• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DAN NILON TERMOPLASTIK"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS DAN NILON

TERMOPLASTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

SAIMA PUTRI HASIBUAN NIM: 130600081

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2017

Saima Putri Hasibuan

Pengaruh Asap Rokok Terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik

xiii + 80 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas banyak digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan, karena memiliki sejumlah keunggulan di antaranya kualitas estetis yang cukup memuaskan, mudah diproses dan direparasi tanpa membutuhkan tenaga ahli laboratorium. Namun, beberapa tahun terakhir ini nilon termoplastik telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigi tiruan yang memiliki kelebihan yaitu fleksibilitas yang tinggi dan tidak menggunakan cangkolan logam. Salah satu sifat fisis dari resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik yang perlu diperhatikan adalah kekasaran permukaan yang dianggap sebagai salah satu faktor penentu ketahanan klinis dari basis gigi tiruan. Oleh karena itu, kekasaran adalah sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan dan kekasaran permukaan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan akibat akumulasi mikroorganisme. Peningkatan kekasaran permukaan pada basis gigi tiruan dapat dipengaruhi oleh asap rokok. Ketika pembakaran, asap rokok dipecah menjadi dua komponen yaitu komponen partikel dan komponen gas. Komponen partikel berupa tar dapat mempengaruhi kekasaran permukaan yang disebabkan pengendapan pada permukaan basis gigi tiruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, sampel terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Sampel resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang berukuran 50 x 20 x 3 mm. Sampel nilon termoplastik berbentuk silinder berdiameter 50 mm dengan ketebalan 2 mm. Jumlah seluruh sampel adalah 60 sampel untuk 6 kelompok

(3)

sampel. Sampel tersebut dilakukan pengujian kekasaran permukaan menggunakan alat profilometer, kemudian dilakukan analisis statistik univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan setiap kelompok, dilanjutkan dengan analisis statistik uji ANOVA untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan nilai p = 0,0001 (p< 0,05) dan nilon termoplastik dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa terpaparnya asap rokok pada permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastik mengalami peningkatan nilai kekasaran permukaan dan semakin banyak terpapar asap rokok semakin meningkat pula nilai kekasaran permukaan.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Medan, 19 Oktober 2017

Pembimbing : Tanda Tangan

Syafrinani, drg., Sp. Pros (K)

NIP : 19570831 198503 2002 ………..

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 19 Oktober 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros ANGGOTA : 1. Syafrinani, drg., Sp.Pros(K)

2. Eddy Dahar, drg., M.Kes 3. M. Zulkarnain, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Penulis

menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda (Maraidun Hasibuan) dan ibunda (Bahariah) yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang, doa, nasehat, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis Purnama Sari, Suryani Rahmah, dan Patmawati, serta adik penulis May Sarah dan Pangeran Hasibuan yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Syafrinani, drg., Sp.Pros(K) selaku dosen pembimbing dan selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran, nasehat, motivasi, kesabaran, dukungan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes, Sp.Pros(K) selaku Koordinator Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Ariyani Dallmer, drg., MDSc., Sp.Pros selaku ketua tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Eddy Dahar, drg., M.Kes dan M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

6. Fitri Yunita Batubara, drg., MDSc selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan maupun selama penulisan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

8. Muzakir, AmTG dan Asnidar, AmTG yang membantu pembuatan sampel penelitian saat melakukan penelitian di Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

9. Prana Ugiana Gio, M.Si selaku staf pengajar FMIPA Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik.

10. Teman satu bimbingan penulis dalam menyelesaikan skripsi : Yudi Setiawan yang telah bersama-sama berjuang, saling mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta membantu dalam seluruh tahap penyelesaian skripsi.

11. Teman-teman terdekat penulis terutama Nuraisyah, Ika Purnama Sari, Ramadaniati, Dessy Handayani, Agung Pratama S, Giffari Alza F, M.Bagus Arsyadin dan terkhusus kepada Muhammad Novratama L atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman terdekat penulis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Rahmah Wahyuni T, Khairani Nasri, Wihda Munawarah, Putri Syahrani dan Pebby Dwi Novindy serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Rintan Permata Sari, Afrina Fadillah, Raudatul Husna, Allya Nurul L, Sri Handayani, Karina Hipatia, Tasya Estu, Tri Rizky, Bayu Panca Nugraha, Hafsani Fauzia, Hanny Natasya, Riri Harliani, Ludwika P, Fitra Pratiwi, Ulita Khairunnisa, Jeweena AP,

(8)

Yosanna, Jasspreet Kaur, Uswatun Hasanah, Hafisafriani, Dinda Talitha, Mira Ginta, dan Afrita R atas dukungan dan bantuannya selama penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan bagi kita semua.

Medan, 19 Oktober 2017 Penulis

(Saima Putri Hasibuan) NIM: 130600081

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Permasalahan... 4 1.3 Rumusan Masalah ... 5 1.4 Tujuan Penelitian ... 5 1.5 Manfaat Penelitian ... 6 1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6 1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigi Tiruan ... 7

2.1.1 Pengertian ... 7

2.1.2 Fungsi ... 7

2.1.3 Persyaratan... 7

2.1.4 Klasifikasi Basis Gigi Tiruan ... 8

2.1.4.1 Logam ... 8

2.1.4.2 Non Logam... 9

(10)

2.1.4.2.2 Termoplastik ... 9

2.2 Resin Akrilik ... 9

2.2.1 Pengertian ... 9

2.2.2 Klasifikasi ... 10

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 11

2.3.1 Komposisi ... 12

2.3.2 Manipulasi ... 12

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan ... 14

2.3.3.1 Kelebihan ... 14 2.3.3.2 Kekurangan ... 14 2.3.4 Sifat-Sifat ... 14 2.3.4.1 Sifat Mekanis ... 14 2.3.4.2 Sifat Fisis ... 15 2.3.4.3 Sifat Kemis ... 17 2.3.4.4 Sifat Biologis... 17 2.4 Nilon Termoplastik ... 18 2.4.1 Komposisi ... 19 2.4.2 Manipulasi ... 19

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan ... 20

2.4.3.1 Kelebihan ... 20 2.4.3.2 Kekurangan ... 20 2.4.4 Sifat-Sifat ... 21 2.4.4.1 Sifat Mekanis ... 21 2.4.4.2 Sifat Fisis ... 22 2.4.4.3 Sifat Kemis ... 23 2.4.4.4 Sifat Biologis ... 23 2.5 Kekasaran Permukaan ... 23 2.5.1 Pengertian ... 23

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Permukaan ... 24

2.5.3 Alat Uji dan Cara Pengukuran ... 26

2.6 Rokok ... 27 2.6.1 Klasifikasi Perokok ... 28 2.6.2 Jenis Rokok ... 28 2.6.2.1 Rokok Tembakau ... 28 2.6.2.1.1 Rokok Putih ... 29 2.6.2.1.2 Rokok Kretek ... 30 2.6.2.2 Rokok Elektrik ... 31

2.6.3 Kandungan Asap Rokok ... 32

2.6.3.1 Nikotin ... 32

2.6.3.2 Tar ... 32

2.6.3.3 Karbon Monoksida ... 33

2.7 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan ... 33

(11)

2.8 Kerangka Teori………. 35

2.9 Kerangka Konsep……… ... 36

2.10 Hipotesis Penelitian……….. 37

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 38

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 38

3.2.1 Sampel Penelitian ... 38

3.2.2 Besar Sampel ... 39

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

3.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ... 40

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 40

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 40

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 40

3.3.1.4 Variabel Tidak Terkendali ... 41

3.3.2 Definisi Operasional ... 41

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 45

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ... 45

3.4.3 Waktu Penelitian... 45

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 45

3.5.1 Alat Penelitian ... 45

3.5.1.1 Alat untuk Menghasilkan Sampel ... 45

3.5.1.2 Alat untuk Menguji Sampel ... 50

3.5.2 Bahan Penelitian ... 51

3.6 Cara Penelitian ... 52

3.6.1 Persiapan Penelitian ... 52

3.6.2 Pelaksanaan Penelitian ... 53

3.6.2.1 Pembuatan Sampel Kelompok A (Resin Akrilik Polimerisasi Panas) ... 53

3.6.2.2 Pembuatan Sampel Kelompok B (Nilon Termoplastik )... 55 48 3.6.3 Pengujian Sampel Penelitian ... 58

3.6.3.1 Pemberian Paparan Asap pada Sampel .... 58

3.6.3.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan ... 59

3.7 Kerangka Operasional Penelitian ... 61

3.8 Analisis Data ... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Nilai Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik Yang Tidak Terpapar dan Terpapar Asap Rokok……… . 63

(12)

4.2 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan

Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 65 4.3 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan

Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik... ... 66

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Nilai Kekasaran Permukaan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dan Nilon Termoplastik

Yang Tidak Terpapar dan Terpapar Asap Rokok ... 68 5.2 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan

Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 71 5.3 Pengaruh Asap Rokok terhadap Kekasaran Permukaan

Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik ... 73

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan………..…. 75 6.2 Saran...……….... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi operasional variabel bebas ... 41

2 Definisi operasional variabel terikat... 42

3 Definisi operasional variabel terkendali ... 42

4 Definisi operasional variabel tidak terkendali ... 45

5 Nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok ... 64

6 Nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik Yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok ... 65

7 Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas ... 66

8 Pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas ... 67

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas ... 11

2 Basis gigi tiruan nilon termoplastik ... 19

3 Komponen rokok ... 29

4 Rokok putih ... 30

5 Rokok kretek ... 30

6 Bagian-bagian rokok elektrik ... 31

7 Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas ... 38

8 Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran permukaan nilon termoplastik ... 39 9 Rotary Grinder ... 46 10 Injection Flask ... 47 11 Vibrator ... 47 12 Cartridge ... 48 13 Furnace ... 48 14 Injector ... 49 15 Scotch-Brite Brush ... 49 16 Profilometer... 50

(15)

17 Alat simulasi merokok ... 50

18 Nilon murni ... 51

19 Malam spru ... 51

20 Saliva Buatan ... 52

21 Model induk pada kuvet ... 53

22 Mold yang diolesi dengan bahan cold mould seal ... 54

23 Proses akhir dan pemolesan ... 55

24 Pemasangan spru ... 56

25 Mold yang berasal dari model induk yang sudah dikeluarkan ... 57

26 Perlakuan dengan rokok ... 59

27 Sampel yang telah terpapar ... 59

28 Pengukuran kekasaran permukaan dengan profilometer... 60

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Keterangan Ethical Clearance

2. Surat Izin Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU

3. Surat Izin Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan

4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Computer Numerically

Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan.1 Basis gigi tiruan berfungsi memperbaiki kontur jaringan, tempat elemen gigi tiruan, dan bagian yang mendapatkan dukungan dari jaringan lunak dan keras rongga mulut.2 Basis gigi tiruan yang baik dibutuhkan untuk mendapatkan basis gigi tiruan yang tahan lama serta baik secara estetis dan biologis. Pada dasarnya, bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non logam.3,4

Bahan basis gigi tiruan non logam termasuk polimer yang dibagi menjadi dua yaitu termoset dan termoplastik. Resin termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk sekali dan tidak dapat dilunakkan seperti resin termoplastik. Contoh bahan termoset adalah vulkanit, fenol formaldehid, dan resin akrilik. Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali dicetak pada suhu dan tekanan yang tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Contoh bahan termoplastik adalah asetal, polikarbonat, akrilik, dan nilon.4-6

Resin akrilik mulai diperkenalkan oleh Rohm dan Hass pada tahun 1936 dalam bentuk lembaran, kemudian Nemours pada tahun 1937 memperkenalkan resin akrilik dalam bentuk bubuk. Dr Walter Wright memperkenalkan polimetil metakrilat atau resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan utama yang paling banyak digunakan.7 Resin akrilik yang digunakan di bidang kedokteran gigi umumnya dibedakan atas 3 jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP).4,8,9

Resin akrilik polimerisasi panas disebut sebagai bahan basis gigi tiruan konvensional dan dianggap sebagai bahan yang paling populer untuk pembuatan

(18)

bahan basis gigi tiruan non logam.10 RAPP banyak diminati sebagai bahan pembuat basis gigi tiruan karena bahan ini memiliki keunggulan yaitu, memenuhi syarat estetik, penyerapan air rendah, teknik pengelolahannya sederhana, mudah direparasi, dan lebih murah.8,11,12 Saat ini ada berbagai macam bahan alternatif yang dapat digunakan, salah satunya adalah nilon termoplastik.3,11-13

Beberapa tahun terakhir ini nilon termoplastik telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigi tiruan. Nilon diperkenalkan sebagai bahan basis gigi tiruan pada tahun 1950. Nilon adalah nama generik dari suatu tipe termoplastik polimer yang tergolong dalam kelas polyamide. Polyamide diproduksi oleh reaksi kondensasi antara diamine NH2-(CH2)6-NH2dan dicarboxylic CO2H-(CH2)4-COOH. Nilon

merupakan polimer crystalline sedangkan resin akrilik merupakan polimer

amorphous.6,12 Nilon memiliki kelebihan yaitu kekuatan fisik yang tinggi, tahan panas dan bahan kimia, fleksibilitas yang tinggi, tingkat kekuatan yang sangat baik, resistensi terhadap panas, hampir tidak memiliki porositas sehingga tidak ada pertumbuhan bakteri dan tidak toksik sehingga dapat diterima pada pasien yang alergi terhadap monomer sisa maupun logam.3,6,12 Nilon termoplastik juga memiliki kekurangan, yaitu bahan ini sulit untuk dipoles sehingga menghasilkan permukaan yang lebih kasar.6,11,13

Abuzar dkk (2010) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari nilon termoplastik lebih kasar daripada resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles. Permukaan yang kasar pada basis gigi tiruan nilon termoplastik disebabkan nilon termoplastik memiliki titik leleh yang rendah sehingga bahan nilon termoplastik menjadi sulit untuk dipoles. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan nilai kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas yang belum dipoles sebesar 0,995 ± 0,12 µm dan setelah dipoles sebesar 0,046 ± 0,007 µm. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan bahwa nilai kekasaran permukaan nilon termoplastik sebelum dipoles adalah 1,111 ± 0,178 µm dan sesudah dipoles sebesar 0,146 ± 0,018 µm.11

Secara klinis, basis gigi tiruan memiliki permukaan yang sangat halus untuk kenyamanan pasien, estetik yang baik, kebersihan mulut, dan retensi plak yang

(19)

rendah. Oleh karena itu, kekasaran adalah sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan dan kekasaran permukaan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan akibat akumulasi mikroorganisme. Mikroorganisme ini akan meningkatkan prevalensi denture stomatitis, halitosis,

discomfort, dan tingkat stain pada gigi tiruan. Selain itu, permukaan yang kasar dapat

mengakibatkan perubahan warna pada basis gigi tiruan, ketidaknyamanan pada pasien dan kesulitan menjaga oral hygiene.10,13 Penemuan ini juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk (1998) dan Taylor dkk (1998) yang menemukan perlekatan bakteri lebih banyak terdapat permukaan yang kasar. Hal ini didukung oleh Bollen dkk (1997) setelah penelitian secara in vivo menyarankan basis gigi tiruan dan restorasi gigi tidak boleh memiliki kekasaran permukaan lebih dari 0,2 µm.10,11,13,14

World Health Organization (WHO) dalam Global Tobacco Epidemic (2008)

melaporkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dari sepuluh negara yang merupakan negara dengan proporsi perokok tertinggi di dunia.15 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 sampai 2013 menunjukkan bahwa prevalensi jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2007, rata-rata jumlah perokok di Indonesia adalah 34,7% (65,9% laki-laki dan 4,2% perempuan) meningkat menjadi 36,3% (68,8% laki-laki dan 6,8% perempuan). Rata-rata rokok yang dikonsumsi per harinya sebesar 12,3 batang (setara satu bungkus rokok).16 Indonesian Family Life Story (IFLS) tahun 2000 melaporkan bahwa perokok di Indonesia lebih banyak mengkonsumsi rokok kretek (88,1%) dibandingkan dengan rokok putih (11,9%). Rokok kretek merupakan salah satu jenis rokok khas Indonesia dimana bahan utamanya selain tembakau juga terdapat cengkeh dan bahan lain yang ditambahkan pada waktu proses pembuatannya.17 Menurut

World Health Organization, kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang dilaporkan sekitar 1,3 miliar orang diseluruh dunia, yang terkait dengan perubahan pada gigi dan basis gigi tiruan.15 Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa asap rokok dapat mempengaruhi warna, microhardness, dan kekasaran permukaan dari komposit, gigi tiruan akrilik dan berbagai jenis gigi tiruan lainnya.10

(20)

Menurut penelitian Mahross H dkk (2015) tentang pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan antara basis gigi tiruan RAPP dan resin akrilik polimerisasi sinar menunjukkan bahwa asap rokok meningkatkan kekasaran permukaan lebih besar pada RAPP dibandingkan pada resin akrilik polimerisasi sinar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa paparan asap rokok terhadap spesimen RAPP meningkatkan nilai kekasaran permukaan, hal ini disebabkan karena pengendapan zat rokok pada permukaan spesimen. Sewaktu rokok dibakar, asap yang dihasilkan mengandung beberapa substansi, seperti karbon monoksida, formaldehid, radioaktif polonium, ammonia, nikel, arsenik, nikotin, tar dan cadmium.10

Pemaparan asap rokok pada spesimen RAPP menyebabkan substansi rokok yang melekat tidak dapat hilang hanya dengan dibersihkan di bawah air mengalir, sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan.10 Sewaktu rokok diisap, senyawa tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan yang bewarna coklat. Menurut Walsh (2004), stain terbentuk dan memiliki hubungan pada perokok kronis.18 Menurut Graca L.M dkk, perokok kronis merupakan perokok yang merokok minimal 6 batang per hari.15 Menurut Mathias P dkk (2010) tar pada rokok mengandung hidrokarbon aromatik yang dapat melarutkan bahan polimer. Bahan polimer ini tidak dapat larut dalam cairan rongga mulut tetapi larut dalam beberapa tingkatan aromatik hidrokarbon. Selain itu, asap rokok yang bercampur dengan saliva akan menghasilkan larutan dengan pH asam yang dapat merusak keutuhan permukaan bahan serta dapat juga karena efek suhu dari merokok.10,19

1.2 Permasalahan

Kekasaran permukaan bahan basis gigi tiruan merupakan salah satu sifat fisik yang dapat berubah dan dianggap sebagai salah satu faktor penentu ketahanan klinis dari basis gigi tiruan. Permukaan yang kasar dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan kesulitan menjaga oral hygine, karena debris makanan dan plak dapat melekat dengan mudah. Peningkatan kekasaran permukaan basis gigi tiruan dapat mempengaruhi akumulasi mikroorganisme yang dapat meningkatkan stain pada basis

(21)

gigi tiruan. Nilai permukaan kekasaran awal yang masih dapat diterima secara klinis untuk basis gigi tiruan 0,2 µm seperti yang dijelaskan oleh Bollen dkk (1997). Berdasarkan hal tersebut, tidak ada akumulasi plak yang terjadi dibawah nilai tersebut, akan tetapi peningkatan plak bisa terjadi jika nilainya lebih besar dari angka tersebut. Oleh karena itu, menghaluskan basis gigi tiruan sangat dianjurkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan adalah asap rokok. Asap rokok yang dihasilkan mengandung beberapa substansi, seperti karbon monoksida, formaldehid, radioaktif polonium, ammonia, nikel, arsenik, nikotin, tar dan cadmium. Substansi pada rokok ini didapatkan dari tanaman tembakau atau hasil pembakaran sewaktu membakar rokok. Hal ini yang dapat meningkatkan nilai kekasaran permukaan yang disebabkan pengendapan zat rokok pada permukaan basis gigi tiruan dan terjadi degradasi yang menyebabkan perubahan sifat fisik dari bahan basis gigi tiruan yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP dan nilon termoplastik.

1.3 Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Berapakah nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP dan nilon termoplastik yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok?

2. Apakah ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas?

3. Apakah ada pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai kekasaran permukaan basis gigi tiruan RAPP dan nilon termoplastik yang tidak terpapar dan terpapar asap rokok.

2. Untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

(22)

3. Untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh asap rokok terhadap basis gigi tiruan dan penerapannya, khususnya dibidang prostodonsia.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk penelitian lebih lanjut secara in vivo.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Membantu dokter gigi untuk lebih bijak dalam memberikan edukasi pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok untuk dapat merawat basis gigi tiruan dengan cara menyikat ataupun basis gigi tiruan direndam pada malam hari dan mengurangi jumlah rokok.

2. Melakukan prosedur finishing dan polishing yang lebih akurat pada pasien perokok untuk memastikan ketahanan basis.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigi Tiruan 2.1.1 Pengertian

Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan

lunak rongga mulut, sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan.1

2.1.2 Fungsi

Fungsi basis gigi tiruan adalah:2

1. Mendukung elemen gigi tiruan.

2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linggir sisa.

3. Mengembalikan estetis wajah.

4. Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada dibawahnya. 5. Memberikan retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan.

2.1.3 Persyaratan

Basis gigi tiruan harus memenuhi persyaratan berikut ini:1,20

a. Biokompatibel: tidak toksik dan tidak mengiritasi b. Karakteristik permukaan: halus, keras dan berkilat c. Warna: translusen dan warna merata

d. Stabilitas warna: baik

e. Bebas dari porositas: tidak boleh menunjukkan rongga kosong f. Kekuatan lentur: tidak kurang dari 60-65 Mpa

h. Stabilitas dimensi: stabil dan akurat i. Kekuatan fatique: tinggi

(24)

k. Konduktivitas termal: baik

l. Tidak ada monomer sisa, tidak menyerap cairan, dan tidak dapat larut.

2.1.4 Klasifikasi Basis Gigi Tiruan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan dapat berasal dari bahan logam dan non-logam.4

2.1.4.1 Logam

Ada beberapa jenis logam yang digunakan sebagai basis gigi tiruan, yaitu kobalt kromium, gold alloys, alumunium, dan stainless steel.4,21

Bahan basis gigi tiruan logam memiliki beberapa kelebihan diantaranya:2 1. Penghantar termis

Logam merupakan penghantar termis yang baik, karena setiap perubahan suhu yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsangan seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan di bawah basis gigi tiruan.

2. Stabilitas dimensi

Basis yang terbuat dari gold alloys dan kobalt kromium tidak hanya lebih tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa mengalami perubahan selama pemakaian dalam mulut.

3. Ketahanan terhadap abrasi

Bahan logam merupakan bahan yang tahan terhadap abrasi, sehingga permukaan tetap licin dan mengkilap, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini dapat menghindari terjadinya penumpukan plak dan kalkulus.

4. Kekuatan maksimal dan ketebalan minimal

Bahan logam bisa dibuat lebih tipis dibandingkan dengan bahan resin akrilik dan tetap memiliki kekuatan maksimal dan kaku. Keuntungannya dari basis yang tipis adalah memungkinkan ruang gerak lidah yang maksimal.

Basis logam juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:2 1. Basis logam tidak bisa dilakukan reline atau direparasi kembali.

(25)

2. Warna logam tidak sesuai dengan warna jaringan sekitarnya sehingga kurang estetis.

3. Relatif lebih berat.

4. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal.

2.1.4.2 Non – Logam

Berdasarkan sifat termalnya, basis non logam dapat dibagi menjadi dua yaitu termoset dan termoplastik.4,5

2.1.4.2.1 Termoset

Termoset adalah suatu bahan yang mengalami perubahan kimia selama diproses atau dibentuk, dimana produk akhir nantinya berbeda dari bahan asli. Setelah diproses, bahan tersebut tidak dapat dilunakkan kembali oleh panas ataupun dicetak ke bentuk lain. Jenis bahan yang biasa digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan adalah vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik.4,5

2.1.4.2.2 Termoplastik

Temoplastik adalah bahan yang dapat dilunakkan dengan pemanasan dan diubah menjadi solid tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Bahan ini dapat dilunakkan kembali oleh panas dan dicetak ke bentuk lainnya. Jenis bahan termoplastik yang biasa digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan antara lain asetal termoplastik, polikarbonat termoplastik, akrilik termoplastik, dan nilon termoplastik.4,5,6

2.2 Resin Akrilik 2.2.1 Pengertian

Bahan yang paling sering digunakan untuk membuat basis gigi tiruan adalah polimetil metakrilat (PMMA) dan biasanya disebut dengan resin akrilik. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester terdiri dari asam akrilik

(26)

(CH2=CHCOOH) dan asam metakrilat (CH2=C(CH3)COOH).4,5 Resin akrilik mulai

diperkenalkan oleh Rohm dan Hass pada tahun 1936 dalam bentuk lembaran, kemudian Nemours pada tahun 1937 memperkenalkan resin akrilik dalam bentuk bubuk. Pada tahun 1937, Dr Walter Wright memperkenalkan polimetil metakrilat atau resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan utama yang paling banyak digunakan.7 Sejak pertengahan tahun 1940, resin akrilik sudah banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk berbagai keperluan seperti splinting, pelapis estetik, bahan pembuat anasir gigi tiruan, piranti ortodonti, bahan reparasi, dan bahan basis gigi tiruan.8

2.2.2 Klasifikasi

Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas.4,8,9

1. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang dapat dilihat. Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari matriks ureten dimetakrilat, microfine silica, dan camphorquinone yang berperan sebagai inisiator. Proses polimerisasinya menggunakan sinar tampak sebagai aktivator. Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit.4,5,9

2. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.4,5,9

3. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan

(27)

perendaman air di dalam waterbath. Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku.4,5,9

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Walter Wright pada tahun 1937 resin akrilik polimerisasi panas disebut sebagai bahan basis gigi tiruan konvensional dan dianggap sebagai bahan yang paling populer untuk pembuatan bahan basis gigi tiruan non logam.10(Gambar 1) Resin akrilik polimeriasi panas merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan yang dicampur dan membutuhkan energi panas untuk menjadi kaku dan padat. Energi termal yang dibutuhkan untuk proses polimerisasinya dapat diperoleh dari perendaman dalam air yang dipanaskan (waterbath).5,22

Gambar 1. Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas

(28)

2.3.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:4,22,23 a. Bubuk (powder)

- Polimer : butiran atau granul poli metil metakrilat

- Inisiator : benzoil perokside

- Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik - Plasticizer : Dibutil pthalate

- Serat sintetis seperti serat nilon atau serat akrilik b. Cairan (liquid)

- Monomer : metil metakrilat - Dibutyl phthalate

- Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat 1-2%

- Inhibitor : hydroquinone 0,006%

2.3.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas dimanipulasi sehingga menghasilkan bentuk yang keras dan kaku dengan menggunakan teknik compression moulding. Proses manipulasi RAPP dengan teknik compression moulding antara lain:4,5,9

a. Perbandingan monomer dan polimer

Pencampuran bubuk polimer dan cairan monomer dilakukan dengan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1.1,4,9,21

b. Proses pencampuran polimer dan monomer

Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampurkan di dalam wadah yang bersih, kering, dan tertutup lalu dicampurkan sampai homogen. Selama proses pencampuran, ada beberapa tahapan yang terjadi, yaitu:4,21

1. Sandy stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. Pada tahap ini polimer secara bertahap bercampur dengan monomer.

2. Sticky stage adalah tahap ketika bubuk mulai larut dalam cairan sehingga akan terlihat seperti berserabut saat ditarik. Pada tahap ini monomer sudah berpenetrasi dengan polimer.

(29)

3. Dough stage adalah tahap saat monomer sudah berpenetrasi seluruhnya ke dalam polimer yang ditandai dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam

mold.

4. Rubbery (elastic) stage adalah tahap saat monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi. Pada tahap ini, akrilik akan berwujud seperti karet dan tidak bisa lagi dimasukkan dalam mold.

5. Stiff stage adalah tahap sewaktu akrilik sudah kaku dan tidak dapat dibentuk lagi.

c. Proses pengisian dalam mold

Pengisian dalam mold dilakukan pada fase dough stage yaitu setelah pengisian dilakukan pres hidrolik sebanyak dua fase. Fase pertama yaitu dengan tekanan 1000 psi supaya mold terisi secara padat dan kelebihannya dibuang dengan lekron. Fase kedua dilakukan pengepresan dengan tekanan sebesar 2200 psi dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30-60 menit.4,21

d. Proses kuring

Proses kuring dilakukan sebanyak dua fase. Fase pertama dilakukan pada

waterbath pada suhu 70oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan fase kedua yang dilakukan pada suhu 100oC selama 30 menit sesuai dengan JIS (Japan Industrial

Standart). Proses kuring dengan cara pemanasan yang tinggi dan cepat dapat

menyebabkan sebagian monomer tidak sempat berpolimerisasi menjadi polimer sehingga dapat menguap dan membentuk bola-bola uap. Bola uap tersebut dapat terperangkap didalam matriks resin sehingga menyebabkan terjadinya internal

porosity yang tidak terlihat.1,4,21

e. Proses pendinginan dan penyelesaian

Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, lalu resin akrilik dikeluarkan dari mold kemudian dirapikan dengan menggunakan bur dan selanjutnya dipoles.21

(30)

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan 2.3.3.1 Kelebihan

Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa kelebihan antara lain:8,11,12,20

1. Biokompatibilitas, yaitu tidak toksik dan tidak bersifat iritan 2. Stabilitas warna baik sehingga lebih estetis

3. Mudah dipoles dan dapat diperbaiki

4. Proses pembuatannya mudah dan hanya memerlukan peralatan sederhana 5. Harga yang relatif murah

6. Tidak larut dalam cairan rongga mulut 7. Tidak berasa dan tidak berbau

2.3.3.2 Kekurangan

Basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa kekurangan antara lain:3,6,8,11

1. Konduktivitas termal yang rendah

2. Kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah 3. Ketahanan terhadap abrasi yang rendah

4. Adanya monomer sisa dapat menyebabkan reaksi alergi.

2.3.4 Sifat-Sifat

Sifat bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas sifat mekanis, sifat fisis, sifat kemis, dan sifat biologis.1,9,22

2.3.4.1 Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan energi dan kekuatan serta efeknya terhadap benda. Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatigue, crazing, dan kekerasan.1,22,24

(31)

a. Kekuatan Tensil

Kekuatan tensil merupakan kekuatan yang sering menyebabkan terjadinya retak pada basis gigi tiruan. Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa (8000 psi). Salah satu kekurangan utama resin akrilik adalah kekuatan tensil resin akrilik yang rendah.8,20,24

b. Kekuatan Impak

Kekuatan impak merupakan kekuatan yang menyebabkan suatu bahan menjadi patah akibat benturan yang tiba-tiba. Kekuatan impak basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah 15 J/m. Kekuatan impak basis gigi tiruan RAPP relatif rendah.4,5,22

c. Fatique

Fatique merupakan kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigi tiruan

akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang terlalu lama.1,22

d. Crazing

Crazing muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan basis gigi tiruan

resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigi tiruan.1 e. Kekerasan permukaan

Nilai kekerasan permukaan basis gigi tiruan RAPP adalah 20 VHN atau 15 kg/nm2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa RAPP relatif lunak dibandingkan

dengan logam dan mengakibatkan RAPP cenderung menipis.1,8

2.3.4.2 Sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas ekspansi termal, massa jenis, porositas, kekasaran permukaan dan stabilitas dimensi.1,11

(32)

a. Ekspansi Termal

Koefisien ekspansi termal adalah jumlah energi yang diabsorpsi suatu benda ketika dipanaskan. Koefisien ekspansi termal untuk resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar (81 x 10-6)0C.4,8

b. Massa Jenis

Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,15 – 1,19 gr/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan,

seperti karbon, oksigen, dan hidrogen.1,9,22 c. Porositas

Salah satu masalah yang sering terjadi pada basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah adanya porositas atau gelembung selama proses manipulasi. Porositas pada permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas dapat terjadi secara internal dan eksternal.4,22

d. Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan basis gigi tiruan merupakan salah satu sifat bahan yang harus ditentukan sebelum digunakan dalam mulut karena permukaan yang kasar dapat menyebabkan perubahan warna dari basis gigi tiruan, menjadi sumber ketidaknyamanan kepada pasien dan juga dapat menyebabkan perlekatan mikroorganisme dan pembentukan biofilm. Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Abuzar dkk (2010) menyatakan bahwa resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles memiliki permukaan yang lebih halus daripada nilon termoplastik. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan nilai kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas yang belum dipoles sebesar 0,995 ± 0,12 µm dan setelah dipoles sebesar 0,046 ± 0,007 µm.10

e. Stabilitas Dimensi dan Akurasi

Stabilitas dimensi merupakan kemampuan resin akrilik polimerisasi panas untuk mempertahankan bentuknya baik setelah pemrosesan maupun sebelum

(33)

pemrosesan. Besarnya penyusutan yang terjadi selama polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,97% volume.1

2.3.4.3 Sifat Kemis

Sifat kemis adalah suatu sifat bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna.1

a. Penyerapan Air

Besarnya penyerapan air RAPP adalah 0,6 mg/cm2 sedangkan besar kelarutan dalam cairan adalah 0,02 mg/cm2.1,8

b. Stabilitas Warna

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. Stabilitas warna pada resin akrilik dikaitkan dengan lama pemakaian basis gigi tiruan.

2.3.4.4 Sifat Biologis

Sifat biologis merupakan syarat utama dari seluruh bahan yang digunakan di bidang kedokteran gigi. Idealnya, suatu bahan yang baik digunakan dalam rongga mulut yaitu tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak karsinogen ataupun tidak menimbulkan reaksi alergi.1 Sifat biologis basis gigi tiruan RAPP terdiri dari biokompatibilitas dan pembentukan koloni bakteri.

a. Biokompatibilitas

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang biokompatibel, tetapi monomer sisa yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2%. Jumlah monomer sisa akan berkurang hingga 0,4% atau bahkan lebih kecil apabila dikuring pada suhu 70oC dan dipanaskan dengan air mendidih selama 3 jam.1,25

b. Pembentukan Koloni Bakteri

Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan basis gigi tiruan RAPP berkaitan dengan penyerapan air, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik

(34)

polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang tinggi dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.9

2.4 Nilon Termoplastik

Nilon merupakan nama suatu polimer termoplastik yang dikenal secara generik dan tergolong dalam kelas poliamida yang ditemukan pertama kali pada tahun 1935 oleh Wallace Carothers di DuPont. Nilon mulai digunakan sebagai basis gigi tiruan pada tahun 1950. Nilon dibentuk dari hasil kondensasi kopolimer yang dibentuk dari reaksi antara diamine NH2-(CH2)6-NH2 dan dicarboxylic CO2H-(CH2)4

-COOH. Terdapat perbedaan utama dalam hal sifat antara resin akrilik dan nilon, yaitu nilon merupakan polimer crystalline sedangkan akrilik merupakan polimer

amorphous.6,11

Nilon adalah polimer semi-crystalline sehingga pada keadaan solid, nilon memiliki ikatan rantai yang lebih teratur karena adanya tekanan yang kuat antar rantai. Sifat crystalline ini mengakibatkan nilon memiliki sifat yang tidak dapat larut dalam pelarut, tahan terhadap panas, dan memiliki kekuatan tensil yang tinggi.3,6 Nilon termoplastik telah menarik perhatian sebagai bahan basis gigi tiruan karena memiliki kelebihan antara lain estetis yang memuaskan, bersifat hipoalergenik sehingga menjadi alternatif perawatan bagi pasien yang alergi atau sensitif terhadap resin akrilik, serta tidak terdapat monomer sisa karena penggunaan injection

(35)

Gambar 2. Basis gigi tiruan nilon termoplastik26

2.4.1 Komposisi

Nilon merupakan suatu resin yang dihasilkan dari reaksi kondensasi antara

diamine dan dibasic acid yang memberikan variasi dari poliamida dengan sifat fisis

dan mekanis yang tergantung pada ikatan antara asam dan amida. Nilon memiliki ikatan linear (ikatan polimer tunggal) yang mengandung hexamethylenadiamine dan asam karboksilik di dalam nilon termoplastik yang akan membentuk ikatan poliamida yang panjang. Ikatan linear menyebabkan bahan nilon termoplastik menjadi fleksibel dan dapat dibentuk kembali. Ikatan linear dalam nilon termoplastik ini lebih lemah dibandingkan dengan ikatan polimer yang bercabang (cross-link) pada resin akrilik.20,27

2.4.2 Manipulasi

Nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk adonan dan mengisi mold dengan teknik biasa, tetapi harus dilelehkan dan diinjeksikan ke dalam kuvet di bawah tekanan (injection-moulding). Nilon dimasukkan dalam satu cartridge dan dilelehkan pada suhu 248,8-265,5oC dengan furnace elektrik. Selanjutnya nilon

(36)

yang telah meleleh ditekan ke dalam kuvet oleh plugger di bawah tekanan yang diberikan oleh pres hidrolik atau manual. Tekanan injection-moulding dijaga pada tekanan 5 bar selama 3 menit kemudian kuvet beserta cartridge segera dilepaskan. Kuvet kemudian dibiarkan dingin pada suhu kamar selama 30 menit sebelum dibuka.20

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan 2.4.3.1 Kelebihan

Kelebihan dari basis gigi tiruan nilon termoplastik:6,20,26,27

1. Estetis lebih baik karena bersifat translusen sehingga dapat menggambarkan warna jaringan yang berada di bawahnya

2. Tidak mengandung monomer sisa, sehingga aman digunakan untuk pasien yang alergi terhadap metil metakrilat

3. Elastisitas lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas

4. Ketepatan mengisi cetakan lebih baik dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas

5. Tidak menggunakan cangkolan logam 6. Hampir tidak memiliki porositas

7. Kekuatan tensil jauh lebih besar daripada resin akrilik 8. Daya tahan terhadap impak dan fatique tinggi

9. Lebih tipis dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas

2.4.3.2 Kekurangan

Kekurangan penggunaan basis gigi tiruan nilon termoplastik:6,12,20,27 1. Sulit diperbaiki bila terjadi kerusakan

2. Proses pembuatannya memerlukan peralatan khusus di laboratorium 3. Sulit dipoles karena memiliki titik leleh yang rendah

4. Kekerasan nilon termoplastik lebih kecil dibandingkan RAPP 5. Penyerapan air tinggi

(37)

7. Tidak menghantarkan panas dan dingin seperti metal. 8. Proses pembuatannya lebih mahal

2.4.4 Sifat – Sifat

Sifat dari suatu bahan basis gigi tiruan terbagi atas sifat mekanis, sifat fisis, sifat kemis, dan sifat biologis.1

2.4.4.1 Sifat Mekanis

a. Kekuatan Tensil

Kekuatan tensil nilon termoplastik adalah 98 N/mm2. Nilai kekuatan tensil tersebut lebih besar dibandingkan resin akrilik.20

b. Kekuatan Impak

Kekuatan impak merupakan seberapa besar energi yang dapat diterima oleh bahan sebelum mengalami kerusakan. Nilai kekuatan impak nilon termoplastik adalah 120-150 kg/mm3.1, 28

c. Fatique

Fatique adalah rusaknya atau patahnya suatu bahan yang disebabkan beban

berulang di bawah batas tahanan bahan. Fatique dapat mengakibatkan terjadinya fraktur gigi tiruan. Pada nilon termoplastik, daya tahan terhadap fatique merupakan salah satu kelebihan utama nilon termoplastik.1,6

d. Crazing

Crazing merupakan kumpulan retakan pada permukaan yang dapat

melemahkan basis gigi tiruan. Crazing dapat muncul pada permukaan gigi tiruan akrilik, namun tidak dapat terjadi pada basis gigi tiuan nilon.1

e. Kekerasan

Kekerasan nilon adalah 14,5 VHN. Nilai kekerasan tersebut lebih kecil dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki kekerasan sebesar 20 VHN.1

(38)

2.4.4.2 Sifat Fisis

a. Massa jenis

Massa jenis yang rendah merupakan sifat yang menguntungkan karena gaya gravitasi yang menyebabkan lepasnya gigi tiruan atas berkurang. Massa jenis nilon adalah 1,14g/cm3.29

b. Perubahan dimensi

Parvizi dkk (2004) membandingkan stabilitas dimensi basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan RAPP yang diproses secara konvensional, dan dimanipulasi dengan injection moulding. Hasil penelitian menunjukkan penyusutan tertinggi terjadi pada basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan persentase 2,5% pada lengkung dimensinya yaitu 2,8 kali lebih besar dibandingkan dengan RAPP.12

c. Porositas

Nilon hampir tidak memiliki porositas. Porositas pada nilon disebabkan masuknya udara selama prosedur pemanasan. Bila udara ini tidak dikeluarkan, gelembung-gelembung besar dapat berbentuk pada basis gigi tiruan.4,22

d. Kekasaran permukaan

Kekasaran merupakan sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan.10,13 Nilon termoplastik merupakan bahan yang sulit untuk dipoles sehingga menghasilkan permukaan yang lebih kasar. Hal ini disebabkan karena nilon termoplastik memiliki titik leleh yang rendah sehingga bahan nilon termoplastik menjadi sulit dipoles. Abuzar dkk (2010) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari nilon termoplastik lebih kasar daripada resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles. Hasil penelitian Abuzar dkk (2010) menunjukkan bahwa nilai kekasaran nilon termoplastik sebelum dipoles adalah 1,111 ± 0,178 µm dan sesudah dipoles sebesar 0,146 ± 0,018 µm.6,11,13

2.4.4.3 Sifat Kemis

a. Penyerapan air

Penyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari nilon. Penyerapan air yang tinggi pada nilon dikarenakan adanya ikatan amida pada

(39)

rantainya yang bersifat hydrophilic. Semakin tinggi konsentrasi amida pada rantainya, semakin tinggi nilai penyerapan airnya.23,30

b. Stabilitas warna

Stabilitas warna adalah kemampuan segala jenis bahan untuk mempertahankan warnanya. Ada dua faktor penyebab perubahan warna, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Penyerapan warna secara ekstrinsik menyebabkan diskolorasi pada nilon. Jika dibandingkan dengan RAPP, nilon memiliki stabilitas warna yang lebih rendah.12,26

2.4.4.4 Sifat Biologis

a. Biokompatibilitas

Biokompatibilitas nilon termoplastik sangat baik. Nilon tidak memiliki monomer sisa dan hampir tidak memiliki porositas karena diproses dengan teknik

injection moulding. Nilon termoplastik merupakan bahan yang menjadi alternatif

perawatan bagi pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam dan monomer dari resin akrilik.1,4,26

b. Pembentukan Koloni Bakteri

Pembentukan koloni bakteri pada permukan gigi tiruan dipengaruhi oleh penyerapan air, kekerasan permukaan dan kekasaran permukaan. Nilon termoplastik memiliki permukaan yang lebih kasar daripada resin akrilik polimerisasi panas sehingga dapat memudahkan perlekatan sisa-sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan setiap hari dapat menjadi tempat akumulasi plak.1

2.5 Kekasaran Permukaan 2.5.1 Pengertian

Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah di proses akhir dan dipoles serta diukur dengan satuan mikrometer (µm). Nilai ini merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar dan apabila deviasi kecil, maka permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan

(40)

yang telah diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang pendek.31

Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang akan terjadi setelah pemakaian gigi tiruan beberapa bulan. Kekasaran permukaan adalah sifat yang penting dari basis gigi tiruan karena berada dalam kontak dengan jaringan sehingga apabila basis gigi tiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan bakteri. Ural C dkk (2011) mengutip pendapat Williams dan Lewis menyimpulkan bahwa kekasaran permukaan dapat meningkatkan perlekatan mikroorganisme dan secara tidak langsung dapat mencederai jaringan.32 Hasil beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa jika suatu basis gigi tiruan dengan kekasaran permukaan yang melebihi 0,2 µm dapat meningkatkan level perlekatan kolonisasi bakteri.13 Hilgenberg SP dkk (2008) yang mengutip pendapat Quirynen dkk dan Bollen dkk menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 (µm) atau kurang.33

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Permukaan

a. Teknik pemolesan

Kekasaran permukaan merupakan faktor penting karena secara langsung dapat mempengaruhi retensi plak, staining, kesehatan rongga mulut dan kenyamanan pasien. Teknik proses akhir dan pemolesan bertujuan untuk mengangkat bahan yang berlebihan dan menghaluskan permukaan yang kasar. Gungor dkk (2012) menyatakan pemolesan yang baik serta permukaan basis gigi tiruan yang halus, dapat lebih memudahkan pasien pengguna gigi tiruan dalam menjaga oral hygiene.13 Ada dua metode yang sering digunakan dalam pemolesan yaitu pemolesan mekanis dan kemis.10 Pemolesan secara mekanis menggunakan bahan abrasif, untuk menghasilkan pengikisan yang terkendali pada permukaan basis agar mengurangi kekasaran permukaan. Olivera dkk (2008) dan Al-Kheraif AAA (2014) menyatakan pemolesan secara mekanis lebih menghasilkan permukaan yang halus dibandingkan pemolesan secara kemis.34

(41)

Menurut penelitian Alandia-Roman dkk (2013) terdapat peningkatan kekasaran semua bahan yang dievaluasi dan diamati bahwa jenis finishing yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap perubahan kekasaran komposit, dengan perbedaan yang signifikan antara prosedur finishing.35 Menurut penelitian Mahross HZ dkk (2015) basis gigi tiruan yang dibuat dari bahan RAPP memiliki peningkatan kekasaran permukaan setelah terpapar asap rokok, tetapi basis gigi tiruan yang dibuat dari bahan resin akrilik polimerisasi sinar menunjukkan sedikit peningkatan kekasaran permukaan yang secara statistik tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena permukaan spesimen yang halus tidak memungkinkan perlekatan substansi dari rokok dan lebih mudah dicuci dengan air destilasi. Sehingga proses akhir dan pemolesan yang lebih akurat dapat mengurangi perlekatan substansi pada basis gigi tiruan.10

b. Metode pembersihan

Gigi tiruan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis atau kombinasi. Cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigi tiruan yaitu secara mekanis dilakukan dengan sikat gigi dengan atau tanpa bahan abrasif dalam menghilangkan plak, tetapi jika teknik penyikatan dilakukan dengan kasar dapat menyebabkan gigi tiruan abrasif dan terjadi kekasaran permukaan. Metode pembersihan gigi tiruan secara kemis yang paling sering dilakukan dengan cara merendam basis gigi tiruan dalam bahan pembersih. Kelebihanya yaitu bahan pembersih kemis dapat mencapai seluruh permukaan gigi tiruan sehingga memberikan pembersihan secara menyeluruh. Metode kombinasi merupakan metode gabungan mekanis da kemis, salah satu contohnya adalah unit ultrasonik dengan komponen vibrasi. Walaupun teknik ini efektif, tetapi tidak adekuat dalam menghilangkan plak dari permukaan basis gigi tiruan.36

c. pH

Constantinescu dkk. (2007) membandingkan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam saliva buatan dengan pH 5,5 dan 6,8, dan menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam saliva yang lebih asam menunjukkan kekasaran yang lebih tinggi. Dari penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa keasaman saliva meningkatkan kekasaran permukaan basis

(42)

gigi tiruan resin akrilik.37 Saliva merupakan cairan biologis yang pertama terpapar asap rokok sehingga dapat mempengaruhi perubahan laju alir dan pH saliva. Terdapat perbedaan pH saliva antara perokok dengan bukan perokok, dimana tingkat keasaman saliva perokok lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Khan dkk (2010) yang menyatakan pH saliva lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.38 Tembakau yang merupakan bahan pembuat rokok mengandung senyawa karbohidrat. Beberapa jenis karbohidrat yang dapat ditemukan yaitu pati, pektin, selulosa dan gula pada tembakau dapat diragikan oleh bakteri yang terdapat pada rongga mulut seseorang sehingga akan membentuk asam dan dapat menurunkan pH saliva. Selain karena pengaruh tembakau, penurunan laju alir saliva juga mempengaruhi pH dengan mengakibatkan terjadinya penurunan sekresi ion bikarbonat dan hal ini juga menyebabkan penurunan pH saliva. Hal ini sesuai dengan penelitian Kanwar A dkk (2013) menyatakan bahwa laju alir saliva yang menurun menyebabkan pH saliva menjadi asam.39 Menurut Mathias P dkk (2010) asap rokok yang bercampur dengan saliva akan menghasilkan larutan dengan pH asam yang dapat merusak keutuhan permukaan bahan serta dapat juga karena efek termal dari merokok.10,19

d. Porositas

Porositas pada resin akrilik terjadi akibat penguapan monomer yang tidak bereaksi dengan polimer selama proses pencampuran. Porositas pada basis gigi tiruan dapat mempengaruhi kekasaran permukaan, estetik dan kebersihan basis gigi tiruan. Beberapa faktor penyebab terjadinya porositas diantaranya adalah perbandingan monomer dan polimer yang salah, pengisian adonan resin akrilik pada fase yang tidak tepat dan waktu kuring yang tidak tepat.5

2.5.3 Alat Uji dan Cara pengukuran

Perangkat alat uji yang digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan adalah profilometer. Perangkat ini dilengkapi dengan analisis permukaan (sharp

stylus) untuk melacak ketidakteraturan pada permukaan. Kekasaran permukaan dapat

(43)

tanpa sentuhan (non-contact method). Metode sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan. Alat untuk metode sentuhan ini disebut profilometer.31

Metode tanpa sentuhan menggunakan profilometer optik dan dapat memberikan informasi yang sama seperti profilometer berbasis stylus. Ada banyak teknik yang berbeda untuk menggunakan metode tanpa sentuhan ini seperti laser

triangulation (sensor triangulasi), confocal microscopy (digunakan untuk objek yang

sangat kecil), low coherence interferometry digital dan holography.31

2.6 Rokok

Rokok merupakan sejenis produk tembakau yang paling umum diproduksi. Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Menurut lembaga survei WHO 2008, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai jumlah perokok terbesar di dunia.15 Perilaku merokok adalah suatu aktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang sekitarnya.40

Rokok berbentuk silinder dan merupakan gulungan bahan tembakau yang dibalut atau bahan non-tembakau. Sebatang rokok berdiamter 10 mm dan mempunyai ukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung negara). Struktur rokok terdiri dari tembakau dan komponen non-tembakau yang merupakan filter dan kertas pembalut rokok. Pada ujung pegangan rokok, ada filter yang biasanya terbuat dari asetat selulosa yang bertujuan untuk menyaring nikotin dan tar sampai batas tertentu sesuai dengan standar International Organization for Standardization (ISO). Filter berperan untuk menyediakan ventilasi yang akan mengurangkan inhalasi nikotin dan tar dari rokok.17,41

Asap rokok merupakan suatu aerosol yang terdiri dari partikel padat yang tersuspensi dalam gas. Merokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang terdiri dari gas dan bahan yang diendapkan saat diisap. Saat pembakaran, asap rokok dipecah menjadi dua komponen yaitu komponen partikel dan komponen gas. Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah berhenti merokok

(44)

karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotin dan faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok.40,41

2.6.1 Klasifikasi Perokok

Menurut Conrad (2011), perokok dibagi atas tiga kelompok yaitu perokok aktif, perokok pasif (secondhand smoker) dan thirdhand smoker. Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap asap tembakau dari rokok yang diisapnya bisa dalam bentuk rokok putih, cerutu, kretek dan sebagainya. Perokok aktif dapat diklasifikasikan menurut kemampuannya menghisap rokok, antara lain perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan merupakan perokok yang merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang adalah perokok yang menghisap 11-20 batang rokok per hari sedangkan perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari. Perokok pasif (secondhand smoker) adalah orang yang terpapar dan menghirup asap rokok yang dihembuskan langsung dari perokok aktif. Thirdhand smoker adalah orang yang terhirup residual dari asap rokok secara tidak langsung. Residu dari sisa pembakaran rokok dapat menempel di berbagai tempat seperti pakaian, rambut, karpet dan lainnya meskipun rokok tersebut telah dimatikan.42

Paparan akut dari perokok aktif dipengaruhi oleh banyaknya tembakau yang dikonsumsi, jenis produk yang menggunakan tembakau, cara merokok atau produk dari tembakau itu digunakan, serta tipe dan merk dari tembakau yang dikonsumsi.42

2.6.2 Jenis Rokok

2.6.2.1 Rokok Tembakau

Menurut peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicoliana tabacum,

nicoliana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan

(45)

rokok putih dan rokok kretek merupakan jenis rokok yang paling banyak diproduksi di Indonesia.17,43

Gambar 3. Komponen rokok48

2.6.2.1.1 Rokok Putih

Rokok putih merupakan rokok yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Rokok putih ialah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok putih adalah rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau lainnya tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI. Filter berguna untuk mengurangi bahan-bahan kandungan rokok yang mengganggu kesehatan manusia.17 Persentase perokok di Indonesia yang mengkonsumsi rokok putih sebesar 3,7%.43(Gambar 4)

(46)

Gambar 4. Rokok Putih

2.6.2.1.2 Rokok Kretek

Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan kertas sigaret dan boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah.17 Rokok kretek merupakan rokok khas Indonesia karena kandungan yang dimiliki oleh rokok ini terdiri dari tembakau yang dicampur dengan campuran cengkeh sehingga memiliki bau yang khas. Rokok kretek mengandung 60-70% tembakau, 30-40% cengkeh serta bahan campuran lainnya. Sekitar 85-90% rokok yang beredar di Indonesia adalah rokok kretek.44(Gambar 5)

(47)

2.6.2.2 Rokok Elektrik

Rokok elektrik merupakan salah satu terapi pengganti nikotin yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap. Rokok elektrik dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya. Rokok elektrik mengandung kadar nikotin lebih rendah dibandingkan rokok tembakau, serta tidak menghasilkan tar.45

Secara umum terdapat tiga bagian dari rokok elektrik, yaitu meliputi baterai, atomizer (tempat pemanasan dan penguapan nikotin), dan cartridge (wadah nikotin).46 (Gambar 6)

Gambar 6. Bagian-bagian rokok elektrik46

Produk standar dari rokok elektrik mengandung nikotin, propilen glikol, perasa (memberikan sensasi rasa tembakau), dan air. Rokok elektrik awalnya digunakan sebagai NRT (nicotine replacement therapy) untuk mengurangi jumlah pecandu rokok, namun rokok elektrik gagal mengurangi pecandu karena setelah pecandu rokok mengonsumsi rokok elektrik, orang tersebut cenderung untuk mengonsumsi rokok tembakau untuk memenuhi kadar nikotin yang tidak terpenuhi oleh rokok elektrik.45,46

Gambar

Gambar 7. Bentuk dan ukuran sampel untuk mengukur kekasaran     permukaan resin akrilik polimerisasi panas
Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas
Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali
Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar 4.6 pada masalah yang pertama, C 2 dapat menarik suatu kesimpulan dengan tepat. Namun pada masalah yang kedua, kesimpulan yang diambil oleh

Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Mind Mapping membuat siswa

Berdasarkan olah data terhadap 120 responden yang pernah melintas di kawasan Tugumuda Semarang dan di Tanya tentang Iklan Layanan Masyarakat yang paling diingat

Foto anak dari informan Basaria Sitorus yang bisa menyekolahkan.. anaknya lulus S2 Matematika

Berbeda dengan konsep birr al-walidain dalam Islam, anak yang diasuh dan dididik dari kecil hingga dewasa oleh kedua orang tuanya juga menjadi pihak yang turut

Menganalisis dan membuat kategori dari unsur-unsur yang terdapat pada pengertian nilai mutlak, ekspresi-ekspresi, penyelesaian, dan masalah nyata yang terkait dengan persamaan

Berdasarkan grafik nilai kecukupan gizi pada 15 Partisipan rata – rata sebagian besar angka kecukupan karbohidrat yang dikonsumsi berada dibawah.. nilai

Armour layer memiliki ukuran butir yang hampir s~ragam, namun bergradasi butir yang bervariasi diantara butiran penyusunnya, Struktur amlOur layer yang terbentuk,