• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Gizi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELAYANAN

INSTALASI GIZI

HERMINA BEKASI

TAHUN 2013

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resiko kurang gizi akan mucul secara klinik pada orang sakit, terutama pada penderita anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, tidak sadar pada waktu lama, kegagalan fungsi saluran pencernaan dan pasien mendapat kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan 20% - 60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit.

Selain dari itu , di RS Hermina Bekasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit bukan saja diberikan kepada pasien tetapi juga bagi para karyawan dan dokter yang diharapkan dapat memberikan pelayanan secara optimal (service excelent) kepada pasien ketika mereka melakukan tugasnya.

Sejalan dengan visi dan misi RS Hermina Bekasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang diberikan harus dikelola secara profesional agar mutunya tetap terjamin sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan dapat pula memenuhi kebutuhan gizi karyawan. Dampaknya adalah hari perawatan pasien menjadi lebih pendek dan biaya perawatannya berkurang, sedangkan bagi karyawan akan berdampak terhadap meningkatnya produktifitas karja.

Agar pelayanan gizi rumah sakit dapat dilaksanakan secara optimal dan berdasarkan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), diperlukan suatu ”Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rumah Sakit” bagi setiap RS Hermina Bekasi yang dapat dipakai sebagai acuan bagi para petugas dan manajemen rumah sakit agar kebutuhan gizi pasien, karyawan maupun dokter dapat dipenuhi.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan pokok pelayanan gizi rumah sakit di RS Hermina Bekasi terdiri dari Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap, Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan dan Penyelenggaraan Makanan. Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien dibentuk Tim Terapi Gizi yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi di Rawat Inap, Rawat Jalan termasuk di klinik gizi rawat jalan.

(3)

C. Batasan Operasional

Yang dimaksud dengan :

1) Pelayanan Gizi, suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.

2) Tim Asuhan Gizi/ Tim Terapi Gizi, adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi paasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasi dari setiap unit pelayanan, bertugas bersama memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.

3) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.

4) Nutrisionis, adalah seseorang yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang secara untuk melaksanakan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi dan dietetik, pendidikan dasar akademi gizi

5) Konseling gizi, adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan perbaikan sikap dan prilaku sehingga membantu pasien / klien dalam mengatasi masalah gizi, dilakukan oleh seorang nutrisionis / dietisien

6) Penyuluhan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat massal, dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

7) Mutu Pelayanan Gizi, adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai standar yang memuaskan baik kualitas petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien

8) Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.

(4)

BAB II

PELAYANAN GIZI RS HERMINA BEKASI

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinik, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Seiring kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya.

Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Pemberian diet pasien harus selalu dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan klinik pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya.

Upaya pelayanan gizi di RS Hermina Bekasi yang diberikan bagi pasien, karyawan, maupun dokter merupakan tugas dan tanggung jawab Pelayanan Pelayanan Gizi dan Tata Boga.

A. Visi

Pelayanan Gizi RS Hermina Bekasi merupakan unit pelayanan profesional yang berorientasi kepada kebutuhan gizi pelanggan (pasien, dokter, karyawan) untuk menjaga terciptanya pelayanan kesehatan yang efektif, aman dan ekonomis

B. Misi

1. Menyelenggarakan produksi dan distribusi makanan yang dapat menunjang aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam mewujudkan program keselamatan pasien, dokter dan karyawan RS Hermina Bekasi.

2. Menyelenggarakan pelayanan gizi di rawat inap yang berorientasi pada kebutuhan gizi pasien guna mempercepat proses penyembuhan.

3. Melakukan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk pasien di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap

4. Melakukan kegiatan gizi terapan untuk meningkatan mutu pelayanan gizi

5. Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi petugas agar dapat memberikan pelayanan yang profesional

(5)

C. Tujuan

1. Terselenggaranya produksi dan distribusi makanan yang aman sehingga menunjang program keselamatan pasien

2. Terselenggaranya penerjemahan dan evaluasi diet pasien sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien rawat inap

3. Terselenggaranya penyuluhan dan konsultasi gizi kepada pasien rawat jalan dan rawat inap tentang manfaat diet

4. Terlaksananya kegiatan gizi terapan melalui survei pelayanan gizi.

5. Terciptanya profesionalisme dalam mengelola pelayanan gizi sesuai dengan standar pelayanan gizi rumah sakit

D. Kebijakan Umum Pelayanan Gizi

1) Pelayanan gizi, minimal dipimpin oleh seorang sarjana (S1) gizi dengan dasar pendidikan sarjana gizi sesuai standar kualifikasi tenaga di Instalasi gizi rumah sakit yang ditetapkan Depkes RI menurut kelas rumah sakit.

Sedangkan di RS Hermina Bekasi Pelayanan Gizi dan Tata Boga dipimpin oleh seorang dengan pedidikan DIII Gizi.

2) Tersedia fasilitas ruangan dan alur kerja yang efisien dan peralatan untuk : a. Penerimaan bahan makanan dan makanan

b. Penyimpanan bahan makanan dan makanan c. Peyiapan makanan

d. Persiapan makanan termasuk pemasakan e. Penyajian makanan masak

f. Produksi makanan g. Distribusi makanan

h. Penyajian dan penyaluran makanan i. Pencucian alat makan

j. Penyimpanan alat makan k. Pembuangan sampah

3) Tersedia fasilitas ruangan dan peralatan untuk pelayanan konsultasi/penyuluhan diet individu atau kelompok, baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan, pegawai, dan masyarakat pengguna rumah sakit.

4) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang lebih tinggi untuk mencegah genangan air dan menjaga kelembabannya. Hendaknya dihindarkan

(6)

meletakkan gudang di kaki tangga / elevator, ruang peralatan atau ruang-ruang yang kurang sesuai untuk bahan makanan.

5) Bahan makanan hendaknya tidak diletakkan dibawah saluran / pipa air (air bersih maupun air limbah) untuk mencegah kebocoran dari saluran tersebut. Hendaknya tidak ada drainase disekitar gudang makanan untuk menghindari saluran balik / meluapnya saluran pada saat macet.

6) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang baik dengan ketinggian rak terbawah dari lantai 20 – 25 cm. Hal ini untuk menghindari kontaminasi karena genangan air, memudahkan pembersihan dan mencegah infestasi serangga.

7) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 220 C untuk mengurangi pertumbuhan serangga, bakteri atau kerusakan kaleng. Suhu didalam ruang pendingin antara –100 C sampai 50 C.

8) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. Jendela dan pintu perlu dipasang kaca, pelindung tikus dan tempat masuk pipa harus ditutup semen.

9) Fasilitas sesuai dengan persyaratan gedung dan peraturan yang berlaku ditekankan pada :

a. Lantai, dinding dan langit-langit yang mudah dibersihkan b. Penerangan yang memenuhi persyaratan kondisi kerja c. Ventilasi yang cukup, suhu dan kelembaban

d. Memenuhi persyaratan anti kebakaran

10) Ada ruang penerimaan dengan fasilitas pemeriksaan mutu dan jumlah bahan makanan yang langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan.

11) Penyimpanan di lemari pendingin, hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Rak-rak dalam refrigerator harus diatur sedemikian rupa sehingga bahan makanan tidak saling berdesakan.

b. Refrigerator harus berukuran memadai sehingga dapat digunakan secara baik dan mudah dijangkau.

c. Dalam refrigerator hendaknya disediakan ruang yang memadai untuk meniris potongan-potongan dari freezer.

d. Makanan yang disimpan dalam refrigerator hendaknya diletakkan dalam wadah dengan dasar tidak lebih dari 5 – 7,5 cm, sehingga makanan bisa cepat dingin dan mengurangi pertumbuhan kuman.

e. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga di atas 650 C untuk makanan hangat dan 40 C untuk makanan dingin.

(7)

E. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini :

Gambar 1

MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Perlu tindak lanjut

Berisiko Berisiko Tidak berisiko Tujuan tidak tercapai

Pasien Masuk

Rawat Inap Rawat Jalan

Skrining Gizi Monev Kontrol Ulang Skrining Gizi/ rujukan Gizi Assesmen & Diagnosis Gizi Intervensi Gizi: Konseling Gizi Skrining Ulang Periodik

Pengkajian Ulang & Revisi Rencana Asuhan Gizi Assesmen Gizi Penentuan Diagnosis Gizi Intervensi Gizi: Pemberian Diet Edukasi & Konseling Gizi Monitor & Evaluasi Gizi Permintaan, Pembatalan, Perubahan Diet Pelayanan makanan Pasien Perencanaan Menu Pengadaan Bahan Makanan Penerimaan & Penyimpanan Bahan Makanan Pengkajian Makanan di Ruang Rawat Inap Distribusi Makanan Persiapan & Pengolahan Makanan

(8)

Sumber : Modifikasi dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2013

Penjelasan :

Gambar 1 tentang Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Klien / pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Pasien Rawat Inap

1. Pada pasien baru berdasarkan skrining gizi oleh perawat, DPJP akan menentukan preskripsi diet, dan apakah pasien membutuhkan asesmen gizi atau tidak dengan sistem skoring.

2. Jika pasien tidak berisiko akan dilakukan intervensi dan dilakukan skrining ulang setiap 7 hari oleh perawat.

3. Jika pasien berisiko perawat akan membuat rujukan kepada petugas gizi rumah sakit untuk melakukan asesmen gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi serta monitor evaluasi.

4. Pasien dianjurkan untuk makan makanan yang disediakan oleh rumah sakit, jika ada makanan yang dibawa dari luar rumah sakit maka harus diketahui oleh petugas kesehatan.

5. Jika ada perubahan diet maka perawat akan mencatat pada form catatan terintegrasi pasien rawat inap.

Pada tahap intervensi / implementasi : a. Bila tidak memerlukan terapi diet :

1) Pasien dipesankan makanan biasa ke bagian gizi kecuali ada alergi makanan maka menu akan disesuaikan dengan kebutuhannya.

2) Bagi pasien kelas I, VIP, Super VIP, dan Suite Room akan mendapat menu pilihan 3) Mulai dari permintaan, perencanaan menu, pengadaan bahan makanan, kemudian

penerimaan & penyimpanan, persiapan dan pengolahan makanan hingga didistribusikan ke ruang perawatan dan di ruang perawatan makanan disajikan kepada pasien.

4) Pada saat memberikan pelayanan kepada pasien, petugas akan melakukan identifikasi dengan menanyakan nama dan usia pasien dan dicocokkan dengan barcode yang ada pada nampan makanan.

5) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.

(9)

7) Pada hari ke-7 perawat akan melakukan skrining ulang

8) Bila tujuan diet tidak tercapai maka dilakukan pengkajian ulang & revisi rencana asuhan gizi, prosesnya sama dengan bila ia dari semula memerlukan terapi diet. b. Bila memerlukan terapi diet :

1) Pasien dengan persetujuan DPJP dikonsulkan kepada dokter spesialis gizi klinik. 2) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus / diet, yang sesuai dengan

keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan, ada tidaknya alergi makanan.

3) Saat awal hari rawat pasien memperoleh edukasi gizi tentang makanan yang boleh, dihindari, dan dibatasi, agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta menjalankan diet.

4) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan dan di ruang perawatan makanan khusus disajikan kepada pasien sama dengan pasien tanpa terapi diet.

5) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makanannya dengan menggunakan form asupan makan pasien . Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan apakah ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.

6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses selanjutnya sama dengan butir a.

7) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses selanjutnya lihat pada butir b.

8) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang pasien memperoleh penyuluhan / konseling gizi tentang penerapan diet di rumah. 9) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi

rawat jalan.

2. Pasien Rawat Jalan

Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.

a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan lingkungannya.

b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dirujuk ke dokter ahli gizi untuk memperoleh penyuluhan / konseling tentang diet / terapi yang ditetapkan dokter. Proses selanjutnya

(10)

BAB III

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.

A. Tujuan

Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.

B. Sasaran

Pasien Keluarga

Mekanisme Kegiatan

Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:  Skrining Gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi oleh perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.

Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik; hemodialis; geriatrik; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis; dan sebagainya.

Skrining dilakukan pada pasien baru 1 x24 jam setelah pasien masuk RS.

Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang bersiko malnutrisi maka dilakukan proses gizi terstandar.

(11)

 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang bersiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Gambar.2

Proses Asuhan Gizi di Rumah Sakit

Tidak Tujuan Berisiko Tercapai

Berisiko Malnutrisi/Sudah Malnutrisi Tujuan

Tercapai

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Tujuan Tidak Tercapai

Sumber : Modifikasi dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2013

Langkah PAGT:

a. Assesmen/ Pengkajian Gizi

Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu 1) Anamnesis riwayat gizi;

2) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium); 3) Pengukuran antropometri; 4) Pemeriksaan fisik klinis; 5) Riwayat personal.

Pasien Masuk Skrining Gizi Diet Normal (Standar)

STOP

Pasien Pulang Pengkajian

Gizi DiagnosaGizi IntervensiGizi dan EvaluasiMonitoring

(12)

1. Anamnesa/Pengkajian Gizi

Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien.

Gambaran asupan makanan dapat melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.

Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui “recall makanan 24 jam dengan alat bantu ‘food model’. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.

2. Biokimia

Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.

3. Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran tinggi badan (TB); berat badan (BB). Pada kondisi tinggi lutut (TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LILA). Lingkar pergelangan tangan, lingkar pinggang dan pinggul dapat dilakukan sesuai kebutuhan.

A. PENGUKURAN BERAT BADAN

1. Pengukuran Berat Badan Pada Orang Normal

a. Timbangan Injak Otomatis/Tidak Otomatis untuk Remaja dan Dewasa b. Timbangan otomatis untuk bayi

Rumus-rumus BBI (Berat Badan Ideal)

0 – 11 bulan = n + 9 atau (n:2) + 3 s/d 4 Ket. n = usia dalam bulan

1 – 6 tahun = 2n + 8 7 – 12 tahun = 7 n - 5

(13)

2

Ket. n = usia dalam tahun

>12 tahun = (TB-100) – 10% (TB-100) atau = 0,9 x (TB-100) Catatan : Apabila TB pasien wanita <150 cm, dan TB pasien pria <160 cm, maka:

BBI = TB – 100 BB normal = ±10%

2. Pengukuran Berat Badan Pada Kondisi Khusus

a. Pengukuran Berat Badan dalam Kondisi Tirah Baring atau dengan Oedema  Perkiraan Berat Badan

Pada semua kedaan seperti yang disebutkan diatas, rumus dalam tabel berikut dapat digunakan untuk memperkirakan berat badan ideal berdasarkan panjang badan pasien.

Tabel1. Memperkirakan BB berdasarkan PB The Hamwi Methode

Bangun Tubuh Laki-laki Wanita

Sedang

48 kg untuk 152 cm yang pertama; selanjutnya tambahkan 2,7 kg untuk setiap kelipatan 2,5 cm; kurangi 1,13 kg untuk setiap cm TB < 152 cm

4,5 kg untuk 152 cm yang pertama; selanjutnya tambahkan 2,3 kg untuk setiap kelipatan 2,5 cm; kurangi 1,13 kg untuk setiap cm bila TB < 152 cm

Kecil Kurangi 10 % Kurangi 10%

Besar Tambahkan 10% Tambahkan 10%

Sumber : Grant, J:Hanbook of Total Parenteral Nutrition, Philadelphia, W.B. Saunders Co. 1980. Cara Menentukan Bangun Tubuh

Bangun tubuh dapat ditentukan hanya dengan cara langsung mengamati pasien. Namun untuk lebih meyakinkan, penentuan kerangka tubuh dapat berdasarkan lingkar pergelangan tangan, yaitu sebagai berikut:

Rumus :

R = Tinggi Badan (cm) Lingkar Pergelangan Tangan (cm)

(14)

Tabel.2. Penentuan Kerangka Tubuh

Kerangka Tubuh Laki-laki Perempuan

Kecil >10,4 >11,0

Sedang 9,6 – 10,4 10,1 – 11,0

Besar < 9,6 <10,1

 Berat Badan Koreksi

Pada pasien yang mengalami oedema atau ascites, hitung BB sebenarnya menggunakan BB Koreksi, yaitu:

Rumus:

BB Koreksi = BB saat ini - Koreksi oedema/ ascites

Tabel. 3. Koreksi BB pada Oedema dan Ascites

Tingkatan Oedema Ascites

Ringan

(Bengkak pada tangan atau kaki)

-1 kg atau 10% -2,2 kg

Sedang

(Bengkak pada wajah dan tangan atau kaki)

-5 kg atau 20%

-6 kg

Berat

(Bengkak pada wajah, tangan, dan kaki)

-14 kg -10 kg

b. Estimasi Berat Badan Untuk 65 ke atas. Perempuan

BB = (MAC x 1,63) + (CC x 1,43) – 37,46 4,96 kg Laki-laki

BB = (MAC x 2,31) + (CC x 1,5) – 50,1 5,73 kg Sumber: Rosalind S Gibson, 2005

Keterangan:

MAC (Lingkar Lengan Atas) CC (Lingkar Pergelangan Tangan)

(15)

Tabel.4. Persentase Berat Badan Berdasarkan Bagian Tubuh

Bagian Tubuh Presentase

Bagian lengan Lengan atas Lengan bawah Tangan

Bagian kaki Kaki bagian atas Kaki bagian bawah Kaki 6,5 3,5 2,3 0,8 18,5 11,6 5,3 1,8 Sumber: Rosalind S Gibson, 2005

BB yang dicari = BB Sekarang x 100 100- % amputasi (tabel persetase)

B. PENGUKURAN TINGGI BADAN

1. Pengukuran Panjang Badan dan Tinggi Badan (untuk keadaan sehat) a. Pengukuran Panjang Badan

Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang badan bagi anak yang berusia

< 2 tahun dan panjang badan ≤50 cm serta menggunakan alat pengukur panjang badan Length Board.

b. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran ini digunakan mengukur tinggi badan anak ≥2 tahun dan tinggi ≥ 80 cm.

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi (microise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Konversi dari panjang badan ke tinggi badan (dengan mengurangi 0,7 cm) atau dari tinggi badan ke panjang (dengan menambahkan 0,7 cm).

2. Pengukuran Estimasi Tinggi Badan (Untuk Kondisi Khusus) a. Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Tinggi Lutut

Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui tinggi badan dari subjek, terutama subjek yang tidak dapat berdiri, kaki yang diukur adalah kaki sebelah kiri. Alat yang digunakan adalah meteran.

Rumus Estimasi tinggi badan menggunakan tinggi lutut : Laki-laki : TB (cm) = 64,19 cm + (2,02 TL) – (0,04U) Perempuan : TB (cm) = 84,88 + (1,83TL) – ( 0,24U)

(16)

b. Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Panjang Rentang Tangan (Untuk Kondisi Khusus)

Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui tinggi badan dari subjek terutama yang tidak dapat berdiri. Alat yang digunakan adalah Steel Tape. Rumus Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Arm Span menggunakan rumus:

 TB Anak Perempuan (cm) o Usia < 10 tahun

TB (cm) = 23,99 + 0,75 (arm span) + 0,86 (umur) o Usia ≥ 10 tahun

TB (cm) = 28,54 + 0,74 (arm span) + 0,83 (umur)

 TB Anak Perempuan Laki-laki (cm) o Usia < 12 tahun

TB (cm) = 21,90 + 0,76 (arm span) + 0,72 (umur) o Usia ≥ 12 tahun

TB (cm) = 17,91 + 0,76 (arm span) + 1,17 (umur)

c. Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Lengan Bawah

Tabel.5. Estimasi tinggi badan menggunakan Ulna Lenght Ulna Lenght (cm) Height (m) Height (m) Mean 16-54 years Men > 54 years Women 16-54 years Women > 54 years 18,5 1,46 1,45 1,47 1,40 19,0 1,48 1,46 1,48 1,42 19,5 1,49 1,47 1,50 1,44 20,0 1,51 1,49 1,51 1,45 20,5 1,53 1,51 1,52 1,47 21,0 1,55 1,52 1,54 1,48 22,0 1,58 1,56 1,56 1,50 22,5 1,60 1,57 1,58 1,53 Dst

Sumber: Rosalind S Gibson, 1993

d. Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Lengan Bawah Pengukuran ini digunakan dengan menggunakan meteran.

C. INDIKATOR PERTUMBUHAN

1. Indeks Antropometri

(17)

Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu dan masa kini. b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (TB/BB)

Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). d. Indeks Massa Tubuh

1) IMT Anak (IMT/U)

IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Pada bayi IMT naik secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relatif terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama kehidupan. IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2-5 tahun.

2) IMT Dewasa Rumus IMT:

IMT = BB (kg) TB (m²)

Tabel.6. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal >18,5 - 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber: Depkes, 1994. Pedoman praktis pemantauan status gizi orang dewasa, Jakarta. e. Z-Score

Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara internasional untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan standar deviasi (SD) populasi rujukan.

Z-score = (nilai yang diamati – nilai referensi median) Z score populasi referensi (SD)

2. Kategori Status Gizi Berdasarkan Cara Perhitungan Z-Score Tabel.7.kategori status gizi berdasarkan Z-score Z-Score

Indikator Pertumbuhan

(18)

TB/U BB/U IMT/U Diatas 3 Lihat Catatan 1 Lihat Catatan 2 Sangat Gemuk

(Obes) Sangat Kurus (Obes) Diatas 2 Gemuk (Overweight) Gemuk (Overweight)

Diatas 1 Resiko Gemuk

(Lihat catatan 3) Resiko Gemuk (Lihat catatan 3) 0 (Angka Median) Di bawah -1

Di bawah -2 Pendek (stunted) (lihat catatan 4)

BB kurang (underweight)

Kurus (Wasted) Kurus (Wasted)

Di bawah -3 Sangat Pendek (Serve stunted) (Lihat catatan 4) BB Sangat Kurang (severe underweight) Sangat Kurus (Severe Wasted) Sangat Kurus (Severe Wasted) Sumber:WHO MGRS, 2005 Catatan:

1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orang tua normal);

2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U;

3. Hasil ploting diatas 1 menunjukkan kemungkinan resiko. Bila kecendrungannya menuju garis z-score +2 berarti resiko lebih pasti;

4. Anak yang pendek atau sangat pendek kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan intervensi yang salah.

Untuk menarik kesimpulan mengenai status gizi seseorang harus menyimpulkan dari ketiga indikator yang telah diukur.Cara pertama adalah melihat indikator yang bermasalah. Contoh:

BB/U : Sangat Kurang

TB/U : Pendek

BB/TB : Normal

Kesimpulan : Anak ini pendek, oleh karenanya berat badan dibawah berat badan sesusianya (klasifikasi lama dinyatakan sebagai gizi buruk). Namun, berat badan

(19)

berdasarkan tinggi badannya tergolong normal. Sehingga apabila anak ini diberi PMT merupakan kesalahan karena anak ini bisa menjadi gemuk.

4. Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta wawancara.

5. Pemeriksaan Fisik/Klinis

Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit; data umum pasien.

a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi b) Sosial budaya

c) Riwayat penyakit

d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

b. Diagnosis Gizi

Pada langkah dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.

Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi dan Sign/Syptomps.

Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu:

1. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi , cairan substansi bioaktif dari makanan baik melalui oral maupun parenteral dan enteral.

2. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi sorgan.

3. Domain Perilaku/Lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan , lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.

c. Intervensi Gizi

Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan implementasi. 1) Perencanaan Intervensi

Intervensi gizi dibuat berdasarkan gizi diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila penyebab tidak dapat diintervensi

(20)

Perencanaan tujuan intervensi: a. Penetapan tujuan intervensi

Penetapan tujuan dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya b. Preskripsi diet

Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuensi makan.

1) Perhitungan kebutuhan gizi

Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/klien atas dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.

2) Jenis Diet

Pada pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan makanan berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/ DPJP. Dietisien bersama tim atau secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis diet tidak sesuai dengan akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih dahulu bersama DPJP.

3) Modifikasi diet

Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan dalam konsistensi; meningkatkan/menurun nilai energi; menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi;dsb.

4) Jadwal Pemberian Diet

Jadwal pemberian diet/makanan ditulis sesuai dengan pola makan 5) Jalur Makanan

Jalur makanann yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau parenteral.

2) Implementasi Intervensi

Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas : “apa, dimana, kapan, dan bagaimana” intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.

d. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Kegiatan monitoring dan evaluasi giz dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.

(21)

1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain :

a. Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien b. Mengecek asupan makan pasien/klien

c. Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/preskripsi Diet

d. Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah e. Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif

f. Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan dari kondisi pasien/klien

2) Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosa gizi.

3) Evaluasi hasil

a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi

b. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral

c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis

d. Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi giz yang diberikan pada kualitas hidupnya.

4) Pencatatan Pelaporan

Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat Format ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.

F. Koordinasi Pelayanan

Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan

(22)

masing-1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

a. Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis pasien b. Menentukan preskripsi diet awal (order diet awal)

c. Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive

d. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi gizi

e. Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi f. Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala

bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain selama klien/pasien dalam masa perawatan.

2. Perawat

a. Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan

b. Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi khusus ke dietisien

c. Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi badan/panjang badan secara berkala

d. Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis klien/pasien terhadap diet yang diberikan dn menyampaikan informasi kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.

e. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui oral/enteral dan perenteral.

3. Dietisien

a. Mengkaji hasil skrining perawat dan order diet awal dari dokter

b. Melakukana assesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko malnutrisi; malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan terkait gizi.

c. Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil assesmen dan menetapkan prioritas diagnosis gizi.

d. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang lebih terperinci untuk menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan edukasi/konseling.

(23)

f. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga lain dalam pelaksanaan intervensi gizi.

g. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi h. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi

i. Melakukan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya

j. Mencatat ronde pasien bersama tim kesehatan

k. Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan belum tercapai l. Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan

m. Berpatisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat, anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi

4. Farmasi

a. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi parenteral

b. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.

c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral oleh klien/pasien bersama perawat

d. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan e. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan

makanan.

5. Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang berat.

BAB III

KEGIATAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

(24)

Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi.

b Sasaran

Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen / pasien maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan (input) meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode, peralatan, sedangkan standar proses meliputi penyusunan anggaran belanja bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan. Sedangkan standar keluaran (output) adalah mutu mekanan dan kepuasan konsumen.

c Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit

Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi gizi atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sendiri secara penuh, dikenal juga sebagai swakelola. Kegiatan penyelenggaraan makanan dapat dilakukan oleh pihak lain, dengan memanfaatkan jasa catering atau perusahaan jasa boga.

Jika penyelenggaraan makanan dilakukan dengan sistem swakelola maka instalasi atau unit pelayanan gizi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Seperti yang dilakukan oleh pelayanan gizi di RS Hermina Bekasi..

d Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan 1. Penyusunan Anggaran Belanja Makanan

Pengertian :

Penyusunan anggaran belanja adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran yang meliputi anggara pengengembangan sarana, fasilitas, sumber daya manusia, serta anggaran rutin untuk pengadaan bahan makanan basah dan kering.

Tujuan

Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan bagi konsumen atau pelanggan yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.

(25)

a. Anggaran belanja untuk bahan basah dibuat setiap hari sesuai kebutuhan berdasarkan menu, standar porsi, dan jumlah karyawan, dokter, pasien yang dirawat.

b. Anggaran belanja untuk bahan kering dibuat setiap 2 (dua) minggu sesuai kebutuhan berdasarkan menu, standar porsi, dan jumlah karyawan, dokter serta asumsi pasien yang dirawat.

c. Evaluasi anggaran belanja pelayanan gizi dilakukan dengan membandingkan dengan anggaran belanja bulan lalu dan anggaran belanja RS/RSIA Hermina lain. d. Anggaran belanja yang telah dibuat oleh Kepala Pelayanan Pelayanan Gizi dan

Tata Boga diajukan kepada Manajer Penunjang Medis dan disetujui oleh Wakil Direktur Umum.

2. Penyusunan Formula, Menu Bahan Makanan

Pengertian :

Adalah suatu kegiatan untuk menyusun formula dan menu sesuai dengan kebutuhan gizi pelanggan.

Tujuan :

Tersedianya menu yang sesuai dengan klasifikasi kelas perawatan dan periode siklus harian / mingguan.

Proses :

a. Penyusunan formula dibuat oleh ahli gizi Hermina Hospital Group dengan mengacu pada perhitungan diet pasien dan Buku Pelayanan Gizi Rumah Sakit. b. Penyusunan menu dibuat oleh Pelayanan Pelayanan Gizi, dengan persetujuan Tim

Pengendalian Mutu Makanan.

c. Penyusunan menu dibagi 2 (dua) yaitu : menu pasien dan menu karyawan.

d. Menu pasien disusun dengan siklus menu 7 (tujuh) hari sedangkan menu karyawan disusun 15 hari.

e. Menu untuk pasien dengan kelas perawatan VIP, Utama, Kelas I terdiri atas dua pilihan (menu A dan menu B)

(26)

3. Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan

Pengertian :

Adalah kegiatan menyusun kebutuhan bahan makanan basah dan kering yang akan diolah menjadi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pelanggan.

Tujuan :

Mendapatkan perhitungan kebutuhan bahan makanan yang tepat dan akurat baik kualitas maupun kuantitasnya.

Proses :

a. Mengumpulkan data pelanggan yang akan dilayani.

b. Memilih daftar manu sesuai dengan siklus menu, standar porsi dan standar resep. c. Tentukan jenis bahan makanan basah dan kering yang akan digunakan sesuai

dengan standar harga yang ada dengan penambahan 10% dari kebutuha.

d. Ajukan rencana anggaran tersebut kepada Manajer Penunjang Medis dan Wakil Direktur Umum RS Hermina Bekasi.

4. Pengadaan, Penerimaan, dan Penyimpanan Bahan Makanan

Pengertian :

Adalah kegiatan pengadaan, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan kering dan basah sesuai dengan rencana anggaran kebutuhan makanan yang telah disetujui.

Tujuan :

Tersedianya bahan makanan sesuai kebutuhan tepat waktu dan disimpan ditempat yang telah ditentukan.

Proses :

a. Siapkan dan bersihkan bahan makanan yang akan diolah sesuai dengan ketentuan. b. Gunakan alat masak yang bersih, aman dan sesuai dengan standar peralatan. c. Dahulukan memasak makanan yang tahan lama.

d. Masak makanan sesuai dengan tata cara pemasakan yang tepat.

e. Sajikan makanan matang kepada pelanggan setelah dilakukan uji citarasa. f. Pendistribusian makanan pelanggan dilakukan dengan cara sentralisasi.

5. Pengolahan Bahan Makanan dan Distribusi Makanan

Pengertian

Adalah kegiatan mengubah/memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, aman untuk dikonsumsi dan siap untuk didistribusikan.

(27)

Tujuan

Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan Meningkatkan nilai cerna

Mempertahankan rasa, warna, tekstur dan penampilan makanan Aman dari mikroorganisme dan benda asing

Penyajian makanan dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran Proses

a . Siapkan dan bersihkan bahan makanan yang akan diolah sesuai dengan ketentuan b . Gunakan alat masak yang bersih, aman dan sesuai dengan standar peralatan c . Dahulukan memasak makanan yang tahan lama

d . Masak makanan sesuai dengan tata cara pemasakan yang tepat

e . Sajikan makanan matang kepada pelanggan setelah dilakukan uji citarasa. f . Pendistribusian makanan pelanggan dilakukan dengan cara sentralisasi.

6. Penyediaan Makanan Karyawan

Pengertian :

Adalah penyediaan makanan karyawan dengan standar menu makanan sepertiga dari total kebutuhan kalori sehari.

Tujuan :

Meningkatkan derajat kesehatan karyawan sehingga dapat menunjang kinerja yang optimal.

Proses :

a. Susun menu makanan karyawan dengan siklus 15 (limabelas) hari yang terdiri dari makanan lengkap (nasi, lauk pauh, sayur, dan buah) dan makanan selingan.

b. Lakukan evaluasi menu tiga bulan sekali dan lakukan uji citarasa oleh Tim Pengendalian Mutu Makanan terhadap menu baru.

B. Pelayanan dan Konsultasi Gizi Pasien Rawat Inap a Pengertian

Adalah serangkaian kegiatan pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien rawat inap dari mulai penentuan diet, perencanaan diet hingga evaluasi diet

(28)

b . Tujuan

Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penyakit

Membantu mempercepat proses penyembuhan c . Proses

Tentukan diet pasien oleh dokter yang merawat / dokter ruangan pada saat pasien pertama kali masuk di ruang perawatan

Informasikan diet yang diberikan dokter kepada Ahli gizi atau Penanggung jawab pelayanan pelayanan gizi ( diluar jam kerja ahli gizi )

Lakukan pengkajian riwayat gizi dari pola makan, variasi, frekuensi serta pantangan makan

Ahli gizi akan menerjemahkan diet yang diberikan dokter kedalam bentuk menu makanan

Juru masak akan mengolah makanan sesuai dengan petunjuk diet yang telah diberikan oleh Ahli gizi

Sajikan makanan yang sudah matang dan distribusikan

Lakukan konsultasi gizi ( pendidikan kesehatan ) dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang diet yang harus dijalankan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan

Lakukan pemantauan / evaluasi terhadap perubahan diet dan sisa makanan Tindak lanjuti apa yang didapat dari hasil evaluasi

Lakukan konsultasi oleh Ahli Gizi atau Dokter Gizi untuk menjelaskan tujuan diet yang harus diljalankan oleh pasien

f. Penyuluhan dan Konsultasi Gizi Pasien Rawat Jalan a . Pengertian

Adalah kegiatan pemberian informasi tentang pelayanan gizi di rawat jalan yang dilakukan oleh perawat/bidan, dokter gizi dan ahli gizi.

b . Tujuan

(29)

c . Proses

Dirawat jalan penyuluhan diberikan kepada pasien melalui kursus senam hamil, pra persalinan, pijat bayi dan kursus laktasi yang dilakukan oleh perawat yang sudah dibekali materi gizi sedangkan konsultasi dilakukan secara perorangan oleh dokter spesialis gizi klinik. Sebagai wacana akan diadakan penyuluhan dengan membuat pojok gizi.

(30)

BAB IV

ORGANISASI DAN KETENAGAAN

A. Struktur Organisasi

Gambar 2

STRUKTUR ORGANISASI

B. Organisasi dan Tata Laksana Pelayanan Gizi dan Tata Boga

Pelayanan Pelayanan Gizi dan Tata Boga dipimpin oleh Kepala Pelayanan yang membantu Manager Penunjang Medis dalam pengelolaan, pelaksanaan pelayanan gizi dan tata boga rumah sakit, terdiri dari :

1. Penanggung Jawab (PJ) Pengadaan dan Penyimpanan DIREKTUR WADIR MEDIS Manajer Penunjang Medis Kepala Pelayanan Gizi PJ Pengadaan dan Penyimpanan PJ Penyajian dan Pendistribusian PJ Pengelolaan Makanan Petugas Pengadaan dan Penyimpanan Petugas Penyajian dan Pendistribusia Petugas Pengelolaa n Makanan Manajer Rumah Tangga

Kepala Urusan Tata Boga

(31)

2. PJ Penyajian dan pendistribusian yang membawahi petugas penyajian dan pendistribusian

3. PJ Pengelolaan makanan yang membawahi para juru masak

Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Pelayanan Gizi dan Tata Boga adalah :

1. Menyusun rencana kebutuhan makanan kering dan basah dan peralatan terkait secara harian, mingguan atau bulanan.

2. Melaksanakan kegiatan pengadaan, penyimpanan, pengelolaan, distribusi dan pergudangan barang / bahwan makanan.

3. Menyelenggarakan pengelolaan bahan makanan menjadi makanan siap saji dan bergizi bagi pasien, dokter dan karyawan.

4. Menyelenggarakan proses pemeliharaan peralatan di dapur dan peralatan makan pasien serta kebersihan di dapur.

5. Menyelenggarakan distribusi makanan bagi pasien yang tepat dan akurat.

6. Mengawasi pelaksanaan pelayanan gizi secara keseluruhan mulai dari dapur sampai dengan pelayanan gizi buat pasien dan karyawan.

7. Menyusun laporan pelaksanaan pelayanan gizi dan tata boga secara berkala. Dalam melaksanakan tugasnya, Ka.Pel. Gizi dan Tata Boga :

1. Bertanggung jawab kepada Manajer Penunjang Medis dan di bantu oleh Penanggung Jawab (PJ) Pengadaan dan Penyimpanan, PJ Penyajian dan pendistribusian, dan PJ Pengelolaan makanan.

2. Di lapangan, Ka.Pel. Gizi dan Tata Boga berkoordinasi dengan Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis, Bagian Keuangan dan Bagian Personalia.

(32)

BAB V

SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

Agar pelayanan gizi dan tata boga di RS Hermina Bekasi. dapat berjalan dengan lancar dan optimal, maka perlu didukung dengan adanya sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap maupun ruang di Pelayanan Gizi dan Tata Boga.

A. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Instalasi Rawat Jalan / Klinik Gizi

Tersedianya ruang Konseling Gizi di Instalasi Rawat Jalan RS Hermina Bekasi. yang dilengkapi dengan sarana berupa :

Peralatan kantor yang terdiri dari meja, kursi konseling gizi, kursi ruang tunggu, telepon, dan sebagainya.

Peralatan konsultasi yang terdiri dari lemari, food model dan contoh makanan segar, formulir mengenai gizi, leaflet diet, poster, buku-buku pedoman tatalaksana program (ASI, Gizi Buruk, Diabetes Melitus, dll).

Dan juga dilengkapi dengan peralatan antropometri guna mendapatkan data pasien diantaranya adalah :

Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan dewasa, alat ukur panjang badan bayi/anak, timbangan bayi (beam balance scale), alat ukur lingkar lengan atas (LILA), alat ukur lingkar kepala (LK), alat ukur tinggi lutut, dan formulir skrining (alat-alat tersebut dilakukan tera secara berkala oleh badan meterologi).

B. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Pelayanan Gizi dan Tata Boga Fasilitas ruang yang dibutuhkan di Unit Gizi dan Tata Boga terdiri dari : 1. Tempat penerimaan bahan makanan.

Tempat/ruangan ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas serta kuantitas bahan makanan, tempat ini dilengkapi dengan timbangan yang digunakan untuk melakukan penerimaan bahan makanan

2. Tempat/ruangan penyimpanan bahan makanan.

Penyimpanan bahan makanan terbagi atas 2 tempat, yaitu untuk gudang basah untuk menyimpan makanan segar dimana di dalamnya terdapat frezzer dan chiller. Sedangkan gudang kering digunkan untuk menyimpan bahan makanan kering dimana di dalamnya terdapat rak yang digunakan untuk meletakkan bahan makanan kering.

(33)

3. Tempat persiapan bahan makanan

Tempat ini diperuntukkan bagi bahan makanan yang akan dipersiapkan berikut bumbu yang harus dibersihkan, dicuci, dikupas, ditumbuk, digiling, dipotong, diiris dan lainnya sebelum dilakukan proses pemasakan.

4. Tempat pemasakan dan distribusi makanan

Tempat pemasakan dilengkapi dengan cerobong asap di atas kompor dan perlatan yang digunakan untuk proses pengolahan seperti kompor, blender, panci, penggorengan dsb. Distribusi makanan dikelompokkan menjadi makanan biasa dan makanan khusus, kemudian ditempatkan pada wadah yang berbeda yang terdiri dari kelompok nasi, sayuran, lauk pauk dan makanan selingan serta buah. Saat mendistibusikan makanan gunakan trolley pemanas untuk membawa makanan menu utama.

5. Tempat pencucian dan penyimpanan alat

Tempat pencucian peralatan memiliki bak ganda dan dilengkapi dengan water heater (aliran air panas dan dingin) dan hendaknya terletak terpisah dengan tempat pencucian bahan makanan, disediakan fasilitas rak pengering, dilengkapi pula dengan alat mengatasi sumbatan dan vector, serta sabun, sikat dan lap bersih.

6. Tempat pembuangan sampah

Tempat pembuangan sampah harus tertutup cukup untuk menampung sampah yang dihasilkan dan segera dikosongkan begitu sampah telah mencapai 2/3 penuh yang ditampung sebelumnya dalam wadah plastik sampah non medis.

C. Pemeliharaan, Perbaikan Ruangan dan Alat

Pengertian :

Adalah kegiatan atau upaya untuk menjaga agar ruangan dan peralatan dapat berfungsi secara optimal.

Tujuan :

a Tersedianya ruangan dan peralatan yang selalu terpelihara dan siap pakai. b Memperpanjang usia pakai alat (life time) di pelayanan gizi.

Proses :

a Lakukan pengecekan dan pemeliharaan secara rutin dan periodik terhadap ruangan dan peralatan.

b Segera laporkan setiap ada kerusakan ruangan dan peralatan kepada unit terkait. c Segera ajukan penggantian terhadap peralatan yang tidak dapat diperbaiki.

(34)

BAB VI

SANITASI MAKANAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Sanitasi Makanan

1. Pengertian

Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen. (Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular).

Jadi hendaknya upaya ini harus dilakukan di Pelayanan Gizi dan Tata Boga RS Hermina Bekasi. sesuai dengan prosedur yang ada mengenai sanitasi.

2. Tujuan

Kegiatan ini ditujukan agar RS Hermina Bekasi. dapat :

a. Menyediakan makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan pasien, keluarga pasien, karyawan dan dokter.

b. Menurunkan angka kejadian penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan.

c. Mewujudkan perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan. 3. Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan

a. Ruang pengolahan/ dapur harus dipelihara kebersihannya sesuai dengan ketentuan. b. Tersedianya saluran limbah, sebagai pembuangan limbah makanan yang aman dari

binatang pengganggu.

c. Tersedianya air bersih dalam jumlah yang mencukupi sesuai standar mutu air dengan melakukan kontrol air dan pest secara rutin sesuai ketentuan.

d. Alat pengangkut makanan dan minuman harus tertutup dan bahan mudah dibersihkan.

e. Rak penyimpanan bahan makanan harus mudah dipindahkan untuk memudahkan proses pembersihan.

f. Peralatan yang kontak dengan makanan harus mudah dibersihkan, tidak mudah rusak akibat zat asam/basa atau garam-garaman dan tidak terbuat dari logam yang berat dapat menimbulkan keracunan.

g. Bahan makanan harus bermutu baik, masih segar, aman, utuh, tidak busuk, tidak kotor, cukup matang (untuk buah).

(35)

h. Penanganan bahan makanan harus memperhatikan cara penanganan yang baik dan tepat dengan memperhatikan pula persyaratan hygiene baik tenaga penjamah dan dalam melakukan prosedur kerja.

4. Pengawasan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan

a. Dilakukannya pemeriksaan kesehatan dan usap dubur/kulit secara berkala sesuai dengna ketentuan terhadap tenaga penjamah makanan dan juga peralatan.

b. Melakukan kontrol kualitas bahan makanan melalui pest-control.

c. Dilakukan bongkar kecil dan bongkar besar secara rutin terhadap kebersihan ruangan / lingkungan sekitar Pelayanan Gizi dan Tata Boga.

B. Keselamatan Kerja

1. Pengertian

Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari keselakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.

2. Tujuan

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja.

b. Memberi pertolongan kecelakaan dan perlindungan bagi karyawan. c. Menciptakan keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja.

d. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja seperti keracunan, infeksi dan penularan penyakit.

3. Prinsip keselamatan kerja dalam proses penyelenggaraan

a. Gunakan alat pelindung diri pada saat melakukan proses pekerjaan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

b. Lakukan proses kerja sesuai dengan petunjuk dan prosedur yang berlaku. c. Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya.

d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan dan selama proses pengolahan.

e. Lakukan pembersihan dan pemeliharaan alat kerja dan sarana pendukung. f. Lakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara teratur.

(36)

BAB VII

PEMBIAYAAN MAKANAN

A. Perhitungan Biaya Bahan Makanan

1. Pengertian

Biaya makanan adalah biaya bahan yang dipakai untuk menghasilkan makanan yang diperlukan.

2. Tujuan

a. Memudahkan dalam proses penyusunan anggaran belanja bahan makanan. b. Adanya pengawasan dan pengendalian terhadap biaya bahan makanan.

c. Dapat melakukan penilaian terhadap prestasi kerja dalam proses pengadaan bahan makanan.

Biaya bahan makan merupakan biaya variabel langsung, karena berhubungan langsung dalam rangka proses produksi makanan yang dipengaruhi oleh jumlah porsi makanan yang dihasilkan atau jumlah pasien yang akan dilayanani.

Penghitungan biaya bahan makanan di RS Hermina Bekasi. telah diatur dalam prosedur perencanaan kebutuhan bahan makanan dan penyusunan anggaran belanja.

B. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja

Perhitungan biaya tenaga kerja RS Hermina Bekasi. telah diatur secara terkoordinasi oleh Bagian Personalia yang meliputi gaji, tunjangan, lembur, bonus, dan lain sebagainya.

C. Perhitungan Biaya Overhead

Biaya overhead meliputi biaya barang dan biaya pemeliharaan. Pembelian barang yang dimaksud adalah barang yang tidak tersedia di Unit Logistik RS Hermina Bekasi., karena seluruh barang yang diperlukan oleh Pelayanan Gizi dan Tata Boga termasuk alat tulis kantor, alat masak maupun alat makan dan alat rumah tangga sebagian besar telah tersedia di Unit Logistik. Sedangkan yang dimaksud biaya pemeliharaan di RS Hermina Bekasi. adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan alat yang rusak maupun perbaikan sekitar ruang Pelayanan Gizi dan Tata Boga yang digunakan untuk kegiatan operasional penyelenggaraan makanan.

(37)

BAB VIII

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI

A. Pencatatan dan Pelaporan

Merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi RS Hermina Bekasi. dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi maupun untuk pengambilan keputusan. Hal ini tertuang dalam prosedur Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap.

B. Pengawasan Standar Porsi

a. Dilakukan penimbangan terhadap bahan makanan padat sebagai salah satu bentuk pengawasan.

b. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur terhadap makanan cair atau setengah cair.

c. Dilakukan proses pemotongan sesuai prosedur dan alat untuk bahan makanan atau jenis hidangan yang harus dipotong.

d. Dilakukan pengukuran berdasarkan standar porsi dan resep untuk mendapatkan porsi yang tetap (tidak berubah).

C. Pengawasan Harga

a. Dibuat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk pengawasan, misalnya bagi pasien, keluarga pasien, karyawan maupun dokter yang memesan makanan akan dikenakan biaya sesuai harga per porsi makanan yang berlaku saat itu dalam bentuk catatan bon. Kemudian lembar bon tersebut harus dibayar melalui kasir (Bagian Keuangan) sesuai ketentuan atau prosedur yang berlaku.

b. Kalkulasi pemasukan dan pengeluaran bahan makanan berikut nilai rupiahnya terkoordinasi di Bagian Keuangan RS Hermina Bekasi..

D. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dimaksud adalah proses dimana RS Hermina Bekasi. mengatur biaya guna mencegah adanya pemborosan dari biaya yang dikeluarkan, dalam hal ini biaya bahan makanan.

Pelayanan Gizi dan Tata Boga harus pintar dalam mengelola pemakaian bahan makanan dimana cara menukar, mengubah atau mengganti makanan dengan bahan lain merupakan salah satu cara pengendalian biaya dalam kegiatan perencanaan menu, pembelian, penerimaan dan pengolahan.

(38)

E. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

RS Hermina Bekasi. dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi dilakukan dengan adanya penanganan keluhan pelanggan terhadap pelayanan gizi berdasarkan prosedur yang ada. Dan melakukan monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan pelayanan gizi sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelayanan gizi di Instalasi Rawat Inap dilakukan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hal itu semua kemudian dilakukan evaluasi serta tindak lanjut terhadap hasil temuan untuk bagaimana meningkatkan mutu daripada pelayanan gizi yang baik di lingkungan RS Hermina Bekasi.

(39)

BAB X

PENUTUP

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Ruman Sakit di RS Hermina Bekasi. bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gisi yang tepat bagi pasien sesuai tuntutan masyarakat. Untuk itu pedoman ini betul-betul dijadikan acuan bagi pelayanan gizi di RS Hermina Bekasi. .

Materi-materi lain yang perlu dan dianggap dapat menjadi acuan dan belum terdapat dalam pedoman ini dapat diajukan melalui hirarki dan ketentuan yang berlaku untuk dimasukkan dalam tambahan buku pedoman ini.

(40)

BUKU RUJUKAN

1. Kementerian Kesehatan RI, 2013

Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

2. Departemen Kesehatan RI, 2006

Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

3. Adisty Cynthia Anggraeni, S.Gz., 2012

(41)

LAMPIRAN

1. Uraian Tugas di Pelayanan Pelayanan Gizi 2. Formulir Daftar Nama pasien Rawat Inap 3. Formulir Pemesanan Bahan Makanan

4. Formulir Permintaan Bahan Makanan gudang

5. Formulir Pembagian Menu Sehari untuk pasien diet khusus 6. Formulir Evaluasi

(42)

Referensi

Dokumen terkait

mencegat serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.. - 2 fungsi

Cara Membuat Judul Dan Deskripsi Blog Bergerak di Navigasi Browser · Mengubah Format Dokumen Word 2003 Menjadi 2007 Dengan Mudah Membuat Daftar Isi Otomatis di Word 2010 dan

Hal ini dapat dipahami karena gu- ru yang mempunyai kinerja bagus da- lam kelas akan mampu menjelaskan pe- lajaran dengan baik, mampu menum- buhkan motivasi belajar siswa

Rata-rata asupan energi, karbohidrat, lemak, vitamin C, dan zat besi tidak berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok non-vegetarian, sedangkan rata-rata asupan

Menurut BPOM (2003), persyaratan mengenai higiene fasilitas yaitu tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang, tersedianya

Adapun penulisan skripsi Aplikasi Akademik Berbasis SMS Gateway Pada SMKN 1 Parittiga ini hanya membatasi pada absensi siswa yang ingin di ketahui wali

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Paminggir Kecamatan Garut Kota

Jadi, pengaruh penggunaan Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIKADU) terhadap motivasi belajar mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI angkatan 2013 STAIN Pekalongan adalah