ISSN : 2355-0813 (print) | ISSN : 2579-4078 (online)
Journal homepage: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/NATURAL 64
This is an open access article under the CC–BY-SA license.
Efektivitas model pembelajaran Simayang berbantuan flash card
terhadap kemampuan representasi siswa
Nisya Amalia Sholihah, Syaiful Arif*
Program Studi Tadris IPA, IAIN Ponorogo
* Coresponding Author. E-mail: [email protected]
Artikel Info: Received Juni 2020 Revised November 2020 Accepted Desember 2020
Abstrak. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran Simayang berbantuan flash card terhadap kemampuan representasi siswa jenjang SMP. Peneliti menggunakan metode quasi
experiment dengan post-test only control group design. Teknik pengambilan
sampel yang dipakai adalah purposive sampling dan diperoleh kelas VIII A sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas VIII C sebagai kelas kontrol. Data-data penelitian dikumpulkan menggunakan instrumen tes berbentuk pilihan ganda, serta angket respon pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada perbedaan kemampuan representasi siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil uji statistik independent sample t-test diperoleh nilai thitung sebesar 2,646>2,008 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil analisis dari isian angket respon pembelajaran dapat diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan persentase sebesar 78%. Respon siswa ini termasuk pada kategori baik. Dari hasil analisis data, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Simayang berbantuan flash card lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Kata Kunci: Model Simayang; Flash Card; Kemampuan Representasi
Abstract. This study was to determine the effectiveness of the flash card-assisted Simayang learning model on students' representation abilities, especially for junior high school students. We used a quasi-experimental method with a post-test only control group design. In this research, the sample takes using the purposive sampling technique. The author chose class VIII A as the experimental class and class VIII C as the control—multiple-choice tests and learning response questionnaires as instruments for collecting data. The statistical analysis results showed differences in the representation ability of students between the experimental class and the control class. The independent sample t-test showed that the t-count value was 2.646> 2.008, so we reject H0, and H1 was accepted. Students give a positive response to learning, with a percentage of 78% as a useful category. We conclude that flash card-assisted Simayang model learning is more effective than the conventional learning model from these data and analysis.
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta yang di dalamnya terdapat pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip dan suatu proses penemuan (Sujana, 2014). IPA adalah pembelajaran yang memuat unsur sikap, proses dan produk (Diah & Dyah, 2019). Pembelajaran IPA diajarkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya supaya siswa mampu membangun konsepnya sendiri (Rizal, 2014). Dalam suatu pembelajaran, IPA seringkali dianggap sulit dan rumit oleh siswa (Rakhmalinda, 2017). Menurut Sulichah (2018), IPA adalah pembelajaran yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Konsep IPA topiknya sebagian besar bersifat teori dan abstrak sehingga siswa mengalami kesulitan memahami konsep tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman konsep, siswa harus memiliki dan mengembangkan kemampuan representasinya.
Representasi merupakan bentuk untuk mewakili situasi atau masalah supaya bisa memudahkan dalam pencarian solusi (Syafri, 2017). Sedangkan menurut Rusli dan Waldrip (2011) representasi merupakan suatu hal yang dapat mewakili, menggambarkan atau menyimpulkan suatu objek maupun proses. Tujuan representasi dalam pembelajaran yaitu dapat mempermudah pemahaman konsep dan pemecahan masalah IPA (Fatmawati
, Muslimin, & Kade
, 2015; Rizal, 2014; Syafri, 2017), dan merepresentasikan konsep yang telah dipelajari dalam bentuk verbal/teks, diagram, gambar, grafik, maupun matematis (Nugraha, 2017; Rizal, 2014).Model pembelajaran Simayang merupakan model pembelajaran berbasis multipel representasi yang berpengaruh terhadap kemampuan representasi siswa pada fenomena sains. Model pembelajaran berbasis multipel representasi tersebut diharapkan sanggup menjembatani kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami fenomena abstrak. Pembelajaran yang demikian akan dapat menginterkoneksikan level fenomena alam (Sunyono, 2015a). Kegiatan pembelajaran menentukan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media menjadi salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran untuk mendukung terjadinya suatu interaksi dan komunikasi. Media flash
card merupakan media berbentuk kartu bergambar dan terdapat keterangan dari gambar tersebut.
Keterangan gambar dapat berupa kata-kata, ungkapan, atau kalimat (Hotimah, 2017).
Model pembelajaran Simayang terdiri atas 4 fase dengan 5 kegiatan, yaitu orientasi, eksplorasi-imajinasi, internalisasi, dan evaluasi. Seluruh fase pada model pembelajaran tersebut mempunyai ciri dengan akhiran “si” sebanyak lima. Oleh karena itu, model pembelajaran ini dinamakan SiMaYang atau kepanjangan dari Si-5 layang-layang. Model pembelajaran Simayang disesuaikan dengan munculnya paradigma pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Model pembelajaran Simayang menekankan pada proses eksplorasi pengetahuan dan optimalisasi imajinasi siswa. Hal ini tercermin dalam fase eksplorasi-imajinasi yang dapat ditinjau sejauh mana kemampuan eksplorasi dan eksplorasi-imajinasi siswa terhadap representasi (Sunyono, 2015a). Sesuai dengan kajian empiris terhadap kemenarikan penggunaan model pembelajaran Simayang, secara keseluruhan mendapat respons positif dari peserta didik yaitu (>75%), yang menunjukkan bahwa model Simayang beserta perangkatnya memiliki kemenarikan tinggi (Sunyono, 2015b).
Melalui kemampuan representasi, suatu informasi akan dapat disampaikan dengan cara dituangkan ke dalam bentuk verbal yaitu penyampaian informasi berupa kalimat, visual yaitu berupa simulasi dan video, matematik berupa angka, simbol, grafik, dan gambar (Hasbullah, Halim, & Yusrizal, 2018). Media flash card merupakan media edukatif yang dapat membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam bentuk gambar maupun kata-kata serta dapat melatih kemandirian (Hidayati, 2017; Hotimah, 2017; Munthe & Sitinjak, 2018). Flash Card adalah media pembelajaran grafis berupa kartu kecil yang terdapat gambar yang dibuat menggunakan foto, simbol, atau gambar yang ditempel pada
bagian depan kartu dan pada bagian belakang kartu terdapat keterangan kalimat atau kata dari gambar tersebut (Utami, 2019). Arsyad (2016) mengemukakan bahwa flash card memiliki ukuran 8×12 cm atau dapat disesuikan menurut besar kecilnya kelas. Media flash card dianggap dapat menimbulkan kesenangan dan ketertarikan siswa dalam belajar (Widiyati, 2014). Perpaduan model Simayang berbantuan flash card diharapkan memiliki efektivitas dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Simayang berbantuan flash card terhadap kemampuan representasi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Ponorogo.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan termasuk penelitian kuantitatif dengan metode quasi experiment menggunakan post-test only control group design. Pada desain ini diberikan tes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah pemberian perlakuan (Hermawan, 2014). Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas VIII A (kelas eksperimen) dan kelas VIII C (kelas kontrol) di SMP Negeri 4 Ponorogo pada tahun ajaran 2019/2020. Jumlah total sampel yang digunakan sebanyak 53 siswa. Pengambilan sampel ditentukan menggunakan purposive sampling yang memiliki kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel (Sugiyono, 2013). Kriteria yang digunakan yaitu kedua sampel yang digunakan memiliki kemampuan yang setara atau sama. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes berupa pilihan ganda, dan angket respons pembelajaran. Tes digunakan sebagai penilaian diakhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan representasi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Angket hanya diberikan pada kelas eksperimen untuk mengetahui respons siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model Simayang berbantuan flash card yang dihitung menggunakan rumus:
(Riduwan, 2015)
Keterangan:
P (%)
= Hasil persentase
∑F = Jumlah skor N = Skor tertinggi I = Jumlah indikator R = Banyaknya respondenInterpretasi respons siswa menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 1. Interpretasi respons siswa
Persentase Kategori 0-20% Sangat Kurang 21-40% Kurang 41-60% Cukup 61-80% Baik 81-100% Sangat Baik (Bagus Prasetyo, 2017)
Instrumen angket respons pembelajaran divalidasi oleh ahli menggunakan lembar validasi
angket. Sedangkan instrumen soal tes yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi oleh ahli,
dan dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Teknik
analisis data yang digunakan mengunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji independent
sample t-test dengan bantuan SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas mengenai kemampuan representasi siswa menggunakan model pembelajaran Simayang berbantuan flash card pada mata pelajaran IPA pada materi sistem ekskresi manusia. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Taniredja & Mustafidah, 2011). Hasil uji validitas soal tes menggunakan korelasi product moment, dan didapatkan 15 soal yang dinyatakan valid. Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha > 0,06 (Hamdan & Bahruddin, 2014). Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,775. Jadi, instrumen soal dapat digunakan untuk memperoleh data nilai kemampuan representasi.
Berdasarkan hasil post test kemampuan representasi diperoleh nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.
Tabel 2. Nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
Eksperimen 100 60 77,86
Kontrol 93,33 46,67 68,80
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai rata-rata pencapaian indikator kemampuan representasi kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.
Tabel 3. Rata-rata pencapaian indikator kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Rata-rata Indikator
Representasi Visual Representasi Verbal Representasi Simbolik Eksperimen 76,79 72,77 92,86 Kontrol 68 66 77,33
Kemampuan representasi siswa terdapat tiga indikator meliputi representasi visual, representasi verbal, dan representasi simbolik. Berdasarkan Tabel 3, terdapat perbedaan ketercapaian indikator kemampuan representasi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil rata-rata indikator representasi visual pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 76,79 sedangkan rata-rata representasi visual pada kelas kontrol sebesar 68. Indikator representasi verbal pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 72,77 sedangkan rata-rata repesentasi verbal kelas kontrol sebesar 66. Kemudian pada indikator representasi simbolik pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 92,86 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata indikator representasi simbolik sebesar 77,33.
Kelas eksperimen lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajarannya. Berdasarkan
Tabel 2 dan Tabel 3, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Selanjutnya, dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Levene’s.
Tabel 4. Uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Sig. α Keputusan
Eksperimen 0,109 0,05 Data berdistribusi normal Kontrol 0,125 0,05 Data berdistribusi normal
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal/tidaknya suatu distribusi data. Tabel 4 menunjukkan uji normalitas kelas eksperimen memperoleh nilai sig. 0,109 dan kelas kontrol memperoleh sig. sebesar 0,125. Menurut Nuryadi, dkk (2017) jika nilai sig. > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
Tabel 5. Uji homogenitas
Kelas Sig. Keputusan
Eksperimen 0,668 Homogen
Kontrol
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya suatu data yang dihasilkan.
Tabel 5 menunjukkan hasil uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memperoleh nilai
sig. sebesar 0,668. Apabila nilai sig.> 0,05 suatu data dapat dinyatakan homogen (Nuryadi, dkk., 2017). Berdasarkan rata-rata nilai post test pada Tabel 2 yang dilakukan di kelas eksperimen dan kontrol terlihat bahwa perolehan nilai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 77,86 dan rata-rata nilai kelas kontrol sebesar 68,80.
Tabel 6. Hasil uji independent sample T-Test
Nilai Thitung Ttabel Kesimpulan
Post test 2,646 2,008 Berbeda secara signifikan
Setelah data dinyatakan normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan pada uji independent sample t-test yaitu jika thitung >
ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (Nuryadi, dkk., 2017). H0 yaitu tidak ada perbedaan signifikan
model pembelajaran Simayang berbantuan flash card terhadap kemampuan representasi siswa. H1 yaitu
ada perbedaan signifikan model pembelajaran Simayang berbantuan flash card terhadap kemampuan representasi siswa. Pada Tabel 6 nilai post test thitung = 2,646 dan ttabel= 2,008. Maka thitung> ttabel (2,646 >
2,008) ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
signifikan model pembelajaran Simayang berbantuan flash card terhadap kemampuan representasi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Ponorogo.
Model Simayang dapat melatih imajinasi siswa dengan menggunakan potensi kognitif untuk menumbuhkan model mental yang mempermudah dalam memahami konsep sains, khususnya konsep yang sifatnya abstrak. Tahap imajinasi model pembelajaran Simayang dapat mengembangkan kemampuan representasi siswa serta meningkatkan kreativitas (Sunyono, 2015b). Imajinasi berkontribusi terhadap perkembangan ilmu karena keterampilan imajinasi sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa (Murti & Hastjarjo, 2015; Pangestu & Kurniawati, 2019; Sunyono, 2015b). Pembelajaran dengan menekankan proses imajinasi dapat membangkitkan kemampuan representasi dan kreativitas siswa (
Ogawa, Fujii, & Sumida,
2009). Model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengembangkan kreativitas siswa sesuai tuntutan kurikulum. Belajar sains diharuskan untuk melibatkan imajinasi siswa karena tanpa adanya imajinasi, belajar sains hanya akan menghafal hukum-hukum, prinsip-prinsip, atau kaidah-kaidah sains akan tetapi tidak mempunyai kreativitas untuk menggambarkan peristiwa yang sebenarnya terjadi (Sunyono, 2015a).Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wati dan Irani pada tahun 2016 (Wati & Iriani, 2016), diketahui bahwa model pembelajaran Simayang tipe II berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar dan representasi visual dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (Afdila, Sunyono, & Efkar, 2015; Meidayanti, Sunyono, & Tania, 2015; Wati & Iriani, 2016). Hal itu dikarenakan model
pembelajaran Simayang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan seperti penggunaan media pembelajaran dan diskusi kelompok. Rangsangan positif yang diterima oleh otak dan membuat senang menjadikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga diperlukan adanya rangsangan positif terhadap kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (DePorter, 2000; Fathurrohman, 2017; Manizar, 2015).
Pada fase eksplorasi-imajinasi dalam model Simayang, pendidik mendorong/memfasilitasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif serta melakukan imajinasi representasi. Pada fase ini, pembelajaran ditekankan pada konseptualisasi masalah sains yang sedang dihadapi pada kegiatan diskusi, eksperimen, atau demonstrasi serta melakukan penelusuran informasi melalui buku teks atau internet (Sunyono, 2015a).
Puspaningrum, Mahardika, & Supriadi
(2015) menyatakan bahwa peningkatan kemampuan multirepresentasi karena siswa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa.Penggunaan model Simayang berbantuan flash card efektif terhadap kemampuan representasi siswa. Berdasarkan rata-rata nilai post test, kelas eksperimen memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Selain itu, hasil angket respons model pembelajaran Simayang berbantuan
flash card pada pembelajaran IPA menunjukkan bahwa siswa memberikan respons positif terhadap
pembelajaran dengan persentase sebesar 78% dalam kriteria atau kategori baik. Perhitungan angket respons pembelajaran menggunakan rumus persentas respons siswa dan interpretasi respons dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil kajian empiris menunjukkan bahwa pembelajaran sains menggunakan model pembelajaran Simayang lebih efektif dalam membangun mental dan meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Simayang memiliki ciri yang kolaboratif, imajinatif, dan kooperatif yang tertuang dalam fase eksplorasi-imajinasi dan internalisasi sehingga menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan aktivitas pembelajaran siswa serta dapat membelajarkan kepada siswa tentang pentingnya kerja sama dan menghargai hasil kerja orang lain (Sunyono, 2015a).
Kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran Simayang memerlukan penyesuaian dalam pemilihan materi IPA. Hal ini sesuai dengan ciri model pembelajaran Simayang bahwa model ini cocok untuk topik sains yang sifatnya abstrak dan di dalamnya banyak mengandung level makro, submikro, dan simbolik (Sunyono, 2015a). Memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran sehingga diperlukan persiapan yang matang dan baik serta perlunya memiliki keterampilan dalam memanajemen pembelajaran seperti pengaturan waktu dan pengelolaan kelas.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan dari kemampuan representasi antara kelas kontrol dan eksperimen dalam penggunaan model pembelajaran Simayang berbantuan flash card. Berdasarkan hasil post test terlihat bahwa perolehan rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil angket, siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran menggunakan model Simayang berbantuan flash
card dengan persentase sebesar 78% dalam kriteria atau kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan model Simayang berbantuan flash card lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model Simayang berbantuan flash card (konvensional).
Kegiatan pembelajaran menggunakan model Simayang diperlukan pengenalan konsep dengan beberapa abstraksi fenomena alam yang berbeda seperti melakukan demonstrasi, visualisasi, simulasi, dan atau analogi untuk meningkatkan kemampuan representasi siswa. Selain itu, penting bagi peneliti untuk memperkirakan pemilihan materi yang sesuai dengan indikator kemampuan representasi dan
karakteristik model pembelajaran Simayang. Model Simayang berbantuan flash card dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran dengan mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasannya. Penelitian menyarankan agar penelitian tersebut bisa dikembangkan dan dimodifikasi dengan berbagai alat bantu yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, atau dikombinasikan dengan perkembangan informasi dan teknologi saat ini guna mencapai pembelajaran yang optimal.