• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. DI MTs AL FATAH TALUN KABUPATEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. DI MTs AL FATAH TALUN KABUPATEN PEKALONGAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

77

Dalam bab sebelumnya telah diuraikan tentang profesionalisme guru pendidikan agama islam di MTs Talun, maka dalam bab ini penulis kemukakan secara garis besar mengenai analisis analisis profesional Guru Pendidikan Agama Islam MTs al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan yang mencakup Syarat-syarat Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam, Tugas dan Tanggung Jawab Guru terhadap profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di Mts al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan serta faktor pendukung dan penghambat.

A. Analisis Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan

Guru Pendidikan Agama Islam di MTs Al fatah Talun Kabupaten Pekalongan adalah penentuan dalam pemilihan metode yang diterapkan dalam rencana pembelajaran. Metode sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Dalam penentuan dan pemilihan metode pembelajaran yang digunakan berorientasi pada peserta didik. Pemilihan metode yang diterapkan dalam rencana pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau indikator. Metode yang digunakan di MTs Al fatah Talun Kabupaten Pekalongan yaitu dengan metode ceramah, metode Tanya

(2)

jawab, metode hafalan dan lainya yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang dibahas.

Sebagai fasilisator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat . Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latarbelakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam masalalunya dan bagaimanapun berat tantangannya

Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bias memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih obyektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang lain, dan murid- muridnya.1

Menurut para guru MTs Al Fatah Talun profesionalimse Guru diartikan sebagai mereka yang telah memenuhi kewajibanya dan juga menguasai kompetensi dalam keilmuanya dan kompetensi-kompetensi yang lain, seperti kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan lainya. secara keilmuanya juga mereka paham betul serta mengemban tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dengan baik.

1 Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif,Kreatif, danInovatif, (Jogjakarta:

(3)

Selain itu juga profesionalisme atau profesi guru merupakan bentuk pengabdian kepada negara untuk memberikan pendidikan yang bermutu agar sesuai dengan Undang undang dan tujuan pendidikan nasional.

Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 syarat profesional guru merupakan kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu guru Pendidikan Agama Islam diwajibkan untuk memenuhi kualifikasi tersebut agar bisa dikatan sebagai pendidik yang profesional.

Sedangkan di MTs Al Fatah Talun sebagian guru telah memenuhi syarat atau kualifikasi akademik dengan mendapatkan gelar strata satu untuk bidangnya sebagai bukti. Adapun keterampilan dalam mengajar hampir semua guru sudah bisa merancang, melaksanakan dan mengevaluasi apa yang telah diberikan kepada peserta didik sesuai dengan pemahaman dari peserta didik. Sedangkan untuk sertifikat atau sertifikasi sebagian besar guru sudah memenuhinya.2

Jadi bisa dikatakan syarat profesionalisme guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam sudah baik di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan

Komitmen guru merupakan kekuatan batin yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar guru itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung

(4)

jawab dan responsif (inovatif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.3

Di MTs Al Fatah Talun tugas guru sudah sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005 dan tanggung jawab Guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam rencana pelaksamaam pembelajaran masih disekitar pengembangan kompetensi dan penggunaan media pembelajaran dan inovasi pendidikan seperti metode pembelajaran.4

Menurut SN bahwa selain sikap guru dalam mengembangkan potensi dan memberikan arahan juga bimbingan kepada peserta didik seorang guru yang profesional juga harus bisa menguasai metode dan media yang bervariatif agar dalam proses belajar mengajar peserta didik tidak merasa bosan, untuk itu seorang guru harus bisa mengembangkan kompetensinya. Disamping itu guru juga harus bisa memberikan obyektifitas dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan untuk syarat profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam yang ada sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menurut penjelasan SN guru Pendidikan Agama Islam yang ada sudah memenuhi kriteria atau syarat profesional sesuai UU dengan indikasi bahwa guru tersebut sudah sesuai dengan bidang tugasnya sesuai dengan kualifikasi akdmiknya,memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu. Akan tetapi dari semuanya ada sebagian guru yang belum memiliki sertifikat sebagai bukti profesional

3 Yunus Abu Bakar,Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan, (Surabaya:AprintA,2009) h. 6- 9. 4 SN, Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 3 April

(5)

dalam kependidikan sesuai dengan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.5

Kompetensi guru dapat dipahami sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran6

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tetntang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimeiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionala.7

Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting selain sebagai teladan juga sebagai panutan di sekolah, guru hendaknya tidak hanya mentransfer ilmu saja, melainkan juga sebagai teladan dan panutan bagi anak didik. Tingkah laku guru menjadi contoh anak didik dalam bertindak haruslah mencerminkan moralitas yang tinggi. Guru sebagai suri teladan yang baik tidak hanya disekolah tetapi dirumah maupun dilungkungan masyarakat.

Berkaitan dengan kompetensi guru di MTs Al Fatah Talun dalam rencana pelaksanaan pembelajran sudah tidak diragukan lagi untuk para guru, akan tetapi pengembangan yang berkaitan dengan metode dan media perlu ditingkatkan. Sedangkan kompetensi-kompetensi yang lain telah terpenuhi karena di MTs Al Fatah Talun tidak hanya mendidik ketika di

5 SN, Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 3 April

2014.

6

Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 12.

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tetntang Guru dan Dosen

(6)

lingkungan sekolah akan tetapi mendidik di lingkungan rumah dengan memberikan panutan dan teladan. Kompetensi yang ada di MTs Al Fatah Talun sebagaimana yang dijelaskan bisa dikatakan sudah ada dan dilaksanakan dengan baik oleh para guru.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadist yang disusun oleh ibu SN dengan KD memahami isi kandungan Q.S Al-Humazah dan At-Takatsur tentang menimbun harta bisa dikategorikan cukup baik, tetapi perlu diadakan perbaikan/penambahan antara lain:

a. Alokasi waktu dirasa cukup untuk membahas isi kandungan Q.S Al-Humazah dan At-Takatsur tentang menimbun harta, yaitu 2x40 menit.

b. Elemen-elemen yang ada pada RPP perlu ditambah, antara lain: 1. Tujuan Pembelajaran perlu ditambah, yaitu: Menjelaskan letak

hukum bacaan pada Q.S Al-Humazah dan At-Takatsur

2. Materi ajar perlu ditambah dengan hukum bacaan karena kaitannya sangat jelas. Disamping anak bisa membaca, menerjemahkan isi Q.S Al-Humazah dan At-Takatsur tentang menimbun harta, ank juga isa membaca ayat dengan benar dan fasih sesuai hukum bacaannya.

3. Metode pembelajaran perlu ditambah, yaitu dengan ceramah bervariasi, demonstrasi, penugasan, tanya jawab.

(7)

Untuk langkah-langkahnya sudah bagus dan tidak ada atau perlu penambahan dan pengurangan. Namun untuk media pembelajaran karena berkaitan dengan metode yang digunakan yaitu paikem maka media seharusnya bisa lebih menarik siswa untuk fokus dan merasa nyaman dengan pelajaran tersebut.

Sedangkan untuk penilaian selain dari penilaian pemahaman tentang materi pelajaran seorag guru juga hendaknya menilai seorang siswa dari sikapnya sebagai poin tambahan.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadist yang disusun oleh ibu SN dengan KD memahami keterkaitan isi kandungan Q.S Al-Humazah dan At-Takatsur tentang sifat cinta dunia dan melupakan kebahagiaan hakiki dalam fenomena kehidupan bisa dikategorikan baik, tetapi perlu diadakan perbaikan/penambahan antara lain: seperti pada KD sebelumnya tentang memahami isi kandungan Q.S Al-Humazah dan At-Takatsur tentang menimbun harta guru belum memasukkan hukum bacaan pada RPP, padahal pada setiap materi yang berhubungan dengan ayat Al-Qur’an sebaiknya anak juga disisipkan pembelajaran tentang hukum-hukum bacaan pada ayat yang dipelajari. Metode yang digunakan atau yang dicantumkan dalam RPP juga kurang bervariasi.

Secara substansial, mata pelajaran Qur’an Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati al qur’an sebagai pedoman dalam

(8)

kehidupan sehari-hari, yang mengandung nilai-nilai sejarah, kisah dan hikmah yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Arab yang dibuat oleh bapak ST dengan KD Mengidentifikasi bunyi huruf hijaiyah dan ujaran (kata, frasa, atau kalimat) dalam suatu konteks wacana lisan tentang al-hiwayah dengan tepat dan benar dengan menggunakan kalimat berstruktur fiil mudhori’ dan kata an, lan, lii

(نأ ،نل ـل, ), sudah bisa dikategorikan baik karena dari segi materi sudah

komplit. Untuk metode pembelajaran juga sudah bervariasi yaitu dengan metode ceramah, kerja kelompok, pameran dan shopping yaitu memajang hasil diskusi dan saling mengomentasi antar kelompok. 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Arab yang

dibuat oleh bapak ST dengan KD Menemukan informasi umum dan atau rinci dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana tentang “kegemaran / ةياوـهلا” dengan menggunakan kalimat berstruktur fiil

mudhori’ dan kata an, lan, lii (،نأ ،نل ـل), bisa dikategorikan baik

namun untuk alokasi waktu dirasa kurang seharusnya 3x40 menit, karena akan sulit untuk menyampaikan materi yang banyak agar peserta didik benar-benar paham tentang materi tersebut. Selain itu untuk penilaian tidak cukup hanya dengan mengartikan kalimat dan menyalin/menulis kembali kata-kata yang telah di dengar, namun sebaiknya juga ditambah dengan dialog tentang “kegemaran / ةياوـهلا”

(9)

dan anak untuk memprektekan di depan kelas. Secara substansi, mata pelajaran bahasa arab memiliki kontribusi dalam memberikan pengenalan dan skill dalam berkomunikasi siswa.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Aqidah Ahlaq yang dibuat oleh bapak MT dengan KD Menjelaskan pengertian Hasut, Dendam, Gibah, Fitnah dan Naimah, bisa dikategorikan cukup baik namun untuk alokasi waktu dirasa kurang. Untuk indikator pembelajran juga kurang sesuai karena untuk menjelaskan tentang hasut, dendam, gibah, fitnah dan naimah tidak cukup hanya sekedar pengertiannya saja, namun juga tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan hasut, dendam, gibah, fitnah dan naimah. Untuk penilaian sudah baik karena pendidik memberikan tugas tidak hanya ranah kognitif saja namun ranah psikomotorik juga seperti contoh soal: Amati kejadian dilingkungan sekolah, kemukakan sebuah bukti kebenaran tentang isi surat Fushilat ayat 34.

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Aqidah Ahlaq yang dibuat oleh bapak MT dengan KD mengidentifikasi bentuk perbuatan hasut, dendam, gibah, fitnah dan naimah, seperti RPP sebelumnya juga bisa dikatakan cukup karena dalam RPP dicantumkan hanya satu materi yaitu akhlak tercela kepada sesama manusia padahal dengan KD mengidentifikasi bentuk perbuatan hasut, dendam, gibah, fitnah dan naimah, seharusnya dicantumkan juga ciri-ciri dan contoh perbuatan

(10)

tercela agar peserta didik mampu mengidentifikasi sifat tercela kepada sesama manusia yaitu sifat hasut, dendam, gibah, fitnah dan naimah.

Untuk penilaian sudah cukup komplit karena menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotir yang pada RPP mata pelajaran lainnya jarang sekali menyertakan penilaian afektif. substansi mata pelajaran akidah akhlak memiliki peranan dalam membentuk akhlakul karimah peserta didik.

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Fiqih yang dibuat oleh bapak SD dengan KD menjelaskan ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah bisa dikategorikan baik karena dengan alokasi waktu 4x45 menit dirasa sangat pas dengan materi tentang shadaqah, hibah dan hadiah, namun masih perlu diadakan perbaikan/penambahan seperti: Elemen-elemen yang ada pada RPP perlu ditambah, antara lain: Tujuan Pembelajaran perlu ditambah, yaitu: tidak hanya siswa dapat menjelaskan pengertian, perbedaan dan memahami manfaat shadaqah, hibah dan hadiah, namun juga permasalahan-permasalahan yang timbul di masyarakat. Untuk metode juga harus bervariasi sudah cukup bervariasi namun perlu demonstrasi dengan ditambah media yang menarik agar siswa pun merasa tertarik.

Untuk langkah-langkahnya sudah bagus dan tidak ada atau perlu penambahan dan pengurangan. Namun untuk media pembelajaran karena berkaitan dengan metode yang digunakan yaitu paikem maka

(11)

media seharusnya bisa lebih menarik siswa untuk fokus dan merasa nyaman dengan pelajaran tersebut.

Sedangkan untuk penilaian selain dari penilaian pemahaman tentang materi pelajaran seorang guru juga hendaknya menilai seorang siswa dari afektif anak sebagai poin tambahan. Kunci jawaban untuk soal perlu dicantumkan dalam RPP.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Fiqih yang dibuat oleh bapak SD dengan KD mempraktekkan shadaqah, hibah dan hadiah bisa dikategorikan cukup baik, karena materi sudah sesuai KD yaitu praktek shadaqah, hibah dan hadiah, namun dalam penilaian tidak sesuai dengan KD. Dalam penilaian dicantumkan dengan uraian yang seharusnya penilaian sudah tidak lagi dengan kognitif saja namun seharusnya dengan afektif juga yaitu dengan cara kelas mengadakan iuran untuk korban bencana atau iuran yang lain yang dari kegiatan itu juga bisa diambil penilaian tentang materi yang sudah diajarkan tersebut.

Secara substansial, mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan pengetahuan tentang hukum yang ada dalam agama Islam kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, dan mematuhi aturan fiqih sebagai hukum dalam sebuah agama. Juga untuk melatih kedisiplinan dan ketaatan terhadap suatu hukum.

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang dibuat oleh bapak JA dengan KD menceritakan sejarah

(12)

berdirinya dinasti Al-Ayyubiyah, sudah bisa dikategorikan baik, karena tujuan pembelajaran sudah menyangkut semua materi. Terdapat karakter siswa yang diharapakan yaitu religious, jujur, mandiri, demokratis, komunikatif dan tanggung jawab.

Namun untuk metode pembelajaran sangat minim metode yaitu dengan model ceramah, Tanya jawab, penugasan, diskusi yang model pembelajaran seperti itu dapat membuat siswa jenuh di dalam kelas apalagi mata pelajaran sejarah kebudayaan yang mempelajari tentang sejarah-sejarah islam terdahulu. Untuk siswa tidak jenuh pada saat pembelajran guru harus sangat interaktif dengan siswa, selain itu juga perlu ditayangkan video atau film tentang dinasti Al-Ayyubiyah agar anak dapat memahami materi secara kongkrit. Untuk penilaian dirasa sudah cukup karena tidak hanya tes tertulis saja,namun juga ada penugasan dan karya.

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang dibuat oleh bapak JA dengan KD Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah, bisa dikategorikan baik karena tujuan dan materi pembelarajan sudah sesuai dengan KD namun seperti pada RPP sebelumnya pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam itu sebaiknya dengan metode yang bervariatif dan dengan media yang tidak membosankan tidak hanya dengan ceramah dan menulis di papan tulis. Namun perlu film-film atau audio visual yang dapat membangkitkan

(13)

rasa ingin tahu siswa dan siswa juga ditugasi untuk menelaah apa yang sedang terjadi pada kala itu. Untuk penilaian juga kurang maksimal karena sejarah kebudayaan itu tentang sejarah-sejarah jadi perlu penilaian tentang identifikasi masalah yang ada pada jaman sekarang dan dikaitkan dengan masalah-masalah yang ada pada terdahulu.

Dari keseluruhan RPP yang dibuat sebagian besar tidak mencantumkan penilaian afektif, padahal pada zaman era globalisasi seperti sekarang ini sangat penting penilaian afektif dan dalam pembelajaran juga harus disisipkan karakter-karakter yang diharapkan dlam setiap mataeri pembelajran.

Dalam menyusun RPP guru sudah mengacu atau memenuhi prinsip-prinsip dasar pengembangan. Sebagaimana dipahami, pedoman umum berisi: Standar Kompetensi (SK) Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Materi Pokok. Kemudian Silabus yang dikembangkan oleh guru harus dapat (1) menjawab kompetensi yang harus dikuasai siswa (SK, KD, dan materi pelajaran), (2) menjabarkan cara mengerjakannya (pengalaman belajar, metode, media), dan (3) mengetahui cara evaluasi atau sistem penilaian.

Dalam undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam pasal 1 menjelaskan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(14)

Untuk itu guru yang dikatakan profesional dalam rencana pelaksanaan pembelajaran adalah guru yang memenuhi tugas dengan tidak hanya mentrasfer ilmunya kepada peserta didik akan tetapi memberi nilai-nilai yang positif sebagai didikan dan juga membimbing dan mengarahkan serta memberi nilai atau evaluasi terhadap peserta didik.

B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan

1. Analisis Faktor Pendukung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan

Pengembangan kompetensi guru di MTs Al Fatah Talun dengan tenaga pendidik yang sesuai dengan disiplin ilmu masing – masing. Sebanyak 81 % guru bergelar S1 Pendidikan dan sisanya Alumni Pondok Pesantren dan proses S1 dan S2 menjadi salah satu faktor yang bisa mendukung terciptanya guru profesional yang sesuai dengan undang undang.8

Selain itu juga faktor sarana dan prasarana yang cukup memadai menjadikan akses pengembangan profesi untuk mewujudkan guru yang profesional semakin mudah. Namun itu semua tergantung pada individu guru yang ada di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan.

(15)

Kemudian seperti yang di kemukakan SN bahwa untuk mewujudkan visi dan misi sekolah dari pihak baik kepala sekolah atau madrasah sangat mendukung dan mendorong agar guru disini bisa memenuhi kualifikasi profesional dengan kemampuan kompetensi yang baik agar tercipta output yang baik.

Selain tersedianya sarana prasarana yang baik juga dukungan dari sekolah untuk guru agar bisa menjadi guru profesional juga sangat ditekankan agar guru Pendidikan Agama Islam khususnya bisa lebih kreatif, inovatif dan mengembangkan kompetensinya untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.

Upaya yang dilakukan untuk mendukung profesionalisme guru agar sesuai dengan Undang-undang maka dari pihak sekolah atau madrasah melengkapi sarana dan prasarana yangg dibutuhkan untuk menunjangnya, membentukan tim kurikulum, ikut aktif dalam kegiatan PPG (pelatihan profesionalitas guru)

Komitmen yang baik juga ditunjukan oleh guru-guru di MTs Al Fatah Talun untuk menciptakan output yang baik dan memiliki pendidikan serta pendidik yang bermutu dengan sudah sesuainya biding tugas yang sesuai dengan kualifikasi akademiknya, memilik ikomitmen dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu.

Dari faktor pendukung tersebut bisa dikatakan bahwa untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan guru yang profesional perlu

(16)

adanya sarana dan prasarana serta informasi yang baik dari berbagai pihak sebagai upaya membentuk guru yang profesional

Berdasarkan analisis penulis bahwa di MTs Al Fatah Talun faktor pendukung profesionalisme guru sudah memenuhi tinggal bagaimana motivasi dari para guru untuk menjadikan dirinya sebagai guru yang profesional.

2. Analisis Faktor Penghambat Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan

Seperti yang telah diuraikan di bab sebelumnya yang menjadi faktor penghambat dari profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam yang ada di MTs Al Fatah Talun Kabupaten Pekalongan adalah kurangnya penguasaan terhadap teknologi sebagai media pembelajaran masih kurang, sehingga sebagian guru terhambat dalam pengembangan media pembelajaran.

Terbatasnya workshop yang ada menjadikan hambatan untuk memenuhi kualifikasi sebagai guru profesional. Ini seperti yang disampaikan SN bahwa kurangnya keikutsertaan guru disini mengikuti kegiatan workshop dan karya ilmiah yang menjadi hambatan dari profesionalisme Guru pada umumnya dan guru Pendidikan Agama Islam khususnya di MTs Al Fatah Talun.9

9SN, Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 3 April

(17)

Kurangnya pengetahuan terhadap profesionalisme guru, di MTs Al Fatah Talun ada sebagian guru yang masih muda dalam dunia pendidikan sehingga pengetahuan tentang guru professional, syarat-syarat, tugas maupun tanggung jawab masih sangat kurang, begitu juga informasi-informasi mengenai guru profesional masih kurang. Meskipun sarana dan prasarana seperti hotspot dan penunjang lain sudah ada akan tetapi dirasa kurang lengkap dan informasi yang kurang cepat menjadi kendala bagi guru untuk mengikuti workshop dan pelatihan keprofesionalan guru, walaupun telah ada diskusi yang diselenggarakan madrasah untuk guru bertukar keilmuan dan pengalaman. Untuk itu perlu adanya ruang untuk diskusi dan wilayah untuk melatih dan mengembangkan profesionalitas guru, seperti mengadakan karya ilmiah dilingkup guru satu sekolahan atau pihak sekolah mendatangkan pemateri untuk kegiatan workshop agar menjangkau dan mengupayakan profesionalisme guru.

Selain itu juga kurangnya motivasi guru untuk menjadi guru yang professional, sebagian guru tidak tahu dan kurangnya minat terhadap seminar dan pelatihan tentang guru profesional. Untuk itu motivasi diri bagi seorang guru untuk memiliki predikat guru yang profesional dengan selalu konsisten terhadap tugas dan bertanggung jawab serta melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dalam pendidikan sangat penting.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi 5-fluorourasil dan celecoxib dapat mengurangi jumlah pembentukan pembuluh darah baru secara

(4) Pertamanan yang merupakan media identitas sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (4), yang dilaksanakan oleh berbagai pihak agar memenuhi azas keindahan,

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada Praktisi Hukum dan masyarakat khususnya mengenai hambatan yang dialami Jaksa Penuntut Umum dalam

Hasil pengujian sifat mekanik dari masing-masing model pengembangan RMFP-M seperti terlihat pada Tabel 3 mengindikasikan adanya pengaruh nyata dari perbedaan

angka tersebut akan mengambil matriks pada massa atom dan waktu paro yang.. telah dibuat pada baris sesuai

• Selain proyek centralized application, proyek lain yang dapat diimplementasikan pada tahun 2006 adalah credit approval system yaitu pada awal kuartal pertama sampai

Terakhir hasil dari penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa peningkatan atau penurunan kepuasan pelanggan selama periode penelitian secara simultan berkorelasi dengan variabel

Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini, tim observer dan guru