidak ada yg mengelupas, sambungan tdk kendor

Lingkungan kerja

Penerangan cukup, suhu ruangan tidak terlalu dingin/panas (24

- 26 C)

(20)

3.5.3 Audit Sistem Manajemen K3

Audit sistem manajemen K3 secara berkala diperlukan untuk menentukan apakah sistem (termasuk kebijakan, tujuan dan sasaran K3 perusahaan, penerapan rencana K3, pengendalian operasional dan sebagainya) telah diterapkan dan dipelihara serta apakah perusahaan telah memenuhi tujuan K3 yang telah ditetapkan dalam kebijakan K3.

Audit perlu dilakukan secara objektif dan independen oleh personil yang memiliki wewenang dan kompeten untuk melakukan penilaian tersebut. Personil auditor internal yang kompeten ini mencakup pengetahuan mengenai bagaimana proses audit berjalan, memahami hal-hal yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk menjadi auditor yang berkualitas dan profesional, memiliki pemahaman mengenai elemen-elemen audit SMK3 serta mengetahui peraturan perundangan K3 yang terkait.

Frekuensi pelaksanaan audit internal SMK3 ditetapkan berdasarkan potensi bahaya yang ada di unit kerja, hasil dari audit internal sebelumnya serta setelah suatu kejadian insiden.

Hasil dari audit internal SMK3 harus dapat dipakai oleh manajemen senior dalam proses tinjauan ulang SMK3.

3.5.4 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Temuan, kesimpulan dan saran-saran yang dihasilkan oleh kegiatan pemantauan, audit dan tinjauan tentang SMK3 perlu didokumentasikan, serta tindakan perbaikan dan pencegahan perlu diterapkan. Manajemen harus menjamin tindakan perbaikan dan pencegahan tersebut telah dilaksanakan dan ditinjau ulang untuk menentukan efektifitasnya.

Bantuan Praktis : Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Perusahaan harus menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan dari setiap temuan hasil pemantauan dan pengukuran SMK3. Terutama pada hasil audit internal SMK3 di perusahaan.

Tindakan Perbaikan

Yaitu tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kondisi suatu temuan/ketidaksesuaian yang ditemukan. Tindakan perbaikan tidak langsung menangani sumber penyebab temuan tersebut. Misalnya ditemukan lantai licin akibat adanya genangan air yang berasal dari kebocoran di langit-langit akibat adanya hujan tadi malam. Maka tindakan perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengeringkan/mengepel lantai agar jangan sampai orang terpeleset dan cidera.

Tindakan Pencegahan

Yaitu tindakan yang akan dilakukan untuk mencegah suatu temuan/kondisi yang tidak sesuai untuk terjadi/ timbul. Tindakan ini langsung menangani pada sumbernya. Misalnya untuk kasus yang sama, terhadap kondisi kebocoran maka akan dilakukan tindakan pencegahan berupa memperbaiki atap atau mengganti terpal penahan air pada atap bangunan yang rusak/robek sehingga jika terjadi hujan tidak akan bocor. Tindakan tersebut akan mencegah terjadinya kondisi lantai yang licin jika turun hujan.

(21)

Mulai

Audit

Manajer Audit

Penunjukkan

Lead Auditor

Manajer Audit

Penunjukkan

Anggota Tim Audit

Lead Auditor

Menyiapkan

Checklist Audit

Lead Auditor

Konfirmasi Ren-

cana Audit ke

Wakil Auditee

Lead Auditor

Laksanakan Audit

& Catat NC

Lead Auditor & Tim

Klarifikasi dng

Auditee

Lead Auditor

Laporan Hasil

Audit ke Manajer

Audit

Lead Auditor

Penjadualan Audit

Berikutnya Atas

Hasil Audit

Manajer Audit

Monitor

Implemen-tasi CA/PA

Manajer Audit

Menutup NC yang

Selesai

Manajer Audit

Laporan

Rangkuman Audit

ke MR

Manajer Audit

Selesai

(22)

3.6 TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN

3.6.1 Tinjauan Ulang SMK3

Manajemen eksekutif suatu perusahaan pada selang waktu tertentu perlu melakukan tinjauan ulang terhadap SMK3 untuk menjamin kesesuaian dan efektifitasnya dalam memenuhi kebijakan dan tujuan K3.

Peninjauan ulang SMk3 harus cukup luas dan mencakup keterlibatan K3 dalam segala aktifitas, produk atau jasa dari perusahaan, termasuk pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.

Tinjauan ulang SMK3 mencakup;

a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3

b. Tinjauan ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3

c. Temuan audit SMK3

d. Evaluasi efektifitas penerapan SMk3 dan kebutuhan untuk mengubah SMK3 sesuai dengan;

(i) perubahan perundangan;

(ii) perubahan harapan dan tuntutan dari pihak yang berkepentingan dan pasar;

(iii) perubahan dalam produk atau kegiatan perusahaan;

(iv) perubahan dalam struktur perusahaan;

(v) pengalaman yang didapat dari insiden K3;

(vi) tuntutan pasar;

(vii) pelaporan dan komunikasi;

(ix) umpan balik (khususnya karyawan)

Kegiatan tinjauan manajemen ini biasanya dilakukan tiap 6 bulan atau setahun sekali. Pelaksanaan tinjauan manajemen terhadap pelaksanaan SMK3 dapat dilakukan melalui pertemuan khusus atau dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan rapat P2K3. Dengan demikian maka dalam rapat tinjauan manajemen tersebut juga terdapat keterlibatan dari wakil tenaga kerja yang duduk sebagai anggota P2K3.

Prinsip-5 Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen. Perusahaan perlu secara

rutin meninjau ulang dan terus menerus meningkatkan SMK3 dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan matematika realistik yaitu, (1) Siswa diberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari berbentuk soal

Deputi Tata Usaha Kepegawaian adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BAKN di bidang tata usaha kepegawaian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Dalam rangka persiapan dan juga koordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri Slowakia terkait dengan pelaksanaan FKB ke-IV di Jakarta pada tahun 2015, KBRI telah

Gambar 29: Paparan Urusetia Kertas Cadangan Permohonan Penyelidikan (BK-16a) Mesyuarat JKTPP untuk pilihan mesyuarat Pemilihan rekod Mesyuarat JKTPP yang telah dihantar

Setelah selesai data-data diinput maka tinggal meng- KLIK menu SIMPAN, maka data tersebut akan otomatis ditampilkan dalam LISTBOX seperti nampak pada Gambar

Masyarakat nelayan di pesisir Kedung Cowek Kenjeran merupakan kelompok masyarakat tertinggal memerlukan pengembangan produksi lokal berupa olahan kerang.Kondisi

Instrumen dimaksud adalah untuk mengungkap biaya yang diperlukan untuk penyelenggaran pendidikan yang meliputi (l) biaya investasi, terdiri dari biaya investasi lahan

Berdasarkan data yang telah diolah, walaupun skor rata-rata pelaksanaan sudah mencapai 3,36 dengan kategori “baik”, Adapun hasil belajar siswa dalam pembelajaran