• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Hepatitis.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Hepatitis.doc"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

OLEH

I GEDE PATRIA PRASTIKA

NIM. P07120215059

KELAS 2B DIV KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

A. PENGERTIAN

Hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus diserati nekrosis dan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-sel kuffer, duktus empedu, dan pembuluh darah (Andra S.W dan Yessie M.P 2013).

Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenarasi sel (Charlene J. Reveens, 2001)

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serat bahan-bahan kimia (Sujono Hadi, 1999)

B. KLASIFIKASI HEPATITIS

Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013), klasifikasi pada pasien dengan hepatitis adalah :

1. Hepatitis Virus 1) Hepatitis A

Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis di beberapa negara berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan hepatits yang ringan, bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit ini melalui fekal oral. Sumber penularannya umumnya terjadi karena pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene yang rendah. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM antibody serum penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah, sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan pembengkakan hati. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini tetapi hanya pengobatan pendukung dan menjaga keseimbangan nutrisi. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan dan minuman serta melakukan PHBS

2) Hepatitis B akut

Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B dari golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical terjadi pada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui transfuse

(3)

darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing warna teh. Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati serum transaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum. Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat simtomasis. Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah sejak tahun1992 terhadap bank darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk dalam program nasional : HBO (<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan) DPT/HB3 (4 bulan), dan menghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan.

3) Hepatitis B kronik

Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya ifeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B kronik. Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen) positif (> 6 bulan). Selain HBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-HBe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (hepatitis B virus-Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau hepatoma

4) Hepatitis C

Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis C termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24 minggu. Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat menularkan tetapi sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik. Pengobatan hepatitis C: kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis C dengan menghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum tersedianya vaksin untuk hepatitis C.

(4)

Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis D juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan terlindungi jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.

6) Hepatitis E

Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral seperti hepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai icterus. Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan makanan dan minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.

2. Hepatitis Kronik

Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik atau gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu :

a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna

b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis 3. Hepatitis Fulminan

Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus menjadi hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan masuk ke dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda perdarahan. Biasanya penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari

C. ETIOLOGI

Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013) etiologi hepatitis yaitu : 1. Infeksi virus

Type A Type B Type C Type D Type E

Metode transmisi Fekal-oral melalui orang lain Parenteral, seksual, perinatal Parenteral, seksual jarang, orang ke orang, perinatal Parenteral, perinatal, memelukan koinfeksi dengan type B Fekal oral

(5)

Keparahan Tak ikterik dan asimtomatik Parah Menyebar luas, dapat berkembang sampai kronis Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut Sumber Virus Darah, feses, saliva Darah, saliva, semen, sekresi vagina Terutama melalui darah Melalui darah Darah, feses, saliva

2. Reaksi toksik terhadap obat-obatan : menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut

3. Alcohol : menyebabkan alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alcohol sirosis 4. Bahan-bahan kimia

D. TANDA DAN GEJALA

Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari: 1. Masa tunas

Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) 2. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC

berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa

(6)

ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

E. PATOFISIOLOGI

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus (Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri, 2013)

(7)

F. POHON MASALAH

Bilirubin direk meningkat Icterus

Larut dalam air Regurgitasi pada duktuli

empedu intra hepatik Bilirubin direk meningkat

Peningkatan garam empedu dalam darah

Prusitus

Perubahan kenyamanan Ekskresi kedalam kemih Bilirubin dan kemih

berwarna gelap Resiko gangguan

fungsi hati Glikogen dalam hepar

berkurang Glikogenolisis menurun Glukosa dalam darah berkurang

Cepat lelah Intoleransi aktivitas Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah Hepatomegali Perasaan tidak nyaman di

kuadran kanan atas Nyeri akut

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pengaruh alcohol, virus

hepatitis, dan toksin Inflamasi pada hepar

Hipertermi Peregangan kapsula hati Gangguan sel-sel darah

normal pada sel hepar

Gangguan metabolisme karboidrat lemak dan protein

Glikogenesis menurun

glukoneogenesis menurun

Obstruksi

Gangguan ekskresi empedu Retensi bilirubin

Kerusakan konjugasi Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus

(8)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013) pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hepatitis adalah :

1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)

Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati

2. Darah Lengkap (DL)

Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.

3. Leukopeni

Trombositopenia mungkin ada (splenomegali) 4. Diferensia Darah Lengkap

Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma. 5. Feses

Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati) 6. Albumin Serum

Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

7. Anti HAVIgM Positif pada tipe A 8. HbsAG

Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A) 9. Masa Protrombin

Sumber :

Huda Amin Nurarif, 2015

(9)

Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.

10. Bilirubin serum

Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

11. Biopsi Hati

Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis 12. Scan Hati

Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati. 13. Urinalisa

Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:

1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk

2. Obat-obatan

a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun yang berlebihan.

b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.

Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.

c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.

Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:

1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.

(10)

2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Biodata pasien

2. Riwayat kesehatan a. Data demografi

Apakah pasien tinggal / bekerja di lingkungan yang terpapar dengan infeksi virus dan bahan-bahan kimia ?

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien bisa datang dengan keluhan demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia

c. Riwayat kesehatan dahulu

1) Penyakit apa yang pernah diderita pasien ?

2) Apakah pasien memiliki kebiasaan minum alcohol ? 3) Apakah pasien pernah menjalani operasi batu empedu ? d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit hepatitis dan penyakit infeksi lain ?

3. Data bio-psiko-sosio

Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan : a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai: 1) Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan lingkungannya ? 2) Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?

3) Bagaimana cara pasien menjaga kesehatanya selama sakit ? b. Pola nutrisi

Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji pasien mengenai: 1) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) ?

2) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan ? 3) Apakah pasien mangalami mual muntah ?

4) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ? c. Pola eliminasi

Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji pasien mengenai:

1) Apakah urine pasien berwarna gelap ?

2) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ? 3) Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?

4) Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ? d. Aktivitas dan Latihan

(11)

Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan latihan kaji pasien mengenai:

Aktivitas sehari-hari

1) Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya?

2) Apakah tanda gejala dari penyakit hepatitisnya mengganggu aktifitasnya ? 3) Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise umum selama

beraktifitas ? Olah raga

1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis olah raga apa yang dilakukan pasien?

e. Tidur dan Istirahat

Dalam pola ini kaji pasien mengenai :

1) Apakah penyakit hepatitisnya mengganggu pola tidurnya ? 2) Apakah selama sakit pasien cenderung ingin tidur ?

f. Sensori, Presepsi dan Kognitif

Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji pasien mengenai: 1) Bagaimanakah tingkat ansietas pasien selama sakit hepatitis?

2) Apakah pasien mengalami nyeri?

Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:

a) P (provoking atau pemacu) : factor yang memperparah atau meringankan nyeri

b) Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya, tumpul, tajam, merobek)

c) R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri d) S (severity atau keganasan) : intensitasnya

e) T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi, dan sebab g. Konsep diri

Pola ini tidak menjadi focus pengkajian h. Pola Peran Hubungan

Pada pola peran hubungan kaji pasien mengenai: 1) Apakah pekerjaan pasien?

2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien Selama sakit ?

3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain selama sakit? i. Manajemen Koping Setress

Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pasien mengenai : 1) Apakah pasien mengalami stres sejak selama hepatitis ?

2) Bagaimana pasien menghadapi stres yang dimilikinya ? j. Sistem Nilai Dan Keyakinan

Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan bagaimana keyakinan serta spiritual pasien terhadap penyakitnya

k. Seksual dan Repruduksi

(12)

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan menurut NANDA 2015-2017 :

1. Risiko gangguan fungsi hati yang dibuktikan oleh infeksi virus

2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan oleh gangguan status kesehatan fisik

3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi virus) 4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

(13)

L. RENCANA KEPARAWATAN

No Diagnosea

Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Risiko gangguan fungsi hati yang dibuktikan oleh infeksi virus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x … jam, diharapkan pasien :

NOC :

1. Fungsi Liver Kriteria Hasil :

1. Tidak terjadi peningkatan serum bilirubin direk

2. Warna feses normal

3. Tidak ada perpanjangan waktu protombin

4. Tidak terjadi peningkatan SGPT dan SGOT

5. Tidak ada nyeri abdomen 6. Tidak mengalami jaundice

NIC:

1. Perlindungan infeksi

a. Monitor adanya tanda dan gejala gangguan fungsi hati b. Tingkatkan asupan nutriasi yang

cukup

c. Anjurkan istirahat

d. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang diresepkan

a. Mengetahui kondisi hati

b. Nutrisi dapat mempercepat penyembuhan penyakit

c. Menstabilkan energy pasien, d. Antibiotic dapat mencegah

gangguan hati karena infeksi virus

2 Risiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x … jam diharapkan pasien :

NOC :

NIC :

1. Manajemen Hipoglikemia

a. Monitor kadar glukosa darah

(14)

oleh gangguan status kesehatan fisik

1. Kadar glukosa darah 2. Keparahan hipoglikemia Kriteria Hasil :

1. Kadar glukosa darah dalam kisaran normal

2. Tidak ada gemetar

3. Tidak mengalami

kelemahan 4. Tidak pusing

5. Tidak mengalami sakit kepala

6. Tidak mengalami penurunan kadar glukosa darah

b. Berikan sumber karbohidrat sederhana sesuai indikasi

c. Instruksikan pasien dan orang terdekat mengenai tanda dan gejala, faktor resiko dan penanganan hipoglikemia

rendah mengindikasikan pasien mengalami hipoglikemi

b. Karbohidrat mengandung cukup glukosa

c. Membantu pasien menangani hipoglikemi Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi virus)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x … jam diharapkan pasien :

NOC :

1. Tingkat nyeri Kriteria Hasil :

1. Tidak ada nyeri yang dilaporkan

2. Tidak ada ekspresi wajah

NIC :

1. Manajemen Nyeri

a. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri

b. Beri informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketikanyamanan

a. Dengan mengetahui faktor penyebab nyeri pasien dapat menghindari faktor penyebab nyeri

b. Membantu mengetahui pasien tentang penyebab nyeri yang dialaminya

(15)

nyeri

3. Tanda-tanda vital dalam kisaran normal

akibat prosedur

c. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi) untuk mengurangi nyeri

d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

c. Membantu pasien menangani nyeri

d. Analgetik dapat menurunkan nyeri

4 Hipertermi berhubungan dengan penyakit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x … jam diharapkan pasien :

NOC :

1. Termoregulasi Kriteria Hasil :

1. Tanda-tanda vital dalam kisaran normal

2. Tidak terjadi hipertermia 3. Melaporkan kenyamanan

suhu

NIC:

1. Perawatan Hipertermi a. Monitor tanda-tanda vital b. Longgarkan atau lepaskan

pakaian

c. Berikan metode pendinginan eksternal (misalnya kompres pada leher, abdomen, ketiak dan selangkangan serta selimut dingin), sesuai kebutuhan

d. Monitor suhu tubuh

menggunakan alat yang sesuai e. Instruksikan pasien

tindakan-tindakan untuk mencegah terpapar sinar matahari yang berlebihan, cari tempat dimana

a. Megetahui keadaan umum pasien

b. Membantu melepaskan panas dari tubuh pasien

c. Kompres membantu

vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu mengurangi demam

d. Suhu tubuh tinggi merupakan tanda dari infeksi

e. Pasien dapat mengurangi demam

(16)

tersedia AC, dan pakai pakaian yang tidak ketat, warna terang dan ringan

5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x … jam diharapkan pasien :

NOC :

1. Fungsi Gastrointestinal Kriteria Hasil :

1. Nafsu makan tidak terganggu

2. Tidak ada nyeri perut 3. Tidak ada mual dan muntah

NIC:

1. Manajemen nutrisi

a. Berikan makanan yang sudah terpilh (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

b. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

c. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

d. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

a. Memberi makanan yang disukai pasien akan meningkatkan nafsu makannya b. mengawasi masukan kalori dan

kualitas kekurangan konsumsi makanan.

c. Pasien dapat mengetahui nutrisi yang dibutuhkan

d. Dengan mengetahui nutrisi yang dibutuhkan, pasien dapat

memenuhi kebutuhan

(17)

M. REFERENSI

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jogjakarta : Medi Action

Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer. Suzanne C.2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart.

Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Sujono, Hadi. 1999. Gastroenterologi. Alumni Bandung

Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah

(18)

Semarapura, …………. 2017

Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

……….…… ………

NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

... NIP.

Referensi

Dokumen terkait

 Pada beberapa orang, virus hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang nantinya bisa berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati..  Lebih dari 90% orang

∗ Hepatitis adalah penyakit infeksi sistemik yang menimbulkan efek utama pada organ hati yang disebabkan oleh berbagai virus

sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan tes serologis terlebih dahulu berupa IgM anti-HAV untuk menegakkan diagnosis hepatitis virus e.c infeksi virus hepatitis A akan tetapi karena

Penyebab penyakit adalah virus Hepatitis A (VHA), termasuk famili picornaviridae berukuran 27 nanometer, genus hepatovirus yang dikenal sebagai enterovirus 72, mempunyai 1 serotype

Pada infeksi hepatitis virus akut D dan E, pengobatan yang diberikan sama dengan infeks i hepatitis A akut yaitu terupa terapi suportif dan simpomatis saja.. Hepatitis

Pada tiap kasus, tidak mungkin dibuat perbedaan klinis yang dapat diandalkan di antara kasus yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis.. Penyakit virus lain yang mungkin

Hepatitis B kronis adalah penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten... dengan HBsAg positif (&gt; 6 bulan) di dalam

Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk virus hepatitis B dalam persistensi virus hepatitis B adalah mekanisme persistensi infeksi virus hepatitis