• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulisan Resep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penulisan Resep"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Belajar & Penuntun Praktek

KETERAMPILAN MEDIK :

Farmasi Kedokteran II

PENULISAN RESEP

Penyusun dr. Nurhidayati, M.Kes Siti Rahmatul Aini, SF. Apt Drs. Agus Supriyanto, Apt Andang Sari, Ssi. Apt dr. Triana Dyah C dr. Ilsa Hunaifi dr. Emmy Amalia

Editor dr. Dian Puspita Sari Desain & Layout Syarief Rosmayadi

hanya untuk kalangan sendiri

Dilarang mengkopi/menggandakan tanpa seijin laboratorium keterampilan medik

(2)

TIM LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Penanggung Jawab Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Prof. Dr. dr. Mulyanto Pembina Pembantu Dekan I dr. Doddy Ario Kumboyo, SpOG(K) Koordinator dr. Philip Habib Bendahara Martina, AMK Sekretaris Priyanti, AMAK

(3)

Bagian Pengembangan Kurikulum dan Modul dr. Devi Rahmadhona dr. Ardiana Ekawanti, M.Kes dr. Dian Puspita Sari Bagian Evaluasi Pembelajaran

dr. Dyah Purnaning dr. Novrita Padauleng dr. Dinie Ramdhani dr. Tetrawindu AH dr. Umu Istikharoh dr. Eva Triani Bagian Pengembangan SDM dr. Emmy Amalia dr. Agustine Mahardika dr. Yanna Indrayana dr. Nurhidayati, M.Kes Bagian Sarana Prasarana

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya atas terselesaikannya buku panduan belajar keterampilan medik blok uropoetika.

Buku ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan buku pengetahuan dalam bidang keterampilan medis. Maksud dan tujuan diterbitkannya buku ini tidak lain guna menciptakan para lulusan dokter yang berkompeten dalam berbagai bidang terutama kompetensi dalam keterampilan klinis. Dalam buku ini termuat teori dan aplikasi dari keterampilan Bantuan Hidup Dasar.

Seperti diketahui bersama, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada bulan November 2006 telah mensyahkan standar kompetensi dokter Indonesia. Dalam 7 area kompetensi yang harus dimiliki oleh para lulusan dokter di Indonesia salah satu kompetensi yang wajib dimiliki adalah kompetensi keterampilan klinis. Untuk itu Fakultas Kedokteran Universitas Mataram mempunyai kewajiban dalam mencetak dokter yang sesuai standar sehingga nantinya dapat menjadi dokter yang tidak hanya cerdas dalam teori semata namun juga trampil dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

(5)

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua penulis, konsultan, dan rekan-rekan dosen yang telah bersedia meluangkan waktunya guna menyelesaikan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan

Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk dan perlindungan kepada kita semua didalam melaksanakan tugas serta menerima amal ibadah kita, amin

Wassalamualaikum Wr. Wb

Mataram, Juni 2010

Koordinator Keterampilan Medik

dr. Philip Habib

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Tim Laboratorium Keterampilan Medik ………..……. ii

Kata Pengantar ……….. iv

Daftar Isi ………...…. vi

Tata Tertib Keterampilan Medik ……….…... vii

Tata Tertib Evaluasi Keterampilan Medik ………..……. ix

Panduan Belajar Penulisan Resep …..……….. 1

Panduan Belajar Dosis Obat……… 32

(7)

TATA TERTIB KETERAMPILAN MEDIK

1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila terlambat ≥ 10 menit peserta dilarang masuk

2. Peserta dilarang memakai jeans, kaos oblong dan sandal

3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti kegiatan keterampilan medik

4. Peserta dilarang corat-coret di manekin, tembok dan meja

5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik berlangsung 6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik

7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah digunakan

8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu dan alat kembali dalam keadaan seperti semula

9. Apabila terdapat kerusakan dalam pemakaian alat dan bahan, peserta wajib menggantinya

10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan ceklist keterampilan medik tanpa sepengetahuan laboratorium keterampilan medik

(8)

11. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik

Absensi kehadiran minimal 75%, dibuktikan dengan lembar kehadiran mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh dosen/instruktur yang bersangkutan

Nilai Review minimal 70%, dibuktikan dengan rekapitulasi nilai review yang telah ditandatangani instruktur bersangkutan.

• Tidak ada tanggungan peminjaman alat

• Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik

• Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator keterampilan medik 12 Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian 13 Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi

Mataram, Juni 2010

Koordinator Keterampilan Medik

(9)

TATA TERTIB EVALUASI KETERAMPILAN MEDIK

1. Peserta datang 30 menit sebelum ujian dimulai

2. Peserta dilarang memakai jeans, kaos oblong dan sandal

3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal yang resmi 4. Peserta wajib membawa alat tulis menulis

5. Peserta dilarang membawa catatan, buku, dan cheklist ke dalam ruang ujian 6. Peserta dilarang membuat gaduh atau ramai pada saat ujian

7. Apabila bel evaluasi berakhir peserta diwajibkan segera keluar dari ruang ujian 8. Nilai standar kelulusan 80%

9. Laboratorium keterampilan medik tidak mengadakan evaluasi ulangan

Mataram, Juni 2010

Koordinator Keterampilan Medik

Dr. Philip Habib

(10)
(11)

PANDUAN BELAJAR KETERAMPILAN MEDIK

Farmasi Kedokteran II:

PENULISAN RESEP

Siti Rahmatul Aini, Triana Dyah C, Ilsa Hunaifi, Andang Sari, Agus Supriyanto,

Nurhidayati, Emmy Amalia

PENDAHULUAN

Kata resep berasal dari bahasa latin Recipe (R/) yang berarti “ambilah”. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/1993, resep merupakan suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada APA ( Apoteker Pengelola Apotek) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Resep memiliki beberapa fungsi antara lain; (1) sebagai perwujudan cara terapi dengan menggunakan obat, (2) sebagai dokumen legal yang digunakan agar dalam pelayanan oleh apotek, tidak dijumpai hal-hal yang merugikan penderita, (3) sebagai catatan terapi, untuk kepentingan ini resep sebaiknya dibuat rangkap 2, satu lembar untuk pasien dan lembar lainnya sebagai catatan dokter apabila pasien kembali untuk kontrol, (4) sebagai media komunikasi antara dokter dengan apoteker atau dengan petugas kesehatan lain.

PENULISAN RESEP

Resep obat hanya boleh ditulis oleh orang yang berhak, yaitu dokter (umum maupun spesialis), dokter gigi (terbatas untuk penyakit gigi) dan dokter hewan (terbatas untuk hewan). Resep berhak diketahui oleh dokter penulis

(12)

resep atau yang merawat pasien, pasien sendiri, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut UU, misalnya instansi yang membiayai pasien. Penukaran resep dengan obat yang diresepkan dilayani oleh apotek (umum atau apotek RS). Resep harus didokumentasikan selama 3 tahun dan dilaporkan ke instansi yang berwenang, misalnya Dinas Kesehatan atau Balai POM.

Resep umumnya ditulis dalam suatu blangko resep berukuran panjang 15-18 cm dan lebar 10-12 cm, menggunakan tinta dan ditulis dalam bahasa latin. Bahasa latin dalam resep digunakan untuk penulisan nama obat, bentuk obat dan petunjuk penggunaan obat yang biasanya disingkat. Singkatan dalam resep adalah singkatan yang baku (disepakati internasional). Penggunaan singkatan dalam bahasa Indonesia harus dihindarkan. Bila terdapat istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa latin, istilah/kata tersebut ditulis utuh, tidak boleh disingkat. Misalnya sendok plastik, harus ditulis C plastik. Bahasa Indonesia boleh digunakan dalam keadaan khusus, tetapi tidak boleh disingkat. Misalnya, ”obat diberikan sampai 3 hari” (maksudnya bila setelah 3 hari tidak terlihat perkembangan positif, pasien kembali pada dokternya). Bahasa latin merupakan bahasa internasional dalam dunia kedokteran dan kefarmasian, bahasa ini digunakan dalam resep antara lain karena bahasa ini sudah tidak berkembang lagi dan untuk menghindari dualisme/arti ganda. Akan tetapi, penggunaan bahasa latin juga memiliki kerugian/kekurangan. Munculnya istilah-istilah baru seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kefarmasian tidak dapat diakomodasi oleh bahasa latin, sehingga istilah tersebut harus ditulis lengkap. Dalam penulisan resep tidak diperbolehkan membuat singkatan versi sendiri, seperti singkatan bahasa Indonesia. Beberapa singkatan penting dalam bahasa latin antara lain:

(13)

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat, resep harus ditulis dengan cara yang benar sesuai aturan/kaidah penulisan yang berlaku, lengkap, dan harus dapat dibaca dengan jelas. Dalam penulisan resep obat, perlu diperhatikan nama obat, satuan jumlah/kekuatan obat, dan alat penakar.

Nama obat dapat ditulis dalam beberapa format; (1) bahan baku/bentuk aslinya, baik berupa nama generik atau nama sinonim, contoh: Asetosal, Theophyllin, (2) format obat jadi dengan nama standar atau sesuai DOEN, contoh : tab. Asetosal 500mg, tab. Aminophyllin 200 mg, Potio Nigra Contratussim, (3) obat dengan nama dagang, contoh: Allerin expectorant, Pamol, Lipitor, dll.

Satuan jumlah/kekuatan obat dapat dinyatakan dalam satuan berat seperti gram dan mikrogram, satuan volume (L,mL), satuan persentase (b/b, b/v, v/v. b=berat, v=volume), maupun satuan bentuk sediaan/kemasan seperti tablet, capsul, caplet, tube. Pada satuan terakhir, jumlah obat dituliskan dalam angka romawi. Contoh: Amoxicillin tab. 500 mg No. XV.

Alat penakar obat, terutama untuk obat-obat berbentuk cair, harus dituliskan dengan jelas. Sendok makan (15ml), dituliskan sebagai “C”, sendok the (8ml) dituliskan sebagai “Cth”, sendok obat (5ml) dituliskan sebagai “cplastik” atau “cth”, tetesan/drops (0.05 ml) dituliskan sebagai “gtt”.

Formula Resep

Dalam menuliskan resep, seorang dokter bisa memilih 3 penulisan formula resep, yaitu: 1. Resep Formula Magistralis

Dalam formula magistralis, sediaan disusun oleh dokter sendiri. Obat yang dipilih dapat berupa bahan baku (racikan) atau sediaan Non Generik / obat dengan nama dagang, dengan menggunakan bahan tambahan yang dapat berupa corrigen saporis, odoris, coloris dan atau vehikulum/constituen.

(14)

Bila memakai formula ini, dokter harus memahami spesifikasi/kekhususan bahan sediaan obat (BSO). 2. Resep Formula Officinalis

Dalam resep ini, obat berupa sediaan jadi atau sediaan yang diracik apotek, antara lain; obat standar/baku menurut formula standard, Farmakope Indonesia, Extra Farmakope dan Formularium Indonesia; obat / sediaan generik berlogo. Dokter harus memahami isi / komposisi obat dan indikasinya.

3. Resep Formula Spesialistis

Dalam resep ini, obat yang dipilih berupa obat dengan nama dagang. Satu obat bisa saja memiliki banyak sediaan, sehingga dokter harus memahami spesifikasi, sifat dan tujuan produk obat yang akan diberikan.

Struktur Resep Lengkap

Dalam Keputusan Menkes No. 280/ thn 1981 tentang resep yang terdapat dalam BAB II Pasal II resep harus memuat: 1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dokter hewan

2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat dan komposisi obat 3. Tanda resep pada bagian kiri setiap penulisan resep

4. Tanda tangan /paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Jenis hewan, nama, serta alamat pemilik untuk resep dokter hewan

(15)

Resep lengkap terdiri atas beberapa bagian, antara lain : 1. Superscriptio

Terdiri dari :

- Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter - Tempat dan tanggal penulisan resep

- Simbol R/ (= invocatio)

- Nama, umur (khususnya untuk pasien anak), alamat pasien 2. Inscriptio

Terdiri dari :

- Jenis bahan obat dalam resep, meliputi:

§ Remidium cardinale : nama dan jumlah bahan-bahan pokok obat, bisa tunggal atau beberapa bahan.

§ Remidium adjuvant/korektor : nama dan jumlah obat tambahan

§ Remidium corrigens (hanya bila diperlukan), meliputi: Corringens saporis (perasa). Misal : saccharum lactis ( sacch. Lact); Corringens coloris ( warna). Misal : carmine; Corringens odoris (bau). Misal : ol. Rossarum ( minyak permen) ; Corringens constituen : ditambahkan untuk bahan yang sedikit agar dapat dibuat sediaan obat.

- Vehikulum (pembawa) : perlu dituliskan apabila resep merupakan racikan dokter sendiri, bukan obat jadi.

- Jumlah bahan obat dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan padat (mcg,mg,g) atau satuan isi untuk cairan (tetes, mL, L)

(16)

Memuat cara pembuatan (nama dan jumlah bentuk sediaan)

4. Signatura/transcriptio

Berisi petunjuk penggunaan obat.

Beberapa hal harus diperhatikan agar sebuah resep dikatakan sah, antara lain:

- Untuk dokter praktek swasta, harus mencantumkan nama dokter, izin kerja, alamat praktek dan rumah, paraf dokter

- Untuk dokter yang berpraktek di RS/Klinik/Poliklinik, harus mencantumkan nama dan alamat RS/Klinik/Poliklinik, bagian/unit di RS, serta nama, alamat, paraf dokter penulis resep

(17)

Contoh blanko resep dokter praktek swasta : Contoh blanko resep dokter Klinik:

dr. Enni Yuliani

Alamat Praktek: Jalan Ahmad Yani

No. 9 Gerung - Lombok Barat

SIP. DU-2000/III/1999

Gerung,

R/

Pro

:

Alamat :

Umur :

Klinik Bersalin

EXONERO

Jalan Pemuda No. 9 Mataram

Mataram,

Dokter :

R/

Pro

:

Alamat :

Umur :

(18)

Catatan :

• Untuk resep-resep intern misalnya Rumah Sakit, bagian nama sampai dengan alamat dapat diganti oleh kop Rumah Sakit, dokter, dan SMF.

• Untuk tanda-tanda khusus seperti ‘Cito’ atau ‘PIM’ harus ditulis di sebelah kanan pada bagian atas kertas resep. Pada setiap R/ yang memerlukan pengulangan maka harus ditulis pada sebelah kiri atas dari resep.

• Pada lembar resep yang digunakan oleh dokter hewan, khusus untuk nama pasien perlu dicantumkan jenis spesies (jenis binatang seperti kucing, anjing, dll), nama binatang, berat badan, nama dan alamat pemilik.

(19)

Contoh Macam-macam Penulisan Formula Resep

1. Resep formula magistralis

Contoh resep sediaan padat 1.a

Resep 1.a

Arti singkatan :

* Saccaharum lactum quantum sactis = “ Saccaharum lactum secukupnya”.

** misce fac lege artis pulveres da tales dosis nomero quindecem= ”campur dan buatlah sesuai aturan puyer sebanyak dosis tersebut diatas sebanyak 15 bungkus”.

*** signa pro re nata ter de die pulveres una=” tandai: bila perlu 3x sehari 1 bungkus puyer”

R/

Paracetamol mg 100

Phenobarbital mg 10 Sacch. Lact. q.s*

m.f.l.a pulv. d.t.d no. XV** s. p.r.n t.d.d pulv.I ***

(20)

Makna resep :

“setiap bungkus puyer mengandung bahan obat: Parasetamol 100 mg, Phenobarbital 10 Mg, dan Saccaharum laktum ( sebagai pemanis dan pembawa) secukupnya. Komposisi tersebut dibuat puyer sesuai dengan dosis obat yang digunakan. Buatlah puyer sejumlah 15 bungkus.

Aturan pakai 3x sehari masing-masing 1 bungkus. Obat diperlukan untuk 5 hari.” Catatan :

Penulisan signa harus jelas, dengan mencantumkan penjelasan lain yang diperlukan.

Contoh resep sediaan padat 1.b

R/ Paracetamol g 1,5 Phenobarbital mg 150 Sacch. Lact.q.s

m.f.l.a pulv. no. XV s.p.r.n t.d.d pulv.I

(21)

Arti singkatan

sama dengan resep 1.a Makna resep

“dari bahan obat : Parasetamol 1,5 g, Phenobarnital 150 mg dan saccharum laktum secukupnya dicampur dan dibuat untuk menajdi 15 bungkus puyer. Aturan pakai 3x sehari masing-masing 1 bungkus. Obat diperlukan untuk 5 hari”.

Perbedaan resep 1.a dan 1.b:

Pada resep 1.a ditulis jumlah banyaknya obat untuk tiap bungkus puyer, sedangkan resep 1.b ditulis jumlah banyaknya obat untuk 15 bungkus puyer.

Contoh resep sediaan padat 1.c (tidak dianjurkan menulis resep seperti ini):

Resep 1.c

R/

Tab.Paracetamol No. III

Tab. Luminal 50 mg no.III Sacch. Lact.q.s

m.f.l.a pulv.d.t.a no. XV s.p.r.n t.d.d pulv.I

(22)

Arti singkatan

sama dengan di atas Makna resep

“ tablet parasetamol ( 1 tablet =500 mg) sebanyak 3 tablet ( jadi 3x500 mg= 1500 mg= 1,5 gr); tablet Luminal ( 1 tablet = 50 mg ) sebanyak 3 tablet ( jadi 3x50 = 150 mg); dan Saccharum laktum secukupnya. Dicampur dan dibuat untuk menjadi 15 bungkus puyer. Jadi tiap bungkus mengandung 100 mg dan Phenobarbital 10 mg. Aturan pakai : s.d.s”

Mengapa resep seperti ini tidak dianjurkan?

Sediaan tablet Parasetamol dan Luminal mengandung sejumlah obat yang tertentu per tablet, sehingga bila diperlukan dosis lain yang tidak sama dengan kandungan obat dalam sediaan tersebut, akan memberikan masalah.

(23)

Contoh resep sediaan padat 1.d

Resep 1.d

Arti singkatan

* misce fac lege artis pulveres da tales dosis nomero trigenta= “ campur dan buatlah sesuai aturan puyer sesuai dosis tersebut sebanyak 30 bungkus”.

**da in capsula= “berikan dalam bentuk kapsul”.

*** signa pro re nata ter de die capsula una post coenam = ”tandai : bila perlu 3x sehari masing-masing 1 kapsul, berikan sesudah makan’.

R/

Aminophylin mg 150 Prednison mg 5

m.f.l.a pulv.d.t.a no. XXX* da.in caps.** s.p.r.n t.d.d caps.1 p.c***

(24)

Contoh resep sediaan cair

Saat ini sudah tidak ada lagi sediaan cair yang disusun formula oleh dokter melalui resep, karena untuk membuat sediaan cair diperlukan teknologi. Selain itu, sediaan cair sudah tersedia dalam bentuk sediaan jadi siap pakai yang dibuat oleh pabrik farmasi. Bentuk sediaan obat cair (sirup, suspensi, emulsi) harus dibuat segera dan memerlukan tambahan pengawet. Stabilitas tidak dapat dijamin apabila dibuat di apotek. Pencampuran sediaan obat padat ke dalam sebuah sediaan jadi cair tidak dibenarkan karena sangat tidak rasional, menggangggu homogenitas, dan akan mempengaruhi kadar obat dalam darah yang akhirnya akan mempengaruhi tujuan terapi.

Contoh resep sediaan setengah padat 1.e R/ Tetrasiklin 3 %

Hidrokortison 2,5 % Ad.Lan.2*

Vas.alb.ad 20 ** m.f.l.a. ungt***

(25)

Arti singkatan

* Adeps lanae 2= “ Adeps lanae sebanyak 2 gram” ** vaselin album ad 20 = “Vaselin album sampai 20 gram.”

***misce fac lege artis unguenta = “ campur dan buatlah sesuai aturan salep.”

**** signa bi de die usus externus mane et vespere = “ tandai: 2x sehari untuk pemakaian luar pagi dan sore hari.”

Makna resep

“ Campur dan buatlah salep sebanyak 20 gram yang mengandung : Tetrasiklin 3 %, Hidrokortison 2,5 %, dan bahan Adeps lanae 2 gram dan vaseline album( ditambahkan hingga mencapai 20 g). aturan pakai: untuk pemakaian luar 2x sehari pagi dan sore.”

Contoh resep sediaan setengah padat 1.f

Resep 1.f

R/

Tetracyclin 0,6 Hidrokortison 0,5 Ad.Lan.2 Vas.alb.ad 20 m.f.l.a. ungt*

s.b.d.d.u.e.m.et. v **

Paraf

(26)

Arti singkatan:

”Ambilkan Tetrasiklin 0,6 gram, Hidrokortison 0,5 gram. Adeps lanae 2 gram dan Vaseline album sampai jumlah salep sebanyak 20 gram.

* campur dan buatlah menurut aturan salep.

** tandailah dua kali sehari untuk pemakaian luar pagi dan sore hari. Makna resep :

“Salep resep diatas mengandung Tetrasiklin 3 %, Hidrokortison 2,5 %, dengan basis salep: Adeps lanae (10 %) dan Vaseline album. Dibuat salep . Aturan pakai : s.d.a”

Perbedaan resep 1.d dan 1.f:

Resep ini memakai jumlah obat dalam gram,yaitu : Tetrasiklin 0,6 gram, di dapat dari : 3 % x20 gram = 0,6 gram; demikian pula Hidrokortison: 2,5 %x20 gram = 0,5 gram.

2. Resep formula officinalis

(27)

Arti singkatan:

* signa ter de die capsula una=” tandailah 3x sehari 1 kapsul”. Makna resep:

” berikan kapsul amoksisilin 500 mg sebanyak 15 butir. Aturan pakai; 3xsehari masing-masing 1 kapsul.”

Contoh resep sediaan cair 2.b

Resep 2.b

Arti singkatan:

* potio album contra tussim = “ obat batuk putih (OBP).

** signa ter de die cochlear theae= “tandailah 3x sehari masing-masing 2 sendok teh”

R/

Pot. Alb.c.tuss.ml. 100 *

s.t.d.d. Cth. II* *

(28)

Makna resep:

” Berikan obat batuk putih100 ml. Aturan pakai 3x sehari masing-masing 2 sendok teh.”

Formula Potio Album Contra Tusim ( OBP) R/ sol. Amm.spirt. Anis.2

Ol.Mint.Pip.Gtt.I Syr. Simpl.10 Aq.dest.Ad 100 m.f.l.a mixt

Contoh resep sediaan setengah padat 2.c

R/

Ungt.Sulf.Salicyl. 20* s.b.d.d.u.e.m.et.v** ( setelah Mandi)

(29)

Arti singkatan :

* Ungentum Sulfuric Salicylitum= “salep Belerang-Salsilat”

** signa bi de die usus externus mane et vespere = tandailah 2 x sehari, pagi dan sore, untuk pemakaian luar,setelah mandi.

Makna resep :

“ Berikan salep Sulfuris Salisilitum sebanyak 20 gram. Aturan pakai 2x sehari untuk pemakaian luar, pagi, dan sore hari sesudah mandi.”

Formula Ungt. Sulfuris Salicylitum( 2-4 Zalf) R/ acidum salicylicum 2

Sulfur praesipitatum 4 Vaselin alb. Ad.100

(30)

3. Resep formula spesialistis

Contoh resep sediaan padat 3.a

Resep 3.a

Makna resep :

“Berikan kapsul Amoxan 500 mg 15 butir. Aturan pakai: 3x sehari, masing-masing 1 kapsul.” Formula dan sediaan Amoxan: Bisa dilihat di buku IIMS/ISO

Contoh resep sediaan cair 3.b

R/

Caps Amoxan 500 mg no.XV s.t.d.d. caps I

Paraf

R/

Cohistan expt.60 ml lag.I* s.t.d.d. Cth.I

(31)

Arti singkatan :

“Cohistan expectoran 60 ml lag una”= Cohistan Expectoran 60 ml 1 btl. Makna resep:

“Berikan Cohistan expectoran 60 ml 1 botol. Aturan pakai : diminum 3x sehari masing-masing 1 sendok teh.”

Formula dan sediaan Cohistan Expectoran: bisa dilihat di ISO/IIMS

Contoh resep sediaan setengah padat 3.b

Resep 3.b

Arti singkatan :

*Scabicid cream tube una = krim Scabicid 1 tube

** signa usus cognitus =” Tandailah : aturan pakai sudah tahu.” Makna resep :

“Berikan Scabicid cream 1 tube. Aturan pakai ; telah diketahui.” Formula dan sediaan Scabicid Cream : Lihat ISO/IIMS

R/

Scabicid cr.Tub.I* s.u.c.**

(32)

Catatan:

Dalam penulisan formula spesialistis dokter hanya perlu menuliskan nama Non Generik / Obat dengan nama dagang yang diberikan oleh pabriknya, kekuatan, dan jumlahnya. Karena itu,komposisi/ formula harus diketahui secara baik oleh dokter penulis resep.

(33)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan resep:

1. Pada peresepan obat-obat yang termasuk golongan narkotika, dokter harus memberi tanda tangan bukan paraf. Contoh: Pethidin.

.

Resep 4

Arti singkatan:

* injeksi Pethidin ampula duo = “ Injeksi Pethudin dua ampul” ** signa in manum medici = “ Serahkan pada dokter”

Makna resep:

“ serahkan pada dokter, injeksi Pethidin sebanyak 2 ampul”.

Masih untuk keamanan peresepan obat-obat golongan narkotika, penulisan numero dengan menggunakan angka romawi, misalnya’X’, dapat ditulis’-X-‘. Tujuannya agar angka tersebut tidak ditambahi, baik oleh pasien maupun apotek untuk kepentingan tertentu.

R/

Inj. Pethidin amp. II ( duo) * s.i.m.m**

(34)

2. Untuk obat tetes, harus jelas peruntukannya; tetes mata, hidung atau telinga, dan harus jelas pula sisi mana yang akan diobati; sebelah kiri, kanan atau kedua sisi.

.

Resep 5

Arti singkatan:

*signa bi de die guttae duo auriculae dextra=”Tandailah 2x sehari 2 tetes pada telinga kanan”. Makna Resep

“Berikan Otopain Ear drop (satu) botol. Aturan pakai 2x sehari 2 tetes pada telinga kanan “. Pemakaian kata” ear drop” ( bahasa inggris) diperbolehkan.

R/

Otopain ear drop lag I s.b.d.d gtt.II a.d.*

(35)

Resep 6

Arti singkatan:

*signa bi de die unguentum opthalmicum ocular dexter et ocular sinister=” tandailah 2x sehari salep mata, mata kanan dan mata kiri”.

Makna resep:

“ Berikan salep mata Kloramfenikol 1 % 1 tube. Aturan pakai : 2x sehari mata kanan dan kiri”.

Perhatian:

Seperti halnya obat tetes, salep mata jelas untuk mata kanan, kiri atau keduanya.

3. Bila pemberian hanya waktu tertentu, bisa diberi keterangan. Misalnya: selain p.r.n (pro re nata – bila perlu), dapat diberi keterangan ”febris/demam/panas”. Keterangan ini dapat digunakan untuk obat-obatan simptomatis yang diminum bila demam.

R/

Chloramphenicol Ungt.Opth. 1 % tub.I s.b.d.d. ungt. Opth. Od & Os.*

(36)

Resep 7

Makna Resep:

“Berikan Tempra oral drop satu flacon/botol. Aturan pakai : bila demam/panas berikan 0,4 ml (dengan pipet yang tersedia), dapat diberikan 3x sehari.

4. Perbedaan cara peresepan obat-obatan aeorosol dan inhalasi

R/

Bricasma Aerosol fl I s.b.d.d puff.II

R/

Tempra oral drop fl.I s.p.r.n.t.d.d. 0,4 ml

(37)

Resep 8

Makna resep :

“ Berikan Bricasma aerosol 1 flacon/botol. Aturan pakai 2x sehari, 2 semprotan.

Resep 9

Makna resep :

“ Berikan Bricasama Turbohaler 1 botol. Aturan pakai 2x sehari, 2 hirupan (inhalan)”.

Perhatikan perbedaan kedua resep (resep 8 dan 9):

Perhatikan perbedaan aturan pakai dan sediaan/alat yang digunakan. Yang satu adalah aerosol sementara yang lain adalah inhalasi.

R/

Bricasma Turbohaler fl I s.b.d.d inh.II

(38)

Hal-hal yang harus dipertimbangkan saat meresepkan obat:

• Penggunaan obat, dipilih jenis obat dan bentuk sediaan apa yang paling efektif dan cocok untuk penderita.

• Penggunaan kombinasi obat harus dipertimbangkan adanya kemungkinan interaksi.

• Dosis diperhitungkan dengan tepat sesuai kondisi penderita.

• Jumlah obat/sediaan seperlunya.

• Sertakan info tentang cara penggunaan, efek samping, dan peringatan lain, misalnya perubahan urin menjadi merah bila mengkonsumsi Rifampisin.

(39)

ISTILAH BAHASA LATIN DALAM RESEP

Aa a.c ad ad lib aDM aq.bidest aq.dest aq.pro.inj aq.steril b.d.d/b.i.d b.h c C Cp C.th Caps Cylsm Collyr Collut Conc Cr d/da d.c d.c.f d.d d.i.d d.in.2 plo dil. Ana Ante coenam Ad Ad libitium Adbe Aqua bidestilata Aqua destilata Aqua pro injectio Aqua sterilisata Bis de die/bis in die Bis hora Cum Cochlear Cochlear pultis Cochlear theae Capsulae Clysma Collyrium Collutio Concentratus Cream Da Dorante coenam Da cum formula De die Da in demidio Da in duplo Dilitus

Masing-masing sama banyak Sebelum makan

Sampai

Sampai yang diinginkan Tambahkan

Air suling 2 kali Air suling

Air untuk larutan suntik Air steril 2 kali sehari 2 jam Dengan Sendok makan 9 15 ml) Sendok bubur 9 8 ml) Sendok the(5 ml) Kapsul

Lavement (cairan utk bubur) Cuci mata Cuci muluit Pekat Krim Berilah Selama makan Berilah dengan resep/formulanya sehari Berilah setengahnya Berilah 2 kalinya Encer l.a lag lin liq Liq.Carb.det Liq Paraf.liq Lit.oris Lot Loz m/man m. m.d.s m.et v. m.f. m.f.pulv mg mixt merid. N ne iter/ N.I o. ½ .h./o.d.h o.h. o.b.h. o.t.h o.m. o.n. p.aeq Lege artis Legena Linimentum Liquor

Liquor Carbonas detergent Liquidium Parafin liquidium Litus oris Lotio Lozonges Mane Misce Misce da signa Mane et vespere Misce fac Misce fac pulveres Miligramata Mixtura Meridium Noctum Ne iteretur Omni dimidia hora Omni hora Omni bi horio Omni tri horio Omni mane Omni noctum Partes aequales

Menurut semestinya (= aturan) Botol

Linimen Cairan

Cairan varbonas pencuci Cair Parpum cair Tutul mulut Air pembersih Tablet hisap Pagi hari Campurlah

Campur dan berilah tanda Pagi dan sore hari Campur dan buatlah Campur dan buatlah serbuk Miligram Larutan campuran Siang/tengah hari Malam hari Tidak diulang Tiap ½ jam Tiap jam Tiap 2 jam Tiap 3 jam Tiap pagi hari Tiap malam

(40)

div.in p.aeq d.t.d dext empl enem extr extr.liq extr.spiss extr.sicc f f.l.a filtr g.,G garg gtt gtt.opth gtt.auric gtt.nasal h h.m haust h.s i.m.m inf Devide in dartes/equales Da tasles dosis Dexter Emplastrum Enema Extractum Extractum liquidium Extractum spisssum Extractum siccum Fac/fiat Fac lege artis Filtra Grama Gargarisma Guttae Guttae opthalimiceae Guttae auriculares Guttae nasales Hora Hora matutina Haustus Hora somni In manum medici Infusum

Bagilah dalam bagian yg sama Berikan sebanyak takaran tersebut Kanan Plester Lavement Ekstrak/sari Sari cair Sari kental Sari kering Buat/ dibuat

Buat menurut seni( aturan) Saring Garam Obat kumur Tetes Tetes mata Tetes relinga Tetes hidung Jam Pagi-pagi

Sekali minum sebelum tidur Serahkan ke dokter Rebusan Sediaan steril untuk

p.c. P.I.M Pot. p.p. p.r.n pulv pulv.adsp. q.d.d/q.i.d/4.d. d q.s. R. rec. r.p. S scat. s.n.e s.n.s sol./solut spir s.s.n s.u.e s.u.i s.u.n s.u.c Post coenam Periculum in mora Potio Pro paupere Pro re nata Pulvis Pulveres Pulvis adspersorius Quarter de die/ quarter in die Quantum satis/quanrum suficit Recipe Recens Recenter paratus Signa Scatula Si necesse est. Si necesse sit Solutio Spiritus Signa suo nomine Signa usus externus Signa usus internus Signa usus notus

Sesudah makan Berbahaya bila ditunda Cairan utk diminum Utk si miskin Bila perlu Serbuk (tunggal) Serbuk( jamak) Serbuk tabur Empat kali sehari Secukupnya Ambillah Segar Dibuat baru Tanda Dos Bila perlu Bila perlu Larutan Alkohol= etanol Tandai dengan namanya Tanda untuk obat luar Tanda untuk obat dalam Tanda aturan pakai sudah tahu Tanda aturan pakai sdh tahu utk

(41)

ANGKA LATIN

1= I = Unus, unae, unum, una 2=II= duo, ae 3=III=tres 4=IV=quatuor 5=V=quinguae 6=VI=sex 7=VII=Septem 8=VIII= octo 9=IX=novem 10=X= decem 12=XII=duodecem 15=XV=quidacem 20=XX=viginti 21=XXI=unus et viginti 25=XXV=quinguae et viginti 30=XXX=trigenta 40=XL=quadragenta 50=L=Quingenta 51=LI=unus quingenta 90=XC=nona genta 100=C=Centum 500=D=quncenti 1000=M=mille 2000=MM=duo mille

121=CXXI=centum unus et viginti 131=CXXXI= centum unus trigenta.

(42)

DOSIS OBAT

Dosis lazim, dosis terapeutik adalah sejumlah obat ( dalam satuan berat / volume unit) yang memberikan efek terapeutik pada penderita (dewasa). Selain dosis terapeutik dikenal pula istilah dosis awal, dosis pemeliharaan, dosis maksimum, dosis toksis, dan dosis letal.

Dosis Maksimum (DM) kecuali dinyatakan lain, adalah dosis maksimum untuk dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal. Penyerahan obat dengan melebihi DM dapat dilakukan, jika di belakang jumlah obat bersangkutan pada resep dibubuhi tanda seru dan paraf dokter penulis resep. Dosis Lazim untuk dewasa, anak dan bayi hanya merupakan petunjuk dan tidak mengikat.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dosis antara lain adalah faktor obat, faktor pemberian, faktor penderita dan indikasi dan patologi penyakit. Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing faktor:

1. Faktor obat

Dipengaruhi oleh sifat fisika, daya larut (air / lemak), bentuk (kristal / amorf), sifat kimia (asam, basa, garam, ester), derajat keasaman (pH dan pKa), toksisitas.

2. Faktor rute pemberian obat

Dosis obat yang diberikan melalui rute / cara pemberian apapun, harus mencapai dosis terapi pada target organ. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, misalnya faktor yang membatasi kemampuan absorbsi

(43)

3. Faktor penderita

Dipengaruhi oleh umur (anak, dewasa, geriatri), berat badan (normal, obesitas, malnutrisi), luas permukaan tubuh, ras dan sensitivitas individual.

4. Indikasi dan patologi penyakit - Penyebab penyakit

- Keadaan patofisiologis, misalnya pada gangguan fungsi hepar dan/atau gangguan fungsi ginjal, beberapa jenis obat dikontraindikasikan, atau perlu diturunkan dosisnya, atau diperpanjang interval pemberiannya.

Perhitungan Dosis Obat Untuk Anak

Anak bukanlah miniatur dewasa, karena organ tubuhnya (hepar, ginjal, saluran pencernaan, dan SSP) belum berfungsi secara sempurna, luas permukaan tubuh, kecepatan metabolisme basal, serta volume dan distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang dewasa, maka besar dosis pada anak ditentukan berdasarkan pada keadan fisiologi anak. Dalam menghitung dosis obat untuk anak, perlu dibedakan antara :

- Prematur - Neonatus ( 1bln) - Infant ( s.d 1 thn) - Balita (>1-5 thn) - Anak ( 6-12 tahun)

(44)

Faktor farmakokinetik obat perlu diperhatikan dalam menentukan dosis anak, yaitu: § Absorpsi (kemampuan absorpsi), dipengaruhi oleh

- PH lambung dan usus - Waktu pengosongan lambung - Waktu transit

- Enzim pencernaan

§ Distribusi ( jumlah obat yang sampai di jaringan), dipengaruhi oleh: - Masa jaringan

- Kandungan lemak - Aliran darah

- Permeabilitas membran - Kadar protein plasma - Volume cairan ekstraseluler

§ Metabolisme (kecepatan metabolisme), dipengaruhi oleh: - Ukuran hepar

- Kemampuan enzim mikrosomal

§ Eksresi (proses eksresi obat), terutama melalui ginjal dan dipengaruhi oleh: - Kecepatan filtrasi glomeruler

(45)

Cara menghitung dosis anak

1. Didasarkan perbandingan dengan dosis dewasa Berdasar perbandingan umur:

Rumus young ( Anak umur 1 – 8 tahun) Da =

Angka 12 menunjukkan berlaku untuk umur anak <12 tahun

Dosis Rangkap = Dosis Kombinasi

Apabila dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat sama, maka dosis-dosis yang ada dihitung sebagai berikut :

Dihitung dosis rangkap sekali dan dosis rangkap sehari.

Rumus Dilling Da =

Angka 20 menunjukkan bahwa rumus ini berlaku untuk orang dewasa >20-24 tahun. x DM (mg) n 20 DM (mg) n n +12 Dosis A DM A

+

Dosis B DM B

+

dan seterusnya ≤1

(46)

Keterangan rumus Diling:

Da= dosis anak DM= dosis Maksimum n= umur

2. Berdasar perbandingan berat badan dianggap berat badan orang dewasa 70 kg Rumus Clark =

3. Berdasar perbandingan luas permukaan tubuh (LPT)

Dianggap bahwa luas permukaan tubuh orang dewasa : 1,73 m2 Rumus Crawford- Terry Rouke = LPT a

1,73 4. Berdasarkan ukuran fisik anak secara individual

§ Sesuai dengan BB anak ( dalam kg) § Sesuai dengan LPT anak ( dalam m2)

BBa

70 DM (mg)

(47)

Catatan:

Kelemahan perhitungan anak dengan perbandingan dengan dosis dewasa: § Umur : tidak tepat oleh karena ada variasi BB dan LPT § Berat Badan : tidak tepat untuk semua obat

§ LPT : tidak praktis terutama kasus gawat

Karena kelemahan-kelemahan tersebut maka diciptakan rumus baru untuk menghitung dosis anak yang lebih akurat oleh bagian farmasi kedokteran Universitas Airlangga.

Untuk bayi 0-11 bulan Da=

Da = dosis anak DM = Dosis Makanan m = umur dalam bulan

atau Da =

W= berat badan dalam kg 13 + M

89 DM

1+ W 28,8+0,9 W

(48)

Untuk balita 1 – 4 tahun Da =

n = umur dalam tahun atau

Da =

W= berat badan dalam kg

Catatan :

rumus ini diturunkan dari Rumus Clark ( yang telah disesuaikan untuk anak Indonesia).

Perhitungan Dosis Obat pada Obesitas

Dikatakan obesitas jika BB > 20%, BB ideal dan komposisi komponen tubuh berbeda dengan BB normal Untuk perhitungan dosisnya harus memperhatikan kelarutan obat dalam lemak (lipofisitas) :

4,5 + n

19,8 DM

2,5 + W

(49)

DOSIS LAZIM / TERAPEUTIK § Dosis sekali (tunggal)

Contoh : Bisacodyl 5-10 mg/ dosis tunggal § Dosis sehari

Contoh :Dexamethasone 0,2-2mg/ hari, Diazepam 5-30 mg dalam dosis terbagi § Dosis/kgBB/hari

Contoh :

- Ampicilin 50-100 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.

- Griseofulvin 0,5-1 g/ hari ( dosis tunggal atau terbagi) ; anak : 10 mg/kg BB/ hari

DOSIS UNTUK EFEK BERBEDA

Obat yang sama dapat memiliki dosis yang berbeda tergantung efek yang ingin didapatkan: Sebagai contoh; Phenobarbital sebagai obat sedatif-hipnotik dan obat antikonvulsan.

- sedative – hipnotik : 30 mg/ 3-4 d.d - antikonvulsan: dosisnya 30-60 mg/2-3 DM

(50)

KURVA BENTUK BEL

Menunjukkan efek obat dalam populasi

Kecil Rata-rata Besar

(51)

PENUNTUN PRAKTEK KETERAMPILAN MEDIK

Farmasi Kedokteran II :

MENULIS RESEP, MENGHITUNG DOSIS DAN MENYUSUN FORMULA

Siti Rahmatul Aini, Triana Dyah C, Ilsa Hunaifi, Andang Sari, Agus Supriyanto,

Nurhidayati, Emmy Amalia

Kompetensi :

Mahasiswa mampu menghitung dan menentukan dosis, menentukan bentuk sediaan obat, cara dan waktu pemberian obat yang tepat dan menuliskan dalam preskripsi (resep) secara legeartis dan rasional.

Kegiatan:

1. Mahasiswa mendapat soal dalam bentuk kasus

2. Mahasiswa menghitung dan menentukan dosis suatu obat, bentuk sediaan, cara dan waktu pemberian, dan menuliskan dalam preskripsi (resep)

3. Mahasiswa mendiskusikan tugas.

Contoh Kasus I

Seorang anak berumur 7 tahun, BB 20 kg, datang ke praktek dokter swasta dengan keluhan sesak , batuk berdahak dan demam. Dari anamnesa, diketahui keluhan ini batuk dan deman dialami sejak kemarin dan sesak mulai dialami sejak tadi pagi. Penderita ini mempunyai riwayat asma bronkial. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pernapasan cuping

(52)

hidung, peran dengan otot bantu pernapasan, ronkhi dan wheezing. Oleh dokter yang memeriksanya, pasien ini didiagnosa mengalami serangan asma yang dicetuskan oleh infeksi saluran pernapasan dan diberi terapi dengan amoksisilin, bronkodilator, mukolitik dan ekspektoran dan parasetamol. Susunlah obat, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian dalam suatu lembar resep untuk pasien ini.

Pertanyaan:

1. Jelaskan tujuan pemberian masing-msing obat yang diresepkan !

2. Hitunglah dosis obat yang sesuai untuk pasien tersebut di atas, tentukan jadwal pemberian (interval, waktu dan durasi pemberian), dan tentukan bentuk sediaan obatnya!

3. Tulislah resep yang legeartis dan rasional!

Contoh Kasus II

Ny. Ani datang berobat ke praktek dokter swasta, dengan keluhan demam tinggi sejak kemarin dan muncul bintik berair di badan. Bintik tersebut terasa gatal dan panas. Pasien mempunyai riwayat kontak dengan penderita cacar air. Dokter mendiagnosa Ny. Ani menderita infeksi varicella zoster (cacar air) dan oleh dokter diberikan asiklovir sistemik dan lokal, dan parasetamol. Susunlah obat, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian dalam suatu lembar resep untuk pasien ini.

Pertanyaan:

Referensi

Dokumen terkait

Sekitar tahun 90 M, karena kemungkinan sudah adanya ajaran-ajaran sesat Gnostik yang menyusup di gereja. Tapi yang jelas saat itu penulis sudah dalam usia yang lanjut.. Pendapat lain

1) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan banyak... Pada diagnosa diatas, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari yaitu

• Memiliki tempurung (karapaks) yang terintegrasi dengan tulang punggung, tidak dapat menarik kepala ke dalam tempurung seperti kura-kura air tawar. Contoh: penyu hijau

Pengukuran tingkat stress dengan menggunakan Perceived Stress Scale-10 merupakan self-report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi

Hasil ekstrak dan infusa daun jati (Tectona grandis L.S) yang didapatkan dilakukan pengujian skrining fitokimia yaitu alkaloid, flavanoid, tanin, saponin,

instalasi pada wilayah RW 03 ini hanya digunakan beberapa bangunan saja, karena kualitas air limbah dapat diturunkan atau diremoval sesuai dengan baku mutu yang

Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset tersebut

Dalam mitigasi bencana sebaiknya dilakukan dengan kerja sama yang baik antara pihak  pemerintah dan pihak masyarakat agar semua pihak tidak kesulitan/menderita pada